SASARAN KESELAMATAN PASIEN DI RS dr Tini Sekarwati, MM SASARAN KESELAMATAN PASIEN (INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS) 1. Ketepatan Identifikasi Pasien 2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif 3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai 4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur dan Tepat Pasien Operasi 5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan 6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN GAMBARAN UMUM • SKP syarat mayor dalam akreditasi KARS • Maksud dari SKP: mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien • SKP : menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam Yankes • Perbaikan Disain sistem yang baik: – memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, – difokuskan pada solusi-solusi sistem yang menyeluruh. SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki / meningkatkan ketelitian identifikasi pasien. Maksud dan Tujuan SKP I Keliru mengidentifikasi pasien : 1. Terjadi hampir di semua aspek diagnosis dan pengobatan 2. Dalam keadaan : 1. 2. 3. 4. 5. pasien masih dibius pindah tempat tidur pindah kamar pindah lokasi di dalam rumah sakit pasien memiliki cacat indra KESALAHAN IDENIFIKASI BISA TERJADI PADA BERBAGAI KEADAAN 1. Pembedahan dilakukan pada orang yang salah 2. Kesalahan pemberian obat: Diberikan pada pasien yang salah 3. Salah diagnosis Salah mengidentifikasi hasil Pemeriksaan PA salah pasang label 4. Salah mengidentifikasi saat memasang nama pada foto/imaging 5. Salah orang saat melakukan tranfusi darah 6. Salah dentifikasi saat mengambil specimen (dahak, air seni, darah, dll) salah pasang label 7. Salah menyerahkan bayi pada bukan orang tuanya 8. Kesalahan pengisian data pasien. Penulisan nama pasien tidak jelas/tulisan tangan tidak jelas WARNA GELANG PASIEN • GELAN IDENTITAS G IDENTITAS • Biru: Laki Laki • Pink: Perempuan • GELANG PENANDA: • Merah: Alergi • Kuning: Risiko Jatuh • Ungu : Do Not Resucitate CARA IDENTIFIKASI PASIEN 1. Identitas pasien melekat pada pasien Gelang Identifikasi 2. Identitas pasien tak bisa/takmudah berubah 3. Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari minimal tiga identitas 1. nama pasien ( e KTP) 2. tanggal lahir atau 3. nomor rekam medis !!!! dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien atau lokasi Bila ada kekecualian, RS harus membuat SPO khusus CARA IDENTIFIKASI PASIEN Petemuan Pertama seorang petugas dengan pasien: 1. Secara verbal: Tanyakan nama pasien 2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien. Cek dua dari tiga identitas, cocokkan dengan perintah dokter Pertemuan berikutnya lihat secara visual ke gelang pasien, Cek dua identitas dari tiga identitas cocokkan dengan perintah dokter SAAT PEMASANGAN GELANG OLEH PETUGAS Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, menutupi gelang .dll Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila akan melakukan tindakan atau memberi obat memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi nama dan mengecek ke gelang Jelaskan manfaat gelang pasien 1. Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi terdiri dari tiga identitas: nama pasien (e KTP), nomor rekam medik, dan tanggal lahir. 2. Pasien laki-laki memakai gelang warna biru, pasien perempuan memakai gelang warna pink, sedangkan gelang merah sebagai penanda alergi, dan gelang kuning penanda risiko jatuh, gelang ungu penanda Do not Resucitate 3. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai e-KTP bila tak ada gunakan KTP/kartu identitas lainnya, bila tak ada semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada formulir identitas yang disediakan RS dengan huruf kapital pada kotak kota huruf yang disediakan, nama tidak boleh disingkat, tak boleh salah ketik walau satu huruf 4. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak, tulisan tangan hanya boleh bila printer sedang rusak/tak ada fasilitas untuk itu dan harus segera diganti bila printer berfungsi kembali. KEBIJAKAN 1. Saat memasang gelang harus dijelaskan manfaat gelang pasien, dan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, menutupi gelang .dll, minta pasien utuk mengingatkan petugas bila akan melakukan tindakan atau memberi obat memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi nama dan mengecek ke gelang 2. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua dari tiga identitas diatas 3. Cara Identifikasi : verbal (menanyakan/mengkonfirmasi nama pasien) dan visual (melihat gelang pasien dua identitas, cocokkan identitas pada RM pasien) 4. Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum dilakukan pemberian obat, tranfusi/produk darah, pengobatan, prosedur /tindakan, diambil sample darah, urin atau cairan tubuh lainnya 1. Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang identitas pasien kecuali telah ditetapkan lain oleh RS,misalnya ruang haemodialisa, endoskopi 2. Pasien dengan nama sama harus diberi tanda “HATI HATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA” pada rekam medik dan semua formulir permintaan penunjang PETUGAS HARUS MELAKUKAN IDENTIFIKASI PASIEN SAAT: 1. pemberian obat 2. pemberian darah / produk darah 3. pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis 4. Sebelum memberikan pengobatan 5. Sebelum memberikan tindakan Standar I • 1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien • 2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah. • 3.Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis (lihat juga AP.5.6, EP 2) 4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur. • 4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur • 5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Komunikasi efektif akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan Keselamatan Pasien : Komunikasi efektif 1. 2. 3. 4. 5. tepat waktu akurat lengkap jelas dipahami oleh pihak-pihak terkait Bentuk Komunikasi: Elektronik Lisan tertulis Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan Terjadi pada saat: Perintah diberikan secara lisan Perintah diberikan melalui telpon Saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis. TBAK 1. 2. 3. Tulis Lengkap Baca Ulang- Eja untuk NORUM/LASA Konfirmasilisan dan tanda tangan Sutoto.KARS 19 Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan Terjadi pada saat: Perintah diberikan secara lisan Perintah diberikan melalui telpon Saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis. Sutoto.KARS 20 SBAR I INTRODUCTION S SITUATION B BACKGROUND A ASSESSMENT INDIVIDU YANG TERLIBAT DALAM HANDOFF MEMPERKENALKAN DIRI, PERAN DAN TUGAS , PROFESI KOMPLAIN, DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN DAN KEINGINAN DAN KEBUTUHAN PASIEN TANDA-TANDA VITAL, STATUS MENTAL , DAFTAR OBAT-OBATAN DAN HASIL LAB PENILAIAN SITUASI SAAT INI OLEH PROVIDER R REKOMENDATION MENGIDENTIFIKASI HASIL LAB YG TERTUNDA DAN APA YANG PERLU DILAKUKAN SELAMA BEBERAPA JAM BERIKUTNYA DAN REKOMENDASI LAIN UNTUK PERAWATAN Q/A QUESTION N KESEMPATAN BAGI TANYA-JAWAB DALAM ANSWER PROSES HANDOFF SBAR A Communication Technique for Today's Healthcare Professional SBAR is a standardized way of communicating. It promotes patient safety because it helps individuals communicate with each other with a shared set of expectations. It improves efficiency and accuracy. SBAR stands for: Situation Background Assessment Recommendation Sutoto.KARS 23 Elemen Penilaian SKP.II. 1. 2. 3. 4. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan kritis dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah (lihat juga MKI.19.2, EP 1) Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan kritis dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah. (lihat AP 5.3.1 maksud dan tujuan) Perintah atau hasil pemeriksaan kritis dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten Sutoto.KARS 24 SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT) • Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obatobat yang perlu diwaspadai (high- alert) Sutoto.KARS 26 Maksud dan Tujuan SKP 3 • Obat yg Perlu diwaspadai : obat yang sering menyebabkan KTD atau kejadian sentinel; – HIGH ALERT – ELEKTROLIT KONSENTRAT – NORUM/LASA (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip/Look