se bupati -penyusunan rka 2016 - Dinkes Gunungkidul

advertisement
BUPATI GUNUNGKIDUL
Nomor
Lampiran
Hal
:
:
: Pedoman Penyusunan
RKA-SKPD TA 2016
Wonosari, 24 Agustus 2015
Kepada
Yth. Kepala SKPD
di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul
Sehubungan dengan telah disetujuinya KUA-PPAS Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun
Anggaran 2016, maka diminta kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dilingkungan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
untuk segera menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD
Tahun Anggaran 2016.
Beberapa ketentuan dalam penyusunan RKA-SKPD yang perlu
dipedomani dan mendapat perhatian antara lain:
I. Umum
1) Program dan kegiatan yang disusun dalam RKA-SKPD harus
sesuai dengan KUA-PPAS Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2016 yang
telah
disetujui
bersama
antara
DPRD
dengan
Bupati
Gunungkidul.
2) Dalam penyusunan anggaran belanja untuk setiap kegiatan agar
memperhatikan kode program dan kegiatan, indikator, target
kinerja, tolok ukur kinerja, kode rekening belanja, efektifitas,
dan efisiensi.
3) Belanja
daerah
diprioritaskan
untuk
mendanai
urusan
pemerintahan wajib terkait dengan pelayanan dasar yang
ditetapkan dengan standar pelayanan minimal berpedoman pada
standar teknis dan standar harga barang dan jasa.
1
4) Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak
terkait dengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan
pilihan berpedoman pada analisis standar belanja dan standar
harga barang dan jasa.
5) Plafon anggaran belanja untuk masing-masing SKPD sudah
termasuk belanja wajib/mengikat yang harus diampu oleh
masing-masing SKPD seperti DAK, DBH Cukai Hasil Tembakau,
Pajak Rokok dan Bantuan Keuangan Propinsi, dan lain-lain.
6) SKPD
yang
mengampu
SPM
agar
memprioritaskan
program/kegiatan untuk pencapaian IKU dan SPM.
7) Tidak diperbolehkan menambah program maupun kegiatan
selain yang sudah tercamtum dalam KUA-PPAS.
8) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
yang mempunyai
ketugasan untuk
dropping air agar menganggarkan kegiatan
tersebut
jangka
untuk
waktu
5
(lima)
bulan
dengan
memperhatikan kondisi dan kebutuhan masyarakat.
9) Penganggaran belanja hibah dan bansos harus sesuai dengan
pasal 298 ayat (4) dan (5) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
II. Pendapatan Daerah
1) Dalam
merencanakan
target
pendapatan
daerah
agar
mempertimbangkan potensi pendapatan, diukur secara rasional,
perkiraan pertumbuhan ekonomi 2016, realisasi penerimaan
tahun lalu, serta memiliki kepastian serta dasar hukum
penerimannya.
2) Upaya
peningkatan
PAD
dapat
ditempuh
melalui
penyederhanaan sistem prosedur administrasi pemungutan
pajak daerah dan retribusi daerah, meningkatkan pengendalian
dan pengawasan atas pemungutan PAD, peningkatan pelayanan
serta rasionalisasi pajak/retribusi daerah.
III. Belanja Tidak Langsung
1) Belanja gaji dan tunjangan pegawai disusun berdasarkan data
SPP gaji bulan Agustus 2015 dikalikan 14 bulan.
2
2) SKPD yang melaksanakan pemungutan pajak daerah dan
retribusi
daerah
pada
belanja
tidak
langsung
agar
menganggarkan insentif pemungutan pajak daerah maupun
retribusi daerah berdasarkan target pendapatan daerah pada
Tahun Anggaran 2016 paling tinggi sebesar 5%.
3) Hibah berupa uang dianggarkan dalam kelompok belanja tidak
langsung, jenis belanja hibah,obyek belanja hibah, dan rincian
obyek belanja hibah pada PPKD.
4) Belanja hibah dilaksanakan secara selektif/tidak mengikat dan
tidak diberikan secara terus menerus/tidak diberikan setiap
tahun dan memiliki kejelasan peruntukkannya.
