paper - ghinaanzalina

advertisement
PAPER
NIRA AREN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Agroindustri
Disusun Oleh :
Ayu Arti Putri Handayani (1500634)
Ghina Anzalina (1500769)
Rizkiyanti Rahayu (1500753)
Teuku Soedono (1505110)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan paper ini. Shalawat dan
salam semoga tetap terlimpah dan tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kepada kita semua selaku
umatnya hingga akhir zaman.
Paper yang berjudul “Nira Aren” ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pengetahuan Bahan Agroindustri.
Dalam penulisan paper ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak
yang telah membantu
dalam
menyelesaikan paper ini, khususnya kepada ibu Mustika Nuramalia Handayani
STP, M.Pd. selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Pengetahuan Bahan
Agroindustri yang telah membimbing kami selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun paper ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya paper ini. Kami berharap semoga paper ini bisa
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Bandung, November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1.2 Lingkup Bahasan ...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
2.1 Aren ................................................................................................
2.2 Deskripsi Anatomi Tanaman Aren .................................................
2.3 Nira .................................................................................................
2.4 Karakteristik Fisik Nira .................................................................
2.5 Karakteristik Kimia Nira ................................................................
2.6 Cara Memperoleh Nira dari Aren ..................................................
2.7 Kandungan Nira Aren ....................................................................
2.8 Olahan Nira Aren ..........................................................................
BAB III KESIMPULAN .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Aren ................................................................................
Gambar 2. Produk Turunan Tanaman Aren .....................................................
Gambar 3. Nira ................................................................................................
Gambar 4. Komposisi Kimia Aren ..................................................................
Gambar 5. Kandungan Gizi Aren ....................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aren adalah salah satu keluarga palma yang memiliki potensi nilai
ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan
manfaat dan keuntungan. Buahnya dapat dibuat kolang-kaling. Daunnya
dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangan dan bisa juga sebagai
atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari
batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi. Selain itu, batang usia muda
dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai
bahan furnitur. Namun dari semua produk aren, nira aren lah yang paling
besar memiliki nilai ekonomisnya. Dan masih banyak yang tidak
mengetahui akan hal tersebut.
Nira adalah cairan yang disadap dari bunga jantan pohon aren.
Cairan ini mengandung gula antara 10-15%. Nira merupakan cairan manis
yang terdapat di dalam bunga tanaman aren, kelapa dan lontar yang
pucuknya belum membuka dan diperoleh dengan cara penyadapan.
Pada umumnya masyarakat memanfaatkan nira aren dan nira
kelapa untuk pembuatan gula merah, gula jawa dan gula semut, selain itu
nira juga dapat digunakan sebagai minuman segar. Oleh karena itu, perlu
untuk dapat mengenali lebih dalam mengenai tanaman aren dan berbagai
karakteristik nira dari aren.
1.2. Lingkup Bahasan
1. Penjelasan Aren
2. Deskripsi Anatomi Tanaman Aren
3. Penjelasan Nira
4. Karakteristik Fisik Nira Aren
5. Cara Memperoleh Nira Aren
6. Kandungan Nira Aren
7. Bagian Aren yang Digunakan Menjadi Nira
8. Olahan yang Dihasilkan dari Nira
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aren (Arenga pinnata Merr.)
Pohon aren atau enau (Arenga pinnata Merr.) termasuk jenis
tanaman palma yang mudah tumbuh. Tanaman aren berasal dari wilayah
Asia tropis, aren menyebar secara alami mulai dari India timur di sebelah
barat, hingga mencapai Malaysia, Indonesia, dan Filipina di sebelah timur.
Di Indonesia, aren tumbuh liar atau ditanam, sampai ketinggian 1.400 m
dpl. Aren umunya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai.
Penyebaran tanaman aren secara alami dibantu oleh oleh hewan karena
buah aren yang masak banyak disukai hewan. Musang luwak diketahui
sebagai salah satu hewan yang menyukai buah aren dan secara tidak
langsung berfungsi sebagai hewan pemencar biji aren. Berikut ini
merupakan taksonomi tanaman aren :
Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Bangsa
: Spadicitlorae
Suku
: Palmae
Genus
: Arenga
Species
: Arenga pinnata Merr.
