BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Nabi Muhammad saw., setelah resmi diangkat menjadi Rasulullah, menyebarkan ajaran Agama Islam di Jazirah Arab dengan cara sembunyisembunyi, setelah pengikut Agama Islam telah banyak dari keluarga terdekat Nabi dan sahabat, maka turun perintah Allah untuk menyebarkan Islam secara terang-terangan. Namun dalam penyebarannya tidak berjalan mulus, Rasulullah dalam menyebarkan Islam mendapatkan tantangan dari suku Quraisy . Islam disebarkan dan dipertahankan dengan harta dan jiwa oleh para penganutnya yang setia membela Islam meski harus dengan pertumpahan darah dalam peperangan, sehingga Islam dapat berkembang dalam waktu yang relatif singkat. Sepeninggal Rasulullah saw., kepemimpinan Islam dipegang oleh Khulafā’ al-Rāsyidīn. Pada masa ini Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat, bahkan telah meluas ke seluruh Wilayah Arab. Meskipun Islam telah berkembang pada masa ini, namun juga banyak mendapat tantangan dari luar dan dalam Islam sendiri. Seperti pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib banyak terjadi pemberontakan di daerah hingga terjadi perang saudara. Salah satu perang dimasa Ali bin Abi Thalib ialah peperangan antara Muawiyah dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang menghasilkan abitrase, sehingga Muawiyah menggantikan posisi Ali bin Abi Thalib. Dampak yang ditimbulkan dari abitrase ini adalah pengikut Ali bin Abi Thalib bersepakat untuk membunuh Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah karena dianggap telah kafir dan halal dibunuh. Dalam rencana pembunuhan ini, hanya Ali bin Abi Thalib yang berhasil dibunuh. Berakhirlah masa Khulafā’ al-Rāsyidīn dan digantikan oleh pemerintahan Dinasti Umayyah dibawah pimpinan Muawiyah bin Abi Sofyan. Pada 1 masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Islam semakin berkembang dalam segala aspek hingga perluasan daerah kekuasaan. Setelah pemerintahan Dinasti Umayyah berakhir, maka pemerintahan Islam digantikan oleh pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti kedua dalam sejarah pemerintahan Umat Islam. Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti ini berdiri sebagai bentuk dukungan terhadap pandangan yang diserukan oleh Bani Hasyim setelah wafat Rasulullah saw., yaitu menyandarkan khilāfah kepada keluarga Rasulullah dan kerabatnya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana “Revolusi ‘Abbasiyah”? 2. Bagaimana Gerakan Sekitar Lahirnya Daulah ‘Abbasiyah? 3. Bagaimana Perkembangan Politik pada Masa Bani ‘Abbasiyah? 4. Bagaimana Perkembangan Sains? 5. Bagaimana Lembaga Pendidikan Madrasah? 6. Bagaimana Masa Kekuasaan Dinasti Buwaih? 7. Bagaimana Masa Kekuasaan Dinasti Saljuk? 8. Bagaimana Dinasti Fatimiyyah (Sebuah Model Negara)? 9. Bagaimana Dinasti Mamluk (Sumbangannya)? C. TUJUAN MASALAH 1. Menjelaskan “Revolusi ‘Abbasiyah”. 2. Menjelaskan Gerakan Sekitar Lahirnya Dawlah ‘Abbasiyah. 3. Menjelaskan Perkembangan Politik pada Masa Bani ‘Abbasiyah. 4. Menjelaskan Perkembangan Sains. 5. Menjelaskan Lembaga Pendidikan Madrasah. 6. Menjelaskan Masa Kekuasaan Dinasti Buwaih. 7. Menjelaskan Masa Kekuasaan Dinasti Saljuk. 8. Menjelaskan Dinasti Fatimiyyah (Sebuah Model Negara). 9. Menjelaskan Dinasti Mamluk (Sumbangannya). 