Tahapan-tahapan proses yang terjadi di dalam

advertisement
Tahapan-tahapan proses yang terjadi di dalam siklus urea
Sintesis asam amino
Semua jaringan memiliki kemampuan untuk men-sintesis asam amino non esensial,
melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon non asam amino
menjadi asam amino dan turunan lain yang mengandung nitrogen. Tetapi, hati merupakan
tempat utama metabolisme nitrogen.
Dalam kondisi surplus diet, nitrogen toksik potensial dari asam amino dikeluarkan
melalui transaminasi, deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon umumnya diubah
menjadi karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis, atau menjadi asam lemak melalui
jalur sintesis asam lemak. Berkaitan dengan hal ini, asam amino dikelompokkan menjadi
3 kategori yaitu asam amino glukogenik, ketogenik serta glukogenik dan ketogenik.
Asam amino glukogenik adalah asam-asam amino yang dapat masuk ke jalur produksi
piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti α-ketoglutarat atau oksaloasetat. Semua
asam amino ini merupakan prekursor untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis.
Semua asam amino kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik. Lisin dan
leusin adalah asam amino yang semata-mata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke
intermediat asetil KoA atau asetoasetil KoA
Sekelompok kecil asam amino yaitu isoleusin, fenilalanin, threonin, triptofan, dan tirosin
bersifat glukogenik dan ketogenik. Akhirnya, seharusnya kita kenal bahwa ada 3
kemungkinan penggunaan asam amino. Selama keadaan kelaparan pengurangan rangka
karbon digunakan untuk menghasilkan energi, dengan proses oksidasi menjadi CO2 dan
H2O.
Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita sehingga harus
ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini dinamakan asam amino
esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat disintesis dari asam amino lain.
Asam amino ini dinamakan asam amino non-esensial.
Biosintesis glutamat dan aspartat
Glutamat dan aspartat disintesis dari asam α-keto dengan reaksi transminasi sederhana.
Katalisator reaksi ini adalah enzim glutamat dehidrogenase dan selanjutnya oleh aspartat
aminotransferase, AST.
Reaksi biosintesis glutamat
Aspartat juga diturunkan dari asparagin dengan bantuan asparaginase. Peran penting
glutamat adalah sebagai donor amino intraseluler utama untuk reaksi transaminasi.
Sedangkan aspartat adalah sebagai prekursor ornitin untuk siklus urea.
Biosintesis alanin
Alanin dipindahkan ke sirkulasi oleh berbagai jaringan, tetapi umumnya oleh otot. Alanin
dibentuk dari piruvat. Hati mengakumulasi alanin plasma, kebalikan transaminasi yang
terjadi di otot dan secara proporsional meningkatkan produksi urea. Alanin dipindahkan
dari otot ke hati bersamaan dengan transportasi glukosa dari hati kembali ke otot. Proses
ini dinamakan siklus glukosa-alanin. Fitur kunci dari siklus ini adalah bahwa dalam 1
molekul, alanin, jaringan perifer mengekspor piruvat dan amonia ke hati, di mana rangka
karbon didaur ulang dan mayoritas nitrogen dieliminir.
Ada 2 jalur utama untuk memproduksi alanin otot yaitu:
1.Secara langsung melalui degradasi protein
2.Melalui transaminasi piruvat dengan bantuan enzim alanin transaminase, ALT (juga
dikenal sebagai serum glutamat-piruvat transaminase, SGPT).
Glutamat + piruvat α-ketoglutarat + alanin
Siklus glukosa-alanin
Biosintesis sistein
Sulfur untuk sintesis sistein berasal dari metionin. Kondensasi dari ATP dan metionin
dikatalisis oleh enzim metionin adenosiltransfrease menghasilkan S-adenosilmetionin
(SAM).
Biosintesis S-adenosilmetionin (SAM)
SAM merupakan precursor untuk sejumlah reaksi transfer metil (misalnya konversi
norepinefrin menjadi epinefrin). Akibat dari tranfer metil adalah perubahan SAM
menjadi S-adenosilhomosistein. S-adenosilhomosistein selanjutnya berubah menjadi
homosistein dan adenosin dengan bantuan enzim adenosilhomosisteinase. Homosistein
dapat diubah kembali menjadi metionin oleh metionin sintase.
Reaksi transmetilasi melibatkan SAM sangatlah penting, tetapi dalam kasus ini peran Sadenosilmetionin dalam transmetilasi adalah sekunder untuk produksi homosistein
(secara esensial oleh produk dari aktivitas transmetilase). Dalam produksi SAM, semua
fosfat dari ATP hilang: 1 sebagai Pi dan 2 sebagai Ppi. Adenosin diubah menjadi
metionin bukan AMP.
Dalam sintesis sistein, homosistein berkondensasi dengan serin menghasilkan sistationin
dengan bantuan enzim sistationase. Selanjutnya dengan bantuan enzim sistationin liase
sistationin diubah menjadi sistein dan α-ketobutirat. Gabungan dari 2 reaksi terakhir ini
dikenal sebagai trans-sulfurasi.
