BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keinginan dan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keinginan dan kebutuhan sering kali diartikan sama oleh banyak orang.
Keinginan merupakan hasrat seseorang yang jika tidak dipenuhi tidak akan
mempengaruhi kehidupan. Sedangkan kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu
kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dengan dorongan
yang ada dalam diri (Mangkunegara, 2005:5). Kebutuhan yang sangat banyak dan
beraneka ragam ini menimbulkan pertanyaan besar. Benarkah kebutuhan dan
keinginan manusia itu tidak terbatas ?
Seseorang bisa saja dengan mudah mencapai batas keinginan akan makan bila
ia sudah kenyang (Rosyidi, 2006:50). Jadi, sebenarnya keinginan manusia ada
batasnya. Namun, karena banyak dari penduduk setiap Negara bahkan penduduk
dunia yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang beragam, sehingga jumlahnya
jauh melampaui banyaknya barang dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan manusia tersebut.
Memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan pemilihan barang dan jasa
yang akan dikonsumsi. Manusia melakukan pemilihan karena terdapat masalah
ekonomi. Menurut Ahman dan Rohmana dalam buku Pengantar Teori Mikro
(2009:1) Masalah ekonomi adalah bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya yang
relatif tidak terbatas dihadapkan pada kenyataan bahwa alat pemuas kebutuhannya
relatif terbatas ( kelangkaan / scarcity ).
Terbatasnya alat pemuas menyebabkan manusia harus pintar memilih dalam
memenuhi kebutuhan yang harus menjadi prioritas. Dengan melakukan pengorbanan
untuk dapat memenuhi kebutuhannya baik berupa mengeluarkan uang maupun secara
tukar menukar (barter). Memilih dalam memenuhi kebutuhan hidup tentunya akan
membuat manusia kehilangan pilihan mengkonsumsi barang atau jasa lain
(opportunity cost).
1
Ella Maulidya, 2013
Studi Deskriptif Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Konsumsi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan kegiatan
konsumsi. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1995:123), Konsumsi adalah
pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mencapai kepuasan
atau memenuhi kebutuhan. Kegiatan konsumsi ini dilakukan dengan upaya untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai kepuasan yang ingin dicapai dengan
mengkonsumsi barang dan jasa tersebut.
Dalam melakukan kegiatan konsumsi manusia membutuhkan pendapatan
untuk dapat membeli barang dan jasa yang dibutuhkan. Karena dengan memiliki
pendapatan manusia dapat melakukan konsumsi. Besar kecilnya pendapatan pastinya
akan mempengaruhi barang dan jasa yang akan dikonsumsi. Semakin besarnya
pendapatan akan semakin banyak pula barang dan jasa yang dapat dikonsumsi, dan
begitu sebaliknya. Hubungan pendapatan dan konsumsi dapat dirumuskan dengan
( )
Dimana
: C = Konsumsi
Y = Pendapatan
Dari rumus diatas diketahui bahwa konsumsi merupakan fungsi dari pendapat.
Meningkatnya pendapatan, konsumsi barang dan jasa pun akan meningkat, begitu
pula sebaliknya. Namun walaupun demikian, bila pendapatan nol (0) kegiatan
konsumsi akan tetap dilakukan atau konsumsi otonomos.
Hasil
survei
Indeks
Kepercayaan
Konsumen
kuartal
I/2013
yang
diselenggarakan Nielsen di 58 negara mengindikasikan hal itu. Survei pada Februari
hingga awal Maret 2013 kembali menempatkan Indonesia ke posisi teratas negara
yang penduduknya paling optimistis dalam memanfaatkan uang (SH News.co).
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penduduk Indonesia merupakan konsumen yang
akan melakukan pembelian barang atau jasa tanpa memperhatikan kegunaan barang
atau jasa tersebut.
Bila dicermati dengan seksama, tentunya perilaku konsumsi masyarakat
merupakan salah satu hal yang perlu kita analisis untuk dapat mengetahui penyebab
Ella Maulidya, 2013
Studi Deskriptif Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Konsumsi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
semakin besarnya pengeluaran masyarakat Indonesia untuk non makanan. Dalam
kaitan ini, James Duesenberry menyebutkan ada dua karakteristik penting dari
perilaku konsumsi
rumahtangga
yaitu
adanya
sifat
saling ketergantungan
(interdependent) diantara rumahtangga dan tidak dapat diubah-ubah (irreversibillity)
sepanjang waktu. Saling ketergantungan disini menjelaskan mengapa rumahtangga
berpendapatan rendah (low-income households) cenderung memilki APC yang lebih
tinggi daripada rumahtangga berpendapatan tinggi (high-income households).