2 BAB II PEMBAHASAN A. REVOLUSI ‘ABBASIYAH : GERAKAN SEKITAR LAHIRNYA DAULAH ‘ABBASIYAH Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Ummayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa ini adalah keturunan AlAbbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn AL-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) - 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode : 1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia petama. 2. Periode Kedua (232 H/847 M – 335 H/ 946 M), disebut masa pengaruh Turki pertama / Bani Buwaih. 3. Periode Ketiga ( 335 H/946M – 468 H/1075 M), disebut juga masa pengaruh Persia kedua. 4. Periode Keempat (468 H/1075 M – 576 H/1180 M), biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua / Bani Saljuk. 5. Periode Kelima (576 H/1180 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain.1 Raja-raja yang memerintah pada periode ini adalah sebagai berikut : 1. Peride pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M) a. Khalifah Abdullah al Abbas (132-136 H/750-754 M) 1 Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2015), hh 4950 3 Dengan nama lengkap Abu al Abbas Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Beliau diberi gelar Abu Abbas As-Saffah yang artinya “penumpah darah”. Lahir pada tahun 104 H di Humaimah. Dilantik sebagai khalifah pertama pada 13 Rabi’ul awal 132 H/750 M. Wafat pada 13 Dzulhijah 136 H ketika berusia 33 tahun dan memerintah selama 4 tahun 9 bulan. Jasa-jasa khalifah Abu Abbas As-Saffah adalah : Mengadakan rumah-rumah api untuk panduan musafir (lampulampu jalan raya untuk panduan orang-orang yang berjalan pada malam hari). Memperbaharui jalan dan meletakkan batu tanda jarak diantara Mekkah dengan Kuffah mengikut kiraan Batu Hasyimi. Memperkukuhkan angkatan tentara untuk mempertahankan ancaman musuh terutama dari Roma. Membuka Bandar baru di Iraq yang dinamakan Bandar Hasyimiah. b. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (136-158 H/754-775 M) Dengan nama lengkap Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Lahir pada tahun 101 H di Humaimah. Dilantik menjadi khalifah pada tahun 136 H atas wasiat Abu Abbas ketika berusia 35 tahun. Semasa hidupnya beliaulah orang kanan As-Saffah, berjuang bersama-sama dalam menegakkan Kerajaan Bani Abbasiyah. Beliau wafat pada tahun 158 H di Bikrul Maimun dalam perjalanan untuk mengerjakan haji ketika berusia 57 tahun. Memerintah selama 22 tahun dan dianggap sebagai bapak pembangun kerajaan Abbasiyah yang sebenarnya karena ditangan beliaulah kerajaan Abbasiyah berdiri dengan kukuh. Beliau berjaya menghapuskan segala anasir yang mengancam kerajaan. Memulakan pembangunan Negara secara lebih pesat serta memulakan gerakan mengkaji ilmu pengetahuan sehingga Kota Baghdad dianggap sebagai pusat pertemuan ilmu 4 pengetahuan dunia. Dan jasa-jasa khalifah Abu Ja’far Al-Mansur semasa pemerintahannya adalah sebagai berikut : Mendirikan Kota Baghdad di Iraq. Membina Istana yang indah. Membina sebuah pelabuhan yang besar di Sungai Furat untuk persinggahan kapal-kapal. Memajukan perkembangan ilmu pengetahuan, mempergiatkan usaha menterjemah buku-buku pengetahuan kedalam Bahasa Arab. Mendirikan sekolah tinggi yaitu “Baitul Hikmah”. c. Khalifah Al Mahdi (158-169 H/775-785 M) Dengan nama