sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XXV, Nomor 2, 2000 : 21-26 ISSN 0216-1877 ASPEK BIOLOGI IKAN INJEL KAMBING, POMACANTHUS ANNULARIS oleh Fahmi 1) ABSTRACT BIOLOGICAL ASPECTS OF BLUE-RINGED ANGELFISH, POMACANTHUS ANNULARIS. Blue-ringed angelfish, Pomacanthus annularis, one of the ornamental fishes from family Pomacanthidae that has a good economic value. Blue-ringed angelfishes are well known for their dazzling color patterns and exhibit dramatic changes from juvenile to adult stage. This species is greatly dependent on the presence of shelter in the form of boulders, caves, and coral crevices. This article give information’s about biological aspects of Pomacanthus annularis, like its shape, color, habitat, distribution, reproduction and food habit. Golongan ikan-ikan injel ini dikenal karena keindahannya sehingga merupakan ikan hias yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Salah satu jenis ikan injel ini adalah ikan Injel kambing, Pomacanthus annularis. Ikan ini mempunyai keindahian dan corak warna yang mempesona, serta menunjukkan perubahan wama yang mencolok mulai dari stadia juvenil sampai dewasa, sehingga merupakan ikan hias yang cukup diminati dan bernilai ekonomis penting untuk diekspor. Ikan Pomacanthidae yang lain yang juga merupakan ikan hias ekonomis penting di Indonesia adalah dari jenis ikan Injel betmen (Pomacanthus imperator). Sampai saat ini, pemanfaatan ikan Injel kambing sebagai ikan hias diperoleh dari hasil penangkapan langsung di habitat aslinya. PENDAHULUAN Perairan laut Indonesia yang cukup luas dan terletak di daerah tropis banyak menyimpan potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar. Hal ini terlihat dengan melimpahnya berbagai jenis ikan yang hidup di dalamnya, baik jenis ikan konsumsi maupun ikan hias. Ikan hias mempunyai nilai ekonomis penting dan strategis karena sebagian besar mempunyai potensi untuk diekspor. Menurut NLKIJULUW & TAMIPUBOLON (1991), Indonesia termasuk ke dalam salah satu negara pengekspor ikan hias di ASEAN dengan tujuan utama negara Amerika Serikat. Salah satu jenis ikan hias yang cukup banyak digemari adalah ikan injel (Angelfish), yang termasuk dalam suku Pomacanthidae. 1) Baiitbang Biologi Laut, Pusiitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta 21 Oseana, Volume XXV no. 2, 2000 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Dikhawatirkan penangkapan yang terus menerus dapat mempengamhi keberadaan ikan tersebut di perairan dan dapat merusak habitatnya. Hal ini dapat terlihat dari upaya penangkapan yang dilakukan nelayan yang tidak jarang menggunakan racun (Potassium Sianida) dan tindakan-tindakan lain yang dapat menimbulkan kerusakan habitat. Sementara upaya-upaya pengelolaan seperti upaya domestikasi dan budidaya maupun penelitian-penelitian mengenai ikan ini belum banyak dilakukan. Dengan sumber yang terbatas, penulis mencoba untuk memberikan informasi mengenai beberapa aspek biologi dari ikan Injel kambing ini. MORFOLOGI DAN SISTEMATIKA Menurut ALLEN (1979), ikan Injel kambing mempunyai kedudukan taksonomi yaitu sebagai berikut: Kelas : Pisces Anak kelas : Teleostei Bangsa : Percomorphi Anak bangsa : Percoidea Suku : Pomacanthidae Anak suku : Pomacanthinae Marga : Pomacanthus Jenis : Pomacanthus annularis (BLOCH 1787) Gambarl. Ikan Injel kambing (Pomacanthus annularis) 22 Oseana, Volume XXV no. 2, 2000 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Selanjutnya ALLEN (1979) mengemukakan sinonim dari Pomacanthus annularis, yaitu Chaetodon vorticosus (GRAY 1854) dan Holacanthus pseudannularis (BLEEKER 1858). Nama umum ikan ini adalah Blueringed angelfish (STEENE 1978; ALLEN 1979). Sedangkan nama lokal ikan Injel kambing antara lain adalah ikan injel laris, Anularis, Kambingan atau ikan Kambing (SUSANTO 1984). Menurut TARP & KAILOLA (1986), Pomacanthus annularis memiliki ciri-ciri yaitu tubuh yang berwarna oranye atau coklat, dengan strip biru melintang di tubuhnya yang berupa dua garis horisontal di bawah tubuhnya, dan enam sampai tujuh garis melengkung ke arah atas dan sampai ke sirip punggung bagian belakang. Sebuah lingkaran berbentuk cincin berwarna biru terdapat pada pangkal garis rusuk (linea literalis) yang komplit. Sirip-siripnya dihiasi dengan garisgaris berwarna biru kecuali sirip ekor yang berwarna putih dengan tepi berwarna kuning. Sirip punggung yang lemah berbentuk menyudut dan tumbuh pada usia dewasa. Ikan ini mempunyai rumus sirip yaitu D XIII, 21-22 dan A III, 20-21. Ikan Injel kambing mengalami perubahan corak dan warna tubuh yang sempurna selama daur hidupnya, yaitu dari fase juvenil sampai ke fase dewasa (ALLEN 1979). Hal ini mengakibatkan orang awam yang melihatnya mengira sebagai dua jenis ikan yang berbeda. Ukuran panjang maksimum ikan ini tercatat dapat mencapai 373 mm (WEBER & BEAUFORT 1936). 