Mangkunegara
(2005:6)
mengatakan
bahwa
kebutuhan
merupakan
fundamental yang mendasari perilaku konsumen. Maka tidak mungkin kita akan
memahami perilaku konsumen apabila belum mengetahui kebutuhan apa yang
dibutuhkan oleh konsumen. Perubahan perilaku konsumen ini banyak dipengaruhi
oleh perkembangan jaman. Saat ini semua hal menjadi praktik dengan adanya akses
internet yang semakin meluas dan konsumen yang semakin terbuka membuat semua
hal menjadi lebih mudah didapatkan tanpa perlu capek mengantri, menawar, keluar
rumah untuk mendapatkan barang. Seperti halnya dengan motto salah satu
perusahaan komunikasi yaitu “the World in Your Hand” (http://www.telkom.co.id).
Pengeluaran masyarakat Indonesia yang saat ini lebih berorientasi pada
pengeluaran bukan makanan hal ini juga terjadi di kota Bandung, seperti yang terlihat
dalam tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1
Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Per bulan untuk Sub makanan dan Bukan
Makanan, Kota Bandung Tahun 2003-2007
Tahun Makanan Non makanan
193537
231483
2003
192448
245379
2004
192135
281802
2005
192135
281802
2006
226878
244603
2007
Sumber :BPS, data diolah
Makanan (%)
45.54
43.96
40.54
40.54
48.12
Non makanan (%)
54.46
56.04
59.46
59.46
51.88
Ella Maulidya, 2013
Studi Deskriptif Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Konsumsi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Besarnya pengeluaran masyarakat kota Bandung untuk pengeluaran non atau
bukan makanan dimulai sejak tahun 2003. Pengeluaran bukan makanan mengalami
peningkatan hingga akhirnya mengalami penurunan di tahun 2007. Perilaku
konsumen menjadi hal yang menarik untuk dianalisis untuk mengetahui penyebab
konsumen membelanjakan pengeluarannya untuk makanan dan non-makanan.
Banyak faktor yang mendorong dan mempengaruhi seseorang dalam
melakukan kegiatan konsumsi atau perilaku konsumen. Menurut William J. Stanton
dalam
Mangkunegara
(2005:39)
yang
menyatakan:
“
Socialcultural
and
phychological force which influence consumer’s buying behavior”. Menurut William
J. Stanton, faktor sosial budaya dan psikologi merupakan dua kekuatan dari faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumsi.
Faktor sosial budaya dalam buku perilaku konsumsi Mangkunegara (2005:39)
didalamnya terdapat faktor budaya dan faktor lingkungan sosial (kelas sosial,
kelompok acuan dan keluarga) dan faktor psikologi seperti pengalaman belajar,
kepribadian, sikap dan keyakinan, dan konsep diri.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi adalah lingkungan
sosial. Lingkungan sosial berhubungan dengan pengaruh orang lain terhadap
konsumen dalam situasi konsumsi (Belk, 1975. Dalam jurnal Fatchur Rohman,2008).
Konsumen dapat berhubungan secara langsung dengan orang lain atau mengalami
kejadian karena memperhatikan orang lain melakukan aktivitas. Lingkungan sosial
terdiri atas kelompok acuan, keluarga dan peran dan status sosial.
Pengaruh lingkungan sosial bukan hanya dari keluarga tetapi juga dari
kelompok acuan dan kelas sosial. Banyak kelompok mempengaruhi perilaku
seseorang. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang mempunyai
pengaruh langsung (tatap muka) atau pengaruh tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku seseorang. Dari kelompok ini seseorang berinteraksi dan berbagi pendapat,
sehingga kelompok acuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan
pembelian barang.
