BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Kapasitas vital paru-paru
Paru-paru adalah salah satu organ pada sistem pernapasan yang berfungsi
sebagai tempat bertukarnya oksigen dari udara yang menggantikan karbondioksida
di dalam darah. Proses ini dinamakan sebagai respirasi dengan menggunakan
batuan haemoglobin sebagai pengikat oksigen. Setelah O2 di dalam darah diikat
oleh hemoglobin, selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh.
Paru – paru juga dapat didefinisikan sebagai alat pernapasan utama, paru paru mengisi rongga dada. Terletak di sebelah kanan dan kiri dan ditengah
dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah. Paru-paru adalah organ yang
berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) dan muncul sedikit lebih tinggi daripada
klavikula didalam dasar leher.
Menurut Drs.H. Syaifuddin, A.Mk, paru-paru adalah salah satu bentuk
pernapasan yang berada didalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan
pleura viretalis. Kedua paru-paru sangat lunak, elastis, sifatnya ringan terapung
didalam air, dan berada didalam ronnga torak. Paru-paru yang berwarna biru
keabu-abuan dan berbintik-bintik karena adanya partikel-partikel debu yang masuk
dimakan oleh fagosit.
Berikut ini merupakan penyakit yang terdapat didalam paru-paru:
1.
Asbestosis, silikosis, dan pneumokoniosis disebabkan oleh menghirup partikel
yang mengiritasi dan membuat peradangan jaringan paru-paru, mengarah ke
timbulnya fibrosis. Pada penyakit paru-paru akibat aktivitas, terdapat
penebalan perlahan (fibrosis) jaringan paru-paru, yang akhirnya menimbulkan
pembentukan jaringan parut ireversibel.
2.
Silikosis adalah salah satu penyakit paru akibat lingkungan sekitar. Penyakit ini
merupakan suatu pneumokoniosis yang disebabkan oleh inhalasi partikelpartikel Kristal silika bebas.
3.
Asbestosis adalah penyakit paru yang disebabkan banyaknya zat asbes yang
terhirup paru-paru, sehingga menyebabkan kerusakan berat. Pada beberapa
kasus asbestosis, dapat terjadi kanker paru-paru.
4.
Kanker paru-paru, keberadaan tumor ganas di paru-paru disebut kanker paruparu. Kanker paru-paru adalah kanker paling umum di dunia dan lebih dari satu
juta kasus baru ditemukan setiap tahun.
Penyebab paling sering kanker paru-paru yang ditemukan hampir 90 persen
dari seluruh kasus adalah rokok. Banyaknya zat iritan yang terhirup saat bernapas
memicu pertumbuhan sel abnormal di dalam paru-paru, tapi rokok mengandung
ribuan zat karsinogen (penyebab kanker).
Kanker paru-paru dapat menyebar (metastasis) ke bagian tubuh lain.
Metastasis ke tulang dapat menimbulkan rasa nyeri dan patah tulang. Dalam otak
menyebabkan sakit kepala dan penurunan kesadaran, serta dalam hati menyebabkan
penurunan berat badan dan ikterus di mana kulit menjadi berwarna kekuningan.
Dalam kasus yang sangat jarang, kanker paru-paru disebabkan oleh asbes,
zat kimia beracun, atau gas radioaktif radon. Seperti penyakit kanker lainnya,
kanker paru-paru pun dapat dipicu oleh keberadaan faktor genetik dan penerapan
gaya hidup yang tidak sehat, yang umumnya seperti merokok dan terlalu banyak
minum-minuman alkohol, serta kurangnya berolahraga.
Gejala awal kanker paru-paru tidak spesifik. Namun, umumnya batuk yang
terus-menerus biasanya gejala paling awal. Karena kebanyakan orang yang
menderita kanker paru-paru adalah perokok, maka biasa disebut "batuk perokok".
Gejala lain berupa batuk berdarah, mengi, berat badan turun, suara serak yang terus
menerus, dan nyeri dada.
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi
menjadi empat bagian, yaitu:
1. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi.
Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup
seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru
sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi +
volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang
tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal.
3. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal +
volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara
maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi
paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
4. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ±
5800 ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar
mungkin dengan inspirasi paksa (Guyton & Hall).
Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita ± 20 – 25% lebih kecil
daripada pria, dan lebih besar pada atlet dan orang yang bertubuh besar daripada
orang yang bertubuh kecil dan astenis (Guyton & Hall).
2. Makna dan pengukuran Volume Paru-paru
Pada percobaan ini volume tidal diperoleh dengan cara melakukan ekspirasi
dan inhalasi normal. Spirometer ditiup saat praktikan melakukan ekshalasi normal
tersebut. Besar volume tidal biasanya 500 mL untuk pria maupun wanita.
Kesalahan yang terjadi pada nilai volum tidal pada pria dapat disebabkan karena
praktikan menghirup napas dalam sehingga udara yang dikeluarkan banyak.
