E-LEARNING BIOKIMIA, k10 METABOLISME KARBOHIDRAT: DEGRADASI KARBOHIDRAT DAN SINTESIS ATP DAFTAR ISI Halaman Judul…………………………………………………………………………………..1 Daftar Isi………………………………………………………………………………………...2 BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………………..3 BAB 2 Isi A. Tiga Jalur Alternatif Pembentukan Glukosa Menjadi Piruvat 1. Jalur ED (Entner Duodoroff)………………………………………………………..4 2. Jalur HMP(Hexosa Mono Phosfat)………………………………………………....5 3. Jalur Glikolisis……………………………………………………………………....6 B. Katabolisme Karbohidrat 1. Respirasi Anaerob (Fermentasi) a. Fermentasi Alkohol…………………………………………………………….14 b. Fermentasi Asam Laktat………………………………………………………..14 2. Respirasi Aerob a. Dekarboksilasi Oksidatif (DBO)………………………………………………..15 b. Daur Asam Sitrat (Siklu Krebs)………………………………………………...16 c. Transpor Elektron (Fosforilasi Oksidatif) ………………………………………23 C. Mekanisme Shuttle ……………………………………………………………………...25 D. Penghitungan ATP ……………………………………………………………………...28 Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………..29 1 BAB I PENDAHULUAN Metabolisme adalah aktivitas sel yang amat terkoordinasi, mempunyai tujuan, dan mencakup berbagai kerjasama banyak sistem multienzim. Terdapat dua fase pada metabolisme yaitu, katabolisme dan anabolisme. Katabolisme merupakan proses penguraian yang menyebabkan molekul organic nutrient seperti karbohidrat, lipid, dan protein terurai menjadi bagian yang lebih kecil dan sederhana melalui reaksi-reaksi yang bertahap. Pada katabolisme, salah satu jalur alternative pembentukan piruvat yaitu glikolisis, dapat terjadi secara aerob bila keadaan oksigen meencukupi sehingga akan terjadi proses selanjutnya seperti siklus asam sitrat dan transport electron, serta anaerob bila keadaan oksigen tidak memadai sehingga terjadi proses fermentasi. Gambar 1. Penampang mitokondria. Mitokondria adalah organel sel lonjong yang memiliki struktur kompleks sebagai tempat terjadinya proses respirasi sebagai pembongkaran dari karbohidrat. Mitokondria memiliki dua system membrane, yaitu membrane luar dan membrane dalam yang berlipat-lipat. Membrane dalam yang berlipat-lipat disebut dengan krista. Selain itu, mitokondria juga memiliki matriks mitokondria yang dibatasi membrane dalam. Fungsi sel di dalam mitokondria sebagai tempat penghasil energy melalui proses respirasi. Fosforilasi oksidatif berlangsung dalam membran dalam mitokondria, sedangkan sebagian besar reaksi daur asam sitrat dan oksidasi asam lemak berlangsung 2 dalam matriks. Membran luar cukup permeable untuk sebagian besar molekul kecil dan ion, karena mengandung banyak porin., protein transmembran dengan pori besar. Sebaliknya, hampir tidak ada ion atau molekul polar yang dapat menembus membran. BAB II. ISI A. Tiga Jalur Alternatif Pembentukan Glukosa Menjadi Piruvat 1. Jalur ED (Entner Doudroff) Jalur ini terjadi pada bakteri, terutama pada Pseudomonas sp. Dengan menggunakan substrat glukosa , maka tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut: Gambar 2. Jalur Entner-Duodoroff. Keterangan: a. Mengubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat oleh ATP. ATP ini bertindak untuk menjaga konsentrasi glukosa rendah. b. Mengoksidasi gugus aldehid dari glukosa-6-fosfat menjadi 6 asam fosfoglukonat. 3 c. 6 asam fosfoglukonat lalu mengalami dehidrasi menjadi 2 keto-3deoksi-6 fosfoglukonat dengan bantuan enzim 6 fosfat dehidrogenase yang merupakan salah satu enzim kunci dalam reaksi jalur Entner Doudoroff (ED). d. 2 keto-3deoksi-6fosfoglukonat akan dipecah oleh enzim KDPG aldose menghasilkan piruvat dan gliseral dehid-3-fosfat. e. Gliseral dehid-3-fosfat ini akan masuk ke jalur glikolisis. 