tinjauan pustaka

advertisement
5
TINJAUAN PUSTAKA
Olahraga endurance
Olahraga yang ditujukan untuk melatih ketahanan jantung dan paru-paru.
Latihan-latihan pada kategori ini bermanfaat membakar kalori yang disertai
dengan peningkatan aktivitas kerja jantung memompa darah, dan meningkatkan
aktivitas paru-paru dalam menyuplai oksigen. Olah raga yang termasuk kategori
ini antara lain: senam aerobik, joging, dan jalan kaki.
Strength training
Olahraga yang ditujukan untuk melatih otot-otot bagian tubuh tertentu
sehingga bagian tubuh yang dilatih akan menjadi kuat. Yang termasuk kategori
olahraga ini latihan mengangkat dumbel. Otot yang dilatih adalah otot-otot
lengan.
Klasifikasi Olahraga
Untuk mempermudah perhitungan dalam menentukan kebutuhan energi
seorang olahragawan, maka dilakukan penggolongan terhadap macam-macam
olahraga menjadi 4 kelompok, berdasarkan berat ringannya olahraga tersebut,
dengan memperhitungkan kedua macam bentuk latihan (latihan kondisi fisik dan
latihan keterampilan teknik) juga jumlah waktu dari masing-masing latihan yang
dijalankannya (Wolinsky 1994).
Pengelompokan Cabang Olahraga:
1. Olahraga ringan:
Menembak
Golf
Bowling
Panahan
2. Olahraga sedang:
Atletik
Bulutangkis
Bola basket
Hockey
Soft ball
Tenis meja
Tenis
Senam
Sepak bola
Renang
Balap sepeda
Tinju
Gulat
Kempo
Judo
3. Olahraga berat:
4. Olahraga berat sekali:
Rowing
Balap sepeda jarak jauh ( > 130 km )
Angkat besi
Marathon/atletik
6
Catatan: Daftar yang resmi tentang pembagian ini belum ada, dan ini masih bisa
mengalami perubahan. Apabila ada suatu cabang olahraga yang belum
tercantum pada daftar ini, penggolongannya supaya disesuaikan dengan cabang
yang kira-kira sama aktivitasnya dengan yang ada di daftar .
Komposisi tubuh dan Kesegaran Jasmani
Komposisi tubuh seseorang dapat di ukur melalui berbagi cara misalnya
dengan mengukur berat jenis tubuh. Tubuh yang mempunyai berat jenis yang
tinggi berarti massa ototnya banyak sedangkan kadar lemak relatif kecil. Jumlah
cadangan lemak dibawah kulit dapat diukur menggunakan suatu alat yang di
sebut Skinfold calipers. Bagi seorang atlet, Komposisi tubuh jauh lebih penting
dari berat badan sendiri karena ketahanan jasmani atlet ditentukan oleh massa
otot yang membentuk tubuhnya. Karena itu dalam pembinaan ketahanan jasmani
seorang atlet baik dipusat-pusat latihan maupun diluar pusat latihan, haruslah
terdapat perpaduan yang serasi antara pengaturan makanan dengan latihan fisik
yang
diberikan.
Pemberian
makanan
yang
melebihi
kebutuhan
akan
mengakibatkan bertambahnya cadangan lemak, sehingga tidak mencapai
komposisi tubuh yang sesuai. Sebaliknya jika makanan yang kurang dari
kebutuhan akan mengakibatkan terhambatnya proses perkembangan pada otototot tubuh (Moehji 2003).
Persentasi lemak tubuh dari atlet berbeda tergantung dari jenis kelamin
dari tubuh atlet dan olahraganya. Estimasi tingkat minimum dari lemak
tubuh sesuai dengan kesehatan adalah 5% untuk pria dan 12% untuk
wanita. Namun demikian, persentasi dari lemak tubuh yang optimum untuk
seorang individu atlet kemungkinan jauh lebih tinggi daripada minimum ini
dan harus ditentukan pada dasar dari seorang individu (Macmillan 1995).
Kecukupan Zat Gizi Atlet
Seorang atlet yang kondisi fisiknya baik, dengan mudah dapat
mengkonsumsi kalori antara 4000 sampai 5000 kalori sehari. Memang sulit untuk
menentukan intake kalori atlet setiap hari oleh karena kebutuhan kalori bagi
setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor yang diantaranya, tinggi badan,
berat badan, kondisi fisik seseorang, serta jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan
selain olahraga dan sebagainya. Kebutuhan tenaga untuk masing–masing jenis
cabang olahraga tidak sama. Jika intake kalori kurang dari jumlah yang
diperlukan akan mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan. Akan tetapi
jika intake kalori melebihi kebutuhan, maka akan terjadi perubahan pada
7
komposisi lemak tubuhnya, dimana kelebihan kalori akan diubah menjadi
cadangan lemak tubuh, jika hal demikian terjadi maka akan mempengaruhi
performance atlet yang bersangkutan, karena cadangan lemak yang berlebihan
akan menyebabkan atlit menjadi lamban. Hal ini penting sekali diperhatikan