Ella Maulidya, 2013
Studi Deskriptif Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Konsumsi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya seperti
keluarga, klub dan organisasi. Kedudukan seseorang itu dapat ditentukan berdasarkan
kelas sosial nya. Dengan kata lain tiap peran membawa sebuah status yang
merefleksikan penghargaan umum yang diberikan oleh masyarakat. Sehingga
seseorang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka
di masyarakat. Semakin tinggi kelas sosial nya dimasyarakat tentunya akan sedikit
banyak mempengaruhi perilaku dalam mengkonsumsi barang dan jasa.
Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh keluarga, kelompok
acuan, dan kelas sosial dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan
pembelian barang. Sehingga tentunya perilaku konsumen akan menjadi hal yang
sangat penting bagi pelaku pasar untuk memprediksi barang dan jasanya dapat
diterima atau tidak oleh masyarakat luas.
Sama seperti hal nya yang terjadi pada guru SMAN 13 Bandung dan guru
SMA Nusantara 1 Bandung yang merupakan bagian dari masyarakat yang hampir
setiap hari melakukan kegiatan konsumsi. Sebagai contoh dalah kepemilikan
kendaraan guru PNS SMAN 13 Bandung yang terlihat pada grafik dibawah ini.
100,00%
92,31%
80,00%
1 unit
60,00%
46,15%
2unit
40,00%
3 unit
20,00%
0%
7,70%
7,70%
0%
4 unit
0,00%
motor
mobil
Gambar 1.1
Persentase Kepemilikan Kendaraan Guru PNS SMAN 13 Bandung
Sumber : angket pra penelitian, data diolah.
Ella Maulidya, 2013
Studi Deskriptif Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Konsumsi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa 92,31% guru SMAN 13 Bandung
Memiliki 1 unit motor dan 46,15% unit mobil. Hanya 7,7% guru yang memiliki 4
unit motor dan 3 mobil. Besar jumlah kepemilikan kendaraan motor atau mobil ini
dapat kita ketahui bahwa guru PNS SMAN 13 Bandung memiliki gaji yang cukup
besar. Kepemilikan kendaraan roda dua ataupun roda empat merupakan salah satu
cara untuk mengetahui perilaku konsumsi guru SMAN 13 Bandung yang telah
menjadi PNS. Dari angket pra penelitian yang disebar, hampir 84,62 % guru memiliki
pendapatan tambahan diluar gaji PNS.
Untuk dapat melihat perilaku konsumsi guru SMAN 13 Bandung dan guru
SMA Nusantara 1 Bandung, seperti dilihat dari tabel 1.2 dibawah ini.
Tabel 1.2
Persentase Perilaku Konsumsi Guru SMAN 13 Bandung dan Guru SMA
Nusantara 1 Bandung
No
Pernyataan
Sangat
Setuju/sangat
Sering (SS)
(%)
Setuju/
Sering (S)
(%)
1
2
membuat rancangan belanja tiap bulan
membeli
barang
sesuai
dengan
manfaatnya
membeli barang dengan memperhatikan
kualitas barang
20
61,3
41,3
3
Pernah (P)
(%)
41,3
36
Kadangkadang/Raguragu
(KK/RR)
(%)
30,67
2,67
5,3
-
Sangat
Tidak
Setuju/Tidak
Pernah (TP)
(%)
2,67
-
48
10,67
-
-
Sumber : Lampiran C, data diolah
Dari data diatas dapat diketahui bahwa, 41,3% guru SMAN 13 Bandung dan
SMA Nusantara 1 Bandung sering membuat rencana anggaran belanja tiap bulan. Hal
ini menunjukan bahwa guru melakukan perencanaan agar menghindari membeli
barang yang melebihi pendapatan yang dimiliki. Sebesar 61,3% guru kedua sekolah
ini sangat setuju membeli barang yang sesuai dengan manfaatnya dan 48% guru yang
setuju membeli barang dengan memperhatikan kualitas barang tersebut sebelum
membeli. Dapat diketahui bahwa guru kedua sekolah ini dalam membeli barang
menperhatikan manfaat barang dengan kualitas barang tersebut.
Ella Maulidya, 2013
Studi Deskriptif Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Konsumsi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Perilaku konsumsi dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
faktor lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang terdiri atas kelompok acuan,
keluarga dan kelas sosial. Pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumsi
guru ini dapat kita lihat dalam hasil angket penelitian yang terdapat dalam tabel 1.3
sebagai berikut.
