BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Komunikasi Komunikasi memiliki istilah dalam bahasa Inggris yang disebut communication atau dari kata communis yang memiliki arti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator (Widjaja, 2010: 8). Sedangkan pengertian lainnya, komunikasi adalah seluruh proses yang dipergunakan untuk mencapai pikiran-pikiran orang lain (Nurjaman dan Umam, 2012: 36). Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat ditarik secara garis besar bahwa komunikasi adalah suatu interaksi yang dilakukan antara dua orang atau lebih yang berupa percakapan mengenai pesan yang digunakan untuk mencapai pikiran-pikiran orang lain, dengan maksud untuk mengubah sikap, pikiran, dan perilaku. 2.1.1.1 Proses Komunikasi Dalam proses komunikasi terdapat enam unsur di dalam komunikasi, yaitu sebagai berikut (Widjaja, 2010: 11-22): 7 8 1. Sumber (Source) Sumber adalah orang, lembaga, buku, dan sebagainya yang memiliki kredibilitas. Sumber adalah dasar yang digunakan untuk menyampaikan dan dapat memperkuat pesan itu sendiri. 2. Komunikator Komunikator atau sender adalah orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada komunikan. Komunikator dapat berupa individu, sekelompok orang, bagian dari organisasi, dan lain sebagainya. 3. Pesan Pesan adalah apa yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Adapun pesan yang dikirim dapat berbentuk informasi, perintah atau instruksi, saran, usul, permintaan, pengumuman, dan sebagainya. 4. Saluran (Channel) Saluran adalah jalan atau media yang dilalui oleh komunikator kepada komunikan untuk menyampaikan pesan, atau jalan yang dilalui komunikan kepada komunikator yang digunakan untuk memberikan feedback. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung tanpa medium. Proses komunikasi seperti ini disebut komunikasi langsung atau face to face. 5. Komunikan Komunikan berperan sebagai penerima pesan. Dengan diterimanya umpan balik dari pihak komunikan, maka terjadi komunikasi dua arah atau timbal balik. 9 6. Effect (hasil) Effect adalah hasil yang timbul dari komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Effect dapat merubah sikap atau perilaku yang dikehendaki komunikator, berupa attention (perhatian), interest (kepentingan), desire (keinginan), decision (keputusan), atau action (tindakan). Dari unsur-unsur dalam proses komunikasi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sumber merupakan unsur yang menjadi kekuatan komunikator dalam menyampaikan pesannya kepada komunikan melalui channel tertentu atau secara langsung dengan maksud untuk menghasilkan effect tertentu dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya. 2.1.1.2 Fungsi-fungsi Komunikasi Fungsi-fungsi komunikasi adalah sebagai berikut (Riswandi, 2009: 13-23): 1. Fungsi Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sosial menunjukkan bahwa komunikasi penting untuk: a. Membangun konsep diri yang merupakan pandangan kita tentang siapa diri kita yang diperoleh dari informasi yang diberikan orang lain kepada kita. b. Pernyataan eksistensi diri. c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan baik dengan orang lain. 10 2. Fungsi Komunikasi Ekspresif Komunikasi ekspresif dapat dilakukan secara sendiri dan kelompok. Komunikasi ekspresif tidak bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan non-verbal. 3. Fungsi Komunikasi Ritual Komunikasi ritual merupakan komunikasi yang berhubungan dengan keyakinan pelaku komunikasi. Komunikasi ini dapat berupa komunikasi terhadap Tuhan melalui doa, upacaraupacara adat atau keagamaan, dan lain sebagainya. Komunikasi ritual ini bisa jadi akan tetap ada sepanjang zaman karena merupakan kebutuhan manusia. 4. Fungsi Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental memiliki beberapa tujuan umum, yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, keyakinan dan perilaku, menggerakkan tindakan, dan menghibur. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi memiliki berbagai macam fungsi. Komunikasi berfungsi sosial dengan maksud dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Fungsi ekspresif dengan maksud untuk mengutarakan pesan komunikator kepada komunikan dengan menunjukkan ekspresi-ekspresi yang dapat memperkuat pesan. Fungsi ritual, maksudnya adalah komunikasi 11 berfungsi untuk berinteraksi dengan Tuhan melalui doa ataupun upacara adat. Dan fungsi instrumental dengan maksud menginformasikan, mengedukasi, mendorong keyakinan, sikap dan perilaku, dan menghibur komunikan. 2.1.1.3 Konseptualisasi Komunikasi Menurut Mulyana (2009: 61), konseptualisasi komunikasi dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Komunikasi sebagai Tindakan Satu Arah Komunikasi yang dilakukan sebagai suatu tindakan yang bersifat secara satu arah dan tidak melibatkan tanya jawab. Komunikasi ini merupakan komunikasi satu arah sebagai suatu komunikasi yang bersumber dan berorientasi. 2. Komunikasi sebagai Interaksi Yaitu komunikasi sebagai suatu interaksi yang dilakukan dalam proses komunikasi karena adanya sebab-akibat atau aksi-reaksi secara bergantian. Komunikasi ini kedua belah pihak dapat berfungsi secara berbeda, dimana pada saat yang sama pihak yang terlibat tidak dapat menjadi pemberi atau penerima pesan secara sekaligus, tetapi bergantian. 3. Komunikasi sebagai Transaksi Komunikasi sebagai transaksi mengartikan bahwa komunikator dan komunikan memiliki fungsi menjadi pemberi dan penerima pesan sekaligus dalam waktu yang sama. 12 Dari tiga konseptualisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dapat bertindak secara satu arah dan juga dua arah. Komunikasi satu komunikasi hanya arah mengartikan berlangsung dari bahwa komunikasi komunikator kepada komunikan saja. Komunikasi dua arah memiliki konseptualisasi secara interaksi dan transaksi, dimana komunikasi sebagai interaksi mengartikan bahwa kedua belah pihak berkomunikasi secara bergantian, sementara komunikasi sebagai transaksi dapat kedua pihak dapat berkomunikasi dalam waktu yang sama. 2.1.2 Citra Pengertian citra adalah rupa atau gambaran; gambaran yang dimiliki orang terhadap dirinya sendiri, organisasi atau produk; suatu bayangan atau kesan yang ditimbulkan dari adanya suatu komunikasi (Nurjaman dan Umam, 2012: 125). Citra diartikan sebagai kesan dari seseorang atau individu terhadap sesuatu yang dapat timbul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh individu tersebut. Citra adalah kesan yang timbul dari suatu pengetahuan dan pengertian seseorang atau individu terhadap kenyataan atau fakta-fakta tertentu. Citra dapat mempengaruhi sikap pada seseorang terhadap orang lain, organisasi atau produk (Soemirat dan Ardianto, 2010: 114). Citra merupakan suatu kesan atau gambaran yang dimiliki oleh individu, kelompok atau organisasi terhadap suatu obyek (Nova, 2011: 298). 13 Jadi, dapat disimpulkan bahwa citra adalah kesan atau gambaran yang dimiliki oleh seseorang, kelompok atau organisasi terhadap suatu obyek sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman individu, kelompok atau organisasi tersebut. 2.1.2.1 Jenis-jenis Citra Berikut adalah beberapa jenis citra, yaitu sebagai berikut (Jefkins dan Yadin, 2003: 20-23): 1. Citra Bayangan (Mirror Image) Citra bayangan merupakan citra yang dianut oleh pihak dalam suatu organisasi, biasanya adalah pimpinan organisasinya yang memiliki anggapan mengenai organisasinya sendiri berdasarkan pandangan luar terhadap organisasinya. 2. Citra yang Berlaku (Current Image) Citra yang berlaku merupakan kebalikan dari citra bayangan, dimana citra yang berlaku merupakan suatu citra atau pandangan dari orang atau pihak luar organisasi terhadap suatu organisasi. Namun, citra terhadap organisasi ini hanya sebatas pengetahuan yang dimiliki orang-orang atau pihak luar saja. 3. Citra yang Diharapkan (Wish Image) Citra yang diharapkan adalah citra yang diinginkan atau diharapkan oleh suatu organisasi mengenai pandangan dari khalayak organisasi terhadap organisasi tersebut. Untuk itu, 14 citra yang baik menjadi suatu harapan bagi pihak organisasi terhadap organisasinya sendiri. 