BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. dunia ini pasti pendidikan. pernah merasakan mungkin Seluruh manusia di adanya suatu Hal tersebut sejalan dengan prinsip proses pendidikan, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup (life yaitu education), long yang dimulai dari buaian seorang ibu sampai pada saatnya ia masuk ke lubang lahat untuk menghadap Allah SWT. Dalam proses adaptasi dengan alam sekitarnya, tidak secara otomatis akan raampu beradaptasi. binatang, yang Berbeda dengan mereka dalam waktu serta dengan proses relatif cepat dan sederhana, lingkungan di sekitarnya. Hal manusia pelatihan mampu beradaptasi inilah yang dengan menyebabkan manusia harus belajar untuk menyesuaikan diri dengan kungan, serta menciptakan syarat-syarat sendiri untuk menyesuaikan diri dengan hukum-hukum alam. Proses ling dapat belajar manusia terhadap lingkungan alam sekitar adalah penting yang harus diperkuat, sebagai kemampuan pada unsur yang di- kumpulkan melalui pengalaman dan pembelajaran. Sebagai dikat sebagai memiliki makhluk Tuhan yang sekaligus "khalifah" di muka potensi yang tidak bumi, dimiliki menyandang tentunya makhluk pre- manusia lainnya. Potensi yang dimiliki manusia terdiri atas; potensi kekuatan fisik, potensi nafsu, dan potensi keimanan.Semen.tara itu, sebagai bagian dari makhluk Allah, manusia memiliki perbe daan individu antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan beberapa aspek, individual tersebut dapat ditilik di antaranya; Keadaan fisik, yang jenis kelamin (pria-wanita), ukuran tinggi-pendek, atau gemuk-kurus), dari berkenaan tubuh dengan (besar-kecil, begitu juga keadaan tubuh yang sempurna (normal) dan keadaan tubuh yang tidak sempurna (abnormal/cacat). akan Dari segi psihis, lebih sulit untuk dilihat, berkaitan situasi, daan perbedaan hal itu individual disebabkan dengan gejala kejiwaan seseorang. Dalam karena beberapa keadaan psihis dapat diartikan sebagai suatu mental atau grahita seseorang. Dengan demikian, dibedakan antara individu yang memiliki mental sehat individu yang memiliki mental bermasalah atau kea dapat dengan kelainan mental (mentally disorder). Perbedaan individual yang terdapat pada manusia, pakan suatu berlainan bentuk rahmat Allah SWT. Dengan atau beragam, potensi akan menuntut adanya suatu sama, saling membantu dan saling membutuhkan. Dengan kian, kelebihan pada orang terwujud, sebagai pada seseorang dapat lain. Suatu jalinan hidup manakala suatu perbedaan menutupi bersama individual tidak upaya interpensi antara individu meru yang kerjademi kekurangan akan dapat dijadikan yang satu kepada individu yang lainnya. Seorang anak dengan kondisi tubuh, dengan baik yang kondisi fisik ataupun psikhis, yang anak normal lainnya, berkenaan berbeda dengan merupakan individu yang perlu dan harus mendapatkan layanan pendidikan. Hal tersebut sejalan amanat UUD 1945 pasal 31, dijelaskan bahwa; dengan "Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran". Suatu dalam upaya pendidikan bagi perkembangan Luar Biasa (PLB). para selanjutnya dikenal penyandang dengan cacat, Pendidikan Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1991 tanggal 31 Desember 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa, dijelaskan yang bahwa "Pendidikan Luar Biasa khusus menyandang bagian diselenggarakan bagi adalah peserta kelainan fisik dan/atau mental". lain dijelaskan bahwa tujuan PLB pendidikan didik yang Kemudian dalam adalah; "membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keteram- pilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan budaya, timbal balik dan alam sekitar, dengan lingkungan sosial, serta dapat mengembangkan kemam- puan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan". Sementara Cacat, itu dalam UU No. 4/1997 tentang Penyandang dalam pasal 5 dijelaskan bahwa; "Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama aspek