BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori Pada bab ini akan

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teori
Pada bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang mendukung
penelitian ini dan penelitian terdahulu yang sebelumnya telah dilakukan. Teori-teori
tersebut berhubungan dengan Corporate Social Responsibility.
2.1.1 Teori yang Mendasari
Dalam penelitian ini ada beberapa teori yang menjadi dasar dari penulisan
penelitian ini.
2.1.1.1 Teori Stakeholder
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal
tahun 1970an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai
kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai,
pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta
komitmen
dunia
usaha
untuk
berkontribusi
dalam
pembangunan
secara
berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara
eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha (Waryanti, 2009).
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi
stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi
oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut.
Tanggung
jawab
perusahaan
seharusnya
melampaui
tindakan
memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stakeholder), namun
lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan
sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk
kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau klaim
terhadap perusahaan (Waryanti, 2009). Mereka adalah pemasok, pelanggan,
pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan, kelompok politik, dan asosiasi
perdagangan. Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap
9
10
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga
mempunyai hak terhadap perusahaan (Waryanti, 2009).
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan
perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power
yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Power
tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi
yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh,
kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi
konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, “ketika
stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka
perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang memuaskan stakeholder”.
2.1.1.2 Kesejahteraan Karyawan
2.1.1.2.1 Pengertian Kesejahteraan Karyawan
Karyawan adalah modal utama bagi setiap perusahaan.Sebagai modal,
karyawan perlu dikelola agar tetap produktif. Akan tetapi pengelolaan karyawan
bukanlah hal yang mudah, karena mereka mempunyai pikiran, perasaan, status,
keinginan, dan latar belakang yang berbeda. Oleh sebab itu perusahaan harus bisa
mendorong mereka agar tetap produktif dalam mengerjakan tugas-tugas dan
tanggung jawab masing-masing,
yaitu dengan
memberikan
sesuatu
yang
menimbulkan kepuasan dalam diri karyawan. Sehingga perusahaan dapat
mempertahankan karyawan yang loyalitas dan memiliki dedikasi yang tinggi serta
memiliki pengalaman dan potensi dalam bidang pekerjaannya. Karyawan semacam
itu merupakan asset utama yang penting dan salah satu faktor penunjang
keberhasilan pekerjaan dalam menjalankan perusahaan.
Menurut Hasibuan, M.S.P (2008) kesejahteraan adalah balas jasa lengkap
(materi dan non materi) yang diberikan oleh pihak perusahaan berdasarkan
kebjaksanaan. Tujuannya untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan
mental karyawan agar produktifitasnya meningkat.
Kesejahteraan adalah dapat dipandang sebagai uang bantuan lebih lanjut
kepada karyawan. Terutama pembayarannya kepada mereka yang sakit, uang
11
bantuan untuk tabungan karyawan, pembagian berupa saham, asuransi, perawatan
dirumah sakit, dan pensiun.
Pentingnya program kesejahteraan yang diberikan kepada karyawan dalam
rangka meningkatkan disiplin kerja karyawan yang dikemukakan oleh Hasibuan
(2008) adalah:
“Pemberian kesejahteraan akan menciptakan ketenangan, semangat kerja,
dedikasi, disiplin dan sikap loyal terhadap perusahaan sehingga labour
turnover relative rendah”. Dengan tingkat kesejahteraan yang cukup, maka
mereka akan lebih tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan
ketenangan tersebut diharapkan para karyawan akan lebih berdisiplin.
2.1.1.2.2 Tujuan Program Kesejahteraan Karyawan
Program kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan, lembaga atau
perusahaan pada karyawan hendaknya bermanfaat, sehingga dapat mendorong
tercapainya tujuan perusahaan yang efektif. Program kesejahteraan karyawan
sebaiknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak
melanggar peraturan pemerintah.
Adapun tujuan program kesejahteraan karyawan adalah:
1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan karyawan pada perusahaan.
2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta
keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktifitas karyawan.
4. Menurunkan tingkat absensi dan labour turnover.
a. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman.
b. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
2.1.1.2.3 Hubungan Kemitraan antara Perusahaan dan Karyawan
Menurut AIMS (Aspiring for Innovative Management Services), karyawan
merupakan asset penting yang dimiliki perusahaan. Sekalipun tidak mempunyai
pengaruh besar dalam proses pengambilan keputusan, karyawan adalah asset yang
paling banyak kuantitasnya dalam perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus
12
dapat mengetahui dan memahani benar apa yang menjadi hak-hak karyawan. Selain
komunikasi yang lancar antara perusahaan dengan karyawan, perhatian yang
diberikan perusahaan kepada hak-hak karyawan, dapat menjaga hubungan baik
perusahaan dengan karyawan. Kelompok karyawan yang mendapat perhatian yang
baik, besar kemungkinan dapat membantu perusahaan mengatasi hal-hal yang tidak
terduga, seperti kebakaran, pencurian, kerusakan mesin, dan lainnya.
Sebaliknya karyawan yang merasa tidak diperhatikan atau merasa tidak
mendapat simpati dari perusahaan akan dapat merugikan perusahaan. Karena
karyawan yang merasa hak-hak mereka tidak mendapatkan perhatian dari top
management biasanya akan menjadi lebih sensitif. Para karyawan yang tidak puas
terhadap keputusan/kebijakan perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan yang
merugikan perusahaan, misalnya melakukan pemogokan massal.
Sebagai perusahaan yang baik, dalam menentukan kebijakan/aturan
hendaknya hak-hak karyawan diikutsertakan sebagai bahan pertimbangan, misalnya
UMR, masalah kesehatan dan keamanan kerja, jaminan kemerdekaan bagi karyawan
untuk berserikat, jaminan perusahaan bahwa mereka tidak akan melakukan
diskriminasi dalam hal ras, agama, suku, jenis kelamin dan lainnya, jaminan bahwa
perusahaan tidak akan melakukan tindak kekerasan baik fisik maupun mental dalam
kegiatan bekerja, jam kerja yang sesuai, kompensasi, dan sebagainya.
