Document

advertisement
MODUL
ELEKTRONIKA DASAR
1. Resistor
Resistor adalah hambatan yang mempunyai nilai hambat tertentu. Resistor
biasanya dinyatakan dengan huruf R. Resistor berfungsi untuk membatasi arus. Nilai
resistor berbanding terbalik dengan nilai arus. Semakin besar resistor yang
digunakan maka semakin kecil arus yang mengalir. Satuan resistor adalah ohm (Ω).
2. Kapasitor
Kapasitor merupakan komponen yang berfungsi untuk menyimpan muatan.
Kapasitas kapasitor tergantung pada nilai kapasitor itu. Semakin besar kapasitas
kapasitor maka akan semakin banyak pula muatan yang dapat ditampungnya.
Kapasitor dinyatakan dengan huruf C dengan satuan farad (F).
3. Dioda
Fungsi umum dioda adalah sebagai penyearah arus bolak-balik. Dioda
merupakan komponen semikonduktor yang hanya menghantarkan arus listrik dalam
satu arah (anoda – katoda).
4. Transistor
Transistor merupakan komponen semikonduktor yang dapat difungsikan
sebagai saklar dan dapat juga difungsikan sebagai penguat. Dengan sifat
semikonduktor itu maka transistor dapat dijadikan sebagai konduktor dan dapat pula
bersifat sebagai isolator. Jika pada kondisi tertentu transistor diberi arus pada basis
maka transistor akan dapat menghantar (konduktor), tetapi jika tidak ada arus yang
mengalir pada basis maka transistor tidak akan dapat menghantar (isolator).
5. Induktor
Induktor adalah komponen dinamik yang berbasis pada variasi medan
magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik. Induktor dibuat dari bahan kawat
konduktor yang dililitkan pada suatu inti yang terbuat dari bahan magnetik atau
tanpa inti (berinti udara).
6. Catu Daya
Catu daya merupakan bagian yang sangat penting karena tanpa adanya catu
daya maka semua rangkaian tidak akan bekerja. Kebanyakan catu daya yang
digunakan sekarang didayai oleh sumber arus bolak-balik 110volt atau 220volt
dengan frekuensi berkisar antara 50hertz sampai dengan 60hertz.
Sumber AC ini dimasukkan ke bagian input transformator sehingga
menghasilkan tegangan output AC yang besarnya tergantung jumlah lilitan
sekunder, jumlah lilitan primer dan besarnya tegangan primer trafo. Tegangan output
dari trafo sekunder akan menentukan tegangan output DC akhir dari catu daya
setelah penyearah dan filter dipasang.
Suplai daya atau tegangan catu suatu rangkaian elektronik yang berubah-ubah
besarnya (naik/turun) dapat menyebabkan rusaknya fungsi kerja rangkaian
elektronik yang dicatunya. Oleh sebab itu agar suatu rangkaian elektronik dapat
menampilkan unjuk kerja yang prima dan tahan lama, salah satu syaratnya adalah
harus menggunakan catu daya yang stabil dan mampu menekan kerut atau ripple
semaksimal mungkin.
7. Analisis Dioda
Beban yang diberikan pada rangkaian secara normal mempunyai implikasi
pada daerah kerja (operasi) dan piranti elektronik. Bila analisis disajikan dalam
bentuk grafik, sebuah garis dapat digambarkan sebagai karakteristik dioda yang
mewakili efek dari beban. Perpotongan antara karakteristik dan garis beban akan
menggambarkan titik operasi dari sistem.
7.1. Menurut Hukum Kirchoff Tegangan :
E-VD-VR=0
E=VD+IDR
Selanjutnya kita atur ID=0, maka kita dapat memperoleh magnitude V D pada
sumbu horizontal.