kehidupan dalam dan penghidupan." Kemudian dalam dijelaskan pula bahwa; "Setiap penyandang memperoleh pendidikan pada semua satuan, segala pasal cacat 6 berhak jalur, jenis, dan jenjang pendidikan". Pendidikan potensi menerus, yang merupakan suatu upaya dimiliki manusia, dalam berlangsung mengembangkan secara dan sepajang hayat manusia (life long terus education). Berkenaan dikutif dengan Kartini peran pendidikan, Kartono (1992: Langeveld 29) sebagaimana menjelaskan bahwa; "Pendidikan merupakan usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas standing), hidupnya, bahwa; dilaksanakan bentuk zelf- akil balig, dan bertanggung jawab secara susila". Sekaitan dengan itu, laskan agar dia bisa mandiri (mondig, 1996) menje "... dalam arti luas, pendidikan telah sejak pemberian nilai-nilai Rochman Natawidjaja (ISPI, manusia lahir di muka warisan pengetahuan, bumi mulai ini dalam keterampilan, dari para orang tua dalam rangka dan mempersiapkan anak-anaknya menghadapi kehidupan". Sebagai masyarakat, suatu upaya yang tumbuh dan dalam pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan dupan masyarakat. dikan berkembang Hal tersebut mengisyaratkan bahwa, pendi merupakan bagian dari pranata atau institusi Koentjaraningrat, sebagaimana dikutif menjelaskan bahwa; Sudardja (1988: 39) sistem meliputi macam-macam pranata sosial subsistem-subsistem pendidikan, kehi kehidupan, politik, militer, "kehidupan yaitu sosial. Adiwikarta sebagai sebuah yang merupakan keluarga, ekonomi, kesenian, agama, dan cacat atau rekreasi". Pelayanan mereka pendidikan bagi para penyandang yang berkelainan, mencerdaskan kehidupan "Pendidikan untuk penyandang yang merupakan manifestasi bangsa, semua" serta sesuai (Educational for dari upaya dengan motto All). Para cacat merupakan bagian dari sumber daya masih memiliki potensi serta diharapkan dapat manusia dibina dan diberdayakan. Kualitas atau potensi manusia tersebut terus ditingkatkan agar tumbuh dan berkembang menjadi sumber yang mandiri dan produktif, yang daya pada keberhasilan dalam dapat mengentaskan menghantarkan kemiskinan hidup manusia baik dari aspek jasmani maupun rohani. Dalam erat upaya peningkatan kualitas hidup manusia, kaitannya dengan pengentasan kemiskinan maupun rohani, maka setiap manusia diminta untuk daya-daya daya baik yang ada didalam dirinya. Penyadaran diri tersebut dimaksudkan dapat membantu sasikan diri kebutuhan paling seoptimal mungkin. Menurut akan Lalu bagaimana dengan menyadari akan daya- mengaktualiMaslow, kebutuhan cacat seperti penyandang cacat netra? Apakah para tunanetra masih mengaktualisasikan mungkin, dirinya seoptimal serta masihkah bermanfaat serta dapat dimanfaatkan? Proses diri daya-daya manusia yang yang dapat tinggi. jasmani Abraham aktualisasi diri merupakan yang pengoptimalisasian potensi yang terdapat para penyandang cacat netra, diharapkan mampu katkan kepercayaan pada dirinya sendiri. Beberapa negatif terhadap penyandang cacat netra, yaitu penyandang berguna cacat merupakan sosok makhluk Tuhan dan tidak perlu dididik, merupakan dalam mening- gambaran bahwa yang suatu para tidak realitas yang perlu dibuktikan. Pembinaan dan pengembangan juga diharapkan mampu membuktikan kepada masyarakat, para penyandang cacat netra pun dapat hidup sejajar potensi bahwa dengan masyarakat secara wajar. Suatu upaya dalam mengembangkan potensi diri atau daya- daya itu, salah satunya adalah melalui program kewirausahaan strategis dari membantu para didik yang berkelainan untuk menolong dirinya sen- pendidikan peserta diri. atau kewiraswastaan. kewirausahaan Peran pembelajaran diharapkan dapat Berkenaan dengan peran dari pendidikan nilai kewirau sahaan, Sumahamidjaja didikan kewiraswastaan diperlukan sejak (1980: 105) menyatakan bahwa; akan sangat bermanfaat kanak-kanak sampai dan dewasa. pen sangat Menurutnya, kewiraswastaan dapat dibentuk, ditempa, asal pada alamat