1. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan masyarakat, berkembang pula organisasi yang disebut organisasi nirlaba, yaitu organisasi yang dalam operasinya tidak berorientasi untuk menghasilkan laba. Pada umumnya organisasi jenis ini menekankan pada pelayanan sebaik-baiknya pada pihak eksternal, misalnya organisasi pelayanan kesehatan, pendidikan, layananan social dan keagamaan. Organisasi nirlaba memperoleh modal sendiri atau fund capital dengan cara memperbesar surplus yang diperoleh, menerima sumbangan atau bantuan dan donasi dari individu atau kelompok masyarakat. Tujuan utama organisasi nirlaba adalah menyediakan jasa kepada masyarakat sekitarnya dan bukan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. (Sartono, 2000). Kemampuan organisasi untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui laporan posisi keuangan yang menyediakan informasi mengenai aset kewajiban, aset bersih, dan informasi mengenai hubungan diantara unsur- unsur tersebut. Laporan posisi keuangan organisasi nirlaba disajikan secara terpisah seperti aset bersih yang terikat maupun tidak terikat penggunaannya. Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber daya organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan laporan arus kas. Organisasi nirlaba perlu memperhatikan laporan keuangannya yang berguna untuk menilai kemampuan organisasi nirlaba (PSAK No.45): Pertama, jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa tersebut, dan kedua, cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya terhadap kinerja organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba, dengan tujuan yang tidak homogen, sulit menetapkan keseragaman satuan pengukuran kinerja. Apalagi secara prinsip produk dari organisasi nirlaba adalah barang publik yang sangat sulit diukur kinerjanya (Prabowo, 2004). Melihat pentingnya laporan keuangan bagi sebuah organisasi - organisasi nirlaba, maka perlu ada suatu aturan baku yang mengatur mengenai penyusunan laporan keuangan organisasi nirlaba, IAI mengeluarkan PSAK mengenai organisasi nirlaba yaitu PSAK No.45. Menurut PSAK No.45, laporan keuangan 1 2 yang harus disajikan oleh organisasi nirlaba terdiri dari: laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan. Meskipun organisasi nirlaba memiliki peran cukup besar dalam masyarakat Indonesia, riset akuntansi keuangan di Indonesia selama ini hanya difokuskan Ada beberapa faktor yang mengakibatkan hal tersebut terjadi yaitu (1) Organisasi nirlaba memiliki tujuan dan karakteristik yang sangat berbeda dengan organisasi bisnis. (2) Sulitnya memperoleh data laporan keuangan organisasi nirlaba membuat riset akuntansi keuangan pada organisasi nirlaba menjadi sangat sulit, bahkan mustahil. Pengukuran kinerja dengan indikator kualitatif juga membuat penelitian empiris tentang kinerja organisasi nirlaba sulit dilakukan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah menganalisis kinerja keuangan organisasi nirlaba sebagai indikator kinerja organisasi nirlaba berdasarkan analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan untuk menilai kinerja organisasi nirlaba menurut Ritchie dan Kolodinsky (2003) terdiri dari rasio kinerja fiskal, rasio efisiensi aktivitas non program, rasio dukungan publik, rasio kinerja investasi dan rasio efisiensi program. Penelitian ini akan menganalisis kinerja keuangan pada Yayasan Sion yang merupakan organisasi nirlaba yang ada di Salatiga. Yayasan Sion berdiri tanggal 10 November 1977 yang dikukuhkan dalam akte notaris Y.L. Matu Salatiga dengan nomor: 14/1977 dan adanya pembaharuan berdasarkan keputusan rapat pengurus dikukuhkan dalam akte Notaris P.J. Soepratignja, SH pada tanggal 14 Agustus 1990, Nomor: 16. Untuk lebih memudahkan pengurusan administrasi dan hubungan dengan pihak pemerintah Yayasan Sion membangun