E=VD+IDR
E=VD+(0)RD
VD=E
VDQ=0,7V, sehingga diperoleh :
E=VD+IDR
E-0,7V=IDR
𝐼𝐷𝑄 =
𝐸 − 0,7𝑉
𝑅
Contoh Soal :
1. Tentukan VD, VR dan ID dari rangkaian dioda dibawah ini ?
-E+VD+VR=0
-8V+0,7V+VR=0
VR=8V-0,7V=7,3V
𝑉
IR= 𝑅𝑅
7,3𝑉
IR=2,2π‘˜β„¦
IR=3,32mA
ID=IR=3,32mA
2. Tentukan garis beban dioda tersebut ?
IDQ=ID=3,32mA
VDQ=0,7V
7.2. Clipper
Clipper merupakan rangkaian dioda yang memiliki kemampuan memotong
sebagian sinyal input tanpa menimbulkan efek pada bagian lain dari sinyal tersebut.
Analisis :
ο‚·
Dioda ON :
ο‚·
Dioda OFF :
ο‚·
Hasil Outputnya :
7.3. Clamper
Rangkaian clamper adalah rangkaian yang akan melempar (clamp) sinyal ke
level DC yang berbeda. Clamper tersusun atas kapasitor, dioda dan komponen
resitif. Sumber DC juga dapat ditambahkan untuk memperoleh pergeseran tegangan
tambahan. Nilai R dan C harus dipilih sedemikian rupa agar konstanta waktu τ=RC
cukup besar. Hal ini berguna agar kapasitor tidak membuang tegangan (discharge)
pada saat dioda mengalami perioda non konduksi (OFF).
Dalam menganalisis, kapasitor kita anggap mengisi dan membuang semua
dalam 5 kali konstanta waktu.
𝑇
Selama interval 0 s/d 2 rangkaian dapat digambarkan sebagai berikut :
Pada interval ini, kapasitor akan mengisi dengan cepat sampai V=VI
(tegangan input), sedangkan VO=0 volt.
Ketika polaritas input berbalik, rangkaian dapat digambarkan sebagai berikut :
Jika digambarkan secara keseluruhan sinyal input dan output dari rangkaian
diatas adalah sebagai berikut :
7.4. Dioda Zener
Dalam menganalisis zener, kita dapat menggunakan cara menganalisis dioda
pada bagian sebelumnya. Ketika zener diindikasikan ON, rangkaian penggantinya
adalah sumber tegangan VZ, sedangkan jika zener OFF rangkaian penggantinya
adalah saklar terbuka.
Tentukan VL, VR, IZ dan PZ ?
ο‚·
Zener dalam kondisi OFF :
𝑅 𝑉
1,2π‘˜(16𝑉)
𝐿 𝐼
VL=𝑅+𝑅
= 1π‘˜+1,2π‘˜ =8,73V
𝐿
VR=VI-VL=16V-8,73V=7,27V
IZ=0 ampere
PZ=VZIZ=0 watt
ο‚·
Zener dalam kondisi ON :
VL=VZ=10V
VR=VI-VL=16V-10V=6V
𝑉 10𝑉
IL=𝑅𝐿 = 3π‘˜ =3,33mA
𝐿
𝑉
6𝑉
IR= 𝑅 = =6mA
𝑅 1π‘˜
IZ=IR-IL=6mA-3,33mA=2,67mA
PZ=VZIZ=(10V)(2,67mA)=26,7mW
7.5. Pengali Tegangan
Rangkaian ini digunakan untuk menaikkan tegangan puncak dari trafo hingga
2X, 3X atau lebih kecil.
Tegangan pada output :
-VC2+VC1+VIN=0
-VC2+VIN+VIN=0
VC2=2VIN
8. Analisis Transistor
Transistor berasal dari kata transfer resistor yang dikembangkan oleh
Berdeen, Schokley dan Brittam pada tahun 1948 di perusahaan elektronik Bell
Telephone Laboratories. Penaman tersebut berdasarkan prinsip kerjanya, yaitu
mentransfer atau memindahkan arus. Dalam dunia elektronika transistor disimbolkan
sebagai berikut :
C
B
C
B
NPN
E
PNP
E
Transistor merupakan komponen elektronika yang mempunyai tiga buah kaki,
yaitu Basis (B), Collector (C) dan Emitor (E).
