BAB III SISTEM CATU DAYA

advertisement
BAB III
SISTEM CATU DAYA
3.1
Umum
Dalam industri telekomunikasi, sistem catu daya merupakan salah satu hal
yang mutlak diperlukan untuk membangun, menggunakan, memelihara, dan
menjamin ketersediaan jaringan telekomunikasi. Bagaimana mungkin suatu
perangkat dapat beroperasi tanpa suatu catuan listrik atau energi. Untuk itu
diperlukan suatu informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sistem
catu daya tersebut.
3.2
Sistem Catu Daya di STO SLIPI
Catu daya atau energi listrik diperlukan untuk mengoperasikan seluruh
perangkat telekomunikasi. Energi listrik yang digunakan untuk mencatu perangkat
tersebut berupa arus listrik bolak-balik (AC) dan arus searah (DC). (Gambar 3.1)
Sumber arus bolak balik dapat diperoleh dari PLN sebagai sumber daya
utamanya. Hal ini disebabkan karena catuan PLN dianggap sangat ekonomis,
dapat dipercaya dan merupakan sumber energi yang mudah di dalam
pemeliharaannya. Selain itu PT.TELKOM juga menyediakan perangkat diesel
engine generator yang berfungsi sebagai pembangkit cadangan apabila catuan
listrik utama dari PLN mengalami pemadaman atau gangguan. Sedangkan untuk
catuan arus searah memerlukan perangkat yang disebut rectifier.
Penggunaan energi listrik tergantung beban yang akan dicatu. Sebagai
contoh, beban-beban penting seperti perangkat sentral dan transmisi mendapat
catuan yang langsung dari baterai dimana baterai tersebut langsung terhubung ke
rectifier. Hal ini dimaksudkan agar pada saat listrik padam maka tidak akan terjadi
perangkat yang mati.
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.1 Blok Diagram Instalasi Catu Daya Telekomunikasi Secara Umum
Keterangan gambar :
PLN
:
Perusahaan Listrik Negara, merupakan perusahaan yang
menyediakan catuan tegangan tinggi dari PLN menjadi
tegangan menengah yang sesuai dengan kebutuhan (150 KV
menjadi 20KV) maka diperlukan suatu trafo penurun
tegangan.
AVR
:
Automatic Voltage Regulator, merupakan perangkat yang
berfungsi untuk menstabilkan tegangan catuan AC yang
dari PLN, dan apabila diesel menyala maka bay-pass switch
akan dioperasikan (kontaknya menutup).
DEG
:
Diesel Engine Generator, berfungsi sebagai sumber catuan
cadangan.
ATS
:
Automatic Transfer Switch, merupakan perangkat yang
berfungsi sebagai pemindah / pengalih sumber catuan arus
bolak-balik secara otomatis.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
MDP
:
Main Distribution Panel, merupakan perangkat yang
berfungsi sebagai panel distribusi sumber catuan / energi
arus bolak-balik (PLN/DEG).
SDP
:
Sub Distribution Panel, merupakan perangkat yang
befungsi sebagai panel yang terdekat dari beban dan biasa
digunakan untuk mencatu sumber catuan / energi arus
bolak-balik (PLN/DEG). Biasanya panel ini berisi MCB,
lampu indicator, sekering pembatas, dan digunakan untuk
pemeliharaan.
Rectifier
:
Berfungsi untuk mengubah catuan input arus bolak-balik
menjadi catuan output arus searah.
Inverter
:
Berfungsi untuk mengubah catuan input arus searah
menjadi catuan output arus bolak-balik. Inverter ini biasa
digunakan untuk catuan no break sistem.
Baterai
:
Berfungsi sebagai energi cadangan jika rectifier tidak
