RPP kimia SK1 Kelas XI IPA

advertisement
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM
Nama Sekolah
: MAN 3 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas / Semester
: XI IPA / 1
Standar Kompetensi : 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat
periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat senyawa.
Kompetensi dasar
: 1.1. Menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum
untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital
serta menentukan letak unsur dalam tabel periodik.
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1. Menjelaskan teori atom Niels Bohr.
2. Menjelaskan teori atom mekanika kuantum.
3. Menentukan bilangan kuantum (kemungkinan elektron berada).
4. Menggambarkan bentuk orbital.
5. Menjelaskan kulit dan sub kulit serta hubungannya dengan bilangan
kuantum.
Tujuan:
1. Siswa dapat menjelaskan ide pokok dari teori atom Niels Bohr
2. Siswa dapat menjelaskan ide pokok dari teori atom mekanika kuantum
3. Siswa dapat menentukan bilangan kuantum yang diperbolehkan untuk
keberadaan elektron
4. Siswa dapat mengidentifikasi bentuk orbital s, p dan d
5. Siswa dapat menjelaskan hubungan kulit dan sub kulit dengan bilangan
kuantum.
Materi Ajar :
Materi ke-1 :
Teori atom Niels Bohr :
1. Bohr merupakan orang yang pertama menghubungkan teori struktur atom
dengan tingkat energi elektron untuk menjelaskan spektrum.
2. Teori atom Bohr berhasil menjelaskan struktur atom hidrogen, tetapi belum
dapat menerangkan atom berelektron banyak.
3. Spektrum atom berupa spektrum garis.
4. Menurut Bohr spektrum garis menunjukan bahwa elektron dalam atom hanya
dapat beredar pada lintasan-lintasan dengan tingkat energi tertentu
5. Lintasan elektron berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu yang disebut
sebagai kulit atom
6. Setiap kulit ditandai dengan suatu bilangan yang disebut bilangan kuantum
(n),
7. Bilangan kuantum dimulai dari kulit paling dalam n = 1,2,3,4,dst dan
dinyatakan dengan lambang K,L M,N
8. Elektron dapat berpindah ke energi yang lebih tinggi dengan menyerap
energi, kemudian akan kembali ke energi yang lebih rendah dengan
memancarkan radiasi elektromagnetik
Kekurangan teori atom Bohr disempurnakan dengan teori atom mekanika
kuantum.Teori atom mekanika kuantum berakar pada hipotesis Prince Louis de
Broglie dan Werner Heisenberg.
a. HIPOTESIS LOUIS DE BROGLIE
 Mengemukakan gagasan konsep dualisme materi
 Partikel memiliki sifat gelombang dan diskrit
 Gerakan partikel mempunyai ciri-ciri gelombang
 = h/mv
b. AZAS KETIDAKPASTIAN WERNER HEISENBERG
 Dalam merumuskan persamaan gelombang ,Erwin Schrodinger
memperhitungkan dualisme sifat elektron, yaitu sebagai partikel
sekaligus sebagai gelombang
 Peluang menemukan elektron pada setiap titik dalam ruang disekitar
inti ditentukan oleh kuadrat fungsi gelombangnya 2
 Daerah dengan peluang terbesar menemukan elektron disebut dengan
orbital
 Istilah lain untuk menyatakan peluang menemukan elektron adalah
densitas elektron
Materi ke-2 :
BILANGAN KUANTUM
Bilangan kuantum berguna menggambarkan kedudukan posisi elektron suatu atom
dan membedakannya dari elektron yang lain
1. Bilangan kuantum utama ( n )
Bilangan kuantum utama menunjukkan posisi elektron pada tingkat energi
utama/kulit. Dari n yang dimiliki elektron dapat diketahui nomor kulit yang
ditempati elektron tersebut.
N
1
2
3
4
5
6
7
Kulit
K
L
M
N
O
P
Q
2. Bilangan kuantum azimut
Bilangan kuantum azimuth menunjukkan posisi electron dalam sub kulit
l = 0, 1, 2, 3 . . . (n-1)
Nilai l diwakili oleh huruf s, p, d, f
3. Bilangan kuantum magnetic (m)
Kuantum magnetik (m) menunjukkan orientasi electron pada orbital. Nilai
bilangan kuantum magnetik bergantung pada nilai subkulit. Rentang nilainya
antara –l dan +l
L
Subkulit
M
Jumlah Orbital
0
S
0
1
1
P
-1,0,+1
3
2
D
-2,-1,0,+1,+2
5
3
F
-3,-2,1,0,+1,+2,+3
7
4. Bilangan kuantum spin
Bilangan kuantum spin (s) menunjukkan arah orbital elektron dalam orbital.
Seiap orbital maksimum hannya boleh berisi dua electron yang memiliki
arah spin yang berlawanan. Arah spin tersebut dilambangkan dengan dua
anak panah yang memiliki arah berlawanan dalam satu kotak dan
mempunyai nilai +1/2 dan –1/2. Jumlah elektron maksimum dalam subkulit
dapat dikrtahui dari jumlah orbital yang dimiliki sub kulit tersebut
Jumlah elektron maksimum = 2 x jumlah orbital
Jumlah Elektron Maksimum dalam Subkulit
Jumlah Elektron
Jumlah
Subkulit
Maksimum
Orbital
S
1
2
P
3
6
D
5
10
F
7
14
Bentuk Orbital
Orbital mempunyai daerah orientasi dan bentuk ruang tertentu tergantung
bilangan kuantum azimutnya. Makin besar bilangan kuantum azimut makin rumit
dan kompleks daerah orientasi dan bangun ruang dari orbital.
