i JURNAL ILMIAH Tanggung Jawab Wali Amanat (Trustee) Terhadap Pemegang Obligasi Dalam Pasar Modal Oleh : Lalu Lukman Hakim D1A 010 284 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2015 ii Tanggung Jawab Wali Amanat (Trustee) Terhadap Pemegang Obligasi Dalam Pasar Modal Oleh : Lalu Lukman Hakim D1A 010 284 Menyetujui, Pembimbing Pertama ( Agus Budiarto, SH., M.Hum) NIP. 19521127 198703 1 001 iii TANGGUNG JAWAB WALI AMANAT (TRUSTEE) TERHADAP PEMEGANG OBLIGASI DALAM PASAR MODAL Lalu Lukman Hakim NIM. D1A010284 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK Hubungan antara pemegang obligasi dengan wali amanat di atur dalam perjanjian perwaliamanatan. Penyusunan Skripsi ini bertujuan untuk mengetahuiTanggungjawab Wali Amanat (trustee) terhadap pemegang obligasi dalam pasar modal. Untuk itu, penulis menggunakan penelitian Normatif yaitu mengkaji dan menganalisa peraturan Perundang-undangan serta pendapat para ahli yang berkaitan dengan Tanggungjawab Wali Amanat. Berdasarkan hasil penelitian Tanggungjawab Wali Amanat (trustee) terhadap pemegang obligasi, yaitu hubungan hukum antara wali amanat dengan Emiten yaitu hubungan antara penerbit obligasi dan pihak yang mewakili investor. Bentuk tanggungjawab hukum wali amanat terhadap Emiten yaitu terkait dengan fungsinya sebagai wakil terhadap pemegang efek bersifat utang/obligasi. Kata Kunci : Tanggungjawab Wali Amanat (Trustee) Terhadap Pemegang Obligasi (Emiten) RESPONSIBILITIES OF TRUSTEES (TRUSTEE) HOLDERS OF BONDS IN THE CAPITAL MARKET ABSTRACT The relationship between bondholders with a trustee set in the trustee agreement. The preparation of this thesis aims to determine Responsibilities of Trustees (trustee) to the holders of bonds in the capital market. To that end, the author uses the normative research including reviewing and analyzing legislation and regulation expert opinion relating to the responsibilities of Trustees. Based on the results of research Responsibilities of Trustees (trustee) to the bondholders, the legal relationship between the trustee of the Emiten, namely the relationship between the issuer and the parties representing investor. Forms of legal liability trustee against the Issuer is related to its function as the representative of the holders of debt securities / bonds. Keywords: Responsibilities of the Trustee (Trustee) Against Bondholders (Emiten) iv I. PENDAHULUAN Seiring meningkatnya kegiatan bisnis di pasar modal Indonesia pasca krisis moneter membuat banyak perusahaan tertarik untuk memanfaatkan pasar modal dalam negeri, namun disisi lain timbul beberapa kekhawatiran mengenai resiko yang timbul apabila pihak Emiten melakukan wanprestasi atas kewajibannya utangnya. Hal ini pada dasarnya cukup beralasan mengingat dalam kasus-kasus sebelumnya, pada akhirnya investorlah yang sering dirugikan apabila hal tersebut terjadi. Efek bersifat utang (obligasi) merupakan surat pengakuan utang yang sifatnya sepihak dari pihak penerbit (Emiten) dan para kreditur (Investor), yang mana jumlahnya relatif cukup banyak. Atas dasar tersebut untuk melindungi investor dari resiko gagal bayar ini, dalam proses penerbitan obligasi, maka dirasa perlu untuk membentuk suatu lembaga (wali amanat) yang mewakili seluruh kepentingan kreditur. Dalam Pasal 1 angka 30 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menentukan bahwa wali amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang bersifat utang.Akibat dari kedudukan itu, dalam suatu penerbitan obligasi, para pemegang obligasi berdasarkan hukum telah memberikan kuasa kepada wali