berfungsi.
3.2.1
Maksud dan Persyaratan Catu Daya
1. Voltage Regulator (Pengaturan Tegangan)
Tegangan yang didapat dari jaringan listrik sangat tidak stabil
sehingga tidak mungkin untuk disambung langsung dengan perangkat
yang memerlukannya. Untuk mengatasi hal-hal tersebut sebelum
disambungkan dengan perangkat, terlebih dahulu diusahakan untuk
menstabilkannya yaitu dengan alat pengatur tegangan (perangkat AVR).
2. Convertion (pengubahan)
Tiap perangkat telekomunikasi membutuhkan catu daya, yaitu
tegangan dan arus yang berbeda sesuai dengan sistem yang digunakan.
Untuk menyesuaikannya maka tegangan yang didapat dari sumber catuan
(PLN atau Diesel Genset) harus diadakan perubahan terlebih dahulu, baik
tegangan AC-DC (converter AC-DC) dan tegangan DC-AC (Converter
DC-AC).
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Baterai (cadangan catuan listrik)
Untuk menjaga pemutusan pada saat pemindahan daya dari sumber
catuan tegangan utama ke sumber catuan cadangan, maka diperlukan
cadangan tersendiri yang dapat digunakan selama masa transisi tersebut.
Untuk mengatasi pemutusan bila terjadi gangguan, maka diperlukan
sumber catuan cadangan yaitu Diesel Engine Generator. Perangkat ini digunakan
untuk mengatasi bila PLN mati. Sistem catuan pada telekomunikasi tersebut
diatas disebut dengan no-break sistem yaitu sistem catuan tanpa adanya
pemutusan arus.
Beban AC pada gedung telekomunikasi dibagi ke dalam tiga katagori yaitu:
1. Beban AC penting (Essential).
Perangkat yang termasuk dalam katagori ini, apabila catuan AC
putus untuk sementara waktu maka tidak akan mengalami mengganggu
terhadap pelayanan telekomunikasi yang diberikan kepada konsumen.
Contohnya: rectifier.
2. Beban AC tidak penting (Non Essential).
Perangkat ini apabila catuan AC terputus untuk waktu yang lama
beban AC dalam katagori ini tidak menyebabkan terputusnya pada
pelayanan telekomunikasi, seperti lampu penerangan, air conditioning
maupun untuk keperluan umum.
3. Beban AC yang tidak boleh terputus (No Break System).
Perangkat ini apabila catuan AC ini terputusnya, maka akan
berakibat serius terhadap pelayanan komunikasi, seperti perangkat sentral,
transmisi, multimedia, server, AC sentral.
3.2.2
Pembagi Daya Listrik (Panel Induk)
Daya listrik dari sumber utama harus dibagi dalam kelompok-kelompok
terpisah (sub panel). Banyak kelompok tersebut tergantung dari klasifikasi beban
(pembagian beban).
Keuntungan pengelompokan beban terpisah antara lain untuk mengurangi
ukuran kapasitas dari pembangkit tegangan cadangan. Dengan demikian panel ini
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berfungsi untuk mendistribusikan daya listrik dan sumbernya ke dalam kelompokkelompok beban dan ke masing-masing perangkat yang membutuhkannya. Selain
kabel-kabel rel pembagi, juga terdapat alat pengaman atau pembatas arus seperti
fuse (sekering) MCB untuk mengatasi hubungan sigkat atau kelebihan arus
pemakaian, instrumen pengukur seperti volt meter, amper meter, cos phi meter,
frequensi meter, watt meter, lampu-lampu indikator dan saklar pemutus.
Berdasarkan jenis penggunaannya, terdapat 2 jenis panel, yaitu:

