Catatan Kritis Atas Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun Anggaran 2009 Terhadap Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Untuk Masa Tanggap Darurat Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat TA 2009 di Padang 1 Oleh: Tim Analisa BPK – Biro Analisa APBN & Iman Sugema Pendahuluan Bencana Gempa Bumi yang menimpa daerah Sumatera Barat terjadi pada tanggal 30 September 2009 pukul 17.18 WIB berkekuatan 7,9 Skala Richter, lokasi di 0,84 LS – 99,65 BT berpusat (episentrum) di Samudera Hindia 57 km Barat Daya Pariaman dengan kedalaman 71 km dan gempa susulan terjadi pada pukul 17.38 WIB berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR), lokasi di 0,72 LS – 99,94 BT berpusat di Samudera Hindia 22 km Barat Daya Pariaman dengan kedalaman 110 km. Kemudian pada hari Kamis tanggal 1 Oktober 2009 pukul 09.00 WIB kembali terjadi gempa bumi berkekuatan 7,0 SR. Gempa ini telah meninggalkan penderitaan yang luar biasa bagi masyarakat, baik fisik maupun psikologis.Dari 19 Kabupaten dan Kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat, berdasarkan informasi terakhir tanggal 14 November 2009 diketahui bahwa dampak bencana gempa terjadi pada lima Kota dan delapan Kabupaten yang ada. Kota di Provinsi Sumatera Barat yang mengalami dampak bencana adalah: Kota Padang, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Solok, dan Kota Padang Panjang. Sementara dua kota lagi, yaitu Kota Payakumbuh dan Kota Sawahlunto tidak melaporkan adanya dampak berarti atas bencana gempa tanggal 30 September 2009 tersebut. Sementara untuk Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang mengalami dampak bencana adalah: Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Agam, Kabupaten Solok, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Pesisir Selatan. Sementara Kabupaten yang tidak mengalami adanya dampak serius atas bencana gempa yaitu: Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Sijunjung, dan Kabupaten Solok Selatan. Pemeriksaan atas Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi di Sumatera Barat pada Masa Tanggap Darurat bertujuan untuk menilai apakah proses pendanaan dan pengelolaan bantuan penanganan pasca bencana telah dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. 1 Code file : kutipan Bencana 2 2009 1 Hasil Pemeriksaan BPK Seperti tercantum dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Untuk Masa Tanggap Darurat Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2009 di Padang, hasil-hasil temuan pemeriksaan BPK adalah pertama Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Belum Membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah untuk Mengoptimalkan Kegiatan Penanggulangan Bencana di Sumatera Barat; kedua Sejumlah Bantuan Yang Diberikan Kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Belum Disalurkan Hingga Masa Tanggap Darurat Dinyatakan Berakhir; ketiga bantuan Uang Sebesar Rp2.30 milyar yang Dijanjikan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Belum Diterima dan Dimanfaatkan untuk Membantu Korban Bencana Gempa Bumi di Provinsi Sumatera Barat; keempat Bantuan Uang Sebesar US$5,000.00 yang Diterima Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat Tidak Sesuai Ketentuan; kelima penerimaan Uang Bantuan Pelayanan Air Bersih Sebesar Rp1.65 milyar Terlambat Menyebabkan Pelayanan Air Bersih di Beberapa Wilayah Bencana di Sumatera Barat Menjadi Tidak Optimal, keenam pengelolaan Dana Bantuan Masyarakat untuk Penanggulangan Bencana pada Tahun 2007 Tidak Sesuai Ketentuan; ketujuh pemanfaatan Dana Siap Pakai Sebesar Rp5.00 milyar yang Diterima Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dari BNPB Kurang Optimal; kedelapan mekanisme Pencatatan dan Penyimpanan Barang Bantuan pada Posko Logistik