2. Jalur HMP (Hexosa Mono Phosfat) Jalur ini terjadi pada sel tumbuhan dan sel hewan. Jalur ini juga dinamakan jalur simpang fosfoglukonat, jalur metabolisme pentosa fosfat atau jalur simpang heksosa monofosfat. Jalur ini merupakan alternatif untuk oksidasi glukosa. Reaksi ini berguna untuk membentuk gula pentosa dll, untuk keperluan biosintesis. Hasil dari jalur ini adalah menghasilkan NADPH dan ribosa. Pada tahap pembentukan glukosa-6-fosfat ini membutuhkan ATP untuk pengaktifan glukosa. Jika tidak ada ATP maka reaksi ini tidak akan berjalan. Tahapannya : 4 Keterangan: a. Megubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat dengan membutuhkan ATP. Karena ATP tersebut sebagai pengaktif glukosa. b. Glukosa 6 fosfat didehidrogenasi dengan bantuan suatu enzim dehidrogenase menghasilkan 6-fosfoglukono lakton dan NADPH. c. 6 fosfoglukonat mengalami oksidasi dan dekarboksilasi dengan bantuan enzim 6 fosfoglukonat dehidrogenase, membentuk ribulosa 5 fosfat dan 1 molekul NADPH. d. Selanjutnya ribulosa 5 fosfat berturut-turut diubah oleh enzim ribulosa fosfat 3-epimerase menjadi silulosa 5 fosfat. Silulosa 5– fosfat diubah menjadi gliseraldehid 3-fosfat dan nantinya akan diubah menjadi piruvat.Pada reaksi ini terbentuk 2 NADPH dan ribosa 5 fosfat. 5 * Eritrosit dewasa tidak mempunyai inti sel dan organel sel ( mitokondria ) Rantai Respirasi dan Siklus Asam Sitrat tidak dapat terjadi * oksidasi glukosa di eritrosit selalu menghasilkan asam laktat * Glikolisis di dalam eritrosit mamalia ada jalan samping yg bertujuan untuk membentuk : 2,3-bifosfo Gli serat yg berfungsi untuk membantu melepas ikatan HbO2 ( Oksihemoglobin ) menjadi Hb + O2 3. Jalur Glikolisis atau EMP (Embden, Meyerhof, dan Parnas) Kata glikolisis (glycolysis) berarti ‘pemecahan gula’ dan itulah yang terjadi dalam proses ini. Glikolisis merupakan suatu proses penguraian molekul glukosa 6 yang memiliki 6 atom karbon, dalam urutan proses glikolisis melibatkan 10 reaksi enzimatik, untuk menghasilkan dua molekul asam piruvat, yang memiliki 3 atom karbon. Glikolisis merupakan suatu lintas pusat universal dari katabolisme glukosa yang dapat terjadi di sel hewan, sel tumbuhan, dan mikrobia. Jalur glikolisis ini terjadi di sitoplasma sel. (Lehninger, 1982:73) 7 Gambar 3 Jalur Glikolisis Dalam glikolisis ini melibatkan 10 enzim di dalamnya, kelima tahap pertama menyusun fase persiapan, yang berfungsi untuk mengumpulakan rantai karbon semua heksosa yang telah dimetabolisasi dalam satu bentuk produk umum, yaitu Gliseraldehida 3-fosfat. Sedang fase kedua glikolisis, yang dilangsungkan oleh lima enzim sisanya, yang menggambarkan hasil energy yang dibebaskan. 8 Fase pertama 1. Pembentukan Glukosa menjadi Glukosa 6-fosfat Dalam proses pembentukan Glukosa 6-fosfat dari Glukosa melibatkan enzim Heksokinase (terutama pada Sapi/Ruminansia) dan membutuhkan 1 ATP yang berguna sebagai pengaktif Glukosa yang merupakan bahan awal dalam proses ini. Jika Glukosa sudah aktif maka proses glikolisis selanjutnya akan berjalan. Enzim Heksokinase adalah enzim kunci yang pertama dalam glikolisisyang bersifat alosterik, dengan Glukosa 6-fosfat sebagai produk dan inhibitornya (penghambat) bila dalam keadaan berlebih, sehingga akan bersifat racun. Sedangkan pada hewan non ruminansia / unggas enzim glukokinase lebih aktif. Kedua enzim tersebut mempunyai Km yang berbeda. Pada sapi Km heksokinase Km 0,01 mM : punya afinitas yg tinggi (Km rendah) untuk glukosa hal ini akan menjamin suplai glukosa untuk jaringan walau glukosa darah rendah. Sedang pada Ayam enzim yg lebih berperan dlm glikolisis ini adalah glukokinase Km 20mM (Km tinggi) akan bekerja optimal pd [glu] diatas 100 mg/dl, [glu] darah normal 5mM. Perubahan Glu