Gambar 1. Tanaman Aren
Sumber : arenindonesia.com
Pohon aren adalah salah satu jenis tumbuhan palma yang
memproduksi buah, nira dan pati atau tepung di dalam batang. Hasil produksi
aren ini semuanya dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Akan
tetapi hasil produksi aren yang banyak diusahakan oleh masyarakat adalah
nira yang diolah untuk menghasilkan gula aren (Gula cetak, Gula Semut dan
Gula pasir) dan produk ini memiliki pasar yang sangat luas (Sapari, 1994
dalam Effendi, 2010 )
Pohon aren atau enau (Arenga pinnata Merr.) cukup dikenal di
kawasan tropik karena banyak ragam kegunaannya. Hampir semua bagian
fisik (daun, batang, umbut, bunga, akar, ijuk dan kawul) dan produksi
(buah, nira dan pati/tepung) dari tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan
dan memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi dalam pemanfaatan pohon aren
oleh masyarakat, nira adalah yang paling banyak memberikan manfaat
langsung bagi masyarakat di desa atau di sekitar hutan. Pada tanaman aren
yang sehat setiap tandan bunga jantan bisa menghasilkan nira sebanyak
900-1.800
liter/tandan,
sedangkan
pada
tanaman
aren
yang
pertumbuhannya kurang baik hanya rata-rata 300-400 liter/tandan (Lutony,
1993).
Di Indonesia, tanaman aren banyak tersebar di seluruh wilayah
nusantara, khususnya di daerah-daerah perbukitan yang lembab Aren
adalah jenis palm yang besar dan tingginya dapat mencapai 25 m.
Berdiameter hingga 65 cm, batang pokoknya berada di luar (seperti kulit)
dengan ketebalan 4-7 cm, keras dan pada bagian atas diselimuti oleh
serabut berwarna hitam yang biasa disebut ijuk. Ijuk sebenarnya adalah
bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang. Aren mulai berbuah
pada usia kurang lebih 6 tahun, dan akan mati pada usia antara 15 - 25
tahun. (Helen B Florido, 2003)
2.2 Deskripsi Anatomi Tanaman Aren
Deskripsi Anatomi tanaman aren pohon aren pada dasarnya mulai
dari akar, batang, dan daun tanaman aren hampir sama dengan kelapa.
Anatomi tanaman aren adalah:
1. Akar
Aren merupakan tumbuhan monokotil, berakar serabut. Akar
aren menyebar cukup dalam di dalam tanah, sehingga tanaman ini juga
cocok sebagai penahan erosi tanah, terutama pada tanah miring.
2. Batang
Pohon aren mampu tumbuh tinggi sampai 25 m. Diameter
batang mencapai 65 cm, dan pada bagian tengah batang cukup lunak
(seperti sagu). Batang aren pada bagian pinggir disebut juga dengan
ruyung, dengan ketebalan 4-7cm, sangat keras dan tahan lapuk,
sehingga sering digunakan sebagai lantai dan atap rumah. Pada bagian
tengah batang terdapat gandum/kanji yang biasanya digunakan untuk
membuat mie soon. Satu pohon aren pada usia lebih dari 15 tahun
menghasilkan 50 - 70 kg kanji (ibid). Pohon aren hanya memiliki satu
titik tumbuh yang terletak pada ujung batang, sehingga selalu tumbuh
mengarah keatas dan tidak bercabang. Aren tidak mempunyai
kambium sehingga tidak memiliki pertumbuhan sekunder.
3. Daun
Daun aren majemuk menyirip, seperti daun kelapa. Mempunyai
pelepah yang panjangnya mencapai 5 m dengan tangkai daun hingga
1,5 m. Anak daun seperti pita bergelombang, berukuran hingga 7 x 145
cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena
lapisan lilin di bawahnya. Lidi daun aren lebih wulet dibandingkan lidi
daun kelapa. Lidi daun aren biasanya digunakan untuk membuat sapu
dan kerajinan anyaman
4. Bunga
Bunga pohon aren ada dua jenis, yaitu jantan dan betina.