Panel daya AC

Panel daya DC
Berdasarkan sistem perkawatannya, terdapat 2 macam panel, yaitu:

Sistem distribusi MDP dan SDP
Pesawat-pesawat / beban-beban yang mendapat suplay daya listrik
langsung dari sub panel induk (gambar 3.2). Dimana sistem ini mula-mula
hantaran pengisi utama mensuplay panel induk, kemudian didistribusikan
ke sub-sub panel untuk mensuplai beban. Sistem ini digunakan bila bebanbebannya tersebar ke dalam beberapa ruangan yang berbeda dan
berjauhan.

Sistem busbar
Pesawat-pesawat/beban-beban yang mendapat suplay daya listrik
langsung dari rel-rel panel induk (gambar 3.2). Dimana hantaran pengisi
utama ini mensuplay panel dan dari panel ini, daya listrik disalurkan
melalui rel-rel pembagi. Beban-beban disambungkan pada rel-rel tersebut.
Sistem ini dipakai apabila beban-bebannya berkelompok dalam satu
ruangan.
Gambar 3.2 Sistem Distribusi MDP dan SDP
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.3 Panel Sistem Busbar
Sebagai mana sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa panel berfungsi untuk
mendistribusikan daya listrik, sebagai catuan input utamanya adalah PLN. Panel
dapat disambungkan pada sistem tegangan tinggi maupun sistem tegangan rendah,
sebagai berikut:
1. Sambungan tegangan medium atau tinggi.
Untuk kebutuhan daya diatas 4400 VA sampai 20 KVA digunakan
sambungan AC 3 phasa. Untuk sistem tegangan ini maka harus disediakan
trafo distribusi penurun tegangan 20 KV ke tegangan 220/380 V yang
tidak disatukan dengan pelanggan umum lainnya seperti (gambar 3.4)
Gambar 3.4 Instalasi Daya Sambungan Tegangan Medium
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Sambungan tegangan rendah
Untuk kebutuhan daya mulai dari 450 VA sampai 4400 VA
digunakan sambungan AC 1 phasa 220 Volt (gambar 3.5).
Gambar 3.5 Instalasi Daya Sambungan Tegangan Rendah
3.3
Instalasi Listrik
Instalasi listrik adalah sistem penyaluran daya listrik mulai dari panel
kwhmeter sampai ke beban. Berdasarkan jenis bebannya, instalasi listrik ini
terbagi menjadi:
1. Instalasi penerangan (lampu dan stop kontak).
2. Instalasi daya (beban-beban berdaya besar seperti lift, rectifier, motor
listrik, dan sebagainya).
3.4
Pengoperasian Instalasi dan Distribusi Daya
Instalasi daya terdiri dari instalasi AC dan instalasi DC. Sedangkan panel
distribusi terdiri dari: panel utama (MDP), sub panel (SDP), sub secondary
(SSDP), dan panel DC. Pada prinsipnya untuk mengoperasikan instalasi dan
panel-panel tersebut tidak terlalu sulit, karena sudah terpasang pada posisi operasi
(ON). Hal yang perlu diperhatikan agar instalasi dan panel dapat bekerja
semestinya adalah pada waktu perencanaan dan pemasangannya komponenkomponennya sesuai dengan arus dan tegangan yang digunakan antara lain:
1. Luas penampang kabel
Besar ukuran luas penampang kabel ditentukan oleh:
a. Kuat arus yang mengalir pada kabel tersebut.
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Besarnya tahanan dari kabel tersebut.
c. Kerugian tegangan yang diizinkan (instalasi penerangan 2%, instalasi