lengkap beliau adalah Muhammad al Mahdi bin al Mansur bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Lahir di Humaimah pada tahun 126 H. Dilantik menjadi khalifah pada tahun 158 H. Al Mahdi melantik Yahya al Barmak (anak Khalid bin Barmak) menjadi Menterinya. Beliau wafat pada tahun 169 H ketika berusia 43 tahun dalam perjalanan ke Jurjan untuk menjalankan tugasnya bersama anaknya Harun al Rasyid. Jasa-jasa khalifah al Mahdi adalah sebagai berikut : Membebaskan tahanan politik semasa pemerintahan ayahnya (Abu Ja’far al Mansur). Kecuali mereka yang bersalah dalam jenayah. Membina dan memperbaiki Istana. Membina kolam-kolam air sepanjang jalan untuk kemudahan musafir dan angkatan kafilah. Menempatkan orang yang berpenyakit kusta ditempat yang khas bagi mengelak dari penyakit. Memerintah agar menambah bangunan Masjidil Haram di Mekkah. Memberikan bayaran saguhati kepada penyair-penyair sebagai galakan. 5 d. Khalifah al Hadi (169-170 H/785-786 M) Nama lengkap beliau adalah Musa al Hadi bin Muhammad al Mahdi bin Abu Ja’far al Mansur. Lahir di Ray pada tahun 147 H dan diangkat sebagai khalifah setelah ayahnya meninggal sesuai dengan wasiat. Beliau wafat pada tahun 170 H dengan masa pemerintahannya pendek dan penuh dengan pemberontakan serta tidak berjaya melakukan pembangunan negara. Jasa-jasa pada masa khalifah al Hadi ini adalah: Membasmi kaum Zindiq e. Khalifah Harun Ar-Rasyid (170-193 H/786-809 M) Lahir pada tahun 145 H di Raiy. Pernah menjadi panglima perang menyerang Roma semasa ayahnya menjadi gubernur di Afrika Utara. Dilantik menjadi putra mahkota pada tahun 166 H dan menjadi khalifah pada tahun 170 H ketika berusia 25 tahun. Wafat pada tahun 193 H di Tus (Tours) dan memerintah selama 23 tahun. Jasa-jasa khalifah Harun Ar-Rasyid adalah : Menjadikan Baghdad sebagai pusat perdagangan antarbangsa. Mendirikan pusat-pusat pengajian rendah dan menengah serta memberi pelajaran dengan percuma. Menjemput para Ulama dan Cendekiawan ke Baghdad untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Mengusahakan penterjemahan buku-buku asing kedalam bahasa arab. Menjalin hubungan yang baik dengan negara-negara asing. Mendirikan Darul Hikmah (Perpustakaan awam). Membina tempat meneropong bintang untuk ahli ilmu falak. f. Khalifah Al Amin bin Harun Ar-Rasyid (193-198 H/809-813 M) Nama lengkap Abdullah Muhammad al Amin bin Harun ArRasyid. Lahir pada tahun 170 H dan dilantik menjadi khalifah pada tahun 193 H mengikuti wasiat ayahnya serta pernah menjadi gubernur di Syam. Beliau dilantik sebagai putra mahkota sebelum ayahnya wafat. Beliau mati terbunuh dalam peperangan saudara 6 menentang al Makmun pada tahun 198 H dan dibunuh oleh tentara Tahir bin Husain. Jasa-jasa khalifah al Amin adalah : Menumpas pemberontakan Menstabilkan krisis politik dalam negeri g. Khalifah al Makmun bin Harun Ar-Rasyid (198-218 H/813-833 M) Dengan nama lengkapnya adalah Abdullah Al Makmun bin Harun Ar-Rasyid. Lahir pada tahun 170 H/185 M yaitu pada hari pelantikan ayahandanya menjadi khalifah. Dilantik sebagai khalifah pada tahun 198 H ketika berusia 28 tahun dan pernah menjadi gubernur di Khurasan semasa al Amin. Beliau wafat pada tahun 218 H ketika berusia 48 tahun di Tarsus dalam perjalanannya menghadapi satu peperangan dengan Roma. Jasa-jasa