tanah ultisols

advertisement
BAHAN KAJIAN
MK. DASAR ILMU TANAH
TANAH ULTISOLS
Ultisols: Low base status soils
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Vegetasi: Hutan
Iklim: berbagai rezim suhu tanah
Rezim lengas-tanah: precipitation >
evapotranspiration, XERIK atau
AQUIK
Ciri tanah: Kejenuhan basa rendah
Horison penciri: argillic, kandic,
albic
Epipedon: ochric (umbric, mollic)
Proses genesis: Pencucian, Eluviasi
dan Iluviasi
Karakteristik: Tanah-tanah dengan
status basanya rendah
1. Bahan induk yang sedikit mengandung
kation basis seperti batuan silikat kristalin
(mis. granite)
2. Material sedimen yang miskin basa (mis.
Sedimen dataran pantai yg sudah terlapuk)
3. Most of geologically old landscapes are
covered by parent material rich in silica but
poor in bases
4. There are some Ultisols formed in parent
material with higher base status and less
weathered material (e.g. volcanic ash, basic
ignenous or metamorphic rocks):
5. Bahan induk basis, banyak hujan,
pelapukan cepat, pencucian basa intensif.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KONDISI LINGKUNGAN
Iklim
Ultisols berkembang di daerah iklim, dimana curah hujan melebihi evapotranspirasi
potensial selama periode tertentu dalam setahun. Jumlah hujan melebihi kapasitas
simpanan air-tanah sehingga memungkinkan air mengalami perkolasi dalam profil
tanah. Fenomena ini snagat penting untuk mempertahankan rendahnya status basa
dalam tanah.
Ultisols are found in tropical areas, where they tend to have somewhat finer
textured E horizons, containing more organic matter and iron, than do the majority
of Ultisols formed in temperate climate.
Ultisols also may form in frigid soil temperature regimes.
Rezim lengas-tanah pada Ulsitos adalah Xeric, perudic, udic, ustic, dan
aquik.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KONDISI LINGKUNGAN
Vegetasi:
Banyak Ultisols berkembang pada vegetasi hutan (mis. Hutan
campuran hardwood, pine, oak, hickory), meskipun ada juga vegetasi
savana dan vegetasi rawa-rawa.
“Because of their low base status most Ultisols are used for timber
production but they are also used in agriculture, where liming and
fertilization is important to decrease acidity and incease soil fertility.”
Ultisols dapat menjadi lahan pertanian yang produktif kalau dikelola
dengan agroteknologi yang memadai.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KONDISI LINGKUNGAN
Relief:
There are no limitations for relief where Ultisols might form. They may
occupy hillslopes or level upland areas.
Posisi keberadaan Ultisols dikendalikan oleh hubungan antara
geomorphology dan faktor-faktor lain pembentukan tanah , serta laju
dan derajat ekspresi proses-proses pedogenesis.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KONDISI LINGKUNGAN
BAHAN INDUK TANAH:
Bahan induk yg lazim untuk perkembangan Ultisols mengandung
sedikit kation basa , seperti batuan kristalin silika (mis. granite) atau
bahan sedimen yg relatif miskin basa (mis. Sedimen dataran pantai
yang sangat lapuk).
Most of geologically old landscapes are covered by parent material
rich in silica but poor in bases.
Ada beberapa Ultisols yang berkembang pada bahan induk dengan
status basa lebih tinggi dan material kurang lapuk (mis. Abu vulkanik,
batuan beku basis atau batuan metamorf basis).
Pencucian basa-basa secara cepat dapat terjadi kalau curah hujan
cukup tinggi untuk membentuk Ultisols.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KONDISI LINGKUNGAN
Time:
Periode waktu yang terlibat dalam perkembangan Ultisols tergantung
pada faktor-faktor lain pembentukan tanah dan laju proses
pedogenesis. Jaman Pleistocene atau lebih tua diyakini sebagai asalusulnya bahan induk Ultisols.
The geologic age of parent materials, however, serves only to fix an
absolute maximum on possible periods of time involved in soil
formation. The actual time periods involved may be, and generally are,
much less.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
PROSES GENESIS TANAH
Banyak Ultisols berkembang dari bahan induk yang semula
mengandung cukup banyak mineral dapat lapuk. Komponenkomponen mineral ini dilepaskan melalui proses pelapukan dan
mudah tercuci ke luar tanah..
Eluviasi (translokasi atau pencucian liat) dan illuviasi (pengendapan liat)
merupakan proses utama yg membentuk Ultisols.
The upper soil profile is depleted by clays and lower soil horizons enriched in
clays, i.e., an argillic or kandic diagnostic horizon is formed. Fine clays are more
likely to be translocated compared to coarse clays.
Also newly formed clay is more likely to move in percolating water than is clay
coated with humic substances.
Dalam ultisols, akumulasi, dekomposisi dan humifikasi bahan organik di
lapisantopsoil is limited thus less organo-mineral complexes are formed, which
increase the probability of eluviation and illuviation.
TANAH ULTISOLS
PROSES GENESIS TANAH
Mekanisme khusus mobilisasi, translokasi dan deposisi liat dijelaskan dengan
model berikut: Liat terdispersi menjadi suspensi dan bergerak ke arah bawah
bersama dengan air perkolasi.
Redeposition results from the effect as water is withdrawn by capillarity into the
soil leaving the suspended clays as coatings on the surface of peds. Other
particles, such as sesquioxides and organic matter may also be translocated in
this manner. Only limited leaching is required to form Ultisols in acid parent
materials containing few weatherable minerals. If the parent material is rich in
bases extensive leaching over a long time is necessary to form Ultisols.
Kebanyakan Ultisols menunjukkan karakteristik alterasi lengkap mineral primer
mudah lapuk menjadi mineral sekunder dan oksida. Granite dan bahan indul lain
yg bersilika, material yg permeabilitasnya lambat, muka-air-tanah berfluktuasi,
dan posisi landskap di bagian bawah, semuanya sesuai untuk pembentukan
mineral liat kaolinit.
Mineral liat pada Ultisols terutama kaolinit dan gibbsite , ada juga sedikit mineral
liat tipe 2:1.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
PROSES GENESIS TANAH
Banyak Ultisols yang berkembang pada landskap tua tidak mempunyai selimut
liat pada horison argilik atau kandik, karena proses “lessivage” tidak aktif dalam
tanah yg miskin mineral mudah lapuk, namun proses ini lebih aktif pada awal fase
pedogenesis.
The accumulation of clays in the B horizon is probably also a result of in situ
weathering. With increasing depth below the soil surface, clay content is probably
influenced less by processes of translocation and more by parent material and
weathering.
Argillic horizons increase with time and with increasing contents of silt and sansize resistant minerals in the parent materials. Argillic horizons may develop
upward or downward in the solum and can be either constructive, destructive, or
possibly 'equilibrium' develpment stages.
Zone illuviation biasanya berupa horison argillik, tetapi mungkin juga berupa
fragipan yg memenuhi persyaratan horison argillik atgau mempunyai argillan
yang tebal.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
PROSES GENESIS TANAH
There is a coexistence between lessivage and podzolization in Ultisols.
Podzolization is the downward movement of sequioxides and organic
components from the A and E horizons to the argillic or kandic horizon.
Senyawa fero solubel (Fe2+) terbentuk pada lokasi eluviasi, dan
senyawa ferri tidak-larut (Fe3+) terbentuk pada lokasi iluviasi.
Translokasi kation Fe mungkin terjadi sebagai oksida-Fe berukuran
halus, oksida-Fe yang berikatan dg liat, kompleks-Fe-liat-organik, dan
kompleks Fe-organik yang dapat larut.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
PROSES GENESIS TANAH
The major process for the formation of plinthite requires appreciable
periods of time in soils having adequate supplies of iron together with
alternating oxidizing and reducing conditions associated with water
tables that fluctuate through a limited segment of the solum for long
periods during the year.
Akumulasi, dekomposisi dan humifikasi merupakan proses-proses
minor untuk membentuk Ultisols. Kebanyakan Ultisols mempunyai
lapisan permukaan tipis berwarna gelap dan kaya bahan organik.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
SIFAT DAN CIRI TANAH
Generally, an ochric epipedon and an argillic or kandic diagnostic horizon is found in
Ultisols. In some Ultisols there are umbric or mollic epipedons. Most Ultisols are
formed in weathered parent rock thus the subsurface horizons are underlain by a
saprolite zone.
Karakteristik utama Ultisols adalah rendahnya kejenuhan basa di seluruh profil
tanah, lapisan atas mengandung sedikit lebih banyak basa karena adanya daur-ulang
bilogis. Rendahnya kejenuhan basa terutama karena bahan induk tanah kaya silika
dan miskin basa-basa.
Dalam beberapa tanah, rendahnya status basa terjadi akibat pencucian yg intensif
bahan induk yg semula mengandung mineral-mineral mudah lapuk; sedangkan pada
tranah-tanah lainnya memang bahan induknya miskin basa dan miskin mineral
mudah lapuk.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
SIFAT DAN CIRI TANAH
Kapasitas tukar kation (KTK = CEC) rendah, dengan KTK agak lebih
tinggi dalam horison bagian atas karena adanya daur-ulang hara
secara bioligis.
In many Ultisols there are continuous losses of bases through leaching
and erosion, therefore, the CEC remains low. In poorly drained Ultisols,
such as the Umbraquults, the base content is slightly higher than in
typical Ultisols.
Penurunan kejenuhan basa secara tajam (Abrupt) seringkali
berhubungan dnegan plinthite, fragipans, atau zone lainnya yang
jenuh air selama periode yg lama.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
. SIFAT DAN CIRI TANAH
Rendahnya kandungan basa biasanya berkaitan dengan rendahnya hara tersedia,
dan tingginya kemasaman tanah. Horison permukaan jarang yang mempunyai nilai
Ph kurang dari 5.0 atau lebih dari 5.8. Pada umumnya, nilai pH menurun dengan
kedalaman hingga minimum 4.0 - 5.5 dalam horison argilik.
