GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI LINGKUNGAN V KELURAHAN TANJUNG GUSTA HELVETIA MEDAN TAHUN 2013 Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Ahli Madya Kebidanan Diajukan Oleh : NOVI DESI YANTI 10330206031 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN 2013 0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Leher Rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks. Yaitu bagian terendah dari leher rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks ini dapat muncul pada perempuan usia 35-55 tahun. Data yang di dapat dari Yayasan Kanker Indonesia (tahun 2007) menyebutkan setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan di diagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks. Menurut peneliti di Australia dilaporkan setidaknya ada 85 penderita kanker serviks dan 40 pasiennya meninggal dunia (Aminati, 2013) Menurut data dari badan kesehatan dunia (world health organization), kanker serviks merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia yang menimpa kaum Hawa. Setiap tahun, tidak kurang dari 250 jiwa wanita meninggal dunia akibat kanker serviks dan 2 setiap 2 menit, seorang wanita di dunia meninggal dunia karena kanker jenis ini (Aulia, 2012) Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV (Human Papilloma Virus) onkogenik, mempunyai persentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker serviks, yaitu sekitar 99,7%. Di negara berkembang, secara luas, penggunaan program pengamatan leher rahim 1 mengurangi insiden kanker serviks yang infasif sebesar 50% atau lebih (Tilong, 2012). Depkes RI melaporkan penderita kanker serviks di Indonesia diperkirakan 90-100 diantara 100.000 penduduk per tahun. Data tersebut juga memperlihatkan bahwa kanker serviks menduduki peringkat pertama pada kasus kanker yang menyerang perempuan di Indonesia. Insiden kanker serviks mulai meningkat sejak usia 20 tahun dan mencapai puncaknya 50 tahun. Menurut data Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, setiap harinya diperkirakan muncul 45-50 kasus baru dan sekitar 20-25 perempuan meninggal karena kanker serviks (Hediyani, 2012). Tingginya tingkat kematian akibat kanker terutama di Indonesia antara lain disebabkan karena terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya kanker, faktor-faktor resiko terkena kanker, cara penanggulangannya secara benar serta membiasakan diri dengan pola hidup sehat. Tidak sedikit dari mereka yang terkena kanker, datang berobat ketempat yang salah dan baru memeriksakan diri ke sarana pelayanan kesehatan ketika stadiumnya sudah lanjut sehingga biaya pengobatan lebih mahal (YKI, 2012). Di Indonesia diperkirakan setiap harinya terjadi 41 kasus baru kanker serviks, dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Tingginya angka ini disebabkan oleh rendah pengetahuan dan kesadaran akan bahaya kanker serviks. Kanker serviks cenderung muncul pada perempuan 2 yang berusia 35-55 tahun, namun dapat pula muncul pada perempuan yang berusia lebih muda (Yuliatin, 2011). Hasil survei awal yang di lakulakan peneliti di lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta masih banyak wanita usia subur yang tidak mengetahui tentang kanker serviks, sehingga peneliti tertarik untuk mengambil judul tentang “ gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks di lingkungan V kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan 2013. B.Rumusan Masalah Berdasarkan latar di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah “ bagaimana Gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang Kanker Serviks di lingkungan V kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013. C.Tujuan penelitian Untuk mengetahui gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang Kanker Serviks di lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013. 3 D.Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Agar wanita usia subur mendapat tambahan informasi dan pengetahuan mengenai kanker servkis. 2. Bagi Tempat penelitian Sebagai bahan masukan dan informasi dalam peningkatan penyuluhan tentang kanker serviks. 3. Bagi Instansi Pendidikan Sebagai referensi atau dapat digunakan institusi pendidikan sebagai masukan dan sebagai bahan bacaan mahasiswa/i di perpustakaan Universitas Prima Indonesia. 4. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam melakukan sebuah penelitian, dapat memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang akan diteliti untuk peneliti lain yang ingin meneliti mengenai kanker serviks. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhyul (supertition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation). Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia (Mubarak, 2012). Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Jadi, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2012). 