ABSTRAKSI Zaimah Imamatul Baroroh, “POTRET KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA (Studi Kasus Hubungan antara Agama Islam, Kristen dan Hindu di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan)” Desa Balun merupakan desa yang majemuk dalam hal budaya dan agama Desa ini terdiri dari dua Pedukuhan atau dusun yang masyarakatnya memeluk tiga agama yakni: agama Islam sebagai agama mayoritas dan dua agama lagi yakni agama Kristen Protestan dan Hindu. Kehidupan masyarakat Desa Balun nampak sangat rukun dan damai. Selama berabadabad penduduk tinggal di desa Balun tidak pernah dijumpai konflik-konflik atas nama agama, Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana masyarakat Balun memaknai kerukunan, dan bagaimana wujud kerukunan serta faktor perekat sosial yang melahirkan kerukunan. Dan bagaimana peran pemuka agama dalam mewujudkan integrasi tersebut. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan atau studi kasus dengan pengamatan langsung ditempat penelitian dan wawancara ke berbagai pihak untuk mendapatkan data-data yang valid. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenoligi, pendekatan sosiologi dan pendekatan historis. Menurut masyarakat Desa Balun agama merupakan urusan individu dengan Tuhan jadi mereka tidak pernah mempermasalahkan agama dalam interaksi sosial mereka. Kehidupan mereka berjalan normal seperti masyarakat lain yang satu agama. Hampir tidak bisa dibedakan antara pemeluk agama Islam, Kristen ataupun Hindu kecuali saat beribadah. Menurut mereka kehidupan rukun dan damai harus diwujudkan untuk kebaikan bersama. Kerukunan yang terjadi di desa Balun merupakan kerukunan yang asli, tidak dibuatbuat. Mereka hidup rukun apa adanya dan tidak sewaktu-waktu saja. Kelangsungan kerukunan tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni : kekerabata, budaya gotong-royong, peran aktif pemimpin agama untuk menjaga kerukunan, pemahaman beragama yang inklusif dan semangat kerja masyarakat Balun yang tinggi sehingga dapat menutup cela-cela terjadinya konflik, dan tidak kalah penting yakni keberadaan Mbah Alun yang yang menjadi sejarah masyarakat Balun. v KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat dan hidayahNya, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan umat-Nya. Merupakan kebahagiaan bagi penulis ketika penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun banyak kendala yang penulis jumpai dalam penyusunan skripsi ini. Itu semua dikarena keterbatasan kemampuan penulis, tetapi berkat kerja keras, jasa dan bimbingan serta doa dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu ucapan terimakasih penulis sampaian kepada pihak-pihak tersebut, terutama kepada: 1. Orang tua tercinta (Ibu Siti Romah dan Bapak Selamet) yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, motivasi dan do’a yang tulus untuk kesuksesan dan kebahagiaan anaknya. Semoga Allah selalu melimpahan rahmat-Nya dan memberikan umur panjang pada mereka. 2. Dekan Fakultas Ushuluddin, Prof. Dr. Masri Mansoer, MA; Ketua Jurusan Perbandingan Agama, Dr. Media Zainul Bahri; Sekretaris Jurusan Perbandingan Agama, Dra. Halimah M, MA; serta seluruh Civitas Akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Prof. Dr. M. Ridwan Lubis, M.A sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga fikiran dan kesabaran dalam memberi arahan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Hj. Siti Nadroh, M. Ag yang selalu memberikan motivasi dan menjadi insprirasi bagi penulis. vi 5. Segenap dosen pengajar di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah bersedia membekali pengetahuan selama penulis belajar di Fakultas Ushuluddin; 6. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan bahan pustaka dan sumber bacaan dalam penulisan skripsi. 7. Segenap Jajaran pemerintah Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian terkait judul skripsi dan bersedia meluangkan waktu untuk memberikan informasi yang penulis butuhkan untuk penyusunan skripsi. 8. Segenap masyarakat Desa Balun yang bersedia meluangkan waktu untuk sekedar berbincang-bincang dengan penulis demi melenkapi data guna menyelesaikan penyusunan skripsi; 9. Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan yang telah memberikan bantuan biaya pendidikan kepada penulis. 10. Saudaraku ( Adek Agus, Mbak Nely, Kak Sueb, Adek Farid) dan keluarga besarku yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini; 11. Sahabat-sahabat dan orang-orang terdekatku (Nurul, Isnainiyah, Zhee Bashry, Bang Ilham, Adek Kiki, Sapinah, Iis, Cio, Anis, Elita, Iin, Tika, Ava, Ida, Ikhwan, Lely, Dila, Mbak Lathifah, Mbak Halimah, Mbak Biya, Mbak Febri) yang selalu memberikan dukungan, semangat, wejangan dan motivasi kepada penulis. 12. Si kecil Zifah dan Dede Thalita yang selalu menjadi penghibur saat penat dengan kelucuan foto dan celotehan suaranya. vii 13. Teman-teman Perbandingan Agama A&B angkatan 2010, semoga ilmu kita bermanfaat dan sukses selalu. 14. Semua guru-guruku yang sudah membagi ilmunya kepada penulis. 15. Sahabat-sahabat di WASIAT Jakarta, Rekanita PC IPPNU Tangsel, TemanTeman KKN STMG, semoga kita menjadi orang-orang yang bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain. 16. Bapak Abdullah Mas’ud dan Mbak Margaret Aliyatul Maimunah pemilik PARAMUDA Travel yang telah memberi motivasi moril dan material. Serta sahabat-sahabat PARAMUDA (Halim, Zaki, Cak Sulthon, Cak Shofi, Eky, dll); 17. Pihak-pihak lain yang sudah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis hanya bisa berdo’a semoga, dukungan, bimbingan, perhatian, motivasi dari semua pihak dari awal pekuliahan sampai skripsi ini dapat diselesaikan menjadi amal ibadah dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca karya ini. Amin Jakarta, 28 November 2014 Penulis viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. iv LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................. v ABSTRAKSI ....................................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah .......................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5 E. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 6 F. Kerangka Teori .................................................................................... 8 G. Metode Penelitian ................................................................................ 11 H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 14 BAB II GAMBARAN KABUPATEN UMUM DESA BALUN KECAMATAN TURI LAMONGAN A. Sejarah Desa .......................................................................................... 16 B. Demografi .............................................................................................. 18 C. Keadaan Sosial ...................................................................................... 21 D. Keadaan Ekonomi ................................................................................ 29 ix BAB III HUBUNGAN ANTARA UMAT ISLAM, KRISTEN DAN HINDU DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Sejarah Agama Islam. Kristen dan Hindu di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ................................................................. 30 1. Latar Belakang Masuknya Agama : Islam, Kristen dan Hindu 30 2. Pola Interaksi Sosial : Bidang Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya dan Keagamaan .............................................................................. 35 3. Peran Pemuka Agama ................................................................... 44 B. Pertemuan Antar Agama ..................................................................... 46 BAB IV ANALISA TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Model Kerukunan Umat Beragama di Desa Balun ........................... 50 B. Pola-pola Kerukunan Umat Beragama .............................................. 51 C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kerukunan Umat Beragama ............................................................................................... 56 D. Faktor yang Berpotensi Menimbulkan Konflik ................................ 63 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 68 B. Saran-saran ........................................................................................... 69 Daftar Pustaka ...................................................................................... 71 x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, adat istiadat dan agama, sehingga bangsa Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Keragaman tersebut adalah salah satu struktur yang membentuk pola pikir masyarakat Indonesia baik itu masyarakat yang baru tumbuh atau berkembang. Bagi masyarakat yang baru tumbuh corak tersebut akan mewarnai pertumbuhan mereka untuk mencari jati diri mereka dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk tumbuh dan mempertahankan diri. Dalam hidup bermasyarakat manusia akan selalu dihadapkan pada kelompok masyarakat lain yang mempunyai masalah-masalah ataupun kepentingan kelompok mereka. Dalam menghadapi persoalan ini manusia membutuhkan sarana penunjang dalam perkembangan hidupnya untuk mempertahankan eksistensinya. Dengan kata lain pastilah manusia membutuhkan kekuatan yang berada diluar kuasanya baik itu didalam kehidupan sosial atau spiritualnya. Dalam hal spiritual yaitu agama adalah bagian dari struktur sosial yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Agama mempengaruhi sikap-sikap praktis manusia terhadap berbagai aktifitas kehidupan sehari-hari manusia. Dalam salah satu teori sosiologi yakni teori fungsional memandang agama terkait dengan aspek pengalaman yang mentransendenkan sejumlah peristiwa eksistensi sehari-hari yakni melibatkan 1 2 kepercayaan dan tanggapan kepada sesuatu yang berada di luar jangkauan manusia. Oleh karena itu secara sosiologis, agama menjadi penting dalam kehidupan manusia ketika pengetahuan dan keahlian tidak berhasil memberikan sarana untuk melakukan adaptasi atau mekanisme yang dibutuhkan.1 Melihat begitu pentingnya agama dalam kehidupan masyarakat maka agama di Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat jelas dan konstitusional dengan dicantumkannya sebagai salah satu bab dalam UUD-1945, yaitu Bab XI. Tentang Agama yaitu pasal 29 ayat : (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 2 Selanjutnya didalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pacasila (P4) yang merupakan penetapan MPR No. II/MPR/1978, pada sila pertama dijelaskan : “Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan takwa terhadapa Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama da kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.3 Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa dalam kehidupan bermasyarakat manusia berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain. Mereka saling berhadapan dengan berbagai kelompok masyarakat yang beragama dan memiliki berbagai kepentingan masing-masing. Dalam keadaan yang seperti itulah nantinya yang akan menyebabkan integrasi dan konflik. 1 Thomas F.O’Dea, Sosiologi Agama Suatu Pengantar Awal (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995) h. 25 2 Mulyanto Sumardi, Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran (Jakarta : Penerbit Sinar Harapan, 1982) h.7 3 Ibid,. h. 7 3 Berkaitan dengan integrasi dan konflik sosial, bahwa agama dalam konteks sosial dapat menyebabkan integrasi dan konflik sosial masyarakat. Namun apabila sikap beragama disertai dengan sikap toleransi dan kesadaran akan adanya perbedaan maka akan dapat menyatukan unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menciptakan integrasi sosial. Sebaliknya perbedaan agama banyak pula yang mnimbulkan berbagai konflik sosial dan sewaktu-waktu bisa menjadi konflik nasional. Sederet kasus seperti munculnya pemberontakan-pemberontakan atas nama agama, penghancuran rumah ibadah yang masih sering terjadi, sulitnya membangun tempat ibadah tertentu dan banyak ketegangan-ketegangan yang terjadi antar umat beragama adalah bukti bahwa pemahaman terhadap agama bisa berpotensi menimbulkan konflik.4 Menurut pengamatan di lapangan, dalam kaitan dengan agama sebagai sumber konflik, kebanyakan perbedaan agama di perdesaan berpotensi rawan menimbulkan konflik, sebab pengetahuan tentang toleransi keberagamaan masih awam, rata-rata fanatisme keberagamaan orang perdesaan sangat tinggi jadi perbedaan agama dan keyakinan sangat berpengaruh terhadap aktifitas sosial mereka.5 Namun hal ini berbeda dengan keadaan masyarakat Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Desa Balun terdiri dari dua Pedukuhan atau dusun yang masyarakatnya memeluk tiga agama yakni agama Islam sebagai agama mayoritas dan dua agama lagi yakni agama Kristen Protestan dan Hindu. 4 seperti kasus pnghancuran patung bunda maria di jawa timur dan yang paling terkenal adalah konflik poso ambon yang benar-benar atas terjadi karena agama dan menelan banyak korban. 5 Asumsi ini didapat dari pengamatan penulis di beberapa desa sekitar Balun yakni desa Wates, Turi, Geger, da Kemlagi sebagai perbandingan kasus dengan sampel yang akan diteliti. 4 Kehidupan Masyarakat di Desa Balun nampak sangat damai dan rukun walaupun berbeda agama. Dalam kaitan aktifitas sosial di antara mereka tidak berbeda jauh dan berjalan dengan lancar. Pembangunan desa pun sangat lancar, contoh pembangunan fisik sarana prasarana desa seperti lapangan, perbaikan jalan kemudian gotong-royong bersih-bersih rutin yang diadakan di desa tersebut selalu diikuti setiap kepala keluarga tanpa memandang agama. Mereka semua menempatkan diri mereka sebagai warga yang memang harus mentaati peraturan dan kebijakan pemerintah desa tanpa memandang perbedaan agama. Lebih menarik lagi di desa tersebut ada satu kawasan yang disitu berdiri tiga tempat ibadah yang berbeda dan saling berdampingan. Tertarik dengan hal tersebut dan dengan ditopang oleh asumsi bahwa agama dalam konteks sosial berpotensi menimbulkan integrasi dan konflik maka penulis melakukan penelitian di desa tersebut. dengan tema penelitian: Kerukunan Umat Beragama Islam, Kristen dan Hindu di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Penelitian ini akan mengkaji seberapa besar peranan sikap keberagamaan yang mempengaruhi aktifitas sosial mereka. Selanjutnya juga akan mengkaji pengaruh sikap beragama terhadap integrasi dan konflik yang terjadi didesa tersebut serta hubungan antar umat beragama dan peran pemuka agama untuk menjaga kerukunan tersebut sebagai suatu hal yang menarik untuk diteliti. B. Batasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dan guna menjelaskan pokok permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan pembatasan masalah penelitian tentang Kerukunan Umat Beragama dan hubungan antar agama dalam hal ini Islam, 5 Kristen dan Hindu di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Penelitian ini bermaksud mengungkap sejauh mana agama mempengaruhi kehidupan masyarakat yang hidup rukun dan damai dalam satu desa dalam keadaan berbeda agama yang dianut masyarakat. Penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa sikap keberagamaan berpotensi dalam konteks sosial memunculkan konflik dan integrasi. Berdasarkan fokus di atas maka dapat dihasilkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana masyarakat Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan memahami kerukunan umat beragama? 2. Bagaimana wujud dari kerukunan umat beragama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ? 3. Bagaimana strategi para pemuka agama dalam mewujudkan integrasi dan menghindarkan konflik di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pemahaman umat beragama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan tentang proses dan pola kerukunan antar umat beragama. 