amanat tersebut meskipun penunjukkan atas wali amanat ini sebenarnya di lakukan oleh penerbit obligasi (debitur) sendiri. Pada prinsipnya wali amanat di tunjuk oleh Emiten yang ingin menerbitkan obligasi sebelum melakukan emisi. Penunjukan tersebut tidak di lakukan oleh pemegang obligasi mengingat v pada waktu penunjukan tersebut belum terdapat pemegang obligasi, karna pada saat itu obligasi tersebut belum di tawarkan kepada masrayakat pada umumnya. Setelah wali amanat di tunjuk oleh emiten, maka emiten dan wali amanat harus membuat suatu perjanjian yang disebut dengan Perjanjian Perwaliamanatan. Hubungan antara emiten obligasi dengan wali amanat di atur dalam perjanjian perwaliamanatan.1 Sejak ditandatangani perjanjian perwaliamanatan tersebut, maka wali amanat telah sepakat dan mengikatkan diri untuk mewakili pemegang efek bersifat utang (obligasi) tersebut, tetapi perwakilan tersebut baru berlaku efektif pada saat efek tersebut telah dialokasikan kepada para pemodal. Perjanjian perwaliamanatan ini lah yang akan menjadi dasar utama dalam mengatur syarat dan kondisi penerbitan efek bersifat utang, termasuk hak dan kewajiban para pihak yang terlibat. Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas dan bertitik tolak dari uraian tersebut maka penulis merasa terdorong untuk mengkaji serta menganalisis tentang upaya untuk memberikan suatu prespektif tentang tanggung jawab wali amanat agar tidak ada salah pengertian mengenai tanggung jawab wali amanat itu sendiri. Penelitian mengenai tanggung jawab wali amanat memang sudah ada akan tetapi masih belum jelas terkait dengan norma atau aturan yang mengatur tentang tanggung jawab wali amanat terhadap pemegang obligasi dalam pasar modal. Oleh karena itu penulis mengangkat penelitian ini dengan judul “Tanggung 1 Adrian Sutedi, Op.cit.,hlm 14 vi Jawab Wali Amanat (Trustee) Terhadap Pemegang Obligasi Dalam Pasar Modal “ melalui kajian ini penulis ingin mengetahui tanggung jawab wali amanat terhadap pemegang obligasi dengan tujuan untuk memperjelas dan untuk menegakkan supermasi hukum. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu mengenai : 1. Bagaimanakah hubungan hukum antara waliamanat dan emiten dan. 2. Bagaimanakah bentuk tangungjawab hukum waliamanat terhadap pemengang obligasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hukum antara waliamanat dengan emiten dan untuk mengetahui bentuk tanggungjawab hukum waliamanat terhadap pemengang obligasi. Manfaat penelitian ini yaitu: 1. Secara akademis yaitu penelitian ini merupakan prasarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Mataram pada tingkat S1 (srata satu). Sedangkan 2. manfaat secara praktis yaitu menjadi sumber informasi terhadap para pihak terhadap para pihak tentang peran dan tanggungjawab waliamanat terhadap pemengang obligasi. Adapun metode penelitian dalam penulisan ini yaitu dengan menggunakan Jenis Penelitian Normatif, yaitu penelitian yang mengkaji dan menganalisa peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum dan normanorma hukum. Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini yaitu Pendekatan Yuridis. Teknik pengumpulan bahan hukumnya melalui setadi dokumen atau literatur dan bahan kepustakaan. Analisa bahan hukum yang vii digunakan adalah analisis bahan hukum yang berupa gambaran seccara jelas terhadap objek yang dibahas secara kualitatif dan secara kuantitatif. viii II. PEMBAHASAN Hubungan Hukum Antara Waliamanat Dengan Emitem. wali amanat melalui beberapa hubungan dengan emiten melalui 3 (tiga) Proses emisi, yang dalam hal ini emisi merupakan