kantor di atas tanah milik gereja yang beralamat di Jl. Letjend. Sukowati No. 74 Salatiga, Jawa Tengah. Di dalam perkembangannya Yayasan Sion Salatiga mengalami kesulitan dalam mengevaluasi kinerja keuangan karena tidak dilakukannya analisis khusus terhadap kinerja keuangan. Walaupun berdasarkan laporan keuangan, tetapi laporan keuangan itu tidak dianalisis lebih lanjut terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti tertarik untuk meneliti Analisis Kinerja Laporan Keuangan Yayasan Sion Salatiga berdasarkan rasio 3 keuangan yang dikemukakan oleh Ritchie dan Kolodinsky (2003) adapun rasio tersebut adalah kinerja fiskal, rasio efisiensi aktivitas non program, rasio dukungan publik, rasio kinerja investasi dan rasio efisiensi program. Sehingga bagi Yayasan Sion dan donatur, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengetahui perkembangan kinerja keuangan Yayasan Sion sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangannya dari tahun – tahun sebelumnya. 2. TINJAUAN LITERATUR 2.1. Organisasi Nirlaba Organisasi nirlaba adalah organisasi yang lebih memperhatikan jumlah kas dan saldo investasi mereka tetapi bukan laba. Tidak terdapat kebutuhan bagi mereka untuk ”mencetak laba” (Willey, 2003 dalam Yanita, 2010). Sedangkan definisi nirlaba adalah bersifat tidak mengutamakan pemerolehan keuntungan (Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional 2002). Organisasi nirlaba atau bisnis nonlaba bertujuan melayani beberapa kelompok stakeholders, yang anggotanya lebih luas dari pada stockholders. Stakeholders meliputi board of trustees, manajer, pegawai atau karyawan, kreditur, supplier, konsumen dan masyarakat sekitar (Sartono 2000). Organisasi nirlaba dapat terus bertahan hidup demikian lama karena mereka memiliki sumber daya kas yang memadai untuk program-program organisasi, jadi lembaga keuangan organisasi nirlaba seringkali menekankan sumber daya finansial yang likuid dalam organisasi. Organisasi komersial juga memperhatikan kas, tapi jika mereka dapat mencetak laba mereka mungkin akan mampu membiayai kebutuhan mereka melalui pinjaman atau dari investasi. Perhatian utama mereka adalah profitabilitas ini berarti akuntansi komersial menekankan keseimbangan antara pendapatan dan biaya (Willey, 2003 dalam Yanita, 2010) Sifat operasi kebanyakan organisasi nirlaba adalah bahwa organisasi nirlaba mendapat sebagian besar pendapatan organisasi dari kontribusi (bukan dari 4 penerimaan biaya atas jasa) (Willey, 2003 dalam Yanita, 2010). Bisnis nirlaba memperoleh modal sendiri atau fund capital dengan cara memperbesar laba yang diperoleh, menerima sumbangan atau bantuan dan donasi dari individu atau kelompok masyarakat. Bisnis nonlaba tidak memiliki pilihan seperti halnya organisasi yang mencari laba, sehingga penentuan opportunity cost of fund capital menjadi sangat sulit (Sartono 2000). Tujuan utama bisnis nirlaba adalah menyediakan jasa kepada masyarakat sekitarnya dan bukan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Dalam kondisi demikian maka capital budgeting harus memperhatikan beberapa faktor selain profitabilitas proyek yang dibiayai (Sartono 2000). 2.2. Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2004) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Ikatan Akuntan Indonesia (2004) menjelaskan bahwa tujuan umum laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas organisasi yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunanan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. 2.3. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Pada dasarnya, praktek akuntansi untuk organisasi nirlaba tidak jauh berbeda dengan organisasi bisnis. Hal ini terlihat jelas bahwa aturan akuntansi organisasi nirlaba diatur sebagai bagian dari Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 5 tepatnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 : Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Jadi, lebih tepatnya yang diatur adalah pelaporannya, teknis akuntansinya diatur secara mandiri diserahkan kepada entitas masing-masing. Dengan bentuk pelaporannya yang sudah diatur dalam PSAK 45, secara tidak langsung pencatatan transaksi akan dibuat oleh entitas mengikuti format laporan yang telah ada. Prinsipnya, pencatatan transaksi organisasi nirlaba dari penerimaan kas, pengeluaran kas, pembelian, penjualan produk jasa, penyusutan, dan transaksi reguler lainnya tidak ada perbedaan dengan organisasi bisnis, namun yang membuat berbeda adalah organisasi nirlaba tidak ada pihak yang menjadi pemilik, sehingga tidak ada transaksi yang berhubungan dengan penjualan atau perubahan kepemilikan, atau tidak adanya alokasi dana atau sumber daya hasil likuidasi (pembubaran organisasi) kepada orang-orang tertentu. Informasi keuangan dari suatu organisasi nirlaba kepada pihak eksternal terdiri dari (PSAK No.45) : 1. Laporan Posisi Keuangan Tujuan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai asset, kewajiban serta asset bersih dan informasi mengenai hubungan diantara unsurunsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor dan pihak-pihak lain untuk menilai : a. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya dan kebutuhan pendanaan eksternal. 2. Laporan Aktivitas Tujuan utama laporan aktivitas adalah meyediakan informasi mengenai : a. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat asset bersih, b. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa, informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama 6 dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor dan pihak-pihak lain untuk a) mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, b) menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dan memberikan jasa serta c) menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer. 3. Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK No.2 tentang laporan arus kas dengan tambahan berikut ini : a) aktivitas pendanaan, b) pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas, sumbangan berupa bangunan atau asset investasi. 4. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan-laporan di atas yang bertujuan memberikan informasi tambahan tentang perkiraan-perkiraan yang diyatakan dalam laporan keuangan. 2.4. Kinerja Keuangan Menurut Mulyadi (2007), kinerja keuangan adalah penentuan ukuran- ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi dalam menghasilkan laba. Kinerja organisasi dapat diukur berdasarkan berbagai cara, baik dari segi financial maupun dari segi non financial. Sebagai contoh, pengukuran pengukuran kinerja organisasi tersebut dapat berupa kapasitas produksi, perluasan jangkauan pelayanan, produktivitas karyawan, aduan masyarakat, kepuasan konsumen, pendapatan, beban dan banyak ukuran atau rasio yang dapat dipakai untuk mengukurnya. Dari segi finansial, kinerja organisasi dapat diukur berdasarkan tingkat pendapatan yang merupakan komponen penting yang ingin di capai dalam tujuan organisasi. Pendapatan bagi suatu organisasi merupakan hal yang sangat penting, karena dengan pendapatan, operasi organisasi dapat berjalan serta diharapkan akan memperoleh laba untuk kelangsungan hidup serta pengembangan organisasi 7 Pengukuran kinerja yang efektif pada Organisasi Nirlaba dirancang untuk menunjukkan pemimpin nirlaba bagaimana menggunakan pengukuran kinerja organisasi untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk memenuhi misinya. Untuk secara efektif mengatasi berbagai tantangan yang harus dihadapi eksekutif, isi dan orientasi dari program ini dibangun di sekitar kesadaran bahwa berbagai jenis masalah kinerja memerlukan pendekatan yang berbeda (Altman, 1968). 