Materi pokok Sosiologi SMA Kelas X

advertisement
FUNGSI SOSIOLOGI UNTUK MENGENALI GEJALA SOSIAL DALAM
MASYARAKAT
Manusia hidup dalam masyarakat, mereka saling berinteraksi dan berbagi budaya yang
sama sehingga tak dipungkiri dalam proses tersebut berbagai gejala sosial terjadi. Gejala sosial
merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu
maupun secara kelompok, yang melibatkan perilaku dari individu itu sendiri.
Gejala sosial antara lain mencakup gejala ekonomi, gejala politik, gejala budaya dan
gejala moral. Contoh gejala sosial yang banyak ditemui dalam masyarakatantara lain;
kemiskinan, kejahatan, perang, kewirausahaan, dan persamaan gender.
Sosiologi disusun dalam rangka melakukan perencanaan sosial, pelaksanaan dan
pemecahan sosial dalam menciptakan masyarakat yang teratur dan nyaman. Oleh karena itu,
perlu dipahami sosiologi yang berfungsi dalam mengkaji gejala sosial dalam masyarakat.
Pengertian Sosiologi
Secara etimologis, sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Socius (Latin) artinya teman,
sedangkan logos (Yunani) artinya perkataan atau pembicaraan. Sehingga sosiologi diartikan
sebagai membicarakan, memperbincangkan teman pergaulan. Atau sosiologi merupakan ilmu
yang membahas tentang hubungan antara manusia satu dengan manusia lain dalam hidup
bermasyarakat.
Ciri-ciri Sosiologi
1. Bersifat empiris, yakni didasarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak
bersifat spekulatif.
2. Bersifat teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang
konkrit di lapangan dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur yang tersusun
secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat
3. Bersifat kumulatif, yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang sudah ada,
kemudian diperbaiki, diperluas dan diperhalus.
4. Bersifat non-etis, dalam arti yang dipersoalkan dalam sosiologi bukanlah baik buruknya
fakta tertentu, tetapi menjelaskan fakta tersebut secara analitis.
Obyek Studi Sosiologi
Secara umum objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan
antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Sedangkan
secara khusus, objek kajian sosiologi dibagi menjadi dua yaitu:
Objek material, yang meliputi gejala-gejala umum, keadaan sosial dan proses hubungan
antara manusia yang mempengaruhi kesatuan hidup manusia.Objek formal, adalah makhluk
sosial hubungan antar manusia dan akibat yang ditimbulkan dari interaksi atau hubungan
tersebut.
Fungsi Sosiologi dalam mengenali gejala sosial di masyarakat.
Konsep-konsep dalam Sosiologi:
1. Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan orang-orang yang berada pada tempat
yang sama, memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, saling berhubungan dan saling
berinteraksi satu sama lain dan dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama.
2. Peran dan Status Sosial
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam
masyarakatnya. misalnya : dokter, guru, tentara, polisi, buruh, pedagang.
Peran sosial merupakan tingkah laku individu yang mementaskan suatu
kedudukan tertentu.
3. Pengendalian Sosial
Kontrol
sosial
adalah
merupakan
suatu
mekanisme
untuk
mencegah
penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan
bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku.
4. Perubahan Sosial
Perubahan yang terjadi pada masyarakat mengenai nilai-nilai sosia, norma, dan
berbagai pola dalam kehidupan manusia.
Konsep sosiologi dapat digunakan dalam melihat gejala sosial di lingkungan sekitar
Gejala-gejala sosial yang ada dimasyarakat seperti, kemiskinan, pengangguran,
kejahatan, perang, kenakalan remaja, masalah keluarga, penyimpangan gender, dll. Pitirim A.
Sorokin menyatakan bahwa sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal-balik antara
aneka macam gejala-gejala sosial. Misalnya antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dan
moral, hukum dan ekonomi, serta masyarakat dan politik.
Dalam disiplin ilmu sosiologi, keberadaan konsep-konsep sosiologi mengacu pada upaya
untuk memberikan penjelasan terhadap gejala sosial. Tahap akhir dari penjelasan sosiologi atas
gejala sosial itu menurut Weber adalah menjelaskan mengapa para pelaku yang terlibat dalam
gejala sosial itu berperilaku sedemikian sehingga gejala sosial itu dapat terjadi.
INDIVIDU, KELOMPOK, DAN HUBUNGAN SOSIAL
Pengertian Individu
Individu berasal dari kata in-dividere yang berarti tidak dapat dibagi-bagi (atau sebagai
sebutan bagi manusia yang berdiri sendiri, atau manusia perseorangan. Individu yang dimaksud
adalah insan (manusia), aristoteles berpendapat bahawa manusia merupakan penjumlahan dari
kemampuan tertentu yang masing-masing bekerja sendiri seperti kemampuan-kemampuan
vegetatif (makan dan berkembang biak), kemampuan sensitif (bergerak, bernafsu, perasaan dan
mengamati) dan kemampuan intelektif (kecerdasan).
Lain halnya degan pendapat descartes, bahwa manusia terdiri atas zat rohaniah ditambah
zat materil. Akan tetapi, willhem wuntt menegaskan bahwa jiwa manusia itu materil merupakan
suatu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan sebagai keseluruhan. Individu dalam hal ini
merupakan konsep sosiologi yang berarti bahwa konsep individu tidak boleh diartikan sama
dengan konsep sosial. Individu itu memiliki arti yang agak belainan. Jika dalam kehidupan
sehari-hari individu menunjuk pada pribadi orang, sedangkan dalam sosiologi individu menunjuk
pada subjek yang melakukan sesuatu, yang mempunyai pikiran, yang mempunyai kehendak,
kebebasan, memberi arti (meaning) pada sesuatu, yang mampu menilai tindakan dan hasil
tindakannya sendiri.
Dengan kata lain, individu adalah subjek yang bertindak (aktor), subjek yang melakukan
sesuatu hal, subjek yang memiliki pikiran, subjek yang memiliki keinginan, subjek yang
memiliki kebebasan dan subjek yang memberi arti (meaning). Pada pengertian idividu sebagai
konsep sosiologi, pengertian subjek menunjuk pada semua keadaan yang berhubungan dengan
dunia internal manusia. Sedangkan konsep objek tidak teralu berbeda jauh artinya dari yang
diartikan dalam ilmu-ilmu alam, seperti batu, air dan semua benda umumnya. Secara biologis,
pengaruh gen yang diwariskan orang tuanya atau bahkan leluhur sebelumnya sangat
mempengaruhi kelahiran individu. Untuk melahirkan individu yang normal, selain dipengaruhi
oleh gen juga sangat tergantung pada kondisi yang sehat di tempat calon individu itu dilahirkan.
Kondisi sehat yang dimaksud adalah kondisi pranatalis di dalam rahim ibu.
Pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya sangat dipengaruhi oleh berbagai
masukan dari lingkungan sekitarnya. Salah satu lingkungan yang sehat adalah lingkungan
pendidikan, melalui pendidikan individu dapat terbina dan terlatih potensinya. Nursid
sumaatmadja (1998) menyatakan bahwa “kepribadian merupakan keseluruhan prilaku individu
yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal yang terbawa sejak lahir
dengan rangkaian situasi lingkungan yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi
mental-psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari lingkungan”.
Bagan proses pembentukan individu menjadi pribadi
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari
hubungan dengan sesama manusialain di dalam mejalani kehidupan. Freedman (1962 : 112)
menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk yang tidak dilahirkan dengan kecakapan untuk
“immadiate adaptation to environment” atau kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan segera
terhadap lingkungan. Naluri manusia untuk selalu brhubungan dengan sesamanya ini dilandasi
oleh alasan-alasan sebagai berikut:
1. Keinginan manusia untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya
(masyarakat).
2. Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekelilingnya.
3. Naluri
manusia
“gregariousness”.
untuk
selalu
hidup
dengan
yang
lainnya
disebut
sebagai
Pengertian Kelompok sosial
Lahirnya kelompok sosial disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk berhubungan, tapi
tidak semua hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai kelompok sosial. Soerjono soekanto
(1982 : 111) mengemukakan beberapa persyaratan terbentuknya kelompok sosial, yaitu :
1. Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia merupakan bagian dari
kelompok yang bersangkutan.
2. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan lainnya dalam
kelompok.
3. Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang bersangkutan
yang merupakan unsur pengikat atau pemersatu. Faktor tersebut dapat berupa nasib yang
sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama ataupun ideologi yang sama.
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Mac iver (1961 : 213) kelompok sosial adalah : “kelompok sosial terbentuk melalui proses
interaksi dan sosialisasi, dimana manusia berhimpun dan bersatu dalam kehidupan bersama
berdasarkan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi dan memiliki kebersamaan untuk
tolong menolong”.
Proses yang berlangsung dalam kelompok sosial adalah “proses sosialisasi”. Buhler (1968 :
172) menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah “proses yang membantu individu dalam
kelompok melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan berfikir kelompoknya
agar ia dapat berperan serta berfungsi bagi kelompoknya”.
Berdasarkan pengalaman dalam kelompok, manusia mempunyai sistem tingkah laku
(behavior system) yang dipengaruhi oleh watak pribadinya. Sistem prilaku ini yang akan
membentuk suatu sikap (attitude).
1. Klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial.
Mac iver dan page (1957 : 213) menggolongkan kelompok sosial dalam beberapa
kriteria:
 Derajat interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.
 Besar kecil anggota kelompok tersebut.
 Sistem ide (ideologi) yang ada di dalam kelompok tersebut.
 Kepentingan atau tujuan kelompok tersebut.
 Wilayah geografis.
Simmel dalam systematic society mendasarkan pengelompokannya pada :
 Besar kecilnya jumlah anggota kelompok.
 Cara individu dipengaruhi kelompoknya atau individu mempengaruhi kelompok.
 Interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.
Simmel memulainya dengan bentuk terkecil yang terdiri dari satu orang individu sebagai
fokus hubungan sosial yang dinamakan “monad”, lalu dua individu yang dinamakan “dyad” dan
tiga individu yang dinamakan “triad”. Dan ukuran lain dari klasifikasi kelompok sosial itu
berdasarkan tingkat interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok tersebut.
2. Kelompok sosial dipandang dari sudut pandang individu.
Pembagian kelompok sosial dari sudut pandang individu dapat dilihat dari :
 Keterlibatan individu dalam kelompok tersebut.
 Keanggotaan individu tidak selalu bersifat sukarela, tapi bisa bersifat wajib.
 Kelompok sosial juga bisa didasari oleh kekerabatan, usia, sex (gender),
pekerjaan dan status sosial.
3. In group dan out group.
Menurut polak (1966 : 166) konsep in group dan out group adalah “cerminan dari
adanya kencenderungan sifat “entnocentris” dari individu-individu dalam proses
sosialisasi sehubungan dengan keanggotaannya pada kelompok-kelompok sosial tersebut.
Sikap dalam menilai kebudayaan lain dengan menggunakan ukuran-ukuran sendiri”.
Sikap mempercayai sesuatu ini yang disebut dengan “beliefs” yang diajarkan kepada
anggota kelompok melalui proses sosialisasi, baik secara sadar atau tidak sadar.
Menurut soerjono soekanto (1984 : 120), sikap in group biasanya didasari oleh perasaan
simpati. Dalam in group sering kali digunakan stereotypen, yaitu gambaran-gambaran atau
anggapan-anggapan yang bersifat mengejek terhadap suatu objek diluar kelompoknya. Out group
didasari oleh suatu kelainan dengan wujud antipati.
4. Primary group dan secondary group.
 Primary group
Charles horton cooley dalam social organization menyatakan “bahwa terdapat
perbedaan yang luas dan mendasar dalam klasifikasi kelompok-kelompok sosial yang
menyangkut perbedaan antar kelompok”.
Cooley adalah kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri kenal-mengenal antara
anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi.
Selo soemarjan & soemardi (1964 : 604) dalam buku “setangkai bunga sosiologi”
menyatakan “primary group merupakan kelompok kecil yang permanen berdasarkan
saling mengenal secara pribadi diantara anggotanya”.
Davis (1960 : 290) mengemukakan ciri-ciri khusus dari primary group sebagai berikut :
Kondisi fisik.
Cirinya adalah sifat kenal mengenal, kedekatan secara fisik dan emosional, adanya norma
yang mengatur hubungan antara anggota-anggota dalam kelompok tersebut, dan kelompoknya
biasanya kecil (anggotanya sedikit).
Sifat hubungan primer.
Bersifat kesamaan tujuan dari individu-individu dalam kelompok tersebut. Tujuan
tersebut bersifat pribadi, spontan sentimental dan inklusif. Soekanto (1982 : 124) menyatakan
bahwa sifat inklusif adalah “hubungan primer yang bersifat pribadi, mengandung arti hubungan
tersebut melekat secara inheren pada kepribadian seseorang yang tidak mungkin digantikan oleh
orang lain”.
Hubungan inklusif didasarkan atas kesukarelaan dari pihak-pihak yang mengadakan
hubungan tersebut. Sifat inklusif juga berarti bahwa hubungan primer menyangkut segala sesuatu
tentang perasaan, kepribadian dan tempramen.
Kelompok-kelompok yang konkret dan hubungan primer.
Dalam kenyataan tidak ada primary group
yang memenuhi hubungan ini secara
sempurna. Hubungan primer yang masih murni biasanya terdapat pada masyarakat-masyarakat
yang masih sederhana organisasinya, misalnya pada masyarakat pedesaan.
 Secondary group.
Rouceck & warren (1962 : 46) dalam “sociology an introduction” , membatasi pengertian
secondary group sebagai kelompok-kelompok besar yang terdiri dari banyak orang dan diantara
individu itu tidak perlu saling mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak langgeng.
Perbedaan antara primary group & secondary group terdapat pada :
1. hubungan-hubungan atau interaksi sosial yang membentuk struktur kelompok sosial yang
bersangkutan. Contohnya adalah bangsa, bangsa menunjukkan struktur hubungan yang
kurang harmonis antara anggotanya (rakyat dan pemerintah).
2. jika terdapat perselisihan diantara anggota kelompok primary group cenderung
diselesaikan secara kekeluargaan, tetapi pada secondary group maka norma hukum
merupakan unsur pemaksa untuk menyelesaikan suatu perselisihan diantara anggota
kelompok tersebut.
5. Gemeinschaft dan gesselschaft
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya diikat oleh
hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah rasa cinta
dan kesatuan batin yang telah dikodratkan, bentuk utamanya dapat dijumpai dalam
keluarga, kekerabatan, dan lain-lain.
Gesselschaft adalah berupa ikatan pokok untuk jangka waktu yang pendek,
bersifat imajiner dan strukturnya bersifat mekanis. Gesselschaft berbentuk hubungan
perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik, seperti ikatan perdagangan.