 Orbital s
Orbital s mempunyai daerah orientasi dan bentuk ruang seperti bola
pada pusat sumbu.
 Orbital p
Orbital p mempunyai bentuk ruang seperti balon terpilin.
 Orbital d
Orbital d mempunyai orientasi dan bentuk yang agak rumit daripada
orbital p.
 Orbital f
Orbital f mempunyai orientasi dan bentuk orbital yang sangat rumit
untuk dipaparkan.
Materi ke-3 :
1. Penggolongan Unsur
a. Golongan Utama atau Golongan A
Unsur-unsur golongan utama adalah unsur-unsur yang pengisian
elektronnya berakhir pada subkulit s atau p. Nomor golongan utama
ditunjukan oleh elektron valensi dan unsur-unsur dalam satu golongan
mempunyai kemiripan sifat. Dalam sistem periodik terdapat 8 golongan
utama, yaitu golongan IA sampai dengan VIIIA.
b. Golongan Transisi atau Golongan B
Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur yang pengisiannya berakhir
pada subkulit d. Nomor golongan pada unsur-unsur transisi tidak sesusai
dengan jumlah elektron valensinya, tetapi mencerminkan jumlah
maksimum elektron yang tersedia untuk pembentukan ikatan atau bilangan
oksidasi maksimum unsur dalam senyawa. Dalam sistem periodik terdapat
10 golongan unsur transisi, yaitu golongan IB sampai dengan VIIIB
(golongan VIIIB terdiri atas 3 golongan).
c. Unsur-Unsur Transisi Dalam
Unsur-unsur transisi dalam adalah unsur-unsur yang pengisia
elektronnya berakhir pada subkulit f. Terdiri dari unsur-unsur Lantanida
dan Aktinida. Kedua deret unsur-unsur transisi dalam tersebut termasuk
pada golongan IIIB, tetapi ditempatkan terpisah di bagian bawah tabel
periodik unsur.
2.
Hubungan golongan dengan konfigurasi elektron
Kemiripan sifat unsur-unsur satu golongan disebabkan unsur dalam satu
golongan mempunyai jumlah elektron valensi yang sama
Contoh :
2
2
3
2
3
7N : 1s 2s 2p → elektron valensi terletak pada sub kulit 2s 2p , jadi
termasuk golongan VA.
2
2
6
2
6
1
1
19K : 1s 2s 2p 3s 3p 4s → elektron valensi terletak pada sub kulit 4s ,
jadi termasuk golongan IA.
2
Co
:
1s
2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d7 → elektron valensi terletak pada sub kulit
27
4s2 3d7, jadi termasuk golongan VIIIB.
3.
Hubungan Periode dengan Konfigurasi Elektron
Dalam sistem Periodik, , lajur mendatar atau horizontal disebut periode. Unsurunsur dalam satu periode disusun menurut kenaikkan nomor atomnya.
Berdasarkan konfigurasi elektron pada subkulit nomor periode ditunjukkan oleh
bilangan kuantum utama (n) terbesar. Setiap periode dimulai dari pengisian
subkulit ns dan diakhiri dengan subkulit np. Dalam sistem periodik modern
terdiri atas 7 periode.
Metode pendekatan:
 Diskusi informasi
 Penugasan
Alokasi Waktu
6 Jam pelajaran
Pertemuan Pertama: (2 jam pelajaran)
Skenario Pembelajaran
Tahaptahap
Pra
Pembukaan
Pembukaan
Langkah Pembelajaran
a.
Guru memasuki kelas dan memberi salam
Mengkondisikan kelas
Mengecek kehadiran siswa
Apersepsi
Di kelas X telah dipelajari perkembangan teori
atom, mulai dari teori paling sederhana yang
dikemukakan oleh John Dalton sampai teori
atom modern yang disebut teori atom mekanika
kuantum. Apakah kamu masih ingat ide pokok
dalam masing-masing teori tersebut? Sekarang
kita akan membahas lebih jauh tentang teori
atom Niels Bohr dan teori atom mekanika
kuantum. Kita akan membahas fakta-fakta
eksperimen yang mendasari kedua teori atom itu
sehingga kita dapat memahaminya secara utuh.
Karakter
Jujur,
disiplin, peka
Rasa ingin
tahu,
komunikatif,
berani
bertanya.
b. Motivasi
Berdasarkan teori atom mekanika kuantum,
siswa dapat memahami sifat-sifat unsur dalam
sistem periodik serta pembentukan ikatan kimia.
Eksplorasi :
Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan Peka,
materi pembelajaran mengenai teori atom Niels demokrasi,
Bohr dan teori atom mekanika kuantum dari komunikatif.
buku-buku atau sumber internet di sekolah atau
melalui sumber-sumber lain yang relevan.
Kegiatan
Inti
Elaborasi :
- Berdasarkan hasil searching siswa, guru
menjelaskan tentang sifat teori atom Niels Bohr
dan teori atom mekanika kuantum
Kerjasama,
- Diskusi
jujur,
- Guru dan siswa tanya jawab tentang teori atom disiplin.
Bohr dan teori atom mekanika kuantum
Konfirmasi :
- Siswa menyimpulkan tentang hal-hal yang
kritis, teliti.
-
Penutup
belum diketahui
Siswa menjelaskan tentang hal-hal yang belum
diketahui
Evaluasi :
Guru mencatat dan memberi penilaian kepada
setiap individu berdasarkan keaktifan dan
kontribusi siswa untuk peran sertanya memberikan
kontribusi pada tanya jawab dan latihan soal
Tanggung
Simpulan :
jawab, kritis,
Guru menyimpulkan ide pokok dalam teori Niels
teliti
Bohr dan teori kuantum Max Planck bersama
siswa.