penerbitan surat berharga oleh perusahaan untuk dijual kepada umum. 3 (tiga) proses emisi tersebut meliputi: 1. Sebelum Proses Emisi ialah Sebelum diterbitkannya obligasi, wali amanat bersama lembaga-lembaga lainnya akan berhubungan dengan issuer atau emiten. Wali amanat akan menganalisis keadaan keuangan emiten. Dari analisis tersebut akan terlihat bagaimana keadaan keuangan emiten, apakah baik atau buruk, keuangannya, keadaan saat ini, apakah emiten bagaimana proyeksi tersebut akan mampu melakukan pembayaran kewajibannya atas obligasi tersebut. Kewajiban paling pokok adalah melakukan pembayaran bunga yang telah diperjanjikan dan melakukan pembayaran pokok pada saat yang telah ditentukan. 2. Saat Proses Emisi Wali amanat bersama lembaga lainnya antara lain underwriter dan konsultan hukum akan menentukan hak-hak pemegang obligasi selaku kreditor. Hak-hak tersebut akan dibicarakan dengan emiten untuk kemudian dimasukan ke dalam perjanjian perwaliamanatan. Hak-hak pemegang obligasi tersebut antara lain hak atas pembayaran bunga, hak atas pembayaran pokok utang, tanggal-tanggal pembayaran, dan hak untuk memperoleh jaminan baik jaminan preferen maupun tidak. “Pemegang obligasi diwajibkan untuk mengetahui rating dari obligasi yang diterbitkan. Rating tersebut dilakukan oleh lembaga rating dan dicantumkan dalam ix perjanjian perwaliamanatan”.2 Hak pemegang obligasi lainnya adalah hak untuk memperoleh laporan-laporan selama jangka waktu obligasi mengenai bagaimana status obligasi yang telah dibeli. 3 Setelah Emisi Obligasi Pada saat obligasi sudah berjalan dan sudah dipegang oleh pemegang obligasi wali amanat akan menakukan pemantauan atas pemenuhan kewajibankewajiban kepada emiten sebagaimana telah diperjanjiakan dalam perjanjian perwaliamanatan. Atas dasar pemantauan tersebut, wali amanat akan memberitahukan hal-hal penting dari hasil pemantauan yang ditemukannya kepada pemegang obligasi. Namun tidak semua laporan akan disampaikan. Hanya laporan yang penting sekali sajalah yang disampaikan ke pemegang obligasi. Kesemuanya itu akan didiskusikan dengan emiten secara rinci dan akan dimasukan kedalam perjanjian perwaliamanatan sebagai dasar perikatan antara wali amanat, emiten dan pemegang obligasi.dilihat dari pasal 52 jo. penjelasan pasal 51 ayat (2) Undang-Undang Pasar Modal, maka jelas dalam perjanjian perwaliamanatan yang dibuat antara emiten dengan wali amanat mengandung suatu janji untuk kepentingan pihak ketiga yaitu investor pemegang obligasi. Tanggung Jawab Hukum Wali Amanat Terhadap Pemegang Obligasi Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa wali amanat merupakan salah satu lembaga penunjang pasar modal yang bertindak sebagai pihak yang mewakili para pemegang obligasi sehingga secara hukum diartikan 2 Ibid. x melakukan perbuatan hukum tertentu dimana orang yang mewakili menerima akibat yuridisnya. Lebih lanjut di dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal bahwa wali amanat merupakan pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang/obligasi baik dalam maupun diluar pengadilan, sehingga dalam melaksanakan tanggung jawabnya wali amanat di tuntut harus selalu mengedepankan serta mengutamakan kepentingan pemegang obligasi. Berkenaan dengan fungsinya untuk mewakili pemegang efek yang bersifat utang. Tanggung jawab wali amanat terkait dengan fungsinya sebagai wakil terhadap pemegang efek bersifat utang/obligasi sekurang-kurangnya meliputi:3 1. Sebelum Proses Emisi Sebelum proses emisi dimulai, maka waali amanat selaaku fungsinya sebagai wakil terhadap pemegang efek bersifat utang/obligasi melakukan penelitian calon emiten, penelitian ini mencakup: a. Analisis laporan keuangan emiten untuk memantau keadaan keungan emiten. b. Meneliti legalitas dari emiten. 