4. Citra Perusahaan (Corporate Image) Citra perusahaan adalah citra yang diperoleh oleh suatu organisasi secara keseluruhan dari khalayak organisasi. Citra ini merupakan citra yang dimiliki oleh organisasi secara keseluruhan, bukan hanya pelayanan atau produknya saja. Citra ini bisa muncul karena cerita sukses organisasi, prestasi organisasi, riwayat hidup organisasi yang baik, dan lain sebagainya. 5. Citra Majemuk (Multiple Image) Citra suatu organisasi adalah sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Banyaknya jumlah khalayak internal dan eksternal organisasi dapat menciptakan citra yang belum tentu sama dan berbeda-beda terhadap organisasi. Untuk itu, perbedaan citra yang dihasilkan tersebut membuat citra organisasi tersebut majemuk. 6. Citra yang Baik dan yang Buruk Seorang tokoh popular dapat memiliki reputasi yang baik dan buruk. Reputasi tersebut berasal dari citra yang berlaku (current image) yang dapat bersifat positif ataupun negatif. Citra yang ideal adalah kesan yang benar, yaitu sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Untuk itu, citra yang baik akan 15 memiliki keuntungan bagi sebuah organisasi dan citra yang buruk akan memberikan kerugian. Dari jenis-jenis citra di atas, maka dapat disimpulkan bahwa citra adalah suatu hal yang penting bagi perusahaan. Karena citra tersebut dapat memberikan dampak kepada perusahaan itu sendiri. Untuk itu, perusahaan harus mampu menciptakan dan mengelola citra yang baik agar selalu mendapatkan dampak yang positif bagi perusahaan sendiri. 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Sosialisasi 2.2.1.1 Definisi Sosialisasi Terdapat tiga definisi mengenai sosialisasi, yaitu adalah (Rush dan Althoff, 2005: 27-28): 1. Menanamkan pola-pola, aksi sosial, atau aspek tingkah laku kepada individu atau kelompok. 2. Proses dimana individu mengembangkan diri dan tingkah lakunya sesuai dengan standar atau nilai-nilai yang dimiliki oleh kelompok atau lingkungannya. 3. Komunikasi yang didapat dari individu, kelompok atau organisasi untuk dipelajari orang lain. Sosialisasi adalah suatu proses yang berupa interaksi untuk menanamkan suatu kaidah, norma ataupun mengenai kehidupan sosial dalam masyarakat. Sosialisasi adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang dalam mempelajari 16 kehidupan dalam suatu masyarakat untuk diterapkan pada dirinya, baik sebagai individu atau sebagai anggota dalam kelompok dalam rangka untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan norma, nilai atau kebiasaan dalam masyarakat tersebut (Murdiyatmoko, 2007: 111). Sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses penanaman atau pemberian informasi mengenai kebiasaan atau nilai-nilai dan juga aturan dari generasi ke genarasi, kelompok ke kelompok lainnya, atau masyarakat untuk dipelajari (Maryati dan Suryawati, 2004: 111). Definisi-definisi sosialisasi di atas dapat ditarik secara garis besar bahwa sosialisasi adalah proses penanaman dan pemberian informasi yang dikomunikasikan kepada individu atau kelompok untuk dipelajari dalam rangka untuk meningkatkan potensi dan menyesuaikan diri dengan nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. 2.2.1.2 Tujuan Sosialisasi Sosialisasi memiliki tujuan, antara lain adalah sebagai berikut (Maryati dan Suryawati, 2004: 118): 1. Untuk membekali seseorang agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam hidup bersama dalam suatu lingkungan masyarakat. 2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif untuk dapat berinteraksi dengan yang lainnya. 