Volume ekspirasi cadangan diukur dengan cara praktikan menghirup napas
normal, namun menghembuskan napas sekuat-kuatnya pada spirometer. Nilai
volum ekpirasi cadangan sendiri adalah pengurangan angka yang tercatat pada
spirometer dikurangi dengan volum tidal yang telah diukur sebelumnya. Volume
ekspirasi cadangan berdasarkan literatur adalah sekitar 1200 mL untuk pria dan 700
mL untuk wanita. Kesalahan yang terjadi pada percobaan dapat terjadi karena
praktikan berusaha untuk memaksakan proses ekspirasi secara berlebihan (dari
yang mestinya dilakukan).
Kapasitas vital diukur dengan cara melakukan inspirasi sekuat-kuatnya dan
ekspirasi sekuat-kuatnya. Saat melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, udara
dihembuskan ke dalam spirometer. Angka yang ditunjuk oleh jarum pada
spirometer merupakan kapasitas vital paru-paru (dalam mL). Menurut literatur,
volume kapasitas vital paru-paru untuk pria adalah sekitar 4500 mL sedangkan
untuk wanita 3100 mL.
Dari kapasitas vital ini dapat diketahui volume inspirasi cadangan dengan
mengurangi kapasitas vital dengan volume tidal dan volume ekspirasi cadangan.
Laki-laki memiliki volume inspirasi cadangan yang lebih tinggi dibandingkan
wanita, yaitu sekitar 3100 mL, untuk pria, dan 1900 mL, untuk wanita. Data yang
diperoleh jauh di bawah dari data dari literatur. Hal ini dikarenakan data yang
diperoleh dari kapasitas total, volume tidal, dan volume ekspirasi cadangan sudah
berbeda jauh dari data literatur. Hal inilah yang menyebabkan hasil untuk volume
inspirasi cadangan juga berbeda dengan data dari literatur.
Pada umumnya perbandingan antara volume tidal, volume ekspirasi
cadangan dan volume inspirasi cadangan adalah 1:2:6 untuk pria. Sedangkan untuk
wanita, perbandingannya sebesar 2:3:8. Namun dari hasil percobaan menunjukan
bahwa perbandingan tidak sesuai dengan literatur. Kesalahan ini bisa disebabkan
oleh pernapasan yang kurang normal dari praktikan. Bisa juga disebabkan kondisi
lingkungan, contohnya keadaan udara di dalam ruangan tempat praktikum
berlangsung.
Sebagai aplikasi dalam pengukuran volume respirasi adalah untuk
mendeteksi patologi pada volume paru-paru. Contohnya pada orang asma
konstriksi jalannya udara cenderung menutup sebelum ekshalasi penuh. Hasilnya
fungsi paru-paru menunjukkan pengurangan kapasitas vital, pengurangan ekspirasi
cadangan, dan kecepatan pergerakan udara. Pada saat kontriksi saluran udara akan
menghasilkan suara yang tidak normal pada serangan asma. Kondisi itu membatasi
penggembungan maksimal paru-paru yang berefek sama terhadap kapasitas vital.
Karena hal tersebut, inspirasi cadangan menjadi rendah. Meskipun demikian
ekspirasi cadangan dan pergerakan kecepatan ekspirasi relatif normal.
Pada orang normal volume udara dalam paru bergantung pada bentuk dan
ukuran tubuh. Posisi tubuh juga mempengaruhi volume dan kapasitas paru,
biasanya menurun bila berbaring, dan meningkat bila berdiri. Perubahan pada
posisi ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu kecenderungan isi abdomen menekan
ke atas melawan diafragma pada posisi berbaring dan peningkatan volume darah
paru pada posisi berbaring, yang berhubungan dengan pengecilan ruang yang
tersedia untuk udara dalam paru. (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970).
Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital adalah bentuk anatomi
tubuh, posisi selama pengukuran kapasitas vital, kekuatan otot pernapasan dan
pengembangan paru dan rangka dada (Compliance paru).
Penurunan kapasitas paru dapat disebabkan oleh kelumpuhan otot
pernapasan, misalnya pada penyakit poliomyelitis atau cedera saraf spinal,
berkurangnya compliance paru, misalnya pada penderita asma kronik, tuberkulosa,
bronchitis kronik, kanker paru dan pleuritis fibrosa dan pada penderita penyakit
bendungan paru, misalnya pada payah jantung kiri. (guyton, 1994).
3. Cara Sederhana Mengukur Volume Kapasitas Paru-paru
Untuk mengukur volume dalam kapasitas paru-paru dapat menggunakan
alat sederhana yakni spirometer.
Spirometer adalah alat untuk mengukur aliran udara yang masuk dan keluar
paru-paru dan dicatat dalam grafik volum per waktu.
Galen melakukan eksperimen volumetric terhadap saluran udara manusia.
Dia menyuruh seorang anak menghirup dan mengeluarkan udara dan menemukan
volum gas,setelah beberapa waktu,tetap. Galen menemukan ukuran yang mutlak
dari ukuran paru-paru.
