Topik Utama POTENSI RESIKO LINGKUNGAN TEKNOLOGI GASIFIKASI BATUBARA BAWAH TANAH (UNDERGROUND COAL GASIFICATION - UCG) Nendaryono Madiutomo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara [email protected] SARI Teknologi gasifikasi batubara bawah tanah (underground coal gasification-UCG) merupakan teknologi konversi batubara ke gas secara in-situ langsung di lapisan batubara bawah tanah tanpa melakukan penggalian batuan penutup dan lapisan batubara terlebih dahulu. Aplikasi UCG dilakukan dengan membuat dua lubang bor, satu lubang berfungsi sebagai media untuk injeksi katalis dan lubang lainnya berfungsi sebagai lubang produksi dengan melalui serangkaian reaksi melibatkan panas, tekanan, batubara, udara dan air. Teknologi gasifikasi batubara di bawah tanah ini disebut juga sebagai teknologi batubara bersih (clean coal technologies). Namun dalam operasional UCG terdapat potensi resiko lingkungan yang mungkin dapat timbul yang harus diantisipasi. Potensi resiko lingkungan sangat dipengaruhi oleh ketepatan dalam pemilihan lokasi, ketepatan teknologi, pengeboran dan proses gasifikasi. Tingkat resiko tergantung dari seberapa besar tingkat probabilitas terjadinya polutan dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Tekanan yang terjadi di sekitar reaktor gasifikasi (caving) yaitu, tekanan hidrostatik (Ph) dan tekanan operasional (Po). Potensi resiko lingkungan dari UCG yang mungkin terjadi adalah kebocoran gas (gas losses) ke formasi batuan (Ph << Po), masuknya air tanah (water influx) ke rongga (Ph >> Po) dan penurunan permukaan tanah (subsidence). Kata kunci : Underground Coal Gasification, sumur injeksi dan produksi, resiko lingkungan 1. PENDAHULUAN Batubara merupakan salah satu sumber energi yang berpotensi menggantikan minyak dan gas bumi di masa depan. Berdasarkan analisis geologi batubara diperkirakan potensi batubara yang dimiliki Indonesia sampai kedalaman ± 300 m cukup besar, sumber daya mencapai 161 miliar ton dan cadangan 28 miliar ton (Sukhyar, 2012), sedangkan kedalaman 1.000 meter diperkirakan masih ditemukan batubara dengan potensi yang jauh lebih besar. Salah satu teknologi yang dapat diimplementasikan untuk mengekstrak batubara yang berada di kedalaman 300 sampai 1.000 meter adalah dengan teknologi gasifikasi batubara bawah tanah (underground coal gasification-UCG). Teknologi UCG merupakan teknologi unconventional untuk mengekstraksi batubara menjadi gas yang dilakukan secara in-situ langsung di lapisan batubara bawah tanah dengan tanpa melakukan penggalian batuan penutup dan lapisan batubara terlebih dahulu. Teknologi ini dilakukan dengan membuat dua atau lebih sumur bor, satu sumur bor berfungsi sebagai media untuk injeksi katalis dan sumur bor lainnya berfungsi sebagai sumur produksi. Proses UCG ini dilakukan melalui serangkaian reaksi yang melibatkan panas, tekanan, udara, batubara dan air. Dalam menerapkan teknologi Potensi Resiko Lingkungan Teknologi Gasifikasi Batubara Bawah Tanah (UCG) ; Nendaryono Madiutomo 49 Topik Utama UCG ini terdapat potensi resiko terhadap lingkungan yang tidak bisa dihindari namun kemungkinan bisa diperkecil (diminimalisasi) dengan melakukan pemilihan lokasi, teknologi, pengeboran dan proses gasifikasi yang tepat. Tingkat resiko tergantung dari seberapa besar probabilitas terjadinya polutan dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Adapun potensi resiko lingkungan dari UCG yang mungkin dapat timbul, antara lain kebocoran gas ke formasi batuan di sekitar rongga (caving), masuknya air tanah ke rongga (water influx) dan terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence). Tulisan