dan wadah yang tepat. Secara esensial, pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan umum. kan kewirausahaan, Hal tersebut disebab- karena pribadi wirausaha adalah pribadi yang ciri-ciri: inventif, keras, masa kreatif, berani komunikatif, mengambil mandiri, ulet, resiko, mempunyai inovatif, disiplin, pekerja mempunyai dorongan prestasi tinggi, berorientasi depan, serta dilandasi oleh semangat iman dan ke taqwa; merupakan karakteristik kualitas perilaku yang sesuai dengan tujuan pendidikan umum. Pemberdayaan dikan, penyandang cacat melalui layanan merupakan manifestasi dari Pendidikan Umum pendi (General Education) yaitu dalam upaya membentuk pribadi sebagai warga negara yang kreatif, mandiri, serta berjiwa Pancasila. tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan sebagaimana dikutif Farida (1992: sebagai (warga pendidikan Hal Djamari, 19) bahwa; pendidikan umum yang bertujuan membentuk good negara yang baik) yang mempunyai kepribadian citizen sesuai dengan falsafah bangsanya. Sementera itu, jika dilihat dari sifatnya, maka pendidikan umum adalah umum bagi semua peser ta didik, berkenaan dengan kepribadian (S. Nasution dalam Faridah: Dengan maka Nilai Kewirausahaan PSBN penelitian yang (Studi "Wyata dilakukan dalam berjudul Jl. dikemukakan "Upaya Pajajaran Kemandirian Kemandirian Bandung)" sebagai upaya untuk menemukan pola di Pembelajaran Menumbuhkembangkan Analitis tentang Pembinaan Guna" keseluruhan 19). latar belakang masalah seperti muka, kelayan secara ini di perlu pembelajaran nilai kewirausahaan bagi para penyandang tunanetra. Berbagai makna esensial diharapkan yang ditemukan dalam dapat penelitian memberikan sumbangan ini juga ke arah pemikiran pengembangan pembelajaran nilai kewirausahaan dalam lingkup pendidikan bagi para penyandang cacat netra. B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian Terdapatnya kesenjangan antara tataran aksiologis mengenai tujuan layanan pendidikan bagi penyandang cacat (UU No. 2/1989, tataran UU No. praktek 4/1997, serta PP No. di lapangan mengenai pendidikan bagi penyandang cacat, 72/1991), pelaksanaan menyebabkan proses dengan layanan pembe lajaran seringkali berjalan kurang efektif. Sementara itu, tuntutan pengembangan pribadi penyandang cacat yang mandiri malalui pembelajaran nilai kewirausahaan, masih perlu dicarikan upaya pembelajaran yang tepat. demikian, sekolah penelitian ini difokuskan kepada Dengan "upaya pihak (Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung) dalam menumbuhkembangkan kemandirian kelayan melalui pembelajaran nilai kewirausahaan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan". Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka dikembang- kan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Penataan situasi pembelajaran di kelas yang yang diterapkan "Wyata Guna" dalam bagaimanakah membina nilai ke wirausahaan kelayan? 2. Penataan situasi pembelajaran di luar kelas yang bagai manakah yang diterapkan "Wyata Guna" dalam membina nilai kewirausahaan kelayan? 3. Nilai-nilai apakah yang dipertahankan dalam membina nilai kewirausahaan? 4. Kemandirian seperti apakah yang ditampilkan kelayan setelah mengikuti program pembelajaran di "Wyata Guna"? Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Bina (PSBN) "Wyata Guna" Jl. Pajajaran Bandung, atas dasar timbangan para bahwa panti tersebut merupakan panti penyandang cacat netra tertua di Netra per- penampungan Indonesia, dengan menitikberatkan kepada pelatihan kemandirian kelayan. C. Tujuan Penelitian Penelitian wirausahaan mengenai "upaya pembelajaran dalam menumbuhkembangkan nilai kemandirian ke kelayan" ini diarahkan pada tiga tujuan penelitian, sebagai berikut: 1). Mengetahui upaya penataan situasi pembelajaran di kelas, berkenaan dengan; pembelajaran orientasi dan mobilitas (OM), pembelajaran keterampilan, serta upaya bimbingan. 