menjadi G-1-P dikatalisis oleh enzim : Heksokinase dan atau Glukokinase. Perbedaan kedua enzim tersebut adalah: * Enzim Heksokinase : - terdapat di sel otot ( selain hati dan pankreas ) - dihambat secara allosterik oleh produk akhirnya - mempunyai afinitas tinggi terhadap glukosa Km 0,01mM. * Enzim Glukokinase : - terdapat di sel hati dan pankreas - aktif pada saat konsentrasi glukosa darah tinggi Km 20mM. * di jar. selain hati & pankreas, glukosa masuk glikolisis dikontrol oleh h. insulin 9 2. Pembentukan Fruktosa-6-fosfat dari Glukosa 6-fosfat Dalam pembentukan Fruktosa-6-fosfat dari Glukosa 6-fosfat dibantu dengan menggunakan enzim Fosfoglukoisomerase. Enzim ini mengubah aldose menjadi ketosa. 3. Pembentukan Fruktosa- 1,6 bifosfat dari Fruktosa-6-fosfat 10 Pada bagian proses ini membutuhkan 1 ATP dan enzim Fosfofruktokinase sebagai katalis. Enzim ini dapat terhambat jika ADP dalam keadaan berlebih, sehingga tidak akan terjadi pembentukan ATP dan akan bersifat racun. 4. Pembentukan Gliseraldehida-3-fosfat dan Dihidroksiaceton fosfat dari Fruktosa-6-fosfat Dalam proses pembentukan ini, enzim yang mengatalisis adalah enzim Aldolase yang memecah Fruktosa-6-fosfat menjadi dua molekul Gliseraldehida3-fosfat dan Dihidroksiaseton fosfat. 11 5. Akan tetapi dari kedua molekul Gliseraldehida-3-fosfat dan Dihidroksiaseton fosfat, yang akan berlanjut untuk Fase Kedua hanya Gliseraldehida-3-fosfat. Hal ini terjadi karena kecenderungan Dihidroksiaseton fosfat yang selalu berubah menjadi Gliseraldehida-3-fosfat melalui proses bolak-balik yang dibantu oleh enzim Isomerase, sehingga berdampak pada proses fase kedua yang seluruh factor dan produknya akan dikalikan dua. Fase Kedua 6. Pembentukan 1,3 bifosfagliserat dari Gliseraldehida-3-fosfat Pembentukan 1,3 bifosfagliserat dari Gliseraldehida-3-fosfat dikatalisis oleh enzim Triosa fosfat dehydrogenase. Dalam pembentukan ini terdapat 2 NAD+yang menghasilkan 2 NADH+ + 2H+.2 NADH+ini merupakan bentuk lain dari ATP. 7. Pembentukan 3-fosfogliseratdari 1,3 bifosfagliserat Untuk menjadi 3-fosfogliserat dari 1,3 bifosfagliserat dibutuhkan enzim Fosfogliserokinase yang mengatalisis 1,3 bifosfagliserat dan menghasilkan 2 ATP dalam prosenya. Enzim Fosfogliserokinase merupakan enzim kunci yang kedua setelah enzim Heksokinase. Sedangkan 2 ATP yang dihasilkan merupakan hasil dari fosforilasi pada tingkat substrat yang artinya pembentuka ATP dari hasil pemecahan substrat. 12 8. Pembentukan 2-fosfogliserat dari 3-fosfogliserat Dalam reaksi 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat ini dikatalisis olah enzim Fosfogliseromutase. 9. Pembentukan Fosfoenol piruvat dari 2-fosfogliserat Dalam proses ini untuk menjadi Fosfoenol piruvat, 2-fosfogliserat dienolase kemudian melepaskan 2 molekul H2O. 13 10. Pembentukan Piruvat dari Fosfoenol piruvat Pembentukan Piruvat dari Fosfoenol piruvat merupakan reaksi terakhir. Dalam reaksi ini dihasilkan ATP dan piruvat secara bersamaan. Reaksi ini menggunakan katalisis enzim Piruvat kinase. 14 Secara ringkas, persamaan keseluruhan bagi glikolisis dalam hal ini adalah Glukosa + 2Pi+ 2ADP + 2NAD+ 2 Piruvat - + 2ATP + 2NADH + 2H+ + 2H2O (Lehninger, 1982 : 90) Jadi, hasil dari bersih proses glikolisis adalah 2 NADH, 2 ATP, dan 2 Piruvat. Pemecahan Glukosa menjadi piruvat dari proses glikolisis ini dapat terjadi dalam keadaan tanpa oksigen atau respirasi anaerob dan dengan oksigen atau respirasi aerob. Respirasi anaerob meliputi fermentasi alcohol dan fermentasi asam laktat, sedangkan respirasi aerob meliputi Dekarboksilasi Oksidatif (DBO) dan Daur Asam Sitrat atau Siklus Krebs (Gambar ...).. 