BUPATI GUNUNGKIDUL Nomor Lampiran Hal : : : Pedoman Penyusunan RKA-SKPD TA 2016 Wonosari, 24 Agustus 2015 Kepada Yth. Kepala SKPD di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Sehubungan dengan telah disetujuinya KUA-PPAS Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2016, maka diminta kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk segera menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD Tahun Anggaran 2016. Beberapa ketentuan dalam penyusunan RKA-SKPD yang perlu dipedomani dan mendapat perhatian antara lain: I. Umum 1) Program dan kegiatan yang disusun dalam RKA-SKPD harus sesuai dengan KUA-PPAS Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2016 yang telah disetujui bersama antara DPRD dengan Bupati Gunungkidul. 2) Dalam penyusunan anggaran belanja untuk setiap kegiatan agar memperhatikan kode program dan kegiatan, indikator, target kinerja, tolok ukur kinerja, kode rekening belanja, efektifitas, dan efisiensi. 3) Belanja daerah diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib terkait dengan pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal berpedoman pada standar teknis dan standar harga barang dan jasa. 1 4) Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar harga barang dan jasa. 5) Plafon anggaran belanja untuk masing-masing SKPD sudah termasuk belanja wajib/mengikat yang harus diampu oleh masing-masing SKPD seperti DAK, DBH Cukai Hasil Tembakau, Pajak Rokok dan Bantuan Keuangan Propinsi, dan lain-lain. 6) SKPD yang mengampu SPM agar memprioritaskan program/kegiatan untuk pencapaian IKU dan SPM. 7) Tidak diperbolehkan menambah program maupun kegiatan selain yang sudah tercamtum dalam KUA-PPAS. 8) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mempunyai ketugasan untuk dropping air agar menganggarkan kegiatan tersebut jangka untuk waktu 5 (lima) bulan dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan masyarakat. 9) Penganggaran belanja hibah dan bansos harus sesuai dengan pasal 298 ayat (4) dan (5) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. II. Pendapatan Daerah 1) Dalam merencanakan target pendapatan daerah agar mempertimbangkan potensi pendapatan, diukur secara rasional, perkiraan pertumbuhan ekonomi 2016, realisasi penerimaan tahun lalu, serta memiliki kepastian serta dasar hukum penerimannya. 2) Upaya peningkatan PAD dapat ditempuh melalui penyederhanaan sistem prosedur administrasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, meningkatkan pengendalian dan pengawasan atas pemungutan PAD, peningkatan pelayanan serta rasionalisasi pajak/retribusi daerah. III. Belanja Tidak Langsung 1) Belanja gaji dan tunjangan pegawai disusun berdasarkan data SPP gaji bulan Agustus 2015 dikalikan 14 bulan. 2 2) SKPD yang melaksanakan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah pada belanja tidak langsung agar menganggarkan insentif pemungutan pajak daerah maupun retribusi daerah berdasarkan target pendapatan daerah pada Tahun Anggaran 2016 paling tinggi sebesar 5%. 3) Hibah berupa uang dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja hibah,obyek belanja hibah, dan rincian obyek belanja hibah pada PPKD. 4) Belanja hibah dilaksanakan secara selektif/tidak mengikat dan tidak diberikan secara terus menerus/tidak diberikan setiap tahun dan memiliki kejelasan peruntukkannya. 5) Bantuan Sosial berupa uang dianggarkan dalam kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja bantuan sosial, obyek belanja bantuan sosial dan rincian obyek bantuan sosial pada PPKD. 6) Belanja bantuan sosial dilaksanakan secara selektif/tidak mengikat dan tidak diberikan secara terus menerus/tidak diberikan setiap tahun dan memiliki kejelasan peruntukkannya. 7) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pemerintah kabupaten/kota menganggarkan belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten. 8) Belanja bantuan keuangan dari pemerintah kabupaten dapat diberikan kepada: a. Partai politik yang dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partai politik penerima bantuan keuangan. b. Pemerintah kabupaten harus menganggarkan alokasi dana untuk desa yang diterima dari APBN dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa dalam APBD kabupaten Tahun penyelenggaraan Anggaran 2016 pemerintahan, untuk pembangunan pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. 3 membiayai serta c. Pemerintah kabupaten harus menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pemerintah desa dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten dalam APBD Tahun Anggaran 2016 setelah dikurangi DAK. 9) Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2015 dan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. IV. Belanja Langsung 1) Penganggaran belanja langsung berdasarkan prioritas program dan kegiatan sebagaimana tertuang KUA-PPAS Tahun 2016. 2) Belanja Program diarahkan Pelayanan untuk Administrasi mendukung tugas Perkantoran dan fungsi (PAP) SKPD berdasarkan standar satuan biaya. 3) Belanja wajib/mengikat yang harus diampu oleh SKPD dengan ketentuan sebagai berikut misalnya : a. Trilateral Desk yang dilaksanakan dengan pola Bantuan Keuangan Provinsi bersifat khusus (dicantumkan alokasi bantuan keuangan/dana murni APBD DIY dan sharing APBD Kabupaten); b. Program kegiatan DAK mengacu pagu dan usulan yang telah disampaikan ke Kementerian Teknis serta berpedoman pada juknis tahun sebelumnya, kecuali yang sudah ada draft petunjuk teknis atau informasi hasil Rapat Koordinasi Teknis Nasional DAK dari Kementerian Teknis). c. Program kegiatan yang dibiayai dari Dana DBH-CHT penggunaannya sesuai dengan petunjuk teknis. d. Program kegiatan yang dibiayai dari Bagi hasil Pajak rokok penggunaannya sesuai dengan petunjuk teknis. A. Belanja Pegawai 1. Penganggaran honorarium bagi PNSD agar dibatasi dalam jumlah satuan orang dan bulan (OB) mendasarkan pada kebutuhan, beban tugas, rasionalitas, azas kepatutan dan 4 tingkat kewajaran. Honor Tim Pelaksana Kegiatan dan Kepanitiaan yang masih diperbolehkan dengan ketentuan antara lain : a) Tim pelaksana koordinasi kegiatan yang SKPD dan/atau lintas harus melibatkan lembaga/instansi vertikal; b) Tim pelaksana kegiatan dalam rangka pengelolaan pendapatan asli daerah; c) Tim penyusun Peraturan daerah dan Peraturan Bupati; d) ULP / Panitia / Pejabat Pengadaan dan/atau Penerima; e) Tim Koordinasi Pimpinan Daerah; f) Tim Pengendalian Keamanan Lingkungan; g) Tim yang diamanatkan oleh Pemerintah Pusat; h) Tim Penyusunan Dokumen Perencanaan SKPD (Renja atau Renstra SKPD). i) Tim Pengendali Inflasi Daerah j) Tim Evaluasi Siklus Tahunan Desa. k) Tim Koordinaasi Penanggulangan Kemiskinan Kecamatan. l) Tim Musrenbang Kecamatan. m) Besaran honorarium dianggarkan maksimal 3 (tiga) OB, dengan jumlah anggota tim dibatasi sesuai kebutuhan minimal. 2. Penganggaran honorarium disediakan bagi Non PNSD hanya dapat pegawai tidak tetap yang benar-benar memiliki peranan, kontribusi serta terkait langsung dengan kelancaran pelaksanan kegiatan di masing-masing SKPD. 3. Tidak diperbolehkan mengangkat tenaga kontrak/ pegawai tidak tetap. 4. Uang lembur diperbolehkan pada penyusunan dokumen perencanaan dan pengelolaan keuangan, serta kegiatan yang dibatasi target waktu yang ketat. B. Belanja Barang Jasa 1. Penganggaran yang terkait dengan jasa pemeliharaan dan/atau jasa konsultasi dengan pihak ketiga dianggarkan pada belanja barang dan jasa pada program dan kegiatan yang bersangkutan. 5 2. Dalam menganggarkan kebutuhan belanja barang habis pakai agar disesuaikan mempertimbangkan sisa dengan kebutuhan persediaan tahun riil dan sebelumnya, serta disesuaikan dengan volume pekerjaan. 