17 3. Mengetahui fungsi-fungsi dan peranan dalam masyarakat sebagai pengembangan diri. 4. Membiasakan individu atau kelompok berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan dalam masyarakat. Dari tujuan-tujuan sosialisasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sosialisasi memiliki berbagai tujuan, diantaranya dilakukan dengan maksud agar seseorang mampu berkomunikasi secara efektif, memilki keterampilan agar dapat hidup bersama dalam masyarakat, mengetahui dan menerapkan nilai-nilai atau norma yang berlaku di masyarakat ke dalam hidupnya untuk mengembangkan potensi diri. 2.2.1.3 Agen-agen Sosialisasi Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melakukan sosialisasi kepada individu atau kelompok. Agen-agen sosialisasi tersebut adalah (Maryati dan Suryawati, 2004: 122-125): 1. Keluarga Di sini proses sosialisasi dikomunikasikan oleh keluarga kepada anggota keluarganya dari anak-anak sampai dewasa untuk mempelajari kehidupan mengenai keluarga ataupun bermasyarakat. 18 2. Kelompok dalam Masyarakat Sosialisasi dilakukan kepada anggota kelompok ataupun kelompok lainnya, agar mampu berinteraksi, mempelajari dan menerapkan nilai-nilai sosial dalam masyarakat. 3. Lembaga atau Organisasi Selanjutnya adalah sosialisasi yang dikomunikasikan oleh lembaga atau organisasi. Sosialisasi ini dilakukan dengan tujuan individu atau kelompok memahami apa yang disampaikan oleh organisasi dan memiliki pengetahuan dan perkembangan baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Media Massa Media massa merupakan media sosialisasi yang dapat menjangkau sejumlah besar orang. Media massa mampu menampilkan sosialisasi dalam bentuk komunikasi yang kreatif. Hal itu membuat media massa begitu dominan dalam proses sosialisasi. 2.2.1.4 Teori Integrasi Informasi Teori integrasi informasi merupakan teori tentang pengorganisasian pesan atau informasi. Semua informasi memiliki potensi untuk mempengaruhi sikap seseorang, tetapi derajat bagaimana informasi tersebut dapat mempengaruhi sikap dipengaruhi oleh tujuan dan kebenaran informasi yang 19 mendukung keyakinan seseorang (Gama dan Widarwati, 2008: 70). Teori ini berasumsi bahwa manusia mengorganisasikan informasi yang diperolehnya tentang sekelompok orang, objek, situasi atau ide-ide untuk membentuk sikap yang sesuai dengan konsep yang terbentuk dari hasil penerimaan informasi tersebut (Pratama, Erdinaya dan Perbawasari, 2012: 7). Teori bagaimana integrasi informasi orang-orang berpikir membantu dan menjelaskan membentuk sikap merupakan suatu hal penting dalam komunikasi. Teori ini membangun pemahaman bagaimana orang-orang dipengaruhi oleh informasi. Teori ini bermula dengan konsep kognisi yang digambarkan kekuatan sistem interaksi. Informasi adalah salah satu dari kekuatan tersebut dan dapat mempengaruhi sebuah sistem kepercayaan atau sikap individu. Besar tidaknya pengaruh tersebut tergantung kepada dua hal, yaitu: 1. Valensi atau tujuan, yang berarti sejauh mana suatu informasi mendukung apa yang sudah menjadi kepercayaan seseorang. Suatu informasi dapat dikatakan positif apabila informasi tersebut mendukung kepercayaan yang telah ada dalam diri seseorang tersebut sebelumnya. 2. Bobot penilaian, yang berkaitan dengan tingkat kredibilitas informasi tersebut. Maksudnya apabila seseorang melihat informasi tersebut sebagai suatu kebenaran, maka orang 20 tersebut akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap informasi itu. Perubahan sikap terjadi karena informasi baru memberikan tambahan pada sikap. Sikap mempunyai korelasi dengan keyakinan dan menyebabkan seseorang memiliki perilaku atau persepsi tertentu terhadap informasi dan juga pemberi informasi (Littlejohn dan Foss, 2008: 75-78). Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori integrasi informasi merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa sesorang mengorganisasikan pesan yang diterimanya. Dimana suatu informasi dianggap memiliki potensi untuk mengubah sikap seseorang jika informasi dianggap sesuai dengan tujuan dan dianggap memiliki kebenaran. Sikap memiliki korelasi dengan keyakinan, persepsi. 