15 B. Katabolisme Karbohidrat Piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis, pada keaadaan anaerob (tidak membutuhkan oksigen), asam piruvat direduksi menjadi alkohol (etanol) dan asam laktat. 1. Respirasi Anaerob (Fermentasi) a. Fermentasi Alkohol Fermentasi alkohol terjadi pada ragi (misalnya Saccharomyces sp). Contoh fermentasi alkohol pada proses pembuatan tape. Jalur metabolisme proses ini sama dengan glikolisis sampai dengan terbentuknya piruvat. Reaksi ini mengubah asam piruvat menjadi alkohol. Pembentukan alkohol terjadi dalam dua tahap. Pada tahap pertama asam piruvat diubah menjadi asetaldehid dengan melepaskan karbondioksida. Enzim yang berperan adalah enzim piruvat dekarboksilase. Lalu tahap kedua asetaldehida diubah menjadi etanol dengan mereduksi NADH+H+ menjadi NAD+. Enzim yang berperan alkohol dehidrogenase. Dengan demikian, etanol dan CO2 merupakan hasil akhir fermentasi alkohol , dan jumlah energi yang dihasilkan 2 ATP. 16 b. Fermentasi Asam Laktat Asam piruvat diubah menjadi laktat dengan cara mereduksi NADH menjadi NAD dengan bantuan enzim laktat dehidrogenase. Fermentasi ini terjadi pada otot. Ada juga asam laktat yang terjadi pada proses pembuatan asam susu (yakult). Pada fermentasi asam laktat ini berperan bakteri asam laktat (BAL). Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram positif berbentuk kokus atau batang, tidak membentuk spora, suhu optimum ± 400C, pada umumnya tidak motil, bersifat anaerob, katalase negatif dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat. Sifat-sifat khusus bakteri asam laktat adalah mampu tumbuh pada kadar gula, alkohol, dan garam yang tinggi, mampu memfermentasikan monosakarida dan disakarida. Jadi hasil akhir 2 ATP, jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan energi yang dihasilkan oleh glikolisis aerob yaitu 8 ATP. 2. Respirasi Aerob a. Dekarboksilasi Oksidatif 17 Piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif, yaitu suatu proses dihidrogenasi yang melibatkan pemindahan gugus karboksil sebagai molekul CO2 dan gugus asetil sebagai asetil-KoA. Kedua atom hidrogen yang dilepaskan dari piruvat muncul sebagai NADH dan H+. NADH yang terbentuk ini lalu memberikan elektronnya kepada transport elektron (Lehninger,1982:115-116). Reaksi yang dikatalis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan 3 macam enzim yaitu enzim piruvat dehydrogenase (E1), enzim dihidrolipoil transasetilase (E2), enzim dihidrolipoil dehydrogenase (E3). Terdapat koenzim tiamin pirofosfat (TPP), lipoamida, dan FAD bertindak sebagai kofaktor katalitik, disamping KoA dan NAD+ yang merupakan kofaktor stoikiometrik. Unit asetil aktil ini yang kemudian mengalami oksidasi sempurna menjadi CO2 melalui daur asam sitrat (Siklus krebs). Daur asam sitrat merupakan jalur metabolisme bersama untuk oksidasi molekul bahan bakar seperti asam amino, lemak dan karbohidrat. Sebagian besar molekul yang masuk daur asam sitrat sebagai asetil KoA. b. Daur Asam Sitrat (Siklus Krebs) Pada keadaan aerob, setelah jalur glikolisis yang mengubah glukosa menjadi piruvat adalah dekarboksilasi oksidatif piruvat menjadi asetil koenzim A (asetil KoA). Unit asetil aktif ini kemudian mengalami oksidasi sempurna 18 menjadi CO2 melalui daur asam sitrat, yang juga dikenal sebagai daur asam trikarboksilat atau daur krebs. Daur asam sitrat merupakan jalur metabolisme bersama untuk oksidasi molekul bahan bakar seperti asam amino, asam lemak, dan karbohidrat. Sebagian besar molekul masuk daur asam sitrat sebagai asetil KoA. Daur ini juga menyediakan senyawa antara untuk proses biosintesis. Pada eukariot, reaksi daur asam sitrat berlangsung dalam mitokondria, berbeda dengan glikolisis, yang berlangsung di sitosol (Gambar ...). 