terutama bagi atlet yang memerlukan reaksi cepat (Depkes RI & KONI Pusat
1997).
Aktivitas olahraga membutuhkan metabolisme optimal dan makronutrien
tergantung dari adanya dan ketersediaannya mikronutrien. Makronutrien dan
Mikrronutrien sangat dibutuhkan untuk menghasilkan energi sehingga atlet dapat
tampil maksimal dalam setiap aktivitas olahraga. Nilai protein yang dihasilkan
dari penguraian sempurna zat-zat gizi tersebut adalah 1 gram karbohidrat
menghasilkan 4 kalori, 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori, 1 gram protein
menghasilkan 4 kalori (deVries & Housh 1994).
Menu atlet harus disusun berdasarkan jumlah kebutuhan energi dan
komposisi
gizi
penghasil
energi
yang
seimbang.
Menu
makan
harus
mengandung karbohidrat sebanyak 60-70%, lemak 20-25% dan protein
sebanyak 10-15% dari total kebutuhan energi seorang atlet. Menu yang disusun
berdasarkan kebutuhan jumlah energi dan komposisi gizi penghasil energi
seimbang , serta dibuat dari bahan makanan yang mengandung kriteria 4 sehat 5
sempurna umumnya sudah mengandung vitamin dan mineral sesuai dengan
kebutuhan atlet (Depkes RI & KONI Pusat 1997).
Kecukupan Energi
Gerakan tubuh saat melakukan olahraga dapat terjadi karena otot
berkontraksi. Olahraga aerobik dan anaerobik, keduanya memerlukan asupan
energi. Namun, penetapan kebutuhan energi secara tepat tidak sederhana dan
sangat
sulit.
Perkembangan
ilmu
pengetahuan
sekarang
hanya
dapat
menghitung kebutuhan energi berdasarkan energi yang dikeluarkan (Primana
2000).
Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan setiap
hari. Kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan beberapa
komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut yaitu basal
metabolic rate (BMR), specific dynamic action (SDA), aktifitas fisik dan faktor
pertumbuhan (Primana 2000).
Menurut Angka Kecukupan Gizi yang tercantum dalam Widyakarya
Pangan dan Gizi tahun 1998, rata-rata tingkat kecukupan energi yang harus
8
dipenuhi oleh seorang laki-laki yang berumur 16-19 tahun yang berprofesi bukan
sebagai atlet adalah 2500 kkal, sedangkan kebutuhan energi orang yang
berprofesi sebagai atlet akan lebih besar daripada non atlet. Oleh karena itu
penyusunan menu untuk memenuhi kebutuhan gizi seorang atlet harus dimulai
dengan menentukan kebutuhan energi terlebih dahulu.
Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui sumbersumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran
karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan
protein. Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah merupakan sumber
energi yang langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan terpakai
jika simpanan karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan
energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Penggunaan lemak maupun karbohidrat oleh
tubuh sebagai sumber energi untuk dapat mendukung kerja otot akan ditentukan
oleh 2 faktor yaitu intensitas serta durasi olahraga yang dilakukan (Irawan 2007).
Kecukupan Protein
Protein dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat berasal dari
hewani maupun nabati. Protein yang berasal dari hewani seperti daging, ikan,
ayam, telur, susu, dan lain-lain disebut protein hewani, sedangkan protein yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, tempe, dan tahu
disebut protein nabati. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan,
pembentukan otot, pembentukan sel-sel darah merah, pertahanan tubuh
terhadap penyakit, enzim dan hormon, dan sintesa jaringan-jaringan tubuh
lainnya. Protein dicerna menjadi asam-asam amino, yang kemudian dibentuk
protein tubuh di dalam otot dan jaringan lain. Protein dapat berfungsi sebagai
sumber energi apabila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi seperti
pada waktu berdiit ketat atau pada waktu latihan fisik intensif. Sebaiknya, kurang
lebih 10-15 % dari total kalori yang dikonsumsi berasal dari protein (Depkes
1993).
Penelitian membuktikan bahwa kegiatan olahraga yang teratur akan
meningkatkan kebutuhan protein bagi atlet dari cabang olahraga yang
mengkonsumsi protein antara 1,2–1,7 gram protein/kg BB/hari (±100–212 % dari