2. Saat Proses Emisi. Terdiri atas: 1. Menentukan hak-hak para emegang efek bersifat utang atau obligassi, yang mencangkup: Hak pembayaran bunga, Hak pembayaran pokok, Penentuan tanggal-tanggal untuk pembayaran bunga, Hak untuk memperoleh informasi mengenai jaminan (preferen atau tidak preferen), Hak untuk mengetahui rating obligasi, Hak untuk memperoleh laporanlaporan dari emiten, Hak untuk memperoleh pemberitahuan apabila terjadi 3 Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal, Op,cit., hlm 15-16 xi kejadian penting dari emiten. 2. Membuat kontrak atau perjanjian perwaliamanatan. 3. Setelah emisi efek bersifat utang atau obligasi, yang mencangkup: Memantau pemenuhan kewajiban emiten yang tercantun dalam perjanjian perwaliamanatan, Memberitahukan kepada pemegang efek bersifat utang atau obligasi,emiten BAPEPAM, apabila terjadi kejadian penting, Menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) apabila diperlukan, Melaksanakan putusan RUPO. Pada dasarnya wali amanat tidak memiliki kewajiban kepada emiten oleh karena wali amanat tidaklah memiliki hubungan dengan emiten. Walaupun perjanjian perwaliamanatan dibuat dan ditandatangani oeleh emiten dan wali amanat, penandatanganan tersebut dilakukan oleh wali amanat dalam kapasitasnya sebagai wakil investor pemegang efek bersifat utang atau obligasi. Segala tindakan yang dilakukan oleh wali amanat adalah untuk kepentingan investor pemegang efek bersifat utang atau obligasi. Demikian juga dengan seluruh janji-janji yang diberikan oleh emiten dalam perjanjian perwaliamanatan adalah janji yang melahirkan perikatan yang wajib dipenuhi oleh emiten kepada investor pemegang efek bersifat utang atau obligasi yang dalam hal ini diwakilkan oleh wali amanat. Selanjutnya sebagai suatu bentuk perikatan yang sempurna, maka setiap janji wali amanat melahirkan tidak hanya kewajiban, melainkan juga pertanggung jawaban perdata pada diri wali amanat, yang dijamin dengan harta kekayaanya sesuai Pasal 1131 KUH Perdata. Sebagai wakil investor pemegang efek bersifat utang atau obligasi, antara wali amanat dan seluruh xii investor pemegang obligasi tersebut terdapat suatu hubungan kepercayaan (fiduciary relation).4 Berdasarkan pada hubungan kepercayaan tersebut, wali amanat dihadapkan pada kewajiban untuk melakukan segala tindakan hanya untuk kepentingan dari seluruh investor dan menghindari terjadinya benturan kepentingan antara kepentingan wali amanat dengan kepentingan investor pemegang obligasi yang tercemin dalam bntuk kewajiban wali amanat kepada investor pemegang obligasi. Selama dan sepanjang wali amanat telah melaksanakan tugasnya dan memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam perjanjian perwaliamanatan dan tidak melakukan tindakan pengambilan keuntungan pribadi dalam suatu transaksi yang mempunyai benturan kepentingan, melakukan lelalaian berat, atau kecurangan, merugikan kepentingan satu atau lebih investor pemegang obligasi, maka wali amanat tidaklah dapat diminta pertanggung jawabannya. 4 Gunawan Widjaja & Jono, Penerbitan dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali Amanat di Pasar Modal, Op.cit.,hlm.11. xiii III. Penutup Kesimpulan Ada pun kesimpulan yang dapat di ambil adalah 1. Hubungan hukum antara wali amanat dengan emiten yaitu hubungan hukum antara penerbit obligasi dan pihat yang mewakili investor. Hubungan keduanya diawali oleh kewajiban dari emiten yang ingin menerbitkan obligasi untuk menunjuk salah satu pihak sebagai wali amanat yaitu pihak yang mewakili calon investor. Hubungan hukum antara emiten dan wali amanat dibuat dalam suatu kontrak perwaliamanatan/ perjanjian perwaliamanatan. 