1) Pembentukan Sitrat Daur asam sitrat dimulai dengan bergabungnya suatu unit empat karbon, oksaloasetat, dengan sutau unit dua karbon, gugus asetil dari asetil KoA. Oksaloasetat bereaksi dengan asetil KoA dan H2O menghasilkan sitrat dan KoA. Reaksi ini merupakan kondensasi aldol diikuti oleh hidrolisis, yang dikatalisis oleh enzim sitrat sintase. Oksaloasetat awalnya berkondendsasi dengan asetil KoA membentuk sitril KoA, yang kemudian mengalami hidrolisis menjadi sitrat dan KoA. Reaksi keseluruhan yang dikatalis : 19 Asetil KoA + oksaloasetat + H2O sitrat + KoA-SH 2) Isomerisasi Sitrat menjadi Isositrat melalui sis-Akonitat Enzim akonitasemengkatalis perubahan dapat balik sitrat menjadi isositrat, melalui pembentukan senyawa antara asam trikarboksilat sisakonitat, yang biasanya tidak terdisosiasi dari sisi akrif enzim. Cara sitrat menjadi isositrat adalah mula-mula terjadi dehidrasi menjadi sis-akonitat (yg tetap terikat enzim) kemudian terjadi rehidrasi menjadi isositrat. Akonitase mengkatalisa penambahan H2O secara dapat balik kepada ikatan ganda pada sis-akonitat yang terkait oleh enzim dalam dua cara yang berbeda. Yang satu menuju pembentukan sitrat dan yang satu menuju pembentukan isositrat (Lehninger, 1982: 125). 3) Oksidasi dan dekarboksilasi isositrat menjadi -ketoglutarat dan CO2 Pada tahap selanjutnya, isositrat terdehidrogenasi menjadi αKetoglutarat dan CO2 oleh enzim isositrat dehidrogenase. Terdapat dua jenis 20 isositrat dehidrogenase, yang satu memerlukan NAD+ sebagai penerima elektron, dan yang lain NADP+ yang lainnya. Reaksi keseluruhan yang dikatalis oleh kedua isositrat dehidrogenase selain perbedaan diatas, bersifat sama. Terdapat dua jenis isositrat dehidrogenase,yang satu memerlukan NAD+ sebagai penerima elektron, dan yang lainya NADP+ yang lain. Reaksi keseluruhan yang dikatalis oleh kedua isositrat dehidrogenaseselain perbedaan diatas bersifat sama. (Lehninger, 1982: 125) 21 4) Pembentukan Suksinil KoA Perubahan isositrat menjadi -ketoglutarat diikuti oleh reaksi dekarboksilasi oksidatif kedua, pembentukan suksinil KoA dari ketoglutarat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim kompleks -ketoglutarat dehidrogenase yang terdiri dari tiga macam enzim. Reaksi ini sebenarnya sama dengan reaksi piruvat dehidrogenase yang didiskusikan sebelumnya, keduanya mengkatalis oksidasi suatu asan α-keto dengan melepaskan gugus karboksil sebagai CO2 (Lehninger, 1982: 125). 5) Pembentukan senyawa fosfat energi tinggi dari suksinil KoA Suksinil tioester dari KoA mengandung ikatan energi tinggi. Pemutusan ikatan tioester suksinil KoA dirangkaikan dengan fosforilasi guanosin difosfat (GDP). Reaksi reversibel ini dikatalis oleh enzim suksinil KoA sintetase. Reaksi ini merupakan satu – satunya langkah dalam daur asam sitrat yang langsung menghasilkan senyawa fosfat energi tinggi. GTP sendiri digunakan sebagai donor fosfat pada sintesis protein. Di samping itu, terjadi pemindahan gugus fosfat dari GTP ke ADP, sehingga terbentuk. Enzim yang mengkatalis reaksi ini adalah suksinil-KoA sintetase, menghasilkan suksinat bebas dan menyebabkan pembentukan gugus fosfat terminal berenergi tinggi. GTP dari GDP dan Pi dengan mempergunakan energy bebas yang dihasilkan pada pemecahan suksinil KoA. 22 GTP yang dibentuk oleh suksinil KoA sintetase, lalu dapat memberikan gugus fosfat terminal kepada ADP, membentuk ATP, melalui kerja dapat balik suatu nukleosida difosfokinase. 