Bila
perusahaan
telah
dapat
melindungi
dan
memenuhi
hak-hak
karyawannya, sudah barang tentu loyalitas karyawan akan meningkat sehingga
diharapkan kinerja karyawan pun meningkat. Namun, kepercayaan karyawan saja
belum cukup untuk meningkatkan citra positif perusahaan. Perusahaan tetap
memerlukan kepercayaan dari pihak luar seperti masyarakat, pemerintah, dan
lainnya.
2.2 Corporate Social Responsibility
2.2.1 Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility
Sejarah merupakan torehan kejadian masa lampau yang mengungkapkan
fenomena realitas sosial yang bisa menjadi kajian menarik dan bermanfaat di masa
kini dan mendatang. Dengan memahami sejarah tentang obyek kajian akan bermakna
bagi pengungkapan realitas sosial yang lebih obyektif. Gagasan mengenai Corporate
13
Social Responsibility di Amerika Serikat dimulai pada awal abad ke- 20. Pada saat
itu banyak perusahaan yang mendapat kritik karena dianggap melakukan praktik
monopoli, kecurangan dan tidak peka terhadap masalah-masalah sosial. Usaha-usaha
dilakukan untuk meredam kekuatan korporat melalui kekuatan hukum yang
menentang penggabungan industri-industri (antitrust laws) dan peraturan-peraturan
lainnya.
Dalam konteks global, istilah CSR digunakan sejak tahun 1970-an dan
semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple
Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya Elkington, John. Dia mengemas
CSR dalam tiga fokus atau 3P, yaitu merupaka singkatan dari profit, planet, dan
people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi berkala
(profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan
planet), dan kesejahteraan masyarakat (people). (Rachman, 2011:83)
2.2.1.1 Perkembangan Sejarah Corporate Social Responsibility
Konsep CSR pertama kali muncul pada tahun 1953, yaitu dengan
diterbitkannya buku yang berjudul “Social Responsibility of Businessman” karya
Bowen Howard yang kemudian dikenal dengan “Bapak CSR”. Gema CSR makin
bertiup kencang di tahun1960-an ketika persoalan kemiskinan dan keterbelakangan
makin mendapat perhatian dari berbagai kalangan.
Tahun 1987, The World Commision on Environment and Development
(WCED) dalam Brundtland Report mengembangkan tiga komponen penting
sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan
social equity. Tahun 1992 KTT Bumi di Rio De Janeiro menegaskan konsep
pembangunan berkelanjutan yang didasarkan pada perlindungan lingkungan hidup
serta pembangunan ekonomi dan sosial sebagai sesuatu yang harus dilakukan semua
pihak, termasuk perusahaan.
Tahun 1998, konsep CSR semakin populer terutama setelah kehadiran buku
Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business, karya John
Elkington. Pada tahun 2002 World Summint Sustainable Development di
Yohannesburg memunculkan konsep Social Responsibility yang mengiringi dua
konsep sebelumnya, yaitu economic dan environment sustainability.(Rachman, 2011:
81-82)
14
Elkington, John pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals With Forks:
The Tripple Bottom Line in 21st Century Business” mengembangkan konsep tripple
bottom line yang merupakan perluasan dari konsep akuntansi tradisional yang hanya
memuat single bottom line yakni hasil-hasil keuangan dari aktivitas ekonomi
perusahaan.
Elkington membagi CSR ke dalam tiga fokus yaitu profit, planet, dan people
(3P). Perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi (profit) tapi
juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) serta memberikan
kontribusi positif dalam mensejahterakan masyarakat (people). Mengacu pada aspek
yang terdapat dalam Tripple Bottom Line, yaitu:
1. Profit (Keuntungan). Perusahaan harus tetap berorientasi mencari keuntungan
ekonomi yang memungkinkan untuk beroperasi dan terus berkembang. Ini
merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama kegiatan usaha setiap
perusahaan.
2. People (Masyarakat dan Pemangku Kepentingan). Perusahaan harus memiliki
kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Perusahaan dalam menjalankan
kegiatan usahanya tidak hanya berfokus pada kepentingannya saja untuk
memperoleh keuntungan, tapi juga peduli terhadap masyarakat sekitar dimana
perusahaan menjalankan kegiatan usahanya.
3. Planet (Lingkungan). Perusahaan peduli tidak hanya lingkungan sosial tapi juga
lingkungan hayati. Jika keberadaan perusahaan ingin tetap bertahan maka harus
disertakan pula tanggung jawab kepada lingkungan. Perusahaan tidak hanya
mementingkan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa
melakukan upaya pelestarian lingkungan.
2.2.2 Definisi Corporate Social Responsibility
CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah
komitmen bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dalam berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup
15
karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas. (Nurjaman dan
Umam, 2012: 127)
Definisi CSR menurut Hadi, Nor menyatakan bahwa CSR atau tanggung
jawab sosial merupakan sebuah bentuk komitmen perusahaan dalam berkontribusi
membangun perekonomian perusahaan yang diimbangi dengan melakukan kegiatan
etis yang dapat meningkatkan kualitas hidup dari pekerja atau karyawan beserta
keluarganya agar setaraf dengan komunitas lokal dan masyarakat secara luas. (Hadi,
2011:46)
Di dalam Green Paper Komisi Masyarakat Eropa 2001 dinyatakan bahwa
kebanyakan definisi CSR (tanggung jawab sosial korporat) menunjukan konsep
tentang pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke
dalam operasi bisnis perusahaan dan para stakeholder-nya. Ada dua hal yang terkait
dengan CSR, yaitu pertimbangan sosial dan lingkungan hidup serta interaksi
sukarela. (Iriantara, 2010: 49)
Menurut Rahman, R (2009:33), CSR bukan program yang dilakukan secara
periodik, mengikuti tren, atau tanpa rencana. Program ini dapat mempengaruhi citra
perusahaan apabila dilakukan secara sustainable dan menciptakan hubungan jangka
panjang dengan komunitas.
Menurut Lako, Andreas dalam buku CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis &
Akuntansi (2011:180), CSR merupakan komitmen berkelanjutan dari suatu
perusahaan untuk bertanggung jawab secara ekonomik, legal dan etis terhadap
dampak-dampak dari tindakan ekonominya terhadap komunitas masyarakat dan
lingkungan serta proaktif melakukan upaya-upaya berkelanjutan untuk mencegah
potensi-potensi dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan serta meningkatkan
kualitas sosial dan lingkungan.