2. Faktor perekat sosial yang melahirkan kerukunan umat beragama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 3. Strategi para pemuka menghindarkan konflik Lamongan agama dalam mewujudkan integrasi dan di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten 6 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Untuk menjadi sumbangan pemikiran terhadap format kerukunan umat beragama yang hidup dan berkembang di daerah perdesaan Jawa Timur 2. Untuk memenuhi persyaratan akhir memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Theologi Islam pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti pesoalan dengan fokus yang sama. 4. Sebagai khazanah pustaka pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian, penulis mencari informasi tentang judul terkait. Untuk itu maka perlu dikemukakan tulisan yang terkait dengan judul penelitian yang akan dilaksanakan. Tulisan yang serupa dengan judul penelitian tersebut diantaranya adalah: Skripsi karya Iyus Riyan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun kelulusan 2006 yang berjudul Kerukunan Umat Beragama antara Islam dan Kristen (Studi Kasus di Desa Sindang Jaya Kec. Ciranjang-Cianjur6) Skripsi ini membahas tentang kerukunan antar pemeluk dua agama yang berbeda didesa Sindang Jaya kec. Ciranjang-Cianjur. Skripsi ini menerangkan potensi sosial untuk menunjang kerukunan beragama. Perbedaan mendasar dari skripsi ini dan penelitian yang akan dilakukan adalah pertama tempat penelitian, perbedaan tempat penelitian ini sangat berpengaruh kepada hasil penelitian karena perbedaan tempat 6 Iyus Riyan , Skripsi Kerukunan Umat Beragama Antara Islam dan Kristen (Studi Kasus: di Desa Sindang Jaya ec. Ciranjang-Cianjur) ( Jakarta : fak Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006) 7 akan memungkinkan perbedaan karakter serta adat dan kebiasaan penduduk. Selanjutnya jika penelitian yang lalu terdapat dua agama yang menjadi obyek penelitian maka penelitian yang dilaksanakan terdapat tiga agama yakni Islam, Kristen dan Hindu. Selanjutnya fokus penelitian yang lalu terletak pada seberapa besar pengaruh aktifitas sosial terhadap agama maka penelitian yang akan dilakukan berfokus pada seberapa besar pengaruh agama terhadap kehidupan sosial masyarakat. Artinya pengaruh apakah sikap keberagamaan masih punya di kalangan masyarakat. Literatur yang kedua adalah skripsi karya Ibnu Solihin yang berjudul Kerukunan Hidup Umat Beragama di Sekolah (Studi kasus di SMK Yadika 5 Pondok Aren)7 Dalam skripsi ini penulisnya menggambarkan pembinaan kerukunan hidup beragama di sekolah sebagai lembaga pendidikan serta gambaran kerukunan yang dicapai. Perbedaan yang mendasar dari skripsi ini dan penelitian yang penulis lakukan adalah berkaitan dengan tempat penelitian. Peneliti yang lalu menggunakan sekolah serta warga sekolahnya sebagai populasi penelitian sedangkan penulis melakukan penelitian dengan populasi masyarakat di suatu desa yang menyangkut berbagai kegiatan aspek sosial. Kemudian literatur ketiga adalah skripsi karya Isa Farhani yang berjudul Kerukunan antar Umat Beragama di Kota Yogyakarta8dalam skripsi ini penulis meneliti tentang hubungan antar umat beragama di kota Yogyakarta, perbedaan yang mendasar dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah tempat penelitian. 7 Penulis akan melengkapi penelitian ini dengan meneliti pengaruh Ibnu Sholihin, Skripsi Kerukunan Hidup Umat Beragama di Sekolah (Studi Kasus di SMK Yadika 5 Pondok Aren) (Jakarta : Fak. Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 8 Isa Farhani, Skripsi Kerukunan antar Umat Beragama di Kota Yogyakarta (Yogyakarta : Fak. Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) 8 agama terhadap integrasi dan konflik didesa tersebut dan akan meneliti berbagai aspek utamanya khususnya di bidang sosial dimana agama sangat berpengaruh. F. Kerangka Teori Dalam menelaah permasalahan diatas tidak hanya diselesaikan dengan pemikiran saja, melainkan harus dianalisis dengan landasan teori, sehingga dapat terwujud karya ilmiah yang memiliki bobot keilmuan. Dalam penelitian ini fokusnya adalah : Kerukunan Antar Umat Beragama. Inti dari teori tersebut dapat dipakai untuk memahami dan mengungkapkan secara sistematis mengenai obyek yang akan diteliti. Penjabaran teori dari tema tersebut adalah sebagai berikut: Secara etimologis kata kerukunan pada mulanya adalah bahasa arab, yaitu : “ruknun” yang berarti tiang, dasar, sila. Jamak dari ruknun adalah arkan artinya bangunan sederhana ynag terdiri dari berbagai unsur. Dari kata arkan diperoleh pengertian bahwa kerukunan merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur yang berlainan dan setiap unsur tersebut saling menguatkan. Kesatuan tidak dapat terwujud jika ada diantara unsur tersebut yang tidak berfungsi.9 Kemudian arti kerukunan juga bisa diuraikan sebagai berikut: Rukun (n-nomina) : (1) sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan.(2) asas, berarti : dasar, sendi : semuanya terlaksana dengan baik tidak menyimpang dari rukunnya. Rukun (A-jektiva) berarti : (1) baik dan damai, tidak bertentangan. (2) menjadikan bersatu hati, bersepakat. Merukunkan berarti mendamaikan dan 9 Munawar Khalil, Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Dan Lihat pula, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) h. 658 9 menjadikan bersatu hati. Kerukunan : (1) prihal hidup rukun; (2) Rasa Rukun ; Kesepakatan : kerukunan hidup bersama.10 Sedangkan Kerukunan secara terminologi atau secara istilah sehari-hari kata rukun dan kerukunan adalah damai yang umum dipakai dalam kerukuan. Bila kata kerukunan ini dipergunakan dalam konteks yang lebih luas seperti antar golongan atau antar bangsa, pengertian rukun atau damai ditafsirkan menurut tujuan, kepentingan dan kebutuhan masing-masing sehingga dapat disebut kerukunan semu atau kerukunan sementara. Kemudian ada juga yang disebut kerukunan hakiki yakni kerukunan yang didorong oleh kesadaran bersama terhadap dasar ajaran agama yang diyakini dan hasrat bersama demi kepentingan bersama. Jadi kerukunan hakiki adalah kerukunan murni, mempunyai nilai dan harga yang tinggi dan bebas dari segala pengaruh dan hipokrisi.11 Selain kata rukun perlu juga diuraikan tentang agama. Agama dalam bahasa sansekerta berasal dari “a” yang berarti kesini dan “Gam: gaan, go, gehen” yang berarti berjalan-jalan. Sehingga dapat berarti peraturan-peraturan tradisional, ajaran, kumpulan hukum-hukum, pendeknya apa saja yang turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan.12 Kemudian menurut Prof. KHM. Taib Thahir Abdul Muin agama adalah suatu peraturan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal, memegang 10 Departemen Agama RI, Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama, edisi Ketujuh, h. 5-6 11 Said Aqil Husain Al Munawwar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Jakarta: Penerbit Ciputat Press, 2005) h. 4-5 12 Drs. Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996) h.1-2 10 peraturan tuhan dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan kelak diakhirat.13 Kemudian konsep agama menurut Joachim Wach, agama menurut Dia menerapkan seluruh kecakapan Praktis yang dia miliki, dan baginya agama adalah perbuatan manusia yang paling mulia dalam kaitannya dengan tuhan Yang Maha Pencipta, kepadanyalah manusia memberikan kepercayaan dan keterikatan yang sesungguhnya.14 Dari pengertian agama tersebut maka dapat diartikan bahwa umat beragama adalah seseorang atau kelompok yang menjalankan aturan-aturan agama yang dianutnya. Jadi kerukunan antar umat beragama berarti perihal hidup rukun yaitu hidup dalam suasana baik dan damai, tidak bertengkar; bersatu hati dan bersepakat antar umat yang berbeda-beda agamanya atau antara umat dalam satu agama.15 Namun Kerukunan umat beragama ini telah menyangkut kepada akidah masing-masing individu apakah dengan kerukunan antar umat ini akidah individu menjadi terganggu maka perlu dijelaskan bagaimana wujud akidah secara pribadi dan bagaimana pula beragama dalam hubungan kemasyarakatan (inklusif). Aqidah atau yang disebut iman berarti kepercayaan dalam semua agama terdapat kepercayaan, doktrin kebenaran dan keselamatan, wujud akidah secara eksklusif adalah kepercayaan akan kebenaran tertentu yang hanya diyakini oleh agama tertentu. seperti keyakinan iman Kristiani tentang trinitas yang hanya diakui 13 Ibid, h. 3-4 Joseph M. Kitagawa, Ilmu Perbandingan Agama inti dan bentuk Pengalaman Keagamaan Joachim Wach (Jakarta: CV. Rajawali, 1894) h. xxxix 15 Departemen Agama RI, Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama, edisi Ketujuh, h. 6 14 11 oleh umat Kristiani, umat agama lain tidak mungkin mengakui kebenaran trinitas namun trinitas merupakan doktrin yang bersifat fundamental bagi umat kristiani.16 Selain wujud akidah secara eksklusif perlu juga diterangkan mengenai pemahaman beragama secara inklusif. Pemikiran inklusif atau bisa juga dikatakan pemikiran beragama yang toleran adalah sebuah pemikiran yang merambah segala budaya (multiculturalism); sensitif terhadap keragaman, mengakui keragaman, tidak bersifat mengadili (judgmental); dan tidak bersifat menekan pada hal-hal yang dianggap berbeda termasuk dalam agama.17 Dalam hubungan bermasyarakat yang terdiri dari beragam pemeluk agama pemahaman yang bersifat inklusif ini sangat diperlukan untuk tetap menjaga kerkunan umat beragama. G. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan atau studi kasus dengan tema Kerukunan Antar Umat Beragama. 2. Jenis Data Untuk melakukan penelitian tersebut maka penulis mengumpulkan data primer dan sekunder yang sesuai dengan tema penelitian. Sumber Data Berdasarkan jenis data yang ditentukan sebelumnya maka dalam penelitian ini sumber data berasal dari sumber primer dan sekunder. Sumber Primer artinya data yang didapat dari sumber pertama, seperti wawancara kepada seseorang 16 M. Dawam Rahardjo, Kliping : Mengapa Semua agama it Benar?, Diakses dari http://www.islamlib.com/ pada 01 September 2014 17 Departemen Agama RI, Riuh Beranda Satu Peta Kerukunan Umat Beraga di Indonesia, Seri II, (Jakarta : Puslitbang Kehidupan Beragama, 2003) h.37 12 atau pengamatan peneliti langsung pada obyek penelitian. Sumber sekunder artinya data-data yang diperoleh dari hasil penelitian orang lain yang sudah diolah menjadi data-data, buku, koran, majalah dan lain-lain. Atau juga pandangan, komentar orang di luar lokasi penelitian tentang kondisi masyarakat di Desa Balun Lamongan. 3. Tehnik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini ada beberapa tehnik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data, diataranya yaitu: a. Tehnik Wawancara Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara atau peneliti dengan responden. Peneliti melakukan wawancara dengan responden ditempat penelitian yakni Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan. Dengan tehnik wawancara ini peneliti akan memperoleh data yang bersifat fakta. Peneliti melakukan wawancara terhadap warga Desa Balun diantaranya beberapa perangkat desa, Pemuka agama, dan masyarakat umum yang sudah dianggap mewakili pemikiran Masyarakt desa Balun. b. Tehnik Observasi Observasi merupakan salah satu tehnik pengumpulan data yang menggunakan pertolongan indra mata. Tehnik ini bertujuan untuk lebih mendalami situasi sosial sebagaimana yang diperoleh lewat wawancara, mengukur kebenaran jawaban pada wawancara dan untuk memperoleh data yang tidak bisa didapatkan dengan wawancara atau yang lainnya. 4. Langkah-langkah pengumpulan data 13 Untuk mendapatkan data yang diperlukan, penulis mengambil langkah-langkah sebagai berikut: a. Tempat penelitian Lokasi penelitan ini di Desa Balun Kec. Turi Kab. Lamongan. Balun adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Lamongan bagian tengah tepatnya Kecamatan Turi yang hanya berjarak 6 km dari ibu kota kecamatan dan 4 km dari ibu kota kabupaten. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan peduduknya menganut beberapa agama yakni agama Islam. Kristen dan Hindu. b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan antara bulan Maret sampai bulan Oktober 2014 5. Pendekatan Ada beberapa Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini, pendekatanpendekatan tersebut adalah sbagai berikut: a. Pendekatan Fenomenologi Dengan pendekatan ini peneliti dapat mengetahui fenomena-fenomena keagamaan serta realitas-realitas yang terjadi di masyarakat. b. Pendekatan Sosiologis Dengan pndekatan ini peneliti bisa mengetahui hubungan sosial kemasyarakatan antar pemeluk agama. Bagaimana mereka saling mempengaruhi dalam hidup bermasyarakat. Dan untuk mengetahui proses sosial yang terjadi di kalangan umat yang berbeda beragama baik di dalam acara internal kelompok maupun antar kelompok. 14 c. Pendekatan Historis Selain dua pendekatan diatas, dalam penelitian ini juga digunakan pendekatan historis unuk mengetahui alur sejarah dan lain-lain sebagai pelengkap data penelitian. 6. Teknik Analisa Data Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan maka teknik analisa data yang akan digunakan oleh penulis adalah analisis kualitatif.18 Penulis akan berusaha menggabungkan data-data serta menafsirkan data untuk menjelaskan pola kerukunan umat beragama di lokasi penelitian. 7. Panduan Penulisan Skripsi ini menggunakan pedoman penulisan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. H. Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab, dengan uraian sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metodolgi penelitian dan diakhiri dengan sistematika penulisan. BAB II: GAMBARAN UMUM DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 18 Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, cet 8 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994) h. 269 15 Bab ini merupakan gambaran umum tempat penelitian yang meliputi sejarah desa letak geografis, kependudukan, struktur sosial budaya dan ekonomi serta agama. BAB III HUBUNGAN ANTARA UMAT ISLAM, KRISTEN DAN HINDU DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN Bab ini adalah penelitian lapangan Hubungan Antara Umat Islam, Kristen dan Hindu di Desa Balun kecamatan Turi Kabupaten Lamongan dan pertemuan antar agama didesa tersebut. Bab ini berisi tentang data lapangan berupa latar belakang masuknya agama-agama, pola interaksi sosial masyarakat Desa Balun terutama dalam kehidupan yang berkaitan upacara keagamaan dan kehidupan sehari-hari. BAB IV ANALISA TENTANG KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KBAUPATEN LAMONGAN. Bab ini berisi tentang analisa tentang kerukunan antar umat beragama di Desa Balun Kecamatan Turi Kabaupaten Lamongan .Analisa ini terkait (1) apakah model kerukunan yang mereka lakukan bersifat ideal, permanen atau hanya sewaktu saja (2) apa faktor yang merekat kesatuan masyarakat sehingga mereka dapat mengabaikan kecenderungan terjadinya konflik (3) bagaimana tingkat wawasan pemuka agama terhadap ajaran agamanya dan ajaran agama orang lain (4) hal-hal yang menjadi pemicu terjadinya konflik. BAB V PENUTUP Bab ini adalah penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. BAB II GAMBARAN UMUM DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Sejarah Desa Balun, adalah nama salah satu desa di kecamatan Turi Kabupaten Lamongan, konon nama Balun diambil dari nama sesepuh desa yang bernama Mbah Alun. Menurut ahli sejarah, Mbah Alun bernama asli Sunan Tawang Alun I merupakan Keturunan Raja Blambangan yang bergelar Bdande1 Sakte Breau Sin Arih. Menurut buku Babad Sembar, beliau adalah anak dari Minak Lupat yang merupakan keturunan Lembu Miruda dari Majapahit (Brawijaya).2 Seiring dengan perkembangan waktu terjadi pereduksian nama dari Sunan Tawang Alun I menjadi Mbah Alun kemudian orang Jawa memanggil Mbalun dan akhirnya menjadi Balun. Sementara gelar Bdande Sakte Breau Sin Arih menjadi Mbah Sin Arih yang kemudian populer dengan sebutan Mbah Sinari. Konon bersama-sama dengan Mbah Lamong, Mbah Sabilan dan lainnya, Mbah Alun adalah bagian dari sejarah berdirinya Kota Lamongan. Hal ini dibuktikan dengan masuknya situs Makam Mbah Alun dalam daftar makam bersejarah yang rutin dikunjungi oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan pada saat peringatan Hari Jadi Kota Lamongan. Makam Mbah Alun/ Mbah Sinari berada di tempat Makam Islam Desa Balun dan sampai sekarang masih menjadi ikon yang dimulyakan dan diziarahi oleh penduduk desa Balun dan sekitarnya. 