ini menyajikan analisis resiko lingkungan akibat penerapan teknologi UCG supaya dapat mengurangi atau memperkecil resiko lingkungan yang mungkin dapat ditimbulkan akibat adanya kegiatan operasional UCG. 2. TINJAUAN TEKNOLOGI UCG Pada umumnya terdapat dua jenis teknologi UCG yang dikenal di dunia, yaitu teknologi reverse combustion (counter current combustion), old Russian methods (Cougar Energy, Angren Uzbek) dan pengeboran direksional (Directional Drilling, Carbon Energy, Linc Energy). Kedua teknologi aplikasi UCG tersebut mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Pembakaran terbalik (Reverse combustion/ counter current combustion), old Russian methods (Cougar Energy, Angren Uzbek). (Lihat Gambar 1). – Proses : Menghubungkan sumur injeksi dengan sumur produksi melalui injeksi udara tekanan tinggi dan pembakaran batubara. – Kelebihan : Peralatan lebih sederhana, proven dalam skala komersial di Angren Uzbekistan, biaya pembuatan permodul lebih murah. – Kelebihan : Tidak semua batubara cocok (mengandalkan natural crack pada batubara), umur modul gasifier pendek (panjang <100m), waktu pembuatan gasifier per meter lama. – Aplikasi : Angren Uzbekistan (Linc energy), Kingaroy Australia (Cougar Energy), Majuba Afrika Selatan (Eskom), Selandia Baru (Solid Energy) Gambar 1. (a) Reverse Combustion (b) Forward Combustion (Abdul Waheed Bhutto dkk,2012) 50 M&E, Vol. 12, No. 2, Juni 2014 Topik Utama b. Pengeboran direksional (Directional Drilling, Carbon Energy, Linc Energy) (Lihat Gambar 2). – Proses : Menghubungkan sumur injeksi dengan sumur produksi melalui pemboran horizontal (directional drilling) – Kelebihan : Umur gasifier lebih lama (panjang >500m), tidak tergantung pada natural crack, posisi gasifier dapat diatur menggunakan coil tubing yang dialiri udara/oksigen. – Kekurangan : Perlu investasi lebih mahal, perlu ahli dalam directional drilling, belum proven dalam skala komersial – Aplikasi : Chincilla Australia (Linc Energy), Waterberg Afrika Selatan (Exxaro Resources), Bloodwood Creek Australia (Carbon Energy), Inner Mongolia (Zhengzhou Coal Industry Group). Ada beberapa parameter yang perlu dipertimbangkan sebagai bahan untuk pemilihan teknologi UCG di Indonesia. (Tabel 1). Gambar 2. Directional drilling (Linc Energy, 2011) Tabel 1. Parameter prasyarat UCG No. Parameter Kondisi di Indonesia 1. Lapisan atas dan bawah yang impermeable Umumnya batuan pengapit adalah batuan klastik halus (impermeable) 2. Ketebalan batubara > 5 meter Ketebalan batubara 5 – 20 meter 3. Kedalaman lapisan batubara > 200 meter Kedalaman lapisan batubara > 200 meter 4. Cadangan batubara = 150 juta ton untuk produksi 155 mmscfd, selama 25 tahun Cadangan batubara > 150 juta ton 5. Kondisi struktur geologi tidak kompleks Kondisi struktur geologi sederhana 6. Kadar abu + air < 60% Kadar abu + air < 60% 7. Peringkat batubara < bituminus Umumnya lignit dan subbituminus Potensi Resiko Lingkungan Teknologi Gasifikasi Batubara Bawah Tanah (UCG) ; Nendaryono Madiutomo 51 Topik Utama Pemilihan teknologi UCG sangat erat kaitannya dengan kondisi struktur geologi setempat, karaktertistik, peringkat batubara, kedalaman, ketebalan lapisan batubara dan aspek lingkungan. Mengingat kondisi struktur geologi di Indonesia cukup sederhana dan peringkat batubara pada umumnya adalah lignit dan subbituminus, maka teknologi UCG yang dipakai dapat menggunakan teknologi "Pengeboran direksional" (Directional Drilling) atau teknologi Pembakaran terbalik (Reverse combustion/ counter current combustion). Proses awal UCG adalah dengan melakukan pengeboran pada dua atau lebih boreholes hingga mencapai lapisan