Tugas :
Guru memberikan tugas, pengayaan materi atau
menyampaikan materi yang akan datang
Pertemuan Kedua: (2 jam pelajaran)
Skenario pembelajaran
Tahaptahap
Pra
Pembukaan
Pembukaan
Kegiatan
Inti
Langkah Pembelajaran
- Guru memasuki kelas dan memberi salam
- Mengkondisikan kelas
- Mengecek kehadiran siswa
a. Apersepsi
Karakter
Jujur,
disiplin, peka
Mengingat materi pada pertemuan pertama
dan bertanya kepada siswa tentang materi Rasa ingin
tahu,
sebelumnya.
komunikatif,
b. Motivasi
berani
Berdasarkan teori atom mekanika kuantum, bertanya.
kita dapat mengetahui bilangan-bilangan
kuantum.
Peka,
Eksplorasi :
Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan demokrasi,
materi pembelajaran mengenai teori atom komunikatif.
mekanika kuantum atom dari buku-buku atau
sumber internet di sekolah atau melalui sumbersumber lain yang relevan.
Kerjasama,
jujur,
Elaborasi :
- Berdasarkan hasil searching siswa, guru disiplin,
menjelaskan tentang bilangan kuantum
tanggung
- Diskusi
jawab.
Konfirmasi :
-
Penutup
Siswa menyimpulkan tentang hal-hal yang
belum diketahui
Siswa menjelaskan tentang hal-hal yang belum
diketahui
Tanggung
jawab, kritis,
teliti.
Evaluasi :
Guru mencatat dan memberi penilaian kepada
setiap individu berdasarkan keaktifan dan
kontribusi siswa untuk peran sertanya memberikan
kontribusi pada tanya jawab dan latihan soal
Tanggung
jawab, kritis,
Simpulan :
Guru menyimpulkan ide pokok dalam bilangan teliti
kuantum bersama siswa.
Tugas :
Guru memberikan tugas, dan untuk pertemuan
selanjutnya
Pertemuan Ketiga: (2 jam pelajaran)
Skenario pembelajaran
Tahaptahap
Pra
Pembukaan
Langkah Pembelajaran
- Guru memasuki kelas dan memberi salam
- Mengkondisikan kelas
- Mengecek kehadiran siswa
a. Apersepsi
Karakter
Jujur,
disiplin, peka
Pembukaan
Mengingat materi pada pertemuan pertama
dan bertanya kepada siswa tentang materi
Rasa ingin
sebelumnya.
tahu,
b. Motivasi
komunikatif,
Berdasarkan teori atom mekanika kuantum, berani
siswa dapat mengetahui tentang kulit dan sub bertanya.
kulit serta hubungannya dengan bilangan
kuantum.
Kegiatan
Inti
Peka,
Eksplorasi :
Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan demokrasi,
materi pembelajaran mengenai teori atom komunikatif.
mekanika kuantum atom dari buku-buku atau
sumber internet di sekolah atau melalui sumbersumber lain yang relevan.
Kerjasama,
jujur,
Elaborasi :
- Berdasarkan hasil searching siswa, guru disiplin,
menjelaskan menjelaskan hubungan kulit dan tanggung
sub kulit dengan bilangan kuantum
jawab.
- Diskusi informasi
Tanggung
jawab, kritis,
teliti.
Konfirmasi :
- Siswa menyimpulkan tentang hal-hal yang
belum diketahui
- Siswa menjelaskan tentang hal-hal yang belum
diketahui
Penutup
Evaluasi :
Guru mencatat dan memberi penilaian kepada
setiap individu berdasarkan keaktifan dan
kontribusi siswa untuk peran sertanya memberikan
kontribusi pada tanya jawab dan latihan soal
Tanggung
jawab, kritis,
Simpulan :
Guru menyimpulkan hubungan kulit dan sub kulit teliti
dengan bilangan kuantum bersama siswa.
Tugas :
Guru memberikan tugas, dan untuk pertemuan
selanjutnya
Alat / Bahan / Sumber Belajar
:
 Budi Utami, dkk. (2009). Kimia Untuk SMA dan MA Kelas XI,Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
 J.M.C. Johari and M. Rachmawati. (2010). CHEMISTRY 2A. Jakarta
:Erlangga
Penilaian:
a. Teknik Penilaian: Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen: Pretest dan postest (terlampir), tanya jawab
c. Instrumen Penilaian:
Penilaian proses pembelajaran
Penilaian
No.
Afektif
Nama Siswa
I
1
2
3
Keterangan :
Afektif I : Kedisiplinan
II : Perhatian
III : Tangungjawab
II
III
Psikomotorik
IV
I
II
III
IV
Kognitif
I
II
IV : Ketekunan
Psikomotorik
I
: Menjawab Pertanyaan
II
: Bertanya
III
: Menanggapi pertanyaan
IV
: Mengemukakan ide
Kognitif
I : Pretest/postest
II : Ulangan Harian
Rentang Nilai :
>79
A
68-79
B
55-67
C
<55
D
Keterangan :
A : Memuaskan
B : Baik
C : Cukup
D : Kurang
Yogyakarta, 24 Juli 2012
Mengetahui
Guru Pembimbing PPL
Mahasiswa PPL
Supri Madyo Purwanto, S.Pd
Aditya Dwicahyo Wibowo
NIP : 19670902 199903 1 002
NIM : 09303244023
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
STRUKTUR ATOM - 2
(KONFIGURASI ELEKTRON DAN SISTEM PERIODIK UNSUR)
Nama Sekolah
: MAN 3 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas / Semester
: XI IPA / 1
Standar Kompetensi : 1.
Kompetensi dasar
Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat
periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat
senyawa.
