BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori Pada bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang mendukung penelitian ini dan penelitian terdahulu yang sebelumnya telah dilakukan. Teori-teori tersebut berhubungan dengan Corporate Social Responsibility. 2.1.1 Teori yang Mendasari Dalam penelitian ini ada beberapa teori yang menjadi dasar dari penulisan penelitian ini. 2.1.1.1 Teori Stakeholder Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal tahun 1970an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha (Waryanti, 2009). Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Tanggung jawab perusahaan seharusnya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stakeholder), namun lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau klaim terhadap perusahaan (Waryanti, 2009). Mereka adalah pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan, kelompok politik, dan asosiasi perdagangan. Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap 9 10 tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap perusahaan (Waryanti, 2009). Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, “ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara yang memuaskan stakeholder”. 2.1.1.2 Kesejahteraan Karyawan 2.1.1.2.1 Pengertian Kesejahteraan Karyawan Karyawan adalah modal utama bagi setiap perusahaan.Sebagai modal, karyawan perlu dikelola agar tetap produktif. Akan tetapi pengelolaan karyawan bukanlah hal yang mudah, karena mereka mempunyai pikiran, perasaan, status, keinginan, dan latar belakang yang berbeda. Oleh sebab itu perusahaan harus bisa mendorong mereka agar tetap produktif dalam mengerjakan tugas-tugas dan tanggung jawab masing-masing, yaitu dengan memberikan sesuatu yang menimbulkan kepuasan dalam diri karyawan. Sehingga perusahaan dapat mempertahankan karyawan yang loyalitas dan memiliki dedikasi yang tinggi serta memiliki pengalaman dan potensi dalam bidang pekerjaannya. Karyawan semacam itu merupakan asset utama yang penting dan salah satu faktor penunjang keberhasilan pekerjaan dalam menjalankan perusahaan. Menurut Hasibuan, M.S.P (2008) kesejahteraan adalah balas jasa lengkap (materi dan non materi) yang diberikan oleh pihak perusahaan berdasarkan kebjaksanaan. Tujuannya untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar produktifitasnya meningkat. Kesejahteraan adalah dapat dipandang sebagai uang bantuan lebih lanjut kepada karyawan. Terutama pembayarannya kepada mereka yang sakit, uang 11 bantuan untuk tabungan karyawan, pembagian berupa saham, asuransi, perawatan dirumah sakit, dan pensiun. Pentingnya program kesejahteraan yang diberikan kepada karyawan dalam rangka meningkatkan disiplin kerja karyawan yang dikemukakan oleh Hasibuan (2008) adalah: “Pemberian kesejahteraan akan menciptakan ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin dan sikap loyal terhadap perusahaan sehingga labour turnover relative rendah”. Dengan tingkat kesejahteraan yang cukup, maka mereka akan lebih tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan ketenangan tersebut diharapkan para karyawan akan lebih berdisiplin. 2.1.1.2.2 Tujuan Program Kesejahteraan Karyawan Program kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan, lembaga atau perusahaan pada karyawan hendaknya bermanfaat, sehingga dapat mendorong tercapainya tujuan perusahaan yang efektif. Program kesejahteraan karyawan sebaiknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak melanggar peraturan pemerintah. Adapun tujuan program kesejahteraan karyawan adalah: 1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan karyawan pada perusahaan. 2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta keluarganya. 3. Memotivasi gairah kerja, disiplin, dan produktifitas karyawan. 4. Menurunkan tingkat absensi dan labour turnover. a. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman. b. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan. 2.1.1.2.3 Hubungan Kemitraan antara Perusahaan dan Karyawan Menurut AIMS (Aspiring for Innovative Management Services), karyawan merupakan asset penting yang dimiliki perusahaan. Sekalipun tidak mempunyai pengaruh besar dalam proses pengambilan keputusan, karyawan adalah asset yang paling banyak kuantitasnya dalam perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus 12 dapat mengetahui dan memahani benar apa yang menjadi hak-hak karyawan. Selain komunikasi yang lancar antara perusahaan dengan karyawan, perhatian yang diberikan perusahaan kepada hak-hak karyawan, dapat menjaga hubungan baik perusahaan dengan karyawan. Kelompok karyawan yang mendapat perhatian yang baik, besar kemungkinan dapat membantu perusahaan mengatasi hal-hal yang tidak terduga, seperti kebakaran, pencurian, kerusakan mesin, dan lainnya. Sebaliknya karyawan yang merasa tidak diperhatikan atau merasa tidak mendapat simpati dari perusahaan akan dapat merugikan perusahaan. Karena karyawan yang merasa hak-hak mereka tidak mendapatkan perhatian dari top management biasanya akan menjadi lebih sensitif. Para karyawan yang tidak puas terhadap keputusan/kebijakan perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan, misalnya melakukan pemogokan massal. Sebagai perusahaan yang baik, dalam menentukan kebijakan/aturan hendaknya hak-hak karyawan diikutsertakan sebagai bahan pertimbangan, misalnya UMR, masalah kesehatan dan keamanan kerja, jaminan kemerdekaan bagi karyawan untuk berserikat, jaminan perusahaan bahwa mereka tidak akan melakukan diskriminasi dalam hal ras, agama, suku, jenis kelamin dan lainnya, jaminan bahwa perusahaan tidak akan melakukan tindak kekerasan baik fisik maupun mental dalam kegiatan bekerja, jam kerja yang sesuai, kompensasi, dan sebagainya. Bila perusahaan telah dapat melindungi dan memenuhi hak-hak karyawannya, sudah barang tentu loyalitas karyawan akan meningkat sehingga diharapkan kinerja karyawan pun meningkat. Namun, kepercayaan karyawan saja belum cukup untuk meningkatkan citra positif perusahaan. Perusahaan tetap memerlukan kepercayaan dari pihak luar seperti masyarakat, pemerintah, dan lainnya. 