Topik Utama ANALISIS KETERDAPATAN MINERAL BERAT DI KAWASAN PANTAI SELATAN YOGYAKARTA M.A. Mustafa dan N.C.D. Aryanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan [email protected] SARI Mineral berat didefinisikan sebagai mineral yang memiliki berat jenis lebih dari atau sama dengan 2,8 g/cm3 dan pada umumnya merupakan mineral-mineral yang mengandung unsur-unsur Fe, Ti, Mn dan Mg. Hasil analisis besar butir dan distribusi sedimen permukaan pantai dan dasar laut di selatan Yogyakarta umumnya tersusun oleh fraksi pasir halus-sedang. Hasil analisis mikroskopis terhadap mineral berat yang dijumpai dalam sedimen permukaan pantai dan dasar laut antara lain adalah magnetit (1.82-31,82%), ilmenit (3,29-17,09%), piroksen (12,86-45,56%), dan amfibol (0.13,5%). Berdasarkan indikasi mineral berat tersebut, khususnya mineral pirit perlu adanya kajian lebih mendalam terhadap kandungan mineral letakan lainnya seperti emas, perak, dan seng di daerah kajian. Kata kunci : amphibol, epidot, Formasi Wonosari - Punung, ilmenit, kuarsa, magnetit, markasit, medan magnit, mineral berat, oksida besi, pirit, piroksen 1. PENDAHULUAN Eksplorasi sumber daya mineral lepas pantai di wilayah pesisir dan perairan saat ini menjadi alternatif pilihan mengingat makin terbatasnya cadangan bahan galian di daratan. Penyelidikan mineral berat pantai dan lepas pantai Yogyakarta merupakan salah satu usaha untuk mengetahui keterdapatan dan potensinya. Pantai dan perairan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan bagian dari sistem pegunungan selatan Jawa. Secara geologi, daerah ini kaya dengan produk transportasi hasil proses tektonik dan rombakannya dari bagian utara yang terendapkan sebagai mineralmineral letakan (plaser). Mineral berat didefinisikan sebagai mineral yang memiliki berat jenis lebih dari atau sama dengan 2,9 g/cm3 (Krumbein dan Sloss, 1963). Namun, secara umum yang dimaksud dengan pengertian mineral berat adalah mineral-mineral dengan berat jenis (BJ) lebih besar daripada BJ kuarsa (2650 kg/m3) atau feldspar (2540 kg/m3 - 2760 kg/m3). Pendapat umum batas ini adalah 2800 kg/m3 (Breniinkmeyer, 1978). Mineral berat pada umumnya mengandung logam-logam yang dapat bernilai ekonomi, seperti Fe, Ti Mn dan Mg. Wilayah yang diteliti terletak di sepanjang garis pantai dan perairan sekitarnya hingga maksimal 12 mil laut dari garis pantai Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 1). Analisis Keterdapatan Mineral Berat di Kawasan Pantai Selatan Yogyakarta ; MA Mustafa dan NCD Aryanto 37 Topik Utama Gambar 1. Peta lokasi penyelidikan 2. GEOLOGI REGIONAL Secara regional, geologi Yogyakarta dan sekitarnya terbagi menjadi beberapa satuan batuan yang dapat berkontribusi terhadap jenis mineral dalam sedimen pantai dan lepas pantai Yogyakarta. Urutan satuan batuan dari yang berumur tua ke muda adalah sebagai berikut (Rahardjo, dkk., 1977; Surono, dkk., 1992; Gambar 2): – – 38 Formasi Nanggulan, merupakan batuan paling tua yang tersingkap di daerah Yogyakarta, tersingkap secara setempat, yaitu di daerah Blumbang, G. Wungkal (Kragen), dan Klepu, berumur Eosen hingga Oligosen. Formasi Semilir, terletak di atas Formasi Nanggulan secara tidak selaras dan berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah. Formasi