yang di anjurkan) dan atlet “endurence” antara 1,2–1,4 gram/kg BB/hari (±100 –
175 % dari yang dianjurkan) jumlah protein tersebut dapat diperoleh dari diit yang
mengandung 10-15% dari total kebutuhan energi, dimana jumlah tersebut tidak
akan berbahaya bagi kesehatan. Proporsi protein berubah sesuai dengan jumlah
9
energi total perhari yang meningkat dan sebaiknya separuhnya berasal dari
protein hewani komposisi protein terdiri dari protein hewani dan protein nabati
dengan perbadingan 1:1 (Primana 2000).
Menurut Husaini (2000) untuk atlet remaja yang sedang dalam proses
pertumbuhan membutuhkan protein yaitu 1.5 gram/kg BB/hari. Peningkatkan
kebutuhan protein bagi atlet ini disebabkan oleh karena atlet lebih beresiko untuk
mengalami kerusakan jaringan otot terutama saat menjalani latihan atau
pertandingan olahraga yang berat (Irawan 2007).
Walaupun protein merupakan zat pembangun jaringan tubuh namun tidak
berarti makin tinggi konsumsi protein makin besar pembentukan otot.
Pembentukan massa otot dan kekuatanya ditentukan oleh latihan yang
terprogram dengan baik yang harus di tunjang oleh makanan yang cukup. Pada
prakteknya atlet harus mengutamakan makanan lebih banyak karbohidrat dari
pada lebih banyak protein (Husaini 2000).
Terlalu banyak mengkonsumsi protein, akan lebih sering mengalami
buang air kecil karena protein di dalam tubuh dicerna menjadi urea. Urea
merupakan suatu senyawa dalam bentuk sisa yang harus dibuang melalui urine.
Terlalu sering ke toilet akan kurang menyenangkan karena dapat mengganggu
latihan, apalagi kalau sedang dalam kompetisi. Terlalu banyak atau sering
mengalami buang air kecil dapat juga memperberat kerja ginjal dan
meningkatkan resiko terhadap dehidrasi atau kekurangan cairan buat atlet
(Husaini 2000).
Selain itu, bahan makanan tinggi protein biasanya mengandung pula
tinggi
lemak.
Untuk
kesehatan
jantung,
pencegahan
kegemukan,
dan
peningkatan performa, sebaiknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan
sumber lemak, terutama lemak hewani yang seringkali banyak terdapat dalam
bahan makanan berprotein tinggi (Husaini 2000).
Kecukupan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan memegang peranan
sangat penting untuk seorang atlet dalam melakukan olahraga. Untuk
berolahraga, energi berupa ATP dapat diambil dari karbohidrat yang terdapat
dalam tubuh berupa glukosa dan glikogen yang disimpan dalam otot dan hati.
Selama beberapa menit, permulaan kerja glukosa darah merupakan sumber
energi utama, selanjutnya tubuh menggunakan glikogen otot dan glikogen hati.
Glikogen otot dipergunakan secara langsung oleh otot untuk pembentukan
10
energi, sedangkan glikogen hati mengalami perubahan menjadi glukosa yang
akan masuk ke peredaran darah untuk selanjutnya dipergunakan oleh otot
(Depkes 1993).
Menurut Almatsier (2004) kebutuhan karbohidrat untuk orang yang bukan
berprofesi sebagai atlet adalah 55-75% berasal dari karbohidrat kompleks dan
10% berasal dari gula sederhana. Pemberian karbohidrat bagi seorang atlet
bertujuan untuk mengisi kembali simpanan glikogen otot dan glikogen hati yang
telah dipakai pada kontraksi otot. Pada atlet yang mempunyai simpanan glikogen
sangat sedikit, akan lebih cepat mengalami kelelahan dan kurang dalam
mencetak prestasi. Oleh karena itu, sebaiknya karbohidrat diberikan 60-70% dari
total energi yang dibutuhkan atau sama dengan 6-10 gram/kg BB/hari.
Karbohidrat dalam makanan sebagian besar harus dalam bentuk karbohidrat
kompleks, sedangkan karbohidrat sederhana hanya sebagian kecil saja (Depkes
1993). Ilyas (2007) di negara maju kebutuhan karbohidrat orang aktif atau atlet
yang melakukan latihan berat dan intensif adalah 60% dari kebutuhan energi
total (400-600 gram) sehari yang diberikan dalam bentuk karbohidrat kompleks.
Kebutuhan Lemak
Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari
dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat dan protein. Namun, lemak
merupakan sumber energi yang tidak ekonomis pemakaiannya. Oleh karena
metabolisme lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibanding karbohidrat.
Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol.
Selain penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang larut