batubara (coal seam), satu sumur berfungsi sebagai media untuk injeksi katalis dan lubang lainnya berfungsi sebagai sumur produksi. Selanjutnya membuat jalur lubang penghubung di antara lubang (well linking) dengan cara melakukan "directional drilling" atau "hydraulic fracturing". Batuan pengapit lapisan batubara (overburden underburden) merupakan batuan kedap air sehingga dapat menahan gas keluar maupun adanya tekanan air di sekitar lapisan batubara. Tahap berikutnya batubara dinyalakan (ignition) dan pembakaran dipertahankan dengan menyuntikkan udara/oksigen murni dan atau dengan steam (injection well), kemudian gas bertekanan akan mengalir keluar melalui lubang produksi (production well) menuju ke permukaan. (Gambar 3) (Hattingh L. 2008). Proses UCG mempunyai beberapa keuntungan lain : – Membutuhkan lahan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan tambang konvensional – Tenaga kerja sedikit – Tidak perlu memindahlan tanah atas (overburden) – Batubara yang semula tidak bisa ditambang karena terlalu dalam dapat dikonversi menjadi gas sehingga meningkatkan cadangan energi nasional – Tidak membutuhkan unit pencucian batubara – Tidak memerlukan rehabilitasi lahan yang signifikan – Biaya operasi fasilitas UCG relatif lebih rendah karena tidak perlu reaktor gasifikasi, pengolahan dan pengangkutan batubara serta penanganan limbah abu batubara – Emisi CO 2 lebih rendah karena berkurangnya unit proses – Tidak perlu tempat penyimpanan batubara bersih – Tidak terdapatnya abu terbang (fly ash) Gambar 3. Konversi batubara ke gas (Hattingh, 2008) 52 M&E, Vol. 12, No. 2, Juni 2014 Topik Utama – – – – – Tidak ada emisi gas metan dan tempat buangan (Disposal) Kandungan sulfur > 0,001%: (GTL), efisiensi dan mengurangi emisi udara. Pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 25 % (UCG syngas digunakan untuk pembangkit listrik). Penurunan emisi partikulat sebesar 35 % (mesin diesel). Penurunan emisi hidrokarbon sebesar 43 % (mesin diesel). 3. POTENSI RESIKO LINGKUNGAN UCG Dalam pelaksanaannya, teknologi UCG mempunyai resiko lingkungan. Tingkat resiko lingkungan tersebut bergantung pada seberapa besar tingkat probabiltas terjadinya polutan dari proses UCG dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Potensi resiko dan dampak lingkungan dari UCG yang mungkin dapat timbul, antara lain kebocoran gas (leakage) ke formasi di sekitar rongga, masuknya air tanah (water influx) ke rongga, pencemaran air tanah (groundwater contamination) melalui lapisan akuifer dan terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence). Hal ini mungkin dapat terjadi akibat lapisan atas (overburden) maupun lapisan bawah (underburden) dari lapisan batubara (batuan pengapit) tidak bersifat impermeable (tidak kedap) dan rekahan-rekahan yang terjadi akibat adanya tekanan dan panas yang berlebih (over-pressure burn zones). Pemilihan lokasi yang tepat dan sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh UCG merupakan hal yang mutlak harus dilakukan untuk menghindari atau memperkecil dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Selanjutnya perlu dilakukan penilaian terhadap resiko yang mungkin terjadi, antara lain penilaian terhadap kondisi struktur geologi secara berkala, stratigrafi, kondisi struktur batuan, kondisi geomekanika batuan pendukung, kondisi geokimia, kondisi hidrologi dan hidrogeologi. Di samping itu, perlu pula dipertimbangkan sumberdaya dan peringkat batubara, kedalaman dan ketebalan lapisan batubara, jarak terhadap sungai dan penduduk setempat. Proses gasifikasi batubara bawah tanah ini melalui serangkaian reaksi melibatkan panas, tekanan, udara, batubara dan air. Potensi resiko gasifikasi UCG terhadap lingkungan tidak bisa dihindari namun kemungkinan bisa diperkecil (diminimalisasi) dengan melakukan pemilihan lokasi yang tepat, ketepatan teknologi, pengeboran dan proses gasifikasi. Potensi tingkat resiko tergantung dari seberapa besar tingkat probabiltas terjadinya polutan dan tingkat pengaruhnya terhadap lingkungan. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan mitigasi risiko tersebut. Ada pendekatan formulasi yang bisa digunakan untuk menilai suatu potensi tingkat resiko, yaitu (Lihat Tabel 2). Tingkat Resiko = Probabilitas Terjadinya Resiko x Potensi Dampak Resiko Semua proses industri memiliki resiko terhadap dampak lingkungan begitupun UCG, namun bila ditangani dengan teknologi yang tepat dan benar serta desain yang efektif, maka potensi resiko lingkungan dari UCG dapat diminimalkan. Kegiatan UCG meliputi pekerjaan infrastruktur, pemboran sumur injeksi dan produksi, pembakaran serta produksi gas yang melibatkan adanya panas, tekanan, batubara dan air. Proses tersebut meliputi pekerjaan baik di atas permukaan tanah maupun di bawah tanah yang memiliki potensi terhadap dampak di sekitarnya. Dalam proses gasifikasi UCG terdapat 2 tekanan, yaitu tekanan operasional (Po) dan tekanan hidrostatik (P h ) yang sangat berpengaruh terhadap potensi adanya kebocoran gas (gas losses) dan masuknya air tanah (water influx). Adapun potensi resiko lingkungan akibat teknologi UCG yang mungkin dapat ditimbulkan, antara lain; a. Kebocoran Gas (Gas Lost) Apabila tekanan operasional di dalam reaktor gasifikasi lebih besar dari pada tekanan hidrostatik yang ada di sekitar formasi batuan (Po >> P h), maka akan terjadi potensi adanya Potensi Resiko Lingkungan Teknologi Gasifikasi Batubara Bawah Tanah (UCG) ; Nendaryono Madiutomo 53 Topik Utama Tabel 2. Analisis resiko UCG (Krause, 2011) 1 Probabilitas Terjadinya Resiko Tinggi 2 3 No Potensi Dampak Resiko Resiko Rendah Resiko Rendah (LR) Rendah Tinggi Resiko Rendah (LR) Tinggi Tinggi Resiko Tinggi (HR) Keterangan : – Apabila probabilitas terjadinya resiko adalah tinggi sedangkan potensi dampak resikonya rendah, maka masuk kriteria resiko kecil (Low Risk, LR) – Apabila probabilitas terjadinya resiko adalah rendah sedangkan potensi dampak resikonya tinggi, maka masuk kriteria resiko kecil (Low Risk, LR) – Apabila probabilitas terjadinya resiko adalah tinggi sedangkan potensi dampak resikonya tinggi, maka masuk kriteria resiko tinggi (High Risk, HR) kebocoran gas dari zona reaktor gasifikasi UCG (caving) ke formasi batuan disekitarnya. Kebocoran gas ini biasanya terjadi selama proses gasifikasi berlangsung. (Lihat Gambar 4). b. Masuknya Aliran Air Tanah (Water Influx) Apabila tekanan operasional di dalam reaktor gasifikasi lebih kecil dari pada tekanan hidrostatik yang ada di sekitar formasi batuan (Po << Ph), maka akan terjadi potensi masuknya air tanah dari formasi batuan disekitarnya ke zona reaktor gasifikasi UCG (caving) melalui rekahan-rekahan yang terbentuk. Potensi masuknya airtanah ini biasanya terjadi setelah proses gasifikasi berlangsung (Post Gasification). (Lihat Gambar 5). Dengan masuknya air ke reaktor gasifikasi UCG disatu sisi akan terjadi proses pencucian abu (ash leaching region) dan disisi lain akan terjadi aliran air tanah keluar formasi batuan hal ini akan berpotensi terjadinya kontaminasi air tanah. Potensi terjadinya kontaminasi air tanah ini dapat diminimalisasi melalui upaya pencegahan dan pengendalian operasional yang efektif, hal ini untuk mencegah migrasi kontaminan lebih jauh dari daerah tersebut (Shu-qin dkk, 2007). Gambar 