5) Bantuan Sosial berupa uang dianggarkan dalam kelompok
belanja tidak langsung, jenis belanja bantuan sosial, obyek
belanja bantuan sosial dan rincian obyek bantuan sosial pada
PPKD.
6) Belanja
bantuan
sosial
dilaksanakan
secara
selektif/tidak
mengikat dan tidak diberikan secara terus menerus/tidak
diberikan setiap tahun dan memiliki kejelasan peruntukkannya.
7) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat (3)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 97 Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pemerintah kabupaten/kota
menganggarkan belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh per
seratus) dari pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten.
8) Belanja bantuan keuangan dari pemerintah kabupaten dapat
diberikan kepada:
a. Partai politik yang dianggarkan pada jenis belanja bantuan
keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada partai
politik dan rincian obyek belanja nama partai politik penerima
bantuan keuangan.
b. Pemerintah kabupaten harus menganggarkan alokasi dana
untuk desa yang diterima dari APBN dalam jenis belanja
bantuan keuangan kepada pemerintah desa dalam APBD
kabupaten
Tahun
penyelenggaraan
Anggaran
2016
pemerintahan,
untuk
pembangunan
pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.
3
membiayai
serta
c. Pemerintah kabupaten harus menganggarkan Alokasi Dana
Desa (ADD) untuk pemerintah desa dalam jenis belanja
bantuan keuangan kepada pemerintah desa paling sedikit
10% (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan yang
diterima oleh kabupaten dalam APBD Tahun Anggaran 2016
setelah dikurangi DAK.
9) Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional
dengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2015 dan
kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak
dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh
pemerintah daerah.
IV. Belanja Langsung
1) Penganggaran belanja langsung berdasarkan prioritas program
dan kegiatan sebagaimana tertuang KUA-PPAS Tahun 2016.
2) Belanja
Program
diarahkan
Pelayanan
untuk
Administrasi
mendukung
tugas
Perkantoran
dan
fungsi
(PAP)
SKPD
berdasarkan standar satuan biaya.
3) Belanja wajib/mengikat yang harus diampu oleh SKPD dengan
ketentuan sebagai berikut misalnya :
a. Trilateral Desk
yang dilaksanakan dengan pola Bantuan
Keuangan Provinsi
bersifat
khusus
(dicantumkan alokasi
bantuan keuangan/dana murni APBD DIY dan sharing APBD
Kabupaten);
b. Program kegiatan DAK mengacu pagu dan usulan yang telah
disampaikan ke Kementerian Teknis serta berpedoman pada
juknis tahun sebelumnya, kecuali yang sudah ada draft
petunjuk teknis atau informasi hasil Rapat Koordinasi Teknis
Nasional DAK dari Kementerian Teknis).
c. Program
kegiatan
yang
dibiayai
dari
Dana
DBH-CHT
penggunaannya sesuai dengan petunjuk teknis.
d. Program kegiatan yang dibiayai dari Bagi hasil Pajak rokok
penggunaannya sesuai dengan petunjuk teknis.
A. Belanja Pegawai
1. Penganggaran honorarium bagi PNSD agar dibatasi dalam
jumlah satuan orang dan bulan (OB) mendasarkan pada
kebutuhan, beban tugas, rasionalitas, azas kepatutan dan
4
tingkat kewajaran. Honor Tim Pelaksana Kegiatan dan
Kepanitiaan yang masih diperbolehkan dengan ketentuan
antara lain :
a) Tim
pelaksana
koordinasi
kegiatan
yang
SKPD
dan/atau
lintas
harus
melibatkan
lembaga/instansi
vertikal;
b) Tim
pelaksana
kegiatan
dalam
rangka
pengelolaan
pendapatan asli daerah;
c) Tim penyusun Peraturan daerah dan Peraturan Bupati;
d) ULP / Panitia / Pejabat Pengadaan dan/atau Penerima;
e) Tim Koordinasi Pimpinan Daerah;
f)
Tim Pengendalian Keamanan Lingkungan;
g) Tim yang diamanatkan oleh Pemerintah Pusat;
h) Tim Penyusunan Dokumen Perencanaan SKPD
(Renja
atau Renstra SKPD).
i)
Tim Pengendali Inflasi Daerah
j)
Tim Evaluasi Siklus Tahunan Desa.
k) Tim
Koordinaasi
Penanggulangan
Kemiskinan
Kecamatan.
l)
Tim Musrenbang Kecamatan.
m) Besaran honorarium dianggarkan maksimal 3 (tiga) OB,
dengan jumlah anggota tim dibatasi sesuai kebutuhan
minimal.