1 Gelar Bdande ini adalah gelar untuk pendeta Hindu zaman kerajaan Brawijaya karena konon Mbah Alun adalah pendeta Hindu sebelum beliau masuk Islam (Wawancara dengan Bapak Adi Wiyono Pemuka agama Hindu didesa Balun) 2 “Profil Desa Balun” diakses pada 06 Mei 2014 dari http://lamongankab.go.id/instansi/turi/2013/10/16/profil-desa/ 16 17 Penetapan berdirinya Desa Balun sampai sekarang masih menjadi misteri. Demikian juga proses heterogenitas masyarakat di desa Balun juga tidak ada panduan sejarah baik lisan maupun tertulis yang bisa dipertanggungjawabkan. Namun demikian kondisi masyarakat yang heterogen tersebut merupakan keistimewaan yang tidak dapat dijumpai di desa-desa lain sehingga desa Balun dijuluki Desa Pancasila dimana kemajemukan agama dan tempat ibadah yang ada dapat hidup rukun dan damai.3 Julukan desa Pancasila ini sudah sepantasnya disandang oleh Desa balun karena keharmonisan hubungan antar pemeluk agama dan sikap toleransi keberagamaan yang tercipta didesa tersebut sehingga dapat terbina kerukunan hidup antar pemeluk agama. Sikap Toleransi, saling menghormati antar pemeluk agama, keharmonisan hubungan antar agama dan kerukunan yang tercipta di Desa tersebut sesuai dengan Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 Tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa) Pada Sila Pertama yakni : “ Dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Ynag Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Didalam kehidupan masyarakat Indonesia dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk-pemeluk agama dan penganutpenganut kepercayaan yang berbeda-beda. Sehingga dapat selalu dibina kerukunan 3 “Profil Desa Balun” diakses pada 06 Mei 2014 dari http://lamongankab.go.id/instansi/turi/2013/10/16/profil-desa/ 18 hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yanga Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya, maka dikembangkanlah sikap saling meghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya dan tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaannya itu kepada orang lain.”4 B. Demografi 1. Kondisi Geografis Desa Balun masuk pada wilayah Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur. Luas wilayah Desa Balun sekitar 621,103 ha terdiri dari pemukiman umum seluas 22,85 ha, sawah tambak seluas 491,433 ha dan ladang/ tegalan seluas 88, 65 ha. Batas wilayah desa balun adalah : Sebelah utara Sebelah Timur : berbatasan dengan desa Ngujungrejo Kecamatan Turi : berbatasan dengan desa Gedongboyo Untung Kecamatan Turi Sebelah selatan : berbatasan dengan Kelurahan Sukorejo Kecamatan Lamongan Sebelah barat : berbatasan dengan desa Tambakploso Kecamatan Turi. Jarak tempuh Desa Balun ke ibu kota kecamatan berkisar 6 km, sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 4 km. 5 Walaupun desa ini tidak jauh dari pusat kota tetapi desa ini tegolong masih tertinggal dibidang pendidikan. Fasilitas pendidikan didesa ini hanya jenjang SD/MI sehingga jika 4 Naskah TAP MPR No. II/MPR/1978 diakses pada 10 Mei 2014 dari http://www.tatanusa.co.id/tapmpr/78TAPMPR-II.pdf 5 Dokumen Profil desa Balun 19 ingin meneruskan jenjang pendidikan yang lebih tinggi masyarakat harus rela merantau keluar dari desa. Selain pendidikan, fasilitas lain seperti tempat ibadah, jalanan umum pasar dan lain-lain sudah hampir menyamai pusat kota. Sehingga kehidupan mereka sehari-hari tidak jauh beda dengan orang yang tinggal di pusat kota. Di antara anak-anak muda bahkan perangkat desa juga telah banyak yang menggunakan fasilitas handphone. Begitu juga bangunan rumah-rumah, tempat ibadah yang tampak telah moderen. Disini menjadi petunjuk bahwa masyarakat desa Balun tergolong sudah moderen dan bisa mengikuti perkembangan zaman. 2. Kondisi Hidrologi Desa Balun dilewati 2 sungai besar yaitu Kali Mengkuli dan Kali Plalangan serta dibelah sungai kecil bernama Kali Ulo. Kondisi hidrologi ditentukan oleh 3 telaga sebagai mata air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ketinggian desa Balun relatif datar, namun demikian terjadi kemiringan yakni bagian antara Kali Ulo sampai Kali Mengkuli ke timur merupakan merupakan tegalan, pekarangan dan tambak musiman. Sementara antara Kali Ulo dan Kali Plalangan adalah dataran rendah merupakan tambak tahunan. Dengan begitu banyaknya ketersediaan air maka masyarakat desa tidak susah payah untuk mendapatkan air sebagai penunjang utama pertanian atau tambak. Hanya tidak seperti subak di Bali yang memelihara pengairan secara bersama-sama untuk kepentingan pertanian namun kerjasama yang terjadi 20 dalam masyarakat dalam bidang ini adalah pada alat pengambil air yang di desa tersebut disebut dessel. Dessel adalah alat penyedot air dari sumber air yang disalurkan melalui pipa guna mengairi sawah atau pertambakan penduduk. Di desa Balun ini sebenarnya alat itu telah disediakan oleh Kelompok Tani desa Balun untuk dipinjamkan kepada penduduk setempat. namun karena alat yang disediakan kelompok tani terbatas mereka lebih memeilih untuk meminjam kepada tetangganya yang memiliki alat tersebut. Disini pemanfaatan Dessellah yang memiliki peran penting untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial mereka. Secara umum wilayah desa Balun merupakan wilayah rawan banjir. Hal ini karena diapit oleh sungai yang menghubungkan bengawan jero sehingga apabila luapan bengawan solo sampai masuk pada wilayah bengawan jero maka luapan air tersebut akan masuk Desa Balun baik melalui Kali Mengkuli maupun Kali Plalangan. Wilayah peta bencana di Desa Balun sebagian besar berada di dataran rendah sepanjang bantaran Kali Plalangan. Kondisi Dusun Ngangkrik yang berada di bibir Kali Plalangan merupakan wilayah peka bencana paling tinggi mengingat kondisi kali tersebut mengalami penyempitan pada daerah hilir.6 Mengingat kondisi bencana yang mudah datang di tempat itu maka hal ini menuntut masyarakat untuk selalu bekerjasama. Ketika banjir datang maka masyarakat selalu membantu sesama yang membutuhkan, dengan menyediakan rumah-rumah mereka siap menampung tetangga yang rumahnya terkena banjir tanpa memanndang agama. Banyak warga Desa Balun yang berbeda agama 6 “Profil Desa Balun” diakses pada 06 Mei 2014 dari http://lamongankab.go.id/instansi/turi/2013/10/16/profil-desa/ 21 dalam satu keluarga. Tetapi walaupun tidak ada ikatan keluarga rumah-rumah mereka saling berdampingan walaupun agamanya berbeda. Jika bencana datang maka mereka akan saling membantu. Hal inilah yang menunjukkan bahwa seringnya datang bencana banjir sebagai faktor yang ikut mendorong terjadinya integrasi sosial. C. Keadaan Sosial 1. Kependudukan Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2013, jumlah penduduk Desa Balun adalah 4.703 jiwa yang terdiri dari 2.308 jiwa laki-laki dan 2.395 jiwa perempuan dengan 1.131 KK. Dengan luas wilayah hunian 22.85 ha, maka kepadatan penduduk pada tahun 2010 mencapai 780 jiwa/ ha. Dari jumlah 1.131 KK, terdapat 518 KK Pra Sejahtera dan KK Sejahtera I/II, 516 KK Sejahtera III dan 97 KK Sejahtera III plus. Jumlah Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang mencapai 488 KK/ sekitar 2.880 jiwa merupakan penduduk miskin yang mencapai .61,23 % dari penduduk desa Balun. Usia produktif (15 th-55 th) sebesar 2.359 jiwa dan usia non produktif (< 15 th dan > 55 th) sebesar 2.344 jiwa. Besarnya usia produktif merupakan potensi berharga bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.7 (lihat tabel 1) 7 “Profil Desa Balun” diakses pada 06 Mei 2014 dari http://lamongankab.go.id/instansi/turi/2013/10/16/profil-desa/ 22 Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia No Usia Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase 1 0-4 164 172 336 jiwa 7,14% 2 5-9 172 178 350 jiwa 7,44% 3 10-14 155 168 323 jiwa 6,87% 4 15-19 176 170 346 jiwa 7,36 % 5 20-24 149 159 308 jiwa 6,55% 6 25-29 137 148 285 jiwa 6,06% 7 30-34 141 145 286 jiwa 6,08% 8 35-39 133 144 277 jiwa 5,89% 9 40-44 134 147 281 jiwa 5,97% 10 45-49 134 130 264 jiwa 5,61% 11 50-54 127 135 312 jiwa 5,57% 12 55-58 99 98 197 jiwa 4,19% 13 >58 587 601 1.183 jiwa 25,26% 2.395 4.703 jiwa 100,00% Jumlah Total 2.308 Menyangkut semangat kerukunan didesa tersebut sebenarnya tidak ada perbedaan antara masyarakat sejahtera dan pra sejahtera, mereka saling menghormati dan menjalankan aktfitas sosial sebagaimana mestinya. Di desa tersebut kerukunan tidak dibangun berdasar stratifikasi sosial namun atas doronganr kesadaran masyarakat yang memang ingin hidup rukun. 23 2. Agama dan Budaya Agama adalah kepercayaan atau ajaran yang dianut seseorang. Di Desa Balun terdapat 3 agama yang dianut oleh penduduk setempat yaitu agama Islam dengan jumlah penganut 3.807 jiwa, Kristen Protestan dengan jumlah penganut 612 jiwa dan agama Hindu dengan jumlah penganut 284 jiwa. Dengan sarana ibadah sebagai berikut Masjid 2 buah, Gereja 1 buah dan Pura 1 buah serta beberapa fasilitas ibadah yang lain seperti Pondok Pesantren dan musholah-musholah. Kebudayaan yang ada mencakup perkumpulan seni tradisional dan modern yang tumbuh secara mandiri melalui kelompok-kelompok lingkungan, keagamaan, kepemudaan dan lain-lain. Satu keistimewaan aset budaya di desa Balun adalah adanya Makam Mbah Alun yang merupakan bagian dari aset budaya pemerintah Kabupaten Lamongan. Intensitas peziarah pada hari Jum’at Kliwon cukup tinggi sehingga dapat dikelola dan menghasilkan pendapatan asli desa. Peziarah tidak hanya datang dari penduduk desa Balun melainkan penduduk di luar desa Balun bahkan sampai dari luar Kabupaten Lamongan. Memang budaya ziarah kubur dan mempercayai hal-hal mistis sebagai tradisi pada sebagian besar masyarakat Jawa sangat kuat sehingga hal itulah yang mungkin menyebabkan banyaknya para peziarah yang datang ke makam Mbah Alun tersebut. Pada masa hidupnya konon Mbah Alun merupakan pendiri sekaligus pembawah agama Islam di desa Balun dikenal sebagai orang yang ramah, dan sangat toleran.8Beliau mengajarkan agama islam dengan damai dan 8 Sejarah Balun diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Balun,_Turi,_Lamongan pada 15 agustus 2014 24 mengajarkan toleransi dan membinah kerukunan antar sesama. Dari situlah ada kemungkinan bahwa ziarah makam mbah Alun adalah salah satu bentuk aktifitas yang dapat menumbuhkan kesadaran spiritual masyarakat khususnya Islam untuk selalu menjaga kerukunan dan toleransi antar sesama manusia. Karena ketika ziarah tentunya kita akan ingat jasa-jasa beliau dan bagaimana sikap beliau ketika masih hidup. Islam sebagai agama mayoritas tidak pernah mempersoalkan kehadiran dua agama yang datang ke balun yakni agama Kristen dan Hindu begitu juga sebaliknya Kristen dan Hindu bisa saling menghormati dan menghargai. 3. Pendidikan Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat sumber daya manusia yang dapat berpengaruh dalam jangka panjang sebagai penguatan wawasan masyarakat dan kemudian membawa pengaruh pada peningkatan perekonomian. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak terjadinya pencerahan masyarakat yang pada gilirannya akan mendorong tumbuhnya ketrampilan kewirausahaan dan lapangan kerja baru, sehingga akan membantu program pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Secara umum tingkat pendidikan rata-rata masih rendah, walaupun penduduk yang buta aksara sudah tidak ada namun masih banyak penduduk yang tidak tamat SD/MI, yakni mencapai 80 jiwa. Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Desa Balun diantaranya Program Kejar Paket B yang telah berhasil meluluskan 24 orang. Peningkatan fasilitas pendidikan dengan pembangunan 25 gedung baru, bantuan dana operasional dan pemberian tunjangan guru harus tetap diprioritaskan.9(lihat Tabel : 2 ) Tabel 2 Tamatan Sekolah Masyarakat No Keterangan Jumlah Prosentase 1 Buta Huruf Usia 10 tahun ke atas - 0% 2 Usia Pra-Sekolah 336 7,14 % 3 Tidak Tamat SD 80 1,7 % 4 Tamat Sekolah SD 1.417 30,13 % 5 Tamat Sekolah SMP 1.328 28,23 % 6 Tamat Sekolah SMA 1.420 30,2 % 7 Tamat Sekolah PT/ Akademi 122 2,6 % 4.703 100 % Jumlah Total Rendahnya kualitas tingkat pendidikan tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan yang ada, di samping tentu masalah ekonomi dan pandangan hidup masyarakat. Sarana pendidikan di Desa Balun baru tersedia di tingkat pendidikan dasar (SD/MI), sementara untuk pendidikan tingkat menengah ke atas berada di ibu kota kecamatan dan kabupaten. Sehingga untuk melanjutkan jenjang pendidikan dari SD/MI ke jenjang yang lebih tinggi warga desa Balun harus keluar dari desa. 9 “Profil Desa Balun” diakses pada 06 Mei 2014 dari http://lamongankab.go.id/instansi/turi/2013/10/16/profil-desa/ 26 4. Kesehatan Masalah pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan hal yang penting bagi peningkatan kualitas masyarakat ke depan. Masyarakat akan produktif apabila didukung oleh pelayanan kesehatan. Fasilitas kesehatan di Desa Balun terdapat 1 buah balai pengobatan desa/ Polindes serta terdapat 4 buah Posyandu bagi penduduk usia balita dan pelayanan KB dengan seorang tenaga bidan desa dan dibantu kader-kader kesehatan dari PKK. Tidak Jauh dari desa Balun juga terdapat Rumah sakit besar yakni RSM Lamongan. Sebenarnya tenaga kesehatan di desa balun cukup banyak, akan tetapi hambatan birokrasi yang menyebabkan mereka tidak terjangkau dalam program kesehatan pemerintah dan cenderung membuka pelayanan kesehatan secara pribadi. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan keluarga sehat dapat dilihat dari peserta KB aktif tahun 2010 di Desa Balun berjumlah 948 pasangan usia subur. Sedangkan jumlah bayi yang diimunisasikan dengan Polio dan DPT-1 berjumlah 148 bayi. Tingkat partisipasi demikian ini relatif tinggi walaupun masih bisa dimaksimalkan mengingat cukup tersedianya fasilitas kesehatan disamping jarak tempuh desa Balun dengan Rumah Sakit pemerintah dan swasta cukup dekat. Fasilitas kesehatan desa memang tidak berada ditengah-tengah desa tetapi jika diukur dari rumah-rumah penduduk yang paling jauh masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki sehingga penduduk tidak harus bersusah payah untuk berobat. Adanya progran Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (ASKESKIN) cukup membantu peningkatan dan pelayanan kesehatan. Pada 27 tahun 2010 terdapat 440 penduduk yang memperoleh jaminan kesehatan melalui Askeskin.10 5. Ketenagakerjaan Sebagian besar penduduk desa balun bekerja pada sektor pertanian sebagai petani tambak. Selain petani lapangan kerja yang dominan bagi penduduk desa balun adalah wiraswasta dengan pasar-pasar tradisional sebagai akses usaha. Dalam skala kecil sebaian penduduk bekerja sebagai pegawai negeri sipil, anggota TNI dan Polri, serta usaha mandiri. (lihat tabel 3) Tabel 3 Mata Pencaharian Penduduk No Keterangan Jumlah Prosentase 1 Petani 1.560 66,13 % 2 Wiraswasta/ peg. 480 20,35 % Swasta 3 PNS/ TNI-POLRI/Peg. 122 5,17 % Desa 4 Lain-lain/ pencari kerja Jumlah Total 197 8,35 % 2.359 100,00 % Dari jumlah usia produktif 2.359 jiwa terdapat penduduk yang masih dalam proses pencari kerja dan pangangguran sebanyak 128 jiwa. 10 “Profil Desa Balun” diakses pada 06 Mei 2014 dari http://lamongankab.go.id/instansi/turi/2013/10/16/profil-desa/ 28 6. Kepemudaan dan Olahraga Untuk mendorong pemuda lebih aktif berpartisipasi dalam pembangunan desa, terdapat organisasi kepemudaan Karang Taruna yang dibentuk oleh pemerintah desa dan organisasi kepemudaan yang dibentuk lembaga keagamaan yang ada di desa balun. Maskot olahraga di desa balun adalah Persatuan Sepak Bola Balun (PERSEBA) yang ditunjang dengan pembinaan-pembinaan Sekolah Sepak Bola (SSB) yang berdiri di lingkungan Karang Taruna dan lembaga-lembaga pendidikan. Ada juga Persatuan-persatuan Pencak silat yang dirintis oleh para peuda setempat. D. Keadaan Ekonomi 1. Pertanian dan Perikanan Kondisi perekonomian desa Balun masih didominasi oleh sektor pertanian dengan produksi utama berupa Ikan dan padi. Dalam kurun wktu 5 tahun terakhir terjadi pergeseran komuditas perikanan dari ikan bandeng ke budidaya udang vanamie. Dengan pola standar ikan-ikan-padi sektor inilah yang menjadi pondasi perekonomian desa Balun. 