pada masa khalifah al Makmun bin Harun Ar-Rasyid adalah berikut: Usaha-usaha menterjemahkan buku-buku asing kedalam bahasa arab. Mendirikan dua tempat pusat pengkajian angkasa lepas yaitu di Damsyik dan Baghdad. Menjemput para cerdik pandai ke Baghdad dan mereka diberi hadiah. Memperbaiki sistem hospital dan menambah bilangan hospital. Mendirikan sekolah dan diberi kemudahan kepada pelajarpelajar. Mempeluaskan dan memajukan Darul Hikmah. h. Khalifah al Muktasim bin Harun Ar-Rasyid (218-227 H/833-842 M) Dengan nama lengkap Abu Ishak Muhammad bin Harun Ar-Rasyid. Lahir pada tahun 179 H. Menjadi khalifah pada tahun 218 H selepas kewafatan Al Makmun dan diberi gelar Al Muktasim Billah yang artinya “yang berlindung kepada Allah”. Beliau pernah menjadi gubernur di Syam dan Mesir dan wafat pada tahun 227 H ketika berusia 48 tahun. Dan beliau memerintah selama 8 tahun 8 bulan 8 hari. Jasa-jasanya adalah : 7 Berhasil menghapuskan gerakan yang akan menjatuhkan pemerintahannya. Berhasil melucutkan jawatan kakitangan bangsa Arab dan Farsi secara berangsur-angsur. Berhasil menghapus golongan pemberontakan yaitu golongan Syi’ah. Berjaya mengalahkan tentara Roma yang membuat seangan ke atas Negara Islam yang disebut dengan peperangan Amuriah. i. Khalifah al Wathiq bin al Muktasim (227-232 H/842-847 M) Nama lengkap Abu Ja’far Harun Al Wathiq Billah bin al Muktasim. Lahir pada tahun 196 H dilantik menjadi khalifah pada tahun 227 H selepas wafat ayahandanya. Beliau wafat pada tahun 232 H ketika berusia 32 tahun. Jasa-jasa pada masa khalifah ini adalah : Beliau menolong ilmu pengetahuan sepenuhnya. Pada masa pemerintahannya banyak industri yang maju. Serta berhasilnya perdagangan yang lancar.2 2. Periode Kedua (232 H/847 M – 335 H/ 946 M) a. Al-Mutawakkil ‘Ala Allah (232-247 H/847-861 M) b. Al-Muntashir Billah Muhammad bin Abu Ja’far (247-248 H/861862 M) c. Al-Musta’in Billah bin Abu Abbas (248-252 H/862-866 M) d. Al-Mu’taz Billah bin Muhammad (252-256 H/866-869 M) e. Al-Muhtadi Billah (256-257 H/869-870 M) f. Al-Mu’tamid Billah (257-279 H/870-892 M) g. Al-Mu’tadhid Billah bin Ahmad (279-290 H/892-902) h. Al-Muktafi Billah bin Abu Muhammad (290-296 H/902-908 M) i. Al-Muqtadir Billah bin Abu Al-Fadhal (296-320 H/908-932 M) j. Al-Qahir Billah bin Abu Manshur (320-323 H/932-934 M) k. Al-Radhi Billah bin Abu Al-Abbas (323-329 H/934-940 M) l. Al-Muttaqi Lillah bin Abu Ishaq (329-333 H/940-944 M) 2 https://mrscd.files.wordpress.com/2008/04/nota-sejarah.pdf 8 m. Al-Mustakfi Billah bin Abu al-Qasim (333-335 H/944-946 M) 3. Periode Ketiga ( 335 H/946M – 468 H/1075 M) a. Al-Muthi’ Lillah bin Abu al-Qasim (335-364 H/946-974 M) b. Al-Thai’ Lillah bin Abu Bakar (364-381 H/974-991 M) c. Al-Qadir Billah bin Abu al-Abbas (381-423 H/991-1031 M) d. Al-Qaim Biamrillah bin Abu Ja’far (423-468 H/1031-1075 M) 4. Periode Keempat (468 H/1075 M – 576 H/1180 M) a. Muqtadi Biamrillah (468-487 H/1075-1094 M) b. Al-Mustazhir Abu al-Abbas (487-512 H/1094-1118 M) c. Al-Mustarsyid Billah (512-530 H/1118-1135 M) d. Al-Rasyid Billah (530-531 H/1135-1136 M) e. Al-Muqtafi Liamrillah (531-555 H/1136-1160 M) f. Al-Mustanjid Billah (555-566 H/1160-1170 M) g. Al-Mustadhi’ Biamrillah (566-576 H/1170-1180 M) 5. Periode Kelima (576 H/1180 M – 656 H/1258 M) a. An-Nashir Liddinillah (576-622 H/1180-1225 M) b. Adh-Dhahir Biamrillah (622-623 H/1225-1226 M) c. Al-Mustanshir Billah (623-640 H/1126-1242 M) d. Al-Mu’tashim Billah bin Abu Ahmad (640-656 H/1242-1258 M)3 Proses berdirinya Abbasiyah dengan tokoh-tokohnya melalui beberapa tahapan perjuangan, yaitu : 1. Adanya gerakan rahasia (100-129 H/718-746 M) atau identik gerakan bawah tanah. Gerakan ini dimaksudkan untuk menebarkan dan membentuk opini publik tentang keburukan pemerintahan Ummayah. 