Borelli mencoba untuk mengukur volume inspirasi dalam satu kali bernafas.
Dia melakukannya dengan menghisap cairan dari tabung silinder.
Goodwyn E. menghisap air ke dalam bejana berisi udara yang sudah diukur
beratnya dalam skala. Dia menyebutkan bahwa kapasitas vital paru-paru dapat
mencapai 4460 ml. Dia memeriksa temperaturnya, tapi dia tidak menggunakan
nose-clip.
Menzies R. mencelupkan seorang laki-laki ke dalam air berisi lebih dari
satu barel ke dagunya dan mengukur kenaikan dan penurunan tingkatan sekitar
dagu. Dengan metode ‘body plethysmography’, dia menentukan volume tidal paruparu.
Davy H. mengukur kapasitas vital paru-parunya sendiri sebesar 3110 ml.
volume tidal paru-paru sebesar 210 ml menggunakan gasometer dan volume residu
paru-paru sebesar 590-600 ml menggunakan metode pengenceran hydrogen.
Maddock, A.B. mempublikasikan di Lancet, sebuah surat untuk editor
tentang “Pulmometer” nya. “Penemuan luar biasa yang saya temukan sangat
berguna untuk mengukur kekuatan dari paru-paru di dalam lingkungan dan kondisi
yang berbeda.
John Hutchinson mempublikasikan laporannya tentang air di spirometer
yang tetap digunakan sampai hari ini hanya dengan perubahan kecil (perubahan
besar yang terjadi sekarang adalah penambahan alat pengukur grafik dan waktu dan
reduksi masa bel). Hutchinson mencatat kapasitas vital paru-paru 4000 orang
dengan spirometernya. Dia menunjukan bahwa kapasitas vital paru-paru
berbanding lurus dengan tinggi dan dia pun menunjukan bahwa kapasitas vital
paru-paru tidak memiliki kaitan dengan berat badan. Hutchinson telah memulai
pekerjaannya dengan spirometers pada tahun 1844.
Spirometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur jumlah udara
yang di hirup dan dihembuskan oleh mahluk hidup. Volume udara pernapasan pada
keadaan normal biasa disebut tidal volume (volume pasang) yang besarnya 550
mm. Volume udara yang di hembuskan secara maksimal disebut kapasitas vital.
Seorang laki-laki mampu mencapai kapasitas sebesar 4,5 liter, sedangkan
perempuan hanya sekitar 3,5 liter.
Spirometer terdiri atas tangki yang berisi air. Di dalamnya terdapat tabung
yang bagian bawahnya terbuka. Pada bagian samping tabung terdapat pipa yang
ujungnya dapat dihirupoleh orang yang akan diperiksa. Apabila orang tersebut
menghirup udara melalui ujung pipa tersebut, volume udara dalam tabung akan
berkurang sehingga tabung akan tenggelam dalam air. Sebaliknya, bila orang
tersebut menghembuskan napas, volume udara akan bertambah dan tabung akan
naik kembali. Perbedaan volume udara ketika menghirup dan menghembuskan
nafas itulah yang di pakai untuk mengukur volume pernapasan. Pemeriksaan ini
penting untuk menilai kapasitas paru-paru dan mengdiagnosis penyakit.
Sebenarnya cara kerja spirometer cukup mudah yaitu sesorang disuruh
bernafas (menarik napas dan menghembuskan napas) di mana hidung orang itu
ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum
pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat sesuai
dengan gerak tabung yang berisi udara.
Pada waktu istirahat, spirogram menunjukkan volume udara paru-paru 500
ml. Keadaan ini disebut tidal volume. Pada permulaan dan akhir pernapasan
terdapat keadaan reserve; akhir darisuatu inspirasi dengan suatu usaha agar mengisi
paru-paru dengan udara, udara tambahan ini disebut inspiratory reserve volume,
jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian pula akhir dari suatu respirasi, usaha
dengan tenaga untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, udara ini disebut dengan
expiratory reserve volume yang jumlahnya kira-kira 1.100 ml.
Udara yang tertinggal setelah ekspirasi secara normal disebut fungtional
residual capacity (FRC). Seorang yang bernapas dalam keadaan baik inspirasi
maupun ekspirasi, kedua keadaan yang ekstrim ini disebut vital capacity. Dalam
keadaan normal, vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam keadaan apapun paruparu tetap mengandung udara, udara ini disebut residual volume (kira-kira 1.000
ml) untuk orang dewasa. Kapasitas vital dalam paru-paru terdiri dari:
1.
Udara Pernapasan (UP)
Udara yang masuk keluar saat bernapas biasa, dan volume udara yang masuk
keluar sebanyak 5.00 ml.
2.
Udara Cadangan Inspirasi atau Udara Komplementer (UK)
Udara yang masi dapat dimasukan ke paru-paru secara maksimal setelah
inspirasi normal, dan besarnya udara komplementer adalah 1.500 ml.
3.
Udara Suplementer (US)
Udara yang masi dapat dikeluarkan dari paru-paru secara maksimal setelah
ekspirasi biasa, dan besarnya adalah 1.200 ml.