Untaian-untaian bunga jantan lebih pendek dari untaian-untaian bunga
betina. Untaian bunga jantan panjangnya sekitar 50 cm, sedangkan
untaian bunga betina panjangnya dapat mencapai 175 cm. Nira
dihasilkan dari penyadapan tandan bunga jantan.
5. Buah
Buah aren, atau yang lebih dikenal dengan nama kolang-kaling,
terbentuk setelah terjadi penyerbukan dengan perantaraan angin atau
serangga. Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 4-5 cm, didalamnya
berisi biji 3 buah. Bagian buah aren terdiri dari:
a. Kulit luar, halus berwarna hijau pada waktu masih muda, dan
menjadi kuning setelah tua (masak).
b. Daging buah, berwarna putih kekuning-kuningan. Daging buah
aren yang masih muda mengandung lendir yang sangat gatal jika
mengenai kulit, karena lendir ini mengandung asam oksalat
(H2C2O4).
c. Tiap untaian buah panjangnya mencapai 1,5-1,8 m, dan tiap
tongkol (tandan buah) terdapat 40-50 untaian buah. Tiap tandan
terdapat banyak buah, beratnya mencapai 1-2,5 kuintal. Buah yang
setengah masak dapat digunakan untuk campuran minuman. Pada
satu pohon aren sering didapati 2-5 tandan buah yang tumbuhnya
serempak.
d. Kulit biji, berwarna kuning dan tipis pada waktu masih muda, dan
berwarna hitam yang keras setelah buah masak. Endosperm,
berbentuk lonjong agak pipih berwarna putih agak bening dan
lunak pada waktu buah masih muda; dan berwarna putih, padat
atau agak keras pada waktu buah sudah masak.
Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya
populer sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil
gula. Berikut beberapa produk turunan yang dapat dihasilkan dari
tanaman aren.
Gambar 2. Produk turunan tanaman aren
Sumber : Bank Indonesia, 2008
2.1 Nira
Nira adalah cairan yang disadap dari bunga jantan pohon
aren.Cairan ini mengandung gula antara 10-15%. Nira dapat diolah
menjadi minuman ringan, maupun beralkohol, sirup aren, gula aren
dan nata de arenga.Penyadapan aren tidak sulit dilakukan. Kegiatan ini
dapat dijadikan sumber nafkah utama ataupun sebagai nafkah tambahan di
pedesaan. (Tarwiyan et all,2001)
Nira adalah cairan yang keluar dari bunga kelapa atau pohon
penghasil nira lain seperti aren, siwalan dan lontar yang disadap ini
merupakan bahan baku untuk pembuatan gula. Nira sering juga disebut
"lege", kata ini sebenarnya istilah bahasa Jawa yang berasal dari kata legi
artinya manis. Dalam keadaan segar, nira rasa manis berbau harum dan
tidak berwarna. Nira mentah (segar) bersifat pencahar (laksativa),
sehingga kerap digunakan sebagai obat urus-urus. Nira segar juga baik
sebagai bahan campuran (pengembang) dalam pembuatan roti.
Gambar 3. Nira
Sumber : kebunaren.com
Nira dapat diolah menjadi minuman ringan, sirup aren, gula aren
dan nata de arenga dan banyak di banyak daerah di Indonesia, nira juga
biasa difermentasi menjadi semacam minuman beralkohol yang disebut
tuak atau di daerah timur juga disebut saguer. Tuak ini diperoleh dengan
membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu atau akar-akaran
(misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis hutan
(Garcinia) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam
agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang
dihasilkan dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit.
Nira aren dan nira kelapa mempunyai beberapa perbedaan dari segi
warna, aroma, rasa maupun kadar kotorannya. Nira aren terasa lebih
manis, lebih jernih dan lebih segar daripada nira kelapa, namun jumlah
padatan terlarut nira kelapa lebih tinggi daripada nira aren (Dyanti, 2002).