2.2 Corporate Social Responsibility 2.2.1 Sejarah Singkat Corporate Social Responsibility Sejarah merupakan torehan kejadian masa lampau yang mengungkapkan fenomena realitas sosial yang bisa menjadi kajian menarik dan bermanfaat di masa kini dan mendatang. Dengan memahami sejarah tentang obyek kajian akan bermakna bagi pengungkapan realitas sosial yang lebih obyektif. Gagasan mengenai Corporate 13 Social Responsibility di Amerika Serikat dimulai pada awal abad ke- 20. Pada saat itu banyak perusahaan yang mendapat kritik karena dianggap melakukan praktik monopoli, kecurangan dan tidak peka terhadap masalah-masalah sosial. Usaha-usaha dilakukan untuk meredam kekuatan korporat melalui kekuatan hukum yang menentang penggabungan industri-industri (antitrust laws) dan peraturan-peraturan lainnya. Dalam konteks global, istilah CSR digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya Elkington, John. Dia mengemas CSR dalam tiga fokus atau 3P, yaitu merupaka singkatan dari profit, planet, dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi berkala (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan planet), dan kesejahteraan masyarakat (people). (Rachman, 2011:83) 2.2.1.1 Perkembangan Sejarah Corporate Social Responsibility Konsep CSR pertama kali muncul pada tahun 1953, yaitu dengan diterbitkannya buku yang berjudul “Social Responsibility of Businessman” karya Bowen Howard yang kemudian dikenal dengan “Bapak CSR”. Gema CSR makin bertiup kencang di tahun1960-an ketika persoalan kemiskinan dan keterbelakangan makin mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Tahun 1987, The World Commision on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity. Tahun 1992 KTT Bumi di Rio De Janeiro menegaskan konsep pembangunan berkelanjutan yang didasarkan pada perlindungan lingkungan hidup serta pembangunan ekonomi dan sosial sebagai sesuatu yang harus dilakukan semua pihak, termasuk perusahaan. Tahun 1998, konsep CSR semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business, karya John Elkington. Pada tahun 2002 World Summint Sustainable Development di Yohannesburg memunculkan konsep Social Responsibility yang mengiringi dua konsep sebelumnya, yaitu economic dan environment sustainability.(Rachman, 2011: 81-82) 14 Elkington, John pada tahun 1997 melalui bukunya “Cannibals With Forks: The Tripple Bottom Line in 21st Century Business” mengembangkan konsep tripple bottom line yang merupakan perluasan dari konsep akuntansi tradisional yang hanya memuat single bottom line yakni hasil-hasil keuangan dari aktivitas ekonomi perusahaan. Elkington membagi CSR ke dalam tiga fokus yaitu profit, planet, dan people (3P). Perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi (profit) tapi juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) serta memberikan kontribusi positif dalam mensejahterakan masyarakat (people). Mengacu pada aspek yang terdapat dalam Tripple Bottom Line, yaitu: 1. Profit (Keuntungan). Perusahaan harus tetap berorientasi mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk beroperasi dan terus berkembang. Ini merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama kegiatan usaha setiap perusahaan. 2. People (Masyarakat dan Pemangku Kepentingan). Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak hanya berfokus pada kepentingannya saja untuk memperoleh keuntungan, tapi juga peduli terhadap masyarakat sekitar dimana perusahaan menjalankan kegiatan usahanya. 3. Planet (Lingkungan). Perusahaan peduli tidak hanya lingkungan sosial tapi juga lingkungan hayati. Jika keberadaan perusahaan ingin tetap bertahan maka harus disertakan pula tanggung jawab kepada lingkungan. Perusahaan tidak hanya mementingkan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya pelestarian lingkungan. 2.2.2 Definisi Corporate Social Responsibility CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen bisnis/perusahaan untuk berperilaku etis dalam berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup 15 karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas. (Nurjaman dan Umam, 2012: 127) Definisi CSR menurut Hadi, Nor menyatakan bahwa CSR atau tanggung jawab sosial merupakan sebuah bentuk komitmen perusahaan dalam berkontribusi membangun perekonomian perusahaan yang diimbangi dengan melakukan kegiatan etis yang dapat meningkatkan kualitas hidup dari pekerja atau karyawan beserta keluarganya agar setaraf dengan komunitas lokal dan masyarakat secara luas. (Hadi, 2011:46) Di dalam Green Paper Komisi Masyarakat Eropa 2001 dinyatakan bahwa kebanyakan definisi CSR (tanggung jawab sosial korporat) menunjukan konsep tentang pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam operasi bisnis perusahaan dan para stakeholder-nya. Ada dua hal yang terkait dengan CSR, yaitu pertimbangan sosial dan lingkungan hidup serta interaksi sukarela. (Iriantara, 2010: 49) Menurut Rahman, R (2009:33), CSR bukan program yang dilakukan secara periodik, mengikuti tren, atau tanpa rencana. Program ini dapat mempengaruhi citra perusahaan apabila dilakukan secara sustainable dan menciptakan hubungan jangka panjang dengan komunitas. Menurut