Pada transistor NPN, memberikan tegangan positif dari basis ke emitor,
menyebabkan kolektor dan emitor terhubung singkat, yang menyebabkan transistor
aktif (ON), berbeda dengan transistor PNP, yang mengakibatkan transistor tersebut
mati (OFF).
Besarnya penguatan arus pada transistor adalah arus kolektor dibagi dengan
arus basis, ini dikenal dengan simbol hFE (β).
hFE = β =
𝑰π‘ͺ
𝑰𝑩
8.1. Mode Operasi Transistor
ο‚·
ο‚·
Mode Aktif, murapakan mode transistor yang digunakan sebagai penguat.
Mode Cut Off dan Saturasi, merupakan mode yang digunakan oleh
transistor sebagai switching (saklar).
Aktif
VCE = VCC-ICRC
𝑽 −𝑽
IC = π‘ͺπ‘ͺ𝑹 π‘ͺ𝑬 , IC = βIB
π‘ͺ
Cut Off
VCE = VCC
IB = IC = IE = 0
IE = IC+IB, IE = (1+β)IB
IE ≈ I C
Transistor merupakan jenis komponen
digunakan di berbagai elektronika, seperti :
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
ο‚·
Saturasi
VCE = 0
𝑉
IC = 𝑅𝐢𝐢 , IC = βIB
𝐢
IE ≈ IC, IE = (1+β)IB
semikonduktor
yang
banyak
Penguat (Amplifier), transistor digunakan untuk menguatkan tegangan, arus atau
daya, baik itu bolak-balik (AC) maupun searah (DC).
Penyearah, tarnsistor digunakan untuk mengubah tegangan AC menjadi
tegangan DC.
Pencampur (Mixer), transistor digunakan untuk mencampur dua macam
tegangan AC atau lebih yang mempunyai frekuensi berbeda.
Osilator, transistor digunakan untuk membangkitkan getaran-getaran listrik.
Switching, transistor digunakan untuk menghidup-matikan rangkaian elektronik
(saklar elektronik)
8.2. Rangkaian Bias Tetap
12V
RB
240k
RC
2k2
C2
10uF
Sinyal Output
C1
10uF
Sinyal Input
Suatu rangkaian penguat menggunakan bias tetap seperti gambar diatas.
Tentukan titik kerja IBQ , ICQ dan VCEQ serta gambarkan garis beban DC-nya ?
Penyelesaian :
ο‚·
Titik Kerja :
IBQ =
IBQ =
𝑉𝐢𝐢 −𝑉𝐡𝐸
𝑅𝐡
12 π‘£π‘œπ‘™π‘‘−0,7 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
240 π‘˜β„¦
IBQ = 47,08 µA
ICQ = βIBQ
ICQ = (50)(47,08 µA)
ICQ = 2,35 mA
VCEQ = VCC-ICRC
VCEQ = 12 volt-(2,35 mA)(2,2 kΩ)
VCEQ = 6,83 volt
ο‚·
Garis Beban :
IC-MAKS =
IC-MAKS =
𝑉𝐢𝐢
𝑅𝐢
12 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
2,2 π‘˜β„¦
IC-MAKS = 5,45 mA
VCE-MAKS = VCC
VCE-MAKS = 12 volt
β
50
100
IB (µA)
47,08
47,08
IC (mA)
2,35
4,70
VCE (volt)
6,83
1,64
Terlihat apabila β dinaikan 100%, maka arus kolektor IC naik 100%. Jadi arus
IC sangat tergantung pada besarnya β. Karena β sangat peka terhadap temperatur,
maka rangkaian diatas sangat peka terhadap perubahan temperatur. Akibatnya titik
Q yang telah kita tetapkan semula akan bergeser-geser seiring dengan berubahnya
temperatur.