Nira yang baik bercirikan masih segar, rasa manis, harum, tidak
berwarna dan derajat keasaman (pH)nya antara 6,0 - 7,0. Nira yang jelek
pHnya
>6,0
dan
bila
digunakan,
mutu
gulanya
akan
ikut
jelek.(Deptan,1993)
Gula utama yang terkandung dalam nira adalah sukrosa. Nira juga
mengandung glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang kecil saat nira baru
disadap. Nira dari bunga sebenarnya steril, namun sagera setelah disadap
seringkali terkontaminasi oleh mikroba yang dapat menhidrolisis sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa. Proses hidrolisis akan merugikan dari segi
jumlah rendemen gula merah, bahkan seringkali gula merah tidak
terbentuk (tetap berbentuk cairan kental).
Komposisi nira dari suatu jenis tanaman dipengaruhi beberapa
faktor yaitu antara lain varietas tanaman, umur tanaman, kesehatan
tanaman, keadaan tanah, iklim, pemupukan, dan pengairan. Demikian pula
setiap jenis tanaman mempunyai komposisi nira yang berlainan dan
umumnya terdiri dari air, sukrosa, gula reduksi, bahan organik lain, dan
bahan anorganik. Air dalam nira merupakan bagian yang terbesar yaitu
antara 75 – 90 %. Sukrosa merupakan bagian zat padat yang terbesar
berkisar antara 12,30 – 17,40 %. Gula reduksi antara 0,50 – 1,00 % dan
sisanya merupakan senyawa organik serta anorganik. Gula reduksi dapat
terdiri dari heksosa, glukosa, dan fruktosa, serta mannosa dalam jumlah
yang rendah sekali. Bahan organik terdiri dari karbohidrat (tidak termasuk
gula), protein, asam organik, asam amino, zat warna, dan lemak. Bahan
anorganik terdiri dari garam mineral (Gautara dan Soesarsono W, 1980).
2.2 Karakteristik Fisik Nira
1. Warna
Nira yang masih segar pada umumnya adalah jernih dan hampir
tidak berwarna. Pada praktikum ini nira berwarna putih kekuningan.
Hal ini disebabkan nira kelapa mudah sekali mengalami fermentasi,
karena mengandung ragi liar yang amat aktif. Bila nira terlambat
dimasak, biasanya warna nira berubah menjadi keruh dan kekuningkuningan.
2. Aroma
Nira yang masih segar umumnya akan beraroma sedap dan
harum. Pada praktikum ini nira beraroma kuat atau menyengat. Hal ini
disebabkan nira kelapa ini mudah mengalami fermentasi, karena
mengandung ragi liar yang amat aktif. Bila nira terlambat dimasak, bau
nira menjadi menyengat. Hal ini disebabkan terjadi pemecahan
sukrosa menjadi alkohol yang menyebabkan nira berbau menyengat.
3. Tingkat kemanisan
Nira
memiliki
tingkat
kemanisan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan dengan sukrosa 5% dan sukrosa 10%. Nira lebih manis
daripada sukrosa 5% maupun 10%. Hal itu terjadi karena kandungan
sukrosa pada nira lebih tinggi dari pada sukrosa 5% dan 10% yaitu
sekitar 12,30 % – 17,40 % seperti pada tabel komposisi nira segar pada
teori.
4. Kotoran
Nira segar seharusnya bersih dan jernih. Dalam praktikum ini
nira yang dipakai mengandung sedikit kotoran. Hal ini mungkin
disebabkan karena wadah yang disediakan untuk menampung nira
kurang bersih.
2.3 Karakteristik Fisik Nira Aren
1. pH
Nira segar mempunyai pH pada kisaran 6 – 7. Pada praktikum ini
pH nira setiap kelompok menunjukan bahwa pH nira adalah 10,4.
Artinya bahwa nira dalam keadaan kurangbaik dan nira sudah banyak
mengalami fermentasi. Nira aren yang baru menetes dari tandan bunga
mempunyai pH sekitar 7, akan tetapi pengaruh keadaan sekitarnya
menyebabkan nira mudah terkontaminasi dan mengalami fermentasi
secara alami sehingga berubah menjadi asam (pH menurun).
2. Total Gula
Nira mengandung gula dengan konsentrasi 7,5 sampai 20,0 %.
