Sambutan Kalan Penyerahan LKPD TA 2010 Tahap I

advertisement
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN PROVINSI JAWA BARAT
PADA
PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2010
KEPADA 6 (ENAM) DPRD DI WILAYAH PROVINSI JAWA
BARAT
JUMAT, 08 JULI 2010
Yang saya hormati
Saudara Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi, Ketua DPRD Kota Cirebon,
Ketua DPRD Kota Banjar, Ketua DPRD Kabupaten Purwakarta, Ketua
DPRD Kota Depok, dan Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi.
Yang saya hormati
Saudara Bupati Sukabumi, Walikota Cirebon, Walikota Banjar, Walikota
Depok, Plt. Walikota Bekasi, Bupati Purwakarta atau yang mewakili
beserta Jajarannya
Para Undangan, serta Hadirin yang saya muliakan
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Selamat Siang, dan Salam sejahtera untuk kita semua
Marilah kita bersama mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga pada siang hari ini, Jum’at, 08 Juli 2011, kita dapat
menghadiri acara Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas
Laporan Keuangan enam Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2010 di
Kantor BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat.
1
Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan BPK atas LKPD TA
2010. Mengingat kompleksitas persoalan dan beragamnya informasi,
untuk memudahkan pemahaman dan pengkajian LHP tersebut, BPK telah
mengemas LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) TA
2010 dalam tiga buku yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah,
yaitu Buku Pertama adalah Laporan Hasil Pemeriksaan yang memuat opini
atas LKPD, Buku kedua adalah Laporan hasil pemeriksaan atas sistem
pengendalian intern dalam kerangka pemeriksaan LKPD, serta buku ketiga
adalah laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dalam kerangka pemeriksaan LKPD. Jikapun masih
terdapat beberapa hal yang belum jelas, sesuai ketentuan pasal 21 ayat (2)
UU 15 Tahun 2004, DPRD dapat meminta penjelasan kepada BPK dalam
rangka menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK tersebut.
Selain itu, sesuai ketentuan pasal 19 ayat (1) UU Nomor. 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan telah disampaikannya Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK ini
kepada DPRD pada hari ini, maka LHP ini telah dinyatakan terbuka untuk
umum.
Pada kesempatan hari ini disampaikan juga Laporan Hasil Pemeriksaan
kepada Kepala Daerah untuk segera ditindaklanjuti.
Saudara – Saudara yang berbahagia
Pada semester I Tahun 2011 ini, BPK telah melakukan pemeriksaan atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah TA 2010 di wilayah Propinsi Jawa
Barat, yang didahului dengan pemeriksaan pendahuluan. Pemeriksaan atas
LKPD TA 2010 tersebut ditujukan untuk memberikan opini atas
kewajaran penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang
mendasarkan pada kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan,
kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. Kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut terbatas hanya pada
kepatuhan yang terkait dengan penyajian LKPD. Oleh karenanya, opini
atas LKPD tidaklah menunjukkan kepatuhan entitas terhadap seluruh
ketentuan peraturan perundang-undangan. Opini tersebut hanyalah focus
pada aspek keuangan dan tidak diberikan opini dari aspek hukum apalagi
aspek politis.
Saudara – Saudara yang berbahagia
2
Hasil Pemeriksaan BPK atas 6 (enam) LKPD di wilayah propinsi Jawa
Barat menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum dapat mencapai
opini “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”, melainkan masih mendapat
opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Hal-hal yang dikecualikan
antara lain berupa:
1. Penatausahaan dan pelaporan aset tetap belum memadai, yaitu masih
terdapat selisih nilai aset antara nilai aset dalam laporan keuangan
dengan rincian aset yang tidak dapat dijelaskan, aset tetap yang tidak
dapat dirinci dan belum jelas statusnya, penambahan aset tetap dari
belanja modal yang belum didukung rincian aset, aset tetap yang tidak
dapat ditelusuri keberadaannya, aset tetap yang belum mempunyai nilai
dan belum disajikan dalam laporan keuangan.
2. Penyajian Persediaan tidak didukung dengan rincian daftar persediaan
dan tidak dilengkapi dengan Berita Acara Stock Opname pada tanggal
neraca pada seluruh SKPD. Atas persediaan ini pun, BPK mengalami
kesulitan untuk melakukan prosedur alternative mengingat SKPD tidak
melakukan pencatatan atas mutasi persediaanya. Jikapun ada
pencatatan, hanya dilakukan oleh sebagian SKPD dan antar catatan atas
persediaan tersebut tidak saling mendukung sehingga tidak dapat
diverifikasi.