6) Pembentukan kembali oksaloasetat melalui oksidasi suksinat Suksinat diubah menjadi oksaloasetat melalui tiga langkah, yaitu dehidrogenase (oksidasi), hidrasi, dan dehidrogenase kedua (oksidasi kedua). Dengan demikian terbentuk kembali oksaloasetat untuk putaran daur asam sitrat berikutnya, sedangkan energy tertangkap dalam bentuk FADH2 dan NADH. 1. Dehidrogenase Suksinat Menjadi Fumarat Tahap selanjutnya, suksinat yang dibentuk dari suksinil KoA dioksidasi menjadi fumarat oleh suatu enzim suksinat dehidrogenase. Sebagai akseptor hidrogen digunakan FAD, bukan NAD. NAD+ 23 digunakan pada reaksi oksidasi-reduksi yang lainnya pada daur asam sitrat. Digunakannya FAD sebagai akseptor hidrogen dalam reaksi ini, karena perubahan energi bebas tidak mencukupi untuk mereduksi NAD+. FAD hamper selalu merupakan akseptor elektron dalam reaksi oksidasi yang memindahkan dua atom hidrogen dari suatu substrat. Reaksi ini tidak lewat NAD, dihambat oleh malonat Suksinat + FAD Fumarat + FADH2 2. Fumarat Terhidrasi Membentuk Malat Hidrasi fumarat menjadi malat dikatalis oleh enzim fumarat hidratase, atau lebih umum disebut fumarase Fumarat + H2O L-Malat 3. Malat Mengalami Dehidrogenase Membentuk Oksaloasetat Pada reaksi terakhir siklus asam sitrat atau siklus krebs, enzim malat dehidrogenase yang mengikat NAD yang terdapat di dalam matriks mitokondria, mengkatalis dehidrogenase malat menjadi oksaloasetat. 24 L-Malat + NAD+ Oksaloasetat + NADH + H+ Reaksi total Siklus Krebs : Asetil KoA + 3NAD+ + FAD + ADP (atau GDP) + Pi + H2O 2CO2 + KoA-SH + 3 NADH + 3 H+ + FADH2 + ATP ( atau GTP) c. Transpor Elektron Fosforilasi oksidatif adalah pembentukan ATP melalui transfor elektron. Tempat terjadinya fosforelasi oksidatif adalah di lengkungan membran dalam 25 mitokondria. Sintesis ATP akan terjadi jika proton yaitu H+ dari ruang antarmembran kembali ke matriks. Ada beberapa komponen-komponen transfor elektron pada fosforelasi oksidatif respirasi. Gambar komponen Transfor elektron melalui beberapa kompleks penerima elektron : 1. Kompleks I Kompleks ini sering disebut pintu NADH. 2. Kompleks II Kompleks ini sering disebut pintu FADH2 3. Kompleks III Kompleks ini sering disebut sitokrom reduktase. 4. Kompleks IV Kompleks ini sering disebut sitokrom oksidasi. Proses penerimaan elektron dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kompleks I Di kompleks I NADH akan mengalami oksidasi : NADH NAD+ + H+ + 2e- kemudian elektron akan ditangkap oleh FMN yang mengalami reduksi : 26 NADH + H+ + FMN NAD+ + FMNH2 + 2e- kemudian elektron akan diteruskan ke Fe.S . Kemudian 2e- beserta ion H+akan diteruskan ke koenzim Q. Koenzim Q akan mereduksi menjadi QH2. Ada atom hidrogen yang terpompa menuju ruang antarmembran. Kompleks II Kompleks ini sedikit berbeda dengan yang lain karena energi yang dihasilkan rendah sehingga tidak memompa proton ke ruang antar-membran. Prosesnya adalah FADH2 akan mengalami oksidasi menjadi FAD kemudian elektron akan diteruskan menuju koenzim Q oleh Fe.S. Koenzim Q akan mengalami reduksi menjadi QH2. Kompleks III Kompleks III terdapat sitokrom b, Fe.S, dan sitokrom c1. Prosesnya adalah elektron dari koenzim Q akan ditangkap oleh sitokrom b dan kemudian akan dibawa oleh Fe.S menuju sitokrom c1. Kemudian 2e- akan diteruskan menuju sitokrom c. Hal ini menyebabkan perbedaan konsentrasi matriks dengan ruang antar-membran sehingga H+ akan dipompa menuju ruang antar membran. Kompleks IV Tersusun oleh sitokrom a, dan sitokrom a3. Prosesnya adalah elektron dari sitokrom c akan ditangkap oleh sitokrom a kemudian elektron tersebut akan diteruskan ke sitokrom a3. Kemudian elektron dari sitokrom a3 akan diterima oleh O2 dan mengoksidasinya menjadi air. Bersamaan dengan itu ada H+ yang dipompa ke ruang antar membran. Karena di ruang antar-mambran terdapat banyak H+ maka akan terjadi beda konsentrasi dengan matriks. Hal ini akan