Untuk mengetahui total gula yang terdapat pada nira kita
menggunakan alat Refraktometer. Kita dapat mengetahui total gula
pada nira yang kita amati dengan meneteskan nira pada alat tersebut,
kemudian membaca skalanya. Angka pada skala dibaca saat warna
pada kotak adalah gelap di satu bagian dan terang di bagian yang lain.
3. Total Padatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil total
solid nira yaitu 26,85%. Berdasarkan pada referensi yang telah ada
total solid nira adalah sebesar 15,20 – 19,70 %. Hasil dari praktikum
berbeda dari referensi dikarenakan oleh berbagai faktor, yaitu
diantaranya adalah faktor dari luar, lingkungan mempengaruhi total
solid yang didapatkan. Selain itu ketelitian praktikan menetapkan
angka dalam proses penimbangan. Dalam proses pemindahan nira dari
oven ke desikator juga mempengaruhi, dikarenakan adanya uap air
yang menempel pada cawan atau air bebasnya menguap dari cawan.
2.4 Cara Memperoleh Nira dari Aren
Nira dihasilkan oleh tanaman yang berhijau daun dan digunakan
dalam metabolisme dari tanaman. Pada beberapa jenis tanaman nira
disimpan dalam akar, batang, bunga, dan buah. Nira dalam tanaman dapat
berbentuk sukrosa, glukosa atau fruktosa.
Nira aren diperoleh dengan penyadapan tangkai bunganya, dan
mulai dapat disadap pada umur 5 12 tahun. Tiap tanaman dapat disadap
selama 3 tahun dan tiap tahun dapat disadap 3 4 tangkai bunga. Hasil
niranya 300 400 liter per musim tangkai bunga (3 4 bulan) atau 900 1600
liter nira per tahun. Dalam sehari pohon aren dapat disadap 2 kali dengan
menghasilkan 3-10 liter nira.
Tangkai bunga aren tumbuh panjang dari pelepah daun berupa
cabang dengan arah pertumbuhan dari atas ke bawah, dengan tangkai
bunga yang kuat berdiri pada puncak yang bengkok. Bunga aren adalah
nomoceous unisexual dimana bunga jantan dan bunga betinanya terpisah
pada masing-masing tongkol (spadix) bunga yang mula-mula keluar
sampai tongkol ke empat atau ke lima adalah bunga betina, kemudian
seterusnya keluar bunga jantan. Bunga yang disadap adalah bunga jantan
sedangkan bunga betina tidak boleh disadap karena akan menurunkan
produksi nira. Pada dasarnya bunga betina berwarna hijau atau hijau
kekuning-kuningan sedangkan bunga jantan berwarna kuning kecoklatan
atau coklat.
Nira aren diperoleh dengan cara penyadapan. Penyadapan nira dari
pohon aren dapat dilakukan melalui proses peningguran/pemukulan, yang
dilakukan dengan alat pemukul ber- bentuk silinder bertangkai yang
terbuat dari kayu yang berasal dari pohon nangsi, mauhman, dadap atau
hanjuang. Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbesar pori-pori
dan melunakan tangan bunga, sehingga nira mudah keluar. Kegiatan ini
dilakukan untuk menghancurkan sel sehingga cairannya bisa keluar, an
tangan harus dilakukan benar-benar merata di seluruh permu bunga. agar
dap menghasilkan nira semaksimum mungkin, kemudian dilanjutkan
dengan mengayunkan bunga ke arah samping membentuk sudut 90 Tahap
peningguran dan pengayunan ini berlangsung 3 hari sekali selama 10 hari
Tahap selanjutnya. dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah bunga
sudah siap dipotong/dipagas, dilakukan dengan meng- is tangkai bunga
dengan pisau sadap. Pada tahap pengujian ini dapat diketahui waktu
pemotongan yang tepat, ketidaktepatan dalam waktu pemotongan bunga
akan menyebabkan tidak keluarnya nira yang disadap. Untuk mengetahui
waktu pemotongan bunga yang tepat bentuk bunga digunakan sebagai
bahan pertimbangan. a bunga berbentuk lonjong dan benang sarinya
tersusun tidak teratur, ada yang panjang dan pendek, maka pemagasan
dilakukan pada tahap bunga tua. Bila bunga berbentuk bulat dan susunan
benang sarinya rapi dan pendek semua permangasan dilakukan pada tahap
bunga muda. Berikut ini cara-cara mengetahui waktu pemangasan yang
tepat.