In highly weathered and leached Ultisols a decreasing pH is evident throughout the
solum.
In most Ultisols organic matter is restricted to the light-colored ochric epipedon. This
can be attributed to high decomposition rates by aerobic micro-organisms under
warm climates and free soil-drainage. Most of the annual increments of added
organic residues are on the surface, where the oxygen and nutrient status of Ultisols
are most suitable for high populations of micro-organisms.
Kandungajn bahan organik dan ketebalan horison permukaan meningkat pada
kebanyakan Ultisols dengan semakin menurunnya drainage internal dan aerasi tanah
dan epipedon Umbrik dapat terbentuk pada kondisi seperti ini.
Ultisols yang kaya bahan organik ditandai oleh adanya ciri “Humic”. Kandungan
bahan organik pada kebanyakan Ultisols biasanya rendah dibandingkan dengan ordo
lainnya, seperti Mollisols atau Alfisols.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
. SIFAT DAN CIRI TANAH
Mineral liat pada Ultisols biasanya tipe 1:1 (kaolinite) atau gibbsite –
hanya ada sedikit liat tipe 2:1. Oleh karena itu, KTK dan daya simpan
air pada kebanyakan Ultisols relatif rendah.
These limitations can be overcome by the application of lime to
decrease acidity and fertilizers to add bases to the soil but Ultisols are
commonly not as productive as Mollsiols or Alfisols.
Kandungan liat meningkat secara reguler dari horison A, E atau horison
B bagian atas hingga mencapai maksimum di bagian atas horison
ARGILIK, kemudian menurun secara teratur hingga mencapai horison
C.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
. SIFAT DAN CIRI TANAH
Oksida-oksida besi, yang dilepaskan dari mineral-mineral lainnya melalui pelapukan
atau diwariskan dari bahan induk, merupakan indikator penting dari proses
pedogenik dan taxonomik dalam Ultisols. Goethite merupakan bentuk kristalin yg
dominan dalam kebanyakan Ultisols dan biasanya berhubungan dengan sedikit
hematite, maghemite, dan magnetite.
The amounts of hematite are generally greater in Ultisols developed from basic rocks
and are more abundant in tropical then temperate regions. This accounts for the red
color in well-drained tropical Ultisols compared to other rgions. The red or yellow
colors found in the argillic horizon and underlying materials in many Ultisols are due
to iron oxides.
Dalam kebanyakan Ultisols, beragam proporsi tanah tersusun atas becak-becak
kemerahan dan kelabu atau becak berwarna terang. Kondisi ini biasanya
berhubungan dengan segregasi oksida-oksida Fe oleh adanya proses oksidasi dan
reduksi secara bergantian. Bentuk-bentuk senyawa reduksi Fe2+ relatif mudah larut
dapat bermigrasi ke lokasi yang lebih oksidatif sebelum mengalami reoksidasi atau
dan mengendap “in situ “ menjadi senyawa Fe3+.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
SIFAT DAN CIRI TANAH
Repetitions of the cycle result in development of zones with high and
low free iron contents corresponding to the reddish and grayish colors.
The behavior of Mn in oxidizing and reducing environments is
analogous to that of Fe. Through continued segregation and
concentration of oxides by alternating oxidizing and reducing
conditions plinthite or fragipans are formed.
Plinthite merupakan horison miskin humus tetapi kaya sequioxide
yang mengeras secara irreversibel mencadi cadas-keras “ironstone”
atau agregat-agregat dengan sikus pembasahan-pengeringan yang
berulang. Kalau ciri kaya-sesquioxida ditemukan pada tanah
permukaan atau tersingkap pada potongan tebing , biasanya disebut
'laterite'.
Pembentukan plinthite diasumsikan berhubungan dnegan fluktuasi
musiman muka-air-tanah dan translokasi sesquioksida. Konsekwensi
dari adanya plinthite adalah drainage terhambat dan penggenangan.
TANAH ULTISOLS
SIFAT DAN CIRI TANAH
Dalam sistem Soil Taxonomy, 'plinthite' dipakai untuk mencirikan Ultisols kalau > 5
% volume suatu horison tanah ditempati oleh “plinthit”.
Fragipans terbentuk pada kondisi lingkungan yang serupa , fragipans
dan plinthite dapat ditemukan pada tanah yang sama. Fragipans
merupakan lapisan yang bobot-isinya tinggi, “rapuh” kalau lembab
dan keras kalau kering.
Many fragipans in Ultisols are associated with either, or both, lithologic or
chronological discontinuities in the parent material. It has been postulated that
many fragipans in Ultisols are a result of pedogenic processes, i.e., the precipitation
of silica, clays, and/or sequioxides, which result in high bulk densities.
Sifat “getas” (brittlesness) disebabkan oleh adanya pengikatan material amorf dan
pembentukan agen pengikat (perekat) aluminosilikat.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
SIFAT DAN CIRI TANAH
Profil Ultisol yang khas dicirikan oleh adanya horison E yang jelas, menebal
ke arah atas ke horison argilik di atasnya dan ke arah bawah memasuki
fragipan, susunan horisonnya A, E, BE, Bt, BC, dan C.
Horison A biasanya tebalnya kurang dari 15 cm, warnanya coklat kelabu
(gelap) dan struktur granuler lemah dan moderat.
E horizons are comparable in thickness and have a weak structure or are
structureless and may meet the criteria set for albic horizons. Chromas of 3
to 5 and values of 4 to 6 are common in most E horizons. Colors of the B
horizon are generally 10YR or redder hue with values of 4 to 6 and chromas 6
to 8.
Horison B strukturnya gumpal-bersudut moderat, medium dan semakin lebih
lemas dan lebih kasar dengan kedalaman tanah.
Horison C mempunyai struktur yang lebih lemas dan lebih kasar, atau tidak
berstruktur. Warnanya kurang merah dan akandungan liatnya lebih rendah.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KLASIFIKASI TANAH
The requirements to qualify as an Ultisols are:
Low base saturation (< 35 %) at 125 cm below the top of the
argillic horizon or 180 cm below the surface, providing there are
no intervening lithic or paralithic contacts.
Sifat penciri: Adanya horison argillik atau kandik, yaitu zone
akumulasi liat.
Persyaratan utama Ultisols adalah horison argilik dan rendahnya
status basa, keduanya dapat berkembang secara simultan atau
secara sequensial.
Horison E yang jelas dan tegas tidak dipersyaratkan dalam
Ultisols.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KLASIFIKASI TANAH
Ada lima ordo dalam Ultisols, sifat-sifat pembedanya adalah rezim
lengas-tanah dna kandungan bahan organiknya.
Aquults: Tanah ini jenuh air dalam periode etertentu dalam setahun
atau mengalami drainage buatan. Kondisi Aquik menghasilkan ciri-ciri
redoximorfik.
Ustults: Ultisols yg berkembang pada rezim lengs-tanah USTIK
diklasifikasikan sebagai Ustults. Walaupun lengas-tanahnya terbatas,
ketersediaan air musiman masih mencukupi untuk satu musim tanam
dalam setahun.
Humults: Tanah ini mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi,
tetapi tidak punya ciri “kebasahan” lainnya.
TANAH ULTISOLS
KLASIFIKASI TANAH
Xerults:
Ultisols yang berkembang pada rezim lengas-tanah Xerik.
In Soil Taxonomy, the content and distribution of organic matter together with soildrainage characteristics are definitive criteria for Humic, Umbric, and Sombric taxa.
A sombric horizon is a subsurface horizon of illuvial accumulation of organic matter,
which is not found under an albic horizon (e.g. Sombrihumults, Sombric
Kandiudults). They are not known to occur in the U.S. and have been reported only
in cool, moist, high plateau and mountain areas in intertropical regions. Organic
matter in sombric horizons is not associated with large quantities of Al to the extent
it is in spodic horizons.
Umbrik, yaitu adanya epipedon umbrik dianggap pada tingkat subgroup (mis.
Umbric Fragiaquults).
Humic Ultisols menunjukkan horison Ap, atau horison A setebal 15 cm atau lebih,
yang mempunyai warna VALUE lembab 3 atau kurang dan VALUE kering 5 atau
kurang, yang secara tidak langusng mencerminkan adanya humus (mis. Humic
Hapludults).
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KLASIFIKASI TANAH
Udults:
Ultisols yang berkembang didaerah humid, periode keringnya singkat
dan diklasifikasikan sebagai Udults. Kandungan bahan organiknya
rendah. Selama periode waktu yg singkat, muka-air-tanahnya ada di
dekat permukaan , tetapi Udults tidak menunjukkan ciri redoximorfik
yang tegas.
For example, Udults extend from the east coast (Maryland to Florida)
and beyond the Mississippi River Valley and are the most extensive
soils in the humid southeast.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KLASIFIKASI TANAH
Several soil moisture regimes are considered at sugroup level ranging
from dry to wet conditons: Xeric (e.g. Xeric Kandihumults), aridic (e.g.
Aridic Aridic Kandiustults), udic (e.g Udic Kandiustults), ustic (e.g. Ustic
Kandihumults), and aquic (e.g. Aquic Paleudults).
Horison fragipan merupakan penciri dari great-groups “fragik” dan
subgroups dalam Ultisols (mis. Fragiaquults, Fragic Paleudults, Fragic
Hapludults).