4. Kebocoran Gas (Po >> Ph)(Shu-qin dkk, 2007) 54 M&E, Vol. 12, No. 2, Juni 2014 Topik Utama Q m3/detik Gambar 5. Masuknya aliran air tanah (Po << Ph) (Shu-qin dkk, 2007) Untuk menghindari adanya potensi resiko masukan air tanah dan terjadinya kebocoran gas di zona reaktor gasifikasi UCG, maka sebelum dilakukan proses injeksi oksigen (steam) di sumur bor injeksi perlu diketahui terlebih dahulu besarnya tekanan hidrostatik (Ph) di sekitar zona reaktor gasifikasi UCG. Setelah itu baru dilakukan proses injeksi oksigen dengan tekanan yang dikontrol besarnya, sehingga antara tekanan operasional (Po) dan tekanan hidrostatitik (Ph) dapat diupayakan mendekati keseimbangan. Pengontrolan kedua tekanan tersebut perlu dilakukan selama dan sesudah proses gasifikasi UCG selesai. Untuk mengetahui potensi volume air (Q) yang terdapat di sekitar reaktor gasifikasi UCG, secara umum dapat digunakan dengan pendekatan rumus-hukum Darcy's (Neven Kresic, 2007). Asumsi di suatu daerah penelitian diketahui jenis akuifernya adalah jenis akuifer tertekan (confined aquifer), aliran steady-state, homogeneous, isotropic, dengan karakteristik hidrolika air antara lain sebagai berikut; nilai permeabilitas (K)=2 x 10-4 m/detik, total ketebalan lapisan akuifer (b) = 20 m, beda elevasi (vertical drop) h, (h1 - h2) = 3,50 m, panjang aliran air (L) = 1000 m, lebar aliran air (W) = 500 m, asumsi untuk satu modul UCG diperkirakan dengan luas daerah = 20.000 m2 (A), maka perkiraan potensi volume air tanah (Q) di daerah tersebut dapat diketahui, yaitu; (Darcy's Law). (Lihat Gambar 6). Potensi resiko kontaminasi (pencemaran) air tanah bisa terjadi, antara lain karena; (Lihat Gambar 7) – Potensi gas hilang (gases lost) yang masuk ke formasi batuan terjadi selama proses gasifikasi. – Potensi masuknya airtanah (water influx) ke rongga pembakaran (cavity) terjadi saat pasca pembakaran gasifikasi (postgasification) dengan waktu kurang dari 1 minggu. – Potensi pembilasan uap dan konveksi air (steam flushing and water convection) terjadi saat pasca pembakaran gasifikasi dengan waktu kurang dari 1 tahun. – Potensi wilayah aliran air tanah (regional groundwater flow) terjadi saat pasca pembakaran gasifikasi dengan waktu sampai 1 tahun. – Nilai permeabilitas (hydraulic conductivity) pada formasi batuan di sekitar rongga pembakaran lebih besar dari nilai permeabilitas di batubara. – Kekuatan batuan pada formasi di sekitar rongga pembakaran lebih kecil (lemah) dari kekuatan batubara. – Batuan yang berada di bawah reaktor gasifikasi adalah tinggi, maka dari sisi lain air tanah akan keluar melalui rekahan-rekahan yang terjadi berpotensi terjadinya pencemaran proses pencucian keluar (leaching out contaminants). – Pada ruang-rongga gasifikasi terjadi runtuhan, sehingga terjadi kontak antara lapisan batubara dengan lapisan akuifer. – Keseimbangan antara tekanan hidrostatik di sekitar formasi batuan dan tekanan operasional terganggu. – Penyebaran pencemaran air tanah merupakan fungsi jarak dan waktu. Potensi Resiko Lingkungan Teknologi Gasifikasi Batubara Bawah Tanah (UCG) ; Nendaryono Madiutomo 55 Topik Utama Gambar 6. Perkiraan potensi volume air tanah (Krause, 2011) c. Pencegahan Resiko Kontaminasi Air Tanah Pada dasarnya resiko pencemaran air tanah dapat dicegah atau diminimasi kemungkinan terjadinya dengan melakukan, antara lain; – Pemilihan lokasi yang tepat sesuai dengan kondisi struktur geologi yang dipersyaratkan – UCG (menghindari adanya patahan dan kontak dengan lapisan akuifer). Lapisan batuan pengapit atau lapisan atas (overburden) dan lapisan bawah (underburden) batubara harus bersifat kedap air (impermeable) dan kuat (Sinha, 2007). Gambar 7. Potensi kontaminasi air tanah (Burton dkk, 2007) 56 M&E, Vol. 12, No. 2, Juni 2014 Topik Utama – – – – – – Menjaga keseimbangan antara tekanan hidrostatik (Ph) dan tekanan operasional (Po), panas, keterdapatan air tanah, lapisan batubara. Monitoring terhadap proses pembakaran (UCG cavity). Pencegahan terjadinya bocoran gas dan air tanah baik karena adanya rongga-rongga liar dan terjadinya runtuhan. Hindari adanya patahan dan lapisan aquifer yang terpotong oleh proses UCG. Mengatur (kontrol) tekanan operasional (Po) dan tekanan hidrostatitik (Ph) di sekitar zona reaktor gasifikasi UCG. Sedangkan untuk mencegah kontaminasi pada air permukaan perlu dibuatkan infrastruktur dan sistem pengelolaan air (water treatment management) di permukaan dengan baik, yaitu dengan membuat saluran air (drainage system) dan kolam pengendap (settling pond) sebelum air dibuang ke sungai. d. Terjadinya Penurunan Permukaan Tanah (Subsidence) Potensi resiko terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence) pada proses UCG adalah sama dengan penurunan permukaan tanah baik pada kegiatan tambang terbuka dan tambang bawah permukaan sehingga penanganannya adalah sama. Terjadinya penurunan permukaan tanah tersebut tergantung pada beberapa faktor antara lain (Lihat Gambar 8) : kondisi batubara, ketebalan lapisan, kedalaman lapisan batubara, kekuatan lapisan batuan di atasnya dan lebar batubara yang diekstraksi dengan gasifikasi. Setelah faktor-faktor ini dipahami, maka operasi UCG dapat dirancang untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence). Untuk itu pemilihan lokasi yang tepat untuk UCG sangat dipengaruhi oleh kondisi strukutur geologi, khususnya dipilih jenis lapisan batuan/tanah yang keras (impermeable) baik pada lapisan di atas (overburden) maupun pada lapisan di bawahnya (underburden). Gambar 8. Penurunan permukaan tanah (subsidence)(Su dkk, 2013) Potensi Resiko Lingkungan Teknologi Gasifikasi Batubara Bawah Tanah (UCG) ; Nendaryono Madiutomo 57 Topik Utama 4. PENANGANAN LINGKUNGAN PASCA PROSES UCG Setelah kegiatan UCG selesai, maka penanganan lahan pasca proses UCG dapat segera dilakukan, antara lain : – Setelah proses UCG selesai, lubang bor produksi dan injeksi dapat segera ditutup (sealed UCG well). Adanya gas CO2, dan panas dalam cavity dapat merambat (rambat panas) ke atas permukaan melalui rongga-rongga yang terbentuk, hal ini berpotensi untuk mencemari air permukaan (Lihat Gambar 9). – Infrastruktur pendukung bisa langsung dipindahkan. – Lahan atau tanah pasca proses UCG dapat dipergunakan lagi untuk kepentingan lainnya, antara lain; untuk lahan perkebunan, pertanian, peternakan dan lainnya. – Resiko adanya konflik lahan lebih kecil dibandingkan dengan lahan tambang konvensional. 5. KESIMPULAN DAN SARAN a. Potensi resiko lingkungan dari penerapan UCG adalah kebocoran gas (gas lost) ke formasi batuan di sekitar rongga (caving), masuknya air tanah ke rongga (water influx) dan terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence). b. Jika tekanan operasional (Po) lebih kecil dari tekanan hidrostatik (Ph), maka akan terjadi masuknya aliran air tanah (water influx) ke dalam rongga. Jika tekanan operasional (Po) lebih besar dari tekanan hidrostatik (Ph), maka akan terjadi kebocoran gas (gas lost) ke formasi batuan di sekitarnya. Hal ini berpotensi terjadinya leaching out contaminants. c. Persyaratan pemilihan lokasi UCG antara lain; lapisan atas dan bawah (batuan pengapit batubara) bersifat impermeable, ketebalan batubara > 5 meter, kedalaman batubara > 200 meter, cadangan batubara 150 juta ton, kondisi