dalam lemak dan sebagai sumber asam lemak yang esensial, misalnya asam
lemak linoleat. Olahraga endurance merupakan olahraga yang dilakukan dengan
intensitas rendah sampai sedang (submaksimal) dan berlangsung dalam waktu
lama. Lemak merupakan sumber energi yang penting untuk kontraksi otot
selama olahraga endurance (Primana 2000).
Atlet olahraga endurance, penggunaan energi sebagian besar berasal
dari lemak. Akan tetapi pada awal dan akhir melakukan olahraga endurance
kebanyakan energi berasal dari glukosa dan glikogen. Hal ini mengakibatkan
cadangan glikogen di dalam otot dan juga hati berkurang. Glikogen dalam otot
dan hati yang telah berkurang harus diisi kembali. Zat gizi dalam makanan yang
dapat mengisi kembali glikogen berasal dari karbohidrat. Sedangkan lemak
11
dalam tubuh selain dapat diganti kembali oleh lemak, juga dapat diganti oleh
karbohidrat dan protein dalam makanan.
Walaupun atlet olahraga endurance pembentukan energi sebagian besar
berasal dari lemak, namun atlet tidak boleh mengkonsumsi lemak secara
berlebihan. Diet tinggi lemak oleh atlet sering mengakibatkan peningakatan
trigliserida, kolesterol total dan LDL kolesterol. Risiko kesehatan seperti
aterosklerosis, penyakit jantung, penyakit kanker dapat timbul pada seorang atlet
akibat konsumsi lemak yang tinggi (Primana 2000).
Anjuran untuk seorang atlet dalam konsumsi lemak yaitu kurangi
konsumsi lemak secara berlebihan dan tidak lebih dari 30% total energi. Setiap
makanan tidak harus digoreng, tetapi dibakar atau direbus. Atlet juga dianjurkan
untuk mengkonsumsi kolesterol tidak melebihi 300 mg per hari (Primana 2000).
Kecukupan Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral memainkan peranan penting dalam mengatur
dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi, sebagai koenzim dan ko
faktor. Pada keadaan defisiensi satu atau lebih dapat mengganggu kapasitas
latihan. Kebutuhan vitamin terutama vitamin yang larut air (vitamin B dan C)
meningkat
sesuai
dengan
meningkatnya
kebutuhan
energi.
Penelitian
menunjukkan bahwa deplesi besi tingkat moderate dihubungkan dengan
berkurangnya
performance latihan. Tambahan beberapa vitamin dan mineral
yang penting diperhatikan dalam kaitannya dengan olahraga seperti vitamin A,
B, C, D, E dan K, mineral seperti Ca, Fe, Na, K, P, Mg, Cu, Zn, Mn, J, Cr, Se
dan F. Kecukupan vitamin dan mineral bagi atlet yang melakukan olahraga berat
akan meningkat seperti hal nya zat-zat gizi sumber energi dan protein.
Pemenuhan kecukupan vitamin dan mineral dari bahan makanan sering sulit
dipenuhi oleh karena tidak mudah mengkonsumsi sayur dan buah-buahan dalam
jumlah yang dapat memenuhi kebutuhannya (Clark 1996 dalam Minhardja 2000)
Vitamin A
Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama ditemukan dan
merupakan
nama
generik
yang
menyatakan
semua
retinoid
dan
prekursor/provitamin, A/karotenoid yang mempunyai aktivitas bilogik seperti
retinol. Fungsi utama dari Vitamin A adalah sebagai bagian yang vital pada
sistem penglihatan (Wolinsky & Driskell 2006). Selain berperan dalam proses
penglihatan, vitamin A juga berperan dalam kekebalan tubuh, pertumbuhan dan
12
perkembangan reproduksi, dan pencegahan penyakit kanker dan penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung (Almatsier 2004).
Bagi atlet, vitamin A sangat berperan penting dalam differensiasi sel, oleh
sebab itu intake vitamin A yang cukup sangat diperlukan dalam peningkatan
performa atlet dan pemulihan latihan. Menurut Wolinsky dan Driskell (2006)
intake vitamin A yang dianjurkan bagi atlet yang berumur diantara 14-18 tahun
sebaiknya lebih dari 900 µg dan tidak melebihi 2800 µg. Kelebihan konsumsi
vitamin A menurut Sulaeman dan Muhilal (2004) dapat memberikan efek
teratogenik, kelainan jantung, kelainan saluran kemih, mengganggu sistem saraf
pusat dan tulang otot.
Vitamin C
Vitamin C atau yang biasa dikenal dengan nama asam askorbat
merupakan salah satu vitamin larut air yang berfungsi dalam sintesis kolagen,
katekolamin, serotonin dan karnitin di dalam tubuh. Vitamin C merupakan
antioksidan yang sangat kuat dalam menangkal radikal bebas. Vitamin C juga
berguna dalam absorbsi zat besi, peredaran, dan juga cadangannya. Dalam