Lako, Andreas dalam buku CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi (2011:180), CSR merupakan komitmen berkelanjutan dari suatu perusahaan untuk bertanggung jawab secara ekonomik, legal dan etis terhadap dampak-dampak dari tindakan ekonominya terhadap komunitas masyarakat dan lingkungan serta proaktif melakukan upaya-upaya berkelanjutan untuk mencegah potensi-potensi dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan serta meningkatkan kualitas sosial dan lingkungan. Menurut Fauset, CSR itu, membantu memunculkan citra bahwa suatu perusahaan peduli pada lingkungan, untuk menutupi dampak negatif dengan memenuhi media dengan citra positif tentang pesan CSR perusahaan. CSR memungkinkan bisnis mengklaim adanya kemajuan pada saat terdapat bukti tidak adanya perkembangan positif. Karena banyak kasus bisnis untuk CSR bergantung pada perusahaan yang dianggap bertanggung jawab secara sosial, CSR akan lebih mudah dan murah digunakan untuk mengalihkan isu daripada mengubah suatu keadaan yang sudah terlanjur buruk. (Butterick,K, 2012:98). 16 Menurut CSR Indonesia, definisi CSR adalah upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif. (www.csrindonesia.com) 2.2.3 Lima Pilar Aktivitas Corporate Social Responsibility Konsep Corporate Social Responsibility akan diukur dengan menggunakan lima pilar aktivitas Corporate Social Responsibility dari Prince of Wales International Bussiness Forum, yaitu: 1. Building Human Capital Secara internal, perusahaan dituntut untuk menciptakan SDM yang andal.Secara eksternal, perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan masyarakat. Dijelaskan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab dalam membangun dan mengembangkan kualitas dan taraf hidup publiknya. 2. Strengthening Economies Perusahaan dituntut untuk tidak menjadi kaya sendiri sementara komunitas di lingkungannya miskin, mereka harus memberdayakan ekonomi sekitar. Dijelaskan bahwa perusahaan harus peduli dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal ini merupakan sebuah tanggung jawab dan komitmen yang harus dimiliki perusahaan. 3. Assessing Social Cohesion Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya agar tidak menimbulkan konflik. Dijelaskan bahwa perusahaan harus menjaga keharmonisan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan berbagai kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya kegiatan buka puasa bersama anak yatim piatu. 4. Encouraging Good Governence Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis yang baik yang merupakan tanggung jawab perusahaan. Sebagai contoh 17 perusahaan sebaiknya menjalankan usahanya didasarkan kepada peraturan dan prosedur yang tepat. 5. Protecting The Environment Pengawasan terhadap kelestarian lingkungan yang merupakan keharusan terutama bagi perusahaan yang berhubungan langsung dengan kegiatan pengelolaan sumber daya alam. 2.2.4 Prinsip-Prinsip Corporate Social Responsibility Menurut Crowther, David (2010) mengungkapkan bahwa identifikasi kegiatan CSR melalui 3 prinsip utama, yaitu: 1. Sustainability (Keberlanjutan) Prinsip ini berkaitan dengan tindakan yang dilakukan sekarang dan di kemudian hari dapat berdampak atau berpengaruh terhadap langkah-langkah yang dapat kita ambil di masa depan. 2. Accountability (Pertanggung Jawaban) Dalam sebuah organisasi mengenali setiap aktivitas yang langsung maupun tidak langsung yang berdampak pada lingkungan luar diartikan sebagai bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Konsep ini berlaku dengan mengkualifikasikan akibat apa saja yang dapat timbul dari tindakan yang diambil baik internal organisasi maupun eksternal. Lebih kepada pelaporan terhadap stakeholder yang berhubungan dan menjelaskan bagaimana keterkaitannya antara aktifitas yang dilakukan terhadap stakeholders. 3. Transparency (Keterbukaan) Merupakan sebuah prinsip dimana sebuah dampak eksternal, baik itu dampak positif maupun dampak negatif harus dilaporkan secara nyata sesuai dengan yang terjadi dan apa adanya tanpa ada yang disembunyikan. 18 2.2.5 Pedoman Corporate Social Responsibility 2.2.5.1 ISO 26000 Parameter keberhasilan suatu perusahaan dalam sudut pandang CSR adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni mendapat hasil yang terbaik tanpa merugikan kelompok masyarakat. Pada bulan September 2004, ISO (International Organization for Standardization) sebagai induk organisasi standarisasi internasional berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim yang membidani lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. (entergizer.wordpress.com). Badan Standarisasi Internasional ISO sejak November 2010 telah mengeluarkan ISO 26000 sebagai panduan tentang tanggung jawab sosial yang buka dimaksudkan sebagai sebuah standar atau kebutuhan sertifikasi CSR, tetapi benarbenar sebuah guidance atau panduan yang dapat memandu penerapan tanggung jawab sosial oleh organisasi apapun. ISO 26000 sebagai pedoman dimaksudkan untuk digunakan oleh semua jenis organisasi, baik itu sektor swasta maupun pelayanan masyarakat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Adanya ketidakseragaman dalam penerapan CSR di berbagai negara menimbulkan adanya kecenderungan yang berbeda dalam proses pelaksanaan CSR itu sendiri di masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman umum dalam penerapan CSR di manca negara.Dengan disusunnya ISO 26000 sebagai panduan atau dijadikan rujukan utama dalam pembuatan pedoman Social Responsibility yang berlaku umum, sekaligus menjawab tantangan kebutuhan masyarakat global termasuk Indonesia. Dalam Jalal (2010), CSR menurut ISO 26000 didefinisikan sebagai tanggung jawab dari suatu organisasi untuk dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan ektivitas di masyarakat dan lingkungan melalui transparansi dan perilaku etis yang konsisten dengan perkembangan berkelanjutan dan kesejahteraan dari masyarakat, pertimbangan harapan stakeholder, sesuai dengan ketentuan hukum yang bisaditerapkan dan norma-norma internasional yang konsisten dari perilaku, dan terintegrasi sepanjang organisasi. 