3. Dalam menganggarkan kebutuhan barang inventaris kantor agar dilakukan secara selektif sesuai dengan kebutuhan, serta mempertimbangkan dan mengevaluasi pemanfaatan terhadap barang inventaris yang telah ada. Untuk barang inventaris yang sudah tidak layak pakai tidak dianggarkan biaya pemeliharaannya dan agar diusulkan penghapusan; 4. Penganggaran perjalanan dinas baik dalam daerah maupun perjalanan dinas luar daerah agar dilakukan secara selektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan dibatasi dengan jumlah peserta maksimal 2 orang pengikut dalam satu surat perintah tugas pada satu agenda kegiatan, jumlah hari, serta frekuensinya. Sedangkan untuk agenda tertentu yang mengharuskan jumlah pengikut lebih dari dua orang harus mengajukan ijin tertulis kepada Sekretaris Daerah. 5. Penganggaran untuk penyelenggaraan rapat-rapat, workshop, seminar, lokakarya, pembinaan, pelatihan agar menggunakan fasilitas pemerintah daerah yang tersedia, sedang yang dilaksanakan diluar kantor agar dibatasi sesuai kebutuhan; 6. Penganggaran untuk menghadiri pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi dan sejenisnya terkait dengan peningkatan SDM hanya diperkenankan untuk pelatihan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga non pemerintah yang bekerjasama dan/atau direkomendasikan oleh kementerian terkait, serta sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD. 7. Bagi SKPD yang memperoleh alokasi belanja dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau, kegiatan diarahkan untuk peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai dan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu (cukai illegal). 6 8. Sesuai dengan Permendagri No 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Permendagri No 13 tahun 2006, Pengadaan barang (termasuk berupa aset tetap) yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat atau pihak ketiga pada tahun dianggarkan pada jenis anggaran berkenaan, Belanja Barang dan agar Jasa, serta mengacu ketentuan pasal 298 ayat (4) dan (5) UndangUndang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 9. Belanja Hibah berupa barang dianggarkan dalam kelompok belanja langsung, jenis belanja barang dan jasa, obyek hibah barang dan rincian obyek belanja hibah barang kepada masyarakat pada SKPD. 10. Bantuan sosial berupa barang dianggarkan dalam kelompok belanja langsung, jenis belanja barang dan jasa, obyek bantuan sosial barang dan rincian obyek belanja bantuan sosial barang kepada masyarakat pada SKPD. 11. Pemberian bantuan sosial barang dalam rangka: a) Rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial dilaksanakan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kecamatan yang mendapatkan pelimpahan untuk kegiatan penanganan stop BABS; b) Penanggulangan kemiskinan yang kriteria penerimanya harus dikoordinasikan dengan TKPKD. c) Penanggulangan bencana oleh BPBD. C. Belanja Modal 1. Pelaksanaan belanja modal/pembelian barang inventaris agar memperhatikan rencana kebutuhan dan mempertimbangkan pemanfaatan barang inventaris yang telah ada. Sebagai pelaksanaan ketentuan pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 maka untuk penganggaran belanja modal tidak hanya sebesar harga beli bangun/aset tetapi harus ditambah dengan seluruh belanja pendukung yang bisa diatribusikan atau belanja terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan, seperti: honor panitia 7 pengadaan/pejabat pemeriksa, pengadaan, biaya honor pengumuman administrasi/dokumen lelang, perencana/pengawas, pejabat/panitia lelang, biaya biaya konsultan biaya rapat, biaya perjalanan dinas dan biaya sertifikasi (untuk pengadaan tanah). 