2. Adanya gerakan terang-terangan yaitu dengan ditaklukannya Khurasan dan Irak. Gerakan ini di bawah komando Abu Muslim Al Khurasani.4 3 https://brainly.co.id Istiananah Abu Bakar, M,Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Malang : UIN-Malang Press, 2008), hh 64-65 4 9 B. PERKEMBANGAN POLITIK Sebagai kekuatan baru yang mulai tumbuh dan ditegakkan di atas puing-puing kehancuran dinasti Ummayah, menjadikan langkah awal yang dijalankan oleh pemerintah bani Abbasiyah yang mewarisi seluruh luas bekas wilayah dinasti Ummayah. Beberapa langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintahan Abbasiyah antara lain sebagai berikut : 1. Melenyapkan kekuatan dinasti Ummayah yang tersisa Kenyataan masih adanya kekuatan Ummayah, menjadikan Abu Abbas menyiapkan suatu pasukan elit yang terdiri dari laskar-laskar pilihan di bawah pimpinan Abdullah bin Ali, paman Abu Abbas sendiri. Pasukan ini terus maju sampai ke lembah sungai al-Zab dan terjadi pertempuran yang sangat dahsyat antara pasukan Abbasiyyah melawan pasukan Ummayah yang berjumlah tidak kurang dari 120.000 orang. Tetapi karena semangat perang yang dimiliki pasukan Abbasiyyah sangat tinggi, akhirnya mereka dapat mengalahkan pasukan Ummayah. Semua kekuatan-kekuatan yang tersisa dan dianggap ancaman oleh dinasti Abbasiyah dilumpuhkan. Upaya-upaya itu dilakukan biar tidak ada lagi gangguan-gangguan yang akan muncul dalam perjalanan pemerintahan Abbasiyah, dan Abbasiyah terbebas dari ancaman dalam bentuk apapun. 2. Memadamkan upaya-upaya gerakan pemberontakan Beberapa pemberontakan dan ancaman kemudian muncul yang sewaktu-waktu mengancam kelangsungan daulat Abbasiyah. Ini adalah ancaman internal Abbasiyah, orang-orang yang dalam gerakan-gerakan ini adalah orang-orang di antaranya berjuang dalam rangka pendirian dinasti Abbasiyah yakni : a. Abdullah ibn Ali b. Abu Muslim al-Khurasani c. Gerakan Syi’ah5 5 Prof. Dr. Imam Fuadi, M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (yogyakarta : PT Teras, 2011), hh 114120 10 Masyarakat Islam pada masa Abbasiyah ini, mengalami kemajuanyang dipengaruhi faktor politik yaitu : 1. Pindahnya ibu kota negara dari Syam ke Irak dan Bagdad sebagai ibu kotanya (146 H). 2. Banyaknya cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintahan dan istana. 3. Diakuinya Muktazilah sebagai mazhab resmi negara pada masa khalifah Al Ma’mun pada tahun 827 M.6 C. PERKEMBANGAN SAINS a. Filsafat Filsafat muncul sebagai hasil integrasi antara Islam dengan kebudayaan klasik Yunani yang terdapat di Mesir, Suria, Mesopotamia, dan Persia, dan Al-Ma’mun. b. Kedokteran c. Pada masa dinasti Abbasiyah, ilmu kedokteran telah mencapai puncaknya yang tertinggi dan telah melahirkan para dokter yang sangat terkenal. d. Astronomi Ilmu ini yang membantu orang islam dalam menentukan