19 Dari definisi CSR tersebut prinsip-prinsip yang terkandung pada ISO 26000 dalam Jalal (2010) adalah: a. Akuntabilitas Membuktikan kepada seluruh pemangku kepentingan bahwa perusahaan telah melakukan segala sesuatu dengan benar terkait dampak terhadap masyarakat dan lingkungan atas seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan. b. Transparansi Perusahaan menyatakan secara transparan seluruh keputusan dan aktivitas yang memiliki dampak kepada masyarakat dan lingkungan. Untuk itu perusahaan dituntut atas keterbukaan yang clear, accurate, dan completeness atas seluruh kebijakan, keputusan, dan aktivitas yang dilakukan. c. Perilaku etis Perusahaan harus berperilaku etis sepanjang waktu dengan menegakkan kejujuran, kesetaraan, dan integiritas. Perilaku etis dilaksanakan melalui pengembangan struktur tata kelola yang mendorong perilaku etis, membuat dan mengaplikasikan standar perilaku etis, dan terus meningkatkan standar perilaku etis. d. Penghormatan kepada kepentingan stakeholder Perusahaan harus menghormati dan menanggapi seluruh kepentingan para stakeholder. Dalam hal ini yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah mengidentifikasi, menanggapi kebutuhan, mengenali hak-hak legal dan kepentingan yang sah, serta mengenali kepentingan yang lebih luas terkait dengan pembangunan keberlanjutan. e. Kepatuhan terhadap hukum Sebuah organisasi harus menerima bahwa kepatuhan pada hukum merupakan suatu kewajuban, untuk itu yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah patuh terhadap semua regulasi yang berlaku, memastikan bahwaseluruh aktivitasnya sesuai dengan kerangka hukum yang relevan, patuh kepada seluruh aturan yan dibuat oleh perusahaan sendiri secara adil dan imparsial, mengetahui perubahanperubahan dalam regulas, serta secara periodik memeriksa kepatuhannya. f. Penghormatan terhadap norma perilaku internasional. Di negara-negara dimana hukum nasionalnya atau implementasinya tidak mencukupi untuk melindungi kondisi lingkungan dan sosialnya, perusahaan harus berusaha mengacu kepada norma perilaku internasional. 20 g. Penghormatan terhadap hak asasi manusia Perusahaan harus menghormati serta mengakui pentingnya hak asasi manusia dan sifatnya yang universal. Dalam hal ini yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah ketika ditemui situasi pelanggaran hak asasi manusia, perusahaan harus melindungi hak asasi manusia tersebut dan tidak mengambil kesempatan dari situasi tersebut, dan apabila tidak ada regulasi hak asasi manusia di tingkat nasional, maka perusahaan harus mengacu pada standar internasional. Ketujuh prinsip-prinsip di atas kemudian diintegrasikan dalam tujuh subjek inti yang menjadi pedoman dalam melaksanakan CSR. Ketujuh subjek inti tersebut adalah: 1. Tata kelola organisasi Tata kelola organisasi adalah sistem yang dibuat dan dijalankan oleh sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya. Seluruh organisasi harus memiliki proses, sistem, dan struktur yang memungkinkan untuk mengimplementasikan prinsipprinsip dan praktik social responsibility. 2. Hak asasi manusia Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghormati dan menjaga hak asasi manusia dalam menjalankan kegiatan operasinya serta dalam lingkup pengaruh yang lebih luas. Hak asasi manusia dalam ISO 26000 bersifat dimiliki dan melekat pada semua orang, tidak ada pihak maupun itu pihak pemerintah atau pihak lain yang dapat mencabut atau menghilangkan, berlaku untuk semua orang dan semua kalangan (universal), tidak ada satu hak pun yang dapat diabaikan, pemenuhan hak tertentu terkait dengan pemenuhan hak lainnya. 3. Praktik ketenagakerjaan Praktik ketenagakerjaan meliputi seluruh kebijakan dan implementasi di dalam, oleh, dan atas nama perusahaan. Praktik ketenagakerjaan termasuk tanggung jawab untuk pekerjaan yang sebagian dilakukan oleh pihak lain, diantaranya adalah sub-kontraktor. Pemegang tanggung jawab utama dalam masalah ketenagakerjaan adalah pemerintah. Jika pemerintah gagal membuat legislasi yang memadai, perusahaan harus mengacu pada instrumen internasional dan jika hukum nasional ada walaupun penegakannya belum memadai, perusahaan tetap harus mengacu pada hukum nasional. 21 4. Lingkungan Perusahaan harus menyadari bahwa tanggung jawab lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarya. Perusahaan diharpkan ramah lingkungan dalam menjalankan kegiatan operasinya dengan memperhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan. 5. Praktik operasi yang adil Praktik operasi yang adil menunjukkan pada etika perusahaan dalam berhubungan dengan organisasi lainnya. Ketaatan, promosi, dan dorongan dari berbagai standar perilaku etis mendasari keseluruhan praktik operasi yang adil. 6. Konsumen Dalam berhadapan dengan konsumen, perusahaan haruslah bersikap jujur dalam menjalankan bisnis, melakukan pemasaran, dan menjamin kualitas serta ketersediaan atas produk dan jasa yang dihasilkan. Delapan hak konsumen adalah pemenuhan kebutuhan dasar, keamanan, informasi, memilih, didengarkan, penyelesaian klaim, edukasi, dan lingkungan yang sehat. 