Ciri gemeinschaft menurut tonnies :
 intimate
: yaitu hubungan menyeluruh yang mesra.
 private
: yaitu hubungan yang bersifat pribadi khusus untuk beberapa orang saja.
 exclusive
: yaitu bahwa hubungan yang terjadi hanya untuk “kita” saja dan tidak
untuk orang-orang diluar “kita”.
Tiga tipe gemeinschaft menurut tonnies :
-
Gemeinschaft by blood :
ikatan yang berdasarkan pada keturunan darah, contoh
keluarga.
-
Gemeinschaft of place
: ikatan yang berdasarkan kedekatan tempat tinggal, contoh
tetangga.
-
Gemeinschaft of mind
: ikatan yang mendasarkan diri pada jiwa dan pikiran yang sama
6. Formal group & informal group
Formal group merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai peraturanperaturan tegas yang sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan diantara anggotanya.
Formal group bisa dikatakan sebagai association diamana anggotanya mempunyai
kedudukan yang disertai dengan pembagian tugas & wewenang. Kriteria rumusan formal
grup
adalah
merupakan
keberadaan
tata
cara
untuk
memobilisasikan
dan
mengkoordinasikan usaha-usaha yang ditujukan untuk mencapai tujuan berdasarkan
bagian-bagian organisasi yang bersifat spesialisasi. Artinya formal grup adalah suatu
kelompok yang memiliki peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan
oleh angota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara angota-anggotanya. Contohnya
adalah himpunan mahasiswa dll.
Informal grup adalah suatu kelompok yang terjadi karena kesamaan yang sifatnya
tidak mengikat anggotanya serta tidak memiliki struktur dan organisasi yang pasti.
Informal group terbentuk biasanya oleh intensitas pertemuan yang sering antara orangorang yang mempertahankan kepentingan dan pengalaman bersama. Contoh klik (clique).
7. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur.
Kelompok sosial yang tidak teratur dapat digolongkan ke dalam 2 golongan besar
yaitu kerumunan dan publik.
Kerumunan,
Kerumunan adalah suatu kelompok manusia yang bersifat sementara, tidak terorganisir
dan tidak mempunyai seorang pimpinan serta tidak mempunyai sistem pembagian kerja. Ciri-ciri
kerumunan:
1. Interaksinya bersifat spontan.
2. Orang-orang yang berkumpul mempunyai kedudukan yang sama.
3. Contohnya adalah kerumunan orang di stasiun, pasar dan lain-lain.
Ada beberapa macam kerumunan:
1. Kerumunan formal yaitu kerumunan yang memiliki pusat perhatian dan tujuan, biasanya
bersifat pasif. Contohnya yang menonton film di bioskop, orang yang menghadiri
pengajian dan lain-lain.
2. Kerumunan ekspresif contohnya kerumunan orang yang menghadiri pesta.
3. Kerumunan sementara, bersifat kurang menyenangkan contohnya pengantri karcis.
4. Kerumunan orang panik (panic crowds).
5. Kerumunan penonton (spectator crowds).
6. Kerumunan yang berlawanan dengan hukum (lawless crowds).
- acting mobs, kumpulan orang yang bertindak emosional dalam demonstrasi atau unjuk
rasa.
- immoral mobs, kumpulan orang yang mabuk-mabukan.
Publik
Publik adalah merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Interaksi yang
terjadi berlangsung melalui alat-alat komunikasi pendukung, seperti pembicaraan berantai secara
individual, media massa maupun kelompok. Setiap aksi publik dipengaruhi oleh keinginan
individu, jadi tingkah laku pribadi dari publik pun didasari oleh tingkah laku individu atau
prilaku individu.
8. Masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community).
Masyarakat pedesaan
Dalam masyarakat pedesaan hubungan yang terjadi antara anggota masyarakat terjalin
dengan erat, mendalam dengan sistem kehidupan berkelompok. Pekerjaan inti masyarakat
pedesaan terkonsentrasi pada satu sektor yaitu pertanian. Masyarakat pedesaan (rural
community) dan masyarakat perkotaan (urban community).
Ciri-ciri masyarakat pedesaan dan perkotaan menurut soekanto (1982:149).
-
hubungan yang erat diantara masyarakatnya.
-
biasanya kehidupannya masih sederhana dan memilii pekerjaan yang sama.
Masyarakat perkotaan.
Masyarakat perkotaan pekerjaannya beraneka macam dan tidak terkonsentrasi kepada
satu aspek pekerjaan. Pada masyarakat perkotaan sifat-sifat dan ciri-ciri kehidupan yang berbeda
dengan masyarakat pedesaan, antara lain perbedaan dalam menilai keperluan hidup. Soerjono
soekanto (1982:149) mengemukakan beberapa ciri lain yang membedakan antara masyarakat
pedesaan dan perkotaan, yaitu :
1.
Kehidupan keagamaan.
Masyarakat pedesaan mengarah kepada kehidupan yang agamis, sedangkan masyarakat
perkotaan mengarah kepada kehidupan duniawi. Hal ini dilandasi oleh cara berfikir yang
berbeda.
2.
Kemandirian
Hal terpenting bagi masyarakat perkotaan adalah individu sebagai perseorangan yang memiliki
peran serta status dalam masyarakatnya. Pada masyarakat pedesaan individu tidak berani
menunjukkan eksistensinya dan kurang berani untuk menghadapi orang lain dengan latar
belakang yang berbeda.
3.
Pembagian kerja
Pada masyarakat perkotaan pembagian kerja lebih tegas dan jelas, sehingga mempunyai batasbatas yang nyata. Pada masyarakat pedesan adalah kebalikannya.
4.
Peluang memperoleh pekerjaan
Dengan adanya sistem pembagian kerja yang tegas maka kemungkinan untuk memperoleh
pekerjaan lebih banyak pada masyarakat perkotaan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.
Hal ini juga dilihat dari faktor tingkat pendidikan.
5.
Jalan pikiran
Pola pikir rasional pada masyarakat perkotaan memungkinkan terjadinya interaksi berlandaskan
kepentingan bukan faktor pribadi.
6.
Jalan kehidupan
Jalan kehidupan yang cepat (roda kehidupan yang cepat) bagi warga kota menempatkan
dihargainya/pentingnya faktor waktu dalam mengejar kehidupan individu.
7.
Perubahan sosial
Pada masyarakat kota kemungkinan perubahan sosial lebih baerguna dibanding warga desa
karena mereka lebih terbuka bagi adanya perubahan.
Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah “sekumpulan individu yang mengadakan kesepakatan bersama untuk
secara bersama-sama mengelola kehidupan”, selo soemardjan. Masyarakat menurut smith,
stanley & shores adalah sebagai suatu kelompok individu-individu yang terorganisasi serta
berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. Pengertian ini
mengandung 2 hal, yaitu “masyarakat itu kelompok yang terorganisasi” dan “masyarakat itu
kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri. Talcott parson, masyarakat adalah “suatu sistem
sosial, dimana semua funsi prasyarat yang bersumber dan dalam dirinya sendiri bertemu secara
tetap”. Sistem sosial yang dimaksud adalah terdiri dari pluralitas prilaku-prilaku perseorangan
yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu lingkungan fisik.
Koentjaraningrat (1990 : 146), masyarakat adalah “kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus-menerus dan terikat
oleh suatu rasa identitas bersama”.
Ciri-ciri pokok dari masyarakat :
-
Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas 2 orang.
-
Bercampur atau bergaul bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia
akan menimbulkan manusia-manusia baru sebagai akibat hidup bersama itu, timbul
sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.
-
Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
-
Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan
kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
-
Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.