Tabel 1.3
Persentase Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Perilaku Konsumsi pada
SMAN 13 Bandung dan SMA Nusantara 1 Bandung
No
Pernyataan
1
Saya dalam berbelanja tidak pernah
tergoda oleh bujukan orang-orang
sekitar saya
Dalam memutuskan membeli barang,
saya akan meminta pendapat orangorang sekitar saya terlebih dahulu
Saya akan berdiskusi dengan orangorang sekitar saya untuk mengetahui
kelebihan barang sebelum membelinya
Saya kadang terpengaruh dengan
promosi atau informasi orang-orang
disekitar saya atau dari televisi
maupun media lainnya
2
3
4
Sangat
Setuju/sangat
Sering (SS)
(%)
46,67
Setuju/
Sering (S)
(%)
Pernah
(P)
(%)
42,7
Kadangkadang/Raguragu (KK/RR)
(%)
10,67
-
Sangat Tidak
Setuju/Tidak
Pernah (TP)
(%)
-
18,7
50,7
21,3
8
1,3
24
52
18,7
5,3
-
25,3
26,7
34,7
13,3
-
Sumber : Lampiran C, data diolah
Dari data diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan responden atau sebesar
46,67% (guru SMAN 13 Bandung dan SMA Nusantara 1 Bandung) tidak pernah
tergoda dengan bujukan orang-orang sekitarnya dalam membeli barang. 50,7%
responden setuju bahwa dalam memutuskan membeli barang akan meminta pendapat
orang-orang sekitarnya terlebih dahulu. Baik itu berdiskusi untuk mengetahui
kelebihan barang sebelum membeli seperti terlihat pada pernyataan no 3 sebesar
52%. Dan 34,7% guru SMAN 13 Bandung dan guru Nusantara 1 Bandung yang
kadang terpengaruh dengan promosi baik dari televisi maupun media lain maupun
informasi orang-orang sekitar.
Ella Maulidya, 2013
Studi Deskriptif Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Konsumsi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
23,08%
Iya
76,92%
Tidak
Gambar 1.2
Tugas atau Jabatan Guru Selain Mengajar SMAN 13 Bandung
(dalam bentuk persen)
Sumber : angket pra penelitian, data diolah
Dari gambar 1.2 diatas dapat diketahui bahwa 76,92% guru SMAN 13
Bandung memiliki tugas atau jabatan lain selain mengajar, seperti pembina OSIS,
pembina Ekstrakulikuler sampai Wakil Kepala Sekolah. Pengaruh tugas atau jabatan
selain guru tentunya akan mempengaruhi pendapatan tambahan selain gaji pokok
PNS perbulan.
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, penulis tertarik untuk meneliti
masalah yang terkait dengan perilaku konsumso guru SMAN 13 Bandung dan guru
SMA Nusantara 1 Bandung yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial (keluarga,
kelompok acuan dan peran dan status sosial).
Judul penelitian yang akan peneliti angkat adalah “STUDI DESKRIPTIF
PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL (KELOMPOK ACUAN, KELUARGA,
DAN KELAS SOSIAL) TERHADAP PERILAKU KONSUMSI (Survey Pada
Guru SMAN 13 Bandung dan SMA Nusantara 1 Bandung)”
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang masalah, terlihat bahwa yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah perilaku konsumsi. Dimana perilaku
Ella Maulidya, 2013
Studi Deskriptif Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Konsumsi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
konsumsi ini merupakan bagaimana konsumen menggunakan uang atau pendapatan
yang dimiliki untuk mencapai kepuasan.
Dalam penelitian ini maka peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan
yaitu pada pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumsi. Adapun rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran mengenai lingkungan sosial dan perilaku konsumsi
guru SMAN 13 Bandung dan guru SMA Nusantara 1 Bandung?
2. Apakah lingkungan sosial berpengaruh terhadap perilaku konsumsi?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui gambaran lingkungan sosial dan perilaku konsumsi guru
SMAN 13 Bandung dan guru SMA Nusantara 1 Bandung.
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumsi.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi, khususnya ilmu
ekonomi mengenai perilaku konsumsi.
2) Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta
informasi mengenai pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumsi
guru SMAN 13 Bandung dan SMA Nusantara 1 Bandung.
Ella Maulidya, 2013
Studi Deskriptif Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perilaku Konsumsi
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Download