3. Penyajian dan/atau pengungkapan penyertaan modal pemerintah kepada
perusahaan daerah di atas 20% tidak disajikan dengan metode ekuitas
sebagaimana dinyatakan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.
4. Saldo dana bergulir (investasi non permanen) tidak disajikan dengan
nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net Realizable Value) dan
penatausahaan dana bergulir tidak tertib.
Laporan keuangan yang diberi opini tersebut adalah laporan keuangan
yang telah dilakukan beberapa koreksi dan/atau penyesuaian oleh
Pemerintah Daerah setelah BPK mengajukan beberapa usulan koreksi atas
dasar pemeriksaannya. Usulan koreksi tersebut dilakukan atas dasar
sampling bukan populasi. Oleh karenanya, Pemerintah Daerah harus
melakukan verifikasi atas semua populasi dan melakukan koreksi/
penyesuaian sesuai sistem yang diterapkan Pemerintah Daerah. Inilah
makna bahwa tanggung jawab atas laporan keuangan tetap terletak pada
Pemerintah Daerah yang diwujudkan dalam suatu Representation Letter.
Atas dasar inilah, pemeriksaan hanya dapat menyimpulkan kewajaran atas
laporan keuangan bukan kebenaran atas laporan keuangan
3
Saudara – Saudara yang berbahagia
Dalam pemeriksaan LKPD TA 2010, BPK pun menemukan permasalahanpermasalahan antara lain sebagai berikut:
1. Ketidaklengkapan dokumen pertanggungjawaban belanja perjalanan
dinas, belanja bantuan keuangan, bantuan sosial, belanja hibah dan
bantuan parpol, bahkan masih terdapat laporan pertanggungjawaban
yang belum disampaikan atas bantuan hibah dan bantuan parpol.
2. Kekurangan volume pekerjaan pada beberapa kegiatan yang
mengakibatkan kelebihan pembayaran yang merugikan keuangan
daerah. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengawasan pemimpin
kegiatan atas pelaksanaan kegiatan dimaksud.
3. Denda keterlambatan belum dikenakan kepada pihak ketiga atas
keterlambatan penyelesaian pekerjaan yang mengakibatkan kekurangan
penerimaan daerah.
4. Sisa kas, jasa giro dan pendapatan retribusi yang terlambat disetorkan
ke kas daerah, sehingga daerah tidak dapat segera memanfaatkan
pendapatan tersebut.
Atas permasalahan-permasalahan tersebut, hanya permasalahan yang
terkait secara material terhadap LKPD yang dapat menjadi
pertimbangan BPK dalam memberikan opini.
Saudara – Saudara yang berbahagia
Dari hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan daerah tiga tahun
terakhir, masih selalu ditemukan temuan yang berulang yang menjadi
pengecualian dalam pemberian opini, yaitu temuan mengenai penyajian
aset tetap, penyajian persediaan yang tidak memadai, penyajian penyertaan
modal pemerintah yang tidak sesuai dengan SAP dan penyajian investasi
non permanen dana bergulir yang belum menggunakan nilai bersih yang
dapat direalisasikan (net realizable value).
Dari temuan-temuan diatas, seharusnya hal tersebut tidak terlalu sulit
untuk diselesaikan dan ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah.
Misalnya untuk penyajian nilai aset tetap, kalo penyelesaian hanya
dibebankan kepada DPPKAD maka penyelesaian permasalahan atas
kewajaran penyajian aset tidak akan pernah selesai akan terus menjadi
temuan berulang yang menjadi pengecualian dalam pemberian opini.
Untuk itu diperlukan kerja sama dari semua SKPD untuk menyelesaikan
permasalahan dengan cara menginventarisasi aset tetap dan mengupdate
4
penambahan aset tetap yang dilakukan secara berkala (day to day).
Sedangkan fungsi bagian aset adalah melakukan rekonsiliasi atas nilai aset
dari semua SKPD dan memastikan keberadaan aset yang dicatat dan juga
memastikan bahwa semua aset yang ada telah tercatat. Setelah melakukan
inventarisasi dan telah bisa menyajikan nilai aset yang wajar, maka perlu
dilakukan maintenance atas nilai aset tersebut, artinya segala perubahan
baik penambahan maupun pengurangan harus segera dilakukan pencatatan
sehingga catatan mengenai aset tetap akan selalu up date dari waktu ke
waktu.