1. Tahap bunga muda
Bila diketahui bunga itu waktu pemagasannya diduga berada
pada tahap bunga muda kemudian warna dalam bunga terlihat
gumicrak bodas (warna putih seperti beras), dan setelah diuji dengan
peng- irisan pada tangkai bunga airnya keluar, maka langsung
dilakukan pemagasan. Tetapi bila tidak keluar air, waktu pemagasan
ditunggu sampai bunga menjadi gumicrak koneng (warna kuning dan
berair). Bila bagian bunga sudah tumi odeng muda (warna kuning
muda tidak berair) sampai ligar (bunga sudah tidak ada) berarti waktu
pemagasan sudah lewat, artinya tidak dapat lagi dila kukan pemagasan.
Jadi harus menunggu muncul bunga lainnya.
2. Tahap bunga tuan
Bila diketahui pemagasan bunga dalam tahap bunga tua, maka
uji pengirisan tidak perlu dilakukan pada tahap gumicrak bodas atau
gumicrak koneng tetapi ditunggu sampai bunga menunjukkan ciri tumi
odeng muda (warna kuning muda tidak berair). Bila dilakukan
pengujian keluar air, maka langsung dilakukan pemagasan. Jika belum
keluar alr ditunggu sampai tumi odeng tua (warna kuning tua) dan
seterusnya hingga tahap ligar, bila setelah diuji keluar air langsung
dilakukan pemagasan, bila memberikan hasil yang negatif berarti
tangkai tersebut tidak menghasilkan nira, maka harus ditunggu sampai
bunga berikutnya muncul.
2.5 Kandungan Nira Aren
Dalam keadaan segar nira berasa manis, berbau khas nira dan
tidak berwarna. Nira aren mengandung beberapa zat gizi antara lain
karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Rasa manis pada nira disebabkan
kandungan karbohidratnya mencapai 11,28% (Rumokoi, 1990).
Gambar 4. Komposisi kimia nira aren
Komponen
Kandungan (%)
Karbohidrat :
- Glukosa
- Fruktosa
Protein
Lemak kasar
Abu :
- Kalsium (Ca)
- Posfor (P2O5)
Vitamin C
Air
11,18
3,61
7,48
0,28
0,01
0,35
0,06
0,07
0,01
89,23
Gambar 5. Kandungan Gizi Aren
sumber : navitasnaturals.com
Komposisi nira dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
varietas tanaman, umur tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah iklim,
pemupukan, dan pengairan Nira aren mengandung air sebanyak 80 85
sukrosa t 15%, gula invert 0.13 non gula (organik 0.13 non gula
(anorganik) 0.02%. Selain itu nira juga mengandung mineral-mineral
dalam jum- lah tertentu. Nira hasil sadapan seperti nira kelapa dan aren
sering mengalami kerusakan, sehingga nira menjadi asam, berbuih putih
dan berlendir.
2.6 Khasiat dan Manfaat Nira Aren
Nira
aren
dapat
digunakan
sebagai
minuman
dengan
mengkonsumsi langsung nira yang didapat. Minuman dari nira aren
dikenal dengan sebutan legen atau saguer. Penggunaan lain nira aren segar
adalah sebagai obat pencahar (laksativa) dan campuran (pengembang)
dalam pembuatan roti. Pengolahan lebih lanjut dari nira aren adalah
dengan membuatnya menjadi gula aren bongkahan (dnegan menambahkan
bahan pengeras seperti getah nangka) dan gula semut (dengan
menambahkan minyak kelapa). Nira aren juga dapat diolah dengan cara
fermentasi yang menghasilkan minuman beralkohol yang dikenal dengan
sebutan tuak atau sauger. Produk fermentasi lain dari nira kelapa adalah
cuka, namun keberadaan cuka aren tidak berkembang karena kalah
bersaing dengan cuka buatan pabrik.