Satkorlak PB Provinsi Sumatera Barat Tidak Didukung oleh Sistem Pengendalian yang Memadai, kesembilan bantuan Uang Duka Cita Sebesar Rp2.99 milyar bagi Keluarga Korban Yang Meninggal Dunia pada Gempa Bumi Tanggal 30 September 2009 Masih Belum Didistribusikan; kesepuluh bantuan Buku Pelajaran Melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Barat Belum Didistribusikan; dan kesebelas pendataan Penduduk dalam Rangka Pendistribusian Bantuan Uang Lauk Pauk Sebesar Rp86.10 milyar Lambat dan Kurang Akurat. BPK menyimpulkan bahwa sebelas memiliki total nilai Rp 98.03 milyar dan $5,000.00. Temuan-temuan tersebut digolongkan dalam masalah penyimpangan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan administrasi tidak tertib sebanyak dua temuan yaitu temuan keempat dan temuan kedelapan , dan penyimpangan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran sebanyak sembilan temuan yaitu temuan pertama hingga ketiga, temuan kelima hingga ke tujuh dan temuan kesebilan. BPK menyarankan dalam rangka rneningkatkan nilai manfaat dalam laporan ini maka atas berbagai penyimpangan yang dikemukakan, memberikan saran untuk ditindak lanjuti dan tertulis agar entitas yang diperiksa memberikan teguran kepada penanggung jawab kegiatan untuk lebih optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan penanggulangan bencana di wilayahnya. 2 Catatan Kritis Adanya penyimpangan terhadap ketentuan yang berlaku disebabkan oleh pemerintah Provinsi Sumatera Barat dalam hal ini Satkorlak PB kurang memahami ketentuan yang berlaku dalam penerimaan bantuan, tidak memanfaatkan bantuan secara optimal untuk membantu korban bencana gempa bumi di masa tanggap darurat, kurang aktif mendistribusikan bantuan dan kurang kurang berkoordinasi dengan badan/SKPD/dinas di lingkungan Provinsi Sumatera Barat dalam rangka pemantauan atas seluruh penerimaan dan pendistribusian bantuan bagi korban bencana gempa bumi, kurangnya system dan mekanisme pengendalian. Sedangkan pada penyimpangan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran adalah pertama Gubernur Sumatera Barat, Walikota Padang, Walikota Pariaman, Bupati Padang Pariaman dan Bupati Agam : (1) belum sepenuhnya mengikuti ketentuan yang berlaku dalam upaya untuk menanggulangi bencana alam di wilayahnya, (2). kurang tanggap terhadap pemenuhan kebutuhan SDM dalam organisasi penanganan bencana, (3). kurang memandang penting persiapan sarana dan prasarana dalam upaya menanggulangi bencana alam di wilayah kerjanya, (4). tidak dapat melakukan koordinasi secara cepat dan tepat dalam usaha melakukan kegiatan verifikasi untuk mendata rumah penduduk yang rusak berat akibat terkena bencana gempa di kabupaten/kota di Sumatera Barat. kelima, kepala BPBD Kota Padang kurang cermat dalam melakukan penyelenggaraan pendataan, penyaluran, dan pemberian bantuan ULP; dan ketiga Gubernur Sumatera Barat kurang aktif dalam memanfaatkan Dana Siap Pakai secara optimal untuk penanggulangan bencana gempa bumi di masa tanggap darurat dan BNPB tidak mengkoordinir dan memberikan petunjuk teknis dan konsultasi tentang penggunaan uang dana siap pakai tersebut. Kesimpulan dan Rekomendasi Gubernur Sumatera Barat beserta instansi terkait tidak efektif, tidak optimal dan kurang tanggap dalam melaksanakan Kegiatan Penanganan Bencana Gempa Bumi Di Sumatera Barat Pada Masa Tanggap Darurat. Oleh karena itu, Gubernur Sumatera Barat, beserta instansi terkait untuk segera menindaklajuti temuan-temuan BPK dalam upaya menanggulangi bencana alam yang terjadi dilakukan secara terkoordinir, terpadu, cepat dan tepat. Hal ini juga hendaknya dijadikan pengalaman berharga bagi para Gubernur beserta seluruh instansi terkait lainnya serta instansi terkait lainnya dalam menangani kejadian bencana apabila hal itu terjadi. 3