2). Mengetahui upaya penataan situasi pembelajaran di kelas, dengan; kegiatan bersama, berkenaan luar guru pen- damping, dan praktek belajar kerja (PBK). 3). Mengidentifikasi nilai-nilai yang dipertahankan dalam pembinaan nilai kewirausahaan. 4). Mengetahui profil mandiri bagi kelayan setelah mengikuti program pembelajaran di PSBN "Wyata Guna". D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat- manfaat sebagai berikut: 1. Layanan pendidikan di PSBN "Wyata Guna" Bandung Penelitian ini pembelajaran diupayakan untuk yang diterapkan mengidentifikasi "Wyata beberapa temuan Guna", dengan demikian penelitian temuan sebagai faktor pendukung atau faktor pola sehingga ini, baik penghambat, dapat dijadikan masukan dalam penyusunan program pembela jaran kewirausahaan, manajemen sumber yang daya disertai "Wyata Guna" dengan pembenahan dalam memberikan layanan sosial pendidikan kepada para kelayan tunanetra. 2. Kelayan PSBN "Wyata Guna" Dengan segala potensi yang ada, pembinaan kemandirian dan produktivitas hidup para tunanetra, diharapkan mampu diwujudkan dalam proses pembelajaran yang efektif. Mela lui penelitian ini diharapkan kelayan "Wyata Guna" tidak hanya dijadikan "kelinci percobaan" dikan dalam layanan pendi non-formal, tetapi mendapatkan layanan pendidikan yang terarah melalui dalam pembelajaran yang efektif. 10 3. Pengambil kebijakan, dalam hal ini adalah Departemen Sosial serta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Layanan sosial pendidikan bagi penyandang cacat memiliki ataupun keterkaitan swasta. antar instansi, Bagi instansi baik pemerintah tentunya pemerintah yang paling dominan adalah Depsos dan Depdikbud. Penelitian ini diharapkan mampu mambantu penilaian, pengamatan, serta menemukan dalam upaya hal pembinaan dan pembelajaran kewirausahaan yang tepat bagi penyandang cacat netra di tanah air. Pembelajaran kewirausahaan diharapkan mampu sebagai bahan pembelajaran yang tepat untuk dijadikan dikembangkan selanjutnya. 4. Kajian keilmuan atau penelitian lanjutan Penelitian yang berkenaan dengan penyandang cacat (tuna netra) masih terhitung sedikit. Untuk itu penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu upaya keilmuan membantu mengentaskan penyandang cacat, dengan malisasikan potensi yang ada. Di samping itu, ini juga diharapkan dapat dijadikan ini dalam mengoptipenelitian rujukan, serta dikembangkan dalam penelitian sejenis berikutnya. E. Asumsi Penelitian Penelitian ini didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut: Pertama, setiap orang sebagai makhluk Allah SWT memili ki potensi atau daya-daya, yaitu nafsu, potensi kekuatan dan keimanan. Kecenderungannya adalah bahwa fisik, setiap 11 orang mau dan mampu tersebut. Tidak untuk dapat mengembangkan ada makhluk Tuhan yang potensinya tidak begitu juga tidak ada manusia yang tidak dapat bermanfaat, dikembangkan potensinya walaupun dalam kadar yang sederhana, halnya bagi para penyandang cacat. sebagaimana Sebagai makhluk-Nya, mereka yang mengalami kecacatan juga masih memiliki potensi yang dapat dibina serta dikembangkan. Kedua, apabila pembinaan sumber daya manusia yang sebagaimana diamanatkan oleh GBHN, UU SPN No. 2/1989, dan UU Penyandang cacat No. 4/1997 direalisasikan dengan baik, maka pemberdayaan kemandirian penyandang dan cacat yang kesejahteraan akan bertujuan dapat terwujudnya terealisasikan. Dengan demikian, pembelajaran yang langsung menyentuh kepada kebutuhan untuk keseharian serta keterampilan yang masih dikembangkan, mutlak diperlukan mungkin keberadaannya dalam bentuk format pembelajaran yang baku. Ketiga, pungkiri sebagai kemandirian miliki pembelajaran "inti" kewirausahaan dalam upaya tidak dapat menumbuh-kembangkan para penyandang cacat netra. Pribadi jiwa kehidupan, wirausaha (entrepreneur) meliputi yaitu; kepribadian, di- mental, yang tiga dan me aspek tindakan (Sudarmiatin: 1993). Dengan kemampuan wirausaha serta nilai- nilai