7. Perlibatan dan pengembangan masyarakat Perusahaan diharapkan dapat menempatkan diri sebagai bagian dari dan tidak terpisah dari komunitas. Untuk itu perusahaan harus mengakui dan menghormati hak masyarakat untuk menentukan tujuan dan bentuk penggunaan sumber daya serta menghormati karakteristik masyarakat, menghormati kemitraan dan pertukaran pengalaman dan sumber daya. 2.2.5.2 Global Reporting Initiative (GRI) GRI dibentuk oleh CERES (Coalition for Environmentally Responsible Economics) dengan dukungan dari United Nations Environment Programme (UNEP) pada tahun 1997. Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah organisasi nonprofit yang mengembangkan keberlanjutan ekonomi, lingkungan dan social (www.globalreporting.com). Visi dari GRI yaitu sebuah ekonomi global yang berkelanjutan dimana organisasi mengelola kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial, serta dampak dari tanggung jawab dan pelaporan yang transparan. Sedangkan misi dari GRI yaitu untuk membuat standar pelaporan keberlanjutan dengan memberikan pedoman dan dukungan kepada organisasi. Karena itu, GRI menyajikan sebuah 22 kerangka pelaporan keberlanjutan yang komprehensif untuk semua perusahaan dan organisasi yang banyak digunakan di seluruh dunia. GRI memberikan panduan pelaporan organisasi menuju sebuah ekonomi global yang berkelanjutan. Sebuah ekonomi global yang berkelanjutan harus menggabungkan profitabilitas jangka panjang dengan keadilan sosial dan peduli lingkungan. Ini berarti keberlanjutan yang dimaksud meliputi kinerja dalam bidang ekonomi, lingkungan, sosial dan tata kelola. Kerangka pelaporan keberlanjutan GRI memungkinkan semua perusahaan dan organisasi untuk mengukur dan melaporkan kinerja keberlanjutan mereka. Sustainability Reporting Guidelines versi pertama diterbitkan pada bulan Juni 2000. Kemudian GRI menerbatkan G3 pada tahun 2006 dan G3.1 pada tahun 2011. Saat ini GRI melakukan pengembangan Pedoman G4 yang akan diterbitkan pada Mei 2013. Pedoman G3 terdiri dari dua bagian. Bagian 1 berisi panduan tentang bagaimana melaporkan, dan bagian 2 berisi panduan tentang apa yang harus dilaporkan. Indikator G3 disusun dalam kategori ekonomi, lingkungan, dan sosial, yang dibagi lagi menjadi subkategori tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat dan tanggung jawab produk. Pedoman G3.1 merupakan pembaharuan dan penyelesaian dari pedoman G3. Pedoman G3.1 termasuk perluasan petunjuk pada pelaporan mengenai hak asasi manusia, dampak terhadap masyarakat setempat, dan jenis kelamin. Pedoman G3.1 memberikan panduan yang lebih transparan untuk isu-isu yang lebih luas. Pedoman G4 membahas mengenai persyaratan data berkelanjutan, dan memungkinkan organisasi untuk memberikan informasi yang relevan untuk berbagai kelompok stakeholder. Pedoman G4 juga memperbaiki pedoman sebelumnya dengan memperkuat definisi teknis dan meningkatkan kejelasan, serta membantu organisasi dan pengguna informasi dalam hal pelaporan keberlanjutan. 2.2.5.2.1 GRI G3.1 G3.1 merupakan pembaharuan dan penyelesaian pedoman pelaporan berkelanjutan GRI G3. Pedoman ini berisi perluasan petunjuk pada pelaporan mengenai hak asasi manusia, dampak terhadap masyarakat setempat, dan jenis kelamin. Pada tahun 2006, Dewan Direksi menyetujui penerbitan G3. Pada saat itu, para dewan merekomendasikan agar GRI meningkatkan pembinaan terhadap hak 23 asasi manusia, jenis kelamin, dan dampak pada masyarakat. Perluasan pedoman mengenai masalah ini diperlukan untuk menyelesaikan pedoman G3 dan untuk memperluas jangkauan keberlanjutan. Beberapa hal baru dalam G3.1 yang menjadi perbedaan dengan G3, yaitu: a. Hak asasi manusia: sebuah pengantar baru untuk pengungkapan pendekatan manajemen dengan menegaskan kembali peran hak asasi manusia dalam laporan keberlanjutan. Indikator ini mencakup penilaian atas kegiatan dan perbaikan keluhan. b. Masyarakat: sebuah pengantar baru untuk pengungkapan pendekatan manajemen dengan dengan mencerminkan peran serta masyarakat dalam pelaporan keberlanjutan. Indikator ini mencakup dampak negatif yang signifikan terhadap keterlibatan masyarakat setempat. c. Jenis kelamin: banyak indikator yang ada telah meningkatkan acuan untuk gender, beberapa data dirinci berdasarkan gender. Indikator ini mencakup pengendalian dan tingkat retensi setelah cuti karyawan, dan pemberian upah yang sama. Dalam GRI G3.1 terdapat beberapa aspek dan indikator yang membahas terkait dengan tenaga kerja. Beberapa aspek dan indikator di GRI G3.1 yang berkaitan dengan tenaga kerja adalah sebagai berikut: 1. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja: a. Semua tenaga kerja harus diberikan kesehatan dan keselamatan dalam bekerja. b. Pemberian ganti rugi kepada kelurga karyawan atas tingkat cidera, ketidakhadiran, dan kematian yang berhubungan dengan pekerjaan. c. Kesehatan dan keselamatan kerja harus dibahas dalam perjanjian kerja dengan para tenaga kerja. 2. Aspek Pendidikan dan Pelatihan: a. Pelatihan dilakukan per tahun kepada semua karyawan b. Memberikan program yang dapat mendukung kerja karyawan dan membantu mereka dalam mengola karir. 3. Aspek Keanekaragaman dan Kesempatan Kerja yang Sama: a. Semua keanekaragaman karyawan baik menurut jenis kelamin, kelompok usia memiliki kesemapatan yang sama dalam bekerja 24 4. Aspek Remunerasi yang Sama bagi Perempuan dan Laki-laki a. Gaji pokok dan remunerasi yang diberikan untuk karyawan laki-laki dan perempuan sama berdasarkan jenis pekerjaan dan wilayah bekerja. 