Menurut Fauset, CSR itu, membantu memunculkan citra bahwa suatu
perusahaan peduli pada lingkungan, untuk menutupi dampak negatif dengan
memenuhi media dengan citra positif tentang pesan CSR perusahaan. CSR
memungkinkan bisnis mengklaim adanya kemajuan pada saat terdapat bukti tidak
adanya perkembangan positif. Karena banyak kasus bisnis untuk CSR bergantung
pada perusahaan yang dianggap bertanggung jawab secara sosial, CSR akan lebih
mudah dan murah digunakan untuk mengalihkan isu daripada mengubah suatu
keadaan yang sudah terlanjur buruk. (Butterick,K, 2012:98).
16
Menurut CSR Indonesia, definisi CSR adalah upaya manajemen yang
dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar
keseimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif. (www.csrindonesia.com)
2.2.3 Lima Pilar Aktivitas Corporate Social Responsibility
Konsep Corporate Social Responsibility akan diukur dengan menggunakan
lima pilar aktivitas Corporate Social Responsibility dari Prince of Wales
International Bussiness Forum, yaitu:
1. Building Human Capital
Secara internal, perusahaan dituntut untuk menciptakan SDM yang
andal.Secara eksternal, perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan
masyarakat. Dijelaskan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab dalam
membangun dan mengembangkan kualitas dan taraf hidup publiknya.
2. Strengthening Economies
Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara komunitas di
lingkungannya miskin, mereka harus memberdayakan ekonomi sekitar. Dijelaskan
bahwa perusahaan harus peduli dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal
ini merupakan sebuah tanggung jawab dan komitmen yang harus dimiliki
perusahaan.
3. Assessing Social Cohesion
Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat
sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik. Dijelaskan bahwa perusahaan harus
menjaga keharmonisan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan berbagai
kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya kegiatan buka
puasa bersama anak yatim piatu.
4. Encouraging Good Governence
Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola
bisnis yang baik yang merupakan tanggung jawab perusahaan. Sebagai contoh
17
perusahaan sebaiknya menjalankan usahanya didasarkan kepada peraturan dan
prosedur yang tepat.
5. Protecting The Environment
Pengawasan terhadap kelestarian lingkungan yang merupakan keharusan
terutama bagi perusahaan yang berhubungan langsung dengan kegiatan pengelolaan
sumber daya alam.
2.2.4 Prinsip-Prinsip Corporate Social Responsibility
Menurut Crowther, David (2010) mengungkapkan bahwa identifikasi
kegiatan CSR melalui 3 prinsip utama, yaitu:
1. Sustainability (Keberlanjutan)
Prinsip ini berkaitan dengan tindakan yang dilakukan sekarang dan di
kemudian hari dapat berdampak atau berpengaruh terhadap langkah-langkah yang
dapat kita ambil di masa depan.
2. Accountability (Pertanggung Jawaban)
Dalam sebuah organisasi mengenali setiap aktivitas yang langsung maupun
tidak langsung yang berdampak pada lingkungan luar diartikan sebagai bertanggung
jawab atas tindakan yang dilakukan.
Konsep ini berlaku dengan mengkualifikasikan akibat apa saja yang dapat
timbul dari tindakan yang diambil baik internal organisasi maupun eksternal. Lebih
kepada pelaporan terhadap stakeholder yang berhubungan dan menjelaskan
bagaimana keterkaitannya antara aktifitas yang dilakukan terhadap stakeholders.
3. Transparency (Keterbukaan)
Merupakan sebuah prinsip dimana sebuah dampak eksternal, baik itu dampak
positif maupun dampak negatif harus dilaporkan secara nyata sesuai dengan yang
terjadi dan apa adanya tanpa ada yang disembunyikan.
18
2.2.5 Pedoman Corporate Social Responsibility
2.2.5.1 ISO 26000
Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah
mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni mendapat hasil yang terbaik tanpa
merugikan kelompok masyarakat. Pada bulan September 2004, ISO (International
Organization for Standardization) sebagai induk organisasi standarisasi internasional
berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim yang membidani
lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO
26000: Guidance Standard on Social Responsibility. (entergizer.wordpress.com).
Badan Standarisasi Internasional ISO sejak November 2010 telah
mengeluarkan ISO 26000 sebagai panduan tentang tanggung jawab sosial yang buka
dimaksudkan sebagai sebuah standar atau kebutuhan sertifikasi CSR, tetapi benarbenar sebuah guidance atau panduan yang dapat memandu penerapan tanggung
jawab sosial oleh organisasi apapun.
ISO 26000 sebagai pedoman dimaksudkan untuk digunakan oleh semua jenis
organisasi, baik itu sektor swasta maupun pelayanan masyarakat, baik di negara maju
maupun negara berkembang.
Adanya ketidakseragaman dalam penerapan CSR di berbagai negara
menimbulkan adanya kecenderungan yang berbeda dalam proses pelaksanaan CSR
itu sendiri di masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman umum dalam
penerapan CSR di manca negara.Dengan disusunnya ISO 26000 sebagai panduan
atau dijadikan rujukan utama dalam pembuatan pedoman Social Responsibility yang
berlaku umum, sekaligus menjawab tantangan kebutuhan masyarakat global
termasuk Indonesia.
Dalam Jalal (2010), CSR menurut ISO 26000 didefinisikan sebagai tanggung
jawab dari suatu organisasi untuk dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan
ektivitas di masyarakat dan lingkungan melalui transparansi dan perilaku etis yang
konsisten dengan perkembangan berkelanjutan dan kesejahteraan dari masyarakat,
pertimbangan harapan stakeholder, sesuai dengan ketentuan hukum yang
bisaditerapkan dan norma-norma internasional yang konsisten dari perilaku, dan
terintegrasi sepanjang organisasi.
19
Dari definisi CSR tersebut prinsip-prinsip yang terkandung pada ISO 26000
dalam Jalal (2010) adalah:
a.