2.5. Rasio Keuangan Organisasi Nirlaba Rasio keuangan yang merupakan indikator keuangan pada organisasi nirlaba digunakan oleh Prabowo (2007), dimana rasio tersebut merupakan modifikasi dari Ritchie dan Kolodinsky (2003) dan Core, et al (2006) untuk mengidentifikasi rasio keuangan organisasi nirlaba (yayasan universitas) Amerika. Analisis rasio digunakan untuk menguji apakah rasio-rasio tersebut relevan untuk digunakan dalam konteks Indonesia dan organisasi nirlaba yang bergerak di luar bidang pendidikan. 1. Rasio-rasio Kinerja Fiskal Rasio kinerja fiskal merupakan suatu rasio untuk mengukur kinerja fiskal suatu organisasi nirlaba. Berikut ini adalah beberapa perhitungan dalam rasio kinerja fiskal yang relevan untuk konteks Indonesia dan organisasi nirlaba yang bergerak diluar sektor pendidikan: a. Total pendapatan dibagi total aset b. Total pendapatan dibagi total biaya c. (Total pendapatan kurang total biaya) dibagi dengan total pendapatan d. (Total pendapatan kurang total biaya) dibagi dengan total aset e. Aset bersih dibagi dengan total aset 2. Rasio efisiensi aktifitas non program Pada organisasi-organisasi nirlaba yang berada di Indonesia tidak ada yang memasukkan biaya-biaya pencarian dana dapat disebut juga dengan biaya non program karena setiap rupiah yang dikeluarkan untuk mencari dana itu akan mendatangkan pendapatan bagi organisasi. Biaya non program adalah biayabiaya yang digunakan untuk membiaya aktifitas non program (misalnya beban 8 gaji ukuran karyawan tetap, beban sewa rumah, beban penyusutan, dan seterusnya) dari oraganisasi nirlaba yang mendukung visi, misi dan tujuan organisasi. Rasio efisiensi ini semakin meningkat semakin baik. Rasio efisiensi aktifitas non program merupakan perbandingan antara total pendapatan dengan biaya non program. Komponen dari rasio efisiensi aktivitas non program adalah : Total pendapatan dibagi dengan biaya non program. Modifikasi dari rasio total pendapatan dibagi dengan biaya penerimaan dana. 3. Rasio dukungan publik Rasio dukungan publik adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan organisasi untuk mengumpulkan pendapatan (dana) dari publik atau dengan kata lain merupakan indeks dari dukungan publik terhadap suatu organisasi. Komponen dari rasio dukungan publik ini adalah : a. Total kontribusi dibagi dengan total biaya b. Total kontribusi dibagi dengan total aset c. Total kontribusi dibagi dengan total pendapatan 4. Rasio kinerja investasi Rasio kinerja investasi merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efektif investasi yang dilakukan oleh organisasi nirlaba. Rasio kinerja investasi merupakan perbandingan antara kas dan setara kas dengan total aset. Semakin meningkat rasio ini semakin efektif. Komponen dari rasio kinerja investasi adalah: Kas dan setara kas dibagi dengan total aset 5. Rasio efisiensi program Rasio efisiensi program adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efisiensi penggunaan dana yang dicairkan untuk membiayai pelaksanaan program (misalnya kampanye, program pemberdayaan, program bantuan kemanusiaan, dsb). Rasio efisiensi program merupakan perbandingan antara biaya program dengan total biaya. Biaya program adalah biaya-biaya yang digunakan untuk membiayai aktivitas program utama dari organisasi nirlaba 9 yang mendukung visi,misi, dan tujuan organisasi tersebut.Semakin meningkat rasio ini semakin baik. Komponen dari efisiensi program ini adalah : Biaya program dibagi dengan total biaya. 