2. Penganggaran
honorarium
disediakan bagi
Non
PNSD
hanya
dapat
pegawai tidak tetap yang benar-benar
memiliki peranan, kontribusi serta terkait langsung dengan
kelancaran pelaksanan kegiatan di masing-masing SKPD.
3. Tidak diperbolehkan mengangkat tenaga kontrak/ pegawai
tidak tetap.
4. Uang lembur diperbolehkan pada penyusunan dokumen
perencanaan dan pengelolaan keuangan, serta kegiatan yang
dibatasi target waktu yang ketat.
B. Belanja Barang Jasa
1. Penganggaran
yang
terkait
dengan
jasa
pemeliharaan
dan/atau jasa konsultasi dengan pihak ketiga dianggarkan
pada belanja barang dan jasa pada program dan kegiatan
yang bersangkutan.
5
2. Dalam menganggarkan kebutuhan belanja barang habis
pakai
agar
disesuaikan
mempertimbangkan
sisa
dengan
kebutuhan
persediaan
tahun
riil
dan
sebelumnya,
serta disesuaikan dengan volume pekerjaan.
3. Dalam menganggarkan kebutuhan barang inventaris kantor
agar dilakukan secara selektif sesuai dengan kebutuhan,
serta mempertimbangkan dan mengevaluasi pemanfaatan
terhadap barang inventaris yang telah ada. Untuk barang
inventaris yang sudah tidak layak pakai tidak dianggarkan
biaya pemeliharaannya dan agar diusulkan penghapusan;
4. Penganggaran perjalanan dinas baik dalam daerah maupun
perjalanan dinas luar daerah agar dilakukan secara selektif
dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan dibatasi dengan
jumlah peserta maksimal 2 orang pengikut dalam satu surat
perintah tugas pada satu agenda kegiatan, jumlah hari, serta
frekuensinya.
Sedangkan
untuk
agenda
tertentu
yang
mengharuskan jumlah pengikut lebih dari dua orang harus
mengajukan ijin tertulis kepada Sekretaris Daerah.
5. Penganggaran
untuk
penyelenggaraan
rapat-rapat,
workshop, seminar, lokakarya, pembinaan, pelatihan agar
menggunakan fasilitas pemerintah daerah yang tersedia,
sedang yang dilaksanakan diluar kantor agar dibatasi sesuai
kebutuhan;
6. Penganggaran
untuk
menghadiri
pelatihan,
bimbingan
teknis, sosialisasi dan sejenisnya terkait dengan peningkatan
SDM
hanya
diperkenankan
untuk
pelatihan
yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga non
pemerintah yang bekerjasama dan/atau direkomendasikan
oleh kementerian terkait, serta sesuai
dengan tugas dan
fungsi SKPD.
7. Bagi SKPD yang memperoleh alokasi belanja dari Dana Bagi
Hasil
Cukai
Tembakau,
kegiatan
diarahkan
untuk
peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri,
pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang
cukai dan/atau
pemberantasan barang kena cukai palsu
(cukai illegal).
6
8. Sesuai dengan Permendagri No 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua atas Permendagri No 13 tahun 2006,
Pengadaan barang
(termasuk berupa aset tetap)
yang
dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat atau
pihak
ketiga
pada
tahun
dianggarkan pada jenis
anggaran
berkenaan,
Belanja Barang dan
agar
Jasa, serta
mengacu ketentuan pasal 298 ayat (4) dan (5) UndangUndang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
9. Belanja Hibah berupa barang dianggarkan dalam kelompok
belanja langsung, jenis belanja barang dan jasa, obyek hibah
barang dan rincian obyek belanja hibah barang kepada
masyarakat pada SKPD.
10. Bantuan sosial berupa barang dianggarkan dalam kelompok
belanja langsung, jenis belanja barang dan jasa, obyek
bantuan sosial barang dan rincian obyek belanja bantuan
sosial barang kepada masyarakat pada SKPD.