menyebabkan pindahnya H+ kembali ke matriks dan aktifnya ATP sintase yang menyebabkan terbentuknya ATP. Perbedaan NADH dan FADH2 adalah jika FADH2 langsung melalui kompleks II dan tidak melepaskan proton ke ruang antar-membran sehingga hanya melepaska proton dari kompleks III dan IV. Oleh karena itu hanya terbentuk 2 ATP. 27 C. Mekanisme Shuttle Pada proses glikolisis menghasilkan ATP dan NADH, ATP (Adenosin Tri Fosfat) merupakan suatu energy yang siap pakai, Sedangkan NADH (Nichotinamida Adenin Dineukleotida) adalah energi yang serupa dengan ATP, namun dalam bentuk simpanan lain yang nantinya akan di konveksi menjadi bentuk ATP. NADH belum bisa digunakan apabila belum di konveksi menjadi bentuk ATP. NADH yang merupakan hasil proses glikolisis tersimpan di dalam sitosol, dan untuk dapat diubah menjadi ATP harus dipindahkan ke membrane dalam mitokondria. Pada mitokondria bagian membrane luar tidak dapat ditembus oleh NADH, maka untuk dapat menembus membrane luar mitokondria maka digunakanlah mekanisme Shuttle. Mekanisme shuttle dibagi menjadi dua bagian, yaitu shuttle gliserol 3-fosfat dan shuttle Mallat. Dua shuttle (pengemban) tersebut berbeda dalam hal reseptor (penerima) H+ yang terdapat di membran dalam mitokondria pada otot jantung/ hati dan otot rangka. Ada perbedaan dalam hasil akhir pembentukan ATP pada proses respirasi. Proses respirasi yang berlangsung pada mitokondria di hati, ginjal, dan mitokondria jantung menghasilkan 38 ATP untuk satu molekul glukosa yang dipecah, karena tahap akhir respirasi aerob yaitu rantai transpor elektron berlangsung melalui sistem ulang-alik malat aspartate. Sistem ulang-alik lain adalah ulang-alik gliserol-phosphat. Sistem ini hanya menghasilkan 36 ATP untuk tiap mol glukosa, dan berlangsung di otot rangka dan otak. 1. Shuttle Gliserol 3-Fosfat Hasil glikolisis yang berupa NADH yang masih terdapat di sitosol akan melepaskan H+ , kemudian diterima oleh NAD+ . Sebelum menjadi gliserol 3-fosfat harus 28 diubah dulu menjadi dihidroksi aseton fosfat, baru dapat diubah menjadi glisrol 3-fosfat dengan bantuan enzim gliserol 3-fosfat dehidrogenase, setelah berubah menjadi gliserol 3 fosfat baru dapat menembus membrane luar mitokondria. Dari gliserol phospat ini kemudian akan dihasilkan energi. Energi yang dihasilkan di membrane dalam mitokondria bukan dalam bentuk NADH namun dalam bentuk FADH. Karena energi yang dihasilkan dalam bentuk FADH maka hasil ATP yang dihasilkan akan berbeda. Yaitu NADH yang setara dengan 3 ATP dan FADH setara dengan 2 ATP , maka di mekanisme Shuttle Gliserol 3-Fosfat ini energi yang dihasilkan setara dengan 2 ATP, bukan 3 ATP. 2. Shuttle Mallat Hasil glikolisis yang berupa NADH yang masih terdapat di sitosol akan melepaskan H+ , kemudian diterima oleh NAD+. Untuk dapat menembus membrane luar mitokondria maka maka oksaloasetat harus dirubah menjadi malat dengan bantuan enzim malat dehidrogenase. Setelah menjadi malat, baru dapat menembus membrane luar mitokondria. NADH + H+ akan diangkut ke mitokondria hanya apabila ratio NADH/NAD+lebih tinggi di sitosol dari pada di matriks mitokondria (Styer (1981:323) cit. Sumadi dan Aditya Marianti,2007). Dari malat yang telah berada dalam mitokondria kemudian dihasilkan energi dalam bentuk NADH . Artinya hasilnya tetap, yaitu dari NADH yang di sitosol setelah masuk mitokondria dihasilkan energi dalam bentuk NADH juga. Artinya hasilnya tetap, yaitu dari NADH yang 29 di sitosol setelah masuk mitokondria dihasilkan energi dalam bentuk NADH.Energi yang dihasilkan dalam bentuk NADH maka hasil ATP nya akan sama, yaitu 3 ATP karena NADH setara dengan 3 ATP. D. Penghitungan ATP Hasil dari reaksi glikolisis