Selanjutnya, temuan penyajian nilai persediaan, untuk menyelesaikan
temuan tersebut perlu komitmen seluruh kepala SKPD untuk melakukan
pencatatan yang tertib dan memadai, yaitu melakukan pencatatan atas
setiap transaksi penerimaan dan pengeluaran persediaan ke dalam buku
persediaan. Untuk penyusunan laporan keuangan perlu komitmen masingmasing SKPD untuk melakukan stock opname persediaan pada akhir
tahun. Kondisi ideal adalah hasil stock opname tidak akan berbeda dengan
pencatatan yang dilakukan setiap hari, apabila terdapat perbedaan maka
perbedaan tersebut dapat dijelaskan dan tidak akan menjadi catatan
pemeriksaan oleh BPK.
Untuk temuan penyajian dan/atau pengungkapan penyertaan modal
pemerintah kepada perusahaan daerah yang tidak disajikan dengan metode
ekuitas sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan tersebut
bukan suatu hal yang terlalu sulit untuk diselesaikan, dimana seluruh
perusahaan daerah diwajibkan memberikan laporan kepada pemerintah
daerah yang selanjutnya sesuai dengan perhitungan persentase
kepemilikan pemda maka dapat dilakukan penyajian nilai penyertaan
modal di atas 20 % dengan menggunakan metoda ekuitas.
Selanjutnya untuk temuan penyajian dana bergulir yang belum
menggunakan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value).
Terkait dengan temuan tersebut harus dilakukan monitoring dan evaluasi
serta rekonsiliasi dengan seluruh pengelola dana bergulir sehingga
pemerintah daerah dapat memperoleh data mengenai tingkat koleltibilitas
dari dana bergulir yang pada akhirnya pemerintah daerah dapat
mengetahui dan menyajikan nilai dana bergulir yang masih dapat
direalisasikan (net realizable value) yang akan disajikan dalam laporan
keuangan.
5
Dengan demikian untuk perbaikan itu semua diperlukan komitmen yang
kuat dari kepala daerah dan seluruh jajarannya dhi. seluruh Kepala SKPD
untuk memperbaiki dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Komitmen tersebut dijabarkan kepala daerah dengan menyusun action
plan (rencana aksi) yang harus dilaksanakan secara menyeluruh pada
seluruh SKPD dan bukan hanya terbatas pada SKPD yang menjadi temuan
BPK. Hal tersebut dikarenakan pemeriksaan BPK merupakan pemeriksaan
secara sampling bukan populasi.
Kepala daerah harus selalu memonitor perkembangan penyelesaian
temuan BPK yang dilakukan oleh seluruh kepala SKPD untuk memastikan
perbaikan tersebut telah dilaksanakan.
Saudara – Saudara yang berbahagia
BPK memiliki harapan agar laporan keuangan Pemerintah Daerah
mendapat opini terbaik yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), meskipun
atas laporan keuangan tahun 2010 ini baru mencapai opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP). Di lain pihak, BPK pun menyadari bahwa suatu
pelaporan keuangan yang baik tidak hanya berujung pada tercapainya
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun suatu Laporan Keuangan
yang baik akan dapat menjadi sumber informasi yang sangat strategis
dalam pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan. Oleh
karenanya, BPK tidak henti-hentinya menghimbau agar upaya mencapai
opini WTP haruslah dimaksudkan sebagai bagian dari upaya perbaikan
system informasi keuangan sehingga dapat digunakan untuk mencapai
keputusan yang terbaik bagi daerah. Dengan demikian, opini WTP
tidaklah dapat diperoleh secara instan dan tidak semudah seperti
membalikkan telapak tangan, tetapi harus diwujudkan melalui suatu proses
yang didasarkan pada input yang baik, proses yang baik, dan output yang
baik. Ketiga aspek tersebut haruslah terpadu dan berkesinambungan
sebagai pondasi sistem pelaporan keuangan yang baik termasuk komitmen
pimpinan daerah dan jajarannya. Pondasi ini dapat ditanamkan dengan
kokoh apabila ada hubungan kerja yang harmonis dan profesional diantara
pemerintah daerah, DPRD dan semua pihak, termasuk komponenkomponen di dalamnya.