11. Pemberian bantuan sosial barang dalam rangka:
a) Rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan
sosial, jaminan sosial dilaksanakan oleh Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kecamatan yang
mendapatkan pelimpahan untuk kegiatan penanganan
stop BABS;
b) Penanggulangan kemiskinan yang kriteria penerimanya
harus dikoordinasikan dengan TKPKD.
c) Penanggulangan bencana oleh BPBD.
C. Belanja Modal
1. Pelaksanaan belanja modal/pembelian barang inventaris
agar
memperhatikan
rencana
kebutuhan
dan
mempertimbangkan pemanfaatan barang inventaris yang
telah ada. Sebagai pelaksanaan ketentuan pelaksanaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
maka untuk penganggaran belanja modal tidak hanya
sebesar harga beli bangun/aset tetapi harus ditambah
dengan seluruh belanja pendukung yang bisa diatribusikan
atau belanja terkait dengan pengadaan/pembangunan aset
sampai aset tersebut siap digunakan, seperti: honor panitia
7
pengadaan/pejabat
pemeriksa,
pengadaan,
biaya
honor
pengumuman
administrasi/dokumen
lelang,
perencana/pengawas,
pejabat/panitia
lelang,
biaya
biaya
konsultan
biaya rapat, biaya perjalanan dinas
dan biaya sertifikasi (untuk pengadaan tanah).
2. Untuk pengadaan barang lebih dari satu jenis dalam satu
kegiatan, biaya pendukung yang diatribusikan agar sekaligus
dipecah/diperhitungkan untuk masing-masing jenis barang
sesuai harga barang. (Contoh terlampir)
Penyusunan
RKA-SKPD Tahun Anggaran 2016 menggunakan
program SIPKD R6, Rencana Kerja dan Anggaran SKPD harus sudah
disampaikan
kepada
Tim
Anggaran
Pemerintah
Kabupaten
Gunungkidul melalui DPPKAD cq. Bidang Anggaran dalam bentuk hard
copy
(print out)
rangkap
2
(dua)
paling lambat tanggal
10
SEPTEMBER 2015, dan selanjutnya akan dilaksanakan pembahasan
oleh
Tim
Anggaran
Pemerintah
Daerah
(TAPD)
Kabupaten
Gunungkidul.
Demikian Surat Edaran ini disampaikan untuk dijadikan
pedoman dan ditindaklanjuti.
Pj. BUPATI GUNUNGKIDUL,
BUDI ANTONO
8
LAMPIRAN
Penganggaran Belanja Modal
Penganggaran belanja modal tidak hanya sebesar harga beli bangun/aset tetapi
harus
ditambah
dengan
seluruh
belanja
yang
terkait
dengan
pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan. Yang
termasuk
dianggarkan
pengadaan/pejabat
dalam
belanja
pengadaan,
modal
biaya
antara
lain
pengumuman
honor
panitia
lelang,
biaya
administrasi/dokumen lelang,biaya rapat, biaya perjalanan dinas dan konsultan
perencana/pengawas. Untuk pengadaan tanah termasuk biaya sertifikasi.
Contoh penghitungan penganggaran belanja modal :
Kegiatan Pengadaan Peralatan dan Perlengkapan kantor terdiri server 1 bh,
komputer 5 bh, laptop 1 bh, UPS 1 bh dan printer 2 bh, maka penganggarannya :
1. Pembelian :
1 unit Server
@ 45.000.000,00 = Rp. 45.000.000,00
6 unit Komputer @ 8.000.000,00 = Rp. 48.000.000,00
2 unit Laptop
3 unit Printer
@ 10.000.000,00 = Rp. 20.000.000,00
@ 1.000.000,00 = Rp.
Jumlah
3.000.000,00
Rp. 116.000.000,00
2. Honorarium Panitia :
Honor Panitia Pengadaan
: Rp.
Ketua
Sekretaris
1.700.000,00
: Rp.
450.000,00
: Rp.
350.000,00
Anggota (3org) : Rp.
Honor Panitia Penerima
Ketua
900.000,00
: Rp.
: Rp.
1.450.000,00
400.000,00
Sekretaris
: Rp.