2. Industri, Perdagangan dan Koperasi Kondisi perindustrian di desa balun masih mengarah pada industri rumah tangga dan perdagangan perumahan secara pribadi. Namun sektor ini mampu 29 menjadi siklus pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain usaha huler, benih ikan dan padi, perdagangan sembako dan lain sebagainya.11 Kondisi yang demikian menuntut warga untuk bekerjasama demi pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan sosial mereka. Walaupun mereka berbeda agama tapi aktifitas sosial yang menyangkut perekonomian mereka tetap harus berjalan demi pemenuhan kebutuhan mereka untuk itu membina kerkunan antar umat beragama harus dibina dan dibudayakan, kesadaran akan perbedaan harus ditumbuhkan agar peredaan tersebut tidak mengganggu kesejahteraan sosial mereka. 11 “Profil Desa Balun” diakses pada http://lamongankab.go.id/instansi/turi/2013/10/16/profil-desa/ 06 Mei 2014 dari BAB III HUBUNGAN ANTARA UMAT ISLAM, KRISTEN DAN HINDU DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Sejarah Agama Islam, Kristen Dan Hindu Di Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 1. Latar Belakang Masuknya Agama : Islam, Kristen, Hindu a. Agama Islam Masuknya Agama Islam ke Desa Balun tidak luput dari sejarah berdirinya kota Lamongan dan terbentuknya desa Balun. Desa Balun merupakan salah satu desa tua yang sarat dengan berbagai nilai kesejarahan, termasuk penyebaran Islam oleh para santri murid Walisongo yang kemudian terkait dengan sejarah hari jadi Kota Lamongan. Di mana kata Balun berasal dari nama “Mbah Alun” seorang tokoh yang mengabdi dan berperan besar terhadap terbentuknya Desa Balun sejak tahun 1600-an.1 Mbah Alun yang dikenal sebagai Sunan Tawang Alun I atau Mbah Sin Arih konon adalah Raja Blambangan bernama Bedande Sakte Bhreau Arih yang bergelar Raja Tawang Alun I yang lahir di Lumajang tahun 1574. Dia merupakan anak dari Minak Lumpat yang menurut buku babat sembar adalah keturunan Lembu Miruda dari Majapahit (Brawijaya). Mbah Alun belajar mengaji di bawah asuhan Sunan Giri IV (Sunan Prapen). Selesai mengaji beliau kembali ke tempat 1 Sejarah Balun diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Balun,_Turi,_Lamongan pada 15 agustus 2014 30 31 asalnya untuk menyiarkan agama Islam sebelum diangkat menjadi Raja Blambangan. Selama pemerintahannya (tahun 1633-1639) Blambangan mendapatkan serangan dari Mataram dan Belanda hingga kedaton Blambangan hancur. Saat itu Sunan Tawang Alun melarikan diri ke arah barat menuju Brondong untuk mencari perlindungan dari anaknya yaitu Ki Lanang Dhangiran (Sunan Brondong), lalu diberi tempat di desa kuno bernama Candipari (kini menjadi desa Balun) untuk bersembunyi dari kejaran musuh. Disinilah Sunan Tawang Alun I mulai mengajar mengaji dan menyiarkan ajaran Islam sampai wafat Tahun 1654 berusia 80 tahun sebagai seorang Waliyullah. Sebagai upaya menyembunyikan identitasnya sebagai raja, maka beliau lebih dikenal sebagai seorang ulama dengan sebutan Raden Alun atau Sin Arih. Sunan Tawang Alun I sebagai ulama hasil gemblengan Pesantren Giri Kedaton ini menguasai ilmu laduni, fiqh, tafsir, syariat dan tasawuf. Sehingga dalam dirinya dikenal tegas, kesatria, cerdas, alim, arif, persuasif, dan yang lebih terkenal adalah sifat toleransinya terhadap orang lain, terhadap budaya lokal dan penganut agama lain. Desa tempat makam Mbah Alun ini kemudian disebut Desa Mbah Alun dan kini Menjadi Desa Balun, Kecamatan Turi. Makamnya sampai sekarang masih banyak di ziarahi oleh orang-orang dari daerah lain, apalagi bila hari Jum’at kliwon banyak sekali rombongan-rombongan peziarah yang datang ke Desa Balun.2 2 “Profil Desa Balun” diakses pada 06 Mei 2014 dari http://lamongankab.go.id/instansi/turi/2013/10/16/profil-desa/ 32 b. Agama Kristen Sejak dulu desa Balun adalah desa yang tenang dan damai, berbagai kebudayaan masuk dengan cara halus begitu juga agama, selain Agama Islam terdapat Agama Kristen yang tumbuh subur di Desa Balun. Awal Masuk agama Kristen didesa Balun menurut bapak Suwito dibawa dan disebarkan oleh warga asli pribumi bernama Badhi yang waktu itu menjabat sebagai Kepala Desa. Beliau mendapat ajaran agama Kristen dari luar Desa Balun. Awal mula berkembangnya agama Kristen adalah dari rumah Badhi. Badhi adalah warga asli desa Blun yang berprofesi sebagai tentara, Ia memperoleh ajaran agama Kristen dari perantauannya di Irian Jaya. Sebelum memeluk agama Kristen Ia memeluk kepercayaan kejawen sebagaimana warga desa Balu yang Lain kemudian setelah Ia menjadi tentara Ia ditugaskan ke Irian Jaya dan disanalah Ia mempelajari agama Kristen. Kemudian setelah selesai tugasyanya di Irian Jaya Ia kembali ke Balun dan menjabat sebagai Kepala Desa Balun yang pertama dan memperkenalkan agama Kristen pada keluarga dan masyarakat desa Balun.3 Awalnyanya Badhi mengenalkan Agama Kristen melewati alat musik yakni piano. Dahulu, piano adalah alat musik yang luar biasa bagi masyarakat desa balun karena sebelumnya masyarakat awam tidak mengenal alat musik itu. Pada setiap hari di rumah bapak Badhi alat musik itu dimainkan dan lama-lama masyarakat awampun tertarik 3 Wawancara dengan Bapak Sutrisno Pemuka agama Kristen. Pada 15 April 2014 33 sehingga tiap seminggu sekali bahkan dibuka les gratis untuk bermain piano dan tentu saja memainkan lagu-lagu rohani kristiani. Dari situlah masyarakat mulai tertarik dengan agama kristen dan perlahan-lahan masuk kristen.4 Agama Kristen di Desa Balun semakin berkembang sejak berdirinya Gereja sekitar tahun 1966-1967. Sebelum gereja dibangun sebenarnya tempat peribadatan sudah ada namun masih sangat sederhana kemudian karena kebutuhan akan tempat ibadah yang lebih nyaman maka umat kristen yang ada di Balun berinisiatif untuk membangun gereja dengan mengumpulkan donatur untuk membeli tanah sebagai tempat berdirinya gereja tersebut yang kebetulan tanah kosong tersebut berada tepat didepan masjid sebelah kiri yang dipisahkan oleh lapangan olah raga. Dalam perkembanganya, agama Kristen di Desa Balun tidak terhambat dan tidak terjadi benturan fisik dengan penganut agama lain karena pendatang yang masuk ke Desa Balun sudah mempunyai kepercayaan agama masing-masing. Meskipun pengikut agama Kristen pemeluknya lebih sedikit dibanding pemeluk agama Islam, pertemuan yang baik secara rutin maupun yang insidentil tetap berjalan lancar, sehingga menunjang persaudaraan sesama masyarakat Desa Balun baik di kala suka maupun duka. 4 Wawancara dengan Bapak Sumitro sesepuh desa Balun. Pada 15 April 2014 34 c. Agama Hindu Hindu adalah merupakan salah satu agama dari India yang masuk ke Indonesia dan sangat berpengaruh terhadap budaya pada tatanan masyarakat di Indonesia. Di desa Balun sendiri agama Hindu mulai dikenal sejak tahun 1966, sebelum mengenal Agama Hindu masyarakat Desa Balun sebagian sudah memeluk Agama Islam dan sebagian lagi masih mengikuti kepercayaan asli Jawa yang dinamakan ajaran Buddha Jawi Wisnu yang memang sudah berkembang jauh sebelum agamaagama mondial masuk ke Indonesia. Kepercayaan ini mengajarkan arti kehidupan, hakekat hidup dan kerukunan umat manusia. Namun setelah pembantaian peristiwa G 30 S PKI masyarakat yang menganut kepercayaan Buddha Jawa Wisnu mempunyai kekhawatiran dan trauma hingga tahun 1966, Sukambang sebagai salah satu warga desa balun memperkenalkan Agama Hindu. Karena mereka merasakan sesuai dengan ajaran Buddha Jawa Wisnu maka para penganut kepercayaan itupun berpindah memeluk agama Hindu. Kemudian penyebaran mulai lebih jelas ketika tahun 1967 dengan kedatangan beberapa orang yang menyebarkan agama Hindu dari desa Ploso Wayu sehingga agama Hindu mulai berkembang di desa Balun. Masuknya agama Hindu secara perlahan dan damai sehingga tidak menimbulkan gejolak. Agama Hindu berkembang di desa Balun secara perlahan-lahan, masyarakat mulai melakukan sembahyang di rumahrumah tokoh agama mereka. Seiring perkembangannya pemeluk agama Hindu mulai banyak dan dengan semangat swadaya mulai dibangunlah 35 rumah ibadah sederhana dan setelah melalui tahap-tahap perkembangan maka berdirilah rumah ibadah yakni pure megah arsitektur Bali yang kebetulan berada disamping masjid dan hanya dipisah oleh gang kecil yang kurang dari 4 meter. Meskipun jarak tiga rumah ibadah saling berdekatan namun kegiatan ibadah masing-maing agama tetap selalu lancar tanpa hambatan, masyarakat saling menghormati dalam menjalankan ibadah masingmasing. 2. Pola Interaksi Sosial : Ekonomi, sosial, politik, Budaya dan keagamaan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Interaksi didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan, atau saling mempengaruhi. Dengan denikian, interaksi sosial adalah hubungan timbal balk (sosial) berupa aksi saling meempengaruhi antara individu da individu, antara individu dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok. Sementara itu Gilli mengartikan interaksi sosial sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, individu dan kelompok, atau antar kelompok.5 Menurut Jhonson (1986) interaksi sosial merupakan proses yang kompleks, yang dilalui oleh setiap orang ketika mengorganisasi dan menginterpretasikan persepsi dia tentang orang lain dalam situasi dimana sama-sama berada, sehingga memberi kesan mengenai siapakah orang lain itu, apa yang dia perbuat dan apa sebab dia berbuat seperti itu.6 5 Kun Maryati, Juju Suryawati, Sosiologi : Jilid I (- : Esis, 2001) h. 56 Alo Liliweri, Prasangka & Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural, (Yogyakarta : LkiS, 2005) h. 127 6 36 Interaksi sosial menurut Schaver (2001) dapat pula dipahami sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk menyatakan identitas dirinya kepada orang lain, dan menerima pengakuan atas identitas diri tersebut sehingga terbentuk perbedaan identitas antara seseorang dengan orang lain (Schaver, 2001).7 Dari bebeapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam interaksi sosial terjadi hubungan timbal balik yang melibatkan aspek sosial dan kemanusiaan. Dalam hubungan tersebut, individu atau kelompok bekerja sama atau berkonflik, melakukan interaksi formal maupun non formal, langsung atau tidak langsung. Interaksi sosial dalam masyarakat dimana saja bisa terjadi dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya maupun agama. Dalam semua bidang tersebut ada interaksi sosial yang berupa integrasi ataupun konflik. Begitu pula di Desa Balun terjadi interaksi sosial dalam berbagai bidang seperti yang terjadi pada kebanyakan masyarakat di Indonesia. Berikut adalah hasil penelitian lapangan berupa pengamatan melihat fenomena yang ada dan melakukan wawancara pada masyarakat secara acak. a. Bidang Ekonomi Tindakan ekonomi adalah segala tindakan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya yang senantiasa dilandasi oleh pertimbangan yang cermat dan rasional ekonomis. Dengan kata lain tindakan ekonomi adalah segala tindakan manusia dalam rangka 7 Ibid 37 memenuhi kebutuhan hidupnya yang senantiasa dilandasi dengan prinsip ekonomi.8 Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beragam cara dilakukan oleh manusia dan cara-cara ini meliputi pekerjaan atau usaha-usaha seperti bisnis dan perdagangan. Seperti halnya masyarakat kebanyakan penduduk desa Balun juga melakukan kegiatan ekonomoi untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan untuk menunjang kesejahteraan hidup mereka. Mata pencarian penduduk mereka tergolong heterogen seperti pertanian, perikanan atau petani tambak, perdagangan, menjadi buruh berbagai bidang perindustrian termasuk industri-industri kecil di rumah-rumah. Pada semua bidang tersebut masyarakat mengaku tidak bisa bekerja sendiri untuk menuntaskan pekerjaannya, mereka membutuhkan bantuan orang lain, inilah interaksi yang terjadi dimasyarakat. Menurut hasil wawancara dengan para pelaku bisnis seperti pedagang dan pemilik industri-industri kecil didesa balun bahwa transaksi bisnis bisa dilakukan dengan siapa saja tanpa memandang agama, atau etnis tertentu. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara pada beberapa pelaku bisnis atau pemilik industri-industri kecil rumahan dan pedagang-pedagang di desa Balun yang diambil secara acak. Kemudian dalam bidang pertanian, perikanan atau petani tambak masyarakat sangat butuh bantuan orang lain ntuk menuntaskan pekerjaan 8 Mamat Ruhimat Dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi), (- : Grafindo Media Pratama) h. 115 38 mereka dalam hal ini adalah buruh atau pekerja. Untuk sekali musim tanam dan panen rata-rata mereka mempekerjakan 6 sampai 7 buruh yang diambil dari masyarakat desa Balun sendiri dan orang diluar desa Balun yang memang mau dan membutuhkan pekerjaan ini. Mereka secara bersama menggarap sawah atau tambak. Selain buruh-buruh tambak ada juga buruh bangunan jika dibutuhkan untuk membangun rumah. Masyarakat mempekerjakan orang tanpa memandang agama atau etnis tertentu namun siapa saja yang punya kemampuan dan kemauan akan dipekerjakan pada bidangnya. Interaksi sosial yang terjadi disini menimbulkan integrasi dalam masyarakat, mereka akan saling membantu dan membutuhkan satu sama lain. b. Bidang sosial Hubungan dibidang sosial yang dimaksud disini adalah aktifitas sosial mereka sehari-hari seperti hubungan antar tetangga, di desa balun walaupun masyarakatnya menganut agama berbeda namun tidak ada pembatas atau lingkungan tersendiri untuk agama tertentu, mereka berbaur tanpa batas, hidup tolong menolong tanpa memandang agama tertentu, bagi mereka agama adalah urusan invidu dengan Tuhan maka agama tidak membuat mereka berjauhan. Bahkan beberapa keluarga didesa Balun dalam satu keluarga ada yang memeluk agama berbeda tidak menjadi masalah seperti keluarga bapak Karmani. Beliau dan istri memeluk agama Hindu dan dua anaknya memeluk agama islam dan 39 Kristen. Walaupun berbeda agama keluarga ini tetap harmonis dan ketika ada acara agama mereka tetap saling membantu. c. Bidang Politik Sebelum membahas lebih jauh hubungan yang terjadi antar masyarakat didesa Balun dibidang politik, akan dibahas secara lebih Rinci mengenai pengertian Politik. Pengertian politik telah dikemukakan oleh para ahli. Batasan paling Klasik disampaikan oleh Lasswell (1958), yang menyatakan bahwa politik adalah siapa memperoleh apa,kapan dan bagaimana. Sedangkan Easton (1953) mengatakan bahwa politik adalah pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang. Dahl (1963) menyatakan, politik sering diartikan sebagai kekuasaan dan pemegang kekuasaan. Politik menurut Banfield (1961) adalah pengaruh, atau menurut Weinstein (1971) politik adalah tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan atau memperluas tindakan lainnya. Menurut Bentley (1967) politik juga mencakup sesuatu yang dilakukan orang atau politik menurutnya juga diartikan sebagai kegiatan. Sedangkan Nimmo mengartikan politik sebagai kegiatan yang secara kolektif mengatur perbuatan mereka dalam kondisi konflik sosial. Lebih jauh ia mengatakan bahwa setiap manusia berbeda satu dengan yang lainnya, dan perbedaan inilah yang merangsang terjadinya konflik.9 Seperti dijelaskan definisi politik diatas, bisa disimpulkan politik lebih terkesan atau lebih condong pada kekuasaan yang mendorong 9 Fathurin Zen, NU POLITIK : Analisa Wacana Media, (Yogyakarta: LkiS, 2004) h. 65-66 40 terjadinya konflik sosial tetapi tak jarang politik juga bisa condong kepada integrasi. Kekuasaan ditingkat desa bisa digambarkan dengan pemerintahan desa, pemerintahan desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh rakyat. Di desa Balun kepala desa dipilih dalam kurun waktu 6 tahun sekali sesuai Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa. Dalam pemilihan kepala desa biasanya masyarakat balun memilih secara langsung kepala desanya. Di desa Balun sempat ada kekosongan pemerintahan selama kurang lebih enam bulan. Kekosongan ini disebabkan habisnya masa jabatan kepala desa lama, kemudian ketika di buka pendaftaran pencalonan kepala desa, tidak ada warga balun yang mendaftar. Setelah enam bulan lamanya kemudian panitia mengadakan musyawarah yang dihadiri oleh perangkat desa, DPD dan LKD untuk menentukan orang-orang yang akan dicalonkan menjadi kepala desa. Tidak ada kriteria mengenai agama dalam pemilihan ini, yang diutamakan hanya kemampuan dalam memimpin, musyawarah tersebut akhirnya menghasilkan nama-nama yang akan dicalonkan menjadi kepala desa kemudian calon-calon tersebut seperti biasa dipilih oeh rakyat secara langsung melalui Pemilihan Umum. Maka dari itu umat Kristenpu pernah menjadi kepala desa Balun bahkan kepala desa yang pertama, perangkat desa di Balun juga merupakan kombinasi dari umat tiga agama yang ada di desa Balun sehingga pelayanan kepada masyarakat bisa adil dan merata. 