5 Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami. Menurut Brunner, proses pengetahuan tersebut melibatkan tiga aspek, yaitu proses mendapatkan informasi baru yang didapat merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya. Proses tranformasi adalah proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru. Proses evaluasi dilakukan dengan memeriksa kembali apakah cara mengolah informasi telah memadai (Mubarak, 2012). 2. Fungsi pengetahuan Manusia belajar dari pengalamannya, dan berasumsi bahwa alam mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturannya. Ilmu merupakan salah satu hasil budaya manusia, dimana lebih mengutamakan kuantitas yang obyektif, dan mengesampingkan kualitas subyektif yang berhubungan dengan keinginan pribadi. Sehingga dengan ilmu, manusia tidak akan mementingkan dirinya sendiri (Salam, 2009). 3. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif, yaitu : a. Tahu (know) 6 Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada menggunakan rumus statistik dalam perhitunganperhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat mengambarkan 7 (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari menyusun, dapat formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya. 4. Jenis-jenis pengetahuan 8 Menurut Bakhtiar (2012), dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Burhabuddin Salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu : a. Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memilki sesuatu dimana ia menerima secara baik. b. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari sciense. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif. c. Pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. d. Pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. 5. Hakikat pengetahuan Menurut Bakhtiar (2012), ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu: a. Realisme 9 Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam nyata (dari fakta atau hakikat). Ajaran realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada halhal yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. b. Idealisme Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologi yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif realitas. 6. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010), cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut : a. Cara tradisional atau non ilmiah 1. Cara coba salah (Trial and Error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan mengunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode salah (coba-coba). 10 2. Cara kekuasaan atau otoritas Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji dan membuktikan kebenarannya. 3. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. b. Cara modern atau ilmiah Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (Research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dilanjutkan oleh Deobold Van Dallen. Akhirnya lahir suatu saran melakukan penelitan, yang dewasa ini kita kenal dengan metode penelitian ilmiah (Scientific Research Method). 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 11 Menurut Mubarak (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut : a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwah semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung. c. Umur Dengan pertambahan umur seseorang akan memahami perubahan fisik dan psikologi (mental). d. Minat Minat sebagai kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. e. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. f. Kebudayaan lingkungan sekitar 12 Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. g. Informasi Kemudahan untuk memperoleh suatu infomasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. 8. Sumber pengetahuan Menurut Bakhtiar (2012), sumber pengetahuan adalah sebagai berikut : a. Empiris Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. b. Rasionalisme Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek. c. Intuisi Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Menurutnya, intuisi mengatasi sifat lahiriah 13 pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat ana lisis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis. d. Wahyu Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantaraan para nabi. 9. Pengukuran pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden (Mubarak, 2012). B. Wanita usia subur Pengertian wanita usia subur Wanita usia subur adalah wanita yang berusia 20-45 di mana organ reproduksinya sudah matang dalam segala hal, termasuk fungsi reproduksinya. Wanita usia subur perlu diberikan penyuluhan penyakit menular seksual (PMS) agar tidak melakukan tindakan atau bisa menyebabkan penyakit tersebut, seperti gonta-ganti pasangan (Mubarak, 2012). Wanita usia subur adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik, yaitu antara umur 20-45 (sudah dan masih menstruasi dan bisa mempunyai keturunan). Masalah kesuburan alat reproduksi 14 merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dimana dalam masa ini wanita usia subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene (Sarlina, 2009). C. Kanker serviks 1. Pengertian kanker serviks Kanker serviks termasuk ke dalam kategori kanker yang ganas. Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulangulang (Aminati, 2013). Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi progesif. Proses terjadinya kanker serviks dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Mulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi karsinoma insitu (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma insitu menjadi karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun (Kartikawati, 2013). 15 Menurut Dr. Puguh, semua wanita yang aktif secara seksual memiliki risiko terinfeksi kanker serviks atau tahap awal kanker serviks, tanpa memandang usia atau gaya hidup. Kanker serviks merupakan kanker yang dapat mempengaruhi para wanita dengan latar belakang dan umur yang berbeda di seluruh dunia. Jika ditarik angka rata-rata, pada usia produktif sekitar 30-50 tahun (Tiong, 2012). 2. Perubahan pada sel-sel Perubahan pada sel-sel bisa dibedakan menjadi dua, yakni lesi tingkat rendah dan lesi tingkat tinggi: a. Lesi tingkat rendah (displasia ringan) Lesi tingkat rendah merupakan perubahan dini pada ukuran, bentuk, dan jumlah sel yang membentuk permukaan serviks. Beberapa lesi tingkat rendah menghilang dengan sendirinya. Tetapi lesi lesi tingkat rendah lainnya tumbuh menjadi lebih besar dan abnormal, serta membentuk lesi tingkat tinggi. Displasia ringan atau neoplasia intraepitel servikal 1 (NS 1) ini sering dijumpai pada wanita usia 25-35 tahun. b. Lesi tingkat tinggi Pada lesi tingkat tinggi, ditemukan sejumlah besar sel prakanker yang tampak sangat berbeda ketimbang sel yang normal. Lesi tingkat tinggi ini sering kali ditemukan pada wanita usia 30-40 tahun. Jika sel-sel abnormal 16 menyebar lebih jauh ke dalam serviks, jaringan, maupun organ lainnya, maka kondisinya disebut kanker serviks (Manan, 2011). 3. Stadium kanker serviks Berikut tingkat atau keganasan kanker serviks: a. Stadium 0 Kanker hanya ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel. Kanker serviks hanya ditemukan di leher rahim (karsinoma insitu). b. Stadium 1 Kanker telah menyerang leher rahim di bawah lapisan atas dari sel-sel. Kanker hanya ditemukan pada leher rahim. c. Stadium 2 Berdekatan dan ke bagian atas vagina. Kanker tidak menyerang ketiga yang lebih rendah dari vagina atau dinding pelvis. d. Stadium 3 Kanker meluas ke bagian bawah vagina. Kemungkinan kanker juga telah menyebar ke dinding pelvis dan simpul-simpul getah bening yang berdekatan. e. Stadium 4 Kanker telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian-bagian lain tubuh (Tiong, 2012). 17 4. Penyebab kanker serviks Faktor etiologik yang perlu mendapat perhatian adalah Human Papiloma Virus (HPV). HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56, dan 58 sering ditemukan pada kanker dan lesi prakanker. HPV dan DNA virus yang menimbulkan proliferasi pada permukan epidermal dan mukosa. Infeksi virus papiloma sering terdapat pada wanita yang aktif melakukan hubungan seksual (Rasjidi, 2010). HPV adalah sekelompok virus yang menyebabkan leher rahim terinfeksi dan hal ini merupakan faktor utama penyakit kanker leher rahim. Penularannya terjadi melalui kontak seksual. Infeksi HPV sudah umum terjadi dan kebanyakan orang dewasa pernah terinfeksi HPV. Beberapa tipe HPV dapat menimbulkan perubahan pada sel-sel rahim berupa pada alat kemaluan, kanker dan masalah-masalah lain (Aulia,2012). 5. Faktor resiko a. Hubungan seks pada usia muda Hubungan seksual usia muda mempunyai beberapa risiko, selain kurangnya kesiapan mental juga risiko mengalami perubahan sel-sel pada serviks. Hal ini karena usia muda sel-sel serviks belum matang. Sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma jika belum matang, bisa saja ketika ada ransangan sel yang 18 tumbuh tidak seimbang dengan sel yang mati. Dengan begitu maka kelebihan sel ini bisa berubah sifat menjadi sel kanker (Aminati, 2013). b. Pasangan seksual lebih dari satu Penurunan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara tranmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital maupun secara manual ke genital (Rasjidi, 2010). Ditemukan berbagai penelitian epidemiologi menunjukan bahwa golongan wanita yang mempunyai pasangan seksual berganti-ganti lebih berisiko untuk menderita kanker serviks. Karena wanita bergantiganti pasangan akan rentan terkena virus HPV (Aminati, 2013). c. Merokok Terdapat data yang mendukung rokok sebagai penyebab kanker serviks dan hubungannya dengan kanker sel skuamosa pada serviks. Mekanisme kerjanya bisa langsung melalui aktivitas mutasi mukus serviks (cairan pada permukaan mulut serviks) pada perokok atau melalui efek imunosupresif (mengurang daya tahan tubuh) yang muncul dari kebiasaan merokok (Rasjidi, 2010). 19 Sebuah penelitian menunjukan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada dalam rokok. Zat tersebut menurunkan daya tahan serviks disamping merupakan karsinogen infeksi virus. Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks (Aminati, 2013). d. Paritas Paritas merupakan keadaan dimana seorang wanita pernah melahirkan bayi yang dapat hidup atau tidak. Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlalu dekat, karena dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan melalui jalan normal banyak dapat menyebabkan terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada serviks dan dapat berkembang menjadi keganasan (Aminati, 2013). e. Penurunan kekebalan tubuh Wanita yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau kondisi imunosupresif (penurunan kekebalan tubuh ) dapat terjadi peningkatan terjadinya kanker serviks. 20 f. Penggunaan kontrasepsi Penggunaan kontrasepsi khususnya pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko kanker serviks sebanyak 2 kali. Karena tugas pil KB adalah mencegah kehamilan dengan menghentikan ovulasi dan menjaga kekentalan lendir serviks sehingga tidak dilalui sperma (Aminati, 2013). Menurut penelitian jika menggunakan metode kontrasepsi barier (penghalang), terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker serviks yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen penyebab infeksi. Sedangkan jika memakai kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko relatif 2,53 kali. Who melaporkan risiko relatif pada pemakaian pada kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai lama pemakaian (Aminati, 2013). g. Faktor makanan Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa defesiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan. Makanan yang juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita adalah makanan yang rendah beta karotene, retinol (vitamin A), vitamin C, dan vitamin E (Aminati, 2013). 21 h. Terlalu sering mencuci vagina Terlalu sering menggunakan antiseptik untuk mencuci vagina dapat memicu kanker serviks. Dengan mencuci vagina terlalu sering maka akan menyebabkan iritasi pada serviks. Iritasi ini akan merangsang terjadinya perubahan sel yang akhirnya berubah menjadi kanker (Aminati, 2013). Menurut Kartikawati (2013), faktor lain risiko penyebab kanker serviks lainnya adalah sebagai berikut: 1. Faktor alamiah Faktor alamiah adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada seseorang yang termasuk faktor alamiah pencetus kanker serviks adalah usia diatas 40 tahun. Semakin tua usia seorang wanita maka semakin tinggi risiko terkena kanker serviks. 2. Faktor kerbesihan a. Keputihan berwarna, berbau dan gatal yang dibiarkan terusmenerus tanpa diobati. b. Penyakit menular seks (PMS), penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini mencakup gonorhe, sifilis, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin dan HPV. c. Pemakaian pembalut yang mengandung bahan dioksin. Dioksin merupakan bahan pemutih yang digunakan untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari bahan bekas. 22 3. Faktor pilihan Faktor pilihan mencakup hal-hal yang bisa ditentukan oleh setiap individu itu sendiri, diantaranya berhubungan seksual pertama kali diusia terlalu muda, berganti-ganti pasangan seksual. 6. Gejala kanker serviks Pada fase sebelum terjangkitnya kanker serviks penderita tidak mengalami gejala atau tanda khas. Namun sering ditemukan gejala sebagai berikut: a. Keluar cairan encer dari vagina (keputihan) yang tidak sembuhsembuh. b. Perdarahan setelah senggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi perdarahan abnormal. c. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause. d. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan berbau serta bercampur darah. e. Timbul gejala anemia jika terjadi perdarahan kronis. f. Timbul nyeri panggul. g. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, odema kaki, timbul iritasi kandung kemih dan poros usus besar bagian bawah (Aminati, 2013). 23 7. Pencegahan kanker serviks Meski kanker serviks menakutkan, namun itu semua dapat dicegah. Beberapa cara untuk mencegah kanker serviks adalah sebagai berikut: a. Pencegahan primer Dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti: 1. Promosi dan edukasi pola hidup sehat, pola makan sehat dan tidak merokok serta personal hygiene. 2. Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan hubungannya hanya dengan satu pasangan. 3. Penggunaan kontrasepsi barier (kondom dan diafragma) yang berperan untuk proteksi terhadap ager HPV. 4. Panggunaan vaksinasi HPV dimana vaksinasi ini dapat mengurangi infeksi HPV karena kemampuan proteksinya lebih dari 99%. b. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder dapat dibagi atas pasiennya: 1. Pasien dengan resiko sedang, hasil pap smear negatif sebanyak 3 kali dengan selisih pemeriksaan 1 tahun sangat dianjurkan. Untuk pasien atau partner hubungan seksual yang lefel aktivitasnya tidak diketahui dianjurkan melakukan pap smear setiap tahun. 