aktivitas, vitamin C berguna dalam stimulasi sistem imun, mengurangi kelelahan
dan kelemahan otot, meningkatkan performa, dan melindungi sel dari ancaman
radikal bebas (Chen 2000).
Kecukupan vitamin C yang dianjurkan untuk individu adalah sebanyak 60
mg per hari (Setiawan & Rahayuingsih 2004). Namun jumlah tersebut dapat
melebihi anjuran, hal ini dikarenakan terdapat beberapa aktivitas fisik yang
terkadang menurunkan kadar vitamin C di dalam tubuh. Menurut Wolinsky dan
Driskell (2006) intake vitamin C bagi atlet dapat bervariasi dari 100 mg hingga
1000 mg per hari bergantung kepada aktivitas yang dilakukan.
Kalsium
Atlet yang masih remaja memerlukan kalsium yang jumlahnya relatif lebih
tinggi untuk pertumbuhan tulangnya. Menurut Kartono dan Soekatri (2004) anak
yang masih tumbuh dan kembang seperti remaja memerlukan pembentukan
tulang yang lebih banyak daripada orang tua. Oleh sebab itu atlet remaja masih
sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalsium dalam mencapai
pertumbuhan yang optimal. Kecukupan kalsium yang dianjurkan oleh WKNPG
tahun 2004 untuk remaja baik pria maupun wanita yang berumur 15-16 tahun
adalah sebanyak 1000 mg setiap harinya.
13
Zat Besi
Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam
tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia
dewasa. Zat besi mempunyai beberapa fungsi essensial di dalam tubuh, yaitu
sebagai alat angkut elektron di dalam sel dan sebagai bahan terpadu berbagai
reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier 2004). Zat besi ada dihampir
semua bentuk makanan dan minuman serta wadah yang digunakan baik untuk
menyimpan maupun untuk tempat makanan. Dalam bentuk padat, besi dikenal
sebagai metal atau senyawa besi. Sedangkan dalam larutan, besi ada dalam
bentuk ferro maupun ferri (Kartono & Soekatri 2004).
Kecukupan zat besi yang dianjurkan oleh WKNPG tahun 2004 untuk
remaja pria berumur 13-15 tahun adalah sebanyak 19 mg, sedangkan untuk
remaja pria berumur 16 tahun sebanyak 15 mg. Kecukupan besi untuk remaja
wanita berumur 15 dan 16 tahun sebanyak 26 mg.
Kebutuhan Air
Air tidak mengandung energi, tetapi sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Kebutuhan tubuh manusia akan air dalam sehari sesuai dengan
banyaknya air yang keluar atau yang hilang dari tubuh. Pada keadaan normal
dan ideal yaitu diet rendah cairan, aktifitas fisik minimal serta tidak ada keringat
yang keluar, orang dewasa membutuhkan air sebanyak 1500 –2000 ml sehari.
Saat berolahraga kebutuhan air tentu akan lebih banyak dibanding dalam
keadaan istirahat. Oleh karena saat berolahraga suhu tubuh meningkat dan
tubuh menjadi panas. Tubuh yang panas berusaha untuk menjadi dingin dengan
cara berkeringat (Williams 1995).
Asupan air bagi atlet harus mencukupi untuk dapat mempertahankan
keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh. Banyaknya jumlah air yang
komponen terbesar dimana proporsinya mencapai 60 – 70% berat badan orang
dewasa.
Selama pertandingan yang memerlukan ketahanan seperti maraton
atau jalan cepat harus diperhatikan pengisian cadangan zat cair. Keadaan
dehidrasi, gangguan keseimbangan air dan elektrolit serta
pengaturan suhu
tubuh dapat menimbulkan kelelahan dan membahayakan. Kehilangan air yang
melebihi 4 – 5% dari berat badan dapat mengganggu penampilan atlet. Dehidrasi
berat secara potensial dapat menyebabkan temperatur tubuh meningkat dan
mengarah ke heat stroke serta dapat berakibat fatal.
Karena itu para atlet
khususnya yang melakukan kegiatan endurance harus menyadari pentingnya
14
minum cairan selama latihan maupun sesudahnya, walaupun belum terasa haus
(Primana 2000).
Pengaturan Makan Pada Atlet
Makanan Selama Latihan
Tujuan dari pemusatan latihan adalah meningkatkan ketrampilan teknik,
taktik dan meningkatkan kesegaran jasmani termasuk ketrampilan atlet bagi yang
status gizinya sudah baik, latihan dan pembinaan langsung bisa dilakukan tetapi
bila status gizinya kurang, anemia dan sebagainya maka status gizinya harus
diperbaiki terlebih dahulu disamping melakukan serangkaian latihan rutin.
Sedangkan yang bergizi lebih, berat badan diturunkan terlebih dahulu tanpa
mengganggu latihan rutin, kebutuhan kalori antara 3000–5000, volume makanan