41 Partisipasi politik masyarakat desa Balun tergolong normal, mereka menjalankan sesuai aturan tidak ada kefanatikan golongan yang bisa menyebabkan perpecahan dan konflik baik dalam pemilihan kepala desa, pemilihan legislatif atau pemilihan presiden. Walaupun pemilihan presiden tahun 2014 ini dimana-mana menyisakan gejolak tapi lain halnya didesa Balun mereka tidak pernah fanatik terhadap golongan, bagi mereka yang penting hidup damai dan bekerja. d. Bidang Budaya dan Agama Desa Balun adalah desa yang sarat dengan warisan budaya dan sejarah, mulai dari penyebaran Agama Islam oleh para santri murid wali songo yang berkaitan erat dengan sejarah berdirinya kota Lamongan sampai penyebarab agama Kristen dan Hindu yang berjalan mulus tanpa adanya gejolak. Desa Balun saat ini adalah desa yang moderen yang selalu menjaga keharmonisan hubungan antara pemeluk agama yang berbeda dan antar tetangga. Akan tetapi walaupun tergolong desa yang modern yang sudah bisa mengikuti perkembangan zaman, desa Balun masih selalu menjaga budaya dan tradisi pendahulunya. Ditambah dengan masuknya tiga agama didesa Balun maka semakin memperkaya budaya dan tradisi yang semuanya ikut mempengaruhi pola interaksi sosial mereka. Interaksi sosial dengan latar belakang agama yang berbeda melahirkan budaya yang khas dan terbilang unik. Interaksi yang demikian juga melahirkan pemaknaan yang berbeda pada simbol-simbol agama dan budaya. Seperti contoh fakta-fakta yang terjadi pada 42 masyarakat desa Balun, seperti hajatan. Hajatan adalah pesta, perayaan atau syukuran terhadap suatu moment yang jarang terjadi seperti pernikahan dan sunatan. Sudah menjadi tradisi kalau ada anggota keluarga yang mau nikah atau sunatan lantas keluarga tersebut mengadakan hajatan, walaupun tidak wajib namun jika tidak melaksanakan terasa belum lengkap. Di desa Balun jika ada tetangga yang hajatan maka para perempuan akan datang untuk membantu persiapan hajatan tersebut, atau ada yang sengaja datang untuk memberikan bantuan berupa uang ataupun makanan pokok yang disana disebut sumbang atau buwoh. Pada saat itu semua perempuan apapun agamanya baik Islam, Kristen ataupu Hindu sama-sama memakai tudung yang biasa dipakai juga oleh umat Islam sebagai lambang menutup aurat. Bagi umat islam memakai tudung atau jilbab sudah menjadi kewajiban, tetapi oleh umat Hndu dan kristen tudung ini hanya dimaknai sebagai budaya dan adat kebiasaan dan diartikan sebagai simbol untuk menghormati acara tersebut. Selain hajatan budaya yang masih kental dipertahankan adalah selametan. Selametan adalah sebuah acara ritual yang biasanya diisi doadoa yang dipimpin oleh pemimpin agama atau orang yang dianggap mampu untuk memimpin ritual-tersebut. Di desa Balun acara selametan biasanya diadakan untuk menyambut Ramadhan, mendoakan orang yang meninggal, membuka toko baru ataupun rumah baru dan lain-lain. Di desa Balun selametan romadhon diadakan untuk menyambut bulan romadhon. Terdapat praktik yang unik di Desa Balun yaitu 43 ramadhan sebagai bulan suci bagi umat Islam. Oleh karena itu, jika orang Islam melaksanakan acara selamat tersebut adalah merupankan hal yang wajar. Tetapi lain halnya di Desa Balun, selametan menyambut bulan ramadhan juga dilakukan oleh umat non Islam yakni umat Hindu dan Kristen. Hal ini dimaksudkan untuk merekatkan hubungan antar tetangga, bukan tujuan ibadah tradisi slametan sudah merupakan adat kebiasaan untuk menyambut bulam ramadhan. Selain adat selametan ramadhan, selametan mendoakan orang meninggal juga masih dilakukan oleh pemeluk agama Islam di desa Balun. Selametan atau biasanya disebut dengan tahlilan adalah ritual mendoakan orang meninggal biasanya dilaksana keluarga yang ditinggalkan pada malam hari setelah orang meninggal, selametan ini biasanya dilakukan selama tujuh hari berturut-turut, dan dihadiri oleh tetangga terdekat dan keluarga orang yang meninggal. Dalam acara ini tuan rumah mengundang para tetangga untuk ikut serta dalam acara tersebut, bukan hanya orang islam saja yang datang tetapi juga umat hindu dan kristen biasanya juga hadir untuk menghormati undangan. Tata cara pakaian mereka hampir tidak bisa dibedakan antara muslim dan non muslim karena hampir semuanya memakai baju koko dan peci. Begitu juga dengan kegiatan agama Kristen, Kegiatan yang diadakan di gereja, jika kami butuh bantuan untuk kegiatan-kegiatan keagamaan, masyarakat selalu siap sedia untuk mengulurkan tangan membantu kami, seperti ketika perayaan natal umat Islam dan Hindu 44 juga berduyun-duyun mengucapkan selamat pada kami. Demikian penuturan bapak Sutrisno pemuka agama Kristen saat berbincangbincang dengan peneliti. Begitulah hubungan atau interaksi masyarakat menyangkut agama dan budaya. Agama yang berbeda bisa hidup berdampingan dan disatukan oleh kesadaran bertoleransi dan budaya mereka. Selain hal-hal tersebut ada satu budaya yang umum dilakukan oleh orang-orang namun didesa Balun budaya ini adalah salah satu perekat hubungan antar sesama. Budaya ini adalah budaya arisan. Arisan didesa Balun adalah ajang untuk saling membantu dan untuk mengumpulkan dana sebagai penunjang kebutuhan besar seperti membangun rumah dan kebutuhan modal usaha yang besar. Arisan ini diikuti oleh hampir seluruh masyarakat desa Balun dengan satu Borek atau Tuan Arisan.10 3. Peran pemuka agama Tokoh agama atau pemuka agama merupakan sosok yang dihormati, karena keluasan dan kedalaman. takaran takwa dan wawasan agamanya. Orang yang memiliki kadar pengetahuan yang luas bukanlah sembarang orang, dia memiliki pola hidup diatas rata-rata manusia. Orang-orang seperti ini biasanya bukanlah sebagai pemimpin formal karena dilantik pada jabatannya. Mereka adalah pemimpin sebagai penjaga sekaligus pemelihara iman para jamaahnya. 10 Wawancara dengan Bapak Rudi perangkat desa Balun. Pada 15 April 2014 45 Tokoh agama sebenarnya bukan kehendak dari orang tersebut, penokohan itu adalah sebuah pengakuan dari masyarakat sekitarnya yang didasari dedikasi yang luar biasa menyumangkan pikiran dan pengabdiannya untuk urusan dakwah agama tanpa ada imbalan dan pamrih apapun. Ilmu agama yang diperolehnya adalah hasil dari proses belajar selama bertahuntahun. Untuk mencapai derajat ketokohan agama membutuhkan proses yang panjang dan berliku. Negara membutuhkan banyak figur-figur yang berpengaruh dikalangan masyarakat. Public figure tak hanya hadir dari kalangan pejabat, gubernur maupun presiden saja. Untuk menjaga stabilitas dan harmonisasi masyarakat, maka diperlukan sosok pemimpin nonfomal yang disegani di kalangan masyarakat seperti tokoh agama atau rohaniawan. Di desa Balun, pemuka agama /tokoh agama sangat berperan penting dalam keseharian masyarakat. Tokoh agama berfungsi sebagai panutan serta pemimpin ritual-rutual dan kegiatan keberagamaan. Mereka juga berperan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi misalnya dalam islam ada masalah pembagian warisan, kemudian mereka juga sangat berperan dalam membina kerukunan antar umat beragama. Para pemuka agama beserta pemerintah desa sering bertemu untuk mendiskusikan berbagai hal misalnya mengenai situasi-situasi di desa terkait isu-isu yang datang dari luar. Seperti pernah ada isu bom untuk gereja yang datang dari luar maka untuk menjaga kerukunan umat beragama kemudian mereka mengadakan pertemuan yang dihadiri juga oleh perangkat desa untuk mencari solusi atas kepanikan atau ketegangan yang terjadi. 46 Kemudian mereka berhasil menemukan solusi, bahwa jika gereja akan dibom maka yang akan mengadakan antisipasi pengamanan bukan hanya orang kristen melainkan semua warga Balun, dan memang benar tanpa susah payah memberi penjelasan semua warga balun dari berbagai agama menjaga dan menganmankan gereja tersebut. Tokoh agama atau pemuka agama memang mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat karena jika kita melihat memang penduduk pedesaan itu tidak bisa lepas dari sosok orang-orang yang mereka anggap lebih dari mereka dibidang agama, mereka selalu meminta solusi tau petunjuk jika terjadi masalah keagamaan kepada para pemuka agama Para pemimpin agama, sangat berperan penting dalam menjaga kerukunan antar umat beragama, bertanggung jawab terhadap jamaahnya melalui berbagai seruan untuk menjaga kerukunan dalam berbagai pidato atau ceramah agama. Di kalangan umat Islam maka tokoh-tokoh agama islam biasanya menyerukannya melalui ceramah-ceramah agama. Begitu juga umat hindu dan kristen mereka akan menyerukan pada saat pidatopidato gereja dan saat brkumpul di pura untuk beribadah atau sekedar pertemuan-pertemuan kegamaan. B. Pertemuan Antar Agama Pertemuan antar agama dapat terjadi dengan proses sinkretisme, adaptasi, akulturasi aratu inkulturasi.11 Menurut Prof. Dr. David Fernando Siagian, sinkretisme adalah suatu proses perpaduan dari beberapa paham-paham atau aliran-aliran agama atau kepercayaan. Pada sinkretisme terjadi proses 11 Am. Hardjana, Penghayat Agama : yang otentik & Tidak Otentik, (Yogyakarta : Kanisius, 1993) h. 101 47 pencampuradukkan berbagai unsur aliran atau faham, sehingga hasil yang didapat dalam bentuk abstrak yang berbeda untuk mencari keserasian, keseimbangan. Istilah ini bisa mengacu kepada upaya untuk bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa ciri-ciri tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama, dan dengan demikian menegaskan sebuah kesatuan pendekatan yang melandasi memungkinkan untuk berlaku inklusif pada agama lain.12 Kemudian yang kedua adalah adaptasi. Adaptasi berasal dari kata bahasa latin adaptare yang berarti menyesuaikan. Adaptasi berarti agama berproses memasuki agama lain dengan menyampaikan isi ajaran, cara beribadat dan praktik-praktik keagamaannya dengan situasi dan kondisi sosial, budaya dan cara hidup ditempat agama yang mau dimasuki berada. Proses adaptasi merupakan cara untuk mempermudah dan memperlancar masuknya satu agama kedalam komunitas agama lain. Adaptasi ini merupakan proses saling mempengaruhi antar agama yang bersifat lahiriah dan sebatas kulit saja.13 Cara yang ketiga adalah akulturasi, akulturasi berasal dari kata latin acculturare yang berarti tumbuh dan berkembang bersama. Dalam proses akulturasi dua atau lebih agama bertemu dan saling mempengaruhi dan saling bertukar ilai-nilai religius yang dimiliki masing-masing. Nilai-nila agama tersebut kemudian saling dimasukkan ke tubuh agama masing-masing, tetapi meskipun demikian, masing-masing agama tetap berpegang teguh pada inti kepercayaan dan isi ajaran masing-masing. Berkat akulturasi, masing-masing 12 Diakses pada 30 Oktober 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sinkretisme Am. Hardjana, Penghayat Agama : yang otentik & Tidak Otentik, (Yogyakarta : Kanisius, 1993) h. 104 13 48 agama diperkaya entah dalam dimensi inti ajaran, ibadat, praktik keagamaan lain, atau pengamalanya dalam masyarakat.14 Terakhir adalah inkultuasi, inkulturasi berasal dari kata latin inculturare yang berarti tumbuh dan berkembang didalam. Proses inkulturasi terjadi bila agama dapat masuk ke dalam agama atau budaya lain, dan terintegrasi serta berakar di sana. Dalam proses inkulturasi nilai-nilai agama masuk dan diterima penuh dalam aama atau budaya lain, dan dihayati sesuai dengan kondisi, situasi dan budaya setempat. dalam proses inkulturasi, nilai-nilai sejati agama yang masuk ditangkap dan dilepaskan dari budaya yang menjadi ungkapannya dan dari sutuasi dan situasi yang melatarbelakangi perkembangannya. Dengan proses inkulturasi, para penganut agama dan budaya yang menerima agama lain. Menerima dengan enak, dan menghayati dengan gembira karena tidak mengalami pemaksaan, perusakan dan penjajahan agama dan budaya. Proses inkulturasi merupakan bagian dari proses diterimanya nla-nilai agama dari satu agama ke dalam agama atau budaya lain.15 Di desa Balun nampaknya pertemuan agama-agama melalui prosesproses diatas seperti adaptasi, agama yang datang belakangan menyesuaikan dengan situasi kondisi sosial budaya dan cara hidup masyarakat dengan tidak berbuat kekerasan sehingga masyarakat bisa menerima dengan baik, merasa nyaman dan tidak terganggu akan kehadirannya. Pertemuan antar umat beragama didesa Balun juga terjadi ketika pembangunan desa. Desa adalah daerah milik bersama yang harus dikembangkan bersama, demi kemajuan desa warga harus gotong royong 14 15 Ibid, h. 104-105 Ibid, h. 105 49 membantu pembangunannya. Kemudian budaya yang sering mempertemukan mereka, budaya hajatan, kemudian ta’ziyah orang yang meninggal dan lain-lain. Pemanfaatan fasilitas desa memberikan ruang bagi mereka untuk saling membantu dan bertemu satu sama lain. Seperti pemanfaatan bersama tanah pemakaman, tanah pemakaman didesa Balun diperuntukan untuk umum karena memang didesa balun apapun agamanya semua yang meninggal tetap dikebumikan atau dikubur, tanah pemakaman yang ada sekarang ini digunakan oleh umat islam dan hindu karena umat kristen sudah memiliki lahan pemakaman sendiri. Mereka juga disatukan dalam adat budaya selametan seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa masyarakat tetap memelihara budaya-budaya lokal seperti selametan, walaupun selametan menyambut bulan ramadhan, bulan yang disucikan oleh umat Islam, umat Hindu dan Kristen tetap melaksanakannya. BAB IV ANALISA TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI DESA BALUN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Model Kerukunan Umat Beragama di Desa Balun Desa Balun adalah desa yang kaya akan sejarah dan budaya. Sejarah desa Balun tidak terlepas dari sejarah berdirinya kota Lamongan, selain itu sejarah agama yang terbilang cukup menarik juga terdapat di Balun. Seperti masuknya Islam yang berhubungan erat dengan berdirinya desa Balun. Dimana desa Balun ini diambil dari nama Mbah Alun, seorang tokoh yang menyebarkan agama Islam didesa Balun dan mengabdi serta berperan besar terhadap terbentuknya desa Balun. Mbah Alun ini dikenal juga dengan nama sunan Tawang Alun I, Ia menguasai ilmu laduni, fiqh, Tafsir, Syariat dan Tasawuf, sehingga dalam dirinya dikenal tegas, ksatria, cerdas. alim. arif, persuasif dan yang sangat tekenal adalah sifat toleransinya terhadap orang lain , terhadap budaya lokal dan toleransinya terhadapa agama lain. Mbah Alun tidak hanya mengajarkan ilmu agama namun ilmu-ilmu toleransi dan kemanusiaanpun diajarkan, nampaknya inilah yang membuat warga Balun selalu hidup tenang dan damai sejak dulu hingga sekarang. Kerukunan di desa Balun terjadi secara ideal dan tidak hanya sewaktuwaktu saja. Hal ini terbukti dalam fenomena yang terjadi dimasyarakat, tak pernah ada perselisihan atau konflik yang terjadi karena perbedaan agama, aktifitas sosial mereka seperti ekonomi, politik dan hubungan-hubungan sosial mereka selalu berjalan dengan damai. 50 51 Di bidang ekonomi, masyarakat selalu bantu membantu untuk menuntaskan pekerjaannya, seperti dibidang pertanian, pemilik lahan tani atau lahan pertambakan selalu mempekerjakan buruh yang berasal dari agama manapun, dibidang pedagangan, mereka penjual dan pembeli tidak pernah membedakan antara pemeluk agama satu dengan lain. Gambaran kerukunan juga terlihat sejak pertama kali memasuki gapura desa, kita akan disambut dengan pemandangan yang amat luar biasa, yakni berdiri tiga rumah ibadah dari tiga agama yang berbeda dalam satu lokasi, walupun begitu mereka tidak pernah saling merasa terganggu satu sama lain. Mereka saling menghormati, ketika nyepi tanpa diminta umat Islam juga turut mematikan lampu, adzan tanpa pengeras suara, ketika ramadhan umat Hindu akan beribadah lebih awal dari biasanya karena agar tidak mengganggu ibadah sholat tarawih umat Islam, pun ketika hari raya mereka akan saling mengucap selamat. Kerukunan ini benar-benar terjadi bukan semusim atau sewaktu-waktu saja melainkan berlangsung ters menerus dari dulu hingga sekarang. Sikap bergama yang inklusif dan toleran berhasil ditanamkan dan dipelihara dengan baik oleh semua komponen masyarakat, mulai pemerintah desa, tokoh agama dan semua masyarakat Desa Balun. B. Pola-Pola Kerukunan Umat Beragama Kondisi masyarakat Desa Balun bisa dilihat dari aktifitas sehari-hari masyarakatnya, mereka hidup damai rukun dan tentram berdampingan dengan yang lain meskipun mereka berbeda agama. Pola-pola kerukunan dalam desa 52 Balun juga bermacam-macam yang terlihat dari aktifitas sosial mereka baik aktifitas sosial kegamaan maupun aktifitas sosial kemasyarakatan. Dalam kaitannya dengan pola kerukunan ini akan dikelompokkan menjadi dua yakni pola hubungan sosial keagamaan dan pola hubungan sosial kemasyarakatan yang mana dua pola ini akan menggambarkan kerukunan didesa Balun. 