Peran metionin dalam sintesis sistein
Biosintesis tirosin
Tirosin diproduksi di dalam sel dengan hidroksilasi fenilalanin. Setengah dari fenilalanin
dibutuhkan untuk memproduksi tirosin. Jika diet kita kaya tirosin, hal ini akan
mengurangi kebutuhan fenilalanin sampai dengan 50%.
Fenilalanin hidroksilase adalah campuran fungsi oksigenase: 1 atom oksigen
digabungkan ke air dan lainnya ke gugus hidroksil dari tirosin. Reduktan yang dihasilkan
adalah tetrahidrofolat kofaktor tetrahidrobiopterin, yang dipertahankan dalam status
tereduksi oleh NADH-dependent enzyme dihydropteridine reductase (DHPR).
Biosintesis tirosin dari fenilalanin
Biosintesis ornitin dan prolin
Glutamat adalah prekursor ornitin dan prolin. Dengan glutamat semialdehid menjadi
intermediat titik cabang menjadi satu dari 2 produk atau lainnya. Ornitin bukan salah satu
dari 20 asam amino yang digunakan untuk sintesis protein. Ornitin memainkan peran
signifikan sebagai akseptor karbamoil fosfat dalam siklus urea. Ornitin memiliki peran
penting tambahan sebagai prekursor untuk sintesis poliamin. Produksi ornitin dari
glutamat penting ketika diet arginin sebagai sumber lain untuk ornitin terbatas.
Penggunaan glutamat semialdehid tergantung kepada kondisi seluler. Produksi ornitin
dari semialdehid melalui reaksi glutamat-dependen transaminasi. ketika konsentrasi
arginin meningkat, ornitin didapatkan dari siklus urea ditambah dari glutamat
semialdehid yang menghambat reaksi aminotransferase. Hasilnya adalah akumulasi
semialdehid. Semialdehid didaur secara spontan menjadi Δ1pyrroline-5-carboxylate yang
kemudian direduksi menjadi prolin oleh NADPH-dependent reductase.
Biosintesis serin
Jalur utama untuk serin dimulai dari intermediat glikolitik 3-fosfogliserat. NADH-linked
dehidrogenase mengubah 3-fosfogliserat menjadi sebuah asam keto yaitu 3-fosfopiruvat,
sesuai untuk transaminasi subsekuen. Aktivitas aminotransferase dengan glutamat
sebagai donor menghasilkan 3-fosfoserin, yang diubah menjadi serin oleh fosfoserin
fosfatase.
Biosintesis glisin
Jalur utama untuk glisin adalah 1 tahap reaksi yang dikatalisis oleh serin
hidroksimetiltransferase. Reaksi ini melibatkan transfer gugus hidroksimetil dari serin
untuk kofaktor tetrahidrofolat (THF), menghasilkan glisin dan N5, N10-metilen-THF.
Biosintesis aspartat, asparagin, glutamat dan glutamin
Glutamat disintesis dengan aminasi reduktif α-ketoglutarat yang dikatalisis oleh glutamat
dehidrogenase yang merupakan reaksi nitrogen-fixing. Glutamat juga dihasilkan oleh
reaksi aminotranferase, yang dalam hal ini nitrogen amino diberikan oleh sejumlah asam
amino lain. Sehingga, glutamat merupakan kolektor umum nitrogen amino.
Aspartat dibentuk dalam reaksi transaminasi yang dikatalisis oleh aspartat transaminase,
AST. Reaksi ini menggunakan analog asam α-keto aspartat, oksaloasetat, dan glutamat
sebagai donor amino. Aspartat juga dapat dibentuk dengan deaminasi asparagin yang
dikatalisis oleh asparaginase.
Asparagin sintetase dan glutamin sintetase mengkatalisis produksi asparagin dan
glutamin dari asam α-amino yang sesuai. Glutamin dihasilkan dari glutamat dengan
inkorporasi langsung amonia dan ini merupakan reaksi fixing nitrogen lain. Tetapi
asparagin terbentuk oleh reaksi amidotransferase.
protein
by bohari,dkk
s1 gizi fkm unhas.2008.
my.opera.com/bohkasim/ - 50k
Anatomi
__________________________________________________________________________________
Ginjal terdiri dari 1,2 juta nefron yang terbentuk sejak lahir. Nefron terbentuk dari glomerulus, tubulus
proksimal, ansa Henle dan tubulus distal. Glomerulus sendiri terbentuk dari pelebaran ujung proksimal
tubulus proksimal yang mengelembung yang dikenal dengan sebutan kapsula Bowman, dengan
vaskularisasi di dalamnya yang berasal dari kapiler afferen dan keluar ke kapiler efferen. Darah yang
berasal dari arteri renalis akan mengalir ke dalam kapiler afferen dan zat dengan BM < 30.000 akan
terfiltrasi ke dalam kapsula Bowman, yang dihasilkan akan mengalir melalui tubulus ginjal sampai
akhirnya ditampung dalam duktus colecductus.