3. METODE PENELITIAN Jenis data dan Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian yang telah diolah dan disajikan oleh pihak lain Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari kantor Yayasan Sion yang beralamatkan di Jalan Letjend. Sukowati 74 Salatiga, yang berupa laporan keuangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis rasio keuangan terhadap data sekunder yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini, rasio-rasio keuangan yang diperhitungkan untuk mengukur kinerja keuangan Yayasan Sion mengacu pada Ritchie dan Kolodinsky (2003). Adapun macam rasio-rasio keuangan tersebut ditunjukkan pada Tabel 1 10 No Tabel 1 Rasio Keuangan Yang Diikutsertakan Dalam Analisis Kinerja Keuangan Yayasan Sion Rasio Keterangan Rasio-Rasio Kinerja Fiskal 1 Total pendapatan dibagi total aset 2 Total pendapatan dibagi total biaya 3 (Total pendapatan minus total biaya) dibagi dengan total pendapatan (Total pendapatan minus total biaya) dibagi dengan total aset 5 Aset bersih dibagi dengan total aset Rasio efisiensi aktivitas non program Total pendapatan dibagi dengan biaya non 6 program 4 Pada beberapa organisasi, istilah pendapatan diganti penghasilan atau penerimaan Pada beberapa organisasi, istilah biaya diganti menjadi pengeluaran Trussel (2003) mengistilahkan rasio ini sebagai surplur margin, analog dengan profit margin pada organisasi bisnis Analog dengan ROA pada organisasi bisnis. Modifikasi dari rasio total pendapatan dibagi dengan biaya pencarian dana Rasio dukungan publik 7 Total kontribusi dibagi dengan total biaya 8 Total kontribusi dibagi dengan total aset 9 Total kontribusi dibagi dengan total pendapatan Rasio kinerja investasi 10 Kas dan setara kas dibagi dengan total aset Rasio efisiensi program 11 Biaya program dibagi dengan total biaya Mengacu Trussel (2003) dan Core et al (2006) Sumber: Ritchie dan Kolodinsky (2003). Tabel 1 adalah rasio keuangan yang akan digunakan dalam menilai kinerja Yayasan Sion. Rasio keuangan ini merupakan modifikasi dari lima belas rasio keuangan yang dianalisis oleh Ritchie dan Kolodinsky (2003). Rasio keuangan yang lima belas itu dimodifikasi menjadi sembilan yang digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan karena aktivitas yang terkait dengan rasio tersebut dilakukan oleh organisasi nirlaba di Indonesia. Ditambahkan dua rasio dari sembilan rasio keuangan. Rasio lainnya yaitu rasio efisiensi aktivitas non program ( rasio no.6 pada Tabel 1) yang merupakan modifikasi dari rasio total pendapatan 11 per biaya pencarian dana serta rasio efisiensi program (rasio no 11 Tabel 1) yang mengacu pada Core et al (2006). 4. BAHASAN ANALIS 4.1. Sejarah Yayasan Sion Sekitar tahun 1965, Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU) khususnya jemaat GKJTU Salatiga memberitakan injil di daerah Kabupaten Semarang (Jawa Tengah). Jemaat GKJTU termasuk golongan kelompok masyarakat berpenghasilan sangat rendah atau dapat dikatakan sebagai masyarakat terbelakang, sebagian besar warga masyarakat masih buta huruf. Karena hal inilah yang membuat masih rendahnya pengetahuan mereka tentang pentingnya kesehatan dan lingkungan bagi diri sendiri. Pada tahun 1973/1974, sinode GKJTU bekerja sama dengan Lembaga Pelayanan Kristen Indonesia (LEPKI) yang beralamat di Jalan Bromo No.2 Malang, Jawa Timur, melaksanakan proyek pengembangan masyarakat yang pelaksanaannya bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang yang diketuai oleh ibu pendeta Mirahingsih, STh. Program yang dilaksanakan meliputi : Pemberantasan Buta Huruf, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pos Pelayanan Terpadu bagi bayi di bawah lima tahun (BALITA) dengan taman gizi, Kesehatan dengan proyek-proyek percontohan, rumah sehat, pelebaran/pengerasan jalan, juga berpartisipasi di dalam pengadaan dana bagi pembangunan gedung sekolah dan pengadaan modal kerja. Maka pada tanggal 10 November 1977 berdirilah Yayasan Sion yang dikukuhkan dalam akte notaris Y.L. Matu Salatiga dengan nomor : 14/1977. Setelah Yayasan Sion berdiri dalam operasional pelayanannya sampai saat ini telah melaksanakan beberapa program pengembangan masyarakat antara lain : pendidikan formal, PPEWG, Adopsi, Panti Asuhan, Pendidikan Non Formal. 