2.2.6 Keuntungan Melakukan Corporate Social Responsibility Menurut Dr. AB Susanto dalam bukunya yang berjudul “Reputation Driven Corporate Social Responsibility” terdapat 6 keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan jika melakukan program CSR, yaitu: 1. Mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mendongkrak citra perusahaan, yang dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan. Manakala terdapat pihak-pihak tertentu yang menuduh perusahaan menjalankan perilaku serta praktik-praktik yang tidak pantas, masyarakat akan menunjukkan pembelaannya. Karyawan pun akan berdiri di belakang perusahaan, membela institusi tempat mereka bekerja. 2. Berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar miring atau bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih muda memahami dan memaafkannya. 3. Memunculkan keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya-upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebangaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas. 25 4. Memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan stakeholdernya (pemangku kepentingan). Pelaksanaan CSR secara konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak-pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang mereka raih. Hal ini mengakibatkan para stakeholder senang dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan. 5. Meningkatkan penjualan. Konsumen akan lebih menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik. 6. Memperbesar kemungkinan mendapat insentif-insentif lain seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya. Hal ini perlu diperhatikan guna mendorong perusahaan agar lebih giat lagi menjalankan tanggung jawab sosialnya. 2.3 Tahap-tahap Penelitian 2.3.1 Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu data primer dan data sekunder.Selain itu, penulis juga mendapatkan data melalui penelitian kepustakaan. a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2010: 137) yang menyatakan bahwa: “Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh peneliti dengan melakukan observasi dan wawancara langsung kepada pihak-pihak PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. cabang Kolonel Abunjani Jambi yang terkait dengan penjualan produk funding. 26 b. Data Sekunder Pengertian dari data sekunder menurut Sugiyono (2010: 137) adalah “Sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data sekunder yang diperoleh peneliti meliputi profile PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. cabang Kolonel Abunjani Jambi sebagai pelaksana program CSR dalam mewujudkan kesejahteraan karyawan dan data pendukung lainnya. c. Penelitian Kepustakaan Dilakukan untuk mencari informasi tambahan yang tidak didapat oleh peneliti.Peneliti melakukan penelitian kepustakaan melalui membaca buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dari perpustakaan dan internet. 2.3.2 Penentuan Jumlah Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. cabang Kolonel Abunjani Jambi, baik dari jabatan tertinggi hingga jabatan terendah. Peneliti melakukan penyebaran kuesioner secara kepada semua tingkatan karyawan di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. cabang Kolonel Abunjani Jambi. 2.3.3 Metode Pengumpulan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive Sampling adalah penentuan sampel dengan mempertimbangkan kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap objek sesuai dengan tujuan penelitian, dengan kriteria pemilihan objek penelitian, yaitu sebanyak 32 orang yang merupakan karyawan tetap di PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. cabang Kolonel Abunjani Jambi. 2.3.4 Metode Analisis Data Teknik analisis data menurut Miles & Huberman dalam Herdiansyah (2012: 164-165) terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data, tahap kedua adalah tahap reduksi data, tahap ketiga adalah 27 tahap display data, dan tahap keempat adalah tahap penarikan kesimpulan dan/atau tahap verifikasi. Berikut tahapan yang harus dilakukan: 1. Pengumpulan data Proses pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya proses pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau draft. Intinya adalah proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan data dapat dilakukan. Pada awal penelitian kualitatif, umumnya peneliti melakukan studi preelimentary yang berfungsi untuk verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti itu benar-benar ada. Studi pre-elimentary tersebut adalah termasuk dalam proses pengumpulan data. Pada studipre-elimentary, peneliti melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi dari penelitian yang lakukan sebagai kelengkapan data dari penelitian yang dilakukan untuk kemudian dilakukan pengolahan data. Peneliti juga melakukan proses pengumpulan data pada GRI G3.1 terkait dengan aspek dan indikator tenaga kerja untuk mendapatkan kesejahteraan sebagai karyawan yang kemudian data ini akan dilakukan analisa pada bagian pembahasan. 2. Teknik Triangulasi Data Triangulasi data adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data (dokumentasi, wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner) dan sumber data yang telah ada untuk ditarik kesimpulan yang hasilnya sama (Sugiyono, 2010:330). Adapun teknik triangulasi yang dilakukan adalah peneliti melakukan wawancara kepada beberapa informan, observasi langsung kepada salah satu divisi, dokumentasi berupa laporan-laporan terkait CSR, dan melakukan sebaran kuesioner kepada seluruh karyawan. 3. Reduksi Data Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Peneliti membuat rangkuman, memilih data-data yang sesuai dengan 28 penelitian dan membuang data yang dianggap tidak perlu. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan. 4. Display Data Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sudah dikelompokkan dan dikategorikan. Setelah melakukan reduksi data, langkah analisis selanjutnya adalah display data. Penyajian data dilakukan agar data hasil reduksi dapat tersusun rapi agar lebih mudah dipahami. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. 5. Kesimpulan/verifikasi Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan data-data lain yang dapat mendukung penelitian. 2.3.5 Metode Penyajian Data Metode penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian secara mendetail terhadap masalahmasalah berupa fakta dimana pelaksanaan dan hasil penelitian tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data atau hanya untuk memberi gambaran secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti tetapi meliputi analisis dan interpretasi data. 29 2.4 Penelitian Terdahulu Peneliti mendapatkan beberapa referensi jurnal yang digunakan untuk mendukung penelitian ini, sebagai berikut: 2.4.1 Ayu Ardillah Anwar (2013), Analisa Perspektif Stakeholder Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility. Penelitian ini membahas tentang perspektif stakeholder terhadap implementasi CSR pada PT. Samsung Electronics Indonesia (PT. SEIN). Penelitian ini menggunakan tehnik triangulasi, yaitu tehnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tehnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1. Perspektif stakeholder terhadap implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN) sangat beragam. Berikut adalah perspektif masing-masing stakeholder: a. Perspektif Karyawan (Employee) Karyawan memandang CSR perusahaan sebagai suatu program rutin perusahaan yang pelaksanaannya diketahui dan dipahami maksud dan tujuannya tetapi manfaatnya masih belum dirasakan sepenuhnya. Walaupun demikian, karyawan memandang secara umum, CSR PT SEIN sudah berjalan dengan baik. b. Perspektif Manajemen (Management) CSR dimaknai manajemen perusahaan sebagai Community Development yang dipandang sebagai hal yang sangat penting dalam perusahaan karena mengandung unsur kemitraan antara perusahaan dan lingkungan.Sedangkan untuk implementasi CSR, manajemen melihat sudah berjalan sesuai porsinya masing-masing. c. Perspektif Pemerintah (Government) Pemerintah setempat memandang implementasi CSR PT SEIN belum semuanya optimal dan belum adanya koordinasi secara continue antara perusahaan dan pemerintah setempat. Pemerintah berharap program ini 30 dapat diarahkan agar lebih bersinergi dalam program pemerintah dan tidak tumpang tindih dan lebih bermanfaat bagi masyarakat. d. Perspektif Pemilik Perusahaan (Shareholder/Investor) Pemilik perusahaan memandang implementasi CSR bertujuan membangun image atau predikat positif perusahaan di bursa saham, yang pada ujungnya akan meningkatkan nilai saham perusahaan. Hal ini sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup perusahaan hingga jangka panjang. e. Perspektif Masyarakat Luas (Local Communities) Masyarakat lokal menilai bahwa kegiatan CSR perusahaan sudah berjalan dengan baik walaupun masih belum merata akan sosialisasi dan pendistribusian bantuannya, walaupun sebenarnya masyarakat belum memahami hakikat dari CSR itu sendiri ke depan, mereka berharap agar lebih ditingkatkan lagi kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. 2. Implementasi program CSR dalam mengembangkan konsep Community Development pada PT SEIN, masih belum merata kepada seluruh stakeholder. Peneliti menilai program CSR perusahaan sudah menerapkan konsep Community Development. Hal ini dilihat dari Community Development PT SEIN termasuk dalam jenis Development with Community. Merupakan pendekatan yang dilakukan dalan bentuk kolaborasi, dimana keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama, dan sumber daya yang dipakai berasal dari kedua belah pihak. Keterlibatan masyarakat dan upaya pembangunan juga diharapkan dapat mengembangkan rasa memiliki terhadap inisiatif pembangunan yang ada, sekaligus membuat proyek pembangunan menjadi lebih efisien. 2.4.2 Ratih Widiarti (2012), Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Keterikatan Karyawan Pada Perusahaan. Dalam penelitiannya, Ratih melakukan studi kasus pada Bank Mandiri dengan menggunakan desain penelitian single cross-sectional, yaitu dimana satu 31 sampel responden diambil dari target populasi dan informasi yang diperoleh dari sampel hanya satu kali. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Program CSR “Employee involvement in CSR program” (CSR) mempunyai hubungan terhadap Reputasi Bank Mandiri. 2. Reputasi Bank Mandiri tidak mempunyai hubungan terhadap keterikatan karyawan Bank Mandiri. 3. Program CSR khususnya “Employee Involvement in CSR program” (CSR) tidak mempunyai hubungan terhadap keterikatan karyawan Bank Mandiri. 2.4.3 Cristina A. CedilloTorres (2012), Four Case Studies on Corporate Social Responsibility; Do Conflicts Affect a Company’s Corporate Social Responsibility Policy? Penelitian ini melakukan studi kasus pada empat perusahaan besar, yaitu: Apple, Cannon, Coca-Cola, dan Walmart. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang: Apakah konflik mempengaruhi kebijakan CSR perusahaan? Konflik Coca-Cola di India mengakibatkan tuduhan bahwa minuman Coca-Cola diproduksi di dalam negeri yang mengandung pestisida residu. Konflik ini memberikan efek negatif pada perusahaan Coca-Cola, tidak hanya di India bahkan sampai ke Amerika.Selain itu, konflik ini mempengaruhi perusahaan secara ekonomi, dengan menjatuhkan penjualan dan kerugian pendapatan. Konflik yang dialami oleh Walmart bersifat ketenaga kerjaan. Salah satu mantan pekerjanya mengajukan gugatan diskriminasi yang berbasis gender. Dan konflik lain yang dialami Walmart adalah perhatian media yang menyatakan bahwa Walmart di Bangladesh menggunakan tenaga kerja anak. Supplier Apple juga tertangkap menggunakan tenaga kerja di bawah umur. Dan Cannon memiliki masalah yang berhubungan dengan penyakit terkait stres yang dihadapi karyawan di anak perusahaannya di Denmark.H asil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konflik yang dialami perusahaan mempengaruhi kebijakan CSR perusahaan. Dengan adanya konflik yang dihadapi perusahaan memperhatikan kebijakan CSRmereka. semakin membuat perusahaan lebih 32 2.4.4 Hae-ryong (2010), Corporate Social Responsibility and EmployeeCompany Identification Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan dan mengidentifikasi karyawan di perusahaan. Penulis mengambil sampel di beberapa perusahaan industri di Korea dan melakukan penyebaran kuesioner sebanyak 150 lembar. Kuesioner dibagikan kepada para manajer CSR di perusahaan dan karyawan. Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa dengan adanya CSR perusahaan dapat menghilangkan stres karyawan selama menghadapi pekerjaan. Dengan adanya kegiatan CSR karyawan dapat meluangkan sedikit waktunya untuk berpartisipasi dalam kegiatan CSR dan melupakan sejenak tugas-tugas mereka. 2.4.5 Hansen S. Duane (2011), Corporate Social Responsibility and the Benefits of Employee. Penelitian ini dilakukan kepada karyawan kesehatan dengan melakukan survei dan wawancara langsung kepada karyawan kesehatan. Penelitian ini ditulis dengan tujuan untuk mengetahui tanggung jawab sosial perusahaan dan manfaat karyawan terhadap perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi karyawan terhadap CSR perusahaan sangat berpengaruh dalam memberikan manfaat kepada perusahaan. Karyawan beranggapan perusahaan yang memberikan tanggung jawab sosial yang baik akan mendapatkan manfaat karyawan yang baik pula. Manfaat karyawan dalam hal memberikan kinerja yang baik kepada perusahaan.Sehingga secara tidak langsung disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. 33 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1 Nama Peneliti Judul Penelitian Ayu Ardhillah Anwar Analisis (2013) Perspektif Stakeholder Terhadap Implementasi Corporate Social Responsibility Metode/Jenis Penelitian Tehnik Triangulasi Hasil Penelitian Perspektif stakeholder terhadap implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT Samsung Electronics Indonesia (PT SEIN) sangat beragam, Implementasi program CSR dalam mengembangkan konsep Community Development pada PT SEIN, masih belum merata kepada seluruh stakeholder. 34 No. Nama Peneliti 2 Ratih Widiarti (2012) 3 Cristina A. Torres (2012) Judul Penelitian Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Keterikan Karyawan pada Perusahaan Cedillo Four Case Studies on Corporate Social Responsibility; Do Conflicts Affect a Company’s Corporate Social Responsibility Policy? Metode/Jenis Hasil Penelitian Penelitian single cross- 1. Program CSR sectional “Employee involvement in CSR program” (CSR) mempunyai hubungan terhadap Reputasi Bank Mandiri. 2. Reputasi Bank Mandiri tidak mempunyai hubungan terhadap keterikatan karyawan Bank Mandiri. 3. Program CSR khususnya “Employee involvement in CSR program” (CSR) tidak mempunyai hubungan terhadap keterikatan karyawan Bank Mandiri. Survei dan konflik yang wawancara dialami langsung ke perusahaan empat mempengaruhi perusahaan, kebijakan CSR yaitu Coca- perusahaan. Cola, Dengan adanya Apple,Walmart, konflik yang Cannon. dihadapi perusahaan semakin membuat perusahaan lebih memperhatikan kebijakan CSR mereka. 35 No. Nama Peneliti 4 Hae-ryong (2010) 5 Hansen (2011) S. Judul Penelitian Corporate Social Responsibility and EmployeeCompany Identification Metode/Jenis Penelitian Mengambil sampel di beberapa perusahaan industri di Korea dan melakukan penyebaran kuesioner. Hasil Penelitian Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa dengan adanya CSR perusahaan dapat menghilangkan stres karyawan selama menghadapi pekerjaan. Dengan adanya kegiatan CSR karyawan dapat meluangkan sedikit waktunya untuk berpartisipasi dalam kegiatan CSR dan melupakan sejenak tugastugas mereka. Duane Corporate Survei dan Dalam Social wawancara penelitiannya, Responsibility langsung peneliti and the kepada menunjukkan Benefits of karyawan bahwa banyak Employee. kesehatan. karyawan beranggapan perusahaan yang memberikan tanggung jawab sosial yang baik akan mendapatkan manfaat karyawan yang baik pula. Manfaat karyawan dalam hal memberikan kinerja yang baik kepada perusahaan. (Sumber: Dirangkum dari berbagai sumber) 36 2.5 Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Acuan Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang berjudul “Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Keterikatan Karyawan Pada Perusahaan” (2012) oleh Widhiarti. Terdapat beberapa perbedaan dan tambahan yang akan di rangkum pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Perbedaan Penelitian Acuan dan Penelitian Sekarang Perbedaan Judul Objek Penelitian Pembahasan Tahun Penelitian Penelitian Acuan Hubungan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Keterikatan Karyawan Pada Perusahaan Penelitian Sekarang Analisa Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Penelitian ini membahas Penelitian ini membahas tentang hubungan CSR dengan tentang kesejahteraan keterikatan karyawan dan karyawan Bank Danamon reputasi perusahaan. melalui program CSR yang dilakukan Bank Danamon. 2012 2014 (Sumber: Hasil rangkuman sendiri)