12V
RB
240k
RC
2k2
C2
10uF
Sinyal Output
C1
10uF
Sinyal Input
RE
1k
Penyelesaian :
ο‚·
Titik Kerja :
IBQ =
IBQ =
𝑉𝐢𝐢 −𝑉𝐡𝐸
𝑅𝐡 +(𝛽+1)𝑅𝐸
20 π‘£π‘œπ‘™π‘‘−0,7 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
430 π‘˜β„¦+(50+1)(1 π‘˜β„¦)
IBQ = 40,1 µA
ICQ = βIBQ
ICQ = (50)(40,1 µA)
ICQ = 2,01 mA
VCEQ = VCC–IC(RC + RE)
VCEQ = 20 volt–(2,01 mA)(2 kΩ + 1 kΩ)
VCEQ = 13,97 volt
ο‚·
Garis Beban :
IC-MAKS =
IC-MAKS =
𝑉𝐢𝐢
𝑅𝐢 + 𝑅𝐸
20 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
2,2 π‘˜β„¦+1 π‘˜β„¦
IC-MAKS = 6,67 mA
VCE-MAKS = VCC
VCE-MAKS = 20 volt
10uF
β
50
100
IB (µA)
40,1
36,3
IC (mA)
2,01
3,63
VCE (volt)
13,97
9,11
Terlihat bahwa apabila β dinaikan 100%, maka arus IC naik ±81%. Perubahan ini
lebih kecil dari contoh sebelumnya. Dari dua contoh tersebut dapat disimpulkan
bahwa rangkaian bias dengan stabilitas RE ternyata lebih stabil terhadap perubahan
β dari pada rangkaian bias tanpa stabilitas RE .
8.3. Rangkaian Bias Pembagi Tegangan
ο‚·
Penyelesaian :
RB =
RB =
𝑅1 𝑅2
𝑅1 +𝑅2
(39 π‘˜β„¦)(3,9 π‘˜β„¦)
39 π‘˜β„¦+3,9 π‘˜β„¦
RB = 3,55 kΩ
𝑅2 𝑉𝐢𝐢
VBB =
𝑅1 +𝑅2
(3,9 π‘˜β„¦)(22 π‘£π‘œπ‘™π‘‘)
VBB =
39 π‘˜β„¦+3,9 π‘˜β„¦
VBB = 2 volt
𝑉𝐡𝐡 −𝑉𝐡𝐸
ICQ = 𝑅
𝐡 +[1+ 1 ]𝑅
𝛽
𝛽 𝐸
ICQ
2 π‘£π‘œπ‘™π‘‘−0,7 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
= 3,55 π‘˜β„¦
1
+[1+140][1,5 π‘˜β„¦]
ICQ = 0,85 mA
1
VCEQ = VCC–ICRC–[1 + ] [𝐼𝐢 𝑅𝐸 ]
𝛽
140
1
VCEQ = 22 volt–(0,85 mA)(10 kΩ)–[1 + ] [0,85 π‘šπ΄][1,5 π‘˜β„¦]
140
VCEQ = 22 volt–(8,5n volt)–(1,28 volt)
VCEQ = 12,22 volt
ο‚·
Perhitungan Pendekatan :
ICQ =
ICQ =
𝑉𝐡𝐡 −𝑉𝐡𝐸
𝑅𝐡
+𝑅𝐸
𝛽
2 π‘£π‘œπ‘™π‘‘−0,7 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
2 π‘˜β„¦
+1,5 π‘˜β„¦
140
ICQ = 0,86 mA
VCE = VCC–IC(RC+RE)
VCE = 22 volt–(0,86 mA)[(10 kΩ)+(1,5 kΩ)]
VCE = 22 volt–9,8 volt
VCE = 12,14 volt
ICQ
VCE
HasilAnalisis
0,85 mA
12,22 volt
HasilPendekatan
0,86 mA
12,14 volt
Terlihat bahwa perbedaannya sangatkecil. Semakin besar harga β semakin
kecil perbedaannya.
β
140
70
ICQ (mA)
0,85
0,83
VCEQ (volt)
12,22
12,46
Hasil tersebut menunjukan bahwa meskipun harga β turun setengahnya,
ternyata titik kerja transistor hampir sama. Hal ini terbukti bahwa stabilitas rangkaian
dengan stabilisasi emitor terhadap perubahan β sangat baik.