1979). Sebagai anggota suku Pomacanthidae, ikan Injel kambing umumnya hidup pada kedalaman antara 10-20 meter di daerah yang mempunyai tempat berlindung, di dalam bentukan batu-batuan yang besar, di gua-gua atau di lubang-lubang dan celah-celah karang. Jenis ikan ini jarang didapatkan di daerah bentangan pasir yang luas atau wilayahwilayah lain yang mempunyai permukaan yang landai. Hampir sepanjang hidupnya dilewatkan di dasar perairan untuk mencari makan. Hanya pada saat-saat tertentu ia bersembunyi di tempat perlindungan (HUTOMO et al. 1985). Menurut ALLEN (1979), ketika masih berusia muda, ikan ini banyak terdapat di tempat yang dangkal (kurang dari tiga meter), sedangkan pada masa dewasa lebih sering dijumpai pada daerah yang lebih dalam ( 3 - 1 0 meter). Jenis ikan ini kebanyakan mempunyai wilayah-wilayah tertentu dan menghabiskan waktu di dekat dasar untuk mencari makanan, dan secara periodik menyembunyikan diri di lubang-lubang persembunyian di dalam karang. Pomacanthus annularis tersebar di perairan tropis mulai dari Srilanka, India, Thailand, Malaysia, Indonesia, Papua Nugini, sampai ke Kepulauan Solomon (STEENE 1978). Sedangkan di Indonesia tercatat terdapat di Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Kepulauan Aru (WEBER & BEAUFORT 1936). PERTUMBUHAN Pertumbuhan adalah perubahan panjang atau berat yang terjadi pada suatu individu atau populasi yang merupakan tanggapan atau respon terhadap perubahan makanan yang tersedia. Laju pertumbuhan organisme perairan bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan di mana organisme tersebut berada serta ketersediaan makanan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan (NTKOLSKY 1963) HABITAT DAN PENYEBARAN Kelompok ikan dari suku Pomacanthidae tersebar di seluruh perairan tropik dengan jumlah terbesar di wilayah Indo Pasifik bagian barat, yaitu mencapai 88% dari jumlah total jenis suku tersebut di dunia (ALLEN 23 Oseana, Volume XXV no. 2, 2000 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Menurut STEENE (1978), Pomacanthus annularis mengalami pertumbuhan di alam dengan perubahan warna yang mencolok dari stadia juvenil sampai dewasa. Pada stadia juvenil, ikan ini mempunyai warna agak putih dengan garis biru kehitaman yang melingkar sepanjang sisi tubuhnya dan ukuran panjangnya sekitar 2,75 inci (± 7 cm). Pada stadia dewasa, ikan Injel kambing mengalami perubahan corak dan warna tubuh, yaitu tubuh berwarna oranye kecoklatan dengan garis-garis melintang berwarna biru sepanjang tubuhnya, sedangkan panjang tubuhnya dapat mencapai 12 inci (± 30,5 cm). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BURHANUDDIN (1997) dan FAHMI (1997) pada bulan September sampai Oktober 1996 di perairan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pola pertumbuhan ikan Injel kambing di perairan tersebut bersifat allometrik positif. Pola pertumbuhan allometrik positif adalah kondisi di mana pertambahan beratkan lebih cepat daripada pertambahan panjang tubuhnya (RICKER 1975). REPRODUKSI Berdasarkan aspek reproduksinya, ikan Injel kambing (Pomacanthus annularis) bersifat hermaprodit protogini, yaitu ikan yang dalam daur hidupnya mengalami perubahan kelamin dari betina menjadi jantan (BURHANUDDIN 1997). Menurut FLOYD (1993), ikan-ikan angelfish bersifat hermaprodit protogini dan hidupnya selalu berpasangan. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti pada umur dan ukuran berapa ikan ini mengalami pembalikan seksual atau pergantian sel kelamin. Berdasarkan hasil penelitian BURHANUDDIN (1997), pada umumnya ikan betina berubah menjadi jantan setelah mencapai ukuran di atas 282,4 mm dan berat di atas 948 gram. Gambar 2. Ikan Injel kambing pada fase juvenil (KUITER 1992) 24 Oseana, Volume XXV no. 2, 2000 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Penelitian mengenai aspek reproduksi ikan Injel kambing belum banyak dilakukan, sehingga informasi lebih mendalam mengenai aspek tersebut belum didapatkan. Tetapi menurut ALLEN (1979), kisaran suhu optimal untuk pemijahan ikan yang