Unsur-unsur terbentuknya suatu masyarakat
-
Terdapat sekumpulan orang.
-
Berdiam atau bermukim disuatu wilayah dalam waktu yang relatif sama atau waktu yang
lebih lama.
-
Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
-
Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.
-
Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
-
Akibat hidup bersama dalam jangka waktu yang lama menghasilkan kebudayaan berupa
sistem nilai,sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Unsur-unsur dalam sistem sosial sebagai berikut :
-
Kepercayaan dan pengetahuan. Unsur kepercayaan dan pengetahuan merupakan unsur
yang paling penting dalam sosial, karena perilaku anggota dalam masyarakat sangat
dipengaruhi oleh apa yang mereka yakini dan apa yang mereka ketahui tentang
kebenarannya, sistem religi, dan cara-cara penyembahan kepada sang pencipta alam
semesta.
-
Perasaan. Perasaan adalah keadaan jiwa manusia yang berkenaan dengan situasi alam
sekitarnya termasuk didalamnya sesama manusia. Perasaan terbentuk melalui hubungan
yang menghasilkan situasi kejiwaan tertentu yang bila sampai tingkat tertentu harus
dikuasai tidak terjadi ketegangan jiwa yang berlebihan.
-
Tujuan. Sebagai mahluk sosial, dalam setiap tindakannya manusia mempunyai tujuantujuan yang hendak dicapai. Tujuan itu sendiri adalah suatu hasil akhir atas suatu
tindakan & perilaku seseorang yang harus dicapai baik melalui perubahan-perubahan
maupun dengan cara mempertahankan suatu keadaan yang sudah mantap.
-
Kedudukan (status) & peran (role). Kedudukan adalah posisi seseorang secata umum
dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan,
prestasi, hak-hak, serta kewajibannya. Sedangkan peran (role) adalah pelaksanaan hak
dan kewajiban seseorang sesuai dengan kedudukannya. Kedudukan menentukan apa yang
harus diperbuatnya bagi masyarakat dan tidak harus memiliki hierarki.
-
Kaidah atau norma. Norma adalah pedoman-pedoman tentang perilaku yang diharapkan
atau pantas menurut kelompok atau masyarakat.
-
Tingkat atau pangkat. Pangkat berkaitan dengan posisi atau kedudukan dan peanan
seseorang dalam masyarakat.
-
Kekuasaan. Kekuasaan adalah setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak-pihak
lainnya.
-
Sanksi. Sanksi adalah suatu bentuk imbalan/balasan yang diberikan terhadap seseorang
atas perilakunya. Sanksi dapat berubah hadiah & daoat pula berupa hukuman. Sanksi
dberikan atau ditetapkan oleh masyarakat untuk menjaga tingkah laku para masyarakat
supaya sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
-
Fasilitas (sarana). Fasilitas adalah semua bentuk cara, jalan metode, benda-benda yang
digunakan manusia untuk menciptakan tujuan sistem sosial itu sendiri.
Masyarakat secara garis besar menyangkut 3 aspek, yaitu :
-
Struktur sosial. Keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, seperti kaidahkaidah sosial (norma sosial), lembaga sosial, kelompok sosial dan lapisan sosial (pranata
sosial).
-
Proses sosial. Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.
-
Perubahan sosial. Perubahan dalam struktur sosial dan jalinan hubungan dalam
masyarakat.
-
Masyarakat terbentuk karena adanya individu-individu, demikian pula dengan individu
dapat mengaktualisasikan & bersosialisasi sebagai mahluk sosial.
RAGAM GEJALA SOSIAL DI DALAM MASYARAKAT

Definisi : Dapat diartikan suatu peristiwa yang terjadi dalam lingkungan masyarakat yang
biasanya dalam kajian sosiologi disebut fenomena sosial. (Gejala Sosial = Fenomena
Sosial) => Perubahan Sosial (+/-).

Faktor-Faktor Penyebab Gejala Sosial
a. Kultural
=>
Adanya
pertumbuhan
dan
perkembangan
suatu
nilai
di
masyarakat/komunitas.
b. Struktural =>Suatu keadaan yang mempengaruhi suatu pola tertentu. Hubungan yang
terjalin antara individu terhadap kelompok di lingkungan masyarakat.

Macam-macam Gejala Sosial
a. Ekonomi adalah Suatu kemampuan ekonomi yang dimiliki individu akan
mengakibatkan gejala sosial di masyarakat terkait dengan perekonomiannya.
b. Budaya adalah Dengan beragamnya jenis budaya yang ada di Indonesia maka akan
sangat mudah terjadi suatu konflik. Maka itu akan menimbulkan suatu gejala sosial
yang akan terjadi dalam masyarakat itu sendiri.
c. Lingkungan Alam adalah Karakteristik suatu lingkungan akan menentukan aspek sisi
kesehatan lingkungannya. Seseorang yang terkena penyakit akan secara pasti
mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
d. Psikologis adalah psikologis seseorang yang menentukan bagaimana suatu individu
menjalani aktivitas kesehariannya. Bila psikologis seseorang terganggu maka akan
menimbulkan gejala sosial untuk lingkungan sekitarnya.

Dampak Gejala Sosial di Masyarakat
a. Dampak positif adalah Gejala yang hadir dapat disikapi secara bersikap terbuka maka
perubahan tersebut akan berdampak positif dan memberikan manfaat.
b. Dampak negatif adalah Tidak mampunya seseorang untuk menerima perubahan akan
membuat seseorang mengalami perbuatan kearah yang menyimpang.
PETA KONSEP

Contoh gejala sosial dalam masyarakat
1. Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memilihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga mental maupun fisik dalam kelompok tersebut. Kemiskinan
sebagai suatu fenomena sosial yang tidak hanya dialami oleh Negara-negara yang
sedang berkembang tetapi juga terjadi di Negara-negara yang sudah mempuyai
kemapanan di bidang ekonomi. Kemiskinan merupakan permasalahan yang di
akibatkan oleh kondisi nasional suatu negara dan situasi global. Dengan adanya
globalisasi ekonomi dan ketergantungan antar negara dapat memberikan tantangan
dan kesempatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara dan juga
memberikan resiko ketidakpastian perekonomian dunia.
Indonesia menghadapi masalah yang cukup besar di berbagai bidang baik di
bidang ekonomi,kependudukan maupun lingkungan hidup. Pada umumnya semuanya
akibat kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada peningkatan kesejahteran
rakyat. Dampak dari berbagai kebijakan tersebut adalah masih banyaknya penduduk
miskin di Indonesia. Adapun beberapa faktor penyebab kemiskinan sebagai berikut:
a. Kurangnya lapangan pekerjaan
b.
Tingkat pendidikan yang rendah
c. Kurangnya modal
d. Tidak memiliki skill
e. Banyaknya jumlah anggota keluarga
Dampak yang disebabkan oleh kemiskinan diantaranya adalah: Kesejahteraan
masyarakat sangat jauh dan sangat rendah, Ini berarti dengan adanya tingkat
kemiskinan yang tinggi banyak masyarakat Indonesia yang memiliki pendapatan
yang mencukupi kebutuhan hidup
a. Tingkat kematian meningkat, Banyak yang mengalami kematian akibat kelaparan
atau melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat dalam menjalani
kemiskinan yang dihadapi.
b. Banyak keluarga yang kelaparan karena tidak mampu untuk membeli kebutuhan
akan makanan yang mereka makan sehari-hari.
c. Tidak bersekolah (tingkat pendidikan yang rendah) menyebabkan tidak
mempunyai ilmu yang cukup untuk memperoleh pekerjaan dan tidak mempunyai
keterampilan yang cukup untuk memperoleh pendapatan.
d. Tingkat kriminalitas meningkat, untuk memperoleh pendapatan tindakan
kejahatan sering dipake untuk memperolehnya. Karena dengan cara yang baik
mereka tidak mempunyai kemampuan maupun ilmu yang mempuni.