Perhatikan rangkaian penguat di atas. Bila diinginkan harga VCEQ = 5 volt, RE
= 680 Ω, RL = 5 kΩ, β = 150, VBE-AKTIF = 0,7 volt dan VCC = 15 volt. Tentukanharga
R1, R2, garis beban DC, garis beban AC dan tegangan output maksimum (VP-P) ?
Penyelesaian :
ο‚·
Analisis DC :
VE = VCC-VCEQ
VE = 15 volt–5 volt
VE = 10 volt
ICQ =
ICQ =
𝑉𝐸
𝑅𝐸
10 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
680 Ω
ICQ = 14,71 mA
IBQ =
IBQ =
𝐼𝐢𝑄
𝛽
14,71 π‘šπ΄
150
IBQ = 98,07 µA
V2 = VBE-AKTIF+VRE
V2 = 0,7 volt+10 volt
V2 = 10,7 volt
V1 = VCC–VR2
V1 = 15 volt–10,7 volt
V1 = 4,3 volt
I1≈ I2≈ IBQ≈ 98,07 µA
R1 =
4,3 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
(98,07)(10−6 ) 𝐴
R1 = 43,85 Ω
R2 =
10,7 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
(98,07(10−6 )𝐴
R2 = 109,11 Ω
IC-MAKS =
IC-MAKS =
𝑉𝐢𝐢
𝑅𝐸
15 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
680 Ω
IC-MAKS = 22,06 mA
VCE-MAKS = VCC
VCE-MAKS = 15 volt
ο‚·
Analisis AC :
Re =
Re =
𝑅𝐸 𝑅𝐿
𝑅𝐸 +𝑅𝐿
(680 Ω)(5000 Ω)
(680 Ω)+(5000 Ω)
Re = 598,60 Ω
IC-MAKS =ICQ +
𝑉𝐢𝐸𝑄
𝑅𝐢 +𝑅𝑒
IC-MAKS = 14,71 π‘šπ΄ +
5 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
0 + 598,60 Ω
IC-MAKS = 14,71 mA+8,35 mA
IC-MAKS = 23,06 mA
VCE-MAKS = VCEQ+ICQ(RC + Re)
VCE-MAKS = 5 volt+(14,71 mA)(0 + 598,60 Ω)
VCE-MAKS = 5 volt+8,81 volt
VCE-MAKS = 13,81 volt
Ayunan tegangan maksimum positif = ICQRe
ICQRe = (14,71 mA)(598,60 Ω)
ICQRe = 8,81 volt
Ayunan negatif = VCEQ
VCEQ = -5 volt
VCEQ = (2)(5) volt
Untuk VP-P diambil harga terkecil, yaitu 5 volt, sehingga VP-P = 10 volt
Analisis DC
RE = 680 Ω
VCEQ = 5 volt
IBQ = 98,07 µA
ICQ = 14,71 mA
Ic-MAKS = 22,06 mA
VCE-MAKS = 15 volt
Analisis AC
Re = 598,60 Ω
IC-MAKS = 23,06 mA
VCE-MAKS = 13,81 volt
Soal-soal latihan :
1. Diberikan ICQ = 4 mA dan VCEQ = 10 volt, tentukan nilai R1 dan RC untuk
rangkaian dibawah ini ?
2. Jika β = 100, hitung RC ?
8.4. Bias Dengan Umpan Balik
Untuk meningkatkan stabilitas bias dilakukan dengan memberikan umpan
balik dari kolektor rmenuju basis.
ο‚·
Loop Basis-Emitor :
VCC–I`CRC–IBRB–VBE–IERE = 0
Perhatikan bahwa arus IC yang masuk ke kaki kolektor berbeda dengan I`C ,
dimana I`C = IB+IC , tetapi nilai IB yang jauh lebih kecil bias diabaikan untuk
memperoleh persamaan yang lebih sederhana (asumsi I`C ≈ IC ≈ βIB dan IC ≈ IE) :
VCC-βIBRC–IBRB–VBE–βIBRE = 0
VCC–VBE–βIB(RC+RE)–IBRB = 0
Sehingga : IB =
ο‚·
𝑉𝐢𝐢 −𝑉𝐡𝐸
𝑅𝐡 +𝛽(𝑅𝐢 +𝑅𝐸 )
Loop Kolektor-Emitor :
IERE+VCE+I`CRC = VCC , dengan I`C ≈ ICdan IC ≈ IE , maka :
VCC = IC(RC+RE)+VCE
VCE = VCC–IC(RC+RE)
Untuk rangkaian di atas hitung ICQ , VCEQ , VB , VC , VE dan VBC ?