300.000,00
Anggota (3)
: Rp.
750.000,00
9
3. Biaya Pengumuman Lelang
: Rp.
2.000.000,00
4. Administrasi/dokumen lelang : Rp.
1.000.000,00
Jumlah belanja keseluruhan (1+2+3=4=5)
: Rp. 122.150.000,00
Pembobotannya :
Server
45.000.000 : 116.000.000 = 0,39
komputer
48.000.000 : 116.000.000 = 0,41
laptop
20.000.000 : 116.000.000 = 0,17
Printer
3.000.000 : 116.000.000 = 0,03
Cara Penghitugan Belanja Modal per kode rekening belanja :
1. Server :
Harga beli
=
45.000.000
Panitia Pengadaan
0,39 x 1.700.000
=
663.000
Panitia Penerima
0,39 x 1.450.000 =
Pengumuman lelang
0,39 x 2.000.000 =
Biaya Adm/dokumen lelang : 0,39 x 1.000.000
565.500
780.000
=
390.000
Jumlah Belanja Modal Server
=
47.398.500
2. Komputer : Harga beli
(6 bh x Rp. 8 jt)
=
48.000.000
Panitia Pengadaan :
0,41 x 1.700.000 =
697.000
Panitia Penerima
:
0,41 x 1.450.000 =
Pengumuman lelang :
594.500
0,41 x 2.000.000
=
Biaya Adm/dokumen lelang : 0,41 x 1.000.000
=
820.000
410.000 +
Jumlah Belanja Modal komputer :
=
50.521.500
2. Laptop : Harga bangun/beli (2 unit x Rp. 10 jt)
Panitia Pengadaan :
=
0,17 x 1.700.000
20.000.000
=
289.000
Panitia Penerima
:
0,17 x 1.450.000 =
10
246.500
Pengumuman lelang :
0,17 x 2.000.000
=
Biaya Adm/dokumen lelang : 0,17 x 1.000.000
=
340.000
170.000 +
Jumlah Belanja Modal Laptop
= 21.045.500
3. Printer : Harga bangun/beli (3 unit x Rp. 1 jt)
=
Panitia Pengadaan :
0,03 x 1.700.000
Panitia Penerima
0,03 x 1.450.000
:
Pengumuman lelang :
3.000.000
=
=
51.000
43.500
0,03 x 2.000.000
=
60.000
Biaya Adm/dokumen lelang : 0,03 x 1.000.000
=
30.000
+
Jumlah Belanja Modal Laptop
= 3.184.500
Jumlah total belanja modal sebesar ( 1+2+3+4+5) = Rp. 122.150.000,00.
(Apabila hasil penghitungan jumlah belanja terdapat angka pecahan, maka
dilakukan pembulatan dalam ribuan, akan tetapi jumlah akhir total belanja modal
harus sama).
11
LAMPIRAN
:
DAFTAR PLAFON ANGGARAN SEMENTARA UNTUK MASING-MASING SKPD
12
LAMPIRAN
2:
MANUAL PENGGUNAAN SISTEM SIKD/SIKUDA
13
LAMPIRAN
:
JADWAL PEMBAHASAN TAPD.
14
LAMPIRAN
4
1. PENGGUNAAN STANDAR BELANJA
A. Penggunaan Analisa Standar Belanja
Analisa Standar Belanja merupakan pedoman/standar belanja dalam
menyusun anggaran belanja suatu kegiatan yang ditentukan berdasarkan
biaya tetap dan biaya variabel tertentu sebagai pengendali kegiatan sesuai
dengan
target dan tolok ukur kinerja yang selanjutnya dijabarkan
berdasarkankode rekening belanja. Tata cara penggunaan ASB, berdasarkan
Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 16 Tahun 2008 tentang Analisa
Standar Belanja Kabupaten Gunungkidul.
1. ASB -1 Akreditasi Lembaga
ASB ini digunakan oleh satuan kerja perangkat daerah yang akan
melaksanakan kegiatan penilaian dalam rangka akreditasi bagi lembaga
lain. ASB ini juga digunakan untuk kegiatan penilaian kinerja. Kegiatan ini
bukan untuk menilai akreditasi bagi perorangan. Contoh kegiatan antara
lain: Penyelenggaraan Akreditasi SD, SMP, dsb.