Akuntabilitas
Membuktikan kepada seluruh pemangku kepentingan bahwa perusahaan telah
melakukan segala sesuatu dengan benar terkait dampak terhadap masyarakat dan
lingkungan atas seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan.
b.
Transparansi
Perusahaan menyatakan secara transparan seluruh keputusan dan aktivitas yang
memiliki dampak kepada masyarakat dan lingkungan. Untuk itu perusahaan
dituntut atas keterbukaan yang clear, accurate, dan completeness atas seluruh
kebijakan, keputusan, dan aktivitas yang dilakukan.
c.
Perilaku etis
Perusahaan harus berperilaku etis sepanjang waktu dengan menegakkan
kejujuran, kesetaraan, dan integiritas. Perilaku etis dilaksanakan melalui
pengembangan struktur tata kelola yang mendorong perilaku etis, membuat dan
mengaplikasikan standar perilaku etis, dan terus meningkatkan standar perilaku
etis.
d.
Penghormatan kepada kepentingan stakeholder
Perusahaan harus menghormati dan menanggapi seluruh kepentingan para
stakeholder. Dalam hal ini yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah
mengidentifikasi, menanggapi kebutuhan, mengenali hak-hak legal dan
kepentingan yang sah, serta mengenali kepentingan yang lebih luas terkait
dengan pembangunan keberlanjutan.
e.
Kepatuhan terhadap hukum
Sebuah organisasi harus menerima bahwa kepatuhan pada hukum merupakan
suatu kewajuban, untuk itu yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah patuh
terhadap semua regulasi yang berlaku, memastikan bahwaseluruh aktivitasnya
sesuai dengan kerangka hukum yang relevan, patuh kepada seluruh aturan yan
dibuat oleh perusahaan sendiri secara adil dan imparsial, mengetahui perubahanperubahan dalam regulas, serta secara periodik memeriksa kepatuhannya.
f.
Penghormatan terhadap norma perilaku internasional.
Di negara-negara dimana hukum nasionalnya atau implementasinya tidak
mencukupi untuk melindungi kondisi lingkungan dan sosialnya, perusahaan
harus berusaha mengacu kepada norma perilaku internasional.
20
g.
Penghormatan terhadap hak asasi manusia
Perusahaan harus menghormati serta mengakui pentingnya hak asasi manusia
dan sifatnya yang universal. Dalam hal ini yang harus dilakukan oleh perusahaan
adalah ketika ditemui situasi pelanggaran hak asasi manusia, perusahaan harus
melindungi hak asasi manusia tersebut dan tidak mengambil kesempatan dari
situasi tersebut, dan apabila tidak ada regulasi hak asasi manusia di tingkat
nasional, maka perusahaan harus mengacu pada standar internasional.
Ketujuh prinsip-prinsip di atas kemudian diintegrasikan dalam tujuh subjek
inti yang menjadi pedoman dalam melaksanakan CSR. Ketujuh subjek inti tersebut
adalah:
1.
Tata kelola organisasi
Tata kelola organisasi adalah sistem yang dibuat dan dijalankan oleh sebuah
organisasi dalam mencapai tujuannya. Seluruh organisasi harus memiliki proses,
sistem, dan struktur yang memungkinkan untuk mengimplementasikan prinsipprinsip dan praktik social responsibility.
2.
Hak asasi manusia
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghormati dan menjaga hak asasi
manusia dalam menjalankan kegiatan operasinya serta dalam lingkup pengaruh
yang lebih luas. Hak asasi manusia dalam ISO 26000 bersifat dimiliki dan
melekat pada semua orang, tidak ada pihak maupun itu pihak pemerintah atau
pihak lain yang dapat mencabut atau menghilangkan, berlaku untuk semua orang
dan semua kalangan (universal), tidak ada satu hak pun yang dapat diabaikan,
pemenuhan hak tertentu terkait dengan pemenuhan hak lainnya.
3.
Praktik ketenagakerjaan
Praktik ketenagakerjaan meliputi seluruh kebijakan dan implementasi di dalam,
oleh, dan atas nama perusahaan. Praktik ketenagakerjaan termasuk tanggung
jawab untuk pekerjaan yang sebagian dilakukan oleh pihak lain, diantaranya
adalah sub-kontraktor. Pemegang tanggung jawab utama dalam masalah
ketenagakerjaan adalah pemerintah. Jika pemerintah gagal membuat legislasi
yang memadai, perusahaan harus mengacu pada instrumen internasional dan jika
hukum nasional ada walaupun penegakannya belum memadai, perusahaan tetap
harus mengacu pada hukum nasional.
21
4.
Lingkungan
Perusahaan harus menyadari bahwa tanggung jawab lingkungan adalah bagian
dari tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarya. Perusahaan
diharpkan ramah lingkungan dalam menjalankan kegiatan operasinya dengan
memperhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan.
5.
Praktik operasi yang adil
Praktik operasi yang adil menunjukkan pada etika perusahaan dalam
berhubungan dengan organisasi lainnya. Ketaatan, promosi, dan dorongan dari
berbagai standar perilaku etis mendasari keseluruhan praktik operasi yang adil.
6.
Konsumen
Dalam berhadapan dengan konsumen, perusahaan haruslah bersikap jujur dalam
menjalankan bisnis, melakukan pemasaran, dan menjamin kualitas serta
ketersediaan atas produk dan jasa yang dihasilkan. Delapan hak konsumen
adalah
pemenuhan
kebutuhan
dasar,
keamanan,
informasi,
memilih,
didengarkan, penyelesaian klaim, edukasi, dan lingkungan yang sehat.
7.
Perlibatan dan pengembangan masyarakat
Perusahaan diharapkan dapat menempatkan diri sebagai bagian dari dan tidak
terpisah dari komunitas. Untuk itu perusahaan harus mengakui dan menghormati
hak masyarakat untuk menentukan tujuan dan bentuk penggunaan sumber daya
serta menghormati karakteristik masyarakat, menghormati kemitraan dan
pertukaran pengalaman dan sumber daya.