Solusi :
IB =
𝑉𝐢𝐢 −𝑉𝐡𝐸
𝑅𝐡 +𝛽𝑅𝐢
20 π‘£π‘œπ‘™π‘‘−0,7 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
IB =
680000 Ω+(120)(4700 Ω)
19,3 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
IB =
IB =
680000 Ω+564000 Ω
19,3 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
1244000 Ω
IB = 15,51 µA
ICQ = βIB = (120)(15,51 µA)
ICQ = 1,86 mA
VCEQ = VCC-ICRC
VCEQ = 20 volt–(1,86 mA)(4,7 kΩ)
VCEQ = 11,26 volt
VE = 0 volt
VB = VBE
VB= 0,7 volt
VC = VCE
VC= 11,26 volt
VBC = VB-VC
VBC = 0,7 volt-11,26 volt
VBC = - 10,56 volt
8.5. Penguat Satu Transistor
Jika tegangan masukan mempunyai tegangan puncak sebesar 1 volt,
tentukan tegangan keluarannya ?
ο‚·
Analisis DC :
VB = (VCC)
𝑅2
𝑅1 +𝑅2
10 π‘˜β„¦
VB = (10 volt)
10π‘˜β„¦+10 π‘˜β„¦
VB= 5 volt
VE = VB–VBE
VE= 5 volt–0,7 volt
VE= 4,3 volt
VC = VCC
VC= 10 volt
IE =
𝑉𝐸
𝑅𝐸
=
IE= 1 mA
4,3 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
4300 Ω
ο‚·
Analisis AC :
re =
25 π‘šπ‘‰
𝐼𝐸
=
re= 25 Ω
A=
A=
25 π‘šπ‘‰
1 π‘šπ΄
𝑅𝐸
𝑅𝐸 +π‘Ÿπ‘’
4300 Ω
4300 Ω+25 Ω
A = 0,994 (≈ 1)
ο‚·
Hasil Akhir :
VOUT = AVVIN = (1)(1 volt)
VOUT= 1 volt
Hitunglah besarnya VOUT ?
ο‚·
Analisa DC :
VB =
(2π‘˜2)(10𝑉)
2π‘˜2+10π‘˜
VB = 1,8 volt
VE = VB-VBE
VE = 1,8 volt–0,7 volt
VE = 1,1 volt
IE =
IE =
𝑉𝐸
𝑅𝐸
1,1 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
1π‘˜
IE = 1,1 mA
ο‚·
Analisa AC :
re =
re =
25 π‘šπ‘‰
𝐼𝐸
25 π‘šπ‘‰
1,1 π‘šπ΄
re = 22,7 Ω
A=
A=
𝑅𝐢
π‘Ÿπ‘’
3600 Ω
22,7 Ω
A = -159
3,6 Kohm
1 Kohm
1-mV
puncak
1,18 Kohm
Vin
-159 Vin
(b)
ο‚·
Hasil Akhir :
Zin-basis = βre
Zin-basis = (150)(22,7 Ω)
Zin-basis = 3,4 kΩ
Zin = R1||R2||Zin-basis
Zin = 10 kΩ||2,2 kΩ||3,4 kΩ
Zin = 1,18 kΩ
Vin =
(1,18 π‘˜β„¦)(1 π‘šπ‘‰)
2,18 π‘˜β„¦
Vin = 0,541 mV
AVin = (-159)(0,541 mV)
AVin = -86 mV