daya 5%).
2. Ukuran besar pengaman (sekering).
Besar ukuran sekering dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Arus nominal sekering cabang sama dengan kuat arus beban
ISekering = I Beban
b. Arus nominal sekering pengisi
ISekering  K x I Beban
K = 0.7 s/d 0.95
c. Besarnya kuat arus dapat dihitung sebagai berikut:
I
P
V
d. Berdasarkan table penghantar dan pengaman.
3. Sakelar atau pemisah.
Untuk sakelar atau pemisah adalah 125% dari arus nominal.
Demikian pula untuk instrument pengukur dan indicator harus sesuai
dengan sistem tegangan arus yang mengalir.
4. Untuk penempatan panel dan komponen-komponen lainya yang harus
diperhatikan antara lain:
a. Panel yang berdiri sendiri
b. SDP tanpa sakelar input dan output
c. SDP dengan sakelar input dan output
d. Panel dengan input/output yang dilengkapi saklar dan pengaman,
Khusus untuk MDP yang dilengkapi dengan COS (Change Over Switch),
ada tambahan pengoperasian pada cos yaitu dapat dipilih operasi dengan sistem
otomatis atau manual. COS berfungsi saklar untuk memilih masukan/input pada
MDP yaitu input dari PLN atau Genset. Pemilihan ini dapat dilakukan dengan
memutar switch auto/manual (Gambar 3.6).
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.6 Main Distribution Panel
3.5
Pemeliharaan Panel
Pemeliharaan untuk instalasi dan panel sangat mudah dilaksanakan, antara
lain:
1. Pengukuran arus dan tegangan.
2. Menjaga kebersihan dan kerapihan komponen, serta adanya gambar
instalasi beserta penjelasan beban yang dicatu, sehingga apabila terjadi
sesuatu mudah untuk mengidentifikasinya.
3. Mengencangkan baut / mur yang tidak kencang apabila diperlukan.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Rectifier
3.6
Fungsi dasar dari rectifier pada suatu instalasi catu daya telekomunikasi
adalah:
1. Mengubah tegangan input arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus
searah (DC) yang sesuai dengan karakteristik beban (perangkat
telekomunikasi) yang dicatunya.
2. Mengisi, menormalisasikan kapasitas baterai dan menjaga kondisi
kapasitas penuh (Full Charge) dalam kondisi kerja normal.
Gambar 3.7 Rectifier EMERSON
3.7
Inverter
Inverter merupakan perangkat yang digunakan untuk mengubah input
berupa tegangan DC menjadi output bertegangan AC. Keluaran inverter dapat
berupa tegangan yang dapat diatur dan tegangan yang tetap. Sumber tegangan
input inverter dapat menggunakan baterai, cell bahan bakar, tenaga surya, atau
sumber tegangan DC yang lain. Tegangan output yang biasa dihasilkan adalah
120 V 60 Hz, 220 V 50 Hz, 115 V 400 Hz.
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.8 Rangkaian Inverter
Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 sakelar
seperti ditunjukkan pada (Gambar 3.12). Bila sakelar S1dan S2 dalam kondisi on
maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang
hidup adalah sakelar S3 dan S4 maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R
dari arah kanan ke kiri. Inverter dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam :

inverter 1 fasa

inverter 3 fasa
Inverter biasanya menggunakan rangkaian modulasi lebar pulsa (pulse
width modulation – PWM). Inverter juga dapat dibedakan dengan cara pengaturan
tegangannya, yaitu :

jika yang diatur tegangan input konstan disebut Voltage Fed
Inverter (VFI)

jika yang diatur arus input konstan disebut Current Fed Inverter
(CFI)

jika tegangan input yang diatur disebut Variable dc linked inverter
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 3.9 Inverter SIEMENS
3.8
Baterai
3.8.1
Prinsip Dasar Baterai
1
2
3
4
5
Gambar 3.10 Kontruksi Sel Listrik / Sel Baterai
Kontruksi Sel Listrik / Sel Baterai:
1. Plat positif
2. Plat negatif
3. Separator / Penyekat
4. Elektrolit / Cairan Kimia
5. Container / Wadah
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Apabila dua logam yang berbeda dimasukan ke dalam suatu larutan
kimia/elektrolit, diantara kedua logam tersebut akan timbul suatu beda logam
potensial. Besarnya beda potensial tergantung jenis dan kwalitas logam atau jenis
elektrolitnya, beda potensial antara kedua logam tersebut adalah karena adanya
electric cell yang mempunyai aktif material (Gambar 3.10).
Separator adalah suatu bahan berbentuk lembaran seluas permukaan plat
yang fungsinya sebagai pemisah atau penyekat antara plat positif dengan plat
negatif dan sekaligus juga dapat memperlancar proses reaksi kimia di dalam sel
baterai.
Kapasitas suatu sel baterai adalah banyaknya daya listrik yang dapat
disupplaikan selama discharge. Kapasitas baterai tergantung pada efisiensi
komponen kimia dan luas permukaan elektrode, biasanya dinyatakan dalam
satuan Ampere Hour (AH).
Tahanan dalam sel listrik ini bertambah sesuai dengan bertambahnya umur
yang akhirnya seperti sel yang sudah habis dipakai, tahanan dalam naik secara
cepat menjadi basar harganya yang disebabkan oleh:
1. Efek polarisasi, semakin lama/semakin berumur sel listrik depolarisasi
menjadi tidak aktif/tidak berguna dan membentuk air sehingga tahanan
dalam sel akan menjadi naik.
2. Reaksi kimia, efek sekunder dari reaksi kimia mengakibatkan bagian
dalam sel terbentuk campuran yang menyebabkan tahanan menjadi lebih
besar terhadap arus.
3.8.2. Jenis-Jenis Baterai
1. Voltaic Cell Sederhana.
Sumber arus DC yang pertama dihasilkan tahun 1799 proses reaksi kimia
di dalam sel listrik, sel listrik ini dikatakan ciptaan Volta, seorang ahli farmasi dari
Itali. Dalam primer sel yang sederhana tipe ini, sumber EMF dihasilkan dengan
menempatkan dua penghantar yang berbeda didalam larutan kimia. Harga EMF
tergantung pada jenis penghantar yang berbeda dan sifat jenis larutan kimianya.
1. Tembaga dan seng dilarutkan dalam asam belerang (H2SO4) = 0.8 Volt.
2. Kuningan dan seng di dalam larutan asam belerang = 0.2 Volt.
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Tembaga dan carbon didalam larutan asam elerang = 0.25 Volt.
4. Carbon dengan seng didalam asam belerang = 1.5 Volt.
Dari beberapa percobaan untuk larutan kimia asam belerang yang
menghasilkan EMF yang paling baik, jenis-jenis logam yang digunakan, kita
sebut elektroda, sedangkan cairan kimia dikatakan elektrolit. Sel primer ini
menggunakan elektroda karbon dan seng sedangkan elektrolitnya menggunakan
cairan selamminica (ammonium chloride).
Cara kerja dari voltaic cell adalah sebagai berikut:
Sebelum elektrode dari sel sederhana ini dihubungkan dengan beban
lampu, maka tidak ada arus mengalir. Tetapi jika sel primer ini dihubungkan
dengan beban (lampi pijar) maka arus pengosongan (discharge) akan mengalir ke
lampu. Reaksi kimia yang terjadi yang menyebabkan arus listrik, ternyata
mengakibatkan perubahan unsur-unsur di dalam sel primer ini:
1. Sebagian dari elektrode seng termakan dan terkikis/rontok.
2. Gelembung-gelembung Hidrogen akan mengelilingi elektrode karbon.
Electrolyte Voltaic Cell mengandung banyak muatan ion negatif dan ion
positif yang bebas bergerak. Bila elektrode seng dan karbon dimasukan ke dalam
larutan elektrolit, maka akan terjadi reaksi kimia, dan masing-masing elektroda
akan mempunyai beda potensial terhadap elektrolit, juga beda potensial antara