: 1.1. Menjelaskan teori atom Bohr dan mekanika kuantum
untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram
orbital serta menentukan letak unsur dalam tabel
periodik.
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1. Menggunakan azas larangan Pauli, prisip aufbau, dan aturan Hund untuk
menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital.
2. Menghubungkan konfigurasi elektron suatu unsur dengan letaknya dalam
tabel periodik.
Tujuan:
Siswa dapat :
1. Menuliskan konfigurasi elektron menurut teori atom mekanika kuantum.
2. Menulisklan diagram orbital
3. Menentukan letak unsur dalam sistem periodik berdasarkan konfigurasi
elektronnya atau sebaliknya.
Materi Ajar:
ATURAN KONFIGURASI ELEKTRON
Elektron tersusun dalam atom mengikuti tiga aturan, yaitu prinsip
Aufbau,azas larangan Pauli, dan kaidah Hund.
a. Prinsip Aufbau
Pengisian elektron dimulai dari tingkat energi terendah ke tingkat energi
yang lebih tinggi.
n = 1 1s
n = 2 2s
2p
n = 3 3s
3p
3d
n = 4 4s
4p
4d
4f
n = 5 5s
5p
sd
sf
n = 6 6s
6p
6d
n = 7 7s
7p
Menurut tingkat energinya, orbital dituliskan sebagai berikut:
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6 7s2 5f14
6d10 7p6
b. Azas Larangan Pauli
Dalam suatu atom, tidak mungkin ada dua elektron yang harga
keempat bilangan kuantumnya sama
Contoh:
1H
1s1
2He
2s2
n=1
n=1
l=0
m=0
s= +
l=0
m=0
s= -
c. Kaidah Hund
Pengisian elektron pada orbital yang tingkat energinya sama. Setiap
orbital diisi masing-masing satu elektron dengan arah yang sama. Setelah
semua orbital terisi satu baru mengisi orbital dengan elektron berpasangan.
Metode pendekatan:
 Diskusi informasi
 Penugasan
Alokasi Waktu
2 Jam pelajaran (1 x pertemuan)
Skenario Pembelajaran
Tahaptahap
Pra
Pembukaan
Pembukaan
Langkah Pembelajaran
- Guru memasuki kelas dan memberi salam
- Mengkondisikan kelas
- Mengecek kehadiran siswa
a. Apersepsi
Karakter
Jujur,
disiplin, peka
Mengingat kembali tentang konfigurasi elektron
kelas X dan mengingat kembali materi Rasa ingin
sebelumnya.
tahu,
komunikatif,
b. Motivasi
Berdasarkan teori atom mekanika kuantum, berani
siswa dapat mengetahui konfigurasi elektron bertanya.
dalam sistem periodik unsur.
Kegiatan
Inti
Peka,
Eksplorasi :
 Siswa diberi kesempatan untuk mencari demokrasi,
bahan materi pembelajaran mengenai teori komunikatif.
atom mekanika kuantum atom dari buku-
buku atau sumber internet di sekolah atau
melalui sumber-sumber lain yang relevan.
 Guru membahas konfigurasi electron
berdasarkan tentang teori atom mekanika Kerjasama,
jujur,
kuantum
disiplin,
Elaborasi :
tanggung
 Guru membahas hubungan konfigurasi jawab.
elektron dengan sistem periodik
 Diskusi informasi
Konfirmasi :
- Siswa menyimpulkan tentang hal-hal yang
belum diketahui
- Siswa menjelaskan tentang hal-hal yang belum
diketahui
Tanggung
jawab, kritis,
teliti.
Evaluasi :
Guru mencatat dan memberi penilaian kepada
setiap individu berdasarkan keaktifan dan
kontribusi
siswa untuk peran sertanya
memberikan kontribusi pada tanya jawab dan
latihan soal
Penutup
Tanggung
jawab, kritis,
Simpulan :
Guru menyimpulkan aturan-aturan penulisan teliti
konfigurasi elektron dan hubungan konfigurasi
elektron dengan sistem periodik bersama siswa.
Tugas :
Guru memberikan tugas, pengayaan materi atau
menyampaikan materi yang akan datang
Alat / Bahan / Sumber Belajar
:
 Budi Utami, dkk. (2009). Kimia Untuk SMA dan MA Kelas XI,Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
 J.M.C. Johari and M. Rachmawati. (2010). CHEMISTRY 2A. Jakarta
:Erlangga
Penilaian:
a. Teknik Penilaian: Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen: Pretest dan postest (terlampir), tanya jawab
c. Instrumen Penilaian:
Penilaian proses pembelajaran
Penilaian
No.
Afektif
Nama Siswa
I
II
III
Psikomotorik
IV
I
II
III
Kognitif
IV
I
II
1
2
3
Keterangan :
Afektif I : Kedisiplinan
II : Perhatian
III : Tangungjawab
IV : Ketekunan
Psikomotorik
I
: Menjawab Pertanyaan
II
: Bertanya
III
: Menanggapi pertanyaan
IV
: Mengemukakan ide
Kognitif
I : Pretest/postest
II : Ulangan Harian
Rentang Nilai :
>79
A
68-79
B
55-67
C
<55
D
Keterangan :
A : Memuaskan
B : Baik
C : Cukup
D : Kurang
Yogyakarta, 24 Juli 2012
Mengetahui
Guru Pembimbing PPL
Mahasiswa PPL
Supri Madyo Purwanto, S.Pd
Aditya Dwicahyo Wibowo
NIP : 19670902 199903 1 002
NIM : 09303244023
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
GEOMETRI MOLEKUL
Nama Sekolah
: MAN 3 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas / Semester
: XI IPA / 1
Standar Kompetensi : 1.