Vout =
(−86 π‘šπ‘‰)(1,5 π‘˜β„¦)
5,1 π‘˜β„¦
Vout = -25 mV(VPP = 12,5 mV)
AV =
AV =
π‘‰π‘‚π‘ˆπ‘‡
𝑉𝑆
12,5 π‘šπ‘‰
1 π‘šπ‘‰
AV = 12,5
1,5 Kohm
Vout
8.6. Penguat kaskade
+VCC
R1
RC
R1
RC
R2
RE
R2
RE
RS
RL
(a)
RS
Zout
Vin
Zin
Zin
AVin
(b)
Zout
Vin
Vout
AVin
Vout
Contoh :
+10 V
10 Kohm
10 Kohm
3,6 Kohm
3,6 Kohm
1 Kohm
1 Kohm
1 Kohm
2,2 Kohm
1,5 Kohm
2,2 Kohm
(a)
1 Kohm
1-mV
puncak
Vin(1)
1,18 Kohm
3,6 Kohm
-159Vin(1)
1,18 Kohm
(b)
Penyelesaian :
ο‚·
Penguat – 1 :
ο‚·
Analisa DC :
VB =
(2π‘˜2)(10𝑉)
2π‘˜2+10π‘˜
VB = 1,8 volt
VE = VB-VBE
VE = 1,8 volt–0,7 volt
VE = 1,1 volt
IE =
IE =
𝑉𝐸
𝑅𝐸
1,1 π‘£π‘œπ‘™π‘‘
1π‘˜
IE = 1,1 mA
Vout(1)
Vin(2)
3,6 Kohm
-159Vin(2)
1,5 Kohm
Vout
ο‚·
Analisa AC :
re =
re =
25 π‘šπ‘‰
𝐼𝐸
25 π‘šπ‘‰
1,1 π‘šπ΄
re = 22,7 Ω
𝑅𝐢
A=
π‘Ÿπ‘’
A=
3600 Ω
22,7 Ω
A = -159
ο‚·
Hasil Akhir :
Zin-basis = βre
Zin-basis = (150)(22,7 Ω)
Zin-basis = 3,4 kΩ
Zin = R1||R2||Zin-basis
Zin = 10 kΩ||2,2 kΩ||3,4 kΩ
Zin = 1,18 kΩ
(1,18 π‘˜β„¦)(1 π‘šπ‘‰)
Vin =
2,18 π‘˜β„¦
Vin = 0,541 mV
AVin = (-159)(0,541 mV)
AVin = -86 mV
Vout = AVin = -86 mV
ο‚·
Penguat – 2 :
Vin =
(1,18 π‘˜β„¦)(−86 π‘šπ‘‰)
4,78 π‘˜β„¦
Vin = 21,23 mV
AVin = (-159)(21,23 mV)
AVin = 3375,57 mV
(3375,57 π‘šπ‘‰)(1,5 π‘˜β„¦)
Vout =
5,1 π‘˜β„¦
Vout = 992,81 mV
8.7. Analisis Frekuensi
Hitung frekuensi fIN , fOUT dan fE jika CIN = 0,47µF, COUT = 2,2µF dan CE = 10µF.
fIN =
fIN =
1
2πœ‹(𝑅𝑆 +𝑅𝐼𝑁 )(𝐢𝐼𝑁 )
1
(6,28)(1π‘˜β„¦+1,18π‘˜β„¦)(0,47πœ‡πΉ)
fIN = 155Hz
1
fOUT =
2πœ‹(π‘…π‘‚π‘ˆπ‘‡ +𝑅𝐿 )(πΆπ‘‚π‘ˆπ‘‡ )
1
fOUT =
(6,28)(3,6π‘˜β„¦+1,5π‘˜β„¦)(2,2πœ‡πΉ)
fOUT = 14,2Hz
𝑅𝑆 ||𝑅1 || 𝑅2
ROUT = rE+
𝛽
(1π‘˜β„¦)||10π‘˜β„¦||(2,2π‘˜β„¦)
ROUT = 22,7+
150
ROUT = 27Ω
1
fE =
(2πœ‹)(π‘…π‘‚π‘ˆπ‘‡ )(πΆπ‘‚π‘ˆπ‘‡ )
1
fE =
(6,28)(27Ω)(10µπΉ)
fE = 589Hz
Download