letak kakbah serta garis politik para khalifah dan amir yang mendasarkan perhitungan kerjanya pada peredaran bintang. e. Matematika/Ilmu Pasti Ilmu ini dibawa oleh ilmuwan India pada masa khalifah Al Mansur dalam buku Sindahind, dan dari terjemahan buku ini yang telah dilakukan oleh Al Fazzari dikenallah sistemangka arab dan angka nol yang mempermudah dalam perhitungan, selanjutnya dikembangkan lagi oleh Al Khawarizmi dan Habash al Hasib dengan membuat tabel angka-angka. f. Geografi 6 Aunur Rahim Faqih & Munthoha, Pemikiran & Peradaban Islam, (yogyakarta, UII Press, 1998), hh 36-37 11 Pada masa dinasti Abbasiyah, daerah perdagangan semakin luas, hubungan kota Bagdad sebagai ibukota negara dengan kota-kota lain, baik darat maupun laut berkembang pesat dan lalu lintas ramai sekali. Hal itu menimbulkan kegiatan untuk berusaha memeudahkan perjalanan dan membuka jalan-jalan baru. Dalam bidang lain seperti optika kita kenal Ibn Haytham dengan teorinya bahwa bendalah yang mengirim cahaya ke mata dan karena menerima cahaya, maka mata dapat melihat benda itu. Dalam ilmu kimia dikenal Jabir Ibn Hayyan dan Abu Raihan Muhammad al Biruni (9731048 M) yang telah mengemukakan teori tentang bumi berputar sekitar as-nya, serta melakukan penyelidikan tentang kecepatan suara dan cahaya serta berhasil dalam menentukan berat dan kepadatan 18 macam permata dan metal.7 D. LEMBAGA PENDIDIKAN MADRASAH a. Ilmu Tafsir Pada masa Abbasiyah, ilmu tafsir mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan dilakukannya penafsiran secara sistematis, berangkai dan menyeluruh serta terpisah dari hadis. b. Ilmu Hadis Pada masa Abbasiyah, kegiatan dalam bidang pengkodifikasian hadis dilakukan pula dengan giat sebagai kelanjutan dari usaha para ulama sebelumnya. c. Ilmu Kalam Ilmu kalam lahir karena dorongan untuk membela Islam dengan pemikiran-pemikiran filsafat dari serangan orang-orang Kristen Yahudi yang mempergunakan senjata filsafat, dan untuk memecahkan persoalan-persoalan agama dengan kemampuan akal pikiran dan ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu kalam pada masa ini telah berjasa besar dalam upaya memelihara dan membentengi akidah Islam dengan menggunakan argumentasi manthiqi dan filosofis rasional. 7 Ibid, hh 48-51 12 d. Ilmu Fiqih Diantara kebanggaan zaman pemerintahan Abbasiyah pertama adalah terdapatnya empat imam mazhab fikih yang ulung yang merupakan para ulama fikih yang paling agung dan tiada tandinganaya di dunia Islam. Selain itu semua, bidang ilmu agama lain seperti nahwu dan tasawwuf juga mengalami kemajuan yang pesat.8 E. MASA KEKUASAAN DINASTI BUWAIH Sejarah dinasti Buwaihi berasal dari tiga bersaudara yaitu Ali, Hasan, dan Ahmad ibn Buwaihi. Ketiganya anak dari Buwaihi, keluarga miskin yang pekerjaannya mencari ikan di negeri Dailam.mereka diramalkan bahwa kelak akan memegang kekuasaan. Kemudian jauh hari, sukseslah keluarga Buwaihi menjadi penguasa di dalam dinasti Abbasiyah pada tahun 945 M, yang seterusnya nanti secara turun temurun dipegangnya sampai tahun 1055 M. Pada zaman pemerintahan ‘Adhdu al-Daulah inilah dinasti Buwaihi mencapai kemajuan yang pesat. Keadaan politik yang kurang stabil sebelumnya dapat diperbaiki dan hubungan dengan khalifah Al-Tha’i waktu itu dinilai harmonis. Pada masa ini penguasa