4.
Kapasitas Vital Paru (KVP)
Merupakan kemampuan paru-paru mengeluarkan udara secara maksimal
setelah melakukan inspirasi dan besarnya kapasitas Vital Paru-paru adalah
4.500 ml.
Untuk membuktikan adanya residual volume, penderita disuruh bernapas
dengan mencampuri udara dengan helium, kemudian dilakukan pengukuran fraksi
helium pada waktu ekspirasi. Di klinik biasanya dipergunakan spirometer.
Penderita disuruh bernafas dalam satu menit yang disebut respiratory minute
volume. Maksimum volume udara yang dapat dihirup selama 15 menit disebut
maximum voluntary ventilation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi
sangat berguna untuk mengetes penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan
pernafasan.
Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu
hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu
tabung yang berisi udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat
adanya tekanan dari udara yang masuk ke spirometer. Spirometer juga
menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah katrol . Katrol ini
dihubungkan kepada sebuah bandul yang dapat bergerak naik turun. Bandul ini
kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder
berputar.
Dengan adanya alat ukur ini sangat baik untuk mengukur tingkat kapasitas
paru-paru bagi perokok aktif, karena dengan adanya alat sederhana ini maka dalam
pengukuran tingkat kesehatan tubuh akan menjadi lebih muda.
4. Definisi Rokok Serta Perilaku Tidak Merokok
Definisi rokok menurut wikipedia adalah silinder dari kertas berukuran
panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar
pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lain.
Menurut Harissons (1987), merokok adalah membakar tembakau yang
kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok batangan maupun
menggunakan pipa. Temperatur pada sebatang rokok yang dibakar adalah 90o C
untuk ujung rokok yang dibakar dan 30o C untuk ujung rokok yang terselip di
dalam bibir perokok.
Menurut Sitepoe (2000), asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut
mainstream smoke, sedang asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang
terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh si perokok disebut
sidestream smoke. Kedua asap tersebut yang mengakibatkan timbulnya perokok
pasif.
Ogawa (2006), mendefinisikan kebiasaan merokok sebagai perilaku
penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok
per hari, dengan tambahan adanya distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan
tembakau secara berulang-ulang. Kebiasaan merokok menganggu kesehatan,
kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi
akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kebiasaan merokok bukan saja merugikan bagi perokok sendiri tapi juga bagi
orang disekitarnya. Kebiasaan merokok yang melanda dunia telah menimbulkan
berbagai masalah kesehatan. Diperkirakan setiap tahunnya dua setengah juta orang
meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok (Crofton,
1990).
Rokok yang dihisap mengandung berbagai macam bahan kimia dengan
berbagai jenis daya kerja terhadap tubuh, asap rokok mengandung 4000 jenis bahan
kimia, beberapa bahan kimia yang terdapat dalam rokok yang memberikan efek
terhadap kesehatan yakni nikotin, tar, karbonmonoksida serta berbagai logam berat
lainnya. Oleh karena itu seseorang akan terganggu kesehatannya bila merokok
terus-menerus. ( Sitepoe, 2000)
Ada beberapa jenis rokok yang dikenal dikalangan masyarakat yaitu rokok
putih, rokok kretek, rokok kelembak, rokok cerutu, rokok pipa dan lain-lain. Rokok
putih adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau saja tanpa dicampur dengan
bahan-bahan yang lain sedangkan rokok kretek adalah rokok yang terbuat dari
tembakau dan juga cengkeh. Rokok kelembak adalah rokok yang terbuat dari
tembakau yang dicampur dengan tembakau. Rokok cerutu adalah rokok yang
terbuat dari daun tembakau kering yang dirajang agar lebar disusun sedemikian
rupa dan kemudian dibalut dengan daun tembakau. ( Sitepoe, 2000)
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sanagat merugikan,
baik untuk diri sendiri dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dilihat dari sisi
individu yang bersangkutan, ada beberapa riset yang mendukung pernyataan
tersebut. Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung
didalam rokok seperti nikotin, tar, dan karbonmonoksida akan memacu kerja dari
susunan syarap simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan
detak jantung bertambah cepat. ( Kendal dan Hemman, 1998)
Dilihat dari sisi orang disekeliling bahwa merokok dapat berdampak negativ
bagi para perokok pasif. Resiko yang ditanggung oleh perokok pasif lebih berat
dibandingkan dengan perokok aktif, karena daya tahan terhadap zat-zat yang
berbahaya sangat rendah. ( Safarino dalam Cahyani, 1995)
Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok
tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia sudah merupakan kebiasaan yang
fenomena. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah
perokok bukannya semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia merokok
semakin bertambah muda.
Hasil
riset
Lembaga
Menanggulangi
Merokok
(Republika,
1998)
mengemukakan bahwa usia masyarakat di Indonesia yang sudah mulai merokok
adalah pada usia 9 tahun.
