aspek hukum bisnis

advertisement
ASPEK HUKUM BISNIS
A. ASPEK HUKUM LEASING (SEWA GUNA
USAHA)
B. ASPEK HUKUM WARALABA (FRANCHISE)
C. ASPEK HUKUM ASURANSI
(PERTANGGUNGAN)
D. ASPEK HUKUM PERBANKAN
ASPEK HUKUM LEASING
(SEWA GUNA USAHA)
I. PENGERTIAN
SK Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991
tanggal 27 November 1991 adalah:
“Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala”.
II. PIHAK DALAM KEGIATAN LEASING
A. Lessor, adalah perusahaan leasing yang biasanya
menyediakan barang modal atau menyediakan fasilitas
pembiayaan bagi nasabah yang membutuhkan.
B. Lessee, adalah pihak atau nasabah yang membutuhkan
barang modal atau memerlukan pembiayaan.
C. Supplier, adalah pihak yang memiliki atau juga
memproduksi barang modal yang diperlukan oleh lessee
dengan perantaraan lessor. Dalam hal-hal tertentu
supplier dapat bertindak sebagai lessor.
D. Asuransi, adalah pihak perusahaan yang akan
menanggung resiko apabila terjadi kerugian terhadap
barang yang menjadi objek leasing.
III. PERJANJIAN LEASING
Perihal dalam isi perjanjian :
a. Nama dan alamat lessee
b. Jenis barang modal yang diinginkan
c. Jumlah atau nilai barang yang dileasingkan
d. Syarat-syarat pembayaran
e. Syarat-syarat kepemilikan atau syarat lainnya
f. Biaya-biaya yang dikenakan
g. Sanksi-sanksi apabila lessee ingkar janji
IV. JENIS KEGIATAN
A. Finance Leasing, merupakan bentuk sewa guna
usaha yang kontraknya relatif untuk jangka waktu
yang cukup panjang.
B. Operating Lease, merupakan bentuk leasing yang
jangka waktu kontrak sewa guna usahanya relatif
singkat, dan setiap saat dapat dibatalkan oleh lessee
dengan suatu pemberitahuan terlebih dahulu kepada
lessor.
ASPEK HUKUM WARALABA
(FRANCHISE)
A. PENGERTIAN
Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2007
adalah: “Perikatan dimana salah satu pihak
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak
lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan
yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang dan atau
jasa”.
B. PIHAK DALAM PERJANJIAN
1. Pemberi waralaba : badan usaha atau perorangan
yang memberikan hak kepada pihak lain untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas
kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas
usaha yang dimilikinya.
2. Penerima waralaba : badan usaha atau perorangan
yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau
penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi
waralaba.
C. PERJANJIAN WARALABA
- Waralaba diselenggarakan berdasarkan perjanjian tertulis
antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba.
- Perjanjian harus dibuat dalam bahasa Indonesia dan berlaku
hukum Indonesia.
- Perihal dalam isi perjanjian :
a. Nama, alamat dan tempat kedudukan perusahaan
masing-masing pihak.
b. Nama dan jabatan masing-masing pihak yang
berwenang menandatangani perjanjian.
c. Nama dan jenis hak atas kekayaan intelektual , penemuan
atau ciri khas usaha misalnya sistem manajemen cara
penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan
karakteristik khusus yang menjadi objek waralaba.
d. Hak dan kewajiban masing-masing pihak serta
bantuan dan fasilitas yang diberikan kepada penerima
waralaba.
e. Wilayah pemasaran.
f. Jangka waktu perjanjian dan tata cara perpanjangan
perjanjian serta syarat-syarat perpanjangan perjanjian.
g. Cara penyelesaian perselisihan.
h. Ganti rugi dalam hal terjadi pemutusan perjanjian.
i. Tata cara pembayaran imbalan.
D. PERSYARATAN WARALABA
1. Pemberi waralaba dan penerima waralaba/penerima
waralaba lanjutan mengutamakan penggunaan barang
dan atau bahan hasil produksi dalam negeri sebanyakbanyaknya sepanjang memenuhi standar mutu barang
dan jasa yang disediakan.
2. Pemberi waralaba mengutamakan pengusaha kecil dan
menengah sebagaimana penerima waralaba/penerima
waralaba lanjutan.
3. Dalam hal penerima waralaba/penerima waralaba lanjutan
bukan merupakan pengusaha kecil dan menengah,
pemberi waralaba dan penerima waralaba/penerima
waralaba lanjutan wajib mengutamakan kerjasama.
4. Pemberi waralaba dilarang menunjuk lebih dari 1 (satu)
penerima waralaba dilokasi tertentu.
ASPEK HUKUM ASURANSI
(PERTANGGUNGAN)
I.
PENGERTIAN
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 :
“Perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan”.
II. DASAR HUKUM
- Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian.
- Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.
III. JENIS ASURANSI
A. Segi Fungsi
1. Asuransi kerugian
a. Asuransi kebakaran
b. Asuransi pengangkutan
2. Asuransi jiwa
a. Asuransi berjangka
b. Asuransi tabungan
c. Asuransi seumur hidup
d. Anuity contract insurance
3. Reasuransi
B. Segi Kepemilikan
1. Asuransi milik pemerintah
2. Asuransi milik swasta nasional
3. Asuransi milik perusahaan asing
ASPEK HUKUM PERBANKAN
A. PENGERTIAN
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
yang dimaksud Bank adalah:
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak”.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
yang dimaksud Simpanan adalah:
“Dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk
giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu”.
B. ASAS, FUNGSI, TUJUAN
I.
ASAS
1. Asas kepercayaan (fiduciary principle) yaitu,
suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank
dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank
dengan nasabah.
2. Asas kerahasiaan (confidential principle) yaitu,
asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank
merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang
menurut kelaziman dunia perbankan wajib
dirahasiakan.
3. Asas kehati-hatian (prudential principle) yaitu, asas yang
menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan
usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka
melindungi dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya.
II. FUNGSI
Penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
III. TUJUAN
Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam
rangka
meningkatkan
pemerataan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
C. JENIS BANK
1. Berdasarkan Fungsi
a. Bank Sentral
b. Bank Umum
c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2. Berdasarkan Jenis Usaha
a. Bank Umum
b. BPR
3. Berdasarkan Kepemilikan
a. Bank Umum Milik Negara
b. Bank Umum Swasta
c. Bank Campuran
d. Bank Milik Pemerintah Daerah
Download