2. Untuk pengadaan barang lebih dari satu jenis dalam satu kegiatan, biaya pendukung yang diatribusikan agar sekaligus dipecah/diperhitungkan untuk masing-masing jenis barang sesuai harga barang. (Contoh terlampir) Penyusunan RKA-SKPD Tahun Anggaran 2016 menggunakan program SIPKD R6, Rencana Kerja dan Anggaran SKPD harus sudah disampaikan kepada Tim Anggaran Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui DPPKAD cq. Bidang Anggaran dalam bentuk hard copy (print out) rangkap 2 (dua) paling lambat tanggal 10 SEPTEMBER 2015, dan selanjutnya akan dilaksanakan pembahasan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Kabupaten Gunungkidul. Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dijadikan pedoman dan ditindaklanjuti. Pj. BUPATI GUNUNGKIDUL, BUDI ANTONO 8 LAMPIRAN Penganggaran Belanja Modal Penganggaran belanja modal tidak hanya sebesar harga beli bangun/aset tetapi harus ditambah dengan seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan. Yang termasuk dianggarkan pengadaan/pejabat dalam belanja pengadaan, modal biaya antara lain pengumuman honor panitia lelang, biaya administrasi/dokumen lelang,biaya rapat, biaya perjalanan dinas dan konsultan perencana/pengawas. Untuk pengadaan tanah termasuk biaya sertifikasi. Contoh penghitungan penganggaran belanja modal : Kegiatan Pengadaan Peralatan dan Perlengkapan kantor terdiri server 1 bh, komputer 5 bh, laptop 1 bh, UPS 1 bh dan printer 2 bh, maka penganggarannya : 1. Pembelian : 1 unit Server @ 45.000.000,00 = Rp. 45.000.000,00 6 unit Komputer @ 8.000.000,00 = Rp. 48.000.000,00 2 unit Laptop 3 unit Printer @ 10.000.000,00 = Rp. 20.000.000,00 @ 1.000.000,00 = Rp. Jumlah 3.000.000,00 Rp. 116.000.000,00 2. Honorarium Panitia : Honor Panitia Pengadaan : Rp. Ketua Sekretaris 1.700.000,00 : Rp. 450.000,00 : Rp. 350.000,00 Anggota (3org) : Rp. Honor Panitia Penerima Ketua 900.000,00 : Rp. : Rp. 1.450.000,00 400.000,00 Sekretaris : Rp. 300.000,00 Anggota (3) : Rp. 750.000,00 9 3. Biaya Pengumuman Lelang : Rp. 2.000.000,00 4. Administrasi/dokumen lelang : Rp. 1.000.000,00 Jumlah belanja keseluruhan (1+2+3=4=5) : Rp. 122.150.000,00 Pembobotannya : Server 45.000.000 : 116.000.000 = 0,39 komputer 48.000.000 : 116.000.000 = 0,41 laptop 20.000.000 : 116.000.000 = 0,17 Printer 3.000.000 : 116.000.000 = 0,03 Cara Penghitugan Belanja Modal per kode rekening belanja : 1. Server : Harga beli = 45.000.000 Panitia Pengadaan 0,39 x 1.700.000 = 663.000 Panitia Penerima 0,39 x 1.450.000 = Pengumuman lelang 0,39 x 2.000.000 = Biaya Adm/dokumen lelang : 0,39 x 1.000.000 565.500 780.000 = 390.000 Jumlah Belanja Modal Server = 47.398.500 2. Komputer : Harga beli (6 bh x Rp. 8 jt) = 48.000.000 Panitia Pengadaan : 0,41 x 1.700.000 = 697.000 Panitia Penerima : 0,41 x 1.450.000 = Pengumuman lelang : 594.500 0,41 x 2.000.000 = Biaya Adm/dokumen lelang : 0,41 x 1.000.000 = 820.000 410.000 + Jumlah Belanja Modal komputer : = 50.521.500 2. Laptop : Harga bangun/beli (2 unit x Rp. 10 jt) Panitia Pengadaan : = 0,17 x 1.700.000 20.000.000 = 289.000 Panitia Penerima : 0,17 x 1.450.000 = 10 246.500 Pengumuman lelang : 0,17 x 2.000.000 = Biaya Adm/dokumen lelang : 0,17 x 1.000.000 = 340.000 170.000 + Jumlah Belanja Modal Laptop = 21.045.500 3. Printer : Harga bangun/beli (3 unit x Rp. 1 jt) = Panitia Pengadaan : 0,03 x 1.700.000 Panitia Penerima 0,03 x 1.450.000 : Pengumuman lelang : 3.000.000 = = 51.000 43.500 0,03 x 2.000.000 = 60.000 Biaya Adm/dokumen lelang : 0,03 x 1.000.000 = 30.000 + Jumlah Belanja Modal Laptop = 3.184.500 Jumlah total belanja modal sebesar ( 1+2+3+4+5) = Rp. 122.150.000,00. (Apabila hasil penghitungan jumlah belanja terdapat angka pecahan, maka dilakukan pembulatan dalam ribuan, akan tetapi jumlah akhir total belanja modal harus sama). 