ini terdiri dari tufa, breksi, batu apung dasitan, batu pasir tufaan dan serpih. Ditemukan di daerah G. Sorogo, G. Mabul, G. Pasar, G. Bantul, G. Bawuran, Sawo, Plempoh, Klenggotan, dan Daerah Wonolelo. Di bagian barat, Formasi Semilir tertindih selaras oleh Formasi Nglanggaran, namun di bagian timur keduanya berhubungan menjemari. – Formasi Bemmelen, yang merupakan batuan andesit tua, berumur Oligosen Akhir hingga Miosen Tengah, terdapat di batas barat Yogyakarta, yaitu di daerah Kalibawang, Talunrato, Clapar, G. Agung, G. Roto, G. kamal, G. Watuaglik, G. Bodag, dan G. Butak. – Formasi Wuni, yang terdiri dari aglomerat bersisipan batupasir tufan dan batupasir kasar, berumur Miosen Tengah, terdapat secara setempat di daerah Pantai Duwet, Glagah, dan dekat G. Suruh. – Formasi Nglanggran, yang berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah. Formasi ini terdiri dari breksi gunung api, aglomerat, tufa dan lava andesit-basal, ditemukan di daerah G. Bantul, G. Petuk, G. Munker, G. M&E Vol. 9, No. 2, Juni 2011 Topik Utama Gambar 2. Peta geologi regional Yogyakarta dan sekitarnya Analisis Keterdapatan Mineral Berat di Kawasan Pantai Selatan Yogyakarta ; MA Mustafa dan NCD Aryanto 39 Topik Utama Beloi, G. Sudimoro, G. Asemlampok, Kalidadap, dan melidah ke selatan sampai ke dekat pantai. – Formasi Jonggrangan, yang berumur Miosen Atas sampai Awal Pliosen, terdapat secara setempat di daerah Jonggrangan, Kalilelo, Katerban, dan G. Gepak. – Formasi Sentolo, yang berumur Miosen Atas hingga Pliosen Atas, menjemari dengan Formasi Jonggrangan. Terdapat di daerah Klampis, Tawang, kalilugu, Paingan, Ngasem, Banaran, Kembang, Kemiri, Gotakan, Wanajir, Sembung, Babakan, Ngaran, Glagahan, Gebogan, Penggung, Bletok, Ngulakan, Girigondo, dan Kebolirejo. – – Formasi Kepek, ditemukan menjemari dengan Formasi Wonosari dan Punungan, berumur Miosen Akhir hingga Pliosen. Terdiri dari batu gamping berlapis dan napal. Terdapat di daerah Sawahan dan Karangmajo. – Batuan Andesit dan Dasit, yang merupakan batuan terobosan ditemukan G. Kukusan, G. Ijo, G. Pencu, dan Hargorojo. Kedua batuan ini berumur Miosen. – 40 Formasi Wonosari dan Punungan, berumur Miosen Tengah hingga Pliosen Atas, dikuasai oleh batu gamping bersisipan dengan batu gamping napalan-tufan, batu gamping konglomerat, batu pasir tufan dan batulanau. Tersebar secara luas, di kawasan pantai, dari Teluk Becici hingga Teluk Sadeng di batas propinsi bagian timur Yogyakarta. Juga ditemukan meluas ke arah utara, yaitu mencakup daerah G. Gemblung, Bendungan, Eromoko, Karanganom, Ngeluweng, Jurangmojo, Getas, Juruk, nawungan, G. Brengguk, dan Dringgo. Bagian atas dari Formasi ini menjemari dengan bagian bawah Formasi Kepek. Endapan Vulkanik Gunung Merapi Muda, yang berumur Kuarter, ditemukan tersebar secara luas di bagian tengah daerah Yogyakarta, yaitu di daerah Sleman dan Bantul. – Aluvium, menempati bagian barat, yaitu kawasan Wates dan kawasan Pantai Karang Wuni hingga Saranggaten. 3. HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi dan menghitung konsentrasi kandungan mineral berat dalam sedimen. Pengambilan contohcontoh sedimen pantai dan lepas pantai dilakukan pada lokasi-lokasi seperti terlihat pada Gambar 3. Keseluruhan terdapat 21 contoh sedimen pantai dan 17 contoh sedimen permukaan dasar laut. Terhadap 8 contoh sedimen pantai dan 9 contoh sedimen dasar laut dilakukan analisis mineral berat (Gambar 3). Pemilihan contoh untuk perlakuan analisis lanjut tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kesamaan tekstur ketika dilakukan pengamatan megaskopisnya. Namun demikian keterwakilan area tetap dijaga dengan memperhatikan kondisi geologi daratnya sehingga tetap dapat dianggap mewakili kondisi, genesa, dan sumber mineral di lokasi penyelidikan. Identifikasi awal mineral berat dilakukan dengan memisahkan mineral berat yang mengandung Fe dari mineral yang lebih ringan dengan menggunakan bantuan medan magnit berkekuatan tertentu. Selanjutnya dilakukan identifikasi secara optis dan penghitungan kadarnya untuk mengetahui variasi jenis dan volume di tiap lokasi. Pada akhirnya kegiatan analisis diarahkan untuk mengetahui penyebaran dan kecenderungan dari mineral-mineral tertentu untuk mengendap di lingkungan tertentu yang dapat berkaitan dengan pola arus pantai dan laut, serta dan sifat geologi daratnya. Berdasarkan hasil preparasi dan analisis yang dilakukan terhadap contoh sedimen pantai maupun dasar laut didapatkan 7 jenis mineral berat dan 2 jenis mineral ringan, serta 2 material bawaan. Mineral berat di pantai yang diperoleh adalah magnetit, ilmenit, piroksen, amphibol, M&E Vol. 9, No. 2, Juni 2011 Gambar 3. Peta keterdapatan mineral dalam sedimen permukaan dasar dasar laut Topik Utama Analisis Keterdapatan Mineral Berat di Kawasan Pantai Selatan Yogyakarta ; MA Mustafa dan NCD Aryanto 41 Topik Utama epidot, pirit, dan mineral markasit untuk sedimen permukaan dasar lautnya. Mineral ringan yang teramati pada analisis ini adalah kuarsa dan oksida besi. Material bawaan berupa fragmen batuan dan cangkang. Penyajian kadar ke-7 jenis mineral tersebut untuk tiap lokasi contoh, berupa persen berat yang merupakan harga perbandingan jumlah berat mineral yang bersangkutan (gram) terhadap jumlah total berat mineral berat (gram) dalam fraksi lempung lalu dikalikan 100 persen. magnetit. Pada sedimen permukaan dasar laut daerah penyelidikan pelimpahan secara lateral yang besar dijumpai di bagian barat lokasi kegiatan diwakili oleh YK-10 (17.09%) adapun kandungan minimum dijumpai di lokasi YK-14 sebesar 3.29%. – Piroksen (Ca, Mg, Fe (Si2O6)) dibagi dalam 2 subgrup, yaitu: monoklin dan ortorombik piroksen. Kenampakan umum di bawah mikroskop: berwarna hijau trankulen, prismatik, membulat tanggung, berukuran 100 hingga 600 mikron. Keterdapatan piroksen secara lateral terbesar di daerah penyelidikan terdapat di bagian barat, tepatnya d lokasi YK-09 (45.56%) sedangkan kandungan minimum terdapat di YK-10 (12.86%). – Amphibol (Ca 2 (MgFe) 4 Al(Si 17 Al)O 22 (OH,F)), termasuk grup silikat, berwarna hitam sub metalik, prismatik, membulat tanggung, berukuran 50 - 400 mikron. Mineral ini umum terdapat pada batuan beku medium - basa seperti syenit, diorite dan granodiorit. Di daerah penyelidikan amphibol terdapat pada 7 lokasi dari 9 lokasi yang dianalisa. Dari 7 lokasi tersebut, keterdapatan yang paling besar secara lateral ditemukan di lokasi YK-09 sebesar 3.5% sedangkan