2. ASB – 2 Bimbingan Dengan Pendampingan
Bimbingan dengan pendampingan merupakan kegiatan untuk memberikan
bimbingan atau pendampingan kepada aktivitas pihak lain/kelompok
tertentu dalam rangka memberikan panduan kepada kelompok tersebut.
Kegiatan ini melibatkan subyek pelaksana harian sebagai pelaksana utama
dan
pihak
mekanisme
luar
sebagai
yang
benar
pendampingan
kelompok
pemandu
dan
untuk
efisien.
nelayan,
Contoh
kegiatan
cara
atau
antara
lain
penyuluhan/pendampingan
agribisnis dsb.
3. ASB – 3 Kajian Bersama/Diskusi/Sarasehan
15
menunjukkan
pelaku
Kajian
bersama/diskusi/sarasehan
merupakan
kegiatan
yang
dilaksanakan untuk membahas masalah atau topik guna memperoleh
masukan dengan melibatkan orang/pihak lain yang dipandang memiliki
kemampuan untuk ikut memecahkan masalah atau meningkatkan
kualitas topik yang dibahas. Pemilihan peserta harus mempertimbangkan
relevansi (kesesuaian) dan kapabilitas (kemampuan) peserta dengan
masalah atau topik tersebut dan bukan asal menghadirkan orang agar
hasil kajian yang diperoleh memiliki kualitas yang cukup baik. Contoh
kegiatan antara lain sarasehan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dsb
4. ASB – 4 Monitoring/pengawasan/pengamatan
Monitoring/pengawasan/pengamatan adalah kegiatan untuk mengawasi
obyek atau titik amatan atau obyek amatan sesuai dengan tujuan yang
digariskan dalam kegiatan tersebut. Obyek bisa berupa kegiatan dengan
fokus pada suatu lokasi, atau bersifat abstrak, ataupun berujud fisik.
Dengan demikian belanja ini telah mencakup belanja untuk uji sampel
bagi kegiatan yang menggunakan uji sampel. Dapat termasuk dalam
kelompok ASB ini adalah kegiatan monitoring dalam rangka mendukung
pelaksanaan
suatu
program/kegiatan
tertentu.
Contoh
kegiatan
monitoring, evaluasi dan pelaporan, pengawasan perdagangan ternak
antar daerah, pemantauan dan penyebarlusan informasi bencana, dsb
5. ASB – 5 Penanganan Masalah Kesehatan
Penanganan masalah kesehatan adalah kegiatan untuk menangani
berbagai masalah kesehatan baik bayi, ibu hamil, keluarga ataupun
masyarakat.
Aktivitas ini bukanlah bertujuan untuk menangani atau
mengobati penyakit tertentu yang diderita oleh orang-orang namun hanya
untuk memberikan bantuan jasa/pelayanan secara kewenangan satuan
kerja perangkat daerah tersebut dan menangani masalah ringan yang bisa
di atasi atau ditangani oleh SDM yang dimiliki dengan penanganan yang
sesuai dengan keahlian SDM. Contoh kegiatan antara lain pencegahan
penanggulangan penyakit menular, penanggulangan kekurangan vitamin,
peningkatan gizi keluarga dsb
6. ASB – 6 Pengembangan Minat/Motivasi
Pengembangan
minat/motivasi
merupakan
kegiatan
untuk
menggairahkan minat semua jenis lapisan masyarakat atas bidang atau
keahlian atau kecakapan tertentu.
Sasaran kegiatan ini berlaku baik
untuk pegawai maupun non pegawai (masyarakat) termasuk siswa
sekolah. Contoh kegiatan antara lain pegembanga minat budaya baca,
16
pembinaan olahragawan berbakat, pembinaan pemuda pelopor lingkugan
dsb.
7. ASB – 7 Penyelenggaraan Festival atau Pagelaran Seni
Penyelenggaraan festival atau pagelaran seni merupakan kegiatan untuk
menunjukkan ketrampilan atau keahlian gerak hidup yang diperankan
oleh
manusia.