2.2.5.2 Global Reporting Initiative (GRI)
GRI dibentuk oleh CERES (Coalition for Environmentally Responsible
Economics) dengan dukungan dari United Nations Environment Programme (UNEP)
pada tahun 1997. Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi nonprofit yang mengembangkan keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan social
(www.globalreporting.com). Visi dari GRI yaitu sebuah ekonomi global yang
berkelanjutan dimana organisasi mengelola kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial,
serta dampak dari tanggung jawab dan pelaporan yang transparan. Sedangkan misi
dari GRI yaitu untuk membuat standar pelaporan keberlanjutan dengan memberikan
pedoman dan dukungan kepada organisasi. Karena itu, GRI menyajikan sebuah
22
kerangka pelaporan keberlanjutan yang komprehensif untuk semua perusahaan dan
organisasi yang banyak digunakan di seluruh dunia.
GRI memberikan panduan pelaporan organisasi menuju sebuah ekonomi
global yang berkelanjutan. Sebuah ekonomi global yang berkelanjutan harus
menggabungkan profitabilitas jangka panjang dengan keadilan sosial dan peduli
lingkungan. Ini berarti keberlanjutan yang dimaksud meliputi kinerja dalam bidang
ekonomi, lingkungan, sosial dan tata kelola. Kerangka pelaporan keberlanjutan GRI
memungkinkan semua perusahaan dan organisasi untuk mengukur dan melaporkan
kinerja keberlanjutan mereka. Sustainability Reporting Guidelines versi pertama
diterbitkan pada bulan Juni 2000. Kemudian GRI menerbatkan G3 pada tahun 2006
dan G3.1 pada tahun 2011. Saat ini GRI melakukan pengembangan Pedoman G4
yang akan diterbitkan pada Mei 2013.
Pedoman G3 terdiri dari dua bagian. Bagian 1 berisi panduan tentang
bagaimana melaporkan, dan bagian 2 berisi panduan tentang apa yang harus
dilaporkan. Indikator G3 disusun dalam kategori ekonomi, lingkungan, dan sosial,
yang dibagi lagi menjadi subkategori tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat
dan tanggung jawab produk.
Pedoman G3.1 merupakan pembaharuan dan penyelesaian dari pedoman G3.
Pedoman G3.1 termasuk perluasan petunjuk pada pelaporan mengenai hak asasi
manusia, dampak terhadap masyarakat setempat, dan jenis kelamin. Pedoman G3.1
memberikan panduan yang lebih transparan untuk isu-isu yang lebih luas.
Pedoman G4 membahas mengenai persyaratan data berkelanjutan, dan
memungkinkan organisasi untuk memberikan informasi yang relevan untuk berbagai
kelompok stakeholder. Pedoman G4 juga memperbaiki pedoman sebelumnya dengan
memperkuat definisi teknis dan meningkatkan kejelasan, serta membantu organisasi
dan pengguna informasi dalam hal pelaporan keberlanjutan.
2.2.5.2.1 GRI G3.1
G3.1 merupakan pembaharuan dan penyelesaian pedoman pelaporan
berkelanjutan GRI G3. Pedoman ini berisi perluasan petunjuk pada pelaporan
mengenai hak asasi manusia, dampak terhadap masyarakat setempat, dan jenis
kelamin. Pada tahun 2006, Dewan Direksi menyetujui penerbitan G3. Pada saat itu,
para dewan merekomendasikan agar GRI meningkatkan pembinaan terhadap hak
23
asasi manusia, jenis kelamin, dan dampak pada masyarakat. Perluasan pedoman
mengenai masalah ini diperlukan untuk menyelesaikan pedoman G3 dan untuk
memperluas jangkauan keberlanjutan.
Beberapa hal baru dalam G3.1 yang menjadi perbedaan dengan G3, yaitu:
a.
Hak asasi manusia: sebuah pengantar baru untuk pengungkapan pendekatan
manajemen dengan menegaskan kembali peran hak asasi manusia dalam laporan
keberlanjutan. Indikator ini mencakup penilaian atas kegiatan dan perbaikan
keluhan.
b.
Masyarakat: sebuah pengantar baru untuk pengungkapan pendekatan manajemen
dengan dengan mencerminkan peran serta masyarakat dalam pelaporan
keberlanjutan. Indikator ini mencakup dampak negatif yang signifikan terhadap
keterlibatan masyarakat setempat.
c.
Jenis kelamin: banyak indikator yang ada telah meningkatkan acuan untuk
gender, beberapa data dirinci berdasarkan gender. Indikator ini mencakup
pengendalian dan tingkat retensi setelah cuti karyawan, dan pemberian upah
yang sama.
Dalam GRI G3.1 terdapat beberapa aspek dan indikator yang membahas
terkait dengan tenaga kerja. Beberapa aspek dan indikator di GRI G3.1 yang
berkaitan dengan tenaga kerja adalah sebagai berikut:
1. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja:
a. Semua tenaga kerja harus diberikan kesehatan dan keselamatan dalam
bekerja.
b. Pemberian ganti rugi kepada kelurga karyawan atas tingkat cidera,
ketidakhadiran, dan kematian yang berhubungan dengan pekerjaan.
c. Kesehatan dan keselamatan kerja harus dibahas dalam perjanjian kerja
dengan para tenaga kerja.
2. Aspek Pendidikan dan Pelatihan:
a. Pelatihan dilakukan per tahun kepada semua karyawan
b. Memberikan program yang dapat mendukung kerja karyawan dan membantu
mereka dalam mengola karir.
3. Aspek Keanekaragaman dan Kesempatan Kerja yang Sama:
a. Semua keanekaragaman karyawan baik menurut jenis kelamin, kelompok
usia memiliki kesemapatan yang sama dalam bekerja
24
4. Aspek Remunerasi yang Sama bagi Perempuan dan Laki-laki
a. Gaji pokok dan remunerasi yang diberikan untuk karyawan laki-laki dan
perempuan sama berdasarkan jenis pekerjaan dan wilayah bekerja.
2.2.6 Keuntungan Melakukan Corporate Social Responsibility
Menurut Dr. AB Susanto dalam bukunya yang berjudul “Reputation Driven
Corporate Social Responsibility” terdapat 6 keuntungan yang dapat diperoleh oleh
perusahaan jika melakukan program CSR, yaitu:
1. Mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima
perusahaan.
Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan
mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari
berbagai aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mendongkrak citra perusahaan,
yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan.
Manakala terdapat pihak-pihak tertentu yang menuduh perusahaan menjalankan
perilaku serta praktik-praktik yang tidak pantas, masyarakat akan menunjukkan
pembelaannya. Karyawan pun akan berdiri di belakang perusahaan, membela
institusi tempat mereka bekerja.
2. Berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak
buruk yang diakibatkan suatu krisis.
Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar miring atau bahkan ketika
perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih muda memahami dan
memaafkannya.
3. Memunculkan keterlibatan dan kebanggaan karyawan.
Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi
yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Kebangaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga
mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan
perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas.
25
4. Memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholdernya (pemangku kepentingan).
Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki
kepedulian terhadap pihak-pihak yang selama ini berkontribusi terhadap
lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih. Hal ini
mengakibatkan para stakeholder senang dan merasa nyaman dalam menjalin
hubungan dengan perusahaan.
5. Meningkatkan penjualan.
Konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan
yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki
reputasi yang baik.
6. Memperbesar kemungkinan mendapat insentif-insentif lain seperti insentif pajak
dan berbagai perlakuan khusus lainnya.
Hal ini perlu diperhatikan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi
menjalankan tanggung jawab sosialnya.
2.3 Tahap-tahap Penelitian
2.3.1 Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu
data primer dan data sekunder.Selain itu, penulis juga mendapatkan data melalui
penelitian kepustakaan.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang
diteliti. Menurut Sugiyono (2010: 137) yang menyatakan bahwa: “Sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.
Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh peneliti dengan melakukan
observasi dan wawancara langsung kepada pihak-pihak PT. Bank Danamon
Indonesia Tbk. cabang Kolonel Abunjani Jambi yang terkait dengan penjualan
produk funding.
26
b. Data Sekunder
Pengertian dari data sekunder menurut Sugiyono (2010: 137) adalah “Sumber
data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data sekunder yang diperoleh peneliti
meliputi profile PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. cabang Kolonel Abunjani
Jambi sebagai pelaksana program CSR dalam mewujudkan kesejahteraan
karyawan dan data pendukung lainnya.
c. Penelitian Kepustakaan
Dilakukan untuk mencari informasi tambahan yang tidak didapat oleh
peneliti.Peneliti melakukan penelitian kepustakaan melalui membaca buku-buku
yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dari perpustakaan dan internet.
2.3.2 Penentuan Jumlah Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di PT.
Bank Danamon Indonesia Tbk. cabang Kolonel Abunjani Jambi, baik dari jabatan
tertinggi hingga jabatan terendah. Peneliti melakukan penyebaran kuesioner secara
kepada semua tingkatan karyawan di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. cabang
Kolonel Abunjani Jambi.
2.3.3 Metode Pengumpulan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Purposive Sampling adalah penentuan sampel dengan mempertimbangkan kriteria
tertentu yang telah dibuat terhadap objek sesuai dengan tujuan penelitian, dengan
kriteria pemilihan objek penelitian, yaitu sebanyak 32 orang yang merupakan
karyawan tetap di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. cabang Kolonel Abunjani
Jambi.
2.3.4 Metode Analisis Data
Teknik analisis data menurut Miles & Huberman dalam Herdiansyah (2012:
164-165) terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. Tahap pertama adalah
tahap pengumpulan data, tahap kedua adalah tahap reduksi data, tahap ketiga adalah
27
tahap display data, dan tahap keempat adalah tahap penarikan kesimpulan dan/atau
tahap verifikasi. Berikut tahapan yang harus dilakukan:
1. Pengumpulan data
Proses pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum
penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya proses
pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau
draft. Intinya adalah proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak
memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang
dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan.
Pada awal penelitian kualitatif, umumnya peneliti melakukan studi preelimentary yang berfungsi untuk verifikasi dan pembuktian awal bahwa
fenomena yang diteliti itu benar-benar ada. Studi pre-elimentary tersebut adalah
termasuk dalam proses pengumpulan data. Pada studipre-elimentary, peneliti
melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi dari penelitian yang lakukan
sebagai kelengkapan data dari penelitian yang dilakukan untuk kemudian
dilakukan pengolahan data. Peneliti juga melakukan proses pengumpulan data
pada GRI G3.1 terkait dengan aspek dan indikator tenaga kerja untuk
mendapatkan kesejahteraan sebagai karyawan yang kemudian data ini akan
dilakukan analisa pada bagian pembahasan.
2. Teknik Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
dari berbagai teknik pengumpulan data (dokumentasi, wawancara, observasi, dan
penyebaran kuesioner) dan sumber data yang telah ada untuk ditarik kesimpulan
yang hasilnya sama (Sugiyono, 2010:330). Adapun teknik triangulasi yang
dilakukan adalah peneliti melakukan wawancara kepada beberapa informan,
observasi langsung kepada salah satu divisi, dokumentasi berupa laporan-laporan
terkait CSR, dan melakukan sebaran kuesioner kepada seluruh karyawan.
3. Reduksi Data
Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala
bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan
dianalisis. Peneliti membuat rangkuman, memilih data-data yang sesuai dengan
28
penelitian dan membuang data yang dianggap tidak perlu. Dengan demikian, data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan
mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari
data tambahan jika diperlukan.
4. Display Data
Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam
bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks
kategorisasi sudah dikelompokkan dan dikategorikan. Setelah melakukan reduksi
data, langkah analisis selanjutnya adalah display data. Penyajian data dilakukan
agar data hasil reduksi dapat tersusun rapi agar lebih mudah dipahami. Pada
langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi
informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat
dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena
untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti
untuk mencapai tujuan penelitian.
5. Kesimpulan/verifikasi
Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik
kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan
data-data lain yang dapat mendukung penelitian.
2.3.5 Metode Penyajian Data
Metode penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian secara mendetail terhadap masalahmasalah berupa fakta dimana pelaksanaan dan hasil penelitian tidak terbatas pada
pengumpulan dan penyusunan data atau hanya untuk memberi gambaran secara
objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti tetapi meliputi
analisis dan interpretasi data.