Ultisols yang mempunyai horison penciri adalah Plinthquults, Plinthic
Paleaquults.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KLASIFIKASI TANAH
In some Ultisols spodic characteristics are present (e.g. Spodic
Paleudults), i.e., an illuvial accumulation of sequioxides and/or organic
matter. It is suggested that the spodic horizon developed in a thick,
sandy eluvial horizon of an existing Ultisol.
Simultaneous formation and expression of argillic and spodic horizon
characteristics are essentially mutually exclusive phenomena.
Perkembangan yang terus menerus horison spodik pada akhirnya
menghasilkan destruksi horison argilik atau translokasinya ke tempat
(lapisan) lebih bawah.
Horison-horison Spodik yang tipikal ditemukan dalam ordo Spodosol.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KLASIFIKASI TANAH
Ultisols in Vertic subgroups (e.g. Vertic Paleudults, Vertic Albaquults) do have
appreciable shrink-swell capacities and extensive cracks can be observed in the B
horizon during dry season. They develope in clayey sediment, for example, in Puerto
Rico and the southeastern United States.
A low weatherable mineral content in the non-clay fraction is considered essential to
their development. Bases lost through leaching are not replenished by weathering
and a low base saturation can develop in relatively short time periods.
Ultisols yg berkembang dari bahan induk abu vulkanik atau bahan pryoclastics
lainnya , diklasifikasikan sebagai 'Andic'. Mereka ini mempunyai banyak alofan yg
reaktif atau material alumino-silikat amorf lainnya.
Bobot isi rendah (<= 1.0 g/cm3) , tetapi tanah-tanah ini mempunyai kemampuan
yang tinggi untuk menahan air (mis. Andic Kandihumults, Andic Kanhaplustults).
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KLASIFIKASI TANAH
Tekstur tanah digunakan untuk mendefinisikan:
1. 'Arenic' (soils that have a sandy or sandy-skeletal particle-size class
throughout a layer extending from the mineral soil surface to the
top of an argillic horizon at a depth of 50 to 100 cm) and
2. 'Psammentic' (tanah-tanah yang mempunyai partikel berukuran
pasir pada bagian atas horison argilik setebal 75 cm, atau pada
seluruh horison argilik kalau tebalnya kurang dari 75 cm) (mis.
Arenic Paleaquults, Psammentic Rhodudults).
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KLASIFIKASI TANAH
Ultisols with a soil color that have 50 percent or more chroma of 3 or
more in one or more horizons between either the A or Ap horizon or a
depth of 25 cm from the mineral soil surface, whichever is deeper, and
a depth of 75 cm are defined as 'Aeric' (mis. Aeric Paleaquults).
Ultisols yang mempunyai warna merah doisebut 'Rhodic' (Hue 2.5YR
atau lebih merah; dan Value lembab 3 atau kurang; dan Value kering
tidak lebih dari 1 unit lebih tinggi di atas Value lembab) (mis. Rhodic
Kandiudults).
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
KLASIFIKASI TANAH
Ultisols yang tipis (deangkal) didefinisikan sebagai 'Lithic' (mis. Lithic
Kanhaplohumults, Lithic Haplustults).
Ultisols yang dikelompokkan sebagai 'old soils' disebut 'Pale' (mis.
Palehumults, Palexerults).
They are not allowed to have a densic, lithic, paralithic, or petroferric
contact within 150 cm of the mineral soil surface. Other limitations to
qualify for a Pale subgroup within the Ultisol order are texture changes
or skeletans on the faces of peds.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
CIRI PEMBEDA
Mollisols may occupy drier less leached positions, wetter positions, where
leaching has been retarded and/or secondary enrichment with bases has
occured.
In areas with coarse-textured parent material, Spodosols may develop in low,
poorly drained landscape positions with Ultisols on the better-drained sites.
Histosols may develop in flat, depressional or poorly drained areas surrounded
by Ultisols. Entisols can develop in association with Ultisols in very poorly
drained areas or on steep rapidly eroding areas.
Aridisols dan Vertisols dapat ditemukan berdekatan dengan Ultisols di daerahdaerah dimana Ultisols berdampingan dg iklim arid.
Inceptisols berkembang pada posisi landskap yg kurang stabil (lereng curam)
dan pada pegunungan atau di dataran banjir (mis. Fluvaquents).
Tanah-tanah yg berhubungan dengan Ultisols adalah Psamments di daerahdaerah yg materialnya sangat berpasir.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
CIRI PEMBEDA
Ultisols dan Alfisols dicirikan oleh adanya horison penciri ARGILIK,
tetapi ciri utama Ultisols adalah rendahnya status basa, dan ciri ini
membedakannya dari kebanyhakan Alfisols. Kebanyakan Ultisols
menunjukkan tingkat lapukan lebih lanjut dan lebih masam daripada
Alfisols tetapi biasanya Ultisols tidak se-masam Spodosols.
The absence of an argillic horizon and the absence of an argillic
horizon above an oxic horizon in Inceptisols and Oxisols, resprectively,
are the criteria used to distinguish them from Ultisols. To distinguish
between Ultisols and Oxisols - there are still some weatherable
minerals found in Ultisols compared to Oxisols.
Kalau kejenuhan basanya < 35 %, ada horison KANDIK, dan kandungan
liatnya kurang dari 40 % ditemukan dalam lapisan permukaan 18 cm
maka tanah diklasifikasikan sebagai Ultisol. Berbeda dengan ini,
tanah-tanah yg serupa tetapi dnegan kandungan liatlebih besar dari 40
% dalam lapisan permukaannya, diklasifikasikan sebagai Oxisols.
TANAH ULTISOLS
Ultisols adalah tanah-tanah di daerah Humid.
Tanah-tanah ini berkembang melalui prosesproses pelapukan yg cukup intensif dan
pencucian yg snagat intensif, menghasilkan
subsoil kaya liat yang didominais oleh
mineral-mineral kuarsa, kaolinit dan oksida
besi.
Ultisols merupakan tanah masam, unsur hara
terkonsentrasi pada lapisan tanah atas
setebal beberapa sentimeter.
Tanah-tanah ini kemampuannya untuk
menhaan hara dari pupuk dan kapur snagat
rendah.
Ultisols meliputi sekitar 8% lahan permukaan
bumi yg bebas es.
Diunduh dari: ………….. 25/2/2013
TANAH ULTISOLS
ULTISOLS
Konsep sentral Ultisols adalah tanah-tanah
yang mempunyai horison yang kaya mineral
liat silikat angkutan (Horison ARGILIK atau
KANDIK) dan miskin basa-basa (kejenuhan
basa kurang dari 35 %).
Pada kebanyakan Ultisols , kejenuhan
basanya menurun dnegan kedalmana
tanah.
Diunduh dari: http://urbanext.illinois.edu/soil/orders/soiord.htm…………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS
:
Ultisols serupa dnegan Alfisols karena mereka
mempunyai penciri ochric dan argillic, akan tetapi
tingkat pelapukannya lanjut sehingga miskin hara ( “
ult” berasal dari bahasa Latin “ultimus” yg artinya
ultimate).
Tanah-tanah ini mempunyai pH dan kandungan
bahan organik lebih rendah daripada Alfisols dan
seringkali warnanya lebih merah.
Tanah-tanah inni dapat produktif dengan teknologi
pembenah-tanah.
Lapisan tanah permukaan biasanya bertekstur lebih
kasar, sehingga mudah diolah, sedangkan subsoil
yang berliat menyimpan banyhak air bagi akar
tanaman.
Urutan horison yang khas dalam proifil tanahnya: A,
E, Bt, BC, C
Diunduh dari: http://www.stthomas.edu/geography/faculty/kelley/physgeog/soils/taxonomy/soil_taxonomy.htm……………
TANAH ULTISOLS
Ciri-ciri Tanah:
1. Kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH
rendah (pH 4,2-4,8).
2. Terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik
dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al
dan Si tercui.
3. Bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan
kelabu tak begitu dalam tersusun atas batuan bersilika,
batu lapis, batu pasir, dan batu liat.
4. Terbentuk di daerah iklim seperti Latosol, perbedaan
karena bahan induk : Latosol terutama berasal dari
batuan volkanik basa dan intermediate, sedangkan
Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff.
Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia:
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian Jawa .
sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan
seperti : kelapa sawit, karet dan nanas.
Diunduh dari: http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia/…………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS
Ultisols banyak sekali ditemukan di
Georgia.
Ultisols ini menunjukkan gejala-gejala:
“pencucian intensif, tanah masam dnegan
kesuburan alamiahnya relatif rendah."
Tanah-tanah ini ditemukan di daerahdaerah humid.
Tanah-tanah ini juga dikenal dengan
istilah Tanah-Liat-Merah.
Diunduh dari: http://scharoun-enb150.blogspot.com/2011/02/soil-soil-everywhere.html…………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS
Ultisols - ultimate, menyatakan tanah
yg pelapukannya lanjut.
A typical horizon sequence is A - Bt - BCt
- C; the total solum thickness is
generally a meter or greater.
Horison A mempunyai struktur granuler,
horison Bt dg struktur gumpal;
kemasaman tanah medium hingga
sangat masam.
Ini merupakan contoh Tanah lempungliat Davidson, diklasifikasikan sebagai:
Famili Rhodic Paleudults, thermik,
berliat, kaolinitik.
Diunduh dari: http://www.evsc.virginia.edu/~alm7d/soils/ults.html…………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS
Ultisols
Tanah-tanah yang mempunyai
horison ARGILIK dan kejenuhan
basanya rendah < 35% pada 125 cm
di bawah “the top of the argillic” atau
pada 200 cm, apabila lebih dangkal.