dipilih bahan makanan yang mengandung kalori tinggi tetapi volumenya kecil,
lemak perlu ditambahkan untuk melezatkan makanan dan pelarut beberapa
vitamin terutama B Kompleks. Disamping itu, mineral yang terdiri dari kalsium
dan ferum terutama untuk atlet wanita (Sedyanti 2000).
Makanan Menjelang Pertandingan
Air adalah nutrient yang paling penting karena sewaktu melakukan latihan
berat selalu disertai dengan pengeluaran keringat yang banyak. Tubuh manusia
terdiri dari kurang lebih 55% dari cairan dalam pertandingan-pertandingan,
seorang atlet bisa kehilangan keringat 2-4 liter perjam dalam keadaan biasa
hanya 1.5
liter perjamnya. Makan yang dianjurkan 3 atau 4 jam sebelum
pertandingan atlet makan menu ringan, dengan tujuan agar pada waktu
pertandingan lambung sudah kosong. Menu hendaknya terdiri dari makanan
yang telah terbiasa dikonsumsi oleh atlet. Dan menjelang pertandingan makanan
yang paling penting menurut kepentingan kepercayaan atlet masing-masing,
karena sangat penting artinya secara psikologis akan memberikan kepercayaan
pada dirinya. 2 jam sebelum pertandingan dianjurkan minum sebanyak 3 gelas
(600cc) (Sedyanti 2000).
Makanan Saat Pertandingan
Untuk mempertahankan status hidrasi dan keseimbangan maka selama
pertandingan harus diselingi minum dengan interval 10 -15 menit minum cairan
100 – 200cc (1 gelas). Penggunaan larutan yang lebih pekat atau tablet garam
tidak dianjurkan karena bisa menimbulkan mual dan muntah. Pengosongan
lambung ditentukan oleh volume dan konsentrasi cairan yang diberikan. Larutan
dengan konsentrasi tinggi merupakan larutan yang hipertonis dengan efek
15
osmotis yang menarik air masuk lambung menjadi isotonis (kosong). Akibat lain
yang bisa terjadi dehidrasi tubuh yang bertambah karena sebagian cairan masuk
Lambung (Dirham 1987).
Efek Tidak Terpenuhinya Kalori
Kekurangan energi atau tidak terpenuhinya kalori terjadi bila konsumsi
kalori dalam makanan kurang dari kalori yang dikeluarkan. Tubuh bahkan
mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari
berat badan seharusnya (ideal) bila terjadi pada bayi dan anak-anak akan
menghambat pertumbuhan dan pada orang dewasa menyebabkan penurunan
berat badan dan kerusakan jaringan tubuh (Almatsier 2004).
Peranan Gizi terhadap Prestasi Olahraga
Semua atlet menginginkan untuk meningkatkan performa mereka, dan
banyak atlet yang memang serius untuk meningkatkan kariernya dalam olahraga,
meluangkan banyak waktu untuk berlatih. Sehingga prestasi olahraga yang tinggi
perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang
penting untuk mewujudkannya adalah melalui gizi seimbang yaitu energi yang
dikeluarkan untuk olahraga harus seimbang atau sama dengan energi yang
masuk dari makanan. Makanan untuk seorang atlet harus mengandung zat gizi
sesuai dengan yang dibutuhkan untuk aktifitas sehari-hari dan olahraga.
Makanan harus mengandung zat gizi penghasil energi yang jumlahnya tertentu.
Disamping itu harus jadi pengganti sel-sel yang rusak (Suharjo, Clara M.Kusharto
1999)
Metode Pengukuran Recall 2 x 24 Jam
Metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu dapat dilakukan
dengan metode recall 24 jam. Prinsip dari metode ini adalah mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam
metode ini, responden diminta menceritakan semua yang dimakan dan diminum
selama 24 jam yang lalu. Data konsumsi yang dicatat mulai bangun pagi di hari
kemarin sampai istirahat tidur malam harinya. Selain itu juga, pengambilan data
recall yang dicatat dapat dimulai saat dilakukan wawancara mundur ke belakang
sampai 24 jam (Supariasa et al 2001) .
Data yang diperoleh dari recall 24 jam bersifat kualitatif. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti
dengan menggunakan alat ukuran rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-
16
lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa data recall minimal dua kali 24 jam, dapat
menghasilkan gambaran asupan zat gizi yang optimal dalam memberikan variasi
yang lebih besar tentang intake harian individu
Kelebihan metode recall 24 jam adalah mudah melaksanakannya, murah,
cepat, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf dan dapat memberikan