29
2.4 Penelitian Terdahulu
Peneliti mendapatkan beberapa referensi jurnal yang digunakan untuk
mendukung penelitian ini, sebagai berikut:
2.4.1
Ayu Ardillah Anwar (2013), Analisa Perspektif Stakeholder Terhadap
Implementasi Corporate Social Responsibility.
Penelitian
ini
membahas
tentang
perspektif
stakeholder
terhadap
implementasi CSR pada PT. Samsung Electronics Indonesia (PT. SEIN). Penelitian
ini menggunakan tehnik triangulasi, yaitu tehnik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah
ada. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa:
1. Perspektif stakeholder terhadap implementasi program Corporate Social
Responsibility (CSR) pada PT Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN) sangat
beragam. Berikut adalah perspektif masing-masing stakeholder:
a. Perspektif Karyawan (Employee)
Karyawan memandang CSR perusahaan sebagai suatu program rutin
perusahaan yang pelaksanaannya diketahui dan dipahami maksud dan
tujuannya tetapi manfaatnya masih belum dirasakan sepenuhnya.
Walaupun demikian, karyawan memandang secara umum, CSR PT SEIN
sudah berjalan dengan baik.
b. Perspektif Manajemen (Management)
CSR dimaknai manajemen perusahaan sebagai Community Development
yang dipandang sebagai hal yang sangat penting dalam perusahaan karena
mengandung
unsur
kemitraan
antara
perusahaan
dan
lingkungan.Sedangkan untuk implementasi CSR, manajemen melihat
sudah berjalan sesuai porsinya masing-masing.
c. Perspektif Pemerintah (Government)
Pemerintah setempat memandang implementasi CSR PT SEIN belum
semuanya optimal dan belum adanya koordinasi secara continue antara
perusahaan dan pemerintah setempat. Pemerintah berharap program ini
30
dapat diarahkan agar lebih bersinergi dalam program pemerintah dan tidak
tumpang tindih dan lebih bermanfaat bagi masyarakat.
d. Perspektif Pemilik Perusahaan (Shareholder/Investor)
Pemilik perusahaan memandang implementasi CSR bertujuan membangun
image
atau predikat positif perusahaan di bursa saham, yang pada
ujungnya akan meningkatkan nilai saham perusahaan. Hal ini sangat
bermanfaat bagi keberlangsungan hidup perusahaan hingga jangka
panjang.
e. Perspektif Masyarakat Luas (Local Communities)
Masyarakat lokal menilai bahwa kegiatan CSR perusahaan sudah berjalan
dengan baik walaupun masih belum merata akan sosialisasi dan
pendistribusian bantuannya, walaupun sebenarnya masyarakat belum
memahami hakikat dari CSR itu sendiri ke depan, mereka berharap agar
lebih ditingkatkan lagi kinerja dari perusahaan yang bersangkutan.
2. Implementasi program CSR dalam mengembangkan konsep Community
Development pada PT SEIN, masih belum merata kepada seluruh stakeholder.
Peneliti menilai program CSR perusahaan sudah menerapkan konsep Community
Development. Hal ini dilihat dari Community Development PT SEIN termasuk
dalam jenis Development with Community. Merupakan pendekatan yang
dilakukan dalan bentuk kolaborasi, dimana keputusan yang diambil merupakan
keputusan bersama, dan sumber daya yang dipakai berasal dari kedua belah pihak.
Keterlibatan masyarakat dan upaya pembangunan juga diharapkan dapat
mengembangkan rasa memiliki terhadap inisiatif pembangunan yang ada,
sekaligus membuat proyek pembangunan menjadi lebih efisien.
2.4.2 Ratih Widiarti (2012), Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR)
Terhadap Keterikatan Karyawan Pada Perusahaan.
Dalam penelitiannya, Ratih melakukan studi kasus pada Bank Mandiri
dengan menggunakan desain penelitian single cross-sectional, yaitu dimana satu
31
sampel responden diambil dari target populasi dan informasi yang diperoleh dari
sampel hanya satu kali. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Program CSR “Employee involvement in CSR program” (CSR)
mempunyai hubungan terhadap Reputasi Bank Mandiri.
2. Reputasi Bank Mandiri tidak mempunyai hubungan terhadap keterikatan
karyawan Bank Mandiri.
3. Program CSR khususnya “Employee Involvement in CSR program” (CSR)
tidak mempunyai hubungan terhadap keterikatan karyawan Bank Mandiri.
2.4.3
Cristina A. CedilloTorres (2012), Four Case Studies on Corporate Social
Responsibility; Do Conflicts Affect a Company’s Corporate Social
Responsibility Policy?
Penelitian ini melakukan studi kasus pada empat perusahaan besar, yaitu:
Apple, Cannon, Coca-Cola, dan Walmart. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tentang: Apakah konflik mempengaruhi kebijakan CSR perusahaan?
Konflik Coca-Cola di India mengakibatkan tuduhan bahwa minuman Coca-Cola
diproduksi di dalam negeri yang mengandung pestisida residu. Konflik ini
memberikan efek negatif pada perusahaan Coca-Cola, tidak hanya di India bahkan
sampai ke Amerika.Selain itu, konflik ini mempengaruhi perusahaan secara
ekonomi, dengan menjatuhkan penjualan dan kerugian pendapatan. Konflik yang
dialami oleh Walmart bersifat ketenaga kerjaan. Salah satu mantan pekerjanya
mengajukan gugatan diskriminasi yang berbasis gender. Dan konflik lain yang
dialami Walmart adalah perhatian media yang menyatakan bahwa Walmart di
Bangladesh menggunakan tenaga kerja anak. Supplier Apple juga tertangkap
menggunakan tenaga kerja di bawah umur. Dan Cannon memiliki masalah yang
berhubungan dengan penyakit terkait stres yang dihadapi karyawan di anak
perusahaannya di Denmark.H asil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konflik
yang dialami perusahaan mempengaruhi kebijakan CSR perusahaan. Dengan adanya
konflik
yang
dihadapi
perusahaan
memperhatikan kebijakan CSRmereka.
semakin
membuat
perusahaan
lebih
32
2.4.4 Hae-ryong (2010), Corporate Social Responsibility and EmployeeCompany Identification
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan
dan mengidentifikasi karyawan di perusahaan. Penulis mengambil sampel di
beberapa perusahaan industri di Korea dan melakukan penyebaran kuesioner
sebanyak 150 lembar. Kuesioner dibagikan kepada para manajer CSR di perusahaan
dan
karyawan. Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa dengan adanya CSR
perusahaan dapat menghilangkan stres karyawan selama menghadapi pekerjaan.