elektroda satu dengan yang lain besarnya sekitar 1,5 Volt. Elektroda seng
berpotensial negatif terhadap elektroda karbon.
Di dalam elektrolit yang terdiri dari Ammonium chloride ( NH4Cl).
Biasanya muatan posotif adalah ion-ion Ammonium (NHS) dan muatan negatif
adalah ion chlorine (Cl). Bila terjadi aliran arus, reaksi kimia terjadi di dalam, di
mana plat seng akan terkikis, sedangkan plat positif terisi oleh ion-ion seng yang
berpindah sampai ion-ion negatif dari chlorine menjadi (Zn Cl) didalam elektrolit.
Elektron dari ion seng yang tinggal pada plat seng sehingga mengakibatkan plat
seng berpotensial negatif. Akibat dari reaksi kimia ini menghasilkan bentuk gas
ammonium yang menguap dan gas hidrogen yang mengumpul di sekeliling batang
karbon dalam bentuk seperti gelembung-gelembung saat sel mengalirkan arus ke
beban.
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada saat sel mengalirkan arus ke beban, maka reaksi kimia akan terjadi
terus menerus. Gelembung-gelembung gas Hidrogen tinggal dan mengelilingi
elektrode karbon sehingga menimbulkan efek berkurangnya reaksi kimia dan
sekaligus juga mengurangi tegangan dan arus hidrogen cenderung menimbulkan
electromitive yang kuat (hambatan reaksi kimia) sehingga mengurangi efektif
EMF dari sel, kondisi ini yang dinamakan polarisasi.
Gambar 3.11 Baterai
2. Laclanche Cell
Tipe sel listrik ini menggunakan elektrode dan elektrolit yang sama
dengan yang digunakan pada voltaic cell, tetapi sudah dilengkapi dengan bahan
untuk mengurangi proses polarisasi / bahan depolarisasi selama sel listrik
mengalirkan arus ke beban. Adapun sifat dari bahan ini akan menghisap /
menyerap gas hidrogen sehingga aktif material sel dapat bekerja lebih lama.
Bahan depolarisasi pada sel ini adalah Manganose dioxide (Mn O2).
3. Sel kering / Dry Cell
Tipe sel listrik ini mempunyai komponen yang sama dengan komponen
yang ada pada laclanche cell, tetapi Salammonica elektrolitnya dalam bentuk
pasta sehingga dapat mengurangi tumpahnya elektrolit dan membuat sel lebih
praktis untuk dipindah-pindahkan. Sebenarnya sel ini tidak kering, karena
elektrolit harus tetap memungkinkan terjadinya proses reaksi kimia, jadi tidak
mungkin kering sehingga menghambat reaksi kimia.
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.9
Air Conditioning (AC)
3.9.1
Definisi
Air conditioning adalah suatu perangkat yang digunakan untuk
menyejukkan dan menjaga kondisi temperatur pada suatu ruangan sesuai
keinginan pemakainya. Biasanya pemakai menginkan suhu ruangan menjadi
dingin maka untuk itu diperlukan proses refrigerasi. Referegerasi adalah suatu
cara pengambilan panas dari obyek yang akan didinginkan, sehingga mencapai
kondisi atau temperatur yang diinginkan / diharapkan.
3.9.2
Penggunaan Air Conditioning
Pendingin udara yang ada di STO PT.Telkom ini berfungsi untuk menjaga
suhu ruangan perangkat-perangkat catu daya tertentu. Suhu ruangan perlu
diperhatikan karena ada beberapa perangkat catu daya yang kinerjanya sangat
bergantung pada suhu ruangannya. Apabila suhu yang ada melebihi batas yang
ditetapkan maka kinerja perangkat bisa terganggu.
Contoh-contoh perangkat yang perlu diperhatikan kestabilan suhunya
adalah rectifier, ruang sentral, dan ruang transmisi. Suhu yang biasa dijadikan
standar di seluruh STO PT.Telkom adalah 20o C. Jika suhu ruangan tempat
perangkat-perangkat tersebut melebihi suhu tersebut, maka alarm akan berbunyi
untuk memberitahu petugas bahwa ada ruangan yang suhunya di atas 20o C.
Selain suhu ruangan, arus beban pada masing-masing AC pun harus
diperhatikan dalam rangka perawatan bulanan. Arus beban ini dapat diukur
melalui masing-masing panel yang ada. Alat ukur yang biasa digunakan adalah
tang ampere. Beban yang harus diukur adalah ketiga fasa yang tersambung
dengan sambungan listrik tersebut.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi ruangan, yaitu:
a. suhu / temperatur
b. kelembaban udara
c. distribusi udara / kecepatan gerak udara
d. kebersihan udara
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
A. Skema blok diagram
Gambar 3.12 Blok Diagram AC
3.9.3
Komponen Air Conditioning
A. Komponen Utama