Kompetensi dasar
Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat
periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat
senyawa.
: 1.2. Menjelaskan teori jumlah pasangan elektron di sekitar
inti atom dan teori hibridisasi untuk meramalkan
bentuk molekul.
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1. Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori jumlah pasangan elektron
2. Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori hibridisasi.
Tujuan:
Siswa dapat :
1. Menentukan bentuk molekul berdasarkan teori domain elektron.
2. Meramalkan kepolaran molekul berdasarkan geometri molekulnya
3. Menjelaskan geometri molekul berdasarkan teori hibridisasi.
Materi Ajar :
1. Bentuk Geometri Molekul
Bentuk molekul berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam molekul.
Molekul-molekul sederhana dapat diramalkan bentuknya berdasarkan pemahaman
tentang struktur elektron dalam molekul. Cara meramalkan bentuk molekul
berdasarkan teori tolak menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusatnya,
yang disebut teori domain elektron.
a. Teori Domain Elektron
Teori domain elektron adalah suatu cara meramalkan bentuk molekul
bentuk molekul berdasarkan tolak menolak elektron-elektron pada kulit
luar atom pusat. Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori VSEPR
(valence shell electron pair repulsion). Domain elektron berarti kedudukan
elektron atau daerah keberadaan elektron. Jumlah domain elektron
ditentukan sebagai berikut :
 Setiap elektron ikatan (apakah ikatan tunggal, rangkap, atau rangkap
tiga) berarti 1 domain.
 Setiap pasangan elektron bebas berarti 1 domain.
Prinsip-prinsip dasar teori domain elektron adalah sebagai berikut :
 Antar domain elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak menolak
sehingga domain elektron akan mengatur diri (mengambil formasi)
sedemikian rupa sehingga tolak menolak di antaranya menjadi
minimum.
 Urutan kekuatan tolak menolak di antara domain elektron adalah
sebagai berikut:
Tolakan antardomain elektron bebas > tolakan antardomain elektron
bebas dengan domain elektron ikatan > tolakan antardomain elektron
ikatan. Perbedaan daya tolak ini terjadi karena pasangan elektron bebas
hanya terikat pada satu atom saja, sehingga bergerak lebih leluasa dan
menempati ruang lebih besar daripada pasangan elektron ikatan.
Akibat dari perbedaan daya tolak tersebut adalah mengecilnya sudut
ikatan karena desakan dari pasangan elektron bebas.
 Bentuk molekul hanya ditentukan oleh pasangan elektron terikat.
Tabel : Susunan
minimum
Jumlah
domain
elektron
2
3
4
5
6
ruang domain elektron yang menghasilkan tolakan
Susunan ruang
(geometri)
Besar
ikatan
Linear
Segitiga sama sisi
Tetrahedron
Bipiramida trigonal
180°
120°
109,5°
Ekuatorial=120°
Aksial=90°
90°
Oktahedron
sudut
b. Merumuskan Tipe Molekul
Jumlah domain (pasangan elektron) dalam suatu molekul, dapat
dinyatakan sebagai berikut :
 Atom pusat dinyatakan dengan lambing A,
 Domain elektron ikatan dinyatakan dengan X, dan
 Domain elektron bebas dinyatakan dengan E
Tabel : Berbagai emungkinan bentuk molekul yang atom pusatnya
mempunyai 4, 5, atau 6 pasangan electron
Jumlah PEI
4
3
2
5
Jumlah PEB
0
1
2
0
Rumus
AX4
AX3E
AX2E2
AX5
4
3
2
6
5
4
1
2
3
0
1
2
AX4E
AX3E2
AX2E3
AX6
AX5E
AX4E2
Bentuk molekul
Tetrahedron
Piramida trigonal
Planar bentuk V
Bipiramida
trigonal
Bidang empat
Planar bentuk T
Linear
Oktahedron
Piramida sisiempat
Segiempat planar
Contoh
CH4
NH3
H2O
PCl5
SF4
IF3
XeF2
SF6
IF5
XeF4
Tipe molekul dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Tentukan jumlah elektron valensi atom pusat (EV)
 Tentukan jumlah domain elektron ikatan (X)
 Tentukan jumlah domain elektron bebas (E)
(𝐸𝑉 − 𝑋)
𝐸=
2
Cara penetapan tipe molekul tersebut hanya berlaku untuk
senyawa biner berikatan tunggal. Untuk senyawa biner yang berikatan
rangkap atau ikatan kovalen koordinat (misalnya dengan oksigen), maka
jumlah elektron yang digunakan untuk membentuk pasangan terikat
menjadi 2 kali jumlah ikatan.
Selanjutnya, langkah-langkah untuk meramalkan geometri adalah
sebagai berikut :
 Menentukan tipe molekul
 Menggambar susunan ruang domain-domain elektron di sekitar atom
pusat yang memberi tolakan minimum.
 Menetapkan pasanagn terikat dengan menuliskan lambing atom yang
bersangkutan.
 Menentukan geometri molekul setelah mempertimbangkan pasangan
elektron bebas.
c. Molekul polar dan nonpolar
Suatu molekul akan bersifat polar jika memenuhi 2 syarat nerikut :
 Ikatan dalam molekul bersifat polar. Secara umum, ikatan antaratom
yang berbeda dapat dianggap polar.
 Bentuk molekul tidak simetris, sehingga pusat muatan positif tidak
berimpit dengan pusat muatan negatif.
2. Hibridisasi
Bentuk molekul dapat diramalkan dengan teori domain elektron. Namun
demikian, teori tersebut tidak menjelaskan bagaimana suatu molekul dapat
berbentuk seperti itu.