Dengan adanya kegiatan CSR karyawan dapat meluangkan sedikit waktunya untuk
berpartisipasi dalam kegiatan CSR dan melupakan sejenak tugas-tugas mereka.
2.4.5 Hansen S. Duane (2011), Corporate Social Responsibility and the Benefits
of Employee.
Penelitian ini dilakukan kepada karyawan kesehatan dengan melakukan
survei dan wawancara langsung kepada karyawan kesehatan. Penelitian ini ditulis
dengan tujuan untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan dan manfaat
karyawan terhadap perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
persepsi karyawan terhadap CSR perusahaan sangat berpengaruh dalam memberikan
manfaat kepada perusahaan. Karyawan beranggapan perusahaan yang memberikan
tanggung jawab sosial yang baik akan mendapatkan manfaat karyawan yang baik
pula. Manfaat karyawan dalam hal memberikan kinerja yang baik kepada
perusahaan.Sehingga secara tidak langsung disimpulkan bahwa tanggung jawab
sosial perusahaan dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
33
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No.
1
Nama Peneliti
Judul
Penelitian
Ayu Ardhillah Anwar Analisis
(2013)
Perspektif
Stakeholder
Terhadap
Implementasi
Corporate
Social
Responsibility
Metode/Jenis
Penelitian
Tehnik
Triangulasi
Hasil Penelitian
Perspektif
stakeholder
terhadap
implementasi
program
Corporate
Social
Responsibility
(CSR) pada PT
Samsung
Electronics
Indonesia (PT
SEIN)
sangat
beragam,
Implementasi
program
CSR
dalam
mengembangkan
konsep
Community
Development
pada PT SEIN,
masih
belum
merata kepada
seluruh
stakeholder.
34
No.
Nama Peneliti
2
Ratih Widiarti (2012)
3
Cristina A.
Torres (2012)
Judul
Penelitian
Hubungan
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)
Terhadap
Keterikan
Karyawan
pada
Perusahaan
Cedillo Four
Case
Studies
on
Corporate
Social
Responsibility;
Do Conflicts
Affect
a
Company’s
Corporate
Social
Responsibility
Policy?
Metode/Jenis
Hasil Penelitian
Penelitian
single
cross- 1. Program CSR
sectional
“Employee
involvement in
CSR program”
(CSR)
mempunyai
hubungan
terhadap
Reputasi Bank
Mandiri.
2. Reputasi
Bank Mandiri
tidak
mempunyai
hubungan
terhadap
keterikatan
karyawan Bank
Mandiri.
3. Program CSR
khususnya
“Employee
involvement in
CSR program”
(CSR)
tidak
mempunyai
hubungan
terhadap
keterikatan
karyawan Bank
Mandiri.
Survei
dan konflik
yang
wawancara
dialami
langsung
ke perusahaan
empat
mempengaruhi
perusahaan,
kebijakan CSR
yaitu
Coca- perusahaan.
Cola,
Dengan adanya
Apple,Walmart, konflik
yang
Cannon.
dihadapi
perusahaan
semakin
membuat
perusahaan lebih
memperhatikan
kebijakan CSR
mereka.
35
No.
Nama Peneliti
4
Hae-ryong (2010)
5
Hansen
(2011)
S.
Judul
Penelitian
Corporate
Social
Responsibility
and EmployeeCompany
Identification
Metode/Jenis
Penelitian
Mengambil
sampel
di
beberapa
perusahaan
industri
di
Korea
dan
melakukan
penyebaran
kuesioner.
Hasil Penelitian
Dalam
penelitian
ini
diungkapkan
bahwa dengan
adanya
CSR
perusahaan
dapat
menghilangkan
stres karyawan
selama
menghadapi
pekerjaan.
Dengan adanya
kegiatan
CSR
karyawan dapat
meluangkan
sedikit waktunya
untuk
berpartisipasi
dalam kegiatan
CSR
dan
melupakan
sejenak tugastugas mereka.
Duane Corporate
Survei
dan Dalam
Social
wawancara
penelitiannya,
Responsibility langsung
peneliti
and
the kepada
menunjukkan
Benefits
of karyawan
bahwa banyak
Employee.
kesehatan.
karyawan
beranggapan
perusahaan yang
memberikan
tanggung jawab
sosial yang baik
akan
mendapatkan
manfaat
karyawan yang
baik
pula.
Manfaat
karyawan dalam
hal memberikan
kinerja
yang
baik
kepada
perusahaan.
(Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber)
36
2.5
Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Acuan
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang berjudul “Hubungan
Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Keterikatan Karyawan Pada
Perusahaan” (2012) oleh Widhiarti. Terdapat beberapa perbedaan dan tambahan
yang akan di rangkum pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Perbedaan Penelitian Acuan dan Penelitian Sekarang
Perbedaan
Judul
Objek Penelitian
Pembahasan
Tahun Penelitian
Penelitian Acuan
Hubungan Corporate Social
Responsibility (CSR) Terhadap
Keterikatan Karyawan Pada
Perusahaan
Penelitian Sekarang
Analisa
Penerapan
Corporate
Social
Responsibility (CSR) Pada
PT.
Bank
Danamon
Indonesia Tbk. Dalam
Mewujudkan
Kesejahteraan Karyawan
PT. Bank Mandiri (Persero)
PT.
Bank
Danamon
Indonesia Tbk.
Penelitian
ini
membahas Penelitian ini membahas
tentang hubungan CSR dengan tentang
kesejahteraan
keterikatan
karyawan
dan karyawan Bank Danamon
reputasi perusahaan.
melalui program CSR
yang dilakukan Bank
Danamon.
2012
2014
(Sumber: Hasil rangkuman sendiri)
Download