alike sound alike) • Kesalahan bisa terjadi: – Secara tidak sengaja – Bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan sebelum ditugaskan – Pada keadaan gawat darurat Sutoto.KARS 27 Contoh Obat-obat High Alert dI Indonesia 1. Elektrolit Konsentrat dan Obat Kalium Klorida (KCl) : 7,46 % vial 25 mL Calsium Glukonat : 10 % 10 mL Natrium Bikarbonat : 8,4 % 25 mL Natrium Klorida (NaCl) : > 0,9 % Magnesium Sulfat (MgSO4) : 20 % 25 mL dan 40% 25 mL K Cl Concentrated • Concentrated potassium chloride has been identified as a highrisk medication by organizations in Australia, Canada, and the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland (UK) (1). • In the US, 10 patient deaths from misadministration of K Cl concentrated solution were reported to the Joint Commission in just the first two years of its sentinel event reporting programme: 1996–1997 (1). • In Canada, 23 incidents involving KCl mis-administration occurred between 1993 and 1996 (2). • There are also reports of accidental death from the inadvertent administration of concentrated saline solution (3). Sutoto.KARS 29 ELEKTROLIT KONSENTRAT 1. kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml 2. kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml 3. natrium/sodium klorida > 0.9% 4. magnesium sulfat => 50% atau lebih pekat Sutoto.KARS ! HIGH ALER T 30 Elekrolit Konsentrat Kalium Clorida (KCl) 7,46 25 mL Look alike LASA Sutoto.KARS 32 KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI FARMASI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan kepada perawat Pisahkan obat high alert dengan obat lain Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double, setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk memastikan tak ada salah pasien dan salah dosis Obat hig alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus, tempel stiker label nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan sesuai ketentuan HIGH Sutoto.KARS ALER T 33 SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPATPROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi, tepatprosedur, dan tepat- pasien. Sutoto.KARS 34 OPERASI SALAH KAKI Sutoto.KARS 35 Penyebab salah ,lokasi, salah prosedur, salah pasien pada ope 1. Komunikasi Yang Tidak Efektif/Tidak Adekuat Antara Anggota Tim Bedah 2. Kurang/Tidak Melibatkan Pasien Di Dalam Penandaan Lokasi (Site Marking) 3. Tidak Ada Prosedur Untuk Verifikasi Lokasi Operasi 4. Asesmen Pasien Yang Tidak Adekuat 5. Penelaahan Ulang Catatan Medis Tidak Adekuat 6. Budaya Yang Tidak Mendukung Komunikasi Terbuka Antar Anggota Tim Bedah 7. Resep Yang Tidak Terbaca (Illegible Handwriting) 8. Pemakaian Singkatan Penyebab Salah-lokasi, Salahprosedur, Salah Pasien Pada 1. Komunikasi Yang Tidak Efektif/Tidak Adekuat Antara Anggota Tim Bedah 2. Kurang/Tidak Melibatkan Pasien Di Dalam Penandaan Lokasi (Site Marking) 3. Tidak Ada Prosedur Untuk Verifikasi Lokasi Operasi 4. Asesmen Pasien Yang Tidak Adekuat 5. Penelaahan Ulang Catatan Medis Tidak Adekuat 6. Budaya Yang Tidak Mendukung Komunikasi Terbuka Antar Anggota Tim Bedah 7. Resep Yang Tidak Terbaca (Illegible Handwriting) 8. Pemakaian Singkatan Sutoto.KARS 37 IDENTIFIKASI DILAKUKAN PADA • 1.pemberian obat • 2. pemberian darah / produk darah • 3. pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis • 4. Sebelum memberikan pengobatan • 5. Sebelum memberikan tindakan BEBERAPA PROSEDUR YANG TIDAK MEMERLUKAN PENANDAAN: • Kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar) • Kasus intervensi seperti kateter jantung • Kasus yang melibatkan gigi • Prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan menyebabkan tato permanen Sutoto.KARS 39 TIME OUT Sutoto.KARS 40 Sebelum Induksi Anestesi: Apakah…… 1. Identifikasi pasien, prosedur, informed concent sudah dicek ? 2. Sisi operasi sudah ditandai ? 3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ? 4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ? 5. Allergi ? 6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi 7. Risiko kehilangandarah >= 500ml Sutoto.KARS 41 Sebelum Insisi Kulit (Timeout):Apakah ……. 