Diunduh dari: …http://soils.ifas.ufl.edu/wgharris/SEED/SJ/Order-Cheat.htm………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS
Sub-ordo yang dominan
Aquults
Aquults adalah Ultisols di daerah basah, dimana muka-air-tanah sangat dekat
dengan permukaan selama periode waktu tertentu setiap tahun, biasanya pada
musim winter dan spring. Tanah-tanah ini ada di dataran pantai, seperti di pantai
Atlantic Ocean dan Teluk Mexico. Lerengnya “gentle”. Kebanyakan tanah-tanah ini
dahulunya berupa vegetasi hutan; tetapi ada juga yang masih berupa hutan hingga
sekarang.
Humults
Humults are the more or less freely drained, humus-rich Ultisols. They are in Oregon
and Washington and also occur in California and Puerto Rico. They commonly receive
high rainfall but also have a moisture deficit during some season. The vegetation was
mostly coniferous forest in the Northwest and rain forest in the tropics. Most of
these soils are used as forest or have been cleared and are used as cropland or
pasture.
Diunduh dari: http://soils.usda.gov/technical/classification/orders/ultisols_map.html…………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS
Dominant Suborders
Udults
Udults are the more or less freely drained, relatively humus poor Ultisols that have a udic
moisture regime. They are in southern and eastern parts of the country. Most of these soils
currently support or formerly supported mixed forest vegetation. Many have been cleared and
are used as cropland, mostly with the use of soil amendments.
Ustults
Ustults adalah Ultisols yg drainagenya bagus, mempunyai rezim-lengas tanah USTIK,
dan mempunyai kandungan C-organik relatif rendah. Vegetasinya biasanya berupa
hutan atau savanna. Sebagian tanah telah dibuka dan digunakan / dikelola sebagai
lahan pertanian atau pasture.
Xerults
Xerults are the more or less freely drained Ultisols of Mediterranean climates. They are in
California and Oregon. The vegetation formerly was and currently is mostly coniferous forest.
Most of these soils are used as forest, but some have been cleared and are used as cropland or
pasture.
Diunduh dari: http://soils.usda.gov/technical/classification/orders/ultisols_map.html…………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS
Umbraquult
Dataran pantai Carolina-utara
Tanah-tanah ini berkembang dari bahan
aluvium atau deposit marine di daerahdaerah yang muka-air-tanahnya dekat
dengan permukaan.
These are the wettest of the Aquults and
the argillic horizon is generally more weakly
expressed as a result.
Warna glei pada subsoil mencerminkan
adanya muka-air-tanah yg dangkal secara
musiman, yang membatasi kesesuaian
tanah-tanah ini untuk penggunaannya.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_01.htm…………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS
Typic Hapludult
Arkansas bagian barat
Tanah ini berkembang dari bahan induk
batuan metamorf sandstone dan
menunjukkan tatanan horison yang khas
Ultisols , yaitu dengan urutan A-E-Bt.
Tanah ini dan Hapludults lainnya, lazim
ditemukan pada landskap jaman Pleistocene
akhir.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_02.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS
Fine, kaolinitic, thermic Typic Kanhapludult
(Cecil series)
This soil is one of the most extensive in the
southeastern USA. It is estimated that Cecil soils are
on nearly 1/3 of the Piedmont uplands, where they
occur on ridges and side slopes.
Tanah-tanah Cecil ini berkembang dari batuan beku
felsik dan batuan metamorf.
Horison Bt dicirikan oleh tekstur liat dan kandungan
liatnya hingga 70%.
Horison Bt merupakan horison kandik, yg
merupakan horison penciri yang didominasi oleh
mineral liat yg aktivitasnya rendah, seperti kaolinit
dan hydroxy-interlayered vermiculite.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_04.htm…………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS
CECIL SERIES
Tanah ini sangat dalam, drainagenya bagus,
permeabilitasnya moderat, di daerah
perbukitan dan dataran tinggi.
Tanah-tanah ini berkembang dari hasil
pelapukan batuan beku felsik dan batuan
metamorf.
Kemiringan lerengnya berkisar 0 - 25 %.
Curah hujan tahunan 48 inches dan suhu
rata-rata tahunan 59oF.
Diunduh dari: …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: CECIL SERIES
TAXONOMIC CLASS: Fine, kaolinitic, thermic Typic
Kanhapludults
TYPICAL PEDON: Cecil sandy loam--forested. (Colors are for
moist soil unless otherwise stated.)
Ap--0 to 8 inches; dark yellowish brown (10YR 4/4) sandy
loam; weak medium granular structure; very friable; slightly
acid; abrupt smooth boundary. (2 to 8 inches thick)
Bt1--8 to 26 inches; red (10R 4/8) clay; moderate medium
subangular blocky structure; firm; sticky, plastic; common
clay films on faces of peds; few fine flakes of mica; strongly
acid; gradual wavy boundary.
Bt2--26 to 42 inches; red (10R 4/8) clay; few fine prominent
yellowish red (5YR 5/8) mottles; moderate medium
subangular blocky structure; firm; sticky, plastic; common
clay films on faces of peds; few fine flakes of mica; very
strongly acid; gradual wavy boundary. (Combined thickness
of the Bt horizon is 24 to 50 inches)
Diunduh dari: …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: CECIL SERIES
TAXONOMIC CLASS: Fine, kaolinitic, thermic Typic
Kanhapludults
BC--42 to 50 inches; red (2.5YR 4/8) clay loam; few distinct
yellowish red (5YR 5/8) mottles; weak medium subangular
blocky structure; friable; few fine flakes of mica; very
strongly acid; gradual wavy boundary. (0 to 10 inches thick)
C--50 to 80 inches; red (2.5YR 4/8) loam saprolite; common
medium distinct pale yellow (2.5Y 7/4) and common distinct
brown (7.5YR 5/4) mottles; massive; very friable; few fine
flakes of mica; very strongly acid.
Diunduh dari: …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: CECIL SERIES
RANGE IN CHARACTERISTICS:
The Bt horizon is at least 24 to 50 inches thick and extends
to 40 inches or more. Depth to bedrock ranges from 6 to 10
feet or more. The soil ranges from very strongly acid to
moderately acid in the A horizons and is strongly acid or
very strongly acid in the B and C horizons. Limed soils are
typically moderately acid or slightly acid in the upper part.
Content of coarse fragments range from 0 to 35 percent by
volume in the A horizon and 0 to 10 percent by volume in
the Bt horizon. Fragments are dominantly gravel or cobble
in size. Most pedons have few to common flakes of mica in
the Bt horizon and few to many flakes of mica in the BC and
C horizons.
Diunduh dari: …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: CECIL SERIES
RANGE IN CHARACTERISTICS:
The A or Ap horizon has hue of 2.5YR to 10YR, value
of 3 to 5, and chroma of 2 to 8. A horizons with value
of 3 are less than 6 inches thick. The texture is sandy
loam, fine sandy loam, or loam in the fine earth
fraction. Eroded phases are sandy clay loam, or clay
loam in the fine earth fraction.
The E horizon, where present, has hue of 7.5YR or
10YR, value of 4 to 6, and chroma of 3 to 8. It is
sandy loam, fine sandy loam, or loam in the fineearth fraction.
Diunduh dari: …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: CECIL SERIES
The BA or BE horizon, where present, has hue of 2.5YR to
10YR, value of 4 to 6, and chroma of 3 to 8. It is sandy clay
loam, loam, or clay loam.
The Bt horizon averages 35 to 60 percent clay in the control
section but may range to 70 percent in some subhorizons. It
has hue of 10R or 2.5YR, value of 4 or 5, and chroma of 6 or
8. Hue also ranges to 5YR if evident patterns of mottling are
lacking in the Bt and BC horizons. Mottles that are few and
random are included. The Bt horizon is clay loam, clay, or
sandy clay and contains less than 30 percent silt.
The BC horizon has hue of 10R to 5YR, value of 4 or 6, and
chroma of 4 to 8. Mottles in shades of yellow or brown are
few to common in some pedons. The texture is sandy clay
loam, clay loam, or loam.
The C horizon is similar in color to the BC horizon or it is
variegated. It is loamy saprolite weathered from felsic,
igneous and high-grade metamorphic rocks.
Diunduh dari: …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: CECIL SERIES
DRAINAGE & PERMEABILITY:
Well drained; medium to rapid runoff; moderate
permeability.
USE AND VEGETATION:
About half of the total acreage is in cultivation, with the
remainder in pasture and forest. Common crops are small
grains, corn, cotton, and tobacco.
DISTRIBUTION & EXTENT:
The Piedmont of Alabama, Georgia, North Carolina,
South Carolina, and Virginia. The series is of large extent,
with an area of more than 10 million acres.
Diunduh dari: …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: CECIL SERIES
BEBERAPA SIFAT PENTING
Horison penciri dan sifat-sifat penting
pedon ini :
1. Epipedon Ochric -- zone dari permukaan
tanah hingga kedalaman 8 inches
(Horison Ap)
2. Horison Kandik -- zone antara 8 dan 42
inches memenuhi persyaratan liat
aktivitas rendah dalam lebih dari 50 %
horison (Horison Bt1 dan Bt2 )
3. Argillic horizon--the zone between 8 and
42 inches (Bt1 and Bt2 horizons)
Diunduh dari: …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Norfolk series)
Fine-loamy, kaolinitic, thermic Typic Kandiudult
(Norfolk series)
Tanah-tanah Norfolk ini banyak ditemukan di
dataran pantai USA bagian tenggara, mereka ini
berkembang pada bahan induk sedimen-marine
berlempung.
Horison Bt teksturnya lempung liat berpasir atau
lempung liat , dan meluas hingga kedalaman 5 feet
atau lebih.