Ada dua jenis nerfron, yang mempunyai tubulus hanya di batas korteks disebut Kortikal nefron, sedangkan
yang tubulusnya menjorok sampai jauh kedalam medula disebut Jukstamedulari nefron. Dalam perjalannya
sepanjang tubulus-tubulus ginjal fitral akan mengalami reabsorpsi dan sekresi sehingga terbentuk urin. Jadi
urin dibentuk oleh hasil filtrasi di glomerulus (sebagian besar) dan hasil sekresi di tubulus (sebagian kecil).
Aliran Darah Ginjal
__________________________________________________________________________________
Aliran darah ginjal (renal blood flow) besarnya adalah 1 liter/menit, atau setara dengan 20 % dari curah
jantung yang 5 liter/menit. Dari seluruh aliran darah ginjal ini 75 % terdapat pada korteks ginjal. Nefron
sendiri diperdarahi oleh glomelurus kapiler dan kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus-tubulus
ginjal. Kapiler efferen di glomerulus menghasilakan tekanan yang tinggi di glomerulus yang berguna untuk
proses filtrasi, sedangakan tekanan di kapiler peritubular relatif lebih rendah, karena fungsinya sama seperti
kapiler arteri buntu di jaringan lain. Namun ada bagian peritubular kapiler yang mempunyai fungsi khusus,
yaitu Vasa recta, ialah peritubular kapiler yang terletak di sekitar tubulus distal yang berdekatan dengan
glomerulus yang mendapat aliran 1-2 % dari aliran darah ginjal. Yang mana berperan dalam fungsi
mengatur konsentrasi dari urin dengan cara mengatur zat-zat yang di sekresi ke tubulus distal dari jaringan
interstitial, ini sering disebut sebagai mekanisme countercurrent.
Sekitar 180 liter cairan difiltrasi setiap hari melalui glomerulus, dan 1,5 liter kembali direabsorpsi melalui
tubulus-tubulus ginjal. Besarnya reabsorpsi di ginjal, khususnya di tubulus ginjal melalui peritubular
kapiler ini sekitar 4 kali besar reabsorpsi di jaringan lain. Ini dimungkinkan karena perbedaan tekanan yang
besar antara arteri renalis dan vena renalis, yaitu 100 mmHg di arteri dan 8 mmHg di vena.
Autoregulasi ginjal memungkin terjaganya aliran darah ginjal pada berbagai keadaan tekanan darah yang
berubah-ubah antara 70-160 mmHg. Bila tekanan darah turun akan menyebabkan aliran darah di
glomerulus turun, ini akan merangsang sel makula densa di epitel glomerulus untuk membuat vasodilatasi
dari kapiler afferent dan vasokonstriksi di kapiler efferent, sehingga hasilnya adalah tekanan di glomerulus
tetap dan ini menyebabkan laju filtrasi glomerolus tidak banyak berubah. Namun bila keadaan ini
berlangsung lebih lama dari 5-10 menit, akan terjadi perangsangan sistem renin angiotensin, dan dengan
terlepasnya angiotensin II menyebabkan vasokonstriktor efferent sehingga laju aliran darah ginjal akan
menurun, namun demikian laju firtrasi glomerulus tetap dipertahankan normal.
Laju filtrasi glomerolus sendiri normalnya adalah 125 ml/menit dengan fraksi filtrasi 20 %, artinya 20%
dari aliran darah ginjal yang melalui glomerolus akan menjadi filtrat hasil filtrasi. Hasil filtrasi ini
susunannya relatif sama dengan susunan plasma darah namun tidak mengandung protein.
Faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerolus
__________________________________________________________________________________
Tekanan darah arteri.
Ini diatur oleh sistem autoregulasi ginjal, yaitu melalui tubuloglomerular feedback pada jukstaglomerolus
terutama pada makula densa di tubulus distal yang menimbulkan vasokonstriksi dan vasodilatasi kapiler
afferen dan efferen, yang akan mempertahankan laju filtrasi tetap normal pada MAP antara 70 - 160
mmHg. Namun perubahan tekanan darah akan menyebabkan produksi urin yang meningkat walaupun laju
filtrasi tetap normal, karena adanya mekanisme reabsorpsi dan sekresi dari tubulus ginjal.
Aparatus jukstaglomerolus.
Di tubulus distal yang berdekatan dengan kapiler afferan dan efferen glomerulus terdapat makula densa. Sel
otot polos kapiler afferen dan efferen, disebut aparatus jukstaglomerolus, yang berdekatan dengan makula
densa terdiri dari granula yang akan menginaktifkan renin yang terlepas ke sirkulasi pada keadaan-keadaan
hipotensi, renal ischemia dan adanya perangsangan simpatik. Misalnya tekanan darah turun, jumlah ion Cl
di tubulus distal akan turun sehingga jumlahnya di makula densa juga akan turun, ini akan menyebabkan
pelepasan renin yang akan diubah menjadi angiotensin II yang akan menyebabakan vasokonstriksi kapiler
afferan dan efferen. Namun vasokonstriksi akan lebih besar pada kapiler efferen sehingga tekanan di
kapiler dalam kapsula Bowman relatif tetap dan menyebabkan laju filtrasi glomerolus dipertahankan.