1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran) 2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi 3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60 menit sebelumnya 4. Antisipasi kejadian kritis: 1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ? 2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ? 3. Perawat : Sterilitas , instrumen ? 5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ? Sutoto.KARS 42 TIME OUT Sutoto.KARS 43 Sebelum Pasien Meninggalkan Kamar Operasi 1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal, bersama dr dan anestesid 1. 2. 3. 4. Nama prosedur, Instrumen, gas verband, jarum lengkap Speciment telah di beri label dengan PID tepat Apa ada masalah peralatan yang harus ditangani 2. Dokter kpd perawat dan anesesi, apa yang harus diperhatikan dalam recovery Sutoto.KARS dan manajemen pasien 44 SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN • Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Sutoto.KARS 46 Maksud dan Tujuan SKP.V. PPI (Pencegahan dan pengendalian infeksi ): tantangan terbesar dalam yan kes peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang terkait yan kes keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi dijumpai dalam semua bentuk yan kes termasuk: UTI,blood stream infections dan VAP Pokok pokok eliminasi : cuci tangan (hand hygiene) yang tepat pakai Pedoman hand hygiene dari WHO Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang sudah diterima secara umum untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit. Sutoto.KARS 47 • Luka Operasi Terinfeksi MRSA SETIAP STAF KLINIS HARUS MENCUCI TANGAN SESUAI STANDAR WHO, DAN MENERAPKAN FIVE MOMENT FOR HAND HYGINE Sutoto.KARS 50 Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety Sutoto.KARS 51 Untuk menghitung surveilens yang dipakai adalah insiden rate. Insiden Rate infeksi luka operasi adalah jumlah pasien infeksi luka operasi ( Numerator) dibagi jumlah total kasus operasi ( Denominator) dikali 100 % . Sedangkan Rate VAP/ISK/IADP adalah jumlah VAP/ISK/IADP ( Numerator) dibagi total jumlah hari pemakaian alat ( Denominator) dikali 1000 Data harus dianalisa dengan cepat dan tepat, untuk mendapatkan informasi apakah ada masalah infeksi HAIs, yang memerlukan penanggulangan atau investigasi lebih lanjut. Interpretasi yang dibuat harus menunjukkan informasi tentang penyimpangan yang terjadi. Bandingkan angka infeksi HAIs apakah ada penyimpangan , dimana terjadi kenaikkan atau penurunan yang cukup tajam. Perhatikan dan bandingkan kecenderungan menurut jenis infeksi HAIs, ruang perawatan dan patogen penyebab bila ada. Perlu dijelaskan sebab-sebab peningkatan atau penurunan angka infeksi HAIs, jika ada data yang mendukung relevan dengan masalah yang dimaksud. SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH • Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh. Sutoto.KARS 54 Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company, New Sutoto.KARS York. 2009. 55 Elemen Penilaian SKP.VI. 1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dll. lihat juga AP.1.6, EP4) 2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh . (lihat juga AP.1.6, EP5) 3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan 4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit Sutoto.KARS 56 Sutoto.KARS 58 CONTOH: ASESMEN RISIKO JATUH MORSE FALL SCALE Sutoto.KARS 59 TINDAKAN PENCEGAHAN JATUH SECARA UMUM Sutoto.KARS 60 Pediatric Patient Falls Scale Scale Characteristics General Risk Assessment of Pediatric Inpatient Falls (GRAF-PIF) Humpty-Dumpty Scale- Inpatient CHAMPS Pediatric Fall Risk Assessment Tool Pediatric Fall Risk Assessment Scale (PFRA) Used at NCH Physical & physiological falls (not developmental) All types of falls except when child is “dropped” All types of falls All types of falls 5 items 7 items 4 items 10 items Scale 0 to 5+ Scale 7 to 23 Scale 0 to 4 Scale 0 to 30 Cut-off score = 2 Cut-off score = 12 Cut-off score = 1 Cut-off score = 5 Sutoto.KARS 61 Sutoto.KARS 64 REFERENSI • Sutoto ,Sasaran Keselamatan pasien Sekian Terima Kasih Sutoto.KARS 66