1. Pola Hubungan Sosial Keagamaan Desa Balun kecamatan Paciran kabupaten Lamongan adalah desa yang dikategorikan majemuk dalam hal agama atau kepercayaan, disini terdapat tiga agama yakni agama Islam, Kristen dan Hindu. Islam adalah agama yang paling banyak pemeluknya disusul Kristen kemudian Hindu. Masing-masing umat beragama didesa ini menjalankan ajaran agamanya baik itu perorangan maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari mereka. Walaupun berbeda agama tapi masyarakat tetap menjalin komunikasi dengan baik. Perbedaan agama bagi mereka bukanlah hal yang harus dipermasalahkan dalam menjalin hubungan antar pemeluk agama. Bagi masyarakat Balun keyakinan adalah urusan individu dengan tuhan, tidak bisa dipaksakan. Atas dasar itu kebebasan dalam memeluk agama sangat dijunjung tinggi bahkan beberapa keluarga didesa Balun yang memeluk agama berbeda tidak menjadi masalah seperti contoh keluarga bapak Karmani beliau dan istri memeluk agama Hindu dan dua anaknya memluk agama Islam dan Kristen.Walaupun berbeda agama keluarga ini tetap harmonis dan ketika ada acara agama mereka tetap saling membantu walaupun berbeda agama. Seperti acara tahlilan1 oleh umat 1 Tahlilan adalah membaca dzikir-dzikir dan kalimat Thoyyibah untuk berdoa kepada Allah yang dlakukan bersama-sama dan dipimpin oleh pemuka agama. 53 Islam. Acara tahlilan ini biasanya diadakan untuk mendoakan orang yang meninggal yang mengundang tetangga sekitar maka apapun agamanya kalo tetangga biasanya ia akan hadir. Untuk umat non Islam kehadiran ini dimaksukan untuk menghormati undangan tuan rumah. Dari contoh diatas terlihat jelas bahwa perbedaan agama tidak menjadi masalah yang serius didesa Balun untuk tetap menjalin komunikasi dengan baik. Bagi mereka agama dan keyakinan adalah urusan invidu dengan tuhannya, kebenaran agama terletak dihati invidu masing-masing. Menurut sebagian masyarakat agama yang paling benar adalah agama yang dipeluknya, kepercayaan yang dianutnya tanpa mau berkomentar tentang agama lain. Hampir sama seperti anggapan sebagian mahasiswa Perbandingan agama selama ini yakni semua agama benar menurut penganutnya masing-masing, menurut saya itu artinya agama yang paling benar memang agama kita anut tanpa menyalahkan agama lain. Tetapi ada juga masyarakat Desa Balun yang menganggap semua agama itu benar karena semunya mengajarkan kebenaran, tidak ada agama yang mengajarkan keburukan pada pemeluknya hingga tak jarang didesa Balun yang masyarakatnya berpindah agama dari agama satu ke agama lain. Seperti bapak Sutejo yang semula beragama Kristen berpindah agama menjadi Islam karena akan menikahi gadis yang dicintainya dan memang anggapan dia tentang kebenaran agama seperti itu jadi dengan mudahnya dia berpindah agama. Tetapi menurut asumsi penulis, tentang pendapat mereka mengenai agama, itu adalah dali bagi mereka yang ingin mewujudkan keinginannya untuk berpinda agama dengan mudah. 54 Kemudian dari hasil penemuan lapangan hubungan dan kerjasama sosial keagamaan di desa Balun terlihat pada saat hari-hari besar keagamaan dan upacara-upacara keagamaan. Hal yang paling sering dijumpai adalah hari raya idul fitri, pada hari raya idul fitri baik umat islam maupun non Islam ikut merayakannnya, kalau biasanya umat pada hari raya idul fitri ini umat Islam menyediakan kue-kue lebaran maka umt non Islampun begitu, orang-orang kaya dari kalangan non muslim turut memberikan angpau untuk anak-anak kecil, begitu juga ketika natal dan hari raya nyepi. Pada hari raya nyepi biasanya umat hindu mengadakan serangkaian acara, yang salah satu acaranya adalah ogohogoh2 seperti adat-adat yang digunakan Hindu Bali, yang dilaksanakan sebelum hari raya nyepi, pada saat ogoh-ogoh siapapun dan apapun agamanya akan dipersilahkan untuk menyaksikannya dan pada saat Nyepi untuk menghormati umat Hindu yang merayakan nyepi biasanya kegiatan masjid diadakan tanpa menggunakan pengeras suara seperti adzan dan kadang hanya ada iqomah saja. Pada saat ramadhan biasanya diadakan tadarrus al-Quran dengan menggunakan pengeras suara sampai malam tetapi pada malm kamis pahing penggunaan pengeras suara akan dibatasi pada jam 22.00 untuk menghormati ibadahnya umat Hindu. Selain itu upacara-upacara keagamaan seperti upacara pernikahan, upacara kematian, selametan bayi, khitan juga dilaksanaan didesa Balun. Pada 2 Ogoh-ogoh merupakan karya seni patung dalam kebudayaan Hindu Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala, dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, biasanya dalam wujud raksasa. Dalam fungsinya, Ogoh-ogoh sebagai representasi Bhuta Kala, dibuat menjelang Hari Raya Nyepi dan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari pengrupukan, yakni sehari sebelum hari Nyepi kemudian dibakar atau dihanyutkan ke laut, proses ini menggambarkan pertaubatan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dahsyat (sumber : Wikipedia.org) 55 resepsi pernikahan masyarakat balun akan saling membantu mempersiapkan segala sesuatunya tanpa memandang agama. 2. Pola Hubungan Sosial Kemasyarakatan Masyarakat desa Balun merupakan tipe masyarakat yang berbentuk paguyuban (gemeinschaft) yang dikembangkan oleh Ferdian Tonies. Menurutnya Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotaanggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamia serta bersifat kekal.3 Dalam masyarakat desa Balun bentuk Paguyuban ini terlihat dari sistem hubungan kekerabatan, kekeluargaan dan pola pemukiman yang saling berdekatan. Fakta-fakta hubungan sosial dimasyarakat desa Balun secara nyata telah menunjukkan bahwa kehidupan sosial didesa tersebut mengarah pada kerukunan dan integrasi, hal ini dibuktikan bahwa sekian abad lamanya mereka hidup dan bermasyarakat didesa tersebut tidak ada konflik yang serius yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan mereka, mereka hidup saling membantu, rukun, damai dan saling menghormati satu sama lain. Potensi Kerukunan dalam masyarakat desa Balun secara nyata bisa dilihat baik dalam kehidupan sehari-hari mereka maupun dalam upacara-upacara adat atau dalam pelaksanaan program pembangunan desa. Mengambil contoh ketika upacara kematian ataupun perkawinan, mereka akan saling bantumembantu tidak peduli jika mereka berbeda agama, bagi mereka membina hubungan yang baik dan rukun jauh lebih penting dari pada mempersoalkan 3 Ferdian Tonnies, Gmeinschaft dan Gesellschaft seperti yang dikutip dalam Bunga Setangkai Sosiologi hlm 461 56 agama masing-masing. Hal lain yang menggambarkan kerukunan mereka adalah gotong royong membangun desa seperti gotong royong membersihkan lingkungan, membngun jalan dan lain-lain. Kemudian dalam hubungan sosial kemasyarakatan tidak luput dari kegiatan ekonomi sebagai usaha untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka dan dalam rangka meningkatkan taraf hidup mereka. Dalam kegiatan perekonomian, masyarakat desa Balun nampak tetap menjaga hubungan baik antar umat beragama. Kegiatan ekonomi ini memiliki potensi menjaga kerukunan antar umat beragama karena transaksi ekonomi tidak bisa dilakukan seorang diri dan memilah-milih partner, mereka akan bertransaksi sesuai kebutuhan mereka tanpa ada sekat-sekat yang membatasi. Potret kerukunan antar umat beragama juga terlihat jelas pada tata letak rumah-rumah penduduk yang saling berdampingan, bercampur baur antara penduduk yang beragama Islam, Kristen maupun Hindu. Bahkan dalam satu keluarga mereka bebas memilih agama yang yang mereka anut, tidak ada paksaan atau intimidasi dari pihak-pihak tertentu. Begitulah hubugan sosial masyarakat desa Balun yang rukun dan damai. C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya Kerukunan Umat Beragama Kerukunan yang terjadi dimanapun pasti tidak terjadi begitu saja, banyak faktor yang mempengaruhi hubungan sosial ataupun dalam hal beragama yakni hubungan antar umat beragama, begitu juga di desa Balun, desa yang mempunyai beragam agama yakni Islam, Kristen dan Hindu yang bisa menjaga 57 hubungan baik antara pemeluk agama. Walaupun penduduknya mengatakan bahwa tak ada faktor yang mempengaruhi kerukunan mereka dan kerukunan mereka terjadi begitu saja tetapi fakta dilapangan membuktikan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kerukunan yang terjadi diantara mereka. Diantara faktor-faktor tersebut adalah: 1. Hubungan Kekeluargaan/Kekerabatan Keluarga sebagai praktek hubungan sosial dalam lingkup kecil mempunyai peranan penting dalam menjaga kerukunan karena hubungan keluarga dapat dijadikan sebagai mediasi dan penyatu perbedaan. Sebagian besar penduduk desa Balun mempunyai hubungan kerabat/keluarga, hubungan ini nampaknya cukup baik dan kuat dalam kehidupan masyarakat desa balun, hubungan keluarga yang bertalian atau beruntun akan memunculkan hubungan keluarga yang sangat besar dan ini memungkinkan terjadinya perbedaan terutama dalam segi agama dan kepercayaan. Hubungan keluarga tersebut yang mempertemukan mereka dalam banyak hal seperti hajatan pernikahan, khitan selametan dan pada saat upacara kematian. Maka menurut asumsi penulis bahwa hubungan keluarga dapat menjadi faktor yang sangat menunjang adanya intergrasi di desa Balun. Bahkan menurut Bapak Suwito “kalau dihitung-hitung seluruh masyarakat desa Balun ini bisa dibilang satu keluarga.” 2. Pemuka Agama Tokoh agama atau pemuka agama merupakan sosok yang dihormati, karena keluasan dan kedalaman. takaran takwa dan wawasan agamanya. 58 Orang yang memiliki kadar pengetahuan yang luas bukanlah sembarang orang, dia memiliki pola hidup diatas rata-rata manusia. Orang-orang seperti ini biasanya bukanlah sebagai pemimpin formal karena dilantik pada jabatannya. Mereka adalah pemimpin sebagai penjaga sekaligus pemelihara iman para jamaahnya. Didesa Balun, pemuka agama /tokoh agama sangat berperan penting dalam keseharian masyarakat. Tokoh agama berfungsi sebagai panutan serta pemimpin ritual-rutual dan kegiatan keberagamaan. Mereka juga berperan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi misalnya dalam Islam ada masalah pembagian warisan, kemudian mereka juga sangat berperan dalam membina kerukunan antar umat beragama. Para pemuka agama beserta pemerintah desa bertemu untuk mendiskusikan berbagai hal misalnya mengenai situasi-situasi di desa terkait isu-isu yang datang dari luar. Tokoh agama atau pemuka agama memang mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat karena jika kita melihat memang penduduk pedesaan itu tidak bisa lepas dari sosok orang-orang yang mereka anggap lebih dari mereka dibidang agama, mereka selalu meminta solusi atau petunjuk jika terjadi masalah keagamaan kepada para pemuka agama. Para pemimpin agama, sangat berperan penting dalam menjaga kerukunan antar umat beragama, bertanggung jawab terhadap jamaahnya melalui berbagai seruan untuk menjaga kerukunan dalam berbagai pidato atau ceramah agama. Di kalangan umat Islam maka tokoh-tokoh agama Islam biasanya menyerukannya melalui ceramah-ceramah agama. Begitu 59 juga umat Hindu dan Kristen mereka akan menyerukan pada saat pidatopidato gereja dan saat brkumpul di pura untuk beribadah atau sekedar pertemuan-pertemuan kegamaan. Bahkan pernah para tokoh agama dan perangkat desa mengadakan pertemuan dan menandatangi kesepakatan menjaga keukunan didesa terebut.4 3. Gotong royong Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, mereka melakukan interaksi sosial dalam hidup sehari-hari, mereka hidup bermasyarakat dan melakukan kerja sama yang sering diistilahkan sebagai gotong royong. Mengenai hal tersebut, Aristoteles menyebutnya dengan sebutan zoon politicon. Manusia sebagai makhluk sosial yang lahir, berkembang dan meninggal dunia dalam masyarakat. Setiap individu berinteraksi degan individu atau kelompok lainnya. Interaksi yang dilakukan manusia senantiasa didasari oleh aturan, adat, atau norma yang berlaku dalam masyarakat.5 Dalam Masyarakat, manusia berinteraksi satu sama lain dan pasti melakukan kerja sama untuk pemenuhan kebutuhan dan demi kesejahteraan bersama kerja sama ini sering disebut dengan istilah gotong royong. Gotong royong memiliki suatu pengertian bekerja secara bersama-sama untuk 4 Wawancara dengan pak Rudi, perangkat Desa. 05 Oktober 2014 Lukman Surya Saputra, Pendidikan Kewarganegaraan : Menumbuhkan Nasionalisme dan Patriotisme (Bandung : PT. Setia Purna Inves, 2007) h. 11 5 60 mencapai tujuan bersama yang dilakukan dengan adil dan tanpa pamrih. Bekerja secara bersama-sama di sini memiliki makna saling tolong menolong tanpa membeda-bedakan kelas sosialnya, suku, bangsa, ras, agama dan budaya yang dimilikinya. Adapun tujuan bersama yang ingin dicapai budaya gotong royong adalah untuk mewujudkan kerukunan dan kedamaian antarbangsa Indonesia serta dapat mendekatkan bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya. Istilah gotong royong pertama kali dicetuskan oleh Ir. Soekarno saat meresmikan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dalam pidatonya, Soekarno berbicara, Pancasila apabila diperas akan menjadi Ekasila yang memiliki makna gotong royong. Di zaman orde lama budaya gotong royong dijadikan suatu sifat dasar bangsa Indonesia. Tak jarang banyak para tokoh besar di masa saat itu menjadikan gotong royong sebagai filsafat bangsa Indonesia dan suatu kearifan lokal yang diwariskan turun menurun kepada generasi penerus bangsa. Bahkan saat pergantian zaman dari orde lama menjadi orde baru saat pemerintahan Soeharto pun budaya gotong royong masih berdiri kokoh mewarnai pergerakan nasional di Indonesia, walaupun tidak seheboh pada masa orde lama. Bila dilihat lebih dekat, dapat dikatakan bahwa budaya gotong royong adalah manifestasi dari sifat dasar bangsa Indonesia yang dalam rentang sejarah filsafat disepakati sebagai mahluk sosial. Hal ini yang membuat budaya gotong royong di jadikan doktrin bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia sebagai suatu sifat dasar unggulan 61 Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara manapun di dunia untuk membentuk mayarakat Indonesia yang dapat hidup adil dan sejahtera.6 Termasuk di desa Balun, yang masih kental dengan budaya gotongroyong, bekerja sama dalam berbagai bidang tanpa memandang suku, ras dan agama. Mengingat di desa Balun terdapat tiga agama. Demikian telah dipaparkan diatas bahwa tujuan gotong royong tidak lain adalah untuk mencapai kerukunan Bangsa, di desa Balunpun gotong royog menjadi salah satu faktor terjadinya kerukunan dalam masyarakat yang berbeda agama karena gotong royong ini dilakukan tanpa memaandang agama, gotong royong dilakukan demi menjaga kerukunan dan kedamaian warga. Seperti dikatakan Bapak Khusairi kepala desa Balun “ Masyarakat disini Hidup saling membantu tanpa membedakan agama, kalau waktunya kerja bakti ya dilakukan bersama-sama, kalau tetangga butuh bantuan ya dibantu sesuai kemampuan seperti ketika hajatan, selametan dan kalau ada yang meninggal walaupun berbeda agama tapi semuanya ikut membantu”. 4. Pemahaman keberagamaan Agama merupakan sistem yang terlembaga dalam masyarakat, agama memiliki ajaran yang idealnya jika dipahami dengan benar bisa menjadi acuan untuk manusia berinteraksi dengan tuhan dan dengan sesama manusia. Idealnya jika manusia memahami ajaran agamanya secara keseluruhan maka tidak ada masalah dengan perbedaan agama. Perbedaan akan menjadi rahmat bagi seuruh alam dan kerukunan antar umat beragama akan muda terjalin. 