11 LAMPIRAN : DAFTAR PLAFON ANGGARAN SEMENTARA UNTUK MASING-MASING SKPD 12 LAMPIRAN 2: MANUAL PENGGUNAAN SISTEM SIKD/SIKUDA 13 LAMPIRAN : JADWAL PEMBAHASAN TAPD. 14 LAMPIRAN 4 1. PENGGUNAAN STANDAR BELANJA A. Penggunaan Analisa Standar Belanja Analisa Standar Belanja merupakan pedoman/standar belanja dalam menyusun anggaran belanja suatu kegiatan yang ditentukan berdasarkan biaya tetap dan biaya variabel tertentu sebagai pengendali kegiatan sesuai dengan target dan tolok ukur kinerja yang selanjutnya dijabarkan berdasarkankode rekening belanja. Tata cara penggunaan ASB, berdasarkan Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 16 Tahun 2008 tentang Analisa Standar Belanja Kabupaten Gunungkidul. 1. ASB -1 Akreditasi Lembaga ASB ini digunakan oleh satuan kerja perangkat daerah yang akan melaksanakan kegiatan penilaian dalam rangka akreditasi bagi lembaga lain. ASB ini juga digunakan untuk kegiatan penilaian kinerja. Kegiatan ini bukan untuk menilai akreditasi bagi perorangan. Contoh kegiatan antara lain: Penyelenggaraan Akreditasi SD, SMP, dsb. 2. ASB – 2 Bimbingan Dengan Pendampingan Bimbingan dengan pendampingan merupakan kegiatan untuk memberikan bimbingan atau pendampingan kepada aktivitas pihak lain/kelompok tertentu dalam rangka memberikan panduan kepada kelompok tersebut. Kegiatan ini melibatkan subyek pelaksana harian sebagai pelaksana utama dan pihak mekanisme luar sebagai yang benar pendampingan kelompok pemandu dan untuk efisien. nelayan, Contoh kegiatan cara atau antara lain penyuluhan/pendampingan agribisnis dsb. 3. ASB – 3 Kajian Bersama/Diskusi/Sarasehan 15 menunjukkan pelaku Kajian bersama/diskusi/sarasehan merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk membahas masalah atau topik guna memperoleh masukan dengan melibatkan orang/pihak lain yang dipandang memiliki kemampuan untuk ikut memecahkan masalah atau meningkatkan kualitas topik yang dibahas. Pemilihan peserta harus mempertimbangkan relevansi (kesesuaian) dan kapabilitas (kemampuan) peserta dengan masalah atau topik tersebut dan bukan asal menghadirkan orang agar hasil kajian yang diperoleh memiliki kualitas yang cukup baik. Contoh kegiatan antara lain sarasehan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dsb 4. ASB – 4 Monitoring/pengawasan/pengamatan Monitoring/pengawasan/pengamatan adalah kegiatan untuk mengawasi obyek atau titik amatan atau obyek amatan sesuai dengan tujuan yang digariskan dalam kegiatan tersebut. Obyek bisa berupa kegiatan dengan fokus pada suatu lokasi, atau bersifat abstrak, ataupun berujud fisik. Dengan demikian belanja ini telah mencakup belanja untuk uji sampel bagi kegiatan yang menggunakan uji sampel. Dapat termasuk dalam kelompok ASB ini adalah kegiatan monitoring dalam rangka mendukung pelaksanaan suatu program/kegiatan tertentu. Contoh kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan, pengawasan perdagangan ternak antar daerah, pemantauan dan penyebarlusan informasi bencana, dsb 5. ASB – 5 Penanganan Masalah Kesehatan Penanganan masalah kesehatan adalah kegiatan untuk menangani berbagai masalah kesehatan baik bayi, ibu hamil, keluarga ataupun masyarakat. Aktivitas ini bukanlah bertujuan untuk menangani atau mengobati penyakit tertentu yang diderita oleh orang-orang namun hanya untuk memberikan bantuan jasa/pelayanan secara kewenangan satuan kerja perangkat daerah tersebut dan menangani masalah ringan yang bisa di atasi atau ditangani oleh SDM yang dimiliki dengan penanganan yang sesuai dengan keahlian SDM. Contoh kegiatan antara lain pencegahan penanggulangan penyakit menular, penanggulangan kekurangan vitamin, peningkatan gizi keluarga dsb 6. ASB – 6 Pengembangan Minat/Motivasi Pengembangan minat/motivasi merupakan kegiatan untuk menggairahkan minat semua jenis lapisan masyarakat atas bidang atau keahlian atau kecakapan tertentu. Sasaran kegiatan ini berlaku baik