Although once forested, these well-drained soils
have mostly been cleared of trees and used to
produce a variety of agricultural crops
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_06.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Norfolk series)
CIRI-CIRI PENTING
1. Depth Class: Sangat dalam
2. Drainage Class (Agricultural): Drainage bagus
3. Internal Free Water Occurrence: Deep, transitory or very
deep
4. Index Surface Runoff: Ringan hingga Medium
5. Permeabilitas: Moderat (Saturated Hydraulic
Conductivity: Agak Tinggi)
6. Landscape: Lower, middle, or upper coastal plain
7. Landform: Uplands or marine terraces
8. Geomorphic Component: Interfluve, side slopes
9. Hillslope Profile Position: Summits, shoulders,
backslopes
10. Bahan Induk: Deposit Marine atau Fluvio-marine
11. Slope: 0 - 10 %
12. Elevation (type location): Unknown
13. Mean Annual Air Temperature (type location): 62oF.
14. Mean Annual Precipitation (type location): 49 inches
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_06.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Norfolk series)
TAXONOMIC CLASS: Fine-loamy, kaolinitic, thermic Typic
Kandiudults
TYPICAL PEDON: Norfolk loamy sand — cultivated.
Ap: 0 - 9 inches; coklat ke-abu-abuan (10YR 5/2) pasir
berlempung; struktur granuler lemah dan medium; sangat
remah; tidak lekat, tidak plastis; sedikit akar halus dan
medium; material warna gelap pada liang-liang akar tua;
sangat masam; batas horison clear smooth. (tebalnya 3 - 10
inches)
E: 9 - 14 inches; light yellowish brown (10YR 6/4) loamy
sand; weak medium granular structure; very friable;
nonsticky, nonplastic; few fine and medium roots; darkercolored material in old root channels; strongly acid; clear
smooth boundary. (tebalnya 0 - 10 inches)
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_06.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Norfolk series)
Bt1: 14 - 17 inchi; coklat kekuningan (10YR 5/6) lempung
berpasir; struktur gumpal bersudut, lemah , medium;
gembur; agak lekat, agak plastis; sedikit akar halus dan
medium; sedikit selimut liat pada permukaan agregat;
sangat masam; batas horison berombak-jelas.
Bt2--17 to 38 inches; yellowish brown (10YR 5/6) sandy clay
loam; weak medium subangular blocky structure; friable;
slightly sticky, slightly plastic; many fine and medium pores;
few faint clay films on faces of peds; strongly acid; gradual
wavy boundary.
Bt3--38 to 58 inches; yellowish brown (10YR 5/6) sandy clay
loam; weak medium subangular blocky structure; friable;
slightly sticky, slightly plastic; few faint clay films on faces of
peds; few fine faint strong brown (7.5YR 4/6) and few
prominent yellowish red (5YR 5/8) masses of oxidized iron
and few fine distinct pale brown (10YR 6/3) iron depletions;
strongly acid; gradual wavy boundary.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_06.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Norfolk series)
Bt4--58 to 70 inches; yellowish brown (10YR 5/6) sandy clay loam;
weak medium subangular blocky structure; friable; slightly sticky,
slightly plastic; few faint clay films on faces of peds; common
medium distinct yellowish red (5YR 5/8) masses of oxidized iron and
pale brown (10YR 6/3) and light brownish gray (10YR 6/2) iron
depletions; 1 percent, firm yellowish red plinthite nodules; strongly
acid; gradual wavy boundary. (Combined thickness of Bt horizon is
40 to more than 60 inches.)
BC: 70 - 82 inchi; lempung liat berpasir kuning-kecoklatan
(10YR 6/6), coklat kuat (7.5YR 5/6), dan merah kekuningan
(5YR 5/6); struktur gumpal bersudut , lemah, medium;
gembur; agak lekat, agak plastis; 5 % nodul plintit teguh,
rapuh; sangat masam; batas horison berombag gradual.
(tebalnya 0 hingga lebih 15 inchi)
C--82 to 100 inches; variegated red (2.5YR 4/8), strong brown (7.5YR
5/8), brownish yellow (10YR 6/8) and gray (10YR 5/1) sandy clay
loam; massive; friable; slightly sticky, slightly plastic; strongly acid.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_06.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Norfolk series)
CIRI-CIRI TANAH:
1. Tebalnya lapisan permukaan dan bawah permukaan
berpasir: 3 - 19 inches
2. Kedalaman hingga bagian atas horison Argillik : 3 - 19
inches
3. Kedalaman hingga bagian bawah horison Argillik : 60 –
lebih 80 inches
4. Depth to top of the Kandic horizon: 3 to 19 inches
5. Depth to bedrock: Greater than 80 inches
6. Depth to Seasonal High Water Table: 40 to 72 inches,
January to March
7. Reaksi tanah: Sangat masam hingga ekstrim masam
8. Fragmen batuan : 0 - 5 %, volume; mostly quartz
pebbles or ironstone nodules
9. Plinthite Content: 0 to 4 percent to a depth of 60 inches
and 0 to 10 percent or more below 60 inches
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_06.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Norfolk series)
Karakteristik individu Horison:
Horison Ap atau horison A (kalau ada):
Warna – hue 10YR atau 2.5Y, value 4 - 7, chroma 1 - 4
Tekstur – pasir berlempung, lempung berpasir, lempung berpasir
halus, atau pasir halus berlempung. Beberapa pedons adalah
pasir halus atau pasir.
Horison E :
Color--hue of 10YR or 2.5Y, value of 4 to 7, chroma of 2 to 6
Texture--loamy sand, sandy loam, fine sandy loam, or loamy fine
sand. Some pedons are fine sand or sand.
BE horizon (where present):
Color--hue of 10YR or 2.5Y, value of 4 to 6, chroma of 3 to 8
Texture--sandy loam or fine sandy loam
Bt horizon (upper):
Warna --hue of 7.5YR to 2.5Y, value of 5 to 8, chroma of 3 to 8
Tekstur --sandy loam, fine sandy loam, sandy clay loam, or clay loam
Sifat Redoximorfik (kalau ada) -- masses of oxidized iron in shades of red,
yellow, or brown and iron depletions in shades of brown, yellow, or olive
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_06.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Norfolk series)
Bt horizon (lower):
Warna --hue 7.5YR - 2.5Y, value 5 - 8, chroma 3 - 8
Tekstur -- lempung berpasir, fine sandy loam, sandy clay loam, clay loam,
sandy clay, atau liat
Sifat Redoximorfik -- masses of oxidized iron in shades of red, yellow, or
brown and iron depletions in shades of brown, yellow, olive, or gray
BC horizon or BCt horizon (where present):
Color--hue of 5YR to 2.5Y, value of 4 to 7, chroma of 3 to 8, or variegated in
shades of these colors
Texture--sandy loam, fine sandy loam, sandy clay loam, clay loam, sandy
clay, or clay
Redoximorphic features--masses of oxidized iron in shades of red, yellow, or
brown and iron depletions in shades of brown, yellow, olive, or gray
C horizon:
Color--hue of 2.5YR to 5Y, value of 4 to 8, chroma of 3 to 8, or is variegated
in shades of these colors
Texture--loamy coarse sand, loamy sand, loamy fine sand, coarse sandy
loam, sandy loam, fine sandy loam, sandy clay loam, clay loam, or sandy
clay. Some pedons have layers of coarser or finer textured materials.
Redoximorphic features--masses of oxidized in shades of red, yellow, or
brown and iron depletions in shades of brown, yellow, olive, or gray
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_06.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Norfolk series)
DRAINAGE AND PERMEABILITY:
Depth Class: Sangat dalam
Drainage Class (Agricultural): Drainage bagus
Internal Free Water Occurrence: Dalam hingga sangat
dalam
Index Surface Runoff: Sedikit hingga medium
Permeability: Moderate (Saturated Hydraulic Conductivity:
Moderately high)
Pengelolaan & Vegetasi:
Major Uses: Mostly cleared and used for general farm
crops.
Vegetasi dominan: Where cultivated--corn, cotton,
peanuts, tobacco, and soybeans.
Where wooded--pines and mixed hardwoods.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_06.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Norfolk series)
Diagnostic horizons and features recognized
in this pedon are:
1. Ochric epipedon--the zone from the
surface to a depth of 14 inches (A and E
horizons)
2. Kandic horizon--the zone between 14 and
70 inches (Bt horizon)
3. Horison Argillik – zone di antara
kedalaman 14 dan 70 inches (Horison Bt).
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_06.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Dothan series)
Fine-loamy, kaolinitic, thermic Plinthic Kandiudult
Sifat penciri tanah ini adalah subsoil plinthit yg ditemukan
di bagian bawah. Plinthit lazim ditemukan dalam Ultisols
yang berkembang pada landskap tua yang stabil dan
dicirikan oleh pola konsentrasi redoks merah-tua atau
deplesi kelabu. Adanya siklus pembasahan dan
epengeringan nyang berulang, plinthit dapat mengeras
secara irreversibel menjadi cadas-keras ironstone atau
agregat yg keras.
The Dothan series consists of very deep, well drained,
moderately slowly to slowly permeable soils on broad
uplands. They formed in thick beds of unconsolidated,
medium to fine-textured marine sediments of the Coastal
Plain. Slopes range from 0 to 15 percent.
Near the type location, the average annual precipitation is
about 53 inches and the average annual air temperature is
about 65oF.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_07.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Dothan series)
TAXONOMIC CLASS:
Fine-loamy, kaolinitic, thermic Plinthic Kandiudults
PEDON TIPIKAL:
Dothan sandy loam--cultivated field. (Colors are for moist
soil.)
Ap: 0 - 13 inchi; lempung berpasir coklat (10YR 4/3) ;
struktur granuler , lemah, halus; sangat remah; sekitar 2
% volume ironstone; banyak akar halus; sangat masam;
batas horison “abrupt”. (tebalnya 6 - 12 inchi).