2. Kriminalitas
Kriminalitas berasal dari kata crime yang artinya kejahatan. Kriminalitas adalah
semua perilaku warga masyarakat yang bertentangan dengan norma-norma hukum
pidana. Kriminalitas yang terjadi di lingkungan masyarakat dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar individu. Tindakan kriminalitas yang
ada di masyarakat sangat beragam bentuknya, seperti pencurian, perampokan,
pembunuhan, dan lain sebagainya. Tindakan kriminalitas yang terjadi di masyarakat
harus menjadi perhatian aparat polisi dan masyarakat sekitar.
Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya
masalah kriminalitas di lingkungan masyarakat, antara lain:
a. Peningkatan dan pemantapan aparatur penegak hukum.
b. Adanya koordinasi antara aparatur penegak hukum dengan aparatur pemerintah
lainnya yang saling berhubungan.
c. Adanya partisipasi masyarakat untuk membantu kelancaran pelaksanaan
penanggulangan kriminalitas.
d. Membuat undang-undang, yang dapat mengatur dan membendung adanya tindakan
kejahatan.
3. Kesenjangan Sosial Ekonomi
Kesenjangan sosial ekondmi merupakan perbedaan jarak antara kelompok atas
dengan kelompok bawah. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya kesenjangan
sosial ekonomi di masyarakat, antara lain:
a. Menurunnya pendapatan per kapita.
b. Ketidakmerataan pembangunan di daerah-daerah.
c. Rendahnya mobilitas sosial.
d. Adanya pencemaran lingkungan alam.
Kesenjangan sosial ekonomi dapat menimbulkan masalah di masyarakat, seperti
munculnya tindakan kriminal, adanya kecemburuan sosial, dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, dalam masyarakat perlu adanya upaya untuk mengatasi kesenjangan sosial
tersebut. Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesenjangan
sosial ekonomi, antara lain;
a. Memberikan kesempatan kepada masyarakat miskin untuk mendapatkan
pendidikan yang layak.
b. Menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak mungkin.
c. Adanya pemerataan pembangunan di daerah-daerah.
4. Masalah sampah
Salah satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat adalah sampah. Masalah
sampah sangat mengganggu, terutama kalau tidak dikelolah dengan baik. Bagaimana
dengan pengelolaan sampah di lingkunganmu? Bagi masyarakat pedesaan, sampah
mungkin belum menjadi masalah serius. Tetapi, tidak demikian dengan masyarakat
yang tinggal di kota atau di daerah padat penduduk. Masyarakat kota dan daerah
padat penduduk menghasilkan banya sekali sampah. Sampah segera menumpuk jika
tidak segera diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.
Pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan, memikul tanggung jawab
dalam mengelola sampah. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau tidak sedap.
Sampah yang ditumpuk dapat menjadi sumber berbagai penyakit menular. Misalnya,
muntah berak (muntaber), penyakit kulit, paru- paru, dan pernapasan. Karena itu,
kalau kamu perhatikan, di lingkungan tempat tinggalmu ada selalu ada petugas
sampah. Setiap bulan orang tuamu membayar iuran sampah. Pernahkah kamu
mengalami keadaan di mana sampah tidak diangkut lebih dari satu minggu?
Lingkungan menjadi bau, bukan? Bagaimana Pak RT dan masyarakat di
lingkunganmu memecahkan masalah ini? Masalah lain berkaitan dengan sampah
adalah kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Di banyak tempat banyak
warga yang biasa membuang sampah ke sungai dan saluran air. Sungai dan aliran air
menjadi mampet. Akibatnya, sering terjadi banjir jika hujan lebat.
Semua warga masyarakat harus ikut serta mengelola sampah. Warga bisa
mengurangi masalah sampah dengan tertib mengelola sampah. Kita biasakan untuk
memisahkan sampah plastik dari sampah basah. Kemudian kita menaruh sampah di
tempat semestinya.
5. Pencemaran lingkungan
Perairan bisa tercemar karena ulah manusia, misalnya membuang sampah ke
sungai dan menangkap ikan dengan menggunakan pestisida. Sungai, danau, atau
waduk juga menjadi tercemar kalau pabrik-pabrik membuang limbah industri ke sana.
Pencemaran mengakibatkan matinya ikan dan makhluk lainnya yang hidup di air.
Akhirnya, manusia juga menderita kerugian.
Pencemaran udara disebabkan asap kendaraan bermotor dan asap pabrik-pabrik.
Kamu yang tinggal di kota pasti menghadapi masalah ini setiap hari. Kalau kamu
habis jalan-jalan, coba usaplah wajahmu dengan kapasbersih. Apa yang kamu lihat
pada kapas itu? Kapas itu akan menjadi hitam karena kotoran yang ada di wajahmu.
Kotoran itu berasal dari debu dan asap kendaraan bermotor. Udara yang kita hirup
adalah udara yang sangat kotor. Bayangkan apa yang terjadi dengan paru-paru kita,
kalau kita menghirup udara yang sangat kotor seperti itu. Berbagai cara telah
dilakukan pemerintah untuk mengatasi pencemaran udara. Misalnya, membuat taman
kota dan menanam pohon sebanyak-banyaknya. Kita sebagai warga negara sebaiknya
ikut serta dalam program ini. Selain itu, kalau kita memiliki kendaraan bermotor,
usahakan supaya kendaraan tersebut layak dipakai. Jangan sampai kendaraan milik
kita mengeluarkan banyak asap. Kalau bepergian ke mana-mana, sebaiknya
menggunakan kendaraan umum. Jumlah kendaraan di jalan jadi berkurang.
6. Masalah kenakalan remaja
Masa remaja adalah masa pencarian jati diri sehingga banyak remaja yang meniru
tingkah laku orang lain. Tindakan remaja bila tidak terkontrol dapat menjadi suatu
masalah sosial yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Munculnya
kenakalan remaja merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahanperubahan sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua
orangtua bekerja sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang.
Masalah remaja ini ditandai oleh adanya keinginan untuk melawan ataupun sikap
apatis. Pada masa ini seharusnya mereka mengenal nilai dan norma-norma yang
berlaku dimasyarakat. Dengan mempelajari norma di masyarakat, diharapkan mereka
dapat berprilaku dan tidak melakukan perbuatan yang menyimpang. Prilaku
menyimpang yang dilakukan oleh remaja dapat beragam, sebagai contoh membolos,
mencontek, pelanggaran lalu lintas dan lain sebagainya.
7. Masalah kependudukan
Indonesia adalah negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang padat.
Penduduk merupakan sumber penting bagi pembangunan. Hal ini dikarenakan
penduduk menjadi subjek dan obyek pembangunan. Dengan adanya pembangunan
dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk disuatu negara. kesejahteraan penduduk
juga mengalami gangguan yang dipengaruhi oleh perubahan demografis yang sering
sekali tidak dirasakan. Masalah kependudukan dapat berupa kepadatan penduduk,
pemerataan penduduk yang tidak rata, ledakan penduduk. Ada beberapa faktor
munculnya masalah kependudukan antara lain:
a. Persebaran penduduk yang tidak merata
Wilayah negara kita sangat luas. Penduduk yang tinggal di wilayah negara
kita tidak merata. Ada daerah yang sangat padat, namun ada juga daerah yang
sangat jarang penduduknya.
b.