24 2. Pasien dengan risiko tinggi, pasien yang memulai hubungan seksual <18 tahun dan wanita yang memiliki partner hubungan seksual seharusnya melakukan pap smear setiap tahun, dimulai dari hubungan seksual aktif. Interval saat ini dapat diturunkan menjadi 6 bulan sekali untuk pasien dengan resiko khusus, seperti mereka mempunyai riwayat seksual berulang. c. Pencegahan tersier Meliputi pelayanan di rumah sakit (diagnosis dan pengobatan) serta pelayanan yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (Rasjidi, 2010). D. Kerangka konsep Kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul Gambaran Pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks di Lingkungan V Kelurahan Janjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013. Tabel 2.1 Variabel tunggal Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013 dengan alat bantu kuesioner. B. Lokasi dan waktu penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan, dengan alasan penelitian mengambil lokasi ini adalah dilokasi ini banyak wanita usia subur yang kurang memahami tentang kanker serviks dan sampel yang akan diteliti mencukupi untuk dilakukan penelitian. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 17-23 Juni 2013 di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan. 26 C. Populasi dan sampel 1. Populasi Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang berusia 20-45 tahun yang yang berjumlah 160 orang di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan pada Tahun 2013. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang teliti (Arikunto, 2010). Pengambilan sampel dalam penelitian adalah secara sampling Random (sampel acak). Sampling Random adalah pengambilan sampel dengan mencampurkan subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama dan setiap subjek memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel dengan jumlah sanpel 32 orang. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer yang datanya dikumpulkan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang dibagikan pada responden. Proses pengumpulan datanya adalah terlebih dahulu meminta kesedian wanita usia subur yang berada di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia 27 Medan untuk menjadi responden, setelah itu memberikan penjelasan singkat tentang cara pengisian kuesioner, kemudian membagikannya setelah responden mengisinya dikumpulkan kembali kuesioner. Data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti melalui data yang sudah ada sesuai kepentingan peneliti yaitu data populasi wanita usia subur yang berusia 20-45 tahun dari kepala lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan. E. Variabel dan Definisi Operasional Tabel : 3.1 Variabel Definisi Operasional Variabel Pengetahu an wanita usia subur tentang kanker serviks Defenisi Operasional Hasil “tahu” wanita usia subur tentang kanker serviks Parameter Pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks meliputi : 1. Defenisi kanker serviks 2. Penyebab kanker serviks 3. Faktor risiko kanker serviks 4. Gejala kanker serviks 5. Pencegaha n kanker serviks Alat ukur Kuesioner Skala Skor Ordinal 1. Pengetahuan baik, responden mampu menjawab 1620 soal nilai 76%-100% (kode 1) 2. Pengetahuan cukup, respoden mampu menjawab 1215 soal nilai 56%-75% (kode 2) 3. Pengetahuan kurang, bila respoden mampu menjawab soal 0-11 nilai ˂56% (kode 3) 28 F. Aspek pengukuran data Aspek pengukuran dilakukan terhadap tingkat pengetahuan berdasarkan jawaban responden dan semua pertanyaan yang diberikan dengan jumlah 20 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan responden menjawab 16-20 soal dengan benar diberi kode 1 (satu), menjawab 12-15 soal diberi kode 2 (dua) dan menjawab 0-11 soal diberi kode 3 (tiga). Menurut Nursalam (2008), skala pengukuran untuk pengetahuan dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Baik : bila subjek mampu menjawab dengan benar 16-20 pertanyaan dari seluruh pertanyaan (75-100%) 2. Cukup : bila subjek mampu menjawab dengan benar 12-15 pertayaan dari seluruh pertanyaan (56-75%) 3. Kurang : bila subjek mampu menjawab dengan benar 0-11 pertayaan dari seluruh pertanayaan (˂ 56%) G. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Menrut Notoatmojdo (2010), langkah-langkah pengolahan data secara manual, adalah : a. Editing (penyuntingan Data) 29 Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. b. Coding (membuat lembaran kode) Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertayaan. c. Data Entry (memasukan Data) Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan. d. Tabulating Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti. 2. Analisis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentasi data yang terkumpul dan disajikan dalam bentuk melihat frekuensi, selanjutnya dicari besarnya presentasi untuk jawaban masing-masing responden dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada sehingga dapat diambil suatu kesimpulan. 30 BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kanker Serviks di Lingkungan V kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013 dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks DI Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013. No Pengetahaun Jumlah (n) Persentase (%) 1 Baik 3 9,4 2 Cukup 14 43,7 3 Kurang 15 46,9 Total 32 100 Tabel 4.1 diatas dapat menunjukkan bahwa pengetahuan wanita usia subur tentang Kanker Serviks dari 32 respoden mayoritas berpengetahuan kurang 15 orang (46,9%) minoritas berpengetahuan baik sebanyak 3 (9,4%). 