Smet (1994), mengatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya
berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia
18 tahun. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa peilaku merokok
dimulai pada saat masa anak-anak dan masa remaja.
Menurut Depkes RI (1996) bahwa banyak remaja yang tidak menyadari tentang
dampak yang ditimbulkan oleh rokok terhadap gangguan kesehatan yang sangat
menganggu kesehatannya seperti sakit tenggorokan (batuk-batuk), kanker paru-paru,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kelahiran prematur (dini), kulit tidak elastis
dan mudah keriput serta prestasi kerja yang menurun.
Hal lain yang mendukung bahwa remaja dengan tingkat pendidikan sekolah
menengah sangat rentan terhadap rokok karena remaja khususnya remaja laki-laki,
pada saat ini masih dalam tahap perkembangan mental atau pencarian jati diri
dimana salah satunya adalah pengaruh teman sebaya (Adiputra, 2005).
Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok dikalangan
masyarakat. Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok adalah
fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan
oleh faktor-faktor didalam diri juga disebabkan oleh faktor lingkungan.
Secara umum merokok rata-rata sudah dimulai sejak usia remaja yang
diakibatkan oleh pergaulan sehari-hari. Remaja yang mulai merokok dikatakan oleh
Erikson (Gatchel, 1989), berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang
dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati
dirinya.
Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut tidak semuanya dapat
berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku
merokok sebagai cara untuk menemukan jati dirinya. Seperti yang dikatakan oleh
Brigham (1991), bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku
simbolisasi. Dalam artian simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan
daya tarik terhadap lawan jenis.
Disisi lain saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala yang
mungkin akan terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir dan perut mual. Namun
demikian, sebagian dari para pemula mengabaikan perasaan tersebut, biasanya
berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan.
Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan
kepuasan
psikologis.
Artinya
perilaku
merokok
adalah
perilaku
yang
menyenangkan dan bergeser menjadi aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini
disebabkan karena sifat nikotin adalah adaktif, jika di hentikan secara tiba-tiba akan
menimbulkan stres. Dikatakan oleh Klinke dan Meeker (dalam Aritonang, 1997),
motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi
ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang menyenangkan dan
relaksasi.
Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal dan Clearly (dalam Cahyani,
1995), terdapat empat tahap merokok sehingga menjadi perokok aktif.
1. Seseorang mendapat gambaran yang menyenangkan mengenai merokok
dengan cara melihat, mendengar, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini
yang menimbulkan seseorang berminat untuk merokok.
2. Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan atau tidak perilaku merokok tersebut.
3. Apabila seseorang telah mengkonsumsi lebih dari 4 batang rokok
perhari, maka akan mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4. Tahap yang terakhir adalah sudah merupakan tahap merokok yakni
salah satu bagian dari cara pengaturan diri. Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek psikologis yang menyenangkan.
Selain faktor-faktor perkembangan remaja dan kepuasan psikologis, masih
banyak faktor dari luar individu yang berpengaruh pada proses pembentukan
perilaku merokok. Pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari
dari pihak-pihak lain.
Batasan operasional penduduk umur 15 tahun keatas yang tidak pernah
merokok dalam1 bulan terakhir. Rumah tangga yang tidak merokok adalah rumah
tangga dimana tidak ada anggota rumah tangga umur 15 tahun keatas yang
merokok di dalam rumah setiap hari. Berdasarkan batasan operasional ini, maka
yang dimaksud dengan tidak merokok adalah penduduk yang tidak merokok selama
sebulan penuh setelah dilakukan survei. Oleh sebab itu mantan perokok adalah
termasuk kategori tidak merokok. Perilaku tidak merokok penduduk usia 15 tahun
keatas selama 3 tahun (2004-2007) memang mengalami peningkatan sebesar
kurang lebih 3,0 %. Apabila peningkatan perilaku tidak merokok ini konsisten,
maka pada tahun 2010 akan menjadi sekitar 70,0 %. Artinya tinggal 30,0 % saja
penduduk Indonesia umur 15 tahun keatas yang masih merokok.
Perilaku tidak merokok pada perempuan jelas lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki. Sedangkan perilaku merokok dalam kelompok umur dapat
disimpulkan tidak ada hubungannya. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa
presentase terendah perilaku tidak merokok adalah pada umur antara 25-59 tahun.
Dilihat dari tempat pemukiman, perilaku tidak merokok penduduk perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan penduduk pedesaan. Hal ini berarti, penduduk
pedesaan lebih banyak yang merokok dibandingkan dengan penduduk perkotaan.
Dari segi pendidikan, kelompo orang yang berpendidikan rendah justru lebih tinggi
presentase yang merokok, dibandingkan dengan yang berpendidikan tinggi. Hal ini
bertentangan dengan teori karena mestinya orang yang berpendidikan tinggi lebih
mengetahui bahaya-bahaya merokok bagi kesehatan, sehingga lebih menghindari
rokok.