dikenal sebagai seorang pencita ilmu dan mulai memakai gelar al-Malik. Kota Syiraz dan Ray menjadi pusat terpenting bidang politik,ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Bermunculan para ahli berbagai ilmu yang tidak terhitung jumlahnya. Diadakan perbaikan-perbaikan kota dan pembangunan gedung-gedung pemerintah serta rumah sakit dan meningkatkan hasil pertanian. Kemajuan-kemajuan diatas, juga diikuti oleh kemajuan perdagangan, bidang ekonomi, pertanian dan industri. Pada usia 47 tahun 11 bulan ‘Adhdu al-Daulah meninggal, dan terjadi perebutan kekuasaan sehingga tidak stabil. Dengan demikian, maka hancur dan jatuhlah kekuasaan bani Buwaihi yang telah memerintah selama kurang lebih 110 tahun. Di zaman Buwaihi inilah dikenal sebagai periode ketiga dinasti Abbasiyah dengan pengaruh Persianya. 8 Ibid, hh 43-48 13 F. MASA KEKUASAAN DINASTI SALJUK Di antara dinasti yang berhasil menguasai pusat kekuasaan Abbasiyah sekaligus memperkuat posisi pengaruhnya adalah dinasti Salajiqah. Dinasti ini merupakan pengganti dinasti Buwaihi yang menguasai Bagdad. Setelah mampu menguasai dinasti Abbasiyah ada beberapa langkah yang dilakukan oleh penguasa Saljuk untuk memajukan dinastinya, antara lain : a. Politik b. Ilmu Pengetahuan c. Seni dan Bangunan Setelah kemajuan telah didapatkan oleh pemerintah dinasti Salajiqah, perlahan-lahan mengalami kemunduran dan terjadi perebutan kekuasaan sehingga kekuatan mereka bertambah lemah. Selain faktor internal, faktor luar juga ikut menambahbeban berat bani Saljuk. Faktor luar itu adalah Perang Salib yang menguras energi umat Islam, banyak provinsi yang melepaskankan diri dari dari pemerintahan pusat, adanya konflik dalam keluarga, dan lahirnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri. Kekuasan dinasti Saljuk ini berakhi pada tahun 1199 M yang dengan demikian sekaligus menandai jatuhnya kekuasaan dinasti Salajiqah dalam wilayah dinasti Abbasiyah.9 G. DINASTI FATIMMIYAH : SEBUAH MODEL NEGARA ISMA’ILIYAH Fatimmiyah merupakan dinasti Syi’ah Isma’iliyah yang pendirinya adalah Ubaidillah al Mahdi yang datang dari Syiria ke Afrika Utara yang menisbahkan nasabnya sampai ke Fatimah putri Rosulullah dan isteri Khalifah keempat Ali bin Abi Thalib. Karena itu menanamkan Dinasti Fatimmiyah. Dinasti ini dipimpin oleh 14 Khalifah atau Imam di Afrika dan Mesir tahun 909-1171 M, selama lebih kurang 262 tahun atau kurang lebih 3 abad. 9 Prof. Dr. Imam Fuadi, M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (yogyakarta : PT Teras, 2011), hh 185208 14 Keberhasilan pemerintah Fatimmiyah ini ditandai dengan pindahnya pusat pemerintahan ke Kairo. Hampir seluruh daerah Afrika Utara bagian Barat dapat dikuasai Fatimmiyah, terutama setelah menaklukkan wilayah Maghrib dan menaklukkan Dinasti terakhir di Fusthath Ikhsyidiyyah. Dinasti Fatimmiyah ini akhirnya makin berkembang dalam berbagai aspek kehidupan, karena ditopang dengan kekuasaan yang luas dan mampu membangkitkan berbagai macam aksi. Sekitar tahun 1171 M, Dimasti Fatimmiyah ini berakhir. Dinasti ini banyak mencapai kemajuan peradaban dan peningkatan ekonomi dan penyebab kemunduran dan kehancuran Fatimmiyah disebabkan karena perpecahan diantara para khalifahnya.10 H. DINASTI MAMLUK : SUMBANGANNYA Pemerintah dinasti Mamluk memberikan