Nira aren merupakan salah satu komoditas perkebunan yang layak
untuk dikembangkan menjadi produk olahan yang berbasis bahan baku
gula. Kandungan kimia terbesar yang terkandung di dalam nira aren adalah
kandungan sukrosa yaitu sebesar 84,31%. Kandungan sukrosa nira aren
lebih besar jika dibandingkan kandungan sukrosa dari nira tebu dan nira
siwalan. Perbandingan kandungan komposisi kimia dari nira aren, nira
tebu dan nira siwalan tersaji dalam Tabel 2. Kandungan sukrosa yang
sangat banyak (84 ,31%) membuat nira aren sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar alternatif yaitu
etanol.
Tabel 2. Perbandingan Kandungan Kimia nira Aren, Nira Tebu dan Nira
Siwalan
Kandungan kimia yang terkandung dalam aren bersifat sebagai peluruh haid,
pencegah kehamilan, peluruh kentut, peluruh air seni (diuretik), pencahar, dan
penyebab muntah. Air nira berkhasiat mengatasi sariawan, radang paru, dan
disentri, sedangkan akarnya berkhasiat mengobati penyakit batu ginjal atau
kencing batu (menghancurkan batu).
Di banyak daerah di Indonesia, nira juga biasa difermentasi menjadi semacam
minuman beralkohol yang disebut tuak atau di daerah timur juga disebut saguer.
Tuak ini diperoleh dengan membubuhkan satu atau beberapa macam kulit kayu
atau akar-akaran (misalnya kulit kayu nirih (Xylocarpus) atau sejenis manggis
hutan (Garcinia)) ke dalam nira dan membiarkannya satu sampai beberapa malam
agar berproses. Bergantung pada ramuan yang ditambahkan, tuak yang dihasilkan
dapat berasa sedikit manis, agak masam atau pahit.
Produk-produk nira dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu produk
yang tidak mengalami proses fermentasi dan yang mengalami fermentasi (Barlina
dan Lay, 1994). Nira aren yang masih segar dan rasanya manis dapat langsung
diminum, atau dapat dibiarkan terlebih dahulu mengalami fermentasi sebelum
diminum. Nira aren segar juga dapat diolah untuk menghasilkan gula, baik gula
cetak, gula semut dan gula cair. Produk fermentasi dari nira aren adalah arak,
cuka, alkohol (Torar dan Kindangen, 1990; Soeseno, 1992) dan nata pinnata
(Lempang, 2003).
Pada umumnya masyarakat memanfaatkan nira aren dan nira kelapa untuk
pembuatan gula merah / gula jawa dan gula semut, selain itu nira juga dapat
digunakan sebagai minuman segar baik dari nira langsung atau nira yang dibuat
sirup.
Proses Pembuatan Gula Aren
Gula yang dibuat dari nira aren ada dua macam yaitu:
1. Gula aren cetak
Nira dengan kandungan pH 6 7 dilakukan penyaringan untuk
membersihkan kotoran, kemudian dimasak dengan api yang bersuhu
sekitar 110 120 C sehingga kadar air nira berkurang Untuk membersihkan
kotoran yang masuk pada waktu pemasakan maka dilakukan penyaringan
kedua, penyaringan dilanjutkan hingga nira mengental sekali namun belum
timbul buih yang banyak. Bila telah timbul buih yang banyak dilakukan
penambahan minyak kelapa atau kemiri atau kacang tanah Kemudian
dimasak terus dengan api yang lebih kecil, sehingga nira tersebut kental
yang ditandai dengan mengerasnya nira bila diteteskan ke dalam air atau
bila diambil dengan sendok memben- tuk benang benang yang tidak putus.
Nira kental dihentikan pemasakannya dan terus diaduk-aduk agar
diperoleh kristal yang merata sampai terbentuk warna coklat kekuningkuningan tetapi belum mengeras. Hasil pemasakan dimasukkan dalam
cetakan, sebelumnya cetakan direndam dalam air dingin agar gula mudah
lepas dari cetakannya. Gula merah dibiarkan dalam cetakan hingga dingin,
kemudian dilepaskan dari cetakannya.
2.