6 Jeritan Bisu Budaya Gotong-royong di akses dari http://journalnda.blogspot.com pada 03 November 2014 62 Di desa Balun walaupun masyarakatnya memeluk agama yang berbeda tetapi masyarakat selalu hidup rukun, mereka tidak pernah mempersoalkan perbedaan agama diantara mereka karena mereka memahami bahwa agama merupakan urusan invidu dengan tuhan, manusia tidak bisa saling memaksa untuk memeluk suatu agama tertentu. Menurut asumsi penulis bahwa masyarakat dibalun telah berhasil memahami pemahaman keberagamaan secara inklusif. Sehingga terjadi toleransi yang sangat kuat dan tercipta keruknan atar pemeluk agama. 5. Etos Kerja Etos, kata Geertz adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup.7 Menurut penulis dalam arti sederhana etos kerja dapat diartikan sebagai semangat kerja. Kerja yang dimaksud dalam bagian ini adalah aktifitas/Tindakan yang menghasilkan input materi demi kesejahteraan hidup. Menurut data yang didapat dari wawancara dan pengamatan penulis bahwa masyarakat Balun adalah termasuk orang-orang yag mempunyai semangat kerja yang tinggi demi meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Menurut pak Adi Wiyono pemuka agama Hindu “Bahwa masyarakat Balun berupaya untuk mandiri dan tidak merepotkan orang lain, semangat kerja masyarakat Balun sangat tinggi karena mereka ingin terus berupaya mencapai kesejahteraan ekonomi kalau bisa diumpamakan hidup mereka 7 Taufik Abdullah, Agama, Etos Kerja dan Perkemangan Ekonom, (Jakarta: LP3ES, 1986), h. 3 63 kebanyakan untuk kerja tentunya setelah mereka melaksanakan kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Melihat kenyataan tersebut maka ada kemungkinan etos kerja mempengaruhi terciptanya integrasi dan kerukunan dalam masyarakat desa Balun, karena semangat kerja dan semangat mereka untuk hidup sejahtera bisa menutupi cela-cela timbulnya konflik. 6. Mbah Alun Mbah Alun adalah seorang tokoh yang sangat bersejarah di Desa Balun, Beliau bisa dikatakan sebagai pendiri Desa Balun dimana kata Balun diambil dari nama Mbah Alun. Mbah Alun tokoh kharismatik dengan berbagai cerita bersejarah, konon Beliau adalah orang yang menyebarkan agama Islam di Desa Balun dan sebelum Mbah Alun masuk Islam Beliau merupakan seorang Badande yakni pendeta Hindu yang sangat disegani yang memiliki banyak keistimewaan. Barangkali itulah faktor yang tidak kalah pentingnya yang membuat masyarakat tetap rukun karena mereka merasa sama-sama memiliki sosok Mbah Alun. Apalagi makam Mbah Alun yang berada di Desa Balun juga masih ada sampai sekarang, makam ini berada di tengah pemakaman umum Desa Balun. D. Faktor yang berpotensi menimbulkan konflik 1. Media Sosial Tak bisa dipungkiri perkembangan teknologi informasi diera modern ini memang sangat mepengaruhi disegala aspek kehidupan tak hanya dikota- 64 kota besar tetapi didesa-desa telah masuk apa itu teknologi, salah satunya adalah media sosial baik online ataupun dalam bentuk print out seperti majalah dan koran. Perkembangan elektronik seperti hp dan internet yang bisa diakses dimana-mana sangat memudahkan masyarakat untuk mengakses berbagai macam berita dimedia sosial bahkan tak sedikit media sosial mempengaruhi kehidupan masyarakat lewat berita-berita yang disajikan entah itu hanya fiktif atau fakta. Tetapi yang pasti tidak sedikit masyarakat yang menelan mentah-mentah berita-berita tersebut hingga menimbulkan berbagai dampak di kehidupan sosial mereka. Menurut pengamatan penulis media sosial merupakan salah satu faktor yang bisa menimbulkan suatu konflik diberbagai bidang bahkan agama sekalipun. Tidak menutup kemungkinan konflik yang disebabkan oleh berita-berita di media sosial dapat terjadi juga di Desa Balun yang kebanyakan penduduknya menjadi konsumen media sosial. Apalagi bagi para remaja yang emosinya belum stabil, menurut Prof. DR. Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama bahwa masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa ini adalah masa peralihan diatas jembatan goyang.8 Artinya masa remaja ini adalah masa yang rawan untuk emosi dan psikologinya ia mulai bisa mencerna informasi yang didapat kemudian melampiaskan dalam perbuatan. Jadi tidak menutup kemungkinan jika berita-berita di media sosial tentang SARA dapat 8 Prof. DR. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970) h. 72 65 mempengaruhi emosi mereka dan dilampiaskan dengan tindakan hingga terjadi kerusuhan. 2. Hewan Peliharaan Islam adalah agama mayoritas didesa Balun, kita telah mengetahui bahwa dalam Islam diharamkan memakan ataupun menyentuh hewan-hewan yang dihukumi najis seperti anjing dan babi. Lain bagi umat hindu dan keristen ajaran mereka tidak melarang hal itu jadi sah-sah saja jika mereka memelihara hewan-hewan itu. Didesa balun banyak umat non muslim yang memelihara anjing tetapi sampai saat ini nampaknya tidak ada konflik yang disebabkan karena hewanhewan tersebut. Tetapi hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan beberapa orang muslim yang ditemui ditempat penelitian selama ini amanaman saja karena hewan-hewan tersebut tidak mengganggu, dan memang nampak juga pemilik hewan-hewan tersebut memasukkan peliharaannya ke dalam kandang atau diberi tali. Analisa penulis, jika selama ini tidak ada konflik yang disebabkan hewan peliharaan karena hewan-hewan tersebut tidak mengganggu maka besar kemungkinan terjadinya konflik jika hewan-hewan tersebut mengusik ketenangan umat muslim. 3. Konversi agama Konversi agama (regious conversion), menurut Jalaluddin (2004:265271) secara umum dapat diartikan dngan berubah agama ataupun masuk agama. Definisi senada diungkapkan juga oleh Jalaludin Rahmat bahwa “ 66 konversi agama” adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus pada penerimaan suatu sikap keagamaan, baik prosesnya terjadi secara bertahap maupun secara tiba-tiba.9 Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama salah satunya adalah karena perubahan status seperti lajang menjadi menikah yang menikah menjadi cerai dan lain-lain.10 Proses perubahan status atau akibat perubahan status inilah yang sering berdampak pada peristiwa konversi agama seperti juga terjadi didesa Balun. Didesa Balun konversi agama kebanyakan disebabkan oleh pernikahan, biasanya dua orang yang berbeda agama yang saling mencintai dan akan melangsungkan pernikahan mereka akan sepakat berpindah agama entah itu yang laki-laki ikut agama si perempuan ataupun sebaliknya karena di Indonesia belum diperkenankan menikah beda agama sesuai dengan pasal 2 ayat 1 UU Perkawinan yang berbuni “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”11. Artinya perkawinan itu akan sah apabila sah juga menurut hukum agama sedangkan agama belum membolehkan menikah beda agama. Selama ini memang belum pernah terjadi konflik yang disebabkan konversi agama karena menurut penulis desa Balun ini belum banyak bersentuhan dengan kondisi diluar yang banyak mempersoalkan tentang konversi agama, tetapi menurut analisa penulis konversi agama ini akan 9 Drs. Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung : Pustaka Setia, 2008) h. 155 10 Ibid, h. 193 -,Undang-Undang Republik Indnesia Nomor I Tentan Prkawinan, Diakses dari http://www.lbh-apik.or.id Pada 15 November 2014 11 67 menjadi salah satu penyebab tibulnya konflik yang dahsyat antar agama apabila ada gesekan-gesekan atau omongan dari luar daerah balun. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Desa Balun adalah desa yang kaya akan sejarah dan budaya. Sejarah desa Balun tidak terlepas dari sejarah berdirinya kota Lamongan, selain itu sejarah agama yang terbilang cukup menarik juga terdapat di Balun. Seperti masuknya Islam yang berhubungan erat dengan berdirinya desa Balun. Dimana desa Balun ini diambil dari nama Mbah Alun, seorang tokoh yang menyebarkan agama Islam didesa Balun dan mengabdi serta berperan besar terhadap terbentuknya desa Balun. Desa Balun termasuk desa yang majemukdalam hal agama dan budaya, didesa Balun terdapat tiga agama yakni Islam sebagai agama mayoritas, kemudian Kristen dan Hindu. Walaupun masyarakatnya berbeda agama tetapi kehidupan masyarakat desa Balun terlihat rukun dan damai. Nampaknya Sikap bergama yang inklusif dan toleran berhasil ditanamkan dan dipelihara dengan baik oleh semua komponen masyarakat, mulai pemerintah desa, tokoh agama dan semua masyarakat desa Balun. Kerukunan didesa Balun terjadi secara ideal dan permanen tidak hanya sewaktu-waktu saja. Hal ini terbukti dalam fenomena yang terjadi dimasyarakat, tak pernah ada perselisihan atau konflik yang terjadi karena perbedaan agama, aktifitas sosial mereka seperti ekonomi, politik dan hubungan-hubungan sosial mereka selalu berjalan dengan damai. 68 69 Pola-pola kerukunan yang tercipta didesa Balun dapat dikelompokkan menjadi dua yakni pola hubungan sosial keagamaan dan pola hubungan sosial kemasyarakatan yang mana dua pola ini akan menggambarkan kerukunan didesa Balun. Kedua pola tersebut yang mewarnai kehidupan sosial masyarakat balun yang rukun dan damai. Kerukunan yang terjadi di Balun adalah merupakan kerukunan yang permanen tetapi keberlangsungan kerukunan tersebut pasti tidak terjadi begitu saja, banyak faktor yang mempengaruhi hubungan sosial ataupun dalam hal beragama yakni hubungan antar umat beragama walaupun penduduknya mengatakan bahwa tak ada faktor yang mempengaruhi kerukunan mereka dan kerukunan mereka terjadi begitu saja tetapi fakta dilapangan membuktikan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kerukunan yang terjadi diantara mereka. Diantara faktor-faktor tersebut yakni 1) Hubungan Kekeluargaan/Kekerabatan; 2) Pemuka Agama; 3) Gotong-royong yang memang masih kental didesa Balun; 4) Pemahaman keberagamaan yang inklusif dan toleran; 5) Etos Kerja, semangat bekerja masyarakat Balun yang tinggi nampaknya bisa menutup cela-cela terjadinya konflik. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah factor keberadaan Mbah Alun sebagai tokoh yang merekatkan masyarakat Desa Balun, karena Mbah Alun merupakan pendiri Desa Balun, Beliau juga penyebar agama Islam di Desa Balun dan konon sebelum beliau masuk Islam, Beliau merupakan seorang Badande yakni pemuka agama Hindu yang sangat di hormati dan memiliki banyak keistimewaan. Selain faktor-faktor yang penyebab kerukunan dan integrasi dari uraian yang sudah diuraikan dapat pula disimpulkan bahwa terdapat juga faktor-faktor 70 yang berpotensi menyebabkan konflik atas nama agama di desa Balun. FaktorFaktor tersebut yakni 1) Media Sosial; 2) Hewan Peliharaan. Didesa Balun banyak umat non muslim yang memelihara anjing, hewan peliharaan yang menurut orang Islam merupakan hewan yang najis. Maka besar kemungkinan terjadinya konflik jika hewan tersebut tidak dijaga dengan baik dan mengusik ketenangan umat muslim; 3) Konversi Agama, konversi agama yang dimaksud adalah berpindah dari agama satu ke agama lain. Didesa Balun konversi agama banyak terjadi dan kebanyakan disebabkan oleh pernikahan, biasanya dua orang yang berbeda agama yang saling mencintai dan akan melangsungkan pernikahan mereka akan sepakat berpindah agama entah itu yang laki-laki ikut agama si perempuan ataupun sebaliknya. B. Saran-Saran Setelah melakukan penelitian lapangan di desa Balun yang multi agama maka penulis bisa memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Untuk seluruh komponen masyarakat desa Balun hendaknya tetap menjaga dan mempertahankan kerukunan dan kedamaian yang sudah ada. Ambillah sesuatu dari luar yang mendukung berjalannya kerukunan dan abaikan hal-hal yang dapat memecah belah kesatuan dan persatuan antar umat beragama. 2. Untuk pemerinta baik itingkat pusat atau daerah hendaknya memberi apresiasi teradap kerukunan di desa Balun dengan mengukuhkan desa Balun sebagai desa percontohan kerukunan antar umat beragama. 71 3. Untuk FKUB yang ada di Provinsi Jawa Timur Hendaknya memberi apresiasi yang nyata berupa penghargaan atas terjalinnya kerukunan yang ada didesa Balun sebagai percontohan desa yang guyub. 4. Bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah khususnya fakultas Ushuluddin, hendaknya mencontoh toleransi yang ada didesa Balun, tetapi harus mengambil yang baik dan menjadikan pelajaran hal-hal yang kurang baik untuk pengalaman hidup. 5. Untuk studi lapangan mahasiswa UIN yang sedang belajar toleransi beragama patutlah desa Balun ini sebagai tempat menimbah ilmu. 6. Dan terakhir penulis merekomendasikan desa Balun sebagai tempat pertemuan-pertemuan dan musyawarah antar umat beragama. Agar bisa mengetahui kenyataan hidup tenang dan damai didesa yang multi Agama. 72 DAFTAR PUSTAKA Abdul Manaf, Mujahid, Sejarah Agama-agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996) Abdullah, Taufik , Agama, Etos Kerja dan Perkemangan Ekonom (Jakarta: LP3ES, 1986) Alo Liliweri, Prasangka & Konflik : Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultural (Yogyakarta : LkiS, 2005) Aqil Husain Al Munawwar, Penerbit Ciputat Press, 2005) Said, Fikih Hubungan Antar Agama (Jakarta: Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1970) Departemen Agama RI, Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama, edisi Ketujuh, 2005 Departemen Agama RI, Riuh Beranda Satu Peta Kerukunan Umat Beraga di Indonesia, Seri II (Jakarta : Puslitbang Kehidupan Beragama, 2003) F.O’Dea, Thomas, Sosiologi Agama Suatu Pengantar Awal (Jakarta: PT raja Grafindo Persada, 1995 Farhani, Isa, Skripsi Kerukunan antar Umat Beragama di Kota Yogyakarta (Yogyakarta : Fak. Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) Hardjana, Am. Penghayat Agama : yang otentik & Tidak Otentik (Yogyakarta : Kanisius, 1993) Khalil, Munawar, Kamus Bahasa Arab-Indonesia. Dan Lihat pula, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988) Koentjoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, cet 8 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994) M. Kitagawa, Joseph, Ilmu Perbandingan Agama inti dan bentuk Pengalaman Keagamaan Joachim Wach (Jakarta: CV. Rajawali, 1894) 73 Maryati, Kun Dkk, Sosiologi : Jilid I (- : Esis, 2001) Riyan , Iyus, Skripsi Kerukunan Umat Beragama Anatar Islam dan Kristen (Studi Kasus: di Desa Sindang Jaya ec. Ciranjang-Cianjur) ( Jakarta : fak Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006) Ruhimat, Mamat Dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi) (- : Grafindo Media Pratama) Sholihin, Ibnu, Skripsi Kerukunan Hidup Umat Beragama di Sekolah (Studi Kasus di SMK Yadika 5 Pondok Aren) (Jakarta : Fak. Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Sumardi, Mulyanto, Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran (Jakarta : Penebit Sinar Harapan, 1982) Surya Saputra, Lukman , Pendidikan Kewarganegaraan : Menumbuhkan Nasionalisme dan Patriotisme (Bandung : PT. Setia Purna Inves, 2007) Syamsul Arifin, Bambang , Psikologi Agama (Bandung : Pustaka Setia, 2008) Tonnies, Ferdian, Gmeinschaft dan Gesellschaft seperti yang dikutip dalam Bunga Setangkai Sosiologi Zen, Fathurin, NU POLITIK : Analisa Wacana Media (Yogyakarta: LkiS, 2004) Sumber Dokumen Dokumen Profil desa Balun, Di terbitkan Tahun 2013 Sumber Internet M. Dawam Rahardjo, Kliping : Mengapa Semua agama it Benar?, Diakses dari http://www.islamlib.com/ pada 01 September 2014 “Profil Desa Balun” diakses pada 06 http://lamongankab.go.id/instansi/turi/2013/10/16/profil-desa/ Mei 2014 dari Naskah TAP MPR No. II/MPR/1978 diakses pada 10 Mei 2014 dari http://www.tatanusa.co.id/tapmpr/78TAPMPR-II.pdf 74 Sejarah Balun diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Balun,_Turi,_Lamongan pada 15 agustus 2014 Jeritan Bisu Budaya Gotong-royong http://journalnda.blogspot.com pada 03 November 2014 di akses dari Undang-Undang Republik Indnesia Nomor I Tentan Prkawinan, Diakses dari http://www.lbh-apik.or.id Pada 15 November 2014 http://id.wikipedia.org/wiki/Sinkretisme Diakses pada 30 Oktober 2014 IDENTITAS INFORMAN Nama : Adi Wiyono Agama : Hindu Pekerjaan/Jabatan : Guru/ Pemuka agama Hindu no Pertanyaan Jawaban 01 Mohon diceritakan sejarah masuknya Agama Hindu mulanya dikenalkan oleh bapak agama Hindu ke Desa Balun! Sukambang, Beliau adalah orang yang mengkoordinir orang-orang yang akan memeluk agama Hindu pada saat itu. Dan untuk penyebaran serta pengajarannya selain bapak Sukambang juga ada orang dari tetangga desa yakni desa Ploso Wayu. 02 Sebelum ada agama Hindu saya dngar Iya, jadi dulu itu konon katanya masyarakat ada kepercayaan kejawen yang Balun itu selain memeluk agama Islam juga bernama Buddha Jawa ada sebagian yang masih menganut kepercayaan-kepercayaan kejawen itu, kemudian ketika zaman PKI kan yang tidak beragama dianggap PKI jadi mereka penganut kepercayaan itu menganut agama Hindu karena kebetulan ada yang mengenalkan agama Hindu dan cara-cara beribadah agama Hindu dirasa paling cocok dengan kepercayaan Buddha Jawi. 03 Maaf pak kira-kira kenapa masyarakat Ya mungkin karena pada saat itu tidak ada yang menganut kepercayaan Buddha yang memperkenalkan agama Buddha. Jawa itu tidak beralih memeluk agama Buddha? 