yang melekat di dalamnya, diharapkan mereka mampu hidup dan menghidupi dirinya sendiri atau mandiri. Keempat, merupakan Sosial Panti Sosial Bina Netra "Wyata Guna" bagian dari panti di bawah lingkungan yang merupakan panti rehabilitasi sosial Bandung Departemen yang mem- 12 punyai tugas memberikan pelayanan rehabilitasi sosial meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan pilan dan resosialisasi serta pembinaan lanjut penyandang cacat netra agar mampu berperan kan ketram- bagi aktif kehidupan bermasyarakat. Tugas tersebut akan dapat melalui pembinaan yang terpadu dan sistem yang para dalam diwujud- pembelajaran yang kondusif. F. Definisi Operasional Definisi operasional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang batasan-batasan terdapat peristilahan dari konteks pada judul penelitian ini. Dengan kalimat demikian maka dapat diturunkan beberapa pendefinisian berikut ini: 1. Upaya Yang dimaksud ucapan, pikiran sekelompok dengan upaya yang orang adalah ditampilkan segala oleh tindakan, seseorang dalam konteks pengajaran, pelatihan atau dan bimbingan. 2. Nilai Nilai manusia adalah dan ide dianggap atau konsep penting dalam yang dipikirkan hidupnya, mengarahkan bagaimana seseorang berkelakuan dan laku. Sebagai dalam menentukan (obyek, standard berperilaku, orang, pengambilan cara nilai keputusan, berkelakuan, standard logika, estetika, etika, ide) yang oleh akan -bertingkah- akan membantu apakah sesuatu tersebut menurut agama maupun hukum. 3. Pembelajaran Nilai Istilah pembelajaran dalam penelitian ini memiliki 13 kesamaan arti dengan istilah pendidikan itu sendiri, yaitu dari kata instructional. Sementara itu, pendidikan merupakan upaya kemanusiaan dalam rangka mewariskan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. diarahkan menjadi Dengan demikian pembelajaran keberhasilannya melalui "pembiasaan", "kelayakan" dan akhirnya akan menjadi yang nilai akan "keyakinan" serta "mempribadi". 4. Kewirausahaan atau entrepreneurship Istilah ini kewirausahaan yang digunakan dalam memiliki arti, bahwa pribadi wirausaha dari segi kepribadian, seseorang yang kepercayaan punya yaitu pada diri sendiri, otonom dan ganjaran pribadi wiraswastawan dari hasil usahanya. punya individualistik, keinginan untuk mencapai prestasi yang mendapatkan penelitian tinggi, suka Sementara dari segi mental, seorang wiraswastawan adalah bersifat tis, mandiri, asli/orisinil, intuitir, inovatif, tif, dan berorientasi pada tujuan, hasil, keunggulan, realis- konstruk- atau masa depan. Kemudian dari segi tindakan, seorang wiraswasta wan suka pekerja mengambil sebagai pelaku (doer), berani keras, mampu berperan sebagai keputusan, punya sifat mengambil resiko, organisator, kepemimpinan, mampu bersedia memikul tanggung jawab, dan mengutamakan kualitas. 5. Menumbuh-kembangkan Menumbuh-kembangkan dalam penelitian ini mengandung arti yaitu menumbuhkan atau mengangkat potensi yang terdapat pada kelayan tunanetra, yang pada akhirnya mengembangkan potensi tersebut sebagai berusaha untuk sesuatu yang 14 berharga. 6. Kemandirian Kemandirian merupakan kemampuan individu kan untuk melaku- berbagai aktivitas dalam kehidupan sebagai upaya memenuhi tivitas kebutuhan, yang disertai kepercayaan dan mengejar kesanggupan membina relasi serta keberhasilan di masa mendatang tanpa untuk diri, krea- berkemauan mengharapkan belas kasihan dari orang lain. 7. Kelayan Kelayan adalah seorang penerima pelayanan sosial dari PSBN "Wyata Guna" Bandung. Berdasarkan penelitian ini, pembatasan istilah maka secara umum dari dapat konteks dijelaskan judul judul penelitian "Upaya pembelajaran kewirausahaan dalam menumbuh kembangkan kemandirian kelayan" memiliki pengertian yaitu; "Segala tindakan, ucapan, atau fikiran yang ditampilkan oleh pihak PSBN Wyata Guna dalam konteks pembelajaran haan, yang diarahkan untuk kelayan" menumbuhkembangkan kewirausa kemandirian