Jurah jantung.
Faktor ini mempengaruhi laju filtrasi dengan cara mempengaruhi aliran darah ginjal.
Aktifitas simpatis.
Perangsanan simpatis akan menyebabkan vasokonstriksi afferen, sehingga aliran ke kapiler kapsula
Bowman akan menurun dan menurunkan laju filtrasi glomerolus.
Fungsi tubulus ginjal
__________________________________________________________________________________
Setelah mengalami filtrasi di glomerolus, filtrat akan melalui tubulus-tubulus ginjal. Disini 80% ion Na+ ,
Cl- dan air akan diabsorpsi kembali di tubulus proksimal. Ion Na + direabsorpsi dengan mekanisma pompa
natrium yang aktif sehingga memerlukan energi, sedangkan reabsopsi Cl- dan air terjadi secara pasif
dengan mengikuti transfer ion Na+ melalui keseimbangan elektrolit dan tekanan onkotik, sehingga filtrat
yang keluar dari tubulus proksimal akan tetap isotonik terhadap jaringan interstitial. Sedangkan fungsi
sekresi lebih berperan pada sekresi ion K+ dan H+ di tubulus distal.
Selama perjalanannya melalui tubulus ginjal 99% air akan direabsopsi di tubulus proksimal dan ansa Henle
(tubulus distal relatif impermeable terhadap air), sehingga di tubulus distal konsentrasi akan 99 kali lebih
besar dari konsentrasi filtrat awal. Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara penuh, sehingga tidak
terdapat dalam urin. Mekanisme reabsopsinya dengan cara sodium co-transport, yaitu dengan
menambahkan zat carier yang mengikat zat tersebut dan membawanya ke sel epitel tubulus yang kemudian
dipisahkan kembali sebelum zat yang dibawa berdifusi secara pasif ke jaringan interstitial.
Jumlah zat-zat terkandung difiltrat yang direabsopsi mengikuti reabsopsi air akan dipengaruhi oleh
banyaknya rebsopsi air dan permeabilitas dari tubulus ginjal. Seperti urea, akan direabsopsi sebanyak 50 %
dari yang difiltrasi di glomerolus. Sel tubulus impermeable terhadap creatinin, insulin dan manitol sehingga
semua akan dieksresi melalui urin.
Seperti telah dijelaskan diatas, ion Na+ akan direabsopsi di tubulus proksimal, sehingga lumen tubulus akan
lebih bersifat negatif dibandingkan sel epiltel tubulus. Ini menyebabkan ion-ion negatif (Clorida dan
Phosphat) akan berdifusi secara pasif mengikuti ion Na +. Sedangkan di tubulus distal dimana terjadi sekresi
ion K+ secara aktif dengan mekanisme yang sama dengan absorpsi Na+ di proksimal, akan menyebabkan
terjadinya difusi pasif ion negatif ke dalam lumen tubulus distal.
Perbedaan kemampuan reabsorpsi tubulus
__________________________________________________________________________________
Tubulus proksimal.
Tubulus proksimal ginjal mempunyai banyak mitokondria, ini sesuai dengan fungsinya yang banyak
memerlukan energi untuk mengaktifkan sistem pompa natrium guna transport aktif ion Na +. Karena adanya
reabsopsi di tubulus proksimal ini hanya sepertiga dari hasil filtrat glomerulus akan dilepaskan ke ansa
Henle.
Ansa Henle.
Tubulus ini terbagi menjadi dua bagian, bagian decendent yang mempunyai sedikit mitokondria di sel
epitelnya, dan mempunyai permeabilitas yang tinggi terhadap air dan agak permeable terhadap urea dan ion
natrium. Bagian ascendens bersifat sedikit permeable terhadap air dan urea, sehingga mencegah
peningkatan konsentrasi urin karena terlepasnya air ke jaringan sekitar.
Tubulus distal.
Bagian segmen dilusi bersifat impermeable, dengan epitel endotel yang unik memungkin difusi pasif dari
ion negatif yang akan diikuti oleh difusi pasif ion positif. Sedangkan bagian akhir epitelnya mendukung
tranport aktif ion K+ ke dalam lumen tubulus, namun impermeable terhadap urea.
Duktus kolekduktus.
Permeabilitasnya dipengaruhi oleh hormon ADH, peningkatan ADH akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas dan menimbulkan reabsopsi air yang meningkat. Selain itu epitelnya mendukung transport
aktif ion positif (K+, Na+, H+ dan Ca+).
Keasaman urin dan ekskresi bikarbonat
__________________________________________________________________________________
Sel-sel tubulus proksimal dan distal dpat mengsekresi ion H+, demikian juga di duktus koligen. Untuk
setiap ion H+ yang disekresi ke lumen, suatu HCO3- dan satu Na+ diabsobsi ke jaringan interstitial dan
disiini berdifusi masuk ke pembuluh darah peritubuluar. Gradien H + maksimal dimana dapat terjadi sekresi
adalah pH 4,5 yang bila telah tercapai sekresi H+ akan berhenti. Namun ada tiga reaksi penting pada cairan
tubulus akan membuang hidrogen dan memungkinkan sekresi lebih banyak lagi asam, yaitu reaksi dengan
HCO3- membentuk CO2 dan H2O, dengan HPO4- membentuk H2PO4- , dan dengan NH3 membentuk NH4-.