2.2.2 Corporate Image 2.2.2.1 Definisi Corporate Image Citra merupakan kesan, perasaan dan gambaran publik terhadap perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya (Soemirat dan Ardianto, 2010: 111-113). Citra merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek. Citra tersebut dapat bersifat positif atau negatif (Prihastiti dan Indah, 2012: 108). 21 Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, bukan sekedar citra atas produk atau pelayanannya. Citra perusahaan tidak konsisten dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh kekuatan lingkungan, untuk itu perusahaan harus mengelola citranya secara periodik (Herstein, Mitki, dan Jaffe, 2008: 380). Citra perusahaan merupakan keseluruhan pandangan mengenai perusahaan yang ada dalam benak publik dan diartikan sebagai karakter sebuah organisasi. Citra perusahaan juga dapat diartikan sebagai sejumlah persepsi terhadap sebuah organisasi didasari atas apa yang mereka ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan (Nova, 2011: 301). Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa citra perusahaan adalah kesan atau pandangan publik terhadap perusahaan yang dapat menjadi asset bagi perusahaan itu sendiri. 2.2.2.2 Proses Pembentukan Citra Perusahaan Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif dapat dijelaskan melalui gambar sebagai berikut: 22 Pengalaman mengenai stimulus CITRA Kognisi Stimulus Perilaku Persepsi Sikap Respon Motivasi Gambar 2.1 Pembentukan Citra Stimulus yang diberikan adalah sebagai input dan output adalah tanggapan atau respon tertentu yang dihasilkan. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap. Empat komponen persepsi-kognisi-motivasi-sikap diartikan sebagai citra individu terhadap rangsang. Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang stimulus tersebut. Persepsi adalah hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna berdasarkan pengalamannya mengenai stimulus. Kognisi adalah keyakinan individu terhadap suatu stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti stimulus tersebut. Untuk itu, individu harus diberikan pemahaman yang cukup yang dapat mempengaruhi kognisinya. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi dan sikap 23 yang ada akan menggerakkan respons seperti yang diinginkan oleh pemberi stimulus. Sikap adalah bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap menentukan apakah orang harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan akhirnya akan diinginkan. Proses pembentukan citra pada menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu (Soemirat dan Ardianto, 2010: 115-116). 2.2.2.3 Peran Citra bagi Perusahaan Peran citra bagi perusahaan yaitu sebagai berikut: 1. Citra yang positif dapat membantu organisasi untuk berkomunikasi secara efektif, sehingga membuat orang-orang lebih mengerti dengan komunikasi dari mulut ke mulut. 2. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan publik. 3. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen dalam suatu organisasi. Setiap perusahaan harus mempunyai citra di masyarakat, dan citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang, atau buruk. Peringkat citra yang berlainan tersebut memberikan dampak terhadap keberhasilan kegiatan perusahaan yang berlainan juga (Nova, 2011: 302-303). 24 2.2.2.4 Manfaat Citra bagi Perusahaan Citra perusahaan yang baik dan kuat memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut: 1. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang baik. 2. Menjadi perisai selama masa krisis. 3. Menjadi daya tarik eksekutif terbaik. 4. Meningkatkan efektivitas strategi komunikasi perusahaan. 5. Penghematan biaya operasional. Tidak sedikit perusahaan di banyak negara termasuk Indonesia bersikap tidak peduli terhadap citra perusahaannya. Dalam jangka panjang citra baik membawa banyak manfaat. Manfaat itu sendiri dapat dinikmati baik pada saat perusahaanya mengalami masa jaya maupun pada saat menghadapi berbagai macam krisis (Nova, 2011: 303-304). Selain itu, ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya perusahaan membangun dan mengelola citra perusahaan yaitu (Portal Kementrian BUMN, 2011): 1. dapat merangsang penjualan. 