31 BAB V PEMBAHASAN Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Kanker Serviks Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013 diperoleh dari 40 responden mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 15 orang, minoritas berpengetahuan baik sebanyak 3 orang. Menurut Notoatmodjo, (2012) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tabel distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kanker Serviks di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013 dapat di peroleh bahwa dari 32 wanita usia subur di peroleh pengetahuan baik sebanyak 3 responden dengan nilai rata-rata (9,4%), berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 14 responden dengan nilai rata-rata (43,7%) dan yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 15 responden dengan nilai rata-rata (46,9%), pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013 digolongkan pada kategori kurang yaitu (46,9%). Responden yang berpengetahuan baik sebanyak 3 orang adalah sesuai dengan metode dalam memperoleh pengetahuan. Metode ilmu pengetahuan dipakai atau dipergunakan tergantung pada materi atau masalah yang dipelajari, yaitu metode yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan trial end success (Salam, 2009). Responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang hal ini mengungkapkan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan 32 dapat diperoleh melalui media massa, media elektronik, pengalaman orang lain atau pribadi dan lingkungan sekitarnya (Notoatmodjo, 2012). Responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 15 orang adalah sesuai dengan teori pengetahuan bahwa salah satu proses yang diperlukan untuk mengadopsi prilaku (pengetahuan) yang baru adalah kesadaran dimana seseorang telah menyadari dalam arti mengerti stimulus terlebih dahulu (Mubarak, 2012). Menurut asumsi peneliti yang dilakukan oleh peneliti di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013 ditemukan responden berpengetahuan baik dikarenakan responden sudah pernah mendengar penjelasan tentang kanker serviks, penjelasan tersebut diperoleh dari tenaga kesehatan yang melakukan penyuluhan, sehingga responden berpengetahuan baik. Menurut asumsi peneliti yang dilakukan di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013 ditemukan responden berpengetahuan cukup dikarenakan masih sedikitnya pengetahuan yang diperoleh oleh wanita usia subur tentang aknker serviks baik dari, media cetak, dan petugas kesehatan, sehingga pengetahuan wanita usia subur tentang kanker serviks terbatas dan hal ini menyebabkan pengetahuan wanita usia subur tergolong cukup. Menurut asumsi peneliti yang dilakukan oleh peneliti di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013 ditemukan responden berpengetahuan kurang dikarenakan kurangnya pengamatan responden tentang kanker serviks, kemudian kurang berkembangnya cara berpikir responden, karena perkembangan cara berpikir seseorang dapat berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki seseorang. Melihat dari hasil pengumpulan data yang dilakukan peneliti bahwa responden mayoritas berpengetahuan kurang karena dipengaruhi kurangnya kemampuan responden dalam mengingat materi tentang kanker serviks walaupun responden sebelumnya telah membaca atau menerima informasi tentang kanker serviks. Kemampuan responden dalam mengingat sesuatu termasuk dalam tingkat pengetahuan yaitu tingkat tahu. 33 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang “ Gamaran Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013”, dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013 tentang Kanker Serviks adalah Mayoritas kurang. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang “ Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kanker Serviks di Lingkungan V Kelurahan Tanjung Gusta Helvetia Medan Tahun 2013, dapat sampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Wanita Usia Subur Disarankan bagi responden agar dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan dan kesadarannya untuk mengerti untuk mengerti, memahami dan melakukan deteksi dini kanker serviks dengan cara melakukan scaning, pap smear dan imunisasi ca serviks. 2. Bagi Kepala Lingkungan V Disarankan Bagi Kepala Lingkungan V untuk meningkatkan pelayanan mutu kesehatan melalui kader-kader berupa promosi kesehatan, penyuluhan, informasi, dan pencegahan tentang kanker serviks. 3. Bagi Instasi Pendidikan Disarankan agar hasil penelitian ini dijadikan sebagai salah satu sumber informasi mengenai kanker serviks bagi mahasiswa/i Universitas Prima Indonesia. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya 34 Disarankan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih menarik tentang kejadian kanker serviks agar dapat dijelaskan lagi frekuensi, distribusi kejadian kanker serviks dan dapat menambah jumlah sampel lebih banyak lagi. 35