Bt1 : 13 to 22 inches; yellowish brown (10YR 5/8) sandy
clay loam; weak medium subangular blocky structure;
friable; about 2 percent, by volume, ironstone; many fine
roots; common faint clay films on ped faces; strongly acid;
diffuse smooth boundary.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_07.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Dothan series)
Bt2: 22 - 36 inchi; lempung liat berpasir coklat
kekuningan (10YR 5/8); struktur gumpal bersudut, lemah,
medium; remah; banyak akar halus; banyak selimut liat
pada permukaan agregat; sekitar 1% volume, nodul
plinthit; banyak akumulasi massa besi, medium , coklat
kuat (7.5YR 5/8); sangat masam; batas horison berombak
jelas. (tebalnya horison Bt berkisar 15 - 36 inchi.)
Btv1--36 to 52 inches; yellowish brown (10YR 5/8) sandy
clay loam; weak medium subangular blocky structure;
friable; common fine roots; common faint clay films on ped
faces; about 10 percent by volume, plinthite nodules;
common medium distinct strong brown (7.5YR 5/8), red
(2.5YR 4/8), yellow (10YR 7/8) masses of iron accumulation
and common medium distinct light brownish gray (10YR
6/2) areas of iron depletions; very strongly acid.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_07.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Dothan series)
Btv2: 52 to 80 inches; 20 percent yellowish brown
(10YR 5/8), 20 percent strong brown (7.5YR 5/8), 20
percent red (2.5YR 4/8), 20 percent yellow (10YR
7/8) and 20 percent very pale brown (10YR 8/2)
sandy clay loam in a variegated pattern; weak
medium subangular blocky structure; teguh;
kompak di tempat; Banyak akar-akar halus; Banyak
selimut liat pada permukaan agregat; Sekitar 20 %
volumenya, nodul-nodul plinthit; the areas of
yellowish brown, strong brown, red, and yellow are
iron accumulations; the areas of very pale brown
are iron depletions; sangat masam.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_07.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Dothan series)
RANGE IN CHARACTERISTICS:
Solum thickness ranges from 60 to more than 80 inches.
Depth to horizons that contain 5 percent or more plinthite
ranges from 24 to 60 inches. Content of ironstone pebbles
range from 0 to 5 percent, by volume in the A horizon and
upper part of the B horizon. Content of quartzite pebbles
range from 0 to 5 percent throughout the profile. Soil
reaction ranges from very strongly acid to moderately acid
throughout except where the surface has been limed.
The A or Ap horizon has hue of 10YR or 2.5Y, value of 3 to
7, and chroma of 2 to 4. Texture is sand, loamy fine sand,
loamy coarse sand, loamy sand, fine sandy loam, or sandy
loam.
The E horizon, where present, has hue of 10YR or 2.5Y,
value of 5 to 7, and chroma of 3 to 6. Textures are the same
as the Ap horizon.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_07.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Dothan series)
The BE or BA horizon, where present, has hue of 10YR or 2.5Y,
value of 5 or 6, and chroma of 3 to 8. Texture is fine sandy loam or
sandy loam.
Horison Bt mempunyai hue 7.5YR - 2.5Y, value 5 - 8, dan
chroma 4 - 8. Bagian atas horison Bt setebal 20 inchi
mengandung 18 - 35 % liat dan kurnag dari 20 % debu. Sifat
Redoximorfik berwarna coklat atau merah, ada atau tidak ada.
Kandungan nodul plintit berkisar 0-3% volume. Teksturnya
lempung berpasir halus, lempung berpasir, atau lempung liat
berpasir.
Horison Btc, kalau ada, mempunyai warna dan tekstur sama
dnegan horison Bt.
The Btv horizon has hue of 10YR or 2.5Y, value of 3 to 8, and
chroma of 4 to 8; or it has no dominant matrix color and is
variegated in shades of red, yellow, brown, and gray. A matrix hue
of 2.5YR to 7.5YR is allowed below a depth of 40 inches. Content
of nodular or platy plinthite ranges from 5 to 35 percent, by
volume. Texture is commonly sandy clay loam or sandy clay but
includes clay loam or clay.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_07.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Dothan series)
DRAINAGE & PERMEABILITas:
Well drained; moderate in the Bt horizons and
moderately slow to slow in the Btv horizons.
USE AND VEGETATION:
Most areas of Dothan soils have been cleared and
are used for the production of corn, cotton, peanuts,
vegetable crops, hay, and pasture. Forested areas are
in longleaf pine, loblolly pine, sweetgum, southern
red oak, and hickory.
DISTRIBUTION dan Sebarannya:
Coastal Plain of Alabama, Florida, Georgia, North
Carolina, South Carolina, and Virginia. The series is of
large extent.
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_07.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS: (Dothan series)
Ciri-ciri penting:
Horison penciri dan ciri-ciri khas tanah ini:
1. Epipedon Okhrik - zone kedalaman 0 13 inches (Horison Ap).
2. Horison Kandik - zone kedalaman 13 80 inches (Horison Bt1, Bt2, Btv1 dan
Btv2).
3. Ciri Plinthik - zone kedalaman 36 - 80
inches (horison Btv1 dan Btv2).
Diunduh dari: http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_07.htm …………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS:
SUB-ORDO
1.
2.
3.
4.
5.
Aquults - Ultisols dengan
muka-air-tanah dekat
dnegan permukaan dalam
waktu yg lama dalam
setahun
Humults - Ultisols yg
drainagenya bagus, kaya
bahan organik
Udults - Ultisols di daerah
iklim humid
Ustults - Ultisols di daerah
iklim semiarid dan subhumid
Xerults - temperate Ultisols
dengan musim panas kering
dan musim dingin lembab.
Diunduh dari: … http://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols%20suborders.htm ………… 11/3/2013
TANAH ULTISOLS:
Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi
sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan
dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada pada Ultisol ternyata
dapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol
memiliki tingkat kemasaman sekitar pH = 5,5 (Munir, 1996).
Produktivitas Ultisol dapat dilakukan melalui aplikasi kapur-pertanian, pemupukan,
aplikasi bahan organik, penerapan tekhnik budidaya lorong (tumpang sari, alley
cropping), terrasering, drainase dan pengolahan tanah minimum.
Pengapuran dilakukan dnegan tujuan untuk mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat
kimia dan kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim
humid basah tidak harus hingga mencapai pH tanah 6,5 (netral), biasanya hingga
mencapai pH 5,5 sudah dianggap baik, karena pada kondisi ini efek toksik dari Al
yang berlebihan sudah dapat dikurangi.
Diunduh dari: http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-ultisol/…………… 12/3/2013
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK
PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta
Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
Tanah Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 25% dari total
daratan Indonesia.
Kesuburan alami tanah Ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan
kandungan bahan organik yang rendah.
Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam
hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat
tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman.
Adanya horizon argilik dapat mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya
pori mikro dan makro dab laju aliran permukaan yang mendorong erosi tanah.
Pengapuran, sistem pertanaman lorong, dan aplikasi pupuk organik & anorganik
dapat mengatasi kendala dalam pemanfaatan tanah Ultisol.
Pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan tanaman perkebunan relatif tidak
menghadapi kendala, tetapi untuk tanaman pangan biasanya terkendala oleh sifatsifat kimia , terutama tingginya kejenuhan Al, dan rendahnya ketersediaan hara.
Diunduh dari: pustaka.litbang.deptan.go.id/.../p3252061.pdf …………… 12/3/2013
Beberapa sifat kimia tanah Ultisol yang terbentuk dari berbagai bahan induk tanah.
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN
LAHAN KERING DI INDONESIA. B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
Komposisi mineral primer yang dominan pada horizon argilik tanah
Ultisol dari beberapa bahan induk.
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN
LAHAN KERING DI INDONESIA. B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
TEKNOLOGI PENGELOLAAN ULTISOL
Tanah Ultisol di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan
menjadi sistem pertanian lahan kering.
Pemanfaatan tanah ini menghadapi “kendala” karakteristik tanah yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman, terutama tanaman pangan semusim.
Beberapa kendala yang dominan pada tanah Ultisol adalah kemasaman tanah tinggi,
pH < 4,50, kejenuhan Al yang tinggi, miskin kandungan hara makro terutama P, K, Ca,
dan Mg; dan rendahnya kandungan bahan organik tanah.
Kendala-kendala tersebut dapat dikendalikan dengan menerapkan
teknologi pengapuran, pemupukan P dan K, aplikasi bahan organik.
Penerapan teknologi tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil
tanaman pertanian.
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN
PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA.
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
PENGELOLAAN TANAH ULTISOL
Ultisol mempunyai profil tanah yang dalam sehingga merupakan media
yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Semua tanah Ultisol mempunyai kapasitas tukar kation sedang hingga
tinggi (> 16 cmol/kg) (kecuali Ultisol yang mempunyai horizon kandik)
sehingga sesuai untuk aplikasi teknologi pemupukan.
Profil tanah yang dalam dengan KTK medium hingga tinggi, sehingga
tanah Ultisol dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis tanaman.
Kendala pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian
adalah kemasaman (pH rendah) dan kejenuhan Al yang tinggi, miskin
hara dan bahan organik tanah, dan tanah peka terhadap erosi.
Berbagai kendala tersebut dapat diatasi dengan penerapan teknologi
seperti pengapuran, pemupukan, dan pengelolaan bahan organik.
oleh petani.
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN
PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA.
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
PENGELOLAAN TANAH ULTISOL
Tanah Ultisol banyak dimanfaatkan untuk tanaman
perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, dan hutan
tanaman industri, misalnya di Sumatera dan
Kalimantan.
Penerapan teknologi pengelolaan tanah Ultisol oleh
petani terkendala oleh keterbatasan pengetahuan
petani dan tingginya biaya yang diperlukan,
terutama untuk biaya pupuk P, kapur, dan pupuk
kandang.
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN
PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA.