Jumlah penduduk yang begitu besar
Jumlah penduduk Indonesia sangat banyak. Indonesia menduduki urutan
keempat negara terbanyak jumlah penduduk setelah Cina, India, dan Amerika
Serikat
c. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
Jumlah penduduk Indonesia sudah sangat banyak. Jumlah ini akan terus
bertambah karena pertumbuhan jumlah penduduk juga tinggi. Hal ini
disebabkan oleh angka kelahiran lebih tinggi dibandingkan dengan angka
kematian
d. Kualitas penduduk rendah
Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Ini mempengaruhi
kualitas atau mutu penduduk Indonesia. Masyarakat Indonesia kurang
memiliki keahlian dan keterampilan dalam bekerja. Akibatnya, masyarakat
mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan yang bagus.
e. Rendahnya pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita artinya rata-rata pendapatan penduduk setiap tahun.
Pendapatan per kapita penduduk Indonesia masih rendah. Remdahnya
pendapatan per kapita rendah berkaitan erat dengan banyaknya masyarakat
miskin.
f. Tingginya tingkat ketergantungan
Penduduk yang tidak tidak bekerja disebut penduduk yang tidak produktif.
Biasanya penduduk yang tidak bekerja adalah yang telah berusia lanjut atau
masih anak-anak dan remaja. Mereka ini disebut usia nonproduktif. Penduduk
nonproduktif menggantungkan hidupnya pada penduduk produktif (bekerja).
Karena usia nonproduktif tinggi, maka tingkat ketergantungan di Indonesia
cukup tinggi.
g. Kepadatan penduduk
Beberapa kota besar di Indonesia sangat padat. Tingginya kepadatan
penduduk menyebabkan masalah-masalah sosial seperti pengangguran,
kemiskinan, rendahnya pelayanan kesehatan, meningkatnya tindak kejahatan,
pemukiman kumuh, lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat, dan
sebagainya.
METODE PENELITIAN SOSIAL
Penelitian sosial dilakukan untuk memecahkan atau menganalisis berbagai fenomena
sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini berhubungan dengan minat peneliti untuk
mengetahui fenomena sosial tertentu. Sebelum mengadakan suatu penelitian, peneliti harus
menyusun suatu rancangan penelitian yang dijadikan sebagai pedoman agar pelaksanaan
penelitiannya berjalan dengan baik, benar, dan lancar. Rancangan penelitian itu antara lain
memuat atau menentukan metode yang akan digunakan dalam penelitian. Metode ini disesuaikan
dengan jenis penelitian yang dipilih. Pada bab ini kamu akan belajar mengenai rancangan
penelitian beserta unsur-unsurnya dan tahap-tahap dalam merancang suatu penelitian.
Metode Penelitian dalam Sosiologi
Sekarang kita akan belajar tentang penelitian dalam sosiologi. Penelitian mungkin
merupakan suatu hal yang baru buat kamu. Untuk itu mari kita mulai pembahasan ini dengan
mengenal dua metode penelitian dalam sosiologi, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode
penelitian kuantitatif.
1. Metode Penelitian Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang dalam menganalisis datanya
mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka. Gejala yang diteliti diukur dengan skala,
indeks, tabel, atau formula-formula tertentu yang cenderung menggunakan uji statistik. Menurut
Creswell dalam Asmadi Alsa (2007), penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja
dengan angka, yang datanya berwujud bilangan, yang dianalisis menggunakan statistik.
Fungsinya untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik.
Selain itu juga untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu memengaruhi
variabel yang lain. Masalah penting dalam penelitian kuantitatif adalah kemampuan untuk
melakukan generalisasi hasil penelitian, yaitu seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasi
pada populasi. Hal ini karena secara tipikal penelitian kuantitatif selalu dikaitkan dengan proses
yang dinamakan induksi enumeratif. Apakah induksi enumeratif itu? Induksi enumeratif adalah
menarik kesimpulan berdasarkan angka dan melakukan abstraksi berdasarkan generalisasi. Jika
kamu akan melakukan suatu penelitian kuantitatif, maka ada beberapa langkah yang harus kamu
ketahui atau kamu lakukan. Menurut Asmadi Alsa, langkah-langkah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif beserta spesifikasinya adalah sebagai berikut
a. Mengidentifikasi Masalah Penelitian
Dalam hal ini, penelitian kuantitatif perlu menguraikan kecenderungan atau
menjelaskan keterkaitan antara variable dan pengembangannya. Penjelasan ini
menunjukkan bahwa peneliti tertarik dalam menentukan apakah satu atau lebih variabel
yang mungkin memengaruhi variabel lain.
b. Melakukan Tinjauan Kepustakaan
Melakukan tinjauan terhadap kepustakaan dimaksudkan untuk menunjukkan
pentingnya permasalahan penelitian itu untuk diteliti dan untuk mengidentifikasi arah
penelitian. Mengidentifikasi arah penelitian berarti peneliti melakukan telaah pustaka dan
mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang layak dan berhubungan, serta memiliki
kecenderungan potensial yang perlu diuji dalam penelitian. Di samping itu, kegiatan
tinjauan kepustakaan ini juga dimaksudkan untuk mengarahkan tujuan dan pertanyaan
atau hipotesis penelitian.
c. Menetapkan Tujuan Penelitian
Pernyataan tentang tujuan, pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan hipotesis dalam
penelitian kuantitatif harus sempit dan spesifik. Hal ini dikarenakan peneliti harus
mengisolasi variabel-variabel yang diteliti.
d. Mengumpulkan Data
Dalam penelitian kuantitatif, pengumpulan data didasarkan pada instrumen yang
sudah ditetapkan sebelum penelitian. Instrumen yang dimaksud adalah daftar pertanyaan
terstruktur (kuesioner).
e. Menganalisis dan Menginterpretasi Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah analisis statistik
yang meliputi uraian kecenderungan, perbandingan kelompok yang berbeda, atau
hubungan antarvariabel. Selain itu kita juga melakukan interpretasi terhadap data yang
telah terkumpul. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan antara hasil
penelitian dengan yang diprediksikan sebelum penelitian. Jadi interpretasi ini merupakan
penjelasan mengenai hasil penelitian, apakah mendukung atau tidak mendukung prediksi
yang diharapkan sebelumnya. Pendekatan dalam metode ini biasanya sangat bergantung
pada hipotesis dan variabel, sehingga metode pendekatannya berbeda dengan kualitatif.
Pendekatan yang digunakan dalam metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan
populasi dan pendekatan sampel.

Pendekatan Populasi
Populasi adalah kumpulan seluruh anggota dalam kelompok tertentu yang
memiliki jumlah yang besar karena melibatkan seluruh anggota kelompok. Sebagai suatu
populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri dan karakteristik bersama yang
membedakan dari kelompok subjek yang lain. Ciri yang dimaksud tidak terbatas hanya
sebagai ciri lokasi, akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik-karakteristik individu.
Studi populasi seringkali tidak memungkinkan dilakukan untuk jangka panjang
apabila karakteristik subjek dan variabel penelitiannya menyangkut aspek perkembangan.
Namun apabila populasi yang hendak diteliti harus dipelajari seluruhnya, maka sangat
mungkin akan memakan waktu yang lama guna mengambil data, membutuhkan tenaga
peneliti dan tenaga lapangan yang banyak sekali, serta akan menghabiskan dana yang
sangat besar.