2. Bentuk tanggung jawab hukum wali amanat terhadap pemegang obligasi yaituTanggung jawab wali amanat terkait dengan fungsinya sebagai wakil terhadap pemegang efek bersifat utang/obligasi sekurang-kurangnya dilakukan sebelum proses emisi sampai dengan saat proses emisi berjalan. Sedangkan jika terjadi suatu kelalaian yang dilakukan oleh wali amanat maka dapat di kenakan sanksi berupa sanksi hukuman yang diatur dalam Pasal 53 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dan sanksi administratif yang di atur dalam 61 PP No 45 Tahun 1995 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal. Saran Adapun ang menjadi saran adalah 1. Perlu adaanya pengaturan lebih rinci mengenai pemberian ganti rugi kepada pemegang efek bersifat utang atas kelalaian wali amanat dalam pelaksanaan tugasnya sebagai mana yang disebutkan dalam Pasal 53 Undang-Undang Pasar xiv Modal. 2. Penunjukan dan masa jabatan Wali Amanat perlu didasarkan pada kinerja Wali Amanat dalam melaksanakan tugasnya. 3. Ketentuan mengenai rincian pembatasan hak dan kewajiban Wali Amnat terhadap Emiten merupakan hal yang paling penting diatur dalam kontrak perwaliamanatan. 4. Rapat Umum Pemegang Efek bersifat utang atau Obligai yang diselenggarakan secara berkala dalam hal pembahasan suatu hal tertentu dipandang sebagai forum utama yang terpenting bagi para pemegang efek bersifat utang. xv DAFTAR PUSTAKA Buku Adrian Sutedi. Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk. Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Amirudin, Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta. Cet.1 P.T. Raja Grafindo Persada, 2004. Ana Rokhmatussa’dyah, Suratman. Hukum Investasi & Pasar Modal. Jakarta. Sibar Grafika, 2010. Budi Untung. Hukum Bisnis Pasar Modal. Jogjakarta. Penerbit Andi, 2011 Gunawan wijaja, Jono. Obligasi dan Peran Serta Tangung Jawab Wali Amanat Dalam Pasar Modal. jakarta : kencana, 2006. Iskandar Z. Alwi. Pasar Modal Teori dan Aplikasi. Jakarta: Yayasan Pancur Siswah, 2003. Inda Rahadiyan. Hukum Pasar Modal di Indonesia.Yogyakarta. Cetakan pertama, UII Press, 2014. .James Julianto Irawan. Surat Berharga Suatu Tinjauan Yuridis dan Praktis. Jakarta. Kencana Prenadamedia Group. Khairunnisa, Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, Medan:Pasca Sarjana, 2008 M. Irsan Nasarudin, Indra Surya. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Prenada Medis, 2004. Purbacaraka, Perihal Kaedah Hukum, Bandung:Citra Aditya, 2010 xvi Sunariyah. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Cet 2. Yogyakarta :UUP-AMP YKPN, 2000. Undang-Undang Indonesia, Undang-Undang 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) Indonesia, Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal Indonesia, Peraturan BAPEPAM No. VI.C.2 tentang Pendaftaran Bank Umum sebagai Wali Amanat Indonesia, Peraturan BAPEPAM No. X.I.1 tentang Laporan Wali Amanat Indonesia, Peraturran BAPEPAM No. X.I.2 tentang Pemeliharaan Dokumen oleh Wali Amanat Indonesia, Kitap Undang-Undang Hukum Perdata Internet Tim Studi Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia, Studi Tentang Perwaliamanatan di Pasar Modal Indonesia; Departeman Keuangan Republik Indonesia; Badan Pengawasan Pasar Modal; Proyek Peningkatan Efesiensi Pasar Modal, 2005, http://www.bapepam.go.id diakses pada tanggal 25 Agustus 2015