untuk pegawai maupun non pegawai (masyarakat) termasuk siswa sekolah. Contoh kegiatan antara lain pegembanga minat budaya baca, 16 pembinaan olahragawan berbakat, pembinaan pemuda pelopor lingkugan dsb. 7. ASB – 7 Penyelenggaraan Festival atau Pagelaran Seni Penyelenggaraan festival atau pagelaran seni merupakan kegiatan untuk menunjukkan ketrampilan atau keahlian gerak hidup yang diperankan oleh manusia. Kegiatan ini berusaha mempertontonkan kepada msyarakat tentang hasil karya seni dan keilmuan sebagai hasil usaha keras dan dedikasi pada bidang gerak yang ditekuni. Contoh kegiatan antara lain penyelenggaran festival budaya daerag, pentas seni budaya daerah, dsb. 8. ASB – 8 Penyelenggaraan Rapat Kerja Rapat kerja merupakan kegiatan yang dilakukan satuan kerja perangkat daerah untuk koorninasi, sosialisasi perencanaan teknis dan pelaksanaan oleh SKPD meliputi persiapan pelaksanaan kegiatan, penyusunan petunjuk operasional kepada stake holder/ masyarakat sasaran serta untuk membahas masalah- masalah yang muncul dalam pelaksanaan tugas. Contoh kegiatan antara lain rapat koordinasi, rapat teknis rencana kerja, dsb. 9. ASB – 9 Penyusunan Pedoman atau Panduan Penyusunan pedoman atau panduan adalah kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah perangkat daerah untuk menyusun pedoman atau panduan tentang petunjuk konsepsi strategis, teknis, atau praktis atas kebijakan, peraturan, prosedur, sistem yang berlaku yang akan digunakan oleh pihak lain sebagai acuan atau rujukan. Contoh kegiatan antara lain penyusunan kebijakan pengelolaan sampah, perumusan kebijakan pemberdayaan perempuan, perumusan kebijakan bidang kesehatan, penyusunan pedoman/petunjuk teknis pelaksanaan, dsb. 10. ASB – 10 Penyusunan Peraturan Daerah Penyusunan rancangan peraturan perundangan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah perangkat daerah dalam rangka menyusun rancangan peraturan perundangan di daerah yaitu rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan bupati . Contoh kegiatan antara lain peyusunan rancangan perda APBD, penyusunan raperda pajak daerah dan retribusi daerah, dsb. 11. ASB – 11 Penyusunan Profil Wilayah/Daerah/Lokasi 17 Penyusunan profil wilayah, daerah, atau lokasi masuk dalam kategori kegiatan ini. Kegiatan ini tidak mencakup penyusunan profil untuk manusia atau lembaga. kegiatan sampai Kegiatan ini dimulai dari dipersiapkannya dengan wilayah/daerah/lokasi diserahkannya dokumen buku profil dan laporan pertanggungjawaban kepada yang berwenang. Contoh kegiatan antara lain penyusunan profil daerah, dsb. 12. ASB – 12 Sosialisasi Proram/Produk Sosialisasi program atau produk merupakan kegiatan untuk memperkenalkan program atau produk dari satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan kepada masyarakat melalui kegiatan tatap muka dan penyuluhan tentang program atau produk tersebut secara langsung. Contoh kegiatan antara lain sosialisasi kebijakan pengembagan wilayah strategis, sosialisasi peraturan perundangan, sosialisasi kebijakan perlindungan tenaga kerja, dsb. 13. ASB – 13 Workshop/ Lokakarya Standar analisis belanja workshop atau lokakarya merupakan kegiatan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk membekali para peserta dengan kemampuan yang diharapkan sekaligus juga menghasilkan sesuatu karya yang berkaitan dengan tujuan kegiatan tersebut. Titik berat kegiatan ini adalah pada lokasi di luar lokasi pelatihan yang biasanya atau di lokasi yang mencerminkan kondisi sebenarnya dengan tujuan agar pikiran menjadi lebih terbuka dan ide dapat muncul dengan berhadapan dengan lingkungan tersebut serta munculnya karya yang sesuai atau berhubungan dengan tujuan kegiatan tersebut. Kegiatan ini bisa dilaksanakan dengan menginapkan peserta atau tidak. Contoh kegiatan antara lain