menghasilkan 2 NADH dan 2 ATP, 2 NADH ini apabila melewati mekanisme shuttle gliserol 3 phospat akan menghasilkan 2FADH setara dengan 4 ATP, kemudian di Siklus Krebs akan dihasilkan 6 NADH yang setara dengan 18 ATP dan juga 2 FADH2 yang setara dengan 4 ATP dan 2 ATP. Dan perubahan asam piruvat menjadi Asetil koa menghasilkan 2 NADH sehingga setara dengan 6 ATP. Sehingga jumlah ATP yang di dapatkan sebesar 36 ATP.Dan apabila pada reaksi glikolisis menghasilkan 2 NADH melewati mekanisme shuttle Mallat maka akan dihasilkan ATP sebesar 6 ATP. Sehingga jumlah ATP seluruhnya sebesar 38 ATP. Perhitungan ATP apabila melewati mekanisme Shuttle Mallat: TAHAPAN ENERGI YANG DIPEROLEH JUMLAH ATP Glikolisis 2 NADH 2 ATP 6 ATP 2 ATP 2 NADH 6 ATP 6 NADH 2 FADH2 2 ATP 18 ATP 4 ATP 2 ATP Asam piruvat Asetil koa Siklus asam sitrat (siklus krebs) Total ATP 38 ATP Perhitungan ATP apabila melewati mekanisme shuttle gliserol 3 Phospat: TAHAP Glikolisis Asam piruvat Asetil koa Siklus asam sitrat (siklus krebs) Total ATP ENERGI YANG DIPEROLEH 2 NADH 2 ATP 2 NADH 6 NADH 2 FADH2 2 ATP JUMLAH ATP 4 ATP 2 ATP 6 ATP 18 ATP 4 ATP 2 ATP 36 ATP 30 SEBENARNYA ATP (ENERGI) TIDAK HANYA BERASAL DARI OKSIDASI KARBOHIDRAT, TETAPI DAPAT JUGA DARI OKSIDASI ASAM AMINO MAUPUN GLISEROL (Gambar.....). Lebih jelasnya lagi masuknya karbohidrat, lipid maupun protein ke dalam rangkaian reaksi untuk menghasilkan energi, adalah seperti Gambar .... 31 32 Untuk hewan ruminansia jalur glikolisis diatas, tidak banyak terjadi tetapi glukoneogenesis yang lebih sering terjadi sebagai reaksi penghasil energi (Gambar ....) 33 Metabolisme karbohidrat pada manusia meliputi: • Glikolisis, yaitu oksidasi glujkosa atau glikogen menjadi piruvat dan asam laktat melalui Embden-Meyerhof Pathway (EMP). • Glikogenesis, yaitu sintesis glikogen dari glukosa. • Glikogenolisis, yaitu pemecahan glikogen, pada hepar hasil akhir adalah glukosa, sedangkan di otot menjadi piruvat dan asam laktat • Siklus Krebs atau siklus asam trikarboksilat atau siklus asam sitra adalah suatu jalan bersama dari oksidasi karbohidrat, lemak dan protein melalui asetil-Ko-A dan akan dioksidasikan secara sempurna menjadi CO2 & H2O. • Heksosa Monofosfat Shunt atau siklus pentosa fosfat adalah suatu jalan lain dari oksidasi glukosa selain EMP dan siklus Krebs. • Glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa atau glikogen dari zat-zat bukan karbohidrat. 34 • Oksidasi asam piruvat menjadi asetil Ko-A, yaitu lanjutan dari glikolisis serta menjadi penghubung antara glikolisis dan siklus Krebs. Hati permeabel terhadap glukosa oleh adanya transporter glukosa GLUT2, sel ekstrahepatik (kecuali pankreas) relatif tidak permeabel, perlu insulin utk utk pengaturan transporter. Tabel 1. Transporter glukosa utama (Harper edisi 27) 35 DAFTAR PUSTAKA Arbianto, Purwo.1994. Biokimia Konsep-konsep Dasar. Bandung: Depdikbud. Campbell, Neil A..2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Lehinger, Albert L..1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2 (diterjemahkan oleh Maggy Thenawijaya). Jakarta: Erlangga. Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta: FMIPA UNY Wirahadikusumah, Muhamad. 1985. Biokimia: Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan Lipid. Bandung: ITB Bandung. * Eritrosit dewasa tidak mempunyai inti sel dan organel sel ( mitokondria ) Rantai Respirasi dan 36 Siklus Asam Sitrat tidak dapat terjadi * oksidasi glukosa di eritrosit selalu menghasilkan asam laktat * Glikolisis di dalam eritrosit mamalia ada jalan samping yg bertujuan untuk membentuk : 2,3-bifosfo Gli serat yg berfungsi untuk membantu melepas ikatan HbO2 ( Oksihemoglobin ) menjadi Hb + O2 37