12 4.2. Perhitungan Rasio Kinerja Keuangan Penelitian ini rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk perhitungan mengukur kinerja keuangan yang mengacu pada Ritchie dan Kolodinsky (2003). Adapun Macam rasio-rasio keuangan tersebut beserta hasil perhitungannya. Tabel 2 Laporan Keuangan Yayasan Sion Periode 2007-2009 Tahun Tahun Tahun Laporan Keuangan 2007 2008 2009 (Rp) (Rp) (Rp) Kas dan setara kas 12.323.645 19.335.225 1.703.542 Biaya non program 978.431.897 1.621.295.692 1.569.475.315 Biaya program 439.382.889 694.028.666 633.518.305 Total pendapatan 1.417.286.734 1.547.763.268 1.507.592.510 Total Aset 1.207.098.296 1.138.626.422 1.231.004.242 Total Biaya 1.417.814.786 2.315.324.358 2.202.993.620 Aset bersih 906.363.359 1.303.917.507 1.266.661.975 Total kontribusi 1.055.747.026 1.547.763.268 1.507.592.510 Sumber; data sekunder 2011 4.2.1. Rasio Kinerja Fiskal Rasio ini terdapat 5 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut Tabel 3 Rasio Kinerja Fiskal Yayasan Sion periode 2007-2009 Rasio Kinerja Fiskal Tahun 2007 Tahun 2008 Total pendapatan dibagi total aset 1,17 1,36 Total pendapatan dibagi total biaya 0,99 0,67 (Total pendapatan minus total biaya) -0,0004 -0,495 dibagi dengan total pendapatan (Total pendapatan minus total biaya) -0,0004 -0,6741 dibagi dengan total aset Aset bersih dibagi dengan total aset 0,75 1,15 Sumber; data olahan 2011 Tahun 2009 1,22 0,68 -0,46 -0,56 1,03 Berdasarkan perhitungan kinerja keuangan (Tabel 3) tampak bahwa dalam 3 tahun yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009, rasio kinerja fiskal Yayasan Sion mengalami gelombang naik turun. Secara umum rasio kinerja fiskal Yayasan Sion mengalami penurunan dari tahun ketahun. Hal tersebut disebabkan karena total 13 aset (penyebut) dari rasio kinerja fiskal tersebut mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan total pendapatan (pembilangnya) Hal tersebut di atas menjadi menarik, karena total aset mempunyai pengaruh yang besar bagi pembentukan aset sehingga sangat dimungkinkan bahwa Yayasan Sion mempunyai kewajiban dalam meningkatkan sumber daya yang dimiliki walaupun sangat kecil. Oleh karena kewajiban yang dimiliki Yayasan Sion sangat kecil dan pendapatan yang dimiliki cukup besar maka hal tersebut mengakibatkan perolehan yang cukup besar, sehingga pajak yang di tanggung Yayasan juga akan cukup besar atas perolehan penghasilan tersebut. 4.2.2. Rasio Efisiensi Aktivitas Non Program Rasio ini terdapat 1 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 4 Rasio Efisiensi Aktivitas Non Program Yayasan Sion periode 2007-2009 Rasio Efisiensi Aktivitas Non Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Program Total pendapatan dibagi dengan biaya 1,45 non program Sumber; data olahan 2011 0,95 0,96 Berdasarkan perhitungan kinerja keuangan (Tabel 4) tampak bahwa dalam 3 tahun yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009 Rasio Efisiensi Aktivitas Non Program Yayasan Sion mengalami gelombang naik turun, akan tetapi rasio efisiensi aktivitas non program tahun 2007 lebih besar dari tahun 2008 dan tahun 2009. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa rasio efisiensi aktivitas non program Yayasan Sion semakin kurang baik atau semakin tidak efisien dari tahun ke tahun karena pengeluaran yang terjadi dalam usaha pencarian dana lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan yang diperolehnya. 