Gula semut
Pembuatan gula semut memerlukan nira yang masih baik dan segar
sehingga perlu diberikan perhatian ekstra pada proses penyiapan
panyadapan dan penyadapan nira, agar dihasilkan nira yang baik dan tidak
asam. Nira hasil saringan dimasak pada suhu sekitar 110°C di dalam wajan
sambil terus diaduk. Pada saat nira mulai mendidih, kotoran akan terapung
bersama-sama busa ke permukaan. Kotoran dan busa ini harus dihilangkan
dari nira. Untuk menjaga busa nira tidak meluap keluar wajan, maka
sewaktu-waktu diaduk dan ditambahkan minyak goreng (1 sendok makan
untuk 25 liter nira yang dimasak). Dipergunakannya minyak kelapa
bertujuan untuk mengurangi total padatan gula semut yang dihasilkan
Pemasakan dilanjutkan sampai sedikit lebih tua dari yang digunakan untuk
membuat gula cetak. Pekatan nira dalam wajan selanjutnya didinginkan
lebih kurang 10 menit tanpa diaduk. Setelah itu dilakukan pengadukan
dengan pengaduk yang ber- bentuk garpu secara perlahan-lahan dan
setelah terjadi kristalisasi pengadukan dipercepat hingga diperoleh gula
yang berbentuk serbuk. Gula yang dihasilkan dipindahkan ke wadah lain
dan dibiarkan dingin. Apabila gula semut yang dihasilkan masih basah,
maka dapat dilakukan penjemuran dengan sinar matahari untuk
mendapatkan gula semut dengan kadar air sesuai. Sebaiknya dilakukan
pengayakan dan dikemas dalam kantong plastik atau botol gelas.
Nira padadasarnya air yang keluar dari bunga aren atau kelapa.
Nira adalah suatucairan alami yang terasa manis karena mengandung
glukosa. Kandungan glukosa pada nira menyebabkan nira banyak diolah
sebagai gula tradisional/minuman tradisional oleh beberapa kebanyakan
masyarakat di beberapa daerah. Dalam proses pembuatan nira menjadi
alkohol, hal ini melalui beberapa tahap yaitu tahapfermentasi, pemasakan
dan tahap destilasi. Dari proses tersebut kemudian akan menghasilkan
alkohol sesuai dengan bahan baku yang digunakan ( Anonima, 2012),
alkohol yang dihasilkan berupa alkohol 30% (ciu) dan alkohol murni 90%100% yang digunakan dalam bidangkedokteran atau industry.
BAB III
KESIMPULAN
Tanaman aren termasuk jenis tanaman palma yang mudah tumbuh. Tanaman
aren berasal dari wilayah Asia tropis, aren menyebar secara alami mulai dari India
timur di sebelah barat, hingga mencapai Malaysia, Indonesia, dan Filipina di
sebelah timur. Hampir semua bagian fisik (daun, batang, umbut, bunga, akar, ijuk
dan kawul) dan produksi (buah, nira dan pati/tepung) dari tumbuhan aren dapat
dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi, serta cara penyadapan nira aren sangat
mudah.
Nira aren merupakan salah satu komoditas perkebunan yang layak untuk
dikembangkan menjadi produk olahan yang berbasis bahan baku gula. Khasiat
dan manfaat yang berasal dari air sendiri sangat banyak, salah satu kandungan
kimia yang terkandung dalam nira aren dapat bermanfaat sebagai peluruh haid,
pencegah kehamilan, peluruh kentut, peluruh air seni (diuretik), pencahar, dan
penyebab muntah. Air nira berkhasiat mengatasi sariawan, radang paru, dan
disentri.
Nira mempunyai sifat fisik yaitu:
A. Aroma : harum
B. Rasa : manis
C. Warna : jernih, tapi jika terlambat dalampengolahan akan menyebabkan nira
mengalami fermentasi, sehingga nira akan berwarna putih keruh atau
kekuningan.
D. Nira mempunyai sifat kimia yaitu :
i.
pH
: 10,4 (literature 6-7)
ii.
Kadar gula
: 11 brix
iii. Total padatan
: 26,85 % (literatur15,20 – 19,70 %)
iv.
total asam tertitrasi
: 3,5 ml NaOH 0,1 N/ 20 ml nira( literatur0,025 –
0,035 tergantung pH nira)
DAFTAR PUSTAKA
Download