kandungan terkecil dijumpai berupa jejak (trace) di 5 lokasi, yaitu: YK-04, YK-07, YK-08,YK-10 dan YK-14. – Epidot (Ca 2 Al 3 (SiO 4 ) 3 (OH), termasuk dalam kelompok silikat, kenampakan di bawah mikroskop memperlihatkan berwarna kuning kusam, prismatik, tak beraturan membulat tanggung, berukuran 100 mikron. Mineral ini berdiri sendiri atau hadir bersamaan dengan zoisit, kerap berasosiasi dengan albit pada batuan metamorf derajat rendah dan menengah. Mineral-mineral dalam grup ini merupakan mineral pembawa kalsium dan aluminium yang penting dalam kebanyakan batuan. Keterdapatan epidot dijumpai berupa jejak (trace) di 4 lokasi (YK04, YK-06, YK-07 dan YK-12) dari 9 lokasi yang dianalisis mineral beratnya. Jenis mineral berat yang ditemukan di lepas pantai dan kandungannya adalah sebagai berikut: – – 42 Magnetit (Fe3O4), termasuk dalam grup oksida. Di lokasi penyelidikan mempunyai kenampakan umumnya sebagai berikut: berwarna hitam dengan kilap metalik, agak kotor, bentuk butir membulat tanggung tak beraturan, berukuran 50 - 200 mikron, nampak ciri khas saling berkaitan antar sesamanya membentuk untaian rantai. Komposisi kimiawi (tekstual) FeO 31% dan Fe 2O 3 69%. Variasi mineral ini berupa titanomagnetit yang mengandung TiO2 dan kromomagnetit (mengandung Cr 2 O 3 ). Mineral ini merupakan mineral yang memiliki sebaran lateral sangat luas ini, tidak mengherankan karena mineral ini merupakan mineral utama penyusun batuan. Keterdapatan magnetit pada sedimen permukaan dasar laut yang terbesar secara lateral dijumpai di bagian barat lokasi penyelidikan pada lokasi contoh YK-9 (24.51%) dan kandungan terkecil dijumpai di YK-10 (1.82%). Ilmenit (FeTiO 3) termasuk dalam grup oksida. Di lokasi penyelidikan, mineral ini mempunyai kenampakan umum berupa: warna hitam metalik, bentuk butir oktahedral, membulat tanggung, berukuran 50 - 200 mikron. Komposisi kimiawi (tekstual) terdiri atas Fe 36,8%, Ti 31,6% dan O 31,6%. Mineral ini umum terdapat dalam batuan beku basa (gabro, diabas, piroksenit, dll) sering dijumpai berasosiasi dengan M&E Vol. 9, No. 2, Juni 2011 Topik Utama – Pirit (FeS2) ,merupakan anggota kelompok sulfida, kenampakan secara umum di lokasi kegiatan berupa kuning metalik, kubik membulat tanggung, besar ukuran bervariasi 50 - 250 mikron dengan komposisi kimiawi terdiri atas Fe 46.6% dan S 53.4%. Pirit umum terdapat pada kontak metasomatik, proses metamorf, hydrothermal dan berupa bijih dari hasil sedimentasi biasanya berasosiasi dengan tembaga, seng juga emas. Dijumpai di 4 lokasi, yaitu YK-04, YK07, YK-10 dan YK-12 berupa unsur trace. – Markasit (FeS2), termasuk grup sulfida mempunyai warna lebih gelap dibanding pirit, kenampakan umum di bawah mikroskop sebagai pengganti dari mikrofosil, membulat, berukuran 100 - 400 mikron. Dijumpai hanya di 1 lokasi (YK-09) berupa jejak. Analisis mineral berat pada sedimen pantai hanya khusus dilakukan untuk bagian barat daerah penyelidikan, karena pada bagian timur material penyusunnya umumnya berupa rombakan cangkang dan terumbu karang. Jenis mineral berat yang terindentifikasi terdapat di sepanjang pantai dan kandungannya adalah sebagai berikut : – Magnetit (Fe3O4), Keterdapatan magnetit pada sedimen permukaan pantai yang terbesar secara