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
PENGELOLAAN TANAH ULTISOL
Aplikasi Bahan Organik
Tanah Ultisol umumnya peka terhadap erosi serta mempunyai pori aerasi
dan indeks stabilitas rendah sehingga tanah mudah menjadi padat.
Akibatnya pertumbuhan akar tanaman terhambat karena daya tembus
akar ke dalam tanah menjadi berkurang.
Aplikasi bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki
aerasi dan perkolasi, serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah
dan mudah diolah.
Bahan organik tanah berpengaruh nyata terhadap pergerakan dan
pencucian hara dalam tanah.
Asam fulvat berkorelasi positif dengan kadar dan jumlah ion yang tercuci,
sedangkan asam humat berkorelasi negatif dengan kadar dan jumlah ion
yang tercuci (Subowo et al. 1990).
1. Subowo, J. Subaga, dan M. Sudjadi. 1990. Pengaruh bahan organik terhadap pencucian hara tanah
Ultisol Rangkasbitung, Jawa Barat. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 9: 26−31.
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN
PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA.
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
PENGELOLAAN TANAH ULTISOL
Aplikasi Bahan Organik
Penanaman pupuk hijau Mucuna sp. selama 3 bulan dan pengembalian
serasah + pupuk kandang 10 t/ha pada guludan dapat meningkatkan pori
tanah, dan pori air tersedia, serta menurunkan kepadatan tanah (Erfandi
et al. 2001).
Pada Ultisol dari Sitiung, pemberian bahan organik berupa kotoran sapi,
jerami, dan Flemingia congesta dapat meningkatkan kandungan bahan
organik dan kapasitas tukar kation, serta mengurangi serapan
(pengikatan) P dan Mg dalam tanah (Nursyamsi et al. 1997).
1.
2.
Erfandi, D., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 2001. Perbaikan sifat fisik tanah Ultisol Jambi, melalui pengelolaan bahan
organik dan guludan. hlm. 171−180. Dalam A. Sofyan, G. Irianto, F. Agus, Irawan, W.J. Suryanto, T. Prihatini, M.
Anda (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Reorientasi Pendayagunaan Sumberdaya Tanah, Iklim, dan Pupuk,
Cipayung, 31 Oktober−2 November 2000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Nursyamsi, D., J. Sri Adiningsih, Sholeh, dan A. Adimihardja. 1997. Penggunaan bahan organik untuk
meningkatkan efisiensi pupuk N pada Ultisol Sitiung, Sumatera Barat. hlm. 319−330. Dalam H. Subagyo, S.
Sabiham, R. Shofiyati, A.B. Siswanto, Irawan, A. Rachman, Ropiq (Ed.). Prosiding Kongres Nasional VI HITI.
Jakarta, 12−15 Desember 1995
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN
PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA.
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
PENGELOLAAN TANAH ULTISOL
Aplikasi Bahan Organik
Aplikasi bahan organik berupa sisa tanaman jagung, F. congesta, dan
Mucuna sp. sebagai mulsa sangat efektif mencegah erosi serta
mengurangi konsentrasi sedimen dan aliran permukaan (Kurnia et al.
2000).
Aplikasi pupuk kandang (sapi, ayam, dan kambing) dapat memperbaiki
sifat fisik tanah, yaitu menurunkan bobot isi dan meningkatkan porositas
tanah dan laju permeabilitas (Adimihardja et al. 2000).
1.
2.
Adimihardja, A., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh penggunaan beberapa jenis dan takaran pupuk kandang
terhadap produktivitas tanah Ultisol terdegradasi Desa Batin, Jambi. hlm. 303−320. Dalam Agus, F., I. Las, A. Sofyan,
Sukarman, W.J. Suryanto, Sri Rochayati, M. Anda (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Reorientasi Pendayagunaan
Sumberdaya Tanah, Iklim, dan Pupuk. Lido-Bogor, 6−8 Desember 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Kurnia, U., D. Erfandi, dan I. Juarsah. 2000. Pengolahan tanah dan pengolahan bahan organik pada Typic Haplohumults
terdegradasi di Jasinga, Jawa Barat. hlm. 285−302. Dalam F. Agus, I. Las, A. Sofyan, Sukarman, W.J. Suryanto, Sri
Rochayati, M. Anda (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Reorientasi Pendayagunaan Sumberdaya Tanah, lklim, dan Pupuk.
Cipayung, 31 Oktober−2 November 2000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN
PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA.
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
PENGELOLAAN TANAH ULTISOL
Aplikasi Bahan Organik
Penyediaan bahan organik dapat melalui pertanaman lorong (alley cropping),
pangkasan tanaman dapat menjadi sumber bahan organik tanah, dan teknologi
budidaya ini juga dapat mengendalikan erosi.
Penanaman Flemingia sp. dapat meningkatkan pH tanah dan kapasitas tukar kation ,
menurunkan kejenuhan Al (Irianto et al. 1993; Suhardjo et al. 1997).
Penerapan pola tanam tumpang gilir dengan pemberian mulsa setiap panen pada
tanah Ultisol dapat menekan erosi (pada lereng 15%) hingga di bawah nilai toleransi
erosi (Barus et al. 1986).
1. Barus, A., S. Sukmana, dan U. Kurnia. 1986. Pengaruh pola tanam tumpang gilir dan berurutan terhadap erosi dan aliran
permukaan pada tanah Podsolik Merah Kuning di Baturaja, Sumatera Selatan. hlm. 239−256. Dalam U. Kurnia, J. Dai, N.
Suharta, I.P.G. Widjaya-Adhi, J. Sri Adiningsih, S. Sukmana, J. Prawirasumantri (Ed.). Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian
Tanah, Cipayung 10−13 November 1981. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.
2. Irianto, G., A. Adimihardja, dan I. Juarsah. 1993. Rehabilitasi tanah Tropudults tererosi dengan sistem pertanaman lorong
menggunakan tanaman pagar Flemingia congesta. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 11: 13−18.
3. Suhardjo, H., A. Syukur, dan Subowo. 1997. Peranan jenis tanaman legum dalam mempelajari sifat fisik dan kimia tanah
pada tanah marginal (T. Plinthudults) Lampung Tengah. hlm. 375−382. Dalam H. Subagyo, S. Sabiham, R. Shofiyati, A.B.
Siswanto, F. Agus, Irawan, A. Rachman, Ropiq (Ed.). Prosiding Kongres Nasional VI HITI. Jakarta, 12−15 Desember 1995.
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN
PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA.
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
PENGELOLAAN TANAH ULTISOL
Aplikasi Kapur Pertanian
Pengapuran efektif mereduksi kemasaman (Wade et al. 1986), dan pemberian kapur setara
dengan l x Aldd dapat menurunkan kejenuhan Al dari 87% menjadi < 20% (Sri Adiningsih dan
Prihatini 1986).
Pada tanaman kedelai, pemberian kapur hingga kedalaman 30 cm dapat memberikan hasil
tertinggi, tetapi residu kapur tidak mempengaruhi tinggi tanaman jagung yang ditanam
setelah kedelai, dan hanya berpengaruh pada bobot tongkol basah (Suriadikarta et al. 1987a;
1987b).
Pemberian kapur dapat mengatasi masalah kemasaman tanah dan juga menjamin tanaman
dapat bertahan hidup dan berproduksi bila terjadi kekeringan (Amien et al. 1990).
1.
2.
3.
Amien, L.I., C.L.I., Evensen, and R.S. Yost. 1990. Performance of some improved peanut cultivars on an acid soil of West
Sumatra. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 9: 1−7.
Sri Adiningsih, J. dan T. Prihatini. 1986. Pengaruh pengapuran dan inokulan terhadap produksi dan pembintilan
tanaman kedelai pada tanah Podsolik di Sitiung II, Sumatera Barat. hlm. l39−150. Dalam U. Kurnia, J. Dai, N. Suharta,
I.P.G. Widjaya-Adhi, J. Sri Adiningsih, S. Sukmana, J. Prawirasumantri (Ed.). Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian
Tanah, Cipayung 10−13 November 1981. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.
Wade, M.K., M. Aljabri, and M. Sudjadi. 1986. The effect of liming of soybean yield and soil acidity parameters of three
red yellow podzolic soils of West Sumatra. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk 6: 1−8.
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN
PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA.
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
PENGELOLAAN TANAH ULTISOL
Aplikasi Kapur Pertanian
Takaran kapur didasarkan pada Aldd atau persentase kejenuhan Al, karena setiap
jenis tanaman khususnya tanaman pangan mempunyai toleransi yang berbeda
terhadap kejenuhan Al.
Makin besar persentase kejenuhan Al dalam tanah, makin banyak kapur yang harus
diberikan ke dalam tanah untuk mencapai pH agak netral sampai netral.
Pengapuran tampaknya dapat mengatasi masalah kejenuhan Al dan kemasaman
pada tanah Ultisol. Namun di beberapa daerah seperti di Kalimantan dan Sumatera,
ketersediaan kapur relatif terbatas, dan bila tersedia harganya belum tentu
terjangkau oleh petani.
Pengapuran sebaiknya hanya dilakukan bila pH tanah di bawah 5 karena pada pH di
atas 5,50, respons Al rendah karena sudah mengendap
menjadi Al (OH)3.
KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK PENGEMBANGAN
PERTANIAN LAHAN KERING DI INDONESIA.
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta . Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
UPAYA PENGELOLAAN BIOLOGIS LAHAN KERING MASAM ULTISOL
Prihastuti
Upaya Pengelolaan Biologis (104-111) El-Hayah Vol. 2, No.2 Maret 2012
Ultisol mempunyai prospek yang besar untuk dikembanghkan guna mendukung
program perluasan tanaman pangan.