Sekresi asam ginjal diubah oleh perubahan perubahan pada P CO2 interstitial, konsentrasi K+, kadar anhidase
karbonat dan konsentrasi hormon korteks adranal. Bila P CO2 tinggi (asidosis respiratorik) lebih banyak
H2CO3 intrasel tersedia untuk mendapar ion hidroksik dan sekresi asam diperbesar, demikian juga
sebaliknya. Penurunan K+ memperbesarsekresi asam karena kehilangan K+ menyebabkan asidosis intrasel
meskipun pH plasma dapat meningkat, akibatnya K+ yang berlebihan intrasel akan menghambat sekresi
asam. Bila anhidrase karbonat dihambat, sekresi asam dihambat sebab pembentukan H 2CO3 berkurang.
Aldosteron dan steroid kortek adrenal lainnya memperbesar rabsopsi Na + tubulus juga menaikan sekresi H+
dan K+.
Bila HCO3- plasma 28 mEq/liter, H+ disekresi pada kecepatan maksimal dan semuanya dipakai untuk
mereabsopsi HCO3-, tetapiwaktu HCO3 plasma turun lebih banyak H+ tersedia sebagai titrasi asam dan
NH4+. Oleh karena penurunan HCO3- selanjutnya, urin menjadi makin asam dan makin besar kadar NH 4+
nya. Untuk alasan yang belum diketahui kapasitas reabsopsi HCO3- tubulus meningkat bila laju filtrasi
glomerolus meningkat.
Diuretik
__________________________________________________________________________________
Diuretik air dan diuretik osmotik telah dibahas sebelumhya. Etil alkohor bekerja langsung pad hipotalamus.
Kerja diuretik xantin dalah lemah , bila NH4Cl dimakan, NH4+ berdisosiasi menjadi H+ dan NH3 yang akan
diubah menjadi urea, sehingga NH4Cl yang dimakan sama dengan HCl yang ditambahkan kedalam tubuh,
dimana H+ akan didapar dan Cl- akan difiltrasi bersama Na+. Sampai batas tertentu Na+ akan dibuang dalam
urin. Garam pembentuk asam lainnya juga bekerja dengan cara yang sama.
Penghambat anhidrase karbonat efeknya sedang, tetapi akan menghambaat sekresi asam dengan
menurunkan suplai asam karbonat. Tidak hanya sekresi Na+ dinaikan karena H+ diturunkan, tetapi
reabsorpsi HCO3- juga ditekan. Dan karena H+ dan K+ bersaing dengan Na+, penurunan sekresi H+
mempermddah sekresi dan eksresi K+.
Penentu kecepatan sekresi K+ lainnya adalah jumlah Na+ yang dikirim ke tempat pertukaran Na-K di
tubulus distal. Tiazid, furosemid, asam etakrinat dan bumetaink bekreja pada proksimal tempat ini dan
resultannya kenaikkan pengiriman Na+ menaikkan sekresi K+. Kehilangan K+ cukup besar pada pemakaian
diuretik jenis ini. Tiazid menghambat transport Cl- pada ujung pars asenden tebal bagian kortikal lengkung
Henle dan bagian proksimal tubulus distal. Furosemid, asam etakrinat dan bumetanid menghambattransport
Cl- pada bagian tebal pars asenden. Diuretik merkuri jugabekerja pada bagian tabl pars asenden bagian
medula, tatapi mereka mempunyai kerja tambahan menghambat sekresi K + sehingga penurunan K+ tidak
begitu jelas.
Spironolakton, triamteren dan amilorid bekerja pada mekanisme pertukaran itu sendiri menyebabkan
retensi K+ dan pada beberapa kasus timbul hiperkalemia ringan.
--------------------------------------------------------
Daftar Pustaka :
1.
2.
Stoelting Robert K, MD, editor. Pharmacology and Physiology in Aneshtetic Practice. Philadelphia: JB Lippicott Company, 1987;
761-79.
Ganong WF. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 1983; 599-625
omi Fisiologi Ginjal (Anfis)
Jan 9, '08 2:03 AM
for everyone
Anatomi.
Ginjal berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan
tangan manusia dewasa. Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2
juta buah pada tiap ginjal. Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler, bersifat
sebagai saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/ kapiler tersebut dan disaring
sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari,
kemudian dialirkan melalui pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran
Ureter,kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra.
Fisiologi
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat vaskuler)
tugasnya memang pada dasarnya adalah ”menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke
ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat
sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam Tubulus
sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi :
1. Bertugas sebagai sistem filter/saringan, membuang ”sampah”.
2. Menjaga keseimbangan cairan tubuh.
3. Produksi hormon yang mengontrol tekanan darah.
4. Produksi Hormon Erythropoietin yang membantu pembuatan sel darah merah.
5. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.
www.geocities.com/Baja/7372/files/ginjal.htm - 17k
Fisiologi Ginjal
Ginjal sangat berperan dalam menjaga homeostasis milleu internal. Fungsi ginjal meliputi
fungsi regulator (cairan, elektrolit, pH), fungsi ekskresi (produk akhir metabolisme tubuh,
senyawa asing), fungsi sekresi (erythropoietin, renin), dan fungsi metabolisme (vitamin
D). Proses pembentukan urin melewati tahap, yaitu ultrafiltrasi glomerular, reabsorpsi
tubular, dan sekresi tubular.