Hibridisasi adalah peleburan orbital-orbital dari tingkat energy yang berbeda
menjadi orbital-orbital yang setingkat. Jumlah orbital hibrida (hasil hibridisasi)
sama dengan jumlah orbital yang terlibat pada hibridisasi itu.
Tabel : Berbagai macam tipe hibridisasi
Orbital asal
Orbital hibrida
s, p
s, p, p
s, p, p, p
s, p, p, p, d
Sp
sp2
sp3
sp3d
Bentuk
orbital
hibrida
Linear
Segitiga sama sisi
Tetrahedron
Bipiramida trigonal
s, p, p, p, d, d
sp3d2
Oktahedron
Besar
sudut
ikatan
180°
120°
109,5°
Ekuatorial=120°
Aksial=90°
90°
Metode pendekatan:
 Diskusi informasi
 Penugasan
Alokasi Waktu
2 Jam pelajaran (1 x pertemuan).
Skenario Pembelajaran
Tahaptahap
Pra
Pembukaan
Pembukaan
Langkah Pembelajaran
- Guru memasuki kelas dan memberi salam
- Mengkondisikan kelas
- Mengecek kehadiran siswa
a. Apersepsi
Karakter
Jujur, disiplin,
peka
Mengaitkan materi teori bentuk geometri
molekul dengan hal ramal-meramal atau
membayangkan seseorang.
Rasa ingin tahu,
komunikatif,
b. Motivasi
Berdasarkan teori domain elektron dan berani bertanya.
hibridisasi, siswa dapat mengetahui bentuk
geometri suatu molekul.
Kegiatan
Inti
Eksplorasi :
 Siswa diberi kesempatan untuk mencari
bahan materi pembelajaran mengenai Peka, demokrasi,
teori domain elektron dan hibridisasi dari komunikatif.
buku-buku atau sumber internet di
sekolah atau melalui sumber-sumber lain
yang relevan.
 Guru membahas teori domain elektron
dan teori hibridisasi
Elaborasi :
Diskusi informasi
Konfirmasi :
- Siswa menyimpulkan tentang hal-hal yang
belum diketahui
- Siswa menjelaskan tentang hal-hal yang
belum diketahui
Penutup
Kerjasama, jujur,
disiplin,
tanggungjawab.
Tanggungjawab,
kritis, teliti.
Evaluasi :
Guru mencatat dan memberi penilaian kepada Tanggungjawab,
setiap individu berdasarkan keaktifan dan kritis, teliti
kontribusi
siswa untuk peran sertanya
memberikan kontribusi pada tanya jawab dan
latihan soal
Simpulan :
Guru menyimpulkan teori domain elektron
dan teori hibridisasi bersama siswa.
Tugas :
Guru memberikan tugas, pengayaan materi
atau menyampaikan materi yang akan datang
Alat / Bahan / Sumber Belajar
:
 Budi Utami, dkk. (2009). Kimia Untuk SMA dan MA Kelas XI,Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
 J.M.C. Johari and M. Rachmawati. (2010). CHEMISTRY 2A. Jakarta
:Erlangga
Penilaian:
a. Teknik Penilaian: Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen: Pretest dan postest (terlampir), tanya jawab
c. Instrumen Penilaian:
Penilaian proses pembelajaran
Penilaian
No.
Afektif
Nama Siswa
I
II
III
Psikomotorik
IV
I
1
2
3
Keterangan :
Afektif I : Kedisiplinan
II : Perhatian
III : Tangungjawab
IV : Ketekunan
Psikomotorik
I
: Menjawab Pertanyaan
II
: Bertanya
III
: Menanggapi pertanyaan
IV
: Mengemukakan ide
Kognitif
I : Pretest/postest
II : Ulangan Harian
II
III
IV
Kognitif
I
II
Rentang Nilai :
>79
A
68-79
B
55-67
C
<55
D
Keterangan :
A : Memuaskan
B : Baik
C : Cukup
D : Kurang
Yogyakarta, 24 Juli 2012
Mengetahui
Guru Pembimbing PPL
Mahasiswa PPL
Supri Madyo Purwanto, S.Pd
Aditya Dwicahyo Wibowo
NIP : 19670902 199903 1 002
NIM : 09303244023
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
GAYA ANTAR MOLEKUL
Nama Sekolah
: MAN 3 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas / Semester
: XI IPA / 1
Standar Kompetensi : 1.
Kompetensi dasar
Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat
periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat
senyawa.
: 1.3. Menjelaskan interaksi antar molekul (gaya antar
molekul) dan sifat zat.
Indikator Pencapaian Kompetensi:
1. Menjelaskan perbedaan sifat fisik (titik didih, titik leleh) berdasarkan perbedaan
gaya antar molekul (gaya van der waals, gaya London, dan ikatan hidrogen).
Tujuan:
Siswa dapat :
1. Menjelaskan perbedaan sifat fisik (titik didih, titik leleh) berdasarkan perbedaan
gaya antar molekul (gaya van der waals, gaya London, dan ikatan hidrogen).
Materi Ajar :
Gaya Antar Molekul
Gaya antar molekul adalah interaksi antar molekul melalui gaya elektrostatis yang
dipengaruhi oleh kepolaran suatu molekul senyawa.
Jenis gaya antar molekul :
1. Gaya Tarik-menarik Dipol-dipol(Gaya Van der Waals)
Gaya tarik-menarik dipol-dipol berlaku untuk molekul-molekul yang bersifat
polar. Molekul-molekul polar mempunyai dua kutub, yaitu kutub (dan
edua kutub ini merupakan dipol permanen. Dipol-dipol tersebut
selanjutnya akan saling tarik-menarik pada kutub yang berlawwanan. Pada
saat bersamaan, juga terjadi gaya tolek-menolak anatar kutup yang sejenis.