Saudara – Saudara yang berbahagia
BPK juga selalu mengharapkan agar pemerintah daerah dapat mencapai
opini WTP melalui input yang baik, proses yang baik, dan output yang
6
baik, BPK telah meminta kepada pemerintah daerah untuk menyusun dan
melaksanakan rencana aksi yang telah ditetapkan. Namun, BPK tidak
dapat memenuhi permintaan konsultasi yang menyangkut pertimbangan
dan pendapat terkait pengambilan kebijakan pengelolaan keuangan daerah,
apalagi permintaan agar BPK ikut membantu pemerintah daerah dalam
mengelola keuangan dan menyusun LKPD. Atas permintaan seperti itu,
BPK senantiasa menyarankan kepada pemerintah daerah untuk mengkaji
kembali ketentuan peraturan perundang-undangan dan berkonsultasi
kepada gubernur/menteri dalam negari sebagai Pembina pengelolaan
keuangan daerah.
Saudara – Saudara yang berbahagia
Bagi BPK, syarat utama tercapainya opini “WTP” adalah “keterbukaan”
Pemerintah Daerah untuk menyajikan dan mengungkapkan seluruh
transaksi keuangan yang dilakukannya dan seluruh kekayaan yang
dikuasai dan dimilikinya. Selanjutnya, keterbukaan tersebut perlu
didukung dengan bukti yang relevan dan valid sehingga dapat diuji.
Oleh karenanya, agar LKPD TA 2011 nantinya, dapat mencapai opini
WTP, BPK meminta adanya wujud komitmen perbaikan tata kelola
keuangan secara nyata dan terarah, berupa upaya
1. Perbaikan posisi kekayaan Pemerintah Daerah di awal tahun anggaran
2010.
2. Perbaikan sistem dan prosedur agar kelemahan dalam pengelolaan
keuangan sebelumnya tidak terjadi lagi di masa mendatang; serta
3. Melakukan koreksi atas permasalahan-permasalahan yang diungkapkan
dalam LHP BPK.
Selanjutnya, sesuai ketentuan Pasal 20 ayat (3) UU 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, paling
lambat 60 hari sejak hari ini, Kepala Daerah berkewajiban menyampaikan
perkembangan tindak lanjut yang dilakukan meskipun masih pada tahap
awal dari suatu proses tindak lanjut. Inilah pentingnya, rencana aksi
(action plan) dibuat agar proses perbaikan yang dilakukan menjadi jelas,
terarah, dan terpadu. Agar rencana aksi tersebut dapat disusun dengan
baik, Kepala Daerah perlu melakukan telaahan yang komprehensif atas
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK ini. Dengan rencana aksi yang tepat dan
komitmen yang tinggi dari Pemerintah Daerah dan para pejabat yang
terkait, BPK yakin pengelolaan dan tanggung jawab keuangan pemerintah
daerah akan meningkat kualitasnya.
7
Khusus kepada DPRD, BPK mengharapkan DPRD dapat menindaklanjuti
LHP BPK ini dengan melakukan pembahasan sesuai dengan
kewenangannya. Agar pembahasan dapat menjadi focus, DPRD dapat saja
membentuk alat kelengkapan tersendiri seperti halnya Badan Akuntabiltas
Keuangan Negara (BAKN) di DPR RI atau Panitia Akuntabilitas Publik
(PAP) di DPD RI.
Saudara-saudara yang berbahagia,
BPK sangat menghargai atas respon DPRD dan pejabat di Pemerintah
Daerah yang telah menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK selama ini.
BPK pun mengharapkan agar Pimpinan dan Anggota DPRD dapat
memanfaatkan serta menggunakan secara bijak informasi dalam Laporan
Hasil Pemeriksaan ini. Sekali lagi, BPK mengucapkan terima kasih atas
kerja sama dan perhatian Pimpinan DPRD yang terhormat serta Kepala
daerah.
Demikian yang dapat BPK sampaikan kepada DPRD dan Kepala Daerah
beserta jajarannya. Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas kerja
sama dan perhatiannya.
Terima kasih
Wabilahittaufik wal hidayah
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Kepala Perwakilan Provinsi Jawa Barat
BPK RI
Slamet Kurniawan, M.Sc, Ak
8
Download