lateral dijumpai di lokasi PYK-09A sebesar 31,63% yaitu di sekitar muara K. Opak sebelah barat dan kandungan terkecil dijumpai di lokasi contoh PYK-06 (2,01%) atau di sekitar Pantai Baron. Dijumpai pula keterdapatan yang sangat sedikit di lokasi PYK-09C (0,72%) namun dijumpai di bagian hulu K. Opak. – Ilmenit (FeTiO 3) termasuk dalam grup oksida. Keterdapatan yang terbesar ditemukan pada lokasi contoh PYK-12 (Pantai Pandansimo) sebesar 3,83% sedangkan kandungan terkecil dijumpai dalam bentuk jejak pada 3 lokasi pengambilan contoh (PYK-06, PYK-09A dan PYK-20). – Piroksen (Ca, Mg, Fe (Si 2 O 6 )), Keterdapatan mineral ini pada sedimen pantai yang terbesar secara lateral ditemukan di sekitar muara K. Opak sisi barat (PYK-09A) dengan kandungan sebesar 27,35%, selain itu ditemukan pula dengan kandungan cukup besar (25.85%) di sekitar Pantai Karangwuni (PYK-18), sedangkan untuk keterdapatan yang terkecil dijumpai dalam bentuk jejak (trace) ditemukan di sekitar Pantai Baron. – Amphibol (Ca 2 (MgFe) 4 Al(Si 17 Al)O 22 (OH,F)) termasuk grup silikat, pada sedimen pantai merupakan mineral yang tidak umum dijumpai dibuktikan dengan keterdapatan mineral yang hanya berupa jejak. 3. DISKUSI DAN KESIMPULAN Mineral dasar laut yang teridentifikasi di daerah penyelidikan adalah magnetit, ilmenit, oksida besi, epidot, amphibol, piroksen, pirit, markasit dan kuarsa. Jenis mineral yang dijumpai di dasar laut secara umum hampir sama dengan di pantainya, hanya dibedakan dari ukuran mineralnya karena umumnya mineral berat yang ditemukan di dasar laut memiliki ukuran butir yang lebih halus. Pada bagian barat daerah penyelidikan mulai Pantai Samas hingga pantai di sekitar muara Sungai Bogowonto dijumpai keterdapatan magnetit sebagai pasir besi dengan kandungan berkisar antara 4,86% hingga 31,63% berat dengan porsentase yang terbesar dijumpai di sekitar sisi barat Sungai Opak, yaitu 31,63% berat atau hampir setara dengan 3.163 gr/m3. Selain itu terdapat pula pasir titan (ilmenit) yang hanya dijumpai di sebelah barat muara Sungai Progo dengan kandungan berkisar dari 0,77% hingga 3,83% berat, kandungan terbesar dijumpai di sisi timur Sungai Progo sebesar 383 gr/m3. Sedangkan untuk bagian timur daerah penyelidikan, bahan galian ekonomis yang dijumpai di sekitar pantai berupa batugamping dan kalsit sekunder yang berasal dari Formasi Wonosari - Punung. Analisis Keterdapatan Mineral Berat di Kawasan Pantai Selatan Yogyakarta ; MA Mustafa dan NCD Aryanto 43 Topik Utama DAFTAR PUSTAKA Betekhtin, A., 1979. A Course of Mineralogy, Moscow Peace Publisher. Bird, E.C.F. & Ongkosongo, O.S.R., 1980. Environmental Changes on the Coast of Indonesia, The United Nations University, printed in Japan. Rahardjo, W., Sukandarrumidi, Rosidi, H.M.D., 1977. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, 44 Jawa, (1408-2 & 1407-5), Skala 1: 100.000, Direktorat Geologi, Dirjen Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan, Indonesia. Surono, Toha, B., Sudarno, I., Wiryosujono, S., 1992. Peta Geologi Lembar SurakartaGiritontro, Jawa (1408-3 & 1407-6), Skala 1: 100.000, Puslitbang Geologi, Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral, Pertambangan dan Energi, Indonesia. M&E Vol. 9, No. 2, Juni 2011