5. Pengaruh Rokok Terhadap Sistem pernapasan
1. Dampak Rokok pada Paru-paru
Dampak yang ditimbulkan akibat kebiasaan merokok dapat menyebabkan
perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran
nafas besar, sel mukosa membesar (hyperthropy) dan kelenjar mukus bertambah
banyak (hyperplasia) sehingga terjadi penyempitan saluran napas. Pada jaringan
paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Akibat
perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru pada perokok
akan timbul permasalahan fungsi paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal
ini menjadi unsur utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM)
termasuk emfisema paru-paru, bronkhitis kronis, dan asma (Hans, 2003). Herminto
(1998) juga menyatakan bahwa, penurunan fungsi paru akan mulai terlihat pada
lama pernapasan yang terjadi pada 2 tahun dan seterusnya akibat debu dan
kebiasaan merokok.
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh
banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui
dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok
meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan
gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,
kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan
kehamilan dan cacat pada janin.
Menurut Ghalenium (2006), merokok juga dapat merusak lapisan dalam
pembuluh darah, memekatkan darah sehingga mudah menggumpal, menganggu
irama jantung. Kandungan nikotin, gas CO, radikal bebas dan zat-zat tersebut dapat
merusak lapisan endotel dalam pembuluh darah. Apabila terbentuk suatu plak
dalam pembuluh darah, dapat menjadi suatu proses awal terjadinya arterosklerosis
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskuler (Syaifuddin, 2001).
Sehingga dalam diri perokok tidak hanya saja beresiko terjadi gangguan paru-paru
tetapi juga beresiko terhadap gangguan jantung dan pembuluh darah, hal ini akan
berakibat pada penurunan kinerja jantung paru.
Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis
penyakit dalam tubuh manusia salah satunya penyakit yang berhubungan dengan
paru-paru, yakni kangker paru-paru.
Penyakit kangker paru-paru lebih berbahaya dari penyakit TBC paru,
apalagi kangker sudah dalam keadaan lanjut. Penyakit ini banyak ditemukan dan
sering di jumpai pada kaum pria. Penyakit kangker paru-paru ini sering
dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai penyabab utamanya. Hal ini talah
dibuktikan pada beberapa penelitian baik yang didalam maupun luar negeri. (
Aditama, 1997)
Rokok juga merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Merokok
sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas di masyarakat. Bahaya
merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang.
Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas.
Banyak penelitian membuktikan kebiasaan merokok meningkatkan risiko
timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh
darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus,
bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat
pada janian.
Pada kenyataannya kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang
diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi orang yang merokok untuk
mengalihkan diri dari stress dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan diri dari
kebiasaan ini dibandingkan perokok yang tidak memiliki latar belakang depresi.
2. Kandungan Asap Rokok
Asap rokok mengandung 4000 zat kimia berbahaya bagi kesehatan dan
terdapat lebih dari 200 macam racun (Mu’tadin, 2007). Asap rokok itu
mengandung antara lain karbon monoksida (CO) , nikotin, dan polycyclic aromatic
hidrocarbon yang mengandung zat pemicu terjadinya kanker (tar, benzopyrenes,,
nitroso-nor-nicotin, kadmium, hydrogen cyanide, vinyl chlorid, toluane, arsanic,
phenol butana, amonia, methanol, acaton) selain itu asap rokok yang dihirup juga
mengandung komponen gas dan partikel yang berbahaya (Guidotti et al, 2007).
Lebih dari 3040 jenis bahan kimia yang dijumpai dalam daun tembakau
kering, bahan-bahan kimia tersebut berasal dari pertumbuhan dari daun tembakau
itu sendiri yang bersumber dari tanah, udara dan bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses pembuatan tembakau maupun saat penanaman tembakau
itu sendiri. (Roberts, 1988)
Penelitian terbaru
menunjukkan adanya bahaya dari asap rokok yang
terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada di sekitar perokok atau bisa
disebut juga dengan perokok pasif. Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku
pembuatannya yakni tembakau. Di Indonesia tembakau ditambah cengkih dan
bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok kretek. Selain kretek tembakau juga
dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih, cerutu, rokok pipa dan
tambakau tanpa asap (tembakau kunyah).
Telah ditemukan 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dimana bahan
racun ini lebih banyak terdapat pada asap samping. Misalnya karbon monoksida
(CO) 5 kali lipat lebih banyak terdapat pada asap samping dari pada asap utama,
benzopiren 3 kali, dan amonia 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai
beberapa jam lamanya dalam ruangan setelah rokok padam.
Pada waktu rokok dibakar berarti semua zat kimia yang terkandund didalam
bahan baku rokok dan bahan tumbuhan lainnya ikut terbakar, maka akan terbentuk
bahan kimia hasil pembakaran. (Stepoe, 2000)
Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan
partikel. Partikel yang dibebaskan selama merokok sebanyak 5x10 ppm.
Komponen gas terdiri dari nikotin, timah hitam, karbonmonoksida, tar dan masih
banyak lagi seperti karbondioksida, amonia dan lain-lain.