Evaporator
Evaporator adalah suatu alat yang digunakan untuk menyerap panas dari
ruangan untuk dikondisikan, yaitu dengan cara mengalirkan udara panas dalam
ruang yang akan dikondisikan untuk menguapkan referigeran didalam pipa
pendingin melalui sirip-sirip yang dipasang dibagian pipa tersebut.
Gambar 3.13 Evaporator
26
http://digilib.mercubuana.ac.id/

Kondensor
Kondensor adalah suatu alat yang berfungsi untuk membuang udara panas
dari referigerator pada tempratur dan tekanan tinggi, sehingga digunakan untuk
mencairkan uap / gas refrigrant dan membuang udara panas keluar.
Gambar 3.14 Air Conditioner Outdoor Unit
Jenis-jenis kondensor yang digunakan :
1. Air cooled condensor, yaitu udara sebagai bahan pendingin.
2. Water cooled condensor, yaitu air sebagai bahan pendingin.
3. Evaporative condensor, yaitu campuran air dan udara sebagai bahan
pendingin.

Metering Device
Metering device (MT) adalah suatu alat yang berfungsi untuk menurunkan
tekanan bahan pendingin cairan yang mengalir pada siklus refrigerasi. Selain itu
metering device digunakan untuk membedakan tekanan antara evaporator dan
kondensor.
Macam-macam metering device:
1. Pipa kapiler / impedance tube / restictor tube / chocke tube.
2. Automatic expansion valve (Tx valve).

Kompresor
Kompresor adalah suatu alat yang berfungsi untuk memompakan
refrigerant bertekanan tinggi sehingga temperatur rendah menjadi tempratur
tekanan tinggi.
Dilihat dari cara kerja kompresor dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Kompresor volume.
2. Kompresor sentrifugal (turbo).
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
B. Komponen Penunjang

Filter Drier (saringan)
Saringan atau filter drier, berfungsi untuk menyaring kotoran di dalam
sistem, seperti potongan timah, korosi lumut atau kotoran lainnya sehingga tidak
mengganggu peredaran / siklus refrigrant.

Thermostat
Thermostat berfungsi sebagai sensor dan transducer yang bertugas untuk
mengatur lamanya kompresor bekerja. Selain itu, thermostat juga berfungsi
mengatur batas-batas suhu dalam temperatur tertentu serta menjalankan atau
menghentikan kompresor secara otomatis.

Refrigrant
Refrigrant adalah zat pembawa kalor selama sirkulasinya dan akan
menyerap kalor pada tekanan dan suhu yang rendah pada evaporator dan
kemudian dimanfaatkan oleh kompresor menjadi tekanan dan suhu tinggi untuk
selanjutnya melalui kondensor akan dibuang panasnya dan tekanannya
diturunkan.

Fan Motor
Fan motor berfungsi untuk memutar daun kipas dan blower. Selain itu fan
juga berfungsi untuk menghembuskan udara baik udara segar atau udara yang
dikondisikan kedalam ruangan dan menghembuskan udara panas keluar.

Minyak pelumas
Minyak pelumas berfungsi untuk melumasi bagian yang bergerak dan
bergesekan sehingga dapat mengurangi kehausan yang ditimbulkan sekecil
mungkin.
Golongan minyak pelumas ada 3 macam yaitu:
1. Minyak hewani.
2. Minyak tumbuhan.
3. Mineral (yang banyak digunakan).
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.10
Generator (Genset)
Genset adalah suatu peralatan elektro mekanikal yang berfungsi untuk
merubah energi gerak menjadi energi listrik, artinya dari tenaga kerja mekanis
diperoleh dari hasil tenaga listrik. Dalam hal ini tenaga mekanis diperolah dari
hasil kerja motor berbahan bakar diesel engine yang dihubungkan dengan dinamo
atau generator.
Gambar 3.15 Genset merk MERCEDES (KOHLER)
Pengoperasian diesel engine atau jenis motor Bakar pada umumnya akan
berfungsi dengan baik, apabila didukung 5 rangkaian sistem yang saling terkait.
Artinya, apabila salah satu dari sistem ada yang terganggu atau tidak memenuhi
persyaratan maka kerja mesin akan terganggu, lebih serius lagi motor bakar
tersebut akan rusak fatal. 5 rangkaiannya antara lain :
1. Sistem pembakaran (solar)
2. Sistem sirkulasi udara
3. Sistem pelumasan
4. Sistem pendinginan
5. Sistem kelistrikan
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download