Kegiatan
ini
berusaha
mempertontonkan
kepada
msyarakat tentang hasil karya seni dan keilmuan sebagai hasil usaha
keras dan dedikasi pada bidang gerak yang ditekuni. Contoh kegiatan
antara lain penyelenggaran festival budaya daerag, pentas seni budaya
daerah, dsb.
8. ASB – 8 Penyelenggaraan Rapat Kerja
Rapat kerja merupakan kegiatan yang dilakukan satuan kerja perangkat
daerah untuk koorninasi, sosialisasi perencanaan teknis dan pelaksanaan
oleh
SKPD
meliputi
persiapan
pelaksanaan
kegiatan,
penyusunan
petunjuk operasional kepada stake holder/ masyarakat sasaran serta
untuk membahas masalah- masalah yang muncul dalam pelaksanaan
tugas. Contoh kegiatan antara lain rapat koordinasi, rapat teknis rencana
kerja, dsb.
9. ASB – 9 Penyusunan Pedoman atau Panduan
Penyusunan pedoman atau panduan adalah kegiatan yang dilakukan oleh
satuan kerja perangkat daerah perangkat daerah untuk menyusun
pedoman atau panduan tentang petunjuk konsepsi strategis, teknis, atau
praktis atas kebijakan, peraturan, prosedur, sistem yang berlaku yang
akan digunakan oleh pihak lain sebagai acuan atau rujukan. Contoh
kegiatan
antara
lain
penyusunan
kebijakan
pengelolaan
sampah,
perumusan kebijakan pemberdayaan perempuan, perumusan kebijakan
bidang kesehatan, penyusunan pedoman/petunjuk teknis pelaksanaan,
dsb.
10. ASB – 10 Penyusunan Peraturan Daerah
Penyusunan rancangan peraturan perundangan merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah perangkat daerah
dalam rangka menyusun rancangan peraturan perundangan di daerah
yaitu rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan bupati .
Contoh kegiatan
antara lain peyusunan rancangan perda APBD,
penyusunan raperda pajak daerah dan retribusi daerah, dsb.
11. ASB – 11 Penyusunan Profil Wilayah/Daerah/Lokasi
17
Penyusunan profil wilayah, daerah, atau lokasi masuk dalam kategori
kegiatan ini.
Kegiatan ini tidak mencakup penyusunan profil untuk
manusia atau lembaga.
kegiatan
sampai
Kegiatan ini dimulai dari dipersiapkannya
dengan
wilayah/daerah/lokasi
diserahkannya
dokumen
buku
profil
dan laporan pertanggungjawaban kepada yang
berwenang. Contoh kegiatan antara lain penyusunan profil daerah, dsb.
12. ASB – 12 Sosialisasi Proram/Produk
Sosialisasi
program
atau
produk
merupakan
kegiatan
untuk
memperkenalkan program atau produk dari satuan kerja perangkat
daerah yang bersangkutan kepada masyarakat melalui kegiatan tatap
muka dan penyuluhan tentang program atau produk tersebut secara
langsung.
Contoh
kegiatan
antara
lain
sosialisasi
kebijakan
pengembagan wilayah strategis, sosialisasi peraturan perundangan,
sosialisasi kebijakan perlindungan tenaga kerja, dsb.
13. ASB – 13 Workshop/ Lokakarya
Standar analisis belanja workshop atau lokakarya merupakan kegiatan
yang diselenggarakan dengan tujuan untuk membekali para peserta
dengan kemampuan yang diharapkan sekaligus juga menghasilkan
sesuatu karya yang berkaitan dengan tujuan kegiatan tersebut. Titik
berat kegiatan ini adalah pada lokasi di luar lokasi pelatihan yang
biasanya atau di lokasi yang mencerminkan kondisi sebenarnya dengan
tujuan agar pikiran menjadi lebih terbuka dan ide dapat muncul dengan
berhadapan dengan lingkungan tersebut serta munculnya karya yang
sesuai atau berhubungan dengan tujuan kegiatan tersebut. Kegiatan ini
bisa dilaksanakan dengan menginapkan peserta atau tidak. Contoh
kegiatan antara lain seminar, workshop peningkatan peran perempuan,
dsb
14. ASB – 14 Operasi Penegakan Hukum/Peraturan
Operasi
penegakan
peraturan
daerah
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah yang berwenang untuk
melaksanakan penegakan hukum/peraturan karena statusnya yang
memiliki kewenangan atas suatu peraturan perundangan. Contoh
kegiatan antara lain operasi penegakkan perda, dsb.