Ultrafiltrasi Glomerular
Darah yang mengalir melewati glomerulus akan mengalami ultrafiltrasi melalui membran
glomerulus yang terdiri dari dinding kapiler glomerulus (selapis endotel), membran basal
(kolagen dan glikoprotein), dan lapisan dalam kapsul Bowman (podosit). Gaya
pendorong pada proses ini merupakan resultan gaya dari tekanan yang mendorong
ultrafiltrasi (tekanan hidrostatik darah kapiler glomerulus) dan tekanan yang melawan
ultrafiltrasi (tekanan osmotik koloid dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman). Laju
filtrasi glomerulus berbanding lurus dengan resultan tekanan filtrasi dan koefisien filtrasi.
Koefisien filtrasi meliputi luas area filtrasi dan permeabilitas membran glomerulus. Hasil
ultrafiltrasi ini berupa plasma tanpa protein (urin primer) dan ditampung di ruang
Bowman yang selanjutnya akan diteruskan ke tubulus-tubulus ginjal.
Reabsorpsi Tubular
Reabsorpsi tubulus merupakan proses menyerap zat-zat yang diperlukan tubuh dari
lumen tubulus ke kapiler peritubulus. Proses ini merupakan transport transepitel karena
sel-sel tubulus yang berdekatan dihubungkan oleh tight junction. Proses reabsorpsi ini
dapat bersifat pasif maupun aktif.




Reabsorpsi natrium terjadi secara aktif disepanjang tubulus kecuali pada ansa
Henle pars descendens. Pada tubulus proksimal, reabsorpsi natrium juga berperan
dalam reabsorpsi glukosa, asam amino, H2O, Cl-, dan urea. Pada ansa Henle pars
ascsendens natrium direabsorpsi dalam bentuk garam NaCl. Pada tubulus distal
dan pengumpul, reabsorpsi natrium dikontrol secara hormonal.
Glukosa dan asam amino direabsorpsi melalui transport aktif sekunder di tubulus
proksimal.
Fosfat dan kalsium direabsorpsi secara aktif di tubulus proksimal dan dikontrol
secara hormonal.
Ion Cl-, H2O, dan urea direabsorpsi secara pasif mengikuti reabsorpsi natrium di
tubulus proksimal.
Sekresi Tubular
Proses ini diperlukan untuk menambahkan zat-zat yang tidak diperlukan tubuh ke lumen
tubulus ginjal untuk diekskresi melalui urin. Beberapa senyawa yang disekresi antara lain
ion hidrogen (sepanjang tubulus), ion potasium (tubulus distal dan pengumpul), dan
anion-kation organik yang berasal dari senyawa asing (tubulus proksimal).
Ginjal dapat mengekskresi urin dengan volume dan konsentrasi yang bervariasi untuk
mempertahankan maupun mengeliminasi air. Ginjal dapat menghasilkan urin mulai dari
0,3 ml/menit pada 1200mosm/liter sampai 25 ml/menit pada 100 mosm/liter dengan
mengatur reabsorpsi air pada bagian distal nefron. Reabsorpsi air yang bervariasi ini
dimungkinkan karena adanya gradien osmosis vertikal di cairan interstisial medula dan
pengaturan hormonal vasopresin. Gradien osmosis vertikal ini dibentuk oleh ansa Henle
nefron jukstamedular melalui countercurrent multiplication dan dipertahankan oleh vasa
recta nefron ini melalui countercurrent exchange.
Micturition diawali oleh adanya sinyal dari reseptor regangan pada vesika urinaria. Saraf
aferen akan membawa sinyal ini ke spinal cord yang selanjutnya akan merangsang
persarafan parasimpatis yang menyebabkan kontraksi vesika urinaria dan relaksasi
sphincter-sphincter uretra. Kontrol volunter micturition terjadi dari serebral korteks yang
akan menahan relaksasi sphincter uretra eksterna.
tarihoran01.blogspot.com/2008/06/fisiologi-ginjal.html - 53k
Proses dalam ginjal
Serangkaian proses yang terjadi pada ginjal kurang lebih......
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
o Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat
sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses
penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan
hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di
glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian
besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam
amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan
menjadi bagian dari endapan.
o Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang
komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat
glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
o Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat
glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi
penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
o Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah.
Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap
hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa.
Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
o Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih
diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme
yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat
mencapai 2% dalam urin sekunder.
o Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap
melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi
pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5%
garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi
memberi warm dan bau pada urin.
Uji Fisik
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada urin dari setiap probandus yang ada.