seminar, workshop peningkatan peran perempuan, dsb 14. ASB – 14 Operasi Penegakan Hukum/Peraturan Operasi penegakan peraturan daerah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah yang berwenang untuk melaksanakan penegakan hukum/peraturan karena statusnya yang memiliki kewenangan atas suatu peraturan perundangan. Contoh kegiatan antara lain operasi penegakkan perda, dsb. 15. ASB – 15 Penataan Arsip Penataan arsip adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh suatu satuan kerja perangkat daerah untuk membenahi tatanan arsipnya atau membenahi tatanan arsip satuan kerja perangkat daerah yang lain. Bentuk pembenahan bisa berupa pemindahan lokasi penyimpanan, 18 pemindahan pertanggungjawaban, ataupun kegiatan lain yang masih memiliki kaitan dengannya. Contoh kegiatan antara lain penataan dokumen/arsip. 16. ASB – 16 Pemulangan Pegawai yang Pensiun Pemulangan pegawai pensiun merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul dalam rangka memulangkan pegawai karena sudah purna tugas. Contoh kegiatan antara lain pemulanngan pegawai yang pensiun. 17. ASB – 17 Pendayagunaan Hutan Pendayagunaan hutan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan. Contoh kegiatan antara lain pendayagunaan hasil hutan, pengelolaan dan pemanfaatan hutan, pengembangan hutan rakyat, dsb. 18. ASB – 18 Pendataan Profil Desa Pendataan profil desa merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah untuk melakukan pendataan atas kondisi desa yang masuk dalam batas-batas wilayahnya. Kegiatan ini mencakup pendataan atas kondisi geografis, sosial, dan ekonomi suatu desa. Contoh kegiatan antara lain pendataan profil desa. 19. ASB – 19 Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Penyelenggaraan pendidikan usia dini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan pendidikan untuk masyarakat usia dini. Contoh kegiatan antara lain pengembangan pendidikan usia dini, dsb. 20. ASB – 20 Penanganan Kasus Hukum Penanganan kasus hukum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah melaksanakan/menyelesaikan yang kasus-kasus berwenang hukum/pengaduan untuk yang terjadi. Contoh kegiatan antara lain penanganan kasus pegeduan dilingkungan pemerintah daerah, penanganan kasus pelanggaran disiplin PNS, dsb. 21. ASB – 21 Review Laporan Keuangan Review laporan keuangan adalah kegiatan yang digunakan untuk memberikan review atas laporan keuangan SKPD di lingkup Kabupaten Gunungkidul sekaligus review atas laporan keuangan pemerintah kabupaten. Kegiatan review 19 dilakukan sebelum dilaksanakan pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK. Contoh kegiatan antara lain review laporan keuangnan daerah. 22. ASB – 22 Pembinaan Penyandang Cacat Pembinaan penyandang cacat adalah kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan peran pemerintah daerah untuk memberikan pembinaan dan perhatian khusus bagi para penyandang cacat. Pembinaan dilakukan dalam rangka memmberdayakan mereka sesuai dengan kondisi fisiknya. Contoh kegiatan antara lain pendayagunaan penyandang cacat dan eks trauma, dsb. 23. ASB – 23 Pembinan dan Perlindungan Hukum Kegiatan pembinaan dan perlindungan terhadap hukum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah dalam rangka pembinaan sekaligus sebagai upaya memberikan perlindungan hukum. Contoh kegiatan antara lain upaya perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan, fasilitasi proses perlindungan hukum dan jaminan sosial, fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industri, dsb. 24. ASB – 24 Pembinaan Usaha Mikro Pembinaan usaha mikro kecil merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah dalam rangka memberikan pembinaan terhadap usaha berskala mikro/ kecil. Contoh kegiatan antara lain fasilitasi UKM, pembinaan industri rumah tangga, dsb. 20