Suatu penelitian tidak dapat dilakukan terhadap seluruh populasi karena apabila
hal itu dilakukan, maka akan dapat merusak populasi itu sendiri. Oleh karena itu, batasan
dan karakteristik populasi harus jelas dan tegas sehinggakesimpulan penelitian dan target
generalisasinya juga jelas. Begitu pentingnya pembatasan karakteristik populasi ini
mengakibatkan pemilihan sampel dan pengambilan data belum dapat dilakukan sebelum
batasan populasi tersebut diperoleh dengan benar.

Pendekatan Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti atau dapat dikatakan sebagai
bagian dari populasi. Karena merupakan bagian dari populasi, maka harus memiliki ciri
seperti yang dimiliki oleh populasinya. Apakah suatu sampel merupakanrepresentasi
yang baik bagi populasinya sangat tergantung pada sejauhmana karakteristik sampel itu
sama dengan karakteristik populasinya. Karena analisis penelitian didasarkan pada data
sampel, sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi, maka sangat
penting untuk memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya. Untuk itulah
perlu pemahaman mengenai teknik-teknik pengambilan sampel yang tepat. Proses
mengambil atau menentukan sampel disebut dengan sampling. Secara garis besar kita
mengenal dua macam teknik pengambilan sampel (sampling), yaitu probability sampling
dan nonprobability sampling.
1) Probability Sampling
Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
memberi kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih.
Jenis ini dibagi atas simple random sampling dan stratified random sampling.
a) Simple Random Sampling (Sampel Acak Sederhana)
Pengambilan sampel dengan cara acak sederhana memberikan kesempatan
yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam keseluruhan
populasi. Pengambilan sampel secara acak sederhana ini dilakukan dengan
cara undian, tabel, atau menggunakan komputer sebagai media pengacaknya.
Ciri utama sampel acak sederhana ini adalah bahwa setiap unsur dari
keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
sampel. Selain itu kesempatan harus independen, artinya kesempatan bagi
suatu unsur untuk dipilih tidak memengaruhi kesempatan unsur-unsur lain
untuk dipilih. Pengambilan sampel dengan cara ini hanya dapat dilakukan
pada populasi yang homogen. Apabila populasinya tidak homogen, maka
tidak akan diperoleh sampel yang representatif. Selain meng-hendaki
homogenitas, cara ini juga hanya praktis apabila digunakan pada populasi
yang tidak terlalu besar.
b) Stratified Random Sampling (Sampel Acak Berstrata)
Pengambilan sampel berstrata dilakukan pada suatu populasi yang terbagi
atas beberapa strata atau subkelompok dan dari masing-masing subkelompok
itu diambil sampel-sampel terpisah. Pengambilan sampel berstrata dapat
dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu dengan cara proporsional dan cara
tidak proporsional.
(1)
Proportional
Stratified
Sampling
(Sampel
Berstrata
Proporsional)
Pada prosedur pengambilan sampel ini, banyaknya subjek dalam
setiap subkelompok harus diketahui perbandingannya lebih dahulu.
Kemudian ditentukan persentase besarnya sampel dari keseluruhan
populasi. Persentase atau proporsi ini lalu diterapkan dalam
pengambilan sampel bagi setiap subkelompok atau stratanya
(2)
Disproportional Stratified Random Sampling (Sampel Acak
Berstrata Disproporsional)
Prosedur ini biasanya dilakukan karena alasan statistik yang
kadang-kadang analisisnya meminta jumlah subjek yang sama dari
masingmasing subkelompok. Kadangkala, pengambilan sampel
dengan model ini dapat mengakibatkan terlalu sedikit jumlah
sampel dalam satu atau beberapa strata. Padahal kita ketahui bahwa
semakin besar jumlah sampel dalam masingmasing strata, maka
kesalahan pengambilan sampel (sampling error) akan semakin
kecil. Dalam cara ini, penentuan sampel dilakukan tidak dengan
mengambil proporsi yang sama bagi setiap subkelompok atau
strata, akan tetapi dimaksudkan untuk mencapai jumlah tertentu
dari masing-masing strata
c) Cluster Random Sampling (Sampel Acak Klaster)
Pengambilan sampel dengan cara ini adalah dengan melakukan
randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara individual. Sebagai
contoh, pada suatu tempat kos siswa yang terdiri dari 30 kamar, siswa yang
menghuni masing-masing kamar tersebut adalah 3 orang. Dengan cara klaster,
pengambilan sampel tidak dilakukan randomisasi terhadap 90 orang siswa secara
individual, melainkan lewat randomisasi terhadap kamar sebagai klaster.
Misalnya dipilih 20 kamar dari 30 kamar yang ada dan menjadikan seluruh
penghuni kamar terpilih sebagai sampel, sehingga kita memiliki 20 x 3 = 60 orang
siswa sebagai subjek.
2) Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah suatu cara pengambilan sampel, di mana
besarnya peluang anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel tidak diketahui. Tentu
saja akibat dari kondisi ini kita tidak mungkin dapat menghitung besarnya kesalahan
dalam estimasi terhadap karakteristik populasi. Yang termasuk nonprobability sampling
di antaranya adalah quota sampling dan purposive sampling.
a) Quota Sampling
Quota sampling adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri
tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan Misalnya sejumlah siswa
kelas XII yang pernah menjadi pengurus OSIS di sekolahnya, atau sejumlah
siswa kelas XII yang pernah mengikuti seminar tentang penelitian. Hasilnya
berupa kesan-kesan umum yang masih kasar yang tidak dapat dipandang
sebagai generalisasi umum. Dalam sampel dengan sengaja kita memasukkan
orang-orang yang mempunyai ciri-ciri yang kita inginkan.
b) Purposive Sampling
Purposive sampling ini dilakukan dengan mengambil orang-orang yang
terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh subjek
itu. Sampel yang dipilih adalah sampel yang dapat relevan dengan rancangan
penelitian. Peneliti berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari
segala lapisan populasi. Dengan demikian harus diusahakan agar sampel itu
memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi, sehingga dapat dianggap
representatif.
Misalnya untuk menilai mutu kegiatan OSIS di Sekolah Menengah Atas,
peneliti harus menentukan sampel yang terdiri dari kepala sekolah, wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan, guru-guru yang menjabat sebagai pembina
OSIS, pengurus OSIS, pengurus Komite Sekolah, dan sebagian siswa.
c) Snowball Sampling
Dalam snowball sampling ini kita memulai dari kelompok kecil yang nanti
diminta untuk menunjuk orang lain dalam kelompok tersebut. Kemudian
orang lain tersebut diminta pula untuk menunjukkan kawan masing-masing
pula, begitu seterusnya sehingga kelompok itu senantiasa bertambah besar.
Sampling ini dipilih apabila kita ingin menyelidiki hubungan antarmanusia
dalam kelompok yang baik, atau menyelidiki cara-cara informasi tersebar di
kalangan tertentu. Misalnya bagaimana orang menanamkan modal, membeli
rumah di perumahan, dan lain sebagainya.
2. Metode Penelitian Kualitatif
Kamu sudah belajar mengenai metode penelitian kuantitatif. Sekarang kita akan belajar
mengenai metode penelitian dalam sosiologi yang kedua, yaitu metode penelitian kualitatif.
Apakah metode penelitian kualitatif itu? Metode penelitian kualitatif merupakan metode
penelitian yang mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan data yang diperoleh dengan cara
verbal. Pada dasarnya ada tiga unsur utama dalam penelitian
kualitatif, yaitu sebagai berikut.
a. Data, bisa berasal dari bermacam-macam sumber, biasanya dari wawancara dan pengamatan.
b. Prosedur analisis dan interpretasi yang digunakan untuk mendapatkan temuan atau teori.