gambaran nyata mengenai apa yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga
dapat dihitung intake zat gizi sehari. Sementara itu, kekurangan metode recall 24
jam yaitu tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya
dilakukan recall untuk satu hari, ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat
responden dan lain-lain (Supariasa et al 2001).
Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani atau kebugaran fisik merupakan kemampuan tubuh
seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi
atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang
berarti (Riyadi 2007). Menurut Giriwijoyo dan Ali (2005) kebugaran jasmani
sesungguhnya adalah derajat sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi
tuntutan jasmani dalam menjalankan tugas hidup sehari-hari dengan selalu
masih mempunyai cadangan kemampuan untuk melakukan kegiatan aktivitas
fisik ekstra serta pulih kembali sebelum menjalani tugasnya sehari-hari.
Kebugaran fisik atau jasmani adalah suatu kualitas atau kondisi fisiologis dan
karena itu jelas berbeda dengan aktifitas fisik serta latihan fisik yang merupakan
tipe perilaku lainnya. Umumnya dianggap bahwa kebugaran fisik dapat
diklasifikasikan sebagai kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan dan
kebugaran yang berkaitan dengan kinerja. Kebugaran yang berkaitan dengan
kesehatan meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan ketahan otot,
komposisi lemak tubuh dan kelenturan (fleksibiltas). Sedangkan kebugaran yang
berkaitan dengan kinerja meliputi kebugaran kardiorespiratori, kekuatan dan
ketahanan otot, komposisi lemak tubuh, kelenturan (fleksibilitas), tenaga otot
(muscle power), kecepatan (speed), agilitas dan keseimbangan (Gibney J et al .
2008).
Kebugaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, umur jenis
kelamin, keturunan, makanan dan gizi yang seimbang, serta kebiasaan merokok.
Ciri-ciri kebugaran jasmani yang baik yaitu, tahan jika bekerja dalam waktu yang
17
lama, tidak lekas capai, tidak mudah terkena stress, tidak mudah terserang
penyakit, dan produktivitas kerja yang tinggi (Riyadi 2007).
VO2 Max
Kebugaran dapat diukur dengan cara mengukur volume oksigen yang
dapat dikonsumsi selama berolahraga pada kapasitas maksimum. VO2max
adalah jumlah maksimum oksigen dalam satu mililiter dapat digunakan dalam
satu menit per kilogram berat badan. Individu yang berada dalam kondisi sehat
memiliki nilai VO2max yang lebih tinggi dan dapat melaksanakan aktivitas lebih
baik daripada individu yang berada dalam kondisi tidak sehat. Sejumlah
penelitian menunjukkan bahwa seorang individu dapat meningkatkan VO2max
dengan melakukan aktivitas yang intensitasnya dapat meningkatkan denyut
jantung menjadi antara 65 dan 85% dari keadaan maksimum (pada keadaan
normal) setidaknya selama 20 menit tiga sampai lima kali seminggu. Nilai ratarata VO2max untuk atlet laki-laki adalah sekitar 3,5 liter/menit dan untuk atlet
perempuan itu adalah sekitar 2,7 liter/menit (Anonim 1997).
Salah satu cara untuk mengukur Vo2Max adalah dengan metode Cooper
Test , metode ini cukup sederhana. Dimana atlet melakukan lari atau jalan
selama 12 menit pada lintasan lari sepanjang 400 meter. Setelah waktu habis
jarak yang dicapai oleh atlet tersebut dicatat.
Selain itu dapat juga dengan
menggunakan metode Havard Step Test, tes ini adalah pengukuran yang paling
tua untuk mengetahui kemampuan aerobik yang dibuat oleh Brouha pada tahun
1943. Ada beberapa istilah seperti kemampuan jantung-paru, daya tahan
jantung-paru,
aerobic
power,
cardiovascular
endurance,
cardiorespiration
endurance, dan kebugaran aerobik yang mempunyai arti yang kira-kira sama.
Penelitian ini dilakukan di Universitas Harvard, USA, jadi nama tes ini dimulai
dengan nama Harvard. Inti dari pelaksanaan tes ini adalah dengan cara naik
turun bangku selama 5 (lima) menit. Disamping dari kedua tes diatas, beberapa
cara juga dapat dilakukan untuk mengetahui kapasitas VO2Max, seperti : tes lari
2.4 Km, bersepedah statis selama 6 menit, Bakle test, Treadmill, serta Conconi
Test.
Faktor-faktor yang mempengaruhi VO2max
Pengeluaran energi pada aktivitas aerobik dapat dipengaruhi oleh:

