137 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengalaman religius menurut Karl Rahner merupakan hubungan kepada Tuhan yang mana subjek dan objek menyatu dalam dunia. Artinya bahwa Tuhan dan manusia berada dalam satu ruang yang disebut dunia sehingga manusia dan Tuhan dapat memiliki titik temu. Rahner memahami manusia sebagai homo mysticus yakni manusia yang menyukai akan pengalaman mistik dan manusia sendiri juga bersifat mistik. Pengalaman religius Rahner merupakan sebuah panggilan akan spiritualitas dan realitas artinya bahwa pengalaman religius yag dialami seseorang merupakan panggilan untuk membangun dan mengarahkan pada kodrat sejati (Tuhan) dengan mendengar dan melihat kehadiran Tuhan lewat realitas alam semesta sebagaimana adanya. Pengalaman merupakan tanggapan diri atas cinta Tuhan yang terealisasikan lewat cinta diri, cinta sesama manusia, serta cinta alam semesta. Rahner meyakini dalam diri manusia terdapat “instansi” (vorgriff) yang terendam dan menjadi pengalaman dasar yang mengarahkan setiap pribadi kepada Tuhan. Vorgriff itulah yang membentuk manusia dalam setiap pengalaman nyata. Pengalaman atas dasar Vorgriff ini terkadang tersembunyi dari kesadaran setiap manusia namun tidak pernah hilang 138 secara total. Artinya setiap pribadi dapat merasakan atau mengalaminya, namun terkadang tidak sama atau tidak dirasakan oleh orang lain. Rahner meyakini pengalaman religius bukan hanya dapat dialami secara eksplisit tetapi juga secara implisit. Rahner mengistilahkan pengalaman religius yang dialami manusia sebagai mistik harian. Artinya bahwa lewat kesetiaan seorang pribadi untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, orang tersebut telah mewujudkan iman, harapan, dan kasih. Yakni merupakan bentuk penyerahan diri kepada misteri rahmat, misteri Tuhan sekalipun orang itu sadar atau tidak. Orang yang menganut mistik harian dapat menemukan Tuhan dalam dalam segala realitas kehidupan setiap hari. Seluruh realitas alam diyakini mengumandangkan kehadiran Tuhan, sedangkan yang harus dilakukan manusia adalah mencari dan menemukan kehadiran Tuhan tersebut dalam realitas yang ada. Caranya yakni dengan melihat kembali kepada setiap pengalaman hidup untuk menemukan kehadiran rahmat yakni Tuhan sendiri yang selalu aktif dalam kehidupan manusia. 2. Agama merupakan manifestasi keimanan seseorang. Perkembangan agama tidak dapat dibatasi secara kontekstual sehingga terjadilah keberagaman agama di dunia termasuk juga di Indonesia. Keberagaman agama di Indonesia merupakan realitas dan perbedaan prinsip keagamaan merupakan suatu kepastian. Toleransi agama terwujud karena adanya perbedaan prinsip dan penghormatan prinsip perbedaan lain tanpa mengorbankan prinsip yang dimiliki. Ajaran Rahner tentang pengalaman 139 religius menitikberatkan kesadaran manusia akan keselamatan yang dapat hadir melalui sesama manusia. Dalam konteks toleransi keagamaan di Indonesia, nilai luhur ajaran Rahner ini tidak bertentangan bahkan semakin menguatkan dengan nilai luhur Pancasila terutama sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. B Saran-saran Pemikiran Rahner tentang pengalaman religius cocok dan dapat diterapkan di Indonesia untuk mendasari perbuatan toleransi beragama. Konsep pengalaman religius Rahner dapat diterapkan untuk menghadapi persoalan heterogenitas bukan hanya dalam konteks keagamaan semata, tetapi dalam konteks keberagaman yang lainnya. Kelanjutan peran dan fungsi pengalaman religius perlu dikaji lebih lanjut serta mendalam sehingga kemungkinankemungkinan dapat terealisasi. Pemikiran Karl Rahner tidak hanya terbatas seputar konsep Kristen anonim maupun tentang mistik harian saja. Hasil pemikiran Rahner demikian luas dan beragama sehingga memungkinkan untuk dilakukan penelusuran dan penelitian lebih lanjut sebagai sebuah kajian akademis terutama bersifat filosofis. Berdasar pengalaman yang diperoleh peneliti, Penelitian pemikiran Rahner dalam ranah teologi sudah sangat banyak, namun dalam ranah filsafat masih sangat minim sehingga para pemikir dan peneliti dapat menjadikan pemikiran Rahner sebagai lahan penelitian.