2. dapat membangun nama baik perusahaan. 3. membangun identitas bagi karyawannya. 4. mempengaruhi investor dan lembaga-lembaga keuangan. 5. memajukan hubungan baik dengan khalayak perusahaan. 6. mendapatkan posisi dalam persaingan. 25 2.3 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. 2. Peneliti & Judul ISSN & Tahun Antonacopoulou, 17465 Elena; Pesqueux, 680, Yvon. Vol. 5, No. 1. “The Practice of (2010: Socialization and 10-20) the Socialization of Practice” Joanne, Klossner. “The Role of Legitimation in the Professional Socialization of Second-Year Undergraduate Athletic Training Students” 10626 050, Vol. 43, No. 7. (2008: 379385) Kesimpulan Persamaan Perbedaan Membahas mengenai sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga atau organisasi sebagai salah satu agen sosialisasi. Dimana lembaga atau organisasi melakukan sosialisasi secara professional kepada masyarakat. Sehingga keprofesionalan suatu lembaga akan berdampak terhadap persepsi dan citra positif untuk suatu lembaga yang telah melakukan sosialisasi karena telah membantu mengatasi ketegangan konflik yang sedang dihadapi suatu lingkungan. Menjelaskan tentang sosialisasi yang merupakan peranan dari agen sosialisasi untuk menjelaskan mengenai tanggung jawab dan aturan yang perlu diketahui dan diterapkan oleh atlet. Dimana sosialisasi dianggap sebagai hal yang penting untuk Membahas mengenai sosialisasi yang dapat membentuk citra dari masyarakat terhadap organisasi atau lembaga yang telah membantu mengatasi ketegangan atau konflik dalam masyarakat. Penelitian terdahulu: menjelaskan mengenai keprofesionalan dalam bersosialisasi. Agen memiliki peranan untuk memberikan sosialisasi, dimana sosialisasi dapat memberikan informasi yang mampu memberikan manfaat yang baik bagi penerima sosialisasi sehingga dapat membentuk suatu Penelitian terdahulu: sosialisasi yang dilakukan oleh agen sosialisasi dilakukan untuk memberikan informasi mengenai aturan dan tanggung jawab atlet yang dapat membentuk citra diri bagi atlet. Penelitian sekarang: membahas sosialisasi yang dapat mempengaruhi citra lembaga yang timbul dari masyarakat karena informasi dianggap memiliki manfaat bagi masyarakat. 26 memberikan citra. informasi yang mampu menunjukkan arah yang tepat bagi atlet dalam menjalankan peran sesungguhnya dan dapat menghindarkan atlet dari konflik karena kurangnya pemahaman, sehingga dapat membentuk citra diri bagi atlet tersebut. 3. Steven, Walczak; 07181 Dawn, Gregg. 876, Vol. 4, “Factors No. Influencing Corpo 13. rate Online (2009: Identity: A New 17-29) Paradigm” Membahas mengenai perusahaanperusahaan online yang memperkenalkan identitas perusahaan dan bisnisnya dengan sosialisasi yang dilakukan menggunakan media website (ecommerce). Sosialisasi melalui website ini dilakukan untuk mendapatkan perhatian dan membentuk citra (e-image) yang positif terhadap perusahaan online dari penggunapengguna internet atau rekan bisnis lainnya. Sosialisasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada khalayak yang mampu membentuk suatu citra positif terhadap lembaga atau perusahaan. Penelitian sekarang: agen memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk membantu masyarakat dalam mengatasi konflik yang terjadi, dimana dengan adanya manfaat positif yang dirasakan oleh masyarakat dapat memunculkan citra positif bagi lembaga sebagai agen sosialisasi. Penelitian terdahulu: sosialisasi dilakukan oleh agen sosialisasi dengan menggunakan media internet (online) melalui website untuk memperkenalkan identitas perusahaan dan bisnisnya. Penelitian sekarang: agen memberikan sosialisasi kepada masyarakat secara langsung tanpa menggunakan media apapun (face to face). 27 2.4 Kerangka Pikir Teori Integrasi Informasi (X) 1. Valensi/ tujuan 2. Bobot penilaian (Littlejohn dan Foss, 2008: 75-78) Gambar 2.2 Kerangka Pikir Citra (Y) 1. Persepsi 2. Kognisi 3. Motivasi 4. Sikap (Sumber: Soemirat dan Ardianto, 2010: 115-116)