Secara keseluruhan gaya tarik menarik akan lebih besar daripada gaya tolak
menolak. Akibatnya, terdapat suatu netto(selisih yang positif-peny) gaya
tarik-menarik antar molekul. Inilah yang disebut dengan gaya Van der Waals.
Gambar gaya tarik-menarik dipole-dipol
Jika diperhatikan, susunan molekul-molekul polar di atas tidak teratur. Hal ini
dikarenakan adanya tumbukan antar molekul yang menyebabkan molekul
tersebut kehilangan orientasi. Akibatnya, efektifitas tarik menarikk
berkurang.
Gaya tarik menarik dipol-dipol ini jauh lebih lemah dibandingkan ikatan
kovalen anatar atom dalam masing-masing molekul itu sendiri, yakni hanya
sekitar 1%nya. Hal ini disebabkan muatan-muatan yang terlibat dalam gaya
antar-molekul iniadalah muatan parsial(dan , bukan muatan penuh.
2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen terbentuk antara atom H dari suatu molekul polar dengan
pasangan elektron bebas yang dimiliki atom berjari-jari kecil yang sangat
elektronegatif dari molekul polar lainnya. Atom-atom berjari-jari kecil yang
sangat elektronegatif itu ialah aton N, O dan F. Ikatan hidrogen merupakan
gaya tarik-menarik dipol-dipol antar molekul polar. Namun, ikatan ini
dibedakan dengan gaya van der Waals karena ikatanya sangat kuat, yaitu
sekitar 5-10 kali lebih besar.
Mengapa ikatan hidrogen lebih kuat? Hal ini dapat dipahami karena atom H
sendiri tidak memiliki kulit-kulit elektron terdalam sehingga elektronnya
dapat tertarik sangat kuat ke atom kecil yang sangat elektronegatif tersebut.
Ikatan hidrogen antara atom H dalam molekul polar dengan atom(yang
berada pada molekul lain) yang sangat elektronegatif dilambangkan dengan
H∙∙∙N, H∙∙∙O, H∙∙∙F.
Contoh senyawa yang mengalami ikatan hidrogen misalnya H2O, HF, dan
NH3. Perhatikan gambar dibawah ini,
a. Ikatan hydrogen
pada H2O
b. Ikatan hydrogen
pada HF
c. Ikatan hydrogen pada NH3
dan jarak ikatan antar
molekul
3. Gaya London(Gaya Tarik-menarik Dipol Sesaat-Dipol Terimbas)
Sekitar tahun 1930, ahli fisika jerman bernama Fritz London menjelaskan
bahwa partikel-pertikel(atom atau molekul) di dalam unsur atau senyawa
nonpolar juga dapat mengalami gaya antar partikel yang lemah. Gaya ini
disebut gaya tarik-menarik dipol-dipol terimbas atau gaya London atau
disebit juga gaya dispersi.
Interaksi ini terbentuk dengan tahap-tahap sebagai berikut,
Molekul
Molekul
Dua molekul nonpolar memiliki elektron-elektron
non-polar non-polar
yang terus menerus bergerak. Elektron ini
terdistribusi dalam molekul secara merata.

Dipol sesaat



Dipol sesaat
non polar

dipol terimbas
menurut teori kebolehjadian(peluang), ada saatnya
dimana elektron-elektron terkonsentrasi di satu sisi
dari molekul. Hal ini menyebabkan kerapatan
elektron molekul menjadi tersitribusi tidak merata.
Dengan kata lain, terbentuk kutub atau disebut
pembentukan dipol. Dipol ini bersifat sesaat, disebut
juga dipol sesaat.
Sisi bermuatan parsial negatif () dari dipol sesaat
akan mempengaruhi kerapatan elektron dari molekul
terdekatnya. Akibatnya molekul tersebut mengalami
dipol terimbas, karena elektron-elektron dalam
molekulnya mengalami gaya tolak menolak dengan
elektron pada molekul dipol sesaat. Terjadi tarik
menarik antara dipol sesaat- dipol terimbasatau
disebut gaya London
Gaya tarik menarik ini hanya terjadi sesaat, sebab
dipole sesaat dan dipole terimbas muncul dan hilang
mengikuti naik turunnya kerapatan electron




Dipol sesaat
Di lain waktu, dipole sesaat dan dipole terimbas
muncul dengan orientasi berbeda, yang menghasilkan
gaya tarik-menarik baru yang juga hanya sesaat.
dipol terimbas
Gaya London berlaku untuk molekul nonpolar maupun molekul polar. Jadi,
pada molekul nonpolar, selain ada gaya tarik-menarik antar dipole-dipol, juga
ada gaya tarik menarik dipole sesaat-sipol terimbas.
Gaya tarik menarik dipole sesaat-dipol terimbas bersifat lemah karena terjadi
sementara dan tidak terus menerus.
Ada 3 faktor yang mempengaruhi mudahnya awan elektron dalam molekul
mengalami deformasi sehingga terjadi gaya London, yaitu,
a. Ukuran molekul. Semakin beasr ukuran moleku, semakin mudah elektron
terdeformasi karena elektron luarnya cenderung tidak terikat dengan baik,
sehingga semakin mungkin terbentuk dipole sesaat dan dipole terimbas.
Artinya, gaya London makin kuat
b. Jumlah atom dalam molekul. Semakin banyak atom dalam molekul, makin
tersedia banyak tempat untuk terbentuknya dipole sesaat dan dipole terimbas,
sehingga kekuatan gaya London makin besar.
c. Bentuk molekul. Semakin kompak bentuk moleku, kemungkinan
terbentuknya dipole sesaat dan dipole terimbas makin kecil. Artinya, semakin
lemah gaya London yang bisa terjadi.