struktur geologi tidak kompleks, kadar abu + air < 60%, peringkat batubara < bituminous, hindari adanya patahan dan memotong lapisan akuifer, lokasi UCG jauh dari penduduk, sungai, hutan lindung danau. d. Jika karakteristik hidrolika lapisan akuifer di daerah penelitian termasuk jenis akuifer tertekan (confined aquifer), aliran steadystate, homogeneous, isotropic, nilai permeabilitas (K)=2 x 10-4 m/detik, total ketebalan lapisan akuifer (b) = 20 m, beda elevasi (vertical drop) h, (h1 - h2) = 3,50 m, panjang aliran air (L) = 1000 m, lebar aliran air (W) = 500 m, maka perkiraan potensi volume air (Q) di sekitar daerah penelitian = 7 x 10-3 m3/detik. Gambar 9. Potensi pencemaran air permukaan pasca proses UCG (Paul L Younger and Gerardo Gonzalez., 2010) 58 e. Analisis resiko lingkungan UCG dapat digunakan dengan penilaian terhadap tinggi rendahnya probabilitas terjadinya resiko dan potensi dampaknya. Jika probabilitas terjadinya resiko tinggi dan potensi dampak resikonya rendah, masuk kriteria resiko kecil. Jika probabilitas terjadinya resiko rendah dan potensi dampak resikonya tinggi, M&E, Vol. 12, No. 2, Juni 2014 Topik Utama masuk kriteria resiko kecil. Jika probabilitas terjadinya resiko tinggi sedangkan potensi dampak resikonya tinggi, masuk kriteria resiko tinggi (high risk). f. Setelah kegiatan gasifikasi batubara bawah tanah (UCG) selesai dan ditutup (sealed UCG well), perlu dilakukan monitoring secara berkala terhadap potensi resiko lingkungan. g. Perlu penelitian lebih detail dan mendalam terkait program pengusahaan teknologi UCG di Indonesia, baik didukung dengan kajian akademis, teknis, ekonomi, lingkungan, policy paper dan studi kelayakan (FS) serta didukung dengan regulasi pengusahaan UCG. DAFTAR PUSTAKA Abdul Waheed Bhutto, Aqeel Ahmed Bazmi, Gholamreza Zahedi.,2012, Underground Coal Gasification From Fundamentals to Application, Progress in Energy and Combustion Science, Pakistan and Malaysia. Linc Energy., 2011, UCG Technology, Modelling and Direction Drilling Project Developments, San Francisco. Neven Kresic., 2007, Hydrogeology and Groundwater Modeling, second edition, CRC Press Taylor & Francis Group, Boca Raton, London, New York. Paul L Younger and Gerardo Gonzalez., 2010. The Groundwater Hydrology of Underground Coal Gasification Coupled to Carbon Capture and Storage, Sir Joseph Swan Centre for Energy Research, Newcastle University, UK. Third International Symposium, Managing Consequences of a Changing Global Environment, Newcastle 2010 Shu-qin, L., Jing-gang, L., Mei, M., Dong-lin, D., 2007, Groundwater Pollution from Underground Coal Gasification, School of Chemistry and Environmental Engineering, China University of Mining & Technology, Beijing. Stefan Krause., 2011, Earth Science and Geography Department, Keele University, London. Burton, Elizabeth; Friedmann, Julio; Upadhye, Ravi., 2007, Best Practices in Underground Coal Gasification (Report), Lawrence Livermore National Laboratory. W-7405Eng-48. Su, F., Nakanowataru, T., Itakura, K., Ohga., K., Deguchi, G., 2013, Evaluation of Structural Changes in the Coal Specimen Heating Process and UCG Model Experiments for Developing Efficient UCG Systems. Hattingh, L., 2008, Underground Coal Gasification, SASOL Mining (Pty) Ltd. Sukhyar, 2012, Potensi Batubara di Indonesia, Badan Geologi, Kementerian ESDM. Krause, S., 2011, Hydro-geological Implications of Underground Coal GasificationEnvironmental Risk Assessment, Environmental Geoscience Earth Science and Geography, Keele University, London. Potensi Resiko Lingkungan Teknologi Gasifikasi Batubara Bawah Tanah (UCG) ; Nendaryono Madiutomo 59