Kendala pada tanah ini adalah nilai pH yang rendah, kandungan unsur hara yang
rendah dan bersifat toksis; kandungan total mikroba tanah juga rendah.
Upaya pengelolaan Ultisol secara fisika dan kimiawi dilakukan untuk meningkatkan
nilai pH tanah dan ketersediaan hara. Untuk mengoptimalkan manfaat pengelolaan
Ultisol, maka pengelolaan biologis pada tanah ini sangat penting.
Total populasi mikroba rendah, namun keaneka ragaman jenisnya cukup tinggi dan
mengandung mikroba bermanfaat.
Pengelolaan biologis Ultisol dapat ditempuh melalui masukan mikroba atau dengan
memperbaiki lingkungan tumbuh mikroba indigenous yang telah ada, misalnya
dengan aplikasi bahan organik.
Diunduh dari: ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/bio/.../pdf … ………… 12/3/2013
UPAYA PENGELOLAAN BIOLOGIS LAHAN KERING MASAM ULTISOL
Prihastuti
Upaya Pengelolaan Biologis (104-111) El-Hayah Vol. 2, No.2 Maret 2012
Peningkatan produktivitas Ultisol dapat ditempuh secara biologis dengan memanfaatkan
aktivitas mikroba tanah yang ada di dalamnya.
Beberapa jenis beneficial microbe yang berhasil diisolasi dari lahan Ultisol, Lampung Tengah,
adalah bakteri penambat nitrogen non-simbiotik, bakteri dan jamur pelarut fosfat, dan
mikoriza vesikular arbuskular.
Isolat-isolat murni beneficial microbe dikembangkan dalam bentuk formulasi sebagai agen
hayati yang dapat diaplikasikan ke tanah untuk pengelolaan Ultisol.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengembangkan indigenous microbe yang bersifat
beneficial microbe dengan memelihara lingkungan tumbuhnya secara alami.
Hubungan antar mikroba tanah yang bermanfaat dapat saling mendukung aktivitasnya dalam
membantu pertumbuhan tanaman dan hubungan sinergisme yang baik antara mikroba
dengan tanaman dapat meningkatkan hasil tanaman.
Diunduh dari: ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/bio/.../pdf … ………… 12/3/2013
TINGKAT KESUBURAN TANAH ULTISOL PADA LAHAN PERTAMBANGAN BATUBARA
SANGATTA, KALIMANTAN TIMUR
Sudaryono. J. Tek. Ling.10 (3): 337 - 346
Tanah utisol mempunyai kendala-kendala yang harus dikendalikan untuk dapat
dikembangkan menjadi lahan usahatani tanaman:
1. Tanah utisol pada tambang batubara Sangatta, mempunyai nilai KTK dari sedang
sampai tinggi (10,4-17,36 me/100 gram), tanah tersebut dapat dimanfaatkan
untuk berbagai usahatani, terutama budidaya tanaman keras atau tanaman
perkebunan
2. Tanah ini miskin bahan organik, sehingga untuk meningkatkan kesuburan tanah,
dibutuhkan pemupukan pupuk organik
3. Tanah ini bersifat asam, kejenuhan Al tinggi, sehingga tanaman tidak dapat
tumbuh secara normal. Untuk mengurangi keasaman tanah dapat dilakukan
dengan pengapuran atau dengan pemupukan phospat (unsur P) dan KCl.
Diunduh dari: ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/.../325 … ………… 12/3/2013
TINGKAT KESUBURAN TANAH ULTISOL PADA LAHAN PERTAMBANGAN BATUBARA
SANGATTA, KALIMANTAN TIMUR
Sudaryono. J. Tek. Ling.10 (3): 337 - 346
Pengapuran
Aplikasi kapur – pertanian bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari
sangat masam atau masam menjasi pH mendekati netral atau netral, serta
menurunkan kadar Al aktif.
Aplikasi kapur juga dapat meningkatkan kadar Ca dan kejenuhan basa, dosis kapur
setara dengan 1 x Aldd dapat menurunkan kejenuhan Al dari 87% menjadi < 20% (1).
Setiap jenis tanaman pangan mempunyai toleransi tertentu terhadap kejenuhan Al,
semakin besar kejenuhan Al dalam tanah, dibutuhkan semakin banyak kapur.
Aplikasi kapur diharapkan dapat mengatasi masalah kemasaman tanah, dianjurkan
pengapuran sebaiknya dilakukan hanya untuk wilayah yang mempunyai pH < 5.
1. Prasetyo, B.H., dan Suriadikarta, D.A., Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol
untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan. Bogor.
Diunduh dari: ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/.../325 … ………… 12/3/2013
PENGELOLAAN LAHAN KERING MASAM UNTUK BUDI DAYA KEDELAI
Sudaryono
Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang
Masalah-masalah pada tanah Ultisol adalah: (1) Al yang dapat dipertukarkan (Aldd) dan
kejenuhan Al tanah tinggi sehingga menjadi racun dan menghambat ketersediaan P karena
fiksasi (Al-P) sehingga P tidak tersedia untuk tanaman; (2) kadar besi (Fe) tinggi, potensial
menjadi racun dan memfiksasi P (Fe-P) sehingga ketersediaan P rendah tersedia; (3) kadar
bahan organik umumnya rendah, menyebabkan daya sangga (buffering capacity) tanah rendah.
Tanaman kedelai tidak dapat tumbuh optimal pada Ultisol yang memiliki kemasaman tinggi (pH
tanah < 4,5) dan kejenuhan Aldd > 20%. Untuk pemecahan masalah keracunan Al dan Fe pada
Ultisol umumnya memakai amelioran tanah dengan bahan baku mineral seperti kapur pertanian
(kalsit atau CaCO3, kapur tohor atau CaOH), dolomit maupun zeolit.
Tindakan praktis yang disarankan adalah :
1. Perbaikan kesuburan fisik melalui penyiapan lahan untuk mencapai kondisi solum tanah
cukup dalam (40-50 cm), struktur tanah gembur, daya simpan lengas meningkat,
2. Perbaikan kesuburan kimia melalui ameliorasi tanah (zeolit, dolomit, kapur, amelioran
organik), pemupukan organik dan anorganik (NPK, dan hara mikro),
3. Perbaikan kesuburan hayati dengan pupuk hayati yang mengandung mikroba tanah
terutama bakteri pelarut fosfat, mikoriza, dan bakteri penambat N nonsimbiotik, dan
4. Pengaturan pola tanam atau rotasi tanaman yang lebih produktif.
Diunduh dari: http://pangan.litbang.deptan.go.id/publication-iptek/35/332… ………… 12/3/2013
PENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN POLA TANAM TERHADAP SIFAT FISIKA
TANAH ULTISOL DAN HASIL JAGUNG
Arsyad A. R. (Jurnal Agronomi 8(2): 111-116
Sistem olah tanah konservasi (no tillage, minimum tillage) dengan pertanaman
tumpangsari dan monokultur dapat mengendalikan penurunan kualitas sifat fisika
tanah dan meningkatkan hasil panen.
Teknologi minimum-tillage dengan sistem tumpangsari relatif lebih baik.
Kacang tanah pada pertanaman jagung (tumpangsari jagung-kacang tanah) tidak
mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman jagung.
Untuk mengetahui sistem olah tanah konservasi yang paling sesuai dengan
kondisi tanah dan pola tanam yang lebih baik dalam rangka konservasi tanah,
sebaiknya dilakukan penelitian dalam beberapa musim tanam.
Diunduh dari: online-journal.unja.ac.id/index.php/.../314/229 … ………… 12/3/2013
J. Agroland 16 (4) : 265 - 272, Desember 2009
SERAPAN N TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT PEMBERIAN PUPUK GUANO
DAN PUPUK HIJAU LAMTORO PADA ULTISOL WANGA
Imam Wahyudi
Pemberian pupuk guano dan pupuk hijau Lamtoro hingga 20 ton/ha dapat
meningkatkan pH tanah, C-organik tanah, N-total tanah, KTK tanah, bobot kering
tanaman, serapan N tanaman; dan menurunkan kadar Aldd tanah.
Interaksi antara pupuk guano dan pupuk hijau Lamtoro berpengaruh terhadap Corganik tanah, N-total tanah, KTK tanah, bobot kering tanaman, serapan N
tanaman dan kadar Aldd tanah.
Peningkatan tertinggi terjadi pada aplikasi bahan organik 20 ton/ha terhadap
semua variabel (pH H2O tanah= 6,60; C-organik= 2,41%; N-total= 0,23%; KTK=
23,63 me/100 g; bobot kering tanaman= 5,60 g/tanaman; serapan N= 5,60
mg/tanaman dan penurunan terendah Aldd= 1,03 me/100 g).
Diunduh dari: jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/.../261/221 ………… 12/3/2013
PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SISA BIOGAS KOTORAN SAPI TERHADAP PERBAIKAN
BEBERAPA SIFAT FISIK ULTISOL DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)
Refliaty, Gindo Tampubolon, dan Hendriansyah.
J. Hidrolitan. Vol. 2 : 3 : 103-114, 2011
Penggunaan kompos sisa biogas kotoran sapi tidak berpengaruh
terhadap kandungan bahan organik, bobot isi, total ruang pori tanah,
dan ketahanan penetrasi namun berpengaruh terhadap peningkatan
kadar air.
Pemberian kompos sisa biogas kotoran sapi sebanyak 20 ton ha-1 pada
Ultisol dapat meningkatkan hasil Kedelai hingga 1,083 ton ha-1.
Pemberian kompos sisa biogas kotoran sapi sebanyak 20 ton ha-1
merupakan takaran yang paling baik digunakan untuk meningkatkan
hasil kedelai pada Ultisol.
Diunduh dari: online-journal.unja.ac.id/index.php/.../397/313 ………… 12/3/2013
Download