15. ASB – 15 Penataan Arsip
Penataan arsip adalah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh suatu
satuan kerja perangkat daerah untuk membenahi tatanan arsipnya atau
membenahi tatanan arsip satuan kerja perangkat daerah yang lain.
Bentuk pembenahan bisa berupa pemindahan lokasi penyimpanan,
18
pemindahan pertanggungjawaban, ataupun kegiatan lain yang masih
memiliki kaitan dengannya. Contoh kegiatan antara lain penataan
dokumen/arsip.
16. ASB – 16 Pemulangan Pegawai yang Pensiun
Pemulangan pegawai pensiun merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul
dalam rangka memulangkan pegawai karena sudah purna tugas. Contoh
kegiatan antara lain pemulanngan pegawai yang pensiun.
17. ASB – 17 Pendayagunaan Hutan
Pendayagunaan hutan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan
kerja perangkat daerah dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan
potensi sumberdaya hutan. Contoh kegiatan antara lain pendayagunaan
hasil hutan, pengelolaan dan pemanfaatan hutan, pengembangan hutan
rakyat, dsb.
18. ASB – 18 Pendataan Profil Desa
Pendataan profil desa merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan
kerja perangkat daerah untuk melakukan pendataan atas kondisi desa
yang masuk dalam batas-batas wilayahnya. Kegiatan ini mencakup
pendataan atas kondisi geografis, sosial, dan ekonomi suatu desa.
Contoh kegiatan antara lain pendataan profil desa.
19. ASB – 19 Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan pendidikan usia dini merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan dalam rangka penyelenggaraan pendidikan untuk masyarakat
usia dini. Contoh kegiatan antara lain pengembangan pendidikan usia
dini, dsb.
20. ASB – 20 Penanganan Kasus Hukum
Penanganan kasus hukum merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
satuan
kerja
perangkat
daerah
melaksanakan/menyelesaikan
yang
kasus-kasus
berwenang
hukum/pengaduan
untuk
yang
terjadi. Contoh kegiatan antara lain penanganan kasus pegeduan
dilingkungan pemerintah daerah, penanganan kasus pelanggaran disiplin
PNS, dsb.
21. ASB – 21 Review Laporan Keuangan
Review laporan keuangan adalah kegiatan yang digunakan untuk
memberikan review atas laporan keuangan SKPD di lingkup Kabupaten
Gunungkidul sekaligus review atas laporan keuangan pemerintah
kabupaten.
Kegiatan
review
19
dilakukan
sebelum
dilaksanakan
pemeriksaan laporan keuangan oleh BPK. Contoh kegiatan antara lain
review laporan keuangnan daerah.
22. ASB – 22 Pembinaan Penyandang Cacat
Pembinaan penyandang cacat adalah kegiatan yang dilakukan berkaitan
dengan peran pemerintah daerah untuk memberikan pembinaan dan
perhatian khusus bagi para penyandang cacat. Pembinaan dilakukan
dalam rangka memmberdayakan mereka sesuai dengan kondisi fisiknya.
Contoh kegiatan antara lain pendayagunaan penyandang cacat dan eks
trauma, dsb.
23. ASB – 23 Pembinan dan Perlindungan Hukum
Kegiatan pembinaan dan perlindungan terhadap hukum merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah dalam
rangka pembinaan sekaligus sebagai upaya memberikan perlindungan
hukum. Contoh kegiatan antara lain upaya perlindungan perempuan
terhadap tindak kekerasan, fasilitasi proses perlindungan hukum dan
jaminan sosial, fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industri,
dsb.
24. ASB – 24 Pembinaan Usaha Mikro
Pembinaan usaha mikro kecil merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
satuan kerja perangkat daerah dalam rangka memberikan pembinaan
terhadap usaha berskala mikro/ kecil. Contoh kegiatan antara lain
fasilitasi UKM, pembinaan industri rumah tangga, dsb.
20
Download