Perlakuan ini merujuk pada pengujian fisik dengan mengamati pH, bau dan warna dari
setiap urine yang diujikan. Untuk penentuan pH dari setiap urine, pH yang ada berkisar
antara 5 – 7. pH 5 ada 7, pH 6 ada 22 dan pH 7 ada 2. Untuk bau dari setiap urine,
terdapat 4 macam diantaranya pesing, tidak berbau, menyengat dan berbau. Untuk bau
pesing ada 9, tidak berbau ada 18, menyengat 1 dan berbau ada 2. Sedangkan untuk
warna dari setiap urine, juga terdapat 4 macam yaitu kuning gading, kuning berbuih,
bening dan kuning berbusa. Kuning gading adalah warna yang paling dominan yaitu 26,
kuning berbuih ada 3, bening 1 dan kuning berbusa juga 1. Warna kuning gading
mengindikasikan bahwa pigmen yang terkandung dalam urin adalah normal. Kuning
berbuih kemungkinan disebabkan oleh naiknya pigmen melanin. Bening dan kuning
berbusa menunjukkan bahwa konsentrasi urin tereduksi.
Menurut Adnan (2008), urine normal berwarna kuning atau kuning gading, transparan,
pH berkisar 4,6 – 8,0 atau rata-rata 6,0, berat jenis 1,001 – 1,035, bila agak lama berbau
seperti amoniak.
Berikut dijelaskan mengenai beberapa warna urie dan kemungkinan penyebabnya. Urine
berwarna kemerahan menandakan adanya darah pada urine, yang bisa menjadi indikasi
adanya gangguan batu ginjal, atau kanker pada ginjal dan kandung kemih. Namun bisa
jadi urine berwarna merah jika mengkonsumsi pencahar atau makan buah bit secara
berlebihan. Urine berwarna kecoklatan bisa menandakan adanya darah dalam urine. Tapi
urine juga dapat berubah warna coklat jika ada otot yang rusak atau melakukan olahraga
terlalu berlebihan. Bisa juga akibat terlalu banyak makan kacang. Urine berwarna
kecoklatan juga mengindikasikan adanya porphyria penyakit kelainan pada darah. Urine
berwarna kuning tua atau pekat kemungkinan akibat dehidrasi, tapi bisa juga merupakan
tahap awal penyakit liver. Urine berwarna kuning terang bisa juga akibat mengkonsumsi
vitamin dalam dosis tinggi, terutama riboflavin (vitamin B). Urine berwarna orange
mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa
digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat membuat urine
Anda berwarna orange. Begitu juga bila Anda melakukan diet vegetarian. Selain warna,
urin juga mengelurkan bau yang juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit.
Misalnya pada penderita diabetes dan kelaparan bau urinnya cenderung manis dan berbau
buah, sementara untuk urin yang terinfeksi bakteri E. coli lebih memproduksi urin dengan
bau yang sangat menyengat. Berbeda dengan urin pada tubuh sehat yang cukup steril dan
hampir tidak berbau saat keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat dalam urin
sehingga menghasilkan bau yang khas
Uji Glukosa
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada urin dari setiap probandus yang ada.
Perlakuan ini merujuk pada pengujian kimia yaitu uji glukosa dengan mengamati ada
tidaknya kandungan gula dalam urine setelah penambahan beberapa tetes fehling A dan
fehling B yang kemudian dipanaskan. Setelah dipanaskan dijumpai ada 3 macam warna
yaitu biru, biru kehijauan dan kuning. Untuk biru ada 4, untuk biru kehijauan yang
merupakan warna yang paling dominan ada 26 dan kuning hanya 1. Setelah dipanaskan,
terdapat 5 macam warna yang mengindikasikan kadar gula pada setiap urin yaitu biru,
biru kehijauan, kuning kehijauan, coklat kehijauan dan jingga kuning.
Jika urine berwarna biru maka diindikasikan bahwa kadar gula dalam urine negatif. Tidak
adanya gula dalam urine kemungkinan disebabkan oleh proses filtrasi pada badan
Malpighi yang berlangsung dengan baik. Dari hasil pengamatan, yang diperoleh hanya
ada 1 yang demikian dengan persentase 3,23 %.
Jika urine berwarna biru kehijauan maka dapat diindikasikan bahwa ada gula dalam
urine. Namun konsentrasi gula masih sangat rendah. Dari hasil pengamatan, terdapat 10
dengan persentase 32,26 %.
Jika urine berwarna kuning kehijauan maka dapat diindikasikan bahwa kadar gula dalam
urine adalah 1 +. Dari hasil pengamatan, terdapat 15 dengan persentase 48,38 %.
Jika urine berwarna coklat kehijauan maka dapat diindikasikan bahwa kadar gula dalam
urine adalah 2 +. Dari hasil pengamatan, terdapat 4 dengan persentase 12,90 %.
Jika urine berwarna jingga kuning maka dapat diindikasikan bahwa kadar gula dalam
urine adalah 3 +. Dari hasil pengamatan, yang diperoleh hanyalah 1 dengan persentase
3,23 %.