Kemampuan kimia dari sistem jaringan otot selular untuk menggunakan
oksigen dalam mengurangi bahan bakar.
18

Kemampuan gabungan sistem jantung dan paru untuk mengangkut oksigen
ke sistem jaringan otot.
Nilai VO2 maximum seorang atlet dan non atlet dapat dikategorikan
berdasarkan umur dan jenis kelamin.
Tabel 1 Normatif nilai VO2 maximum atlet dan non atlet
Wanita (ml/kg/min)
Age
Very Poor
Poor
Fair
Good
Excellent
Superior
13-19
<25.0
25.0 - 30.9
31.0 - 34.9
35.0 - 38.9
39.0 - 41.9
>41.9
20-29
<23.6
23.6 - 28.9
29.0 - 32.9
33.0 - 36.9
37.0 - 41.0
>41.0
30-39
<22.8
22.8 - 26.9
27.0 - 31.4
31.5 - 35.6
35.7 - 40.0
>40.0
40-49
<21.0
21.0 - 24.4
24.5 - 28.9
29.0 - 32.8
32.9 - 36.9
>36.9
50-59
<20.2
20.2 - 22.7
22.8 - 26.9
27.0 - 31.4
31.5 - 35.7
>35.7
60+
<17.5
17.5 - 20.1
20.2 - 24.4
24.5 - 30.2
30.3 - 31.4
>31.4
Tabel 2 Normatif nilai VO2 maximum atlet dan non atlet
Laki-laki (ml/kg/min)
Age
Very Poor
Poor
Fair
Good
Excellent
Superior
13-19
<35.0
35.0 - 38.3
38.4 - 45.1
45.2 - 50.9
51.0 - 55.9
>55.9
20-29
<33.0
33.0 - 36.4
36.5 - 42.4
42.5 - 46.4
46.5 - 52.4
>52.4
30-39
<31.5
31.5 - 35.4
35.5 - 40.9
41.0 - 44.9
45.0 - 49.4
>49.4
40-49
<30.2
30.2 - 33.5
33.6 - 38.9
39.0 - 43.7
43.8 - 48.0
>48.0
50-59
<26.1
26.1 - 30.9
31.0 - 35.7
35.8 - 40.9
41.0 - 45.3
>45.3
60+
<20.5
20.5 - 26.0
26.1 - 32.2
32.3 - 36.4
36.5 - 44.2
>44.2
Tabel 3 Normatif nilai VO2 maximum atlet dan non atlet (Jenis Olahraga)
Jenis Olahraga
Bolabasket
Bersepeda
Senam
Sepakbola
Skating
Berenang
Atletik
Atletik
Bola voli
Angkat berat
Gulat
Umur
18-30
18-26
18-22
22-28
18-24
10-25
18-39
40-75
18-22
20-30
20-30
Laki-laki
40-60
62-74
52-58
54-64
56-73
50-70
60-85
40-60
Perempuan
43-60
47-57
35-50
50-60
44-55
40-60
50-75
35-60
40-56
38-52
52-65
Sumber: Mackenzie 1997
Tes Balke
Tes Balke merupakan salah satu metode untuk mengukur VO2 maksimum
atau kebugaran aerobik yang dilakukan dengan cara atlet berlari selama 15
19
menit kemudian diukur jarak yang mampu ditempuh selama selang waktu
tersebut. Untuk menghitung berapa VO2 maksimum atlet tersebut maka
digunakan perhitungan berdasarkan jarak yang telah ditempu oleh atlet tersebut.
Total VO2 maksimum = (((Total jarak yang ditempuh ÷ 15) - 133) × 0.172) + 33.3
Hasil uji yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan hasil uji balke yang telah
dilakukan sebelum-sebelumnya. Hal ini digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh latihan seorang atlet untuk meningkatkan VO2 maksimum atlet
tersebut (Anonim 1997).
Hasil pengukuran tes balke dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:

Suhu, tingkat kebisingan dan kelembaban

Waktu tidur atlet sebelum melaksanakan tes

Emosi atlet

Obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh atlet

Waktu pelaksanaan tes

Asupan kafein atlet

Waktu makan terakhir atlet

Lingkungan pelaksanaan tes (rumput, track, jalanan, gym)

Pengetahuan atlet

Akurasi pengukuran

Apakah atlet benar benar menggunakan usaha maksimal untuk
melakukan tes

\
Kepribadian, pengetahuan dan kemampuan penguji.
Download