14 4.2.3. Rasio Dukungan Publik Rasio ini terdapat 3 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 5 Rasio Dukungan Publik Yayasan Sion periode 2007-2009 Rasio Dukungan Publik Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Total kontribusi dibagi dengan total biaya Total kontribusi dibagi dengan total aset Total kontribusi dibagi dengan total pendapatan Sumber; data olahan 2011 0,74 0,67 0,68 0,87 1,36 1,22 0,74 1 1 Berdasarkan perhitungan kinerja keuangan (Tabel 5) tampak bahwa dalam 3 tahun yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009 rasio dukungan publik Yayasan Sion mengalami kondisi yang naik turun. Akan tetapi jika dilihat dari pembentuk rasio kenaikan terjadi pada tahun 2008 dan mengalami penurunan kembali atau mengalami kesetabilan pada tahun 2009. Akan tetapi kenaikan tersebut tidak begitu besar. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa rasio dukungan publik Yayasan Sion sebagian besar berasal dari kontibusi, karena organisasi sangat bergantung pada sumbangan donator untuk mendanai kegiatan operasionalnya, sehingga organisasi sangat rentan terhadap fluktuasi dana sumbangan yang terbentuk. Yayasan Sion juga tidak mampu memanfaatkan dana sumbangan yang ada untuk menciptakan pendapatan lain diluar pendapatan yang berasal dari donatur. 15 4.2.4. Rasio Kinerja Investasi Rasio ini terdapat 1 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 6 Rasio Kinerja Investasi Yayasan Sion periode 2007-2009 Rasio Kinerja Investasi Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Kas dan setara kas dibagi 0,01 0,02 0,001 dengan total aset Sumber; data olahan 2011 Berdasarkan perhitungan kinerja keuangan (Tabel 6) tampak bahwa dalam 3 tahun yaitu tahun 2007, 2008 dan 2009 rasio kinerja investasi Yayasan Sion mengalami gelombang naik turun. Akan tetapi jika dilihat dari pembentuk rasio kenaikan terjadi pada tahun 2008 dan mengalami penurunan kembali atau mengalami kesetabilan pada tahun 2009. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas yang dimiliki Yayasan Sion sebagian besar diwujudkan dalam bentuk simpanan di bank yang berupa tabungan, sehingga rasio kinerja investasi ini dapat dikatakan cukup efektif, karena yayasan akan mudah dalam menyediakan dana jika sewaktu-waktu digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan. Tetapi dengan kepemilikan kas yang sangat tinggi, yayasan akan rentan terhadap pemborosan-pemborosan dan penyalahgunaan kas (agency problems of free cash flows) 4.2.5. Rasio Efisiensi Program Rasio ini terdapat 1 macam rasio keuangan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut. Tabel 7 Rasio Efisiensi Program Yayasan Sion periode 2007-2009 Rasio Efisiensi Program Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Biaya program dibagi 0,31 0,30 0,29 dengan total biaya Sumber; data olahan 2011 Rasio efisiensi program yang berupa biaya program dibagi dengan total 16 biaya dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan Tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 mengalami penurunan dengan nilai -0.03 %, tahun dan tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 menurun sebesar 0.03 %. Penurunan tersebut dapat dikatakan konstan atau tetap,atau tidak mengalami perubahan sama sekali, karena nilai penurunan tersebut dinilai kecil. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penurunan tersebut dikarenakan penurunan biaya program lebih kecil jika dibandingkan dengan total biaya. Sehingga hal tersebut dapat diartikan bahwa aktivitas yayasan dalam menjalankan program-programnya semakin kurang efisien. 5. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan a) Rasio kinerja fiskal Yayasan Sion mengalami penurunan dari tahun ketahun. karena total aset (penyebut) dari rasio kinerja fiskal tersebut mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan total pendapatan. b) Rasio efisiensi aktivitas non program Yayasan Sion semakin kurang baik atau semakin tidak efisien dari tahun ke tahun karena pengeluaran yang terjadi dalam usaha pencarian dana lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan yang diperolehnya. c) Rasio dukungan publik Yayasan Sion adalah kurang baik, karena organisasi sangat bergantung pada sumbangan donator untuk mendanai kegiatan operasionalnya, sehingga organisasi sangan rentan terhadap fluktuasi dana sumbangan yang terbentuk d) Rasio kinerja investasi ini dapat dikatakan cukup efektif, karena yayasan akan mudah dalam menyediakan dana jika sewaktu-waktu digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan e) Rasio efisiensi program Yayasan Sion kurang efektif dikarenakan penurunan biaya program lebih kecil jika dibandingkan dengan total biaya. 