Kadar gula dalam darah disebabkan karena kurangnya hormon insulin. Hormon insulin
yang dihasilkan tidak cukup dan tidak dapat bekerja dengan semestinya. Hormon insulin
dihasilkan oleh sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam
metabolisme glukosa dalam sel tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa
diserap semua dan tidak mengalami metabolisme dalam sel. Akibatnya, seseorang akan
kekurangan energi, sehingga mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar glukosa
yang berlebih tersebut dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urine. Gula
memiliki sifat menarik air sehingga menyebabkan seseorang banyak mengeluarkan urine
dan selalu merasa haus. Gangguan ini berujung pada sebuah penyakit yang sering kita
sebut diabetes mellitus
Sistem Pencernaan Alat-alat Pencernaan
Setiap hari sebagai makhluk hidup kita tidak
lepas dari makanan. Lalu bagaimana makanan
yang sudah kita makan tersebut ? Bagaimana
makanan tersebut berjalan dalam perut kita ?
Nah, untuk lebih jelasnya kita baca saja
keseluruhan tulisan ini.
Sistem pencernaan makanan terbagi atas
rongga mulut, tekak, kerongkongan, lambung,
usus halus, dan usus besar. Selain itu ada
beberapa kelenjar besar yang memasukkan
getahnya ke dalam usus, yaitu hati dan kelenjar
ludah perut.
Makanan yang kita makan pertama masuk ke mulut yang
kemudian menjadi halus karena telah dikunyah dengan geligi
kita dengan dibantu oleh kelenjar ludah. Setelah halus barulah
dapat kita telan dengan cepat melalui bagian bawah tekak dan
kerongkongan. Kerongkongan bentuknya seperti pipa yang
panjangnya pada orang dewasa kira-kira 25 cm. Pangkalnya adalah dileher,
dibelakang tenggorok, kemudian di
daerah dada di belakang jantung,
menembus sekat rongga badan di
depan tulang belakang dan
bermuara dalam lambung.
Lambung merupakan saluran
pencernaan makanan yang melebar
seperti kantong, terletak di bagian
atas rongga perut sebelah kiri, dan
bagian lainnya tertutup oleh hati,
usus besar dan limpa. Makanan yang ditelan terkumpul
dalam lambung dan bercampur dengan getah lambung,
sehingga makanan menjadi encer seperti bubur. Jalan keluar lambung tertutup rapat
karena tebalnya lapisan otot lingkar yang sewaktu-waktu terbuka untuk melewatkan
bubur makanan sedikit demi sedikit ke dalam usus halus. Bagian pertama dari usus
halus adalah usus dua belas jari, yang melengkung seperti ladam. Panjangnya kirakira 30 cm. Di usus halus ini bermuara pipa-pipa penyalur dari hati dan dari kelenjar
ludah perut.
Hati adalah alat yang besar, terletak di bawah sekat rongga badan dan mengisi
sebagian besar bagian atas rongga perut sebelah kanan. Hati membuat empedu
yang terkumpul dalam kantung empedu. Empedu tersebut menjadi kental karena
airnya diserap kembali oleh dinding kandung empedu. Pada waktu tertentu, empedu
dipompakan ke dalam usus dua belas jari melalui pipa empedu.
Kelenjar ludah perut yang dikenal dengan sebutan Pankreas adalah sebuah alat yang
panjang melintang pada dinding belakang perut dan berjalan ke kiri sampai pada
limpa. Ujungnya terletak dalam lengkung usus dua belas jari. Pipa keluarnya
bermuara di dalam usus dua belas jari bersama dengan pipa empedu (sebagian
jaringan kelenjar ludah perut yang tersebar diseluruh alat tersebut, mempunyai
bentuk yang lain dan getahnya yaitu insulin dicurahkan langsung kedalam darah,
karena itu maka jaringan demikian diberi nama kelenjar buntu. Bubur makanan yang
keluar dari lambung dan masuk ke dalam usus halus bercampur dengan empedu dan
getah kelenjar ludah perut sehingga pencernaan makanan berlangsung terus. Bubur
makanan itu disiapkan untuk diserap zat-zat makanannya oleh dinding usus.
Penyerapan ini juga terjadi pada usus halus lainnya, yang terletak berliku-liku dalam
rongga perut bagian bawah.
Seluruh usus halus panjangnya beberapa meter. Ujungnya bermuara ke dalam sisi
usus besar sehingga terbentuk usus buntu, yaitu satu bagian pendek usus besar
yang buntu. Disebelah kanan dalam rongga perut terdapat usus besar naik, dalam
rongga perut sebelah atas terdapat lanjutannya sebagai usus besar melintang dan
dalam rongga perut sebelah kiri dijumpai usus besar turun yang berlanjut sebagai
usus besar bentuk "S". Usus ini kemudian menjadi poros usus. Di dalam usus besar
sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna lagi menjadi kental, karena airnya
diserap kembali oleh dinding usus besar. Kemudian sisa makanan tersebut sampai
kedalam poros usus yang terletak pada dinding belakang panggul kecil. Bagian
bawah poros usus itu akhirnya bermuara pada lubang dubur yang nantinya
dikeluarkan.
Download