Pengaruh Gaya Antar Molekul terhadap Sifat Fisis Senyawa
1. Titik didih
Titik didih menggambarkan energi yang diperlukan untuk mengatasi agaya tarikmenarik antar molekul. Senyawa yang memiliki interaksi antar molekul yang kuat
akan memiliki titik didih yang relatif tinggi
2. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan suatu zat cair dipengarui oleh interaksi antar molekul at cair
itu. Semakin besar interaksi, semakin besar pula tegangan permukaannya.
3. Sifat membasahi permukaan oleh zat cair
Sifat membasahi terjadi karena penyebaran molekul zat cair pada permukaan
membentuk lapisan yang tipis. Apabila terjadi interaksi yang kuat antara
permukaan dan zat cair, zat cair tersebut akan lebih mudah membasahi
permukaan. Contohnya air pada permukaan gelas yang bersih dapat membentuk
lapisan tipis karena molekul air membentuk ikatan hidrogen terhadap atom O
yang terdapat pada gelas. Apabila gelas terkena minyak/ lemak, air tidak dapat
membasahinya karena air tidak membentuk ikatan yang kuat dengan
lemak(hidrokarbon).
4. Kekentalan
Semakin besar interaksi antar molekul yang terjadi pada senyawa berbentuk cair,
semakin besar kekentalanya. Kekentalan mempengaruhi gerak zat cair. Semakin
kental suatu zat cair, semakin sulit ia bergerak karena gaya antar sesama molekul
zat cair sangat kuat.
Metode pendekatan:
 Diskusi informasi
 Penugasan
Alokasi Waktu
4 jam Pelajaran (2 jam untuk Ulangan Harian)
Pertemuan Pertama: (2 jam pelajaran)
Skenario Pembelajaran
Tahaptahap
Pra
Pembukaan
Pembukaan
Langkah Pembelajaran
- Guru memasuki kelas dan memberi salam
- Mengkondisikan kelas
- Mengecek kehadiran siswa
a. Apersepsi
Jujur, disiplin,
peka
Mengingat materi tentang ikatan kimia kelas X
Rasa ingin
dan materi sebelumnya.
tahu,
komunikatif,
b. Motivasi
berani
Berdasarkan gaya antar molekul maka siswa bertanya.
dapat mengetahui perbedaan sifat fisik zat.
Eksplorasi :
 Siswa diberi kesempatan untuk mencari
bahan materi pembelajaran mengenai gaya
antar molekul dari buku-buku atau sumber
internet di sekolah atau melalui sumbersumber lain yang relevan.
 Guru membahas gaya antar molekul
Kegiatan
Inti
Karakter
Elaborasi :
Diskusi informasi
Konfirmasi :
- Siswa menyimpulkan tentang hal-hal yang
belum diketahui
- Siswa menjelaskan tentang hal-hal yang belum
diketahui
Peka,
demokrasi,
komunikatif.
Kerjasama,
jujur, disiplin,
tanggungjawa
b.
Tanggungjaw
ab,
kritis,
teliti.
Evaluasi :
Guru mencatat dan memberi penilaian kepada
setiap individu berdasarkan keaktifan dan
kontribusi
siswa untuk peran sertanya
memberikan kontribusi pada tanya jawab dan
latihan soal
Penutup
Simpulan :
Guru menyimpulkan teori domain elektron dan
teori hibridisasi bersama siswa.
Tugas :
Guru memberikan tugas, pengayaan materi atau
menyampaikan materi yang akan datang
Tanggungjaw
ab, kritis, teliti
Pertemuan kedua : Ulangan Harian ( 2 Jam Pelajaran )
Skenario Pembelajaran
Tahaptahap
Langkah Pembelajaran
Pembukaan
Kegiatan
Inti
Penutup
Karakter
- Guru memasuki kelas dan memberi salam
- Mengkondisikan kelas
- Mengecek kehadiran siswa
Ulangan Harian
Jujur, disiplin,
peka
Jujur
Tanggungjawab,
kritis, teliti
Simpulan :
Guru menyampaikan materi yang akan datang
Alat / Bahan / Sumber Belajar
:
 Budi Utami, dkk. (2009). Kimia Untuk SMA dan MA Kelas XI,Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
 J.M.C. Johari and M. Rachmawati. (2010). CHEMISTRY 2A. Jakarta
:Erlangga
Penilaian:
a. Teknik Penilaian: Tes tertulis
b. Bentuk Instrumen: Pretest/Postest, Ulangan Harian (terlampir), tanya jawab
c. Instrumen Penilaian:
Penilaian proses pembelajaran
Penilaian
No.
Afektif
Nama Siswa
I
II
III
Psikomotorik
IV
I
1
2
3
Keterangan :
Afektif I : Kedisiplinan
II : Perhatian
III : Tangungjawab
IV : Ketekunan
Psikomotorik
I
: Menjawab Pertanyaan
II
: Bertanya
III
: Menanggapi pertanyaan
IV
: Mengemukakan ide
II
III
IV
Kognitif
I
II
Kognitif
I : Pretest/postest
II : Ulangan Harian
Rentang Nilai :
>79
A
68-79
B
55-67
C
<55
D
Keterangan :
A : Memuaskan
B : Baik
C : Cukup
D : Kurang
Yogyakarta, 24 Juli 2012
Mengetahui
Guru Pembimbing PPL
Mahasiswa PPL
Supri Madyo Purwanto, S.Pd
Aditya Dwicahyo Wibowo
NIP : 19670902 199903 1 002
NIM : 09303244023
Download