17 5.2 Saran Yayasan Sion dari sisi kinerja dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 memiliki kinerja yang naik turun, akan tetapi sebagian besar mengalami penurunan. Oleh sebab itu diharapkan agar Yayasan Sion meningkatkan kinerjanya dengan cara: Meningkatkan sumberdaya guna mengelola keuangan, Mengefektifkan biaya-biaya baik untuk biaya program dan non program, serta meningkatkan penggalangan dana ke donator. 5.3 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah keterbatasan dalam masalah data, data yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan data 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2007, tahun 2008, dan tahun 2009. Penulis hanya menggunakan 3 (tiga) tahun dikarenakan pada saat pengambilan data, data tahun 2010 belum teraudit. Selain itu, penulis juga tidak dapat bertemu langsung dengan pihak dari Yayasan Sion. Untuk penelitian selanjutnya di harapkan penelitian lain untuk menambah data yaitu tahun tahun 2010. Setelah Yayasan Sion berdiri dalam operasional pelayanannya sampai saat ini telah melaksanakan beberapa program pengembangan masyarakat antara lain pendidikan formal, Adopsi, Panti Asuhan. Yayasan Sion sebagian besar berasal dari kontibusi, karena organisasi sangat bergantung pada sumbangan donator untuk mendanai kegiatan operasionalnya, sehingga organisasi sangat rentan terhadap fluktuasi dana sumbangan yang terbentuk. 18 DAFTAR PUSTAKA Altman, EI. 1968, Financial Ratios, Discriminant Analysis, and The Prediction of Corporate Bankcrupcty, Journal of finance: September. Baber,W., Roberts, A.,&Visvanathan, G. (2001). Charitable organizations’ strategies and program spending ratios. Accounting Horizons, 15(4), 329343. Hair, J.F. Jr. , Anderson, R.E., Tatham, R.L., & Black, W.C. (1998). Multivariate Data Analysis, (5th Edition). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. Helfret, 1999. Analisis Laporan keuangan (terjemahan Herman Wibowo), Edisi 7. Erlangga. Jakarta Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2004. Standar Akuntansi Keuangan: Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba (PSAK No. 45). Jakarta: Salemba Empat Mulyadi, 2007. Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced Scorecard, Yogyakarta : UPP STIM YKPN Prabowo,Ronny.2004. Problems with Performance- based Budgeting. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. X(2):231-238 Prabowo, Ronny 2007. Identifikasi Rasio Keuangan Organisasi Keuangan Di Indonesia: Suatu Analisis faktor. UKSW Salatiga Ritchie, William J. and Robert W.Kolodinsky.2003. Nonprofit Organization Financial Performance Measure : An Evaluation of New and Existing Financial Performance Measure, Nonprofit Management and Leadership 13 (4):367-381. Sartono, Agus.2000. Manajemen Keuangan. Yogyakarta. BPFE Trussel,John.2002. Revisiting the Prediction of Financial Vulnerability. Nonprofit Management and Leadership 13(1):17-31 Trussel,John.2003. Assessing Potential Accounting Manipulation: the Financial Characteristics of Charitable Organizations with Higher than Expected Program-Spending Ratios. The Pennsylvania State University at Harrisburg working paper 19 Yuanita, 2011. Analisis Kinerja Keuangan Organisasi Nirlaba Yang Bisa Di Akses Berdasar Rasio-Rasio Keuangan. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Skripsi FEB UKSW