04 Tentang Pendirian pure, apakah hal Dulu kami Umat Hindu sebenarnya belum yang kebetulan atau memang sudah punya pure yang megah seperti sekarang, diatur sebelumnya, hingga Pure ini ibadahnya masih dirumah-rumah kemudian berada dilokasi yang sama dengan kami mendirikan langgar, dulu belum disebut rumah ibadah lain? pure, langgar itu sangat sederhana, itu sebetulnya tanah negara yang sudah diberikan untuk pendiirian pure itu dan kebetulan tanahnya disit bersebelahan dengan SD dan masjid. 05 Apa tidak ada masalah ketika Pure Tidak, semuanya berjalan dengan lancar. didirikan pak? 06 Menurut bapak bagaimana hubungan Sejak saya datang ke desa ini sampai sekarang antar pemeluk agama di Desa ini pak? belum pernah saya menemukan bentrok yang disebabkan oleh agama, karena saya termasuk pendatang yang ditugaskan sebagai pembina agama Hindu di desa ini tapi saya sudah sangat lama disini jadi ini sudah seperti desa saya. Pertama kali saya datang kesini memang agak terkejut karena masyarakat bisa rukun 07 Menurut bapak adakah faktor yang mempengaruhi masyarakat disini? Mungkin iktan keluarga atau apa? 08 Pak ada gak kata-kata persatuan yang kalau kata it disebut masyarakat Balun ini semua tau misalnya “makan gak makan kumpul” atau yang lain 09 Adakah pemeluk agama Hindu yang berpindah ke agama lain? Dan bagaimana tanggapan bapak? 10 Perasaan bapak sendiri bagaimana pak? Ada rasa kecewa tau bagaimana? 11 Biasanya orang-orang berpindah agama itu ada sebabnya pak, kalo disini ratarata sebabnya apa pak? dalam satu desa walaupun berbeda agama, kata mereka agama itu urusan invidu dengan tuhan makanya dalam hbungan bermasyarakat mereka itu rukun. Kalau ikatan keluarga saya rasa itu pasti, karena sebagian besar masyarakat disini itu punya hubungan keluarga, kemudian saya rasa semangat mereka untuk bekerja itu yang mengakibatkan mereka rukun, karena masyarakat Balun ini termasuk masyarakat yang punya semangat kerja tinggi hampir tidak ada pengangguran disini, semua bekerja walaupun pekerjaan serabutan tetapi saya salut dengan semangat bekerja masyarakat sini, kalau isa dibilang hidup mereka itu untuk bekerja, bekerja dan bekerja tetapi tentunya tidak lupa dengan urusannya dengan tuhan. Saya rasa gak ada sih untuk sekarang-sekarang ini tetapi dulu mungkin 20 tahun yang lalu, kata itu masih dipraktekkan karena dulu itu hampir semua masyarakat desa Balun ini tidak ada yang keluar jadi menikahpun harus dengan orang asli sini tetapi untuk sekarang ini zaman yang sudah modern kan kata-kata itu sudah tidak dipraktekkan lagi. Ada, dan kami tidak bisa menghalangi itu, setelah mereka menyatakan akan berpindah agaa dan kami beri pengertian-pengertian kemudian mereka masih tetap ingin berpindah agama ya itu hak mereka. Karena kami tidak bisa memaksa dia tinggal dalam satu agama sebab hidup itu kan butuh kesejahteraan dan kita tidak bisa menjamin kesejahteraan mereka jika kami mengekang mereka. Ya kecewa itu pasti tapi itu tadi kami tidak bisa memakakan yang sudah menjadi ha mereka. Rata-rata disini sebabnya pernikahan, karena suka dengan umat lain agama maka mereka berpindah agama, karena belum ada legalisasi pernikahan agama kan di Indonesia. IDENTITAS INFORMAN Nama : Khusairi Agama :Islam Pekerjaan/Jabatan :Kepala Desa Balun No Pertanyaan 01 Bagaimana Kondisi desa Balun yang masyarakatnya memeluk tiga agama yang berbeda? 02 Apakah tidak pernah ada kerusuhan terutama disebabkan karena perbedaan agama didesa Balun? 03 04 05 06 07 08 09 10 Jawaban Desa Balun ini selalu damai dan Rukun walaupun masyarakatnya berbeda agama, mereka saling menghormati satu sama lain. Tidak, perbedaan agama didesa ini sudah menjadi hal yang biasa tidak pernah terjadi konflik. Bahkan pada saat acara2 tertentu hampir tidak bisa dibedakan mana umat islam, kristen dan hindu karena masyarakat disini berbaur. Menurut Bapak apa faktor yang Tidak ada faktor-faktor tertentu, semuanya menyebabkan integrasi dan kerukunan berjalan apa adanya tanpa dibut-buat dari didesa ini? dulu hingga sekarang. Adakah peranan lembaga keagamaan Tidak tertentu untk menjaga kerukunan di desa ini? Menurut bapak bagaimana peran Ya pemuka agama atau pemimpin agama pemuka agama dalam kehidupan sehari- disini berperan memimpin ibadah-ibadah hari? dan sebagai orang yang kerap kali memberi soslusi kepada umatnya jika terdapat permasalahan-permasalahan. Apakah sudah maksimal peran pemuka Menurut saya mereka sudah meaksanakan agama tersebut? Dan apaka mereka tugas sebagaimana mestinya memimpin menyerukan kerukunan kepada umat? agama. Untuk seruan-seran saya rasa pasti ada. Seperti kalo diislam kan dalam forum2 kultum. Apakah dalam satu keluarga didesa Ada, dan kita tidak bisa melarang itu terjadi Balun ini ada yang memeluk agama karena itu hak mereka. berbeda? Dan bagaimana tanggapan bapak? Apakah pernah terjadi pernikahan beda Tidak. agama disini? Apakah disini pernah terjadi konversi Ada, dan tidak sedikit, dan sekali lagi kita agama/ atau pindah agama? Bagaimana tidak bisa memaksa seseorang untuk tanggapan bapak mengenai hal itu? memeluk agama tertentu saya sebagai kepala desa kan harus bersikap adil. Saya tidak pernah ikut campur tentang keberagamaan seseorang. Mata pencarian masyarakat Balun? Petani Tambak rata-rata ada juga buruh, wiraswasta dan llain-lain. IDENTITAS INFORMAN Nama : Rudi Agama :Islam Pekerjaan/Jabatan :Perangkat Desa Balun No Pertanyaan 01 Bagaimana Kondisi desa Balun yang masyarakatnya memeluk tiga agama yang berbeda? 02 Menurut bapak apa yang menyebabkan masyarakat bisa hidup damai dan rukun walaupun berbeda agama? 03 Adakah kebebasan memeluk agama disini misalnya dalam satu keluarga berbeda agama? 04 Bisa disebutkan salah satu kepala keluarga yang berbeda agama dalam satu keluarga? Bagaimana hubungan mereka dalam acara-acara kegamaan misalnya selamean orang meninggal atau pernikahan? Pada saat hari raya agama bagaimana kondisi masyarakat disini? 05 06 07 Adakah momen berkumpul bersama 3 pemeluk agama? 08 Dalam pemilihan kepala desa apakah ada syarat bahwa kepala desa harus islam? Jawaban Masyarakat sini selalu rukun, damai Dari dulu masyarakat disini sudah rukun, walaupun berbeda agama jadi ya menurut saya tidak ada penyebab-penyebabnya, ya memang dari duu sudah rukun. Ada, disini memang bebas memeluk agama mana saja, tidak sedikit disini dalam satu keluarga yang memeluk agama yang berbeda.. dikeluarga bapak karmani, belia dan istrinya memeluk agama Hindu dan dua anaknya memeluk agama Islam dan Kristen. Baik-baik saja, mereka saling membantu, disini kalau ada tetangganya meninggal mesti ta’ziyah seperti biasa. Walaupun berbeda agama yang meninggal. Masyarakat disini saling mengucapkan selamat, baik natal atau hari raya idul fitri, pada saat nyepi juga umat non Hindu sangat menghormati. Untuk acara keagamaan tidak ada, karena kan setiap agama punya caranya sendirisendiri, tetapi biasanya kami merayakan HUT Indonesia, itu momen-momen berkumpul masyarakat diberbagai usia, kemudian arisan, kalau disini itu ada arisan yang hampir diikuti seluruh masyarakat Balun. Yang dikordinir oleh borek (Tuan Arisan) biasanya arisan itu digunakan untuk hajat-hajat yan besar seperti membangun rumah atau modal-modal usaha karena dapatnya puluhan juga. Itu bentuk masyarakat saling bantu membantuh hajat sesama. Tidak, tidak ada syarat agama tertentu, siapa saja boleh menjadi kepala desa asalkan memiliki kemampuan, kami juga pernah mempunyai kepala desa yang beragama Kristen. 09 10 11 Untuk perangkat desanya pak? Perangkat desa ya campurang tai memang lebih banyak yang beragama Islam karena kan masyarakatnya juga banyak yang beragama islam. Menurut bapak apakah sudah adil Saya ini termasuk orang lapangan, yang pelayanan desa kepada masyarakat yang melayani masyarakat ampir 24 jam berbeda agama? walaupun hari libur kalau ada orang yang membutuhkan pelayanan desa ya saya layani, siapapun itu, apapun agamanya, saya tidak pernah membeda-bedakan antara orang Islam, Kristen ataupun Hindu. Semuanya kami layani dengan baik. IDENTITAS INFORMAN Nama : Sumitro Agama : Islam Pekerjaan/Jabatan : Prangkat desa dan salah satu sesepuh desa Balun no Pertanyaan 01 Sebagai salah satu sesepuh pasti bapak adalah orang yang paling tau sejarah, mohon diceritakan sejarah masuknya agama-agama di desa ini pak ! Jawaban Kalau berbicara tentang sejarah agama pasti sangat panjang, kalau islam sendiri kan ceritanya di ajarkan oleh mbah Alun, konon katanya mbah ini adalah seorang wali yang membawah agama islam ke desa ini dan namanya pula yang dijadikan nama desa ini mbah Alun jadi Balun. Kemudian Agama Hindu masuk, dulu pas zaman-zaman PKI itu orang-orang yang tidak beragama kan dianggap PKI jadi waktu itu masyarakat disini yang masih mempercayai kepercayaan jawa yang biasa disebut kejawen memeluk agama Hindu, karena mungkin dirasa mirip upacaranya dan cara-cara ibadahnya. Kalau agama Kristen itu mula-mula dibawah oleh Pak Badi, Dia adalah orang Balun yang pekerjaannya tentara, pada waktu itu pak Badi menjabat sebagai kepala desa Balun, Dia memperkenalkan agama Kristen lewat musik, jadi setiap hari dirumah pak badi memainkan alat musik piano, lama-lama kan asyarakat awam tertarik, sempat juga sampai dibuka les kalo zaman sekarang, les piano dan yang dimainkan tentu saja lagu-lagu kristen, kemudian masyarakat perlahan banyak yang tertarik dan masuk Kristen. 02 Menurut Bapak bagaimana hubungan Dari dulu hingga sekarang mereka sangat antara pemeluk agama disini? rukun tidak ada permusuhan, masyarakat disini hidup damai, bahkan dalam kehidupan sehari-hari atau hajatan pernikahan atau yang lainnya hampir tidak bisa dibedakan agama mereka walaupun dari pakaian kalau hajatan yang laki-laki sering pakai peci pas selametan juga pakai kokoh yang perempuan juga kadang pakai tudung juga. 03 Faktor-faktor yang menyebabkan Ya gak faktor-faktor menurut saya masyarakat kerukunan tersebut apa? Misalnya disini ya memang hidup rukun tanpa dibuatikatan keluarga atau yang lain? buat ari dulu hingga sekarang. Kalau masalah keluarga memang penduduk Balun ini kalau dihitung-hitung ya masih ada ikatan keluarga karena zaan dulu itu pernikahan itu dilakukan sesama penduduk Balun. Tapi sekarang kan sudah tidak jadi sudah banyak pendatang. 04 Kalau ada orang yang meninggal Ya jenazah akan diurus sesuai ajaran agama prosesinya bagaimana? masing-masing tetapi kalau misalnya ta’ziyah ya dari agama manapun biasanya a’ziyah. Jangankan ada orang yang meninggal ada saat acara-acara keagamaan saja kalo misalnya umat lain butuh bantuan juga masyarakat sini akan saling membantu. 05 Kalau Tradisi hari raya begitu pak, Hari raya ya mereka akan saling bagaimana? mengucapkan, kalau idul fitri saja banyak masyarakat non muslim yang juga menyediakan kue, kemudian dulu juga pernah terjadi hari raya idul adha dan kebaktian agama kristen itu terjadi dihari yang sama ykni hari minggu, kemudian karea pelaksanaan ibadahnya sama dilakukan jam 7 dan tempatnya saling berdekatan akhirnya tanpa diminta umat kristen mengundur jam pelaksanaannya menunggu sholat id selesai. Kalau nyepi juga begitu, kalau waktnya Nyepi umat non Hindu tidak rame-rame kemudian hanya sedikit lampu yang dihidupkan, masjidpun kalau sholat juga adzannya tidak pakai engeras suara paling nanti iqomahnya saja. Pokoknya disini itu unik. IDENTITAS INFORMAN Nama : Sutrisno Agama :Kristen Pekerjaan/Jabatan :Dosen/Pemuka agama Kristen no Pertanyaan Jawaban 01 Mohon diceritakan sejarah masuknya Kristen awalnya dikenalkan oleh bapak Badi, agama Kristen ke Desa Balun! beliau adalah warga asli desa Balun, beliau adalah seorang tentara yang ditugaskan ke irian jaya sembari tugas beliau belajar agama kristen dan setelah pulang ke Balun beliau mengajarkan agama Kristen. Awalnya kepada keluarganya, kemudian banyak masyarakat yang tertarik untuk belajar dan menganut agama kristen. 02 Tentang Pendirian gereja, apakah hal Sebetulnya tidak diatur mengenai tempat yang kebetulan atau memang sudah pendirian gereja, jadi ketika pemeluk agama diatur sebelumnya, hingga gereja ini Krsten disini berangsur-angsur banyak maka berada dilokasi yang sama dengan dirasa perlu mendirikan tempat ibadah yang rumah ibadah lain? layak kemudian secara bersama kami membeli tanah yang kebetulan tanah kosongnya berada disitu. 03 Apa tidak ada masalah ketika gereja Tidak, semuanya berjalan dengan lancar. didirikan pak? 04 Menurut bapak bagaimana hubungan Hubungan kami baik-baik saja, kami hidup antar pemeluk agama di Desa ini pak? rukun, kami saling menghormati satu sama lain, masyarakat disini tidak pernah mempermasalahkan perbedaan agama yang ada. 05 Adakah pemeluk agama Kristen yang Ada, dan kalo bertanya tanggapan saya berpindah ke agama lain? Dan memang sebagai pemeluk agama yang baik bagaimana tanggapan bapak? seharusnya itu tidak terjadi, tetapi kembali lagi bahwa tidak ada paksaan dalam hal agama, dan saya juga tidak bisa memaksa orang, kalo orang itu mau pindah ke agama lain ya bagaimana lagi. 06 Perasaan bapak sendiri bagaimana pak? Ya kecewa itu pasti tapi kan sekali lagi kita Ada rasa kecewa tau bagaimana? tidak bisa memaksa seseorang. 07 Biasanya orang-orang berpindah agama Rata-rata disini sebabnya pernikahan, karena itu ada sebabnya pak, kalo disini rata- suka dengan umat lain agama maka mereka rata sebabnya apa pak? berpindah agama, karena belum ada legalisasi pernikahan agama kan di Indonesia. IDENTITAS INFORMAN Nama : Suwito Agama : Islam Pekerjaan/Jabatan : Petani Tambak/Tokoh agama Islam/Ta’mir Masjid No 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 Pertanyaan Jawaban Bagaimana Hubungan antar agama Sangat baik, rukun sesama pemeluk agama didesa ini? dan pemeluk agama lain. Menurut bapak apa faktor yang Tidak ada faktor-faktor, semua berjalan menyebabkan kerukunan terjadi? begitu saja tanpa sebab dan memang dari dulu hingga sekarang juga kami begini Menurut Bapak apa makna kerukunan? Kerukunan ya hidup dama tentantram saling menghormati, saling menghargai sesama. Saling membantu jia dibutuhkan. Bagaimana gambarang kerukunan Kami saling menghormati umat lain disini disini? bahkan ketika ada acara-acara kami juga saling membantu. Disini tempat ibadah berdekatan itu Sebenarnya masjid ini tanah desa, terus pure hanya sekedar kebetulan atau sudah itu tanah pemerintah dan gereja itu tanah diatur sebelumnya? yang dibeli oleh umat kristen, tidak diatur sebelumnya, tanah-tanah ini kebetulan kosong. Adakah pemeluk agama Islam yang Ada tapi tidak banyak, lebih banyak yang berpindah ke agama lain? Dan non islam berpindah ke islam bagaimana tanggapan bapak? Perasaan bapak sendiri bagaimana pak? Ya kecewa, tapi kami sudah berbuat yang Ada rasa kecewa tau bagaimana? seharusnya kami memberi arahan-arahan berupaya agar mereka tidak berpindah agama tapi ya pada akhirnya semua kembali kepada individu masing-masing. Biasanya orang-orang berpindah agama Biasanya Karena faktor pernikahan. itu ada sebabnya pak, kalo disini ratarata sebabnya apa pak? Bapak sebagai petani tambak, apakah Ya pasti butuh bantuan tenaga lain, kami para petani disini mengurus lahannya biasanya mempekerjakan buruh-buruh disini sendiri atau dengan bntuan orang lain? saat musim panen atau tanam, baik tanam ikan atau jagung, cabe dan lain-lain karena tambak disini kalau waktunya musim hujan biasanya kami kasih nanem ikan tapi kalau pas musim kemarau kami tanami tumbuhan. Apakah ada kriteria tertentu dalam Oh tidak, ya yang penting mereka bisa memilih buruh yang berkenaan dengan bekerja dengan baik, tidak masalah agama agama? mereka apa.