termasuk suku Pomacanthidae adalah antara 25 sampai 28 °C, dan pada suhu di bawah 22°C ikan ini tidak dapat bertelur. Berdasarkan hasil penelitian terhadap ikan dari suku Pomacanthidae (Centropyge interuptus) oleh MOYER & NAKAZONO dalam ALLEN (1979), diketahui waktu pemijahan ikan tersebut berlangsung antara bulan Mei sampai Oktober dengan kisaran suhu optimal yaitu 25 - 28°C. Pemijahan sebagian besar terjadi 10 menit sebelum matahari terbenam sampai 5 menit setelah matahari terbenam. Pada keadaan cuaca yang mendung dan berawan, aktifitas pemijahannya berlangsung lebih awal dari waktu tersebut. Menurut MOE dalam ALLEN (1979), waktu penetasan telur menjadi larva ikan antara 18 sampai 30 jam. FLOYD (1993) juga menambahkan bahwa ikan angelfish mengeluarkan sel telurnya di permukaan perairan dan mengambang dengan bentuk seperti rakit, sementara larva ikan ini bersifat planktonik sewaktu berumur antara 3 sampai 5 minggu. Selanjutnya ALLEN (1979) menambahkan bahwa ikan Injel kambing (Pomacanthus annularis) biasa mengkonsumsi spons dan tunicata. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian FAHMI (1997), ikan Injel kambing merupakan ikan omnivor (pemakan segala). Ikan Injel kambing yang berukuran kecil (dengan panjang total kurang dari 20 cm) memanfaatkan rumput laut (alga) sebagai makanan utama, sedangkan ikan-ikan yang lebih besar (dengan panjang total di atas 23 cm) memanfaatkan spons sebagai makanan utamanya. DAFTAR PUSTAKA ALLEN, G.R. 1979. Butterfly and angelfishes of the world. A Wiley Interscience publications John Wiley and Sons. New York: 252 pp. BURHANUDDIN 1997. Studi beberapa aspek biologi ikan Injel kambing (Pomacanthus annularis) di perairan pantai Cilamaya Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Skripsi Fakultas Perikanan IPB. Bogor: 68 hal. EFFENDIE, M.I. 1979. Metoda biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor: 112 hal. KEBIASAAN MAKAN Kebiasaan makan ikan atau "food habits'' adalah jenis, kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan (EFFENDIE 1979). Menurut RANDALL & HARTMAN dalam ALLEN (1979), pada umumnya kebiasaan makan ikan-ikan dari genus Pomacanthus dan Holacanthus yang berukuran besar adalah memakan spons, ditambah alga sebagai makanan pelengkap, dan dalam jumlah yang kecil zoantharia, tunicata, gorgonia, telur ikan, hydroid dan spermatophyta (termasuk lamun). FAHMI 1997. Kebiasaan makanan ikan Injel kambing (Pomacanthus annularis) di perairan pantai Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Skripsi Fakultas Perikanan IPB. Bogor: 66 hal. FLOYD, R.F. 1993. Reproduction of marine tropical fishes In "Fish Medicine". (M.K. STOSKOPF, ed.). W.B. Saunders Company, Harcount Brace Jovanovich Inc. North Carolina: 628-634. 25 Oseana, Volume XXV no. 2, 2000 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id HUTOMO, M., SUHARSONO dan S. MARTOSEWOJO 1985. Ikan hias Indonesia dan kelestarian terumbu karang dalam: "Perairan Indonesia : biologi, budidaya, kualitas perairan dan oseanografi". Puslitbang Oseanologi, Proyek Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Laut - LIPI. Jakarta: 16-25. RICKER, W.E. 1975. Computation and interpretation of biological statistics offish population. Bulletin Fisheries Resource Board. Canada. (191) : 283 pp. STEENE, R.C. 1978. Butterfly and angelfishes of the world. Vol I: Australia. A Wiley Interscience Publication John Wiley and Sons. New York: 140 pp. KUITER,R.H. 1992. Tropical reef fishes of the Western Pacific - Indonesia and adjacent waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 312 pp. SUSANTO, H. 1984. Ikan hias air laut Penerbit Swadaya. Jakarta: 115 hal. NIKIJULUW, V.P.H. dan M. TAMPUBOLON 1991. Peluang dan kendala dalam pengembangan usaha ikan hias laut. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. X (l): 13-19. TARP, P.G. and P.J. KAILOLA 1986. Trawled fishes of Southern Indonesia and North Western Australia. The Australian development assistance bureau, Directorate general of fishes Indonesia, German agency for technical cooperation, Australia: 404 pp. NIKOLSKY, G.V. 1969. Theory offish population dynamics as the biological background for rational exploitation and management of fishery resources. Oliver and Boyd Publisher. United Kingdom: 323 pp. WEBER, M, and L.F. De BEAUFORT. 1936. The fishes of the Indo Australian Archipelago, 7. Perciformes (continued). E.J. Brill, Leiden: 607 pp. 26 Oseana, Volume XXV no. 2, 2000