sumbangan yang besar terhadap dunia islam dan berperan besar dalam sejarah Umat Islam, karena berhasil mengalahkan pasukan Mongol beberapa kali dan mengkikis habis pendudukan tentara salib di Timur kemudian Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Bagdad dari serangan Mongol dan juga para ilmuwan yang datang dari Timur dan Barat. Pada tahap berikutnya, ilmu berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran, astronomi, matematika dan ilmu agama. Dalam pemerintahan dinasti Mamluk, berkembang ilmu sosiologi dan filsafat sejarah dengan munculnya “Muqaddimah” Ibnu Khaldun, sebagai kitab pertama dalam bidang ini, disempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu peperangan dan ilmu kritik sejarah. Selain itu pada masa ini juga disebut dengan “Zaman Mawsu’at”, karena banyak lahir mawsu’at dan majmu’ah. Dinasti Mamluk juga banyak mengalami kemajuan di bidang arsitektur dan kemajuan dalam ilmu pengetahuan yang juga diikuti dalam bidang perindustrian yang ditandai dengan banyaknya pabrik. Karena kemajuan-kemajuan tersebut, Mesir khususnya Kairo menjadi pusat terpenting bagi perkembangan kebudayaan Islam dengan bahasa Arab sebagai basis, karena daerah lain yang dikuasai Mongol mengembangkan 10 http://Islamwiki.blogspot.co.id./2011/04/sejarah-dinasti-fatimmiyah.html., diakses pada 12 Maret 2017, pukul 20.40 15 budaya Islam yang sangat diwarnai Persia. Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Mamluk diperoleh berkat kepribadian dan wibawa sultan yang tinggi, menyukai ilmu pengetahuan dan solidaritas yang tinggi terhadap sesama islam.11 11 http://Ejornal.iai.-tribakti.ac.id./2013/09/kontribusi-dinasti-mamluk-terhadap-peradabanislam.html.,diakses pada 15 Maret 2017, pukul 07:45 16 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Ummayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa ini adalah keturunan AlAbbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn AL-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) - 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode : Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia petama. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/ 945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama. Periode Ketiga ( 334 H/9465M – 447 H/1055 M), disebut juga masa pengaruh Persia kedua. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain. B. SARAN Islam merupakan agama yang besar dengan perjalanan sejarah yang panjang. maka dari itu, marilah kita menggali lebih jauh lagi ilmuilmu yang berkaitan dengan sejarah Islamiah. Demi menguatkan keteguhan dan rasa kebanggaan hati kita terhadap agama Islam yang kita peluk ini. 17 DAFTAR RUJUKAN Aunur Rahim Faqih & Munthoha. 1998.Pemikiran & Peradaban Islam. Yogyakarta. UII Press. Dr. Badri Yatim. 2015.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. https://brainly.co.id http://ejournal.iai-tribakti.ac.id./2013/09/kontribusi-dinasti-mamluk-terhadapperadaban-islam.html http://Islamwiki.blogspot.co.id./2011/04/sejarah-dinasti-fatimmiyah.html https://mrscd.files.wordpress.com/2008/04/nota-sejarah.pdf Istiananah Abu Bakar, M,Ag. 2008.Sejarah Peradaban Islam. Malang. UINMalang Press. Prof. Dr. Imam Fuadi, M.Ag. 2011.Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta. PT Teras. 18