Prosedur ini mencakup teknik-teknik untuk memahami data atau biasa disebut dengan coding
(penandaan).
c. Laporan tertulis dan lisan. Laporan ini dapat dikemukakan dalam jurnal ilmiah atau
konferensi. Bentuknya bisa beragam, tergantung pada khalayak dan aspek-aspek temuan atau
teori yang disajikannya. Untuk melakukan penelitian kualitatif, ada beberapa langkah yang harus
kamu lakukan. Menurut Asmadi Alsa, langkahlangkah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi Masalah Penelitian
Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang menekankan pada deskripsi dan eksplanasi,
penelitian kualitatif melakukan penelitian dengan cara yang eksploratif dan berusaha memahami
fenomena sentralnya. Eksplorasi di sini maksudnya bahwa peneliti hanya mengetahui sedikit
tentang fenomena yang akan diteliti, sehingga peneliti harus belajar lebih banyak tentang
fenomena tersebut dari subjek yang diteliti.
b. Melakukan Tinjauan Kepustakaan
Dalam penelitian kualitatif, kepustakaan lebih dimaksudkan sebagai dasar untuk
melakukan justifikasi (pentingnya masalah itu diteliti) atas permasalahan penelitian dan tidak
mengarahkan pertanyaan penelitian. Ini berarti bahwa kepentingan tinjauan kepustakaan
merupakan keperluan yang sekunder, sedangkan yang utama adalah pandangan dan pengalaman
dari subjek.
c. Menetapkan Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, tujuan penelitian lebih banyak diarahkan untuk aspek keterbukaan
(open-ended), karena dimaksudkan untuk memperoleh pandangan subjek tentang masalah yang
diajukan dalam penelitian. Maksud peneliti adalah memberikan kesempatan kepada subjek untuk
berbicara secara terbuka mengenai pengalaman mereka.
d. Mengumpulkan Data
Ketika melakukan penelitian kualitatif, seorang peneliti dapat mengembangkan satu
fokus saat mengumpulkan data, ia tidak menggunakan pendekatan dalam penelitiannya dengan
pertanyaan-pertanyaan khusus untuk menjawab atau menguji hipotesis. Peneliti kualitatif
cenderung mengumpulkan datanya melalui kontak terus-menerus dengan informan (subjek)
dalam pergaulan sehari-hari. Metode pengumpulan data yang mewakili karakteristik penelitian
kualitatif ini adalah observasi berpartisipasi dan pertanyaan mendalam (in-depth interview).
Prosedur yang digunakan secara runtut menurut Bogdan dan Biklen seperti dikutip dalam
Asmadi Alsa (2007) adalah sebagai berikut.
1) Mengumpulkan data berupa kata-kata (verbal);
2) Menganalisis kata-kata tersebut dengan cara pendeskripsian peristiwa-peristiwa dan
memperoleh atau menetapkan tema;
3) Mengajukan pertanyaan umum dan luas;
4) Tidak membuat prediksi terhadap subjek yang diamati, tetapi menyandarkan diri pada peneliti
untuk membentuk apa yang mereka laporkan;
5) Tetap dapat dilihat dan ada dalam laporan tertulis.
e. Menganalisis Data
Dalam penelitian kualitatif, karena datanya terdiri dari teks dan gambar, maka ada
perbedaan pendekatan analisisnya. Ada beberapa pendekatan dalam metode kualitatif ini, di
antaranya adalah pendekatan fenomenologis, interaksi simbolis, historis, komparatif, gabungan
antara komparatif dan historis, studi kasus, dan studi kepustakaan.
1) Pendekatan Fenomenologis
Sebuah pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya
terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu disebut dengan pendekatan
fenomenologis. Pendekatan ini member tekanan pada verstehen, yaitu pengertian
interpretative terhadap pengamatan manusia. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa
peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang ditelitinya. Oleh
karena itu, dalam fenomenologi peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia
konseptual para subjek yang ditelitinya
sedemikian rupa, sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang
dikembangkan olehnya di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
2) Pendekatan Interaksi Simbolis
Pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia dipengaruhi oleh
penafsiran. Objek, orang, situasi, dan peristiwa tidak memiliki pengertiannya sendiri,
sebaliknya pengertian itu diberikan untuk mereka. Melalui interaksi seseorang
membentuk pengertian. Orang dalam situasi tertentu sering mengembangkandefinisi
karena mereka secara teratur berhubungan dan mengalami pengalaman bersama,
masalah, dan latar belakang, tetapi kesepakatan tidak merupakan keharusan. Di pihak
lain sebagian memegang definisi bersama untuk menunjuk pada kebenaran, suatu
pengertian yang senantiasa dapat disepakati. Hal itu dapat dipengaruhi oleh orang
yang melihat sesuatu dari sisi lain. Pendekatan ini tidak menolak kenyataan bahwa
konsep teoretik tersebut mungkin bermanfaat. Namun, hal itu hanya relevan untuk
memahami perilaku sepanjang hal itu memasuki atau berpengaruh terhadap proses
pendefinisian.
3) Pendekatan Historis
Pendekatan historis merupakan suatu pendekatan yang analisis datanya
didasarkan pada peristiwa-peristiwa masa lampau untuk mengetahui kejadian saat ini.
Pendekatan ini merunut suatu peristiwa pada suatu waktu, kemudian dieksplanasi
(dikupas) untuk memahami kejadiankejadian yang ada pada saat itu guna menerapkan
pada kejadian saat ini.
4) Pendekatan Komparatif
Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan dengan cara membandingkan antara
kondisi masyarakat di suatu tempat dengan kondisi masyarakat yang ada di tempat
yang lain. Dengan mendasarkan pada konsep yang sama, pendekatan ini mencoba
menafsirkan kejadian berbeda antarmasyarakat untuk dicari perbedaannya.
5) Pendekatan Gabungan antara Komparatif dan Historis
Dapat dikatakan bahwa pendekatan gabungan merupakan suatu pendekatan yang
berusaha untuk membandingkan pola kehidupan masyarakat pada kurun masa
tertentu dengan masyarakat masa sekarang. Penafsiran atas perbedaan inilah yang
akan menjadi orientasi pendekatan gabungan.
6) Pendekatan Studi Kasus
Pendekatan studi kasus memusatkan perhatian pada fenomena-fenomena sosial
yang nyata dalam masyarakat, di mana yang ditelaah adalah keadaan masyarakat
dilihat dari persoalan atau kasus tertentu, baik dalam suatu lembaga, kelompok,
maupun secara individu. Contohnya gerakan buruh memprotes undang-undang
ketenagakerjaan, gerakan mahasiswa memprotes kenaikan harga BBM, dan lain-lain.
Atau dengan kata lain pendekatan ini berusaha mendalami secara sungguh-sungguh
dari salah satu gejala yang nyata yang terdapat dalam kehidupan masyarakat pada
waktu itu.
7) Pendekatan Studi Kepustakaan
Pendekatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan
bantuan macam-macam materi yang ada dalam batasan kepustakaan. Misalnya dapat
berupa buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, internet, rekaman audio-visual,
dokumen, jurnal-jurnal ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Elisanti, dan Rostini Tintin. 2009. Sosiologi I: untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Maryati, Kun dan Juju Suryawat. 2013. Sosiologi: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta : Erlangga
Ruswanto. 2009. Sosiologi: SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE – UI.
Soerjono Soekanto. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Download