Asap yang di embuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama dan asap
samping. Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh
perokok, sedangkan asap sampingan merupakan asap tembakau yang disebarkan ke
udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.
Bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok dan juga didalam daun
tembakau yang tidak terbakar adalah sebagai berikut:
1.
Nikotin.
Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan
menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6
mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang
ketagihan.
Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa terjadi pada
pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa oksigen ke jantung. Nikotin,
merupakan alkaloid yang bersifat stimulant dan beracun pada dosis tinggi. Zat yang
terdapat dalam tembakau ini sangat adiktif, dan mempengaruhi otak dan system
saraf. Efek jangka panjang penggunaan nikotin akan menekan kemampuan otak
untuk mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan kadar
nikotin yang semakin tinggi untuk mendapatkan tingkat kepuasan (Hans, 2003).
Nikotin bersifat toksis terhadap jaringan saraf, juga meningkatkan kadar
gula darah, kadar asam lemak, dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah.
Nikotin juga menyebabkan orang ketagihan merokok. (Sitepoe, 2000)
Akibat adanya nikotin seseorang menjadi perokok dan selalu ingin meroko
lagi atau ketagihan terhadap rokok. Sebaliknya merokok yang hanya sekali-sekali
belum tentu akan terganggu kesehatannya. (Benowitz NL, 1994) menyatakan kadar
nikotin sebesar 5 mg perhari dari rokok yang dihisap akan menimbulkan ketagihan.
2.
Timah hitam
Timah hitam merupakan partikel dari asap rokok. Setiap batang rokok yang
dihisap diperhitungkan mengandung 0,5 mikrogram timah hitam. Bila seseorang
menghisap satu bungkus perhari (10 batang) berarti menghasilkan 10 mikrogram
perhari dan apabila seseorang menghisap lebih dari 20 batang rokok perhari, maka
kadar timah hitam dalam tubuh mencapai 20 mikrogram sedangkan batas bahaya
kadar timah hitam dalam tubuh adalah 20 mikrogram perhari. (Sitepoe, 2000)
3.
Gas karbonmonoksida
Menurut Guidotti (1989), gas yang bersifat toksis dan bertolak belakang
dengan gas oksigen dalam transport hemoglobin. Dalam rokok terdapat 2-6 % gas
CO pada saat merokok. Kandungan kadar karbon monoksida dalam rokok kretek
lebih rendah dibandingkan kandungan karbon monoksida dalam rokok putih.
(Sitepoe, 2000)
Karbonmonoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan
dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya hemoglobin ini
berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk pernasapan sel-sel tubuh, tapi
karena gas CO lebih kuat daripada oksigen maka gas CO ini merebut tempatnya di
sisi hemoglobin. Jadilah hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO
dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen. Sementara dalam darah perokok
mencapai 4-15 persen.
Gas karbonmonoksida (CO) mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin
(Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen,
sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah
berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh
karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (Oksigen). Sel tubuh yang
menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan asupan oksigen
melalui kompensasi pembuluh darah dimana pembuluh darah akan menciut atau
spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh
darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses arterosklerosis (penyempitan).
Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Di otak, di jantung, di
paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari-ari pada wanita hamil,
kekurangan oksigen karena CO (karbon monoksida). (Theodorus, 1994).
Bila seorang merokok 10-12 batang sehari, hemoglobin akan mengandung
4,9 % karbon monoksida, kadar oksigen yang diedarkan ke jaringan akan menurun
sebesar 5 %. Penurunan kadar oksigen sebesar itu memang tidak tampak tandatandanya pada waktu perokok beristirahat. Tetapi pada waktu pecandu rokok
melakukan latihan-latihan olahraga, akan nampak sekali kerugian tersebut terhadap
tubuhnya. Bila kita hentikan kebiasaan merokok ini barulah setelah 2-3 hari karbon
monoksida dapat keluar dari aliran darah kita (Sumosarjuno, 1996).
4.
Tar
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat
asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam
rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan
membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan
paru-paru. Pengedapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara
kadar tar dalam rokok berkisar 24-45 mg. Tar mengandung zat kimia sebagai
penyebab terjadinya kangker dan mengganggu mekanisme alam pembersih paruparu, sehingga banyak polusi udara yang tertinggal menempel di paru-paru dan
saluran bronchial. Tar dapat membuat sistem pernapasan terganggu salah satu
gejalanya adalah pembengkakan selaput mucus.
Efek merokok terhadap paru adalah sebagai penyebab kanker paru.
Dibandingkan bukan perokok, pria yang merokok berisiko terjadi kanker paru 23
kali lebih besar dan wanita yang merokok berisiko 13 kali terjadi kanker paru.
Merokok menyebabkan sekitar 90% kematian oleh karena kanker paru di kalangan
pria dan sekitar 80% kematian di kalangan wanita di Amerika Serikat. Merokok
dengan kadar tar rendah tidak mengurangi risiko terjadi kanker paru secara
substansial. Merokok menyebabkan luka terhadap saluran pernafasan dan kantor
udara dari paru-paru yang dapat menyebabkan penyakit paru obstruktif (seperti
asma bronkiale, emfisema). Perokok lebih banyak terkena infeksi saluran
pernafasan bagian bawah seperti pneumonia atau bronkitis akut dibandingkan
bukan perokok.
Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik
lainnya yang dibakar. Sebab tar hanya dapat dijumpai pada rokok yang sudah
dibakar, selain itu minyak cengkeh juga diklasifikasikan sebagai tar. Didalam tar
juga dijumpai karsinogenik yang akan memicu munculnya kangker paru-paru.
Selain itu juga dijumpai nitrosoamine nikotin didalam rokok yang berpotensi besar
sebagai karsinogenik terhadap jaringan paru-paru. Bahan ini terdapat dalam
tembakau, tetapi tidak dijumpai dalam cengkeh. (Sitepoe, 2000)
Di samping itu masih banyak logam berat dan senyawa lain yang
dikeluarkan oleh hasil pembakaran asap rokok. Tercatat ada 4000 bahan kimia yang
dihasilkan, 200 diantaranya beracun dan 43 diantarnya diyakini dapat menimbulkan
kanker. Diantara bahan beracun tersebut adalah Hydrogen Cyanide (racun hukuman
mati, Arsenic (racun semut putih), Acetone (penghapus cat), Methanol (bahan
bakar roket), Napthalene (kabur barus), Cadmium(dipakai accu mobil, baterai),
Toluene (pelarut), Ammonia (pembersih toilet/lantai), Methane (Gas buang),
Butane (bahan bakar korek api) dll.
B. Kerangka Berfikir
Mungkin
hanya
rokok,
satu-satunya
produk
yang
menyampaikan
pemberitahuan dan justru menyebabkan orang untuk berpikir tentang kerugian
merokok. Contohnya, Merokok bisa menimbulkan kanker, impotensi, serangan
jantung, berbahaya bagi janin dan lain sebagainya.
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa
lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung
bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar
perokok yang bukan perokok.
Kebiasaan merokok menganggu kesehatan, kenyataan ini tidak bisa kita
pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan
bagi perokok sendiri tapi juga bagi orang disekitarnya. Kebiasaan merokok yang
melanda dunia telah menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Diperkirakan setiap
tahunnya dua setengah juta orang meninggal akibat penyakit yang berhubungan
dengan kebiasaan merokok.
Merokok menyebabkan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). PPOK
adalah penyakit progresif yang membuat seseorang sulit untuk bernapas. Banyak
perokok tidak tahu bahwa mereka telah terkena penyakit ini hingga sudah
terlambat. Tidak ada obat untuk penyakit ini dan tidak ada cara untuk membalikkan
kerusakan.
Untuk itu jika ingin kesehatan tubuh tetap terjaga terutama paru-paru maka
hindari dan kurangi kebiasaan merokok karena dengan merokok akan
membahayakan diri sendiri juga orang di lingkungan sekitar kita. Nikotin ini
berasal dari tembakau rokok, dan tembakau rokok menghasilkan berbagai macam
penyakit yang akan mengganggu cara kerja paru-paru sehingga kemampuan paruparu akan lemah apabila sering menghisap tembakau tersebut. Kemampuan
kapasitas paru-paru tiap orang sangat berbeda-beda, salah satu faktor yang
membedakannya adalah usia. Selain faktor usia, merokok juga sangat berpengaruh
pada kemampuan paru-paru seseorang. Bagaimana kemampuan paru-paru perokok
aktif? Kemampuan paru-paru seorang perokok aktif apabila seseorang merokok
dalam jumlah yang banyak dalam sehari (12-16) batang perhari maka perlahanlahan kemampuan paru-paru akan semakin lemah dan lama-kelamaan akan tidak
dapat berfungsi lagi sampai menyebabkan resiko kematian.
Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat
dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan dijauhi
sejauh mungkin.
Jadi dapat disimpulkan bahwa merokok merupakan kegiatan bodoh yang
dilakukan manusia yang mengorbankan uang, kesehatan, kehidupan sosial, pahala,
persepsi positif, dan lain sebagainya. Ketika seseorang menawarkan rokok maka
tolak dengan baik. Merasa kasihanlah pada mereka yang merokok. Jangan
dengarkan mereka yang menganggap anda lebih rendah dari mereka jika tidak
merokok. karena dalam hati dan pikiran mereka yang waras mereka ingin berhenti
merokok.
Selain itu juga banyak gejala yang timbul akibat merokok terlalu berlebihan
yang berpengaruh pada paru-paru, semakin banyak kita menghisap rokok maka
resiko kemampuan paru-paru semakin melemah dahkan menyebabkan kematian.
C. Hipotesis
Dalam penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontolan
terhadap perlakuan. Untuk penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji
hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan ‘’apa adanya’’ tentang sesuatu
variabel, gejala atau keadaan. Memang adakalanya dalam penelitian ingin juga
membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa
penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.
Download