PENERAPAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

advertisement
PENERAPAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK
PENDUGAAN JENIS KELAMIN IKAN: STUDI KASUS IKAN KOI
(Cyprinus carpio)
Oleh:
MUHAMMAD IQBAL
C06400008
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
PENERAPAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK
PENDUGAAN JENIS KELAMIN IKAN: STUDI KASUS IKAN KOI
(Cyprinus carpio)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Oleh:
MUHAMMAD IQBAL
C06400008
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
RINGKASAN
MUHAMMAD IQBAL. Penerapan Metode Jaringan Syaraf Tiruan untuk Pendugaan
Jenis Kelamin Ikan: Studi Kasus Ikan Koi (Cyprinus carpio ). Dibimbing oleh INDRA
JAYA dan ODANG CARMAN.
Koi (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan yang dari dulu hingga saat ini
terkenal di masyarakat, khususnya pecinta ikan hias, para hobiis dan pebisnis yang terjun
langsung memelihara dan mengkomersialkannya. Koi terkenal karena warna, bentuk dan
gerakannya yang menarik sehingga sederetan langkah dilakukan untuk mendapatkan
keindahan tersebut. Salah satu langkah penting yang sering dilakukan adalah denga n
penentuan jenis kelamin ikan dimana ikan koi jantan pada umumnya memiliki keindahan
yang lebih bila dibandingkan dengan koi betina.
Penelitian ini bertujuan untuk mengimplementasikan sebuah sistem yang mampu
mengintegrasikan metode pemilahan jenis kela min melalui penerapan jaringan syaraf
tiruan sebagai sebuah metode komputasi yang relatif baru dibidang perikanan.
Diharapkan pengembangan sistem ini nantinya mampu melakukan pendugaan yang lebih
dini terhadap jenis kelamin ikan koi.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan
Februari 2005. Sumber data diperoleh dari hasil foto ikan koi yang dipelihara di
Laboratorium Basah Biologi Laut. Implementasi dan analisis sistem di lakukan di
Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan Departemen ITK dan Laboratorium
Pengembangbiakan dan Genetika Ikan Departemen BDP untuk identifikasi jenis kelamin.
Analisis citra ikan yang didapatkan menggunakan algoritma pengolahan citra
sehingga akan dihasilkan nilai deskriptor – deskriptor sebagai masukan pada sebuah
jaringan syaraf tiruan. Adapun deskriptor yang diambil yaitu Panjang, Lebar, Perimeter,
Area, Elongation, Circulariy, Rectangular, Indeks Warna Merah, Indeks Warna Biru,
Indeks Warna Hijau, Intensitas, Hue dan Saturasi objek ikan Koi.
Hasil analisis menunjukan bahwa nilai deskriptor yang dihasilkan ikan jantan dan
ikan betina pada umumnya berbeda nyata kecuali pada deskriptor Elongation dan
deskriptor Iindeks Warna Hijau.
Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan (JST) yang digunakan adalah algoritma
Backpropagation. Komponen algoritma JST yang digunakan berbeda untuk ikan jantan
dan betina sangat tergantung pada nilai laju pembelajaran, jumlah neuron tersembunyi
dan jumlah iterasi yang dilakukan, sedangkan nilai momentum yang digunakan sama
yaitu 0.5
Tingkat akurasi terbaik yang diperoleh adalah 100% pada saat pelatihan baik pada
ikan jantan maupun ikan betina sedangkan tingkat akurasi terbaik yang diperoleh pada
saat validasi adalah 70%. Pada ikan jantan laju pembelajaran yang memberikan hasil
validasi terbaik adalah learning rate 0.9 dengan iterasi maksimum 10,000 kali dan jumlah
neuron tersembunyi sebanyak 39 buah, sedangkan pada ikan betina didapatkan nilai laju
pembelajaran sebesar 0.3 dengan jumlah neuron tersembunyi sebanyak 39 buah dan
iterasi maksimum sebanyak 10,000 kali.
SKRIPSI
Judul
: PENERAPAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN
UNTUK PENDUGAAN JENIS KELAMIN IKAN: STUDI
KASUS IKAN KOI (Cyprinus carpio)
Nama Mahasiswa
: Muhammad Iqbal
NRP
: C06400008
Disetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.
NIP. 131 578 799
Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc.
NIP. 131 578 847
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan
Dr. Ir. Kadarwan Soewardi, M.Sc.
NIP. 130 805 031
Tanggal lulus: 21 Oktober 2005
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Pemurah, berkat karunia dan
anugrah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Penerapan Metode Jaringan
Syaraf Tiruan untuk Pendugaan Jenis Kelamin Ikan: Studi Kasus Ikan Koi
(Cyprinus carpio) “ sebagai salah satu syarat kelulusan pada Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc sebagai
penanggung jawab Laboratorium Instrumentasi dan Telemetri Kelautan sekaligus sebagai
ketua dosen pembimbing, Bapak Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc selaku anggota dosen
pembimbing dan atas izinnya menggunakan Laboratorium Pengembangbiakan dan
Genetika Ikan Departemen BDP, Bapak Prof. Dr. Ir. Dedhi Soedharma, DEA selaku
kepala Laboratorium Biologi Laut yang telah memberikan izin untuk penggunaan
Laboratorium tersebut, Bapak Dr. Ir. Setyo Budi Susilo, M.Sc yang telah bersedia
menjadi dosen penguji tamu.
Penulis menyadari menyadari keterbatasan yang ada sehingga tulisan ini masih
belum sempurna, oleh karena itu perbaikan dan penelitian selanjutnya masih tetap
diperlukan. Namun demikian penulis berharap semoga tulisan ini berguna bagi penulis
dan pihak lain yang memerlukan.
Bogor, Oktober 2005
Muhammad Iqbal
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................
v
DAFTAR GAMBAR........................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................
viii
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................
1.2 Tujuan ...................................................................................
1
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Koi..............................................
2.2 Jaringan Syaraf Tiruan ..... ....................................................
2.3 JST Propagasi balik...............................................................
2.4 Penerapan Metode JST di Bidang Perikanan dan Kelautan..
4
8
14
18
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................
3.2 Bahan dan Alat Penelitian......................................................
3.3 Teknik Pengambilan Data ......................................................
3.4 Penentuan Jenis Kelamin Ikan secara Histologi.....................
3.5 Penentuan Deskriptor Ikan dengan Pengolahan Citra ...........
3.6 Desain Perangkat Lunak Pendugaan Jenis Kelamin Ikan Koi.
3.7 Metode JST dalam identifikasi kelamin Ikan Koi.............. .....
3.8 Validasi Model......................................................................
20
20
21
22
23
28
30
32
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Program Aplikasi JST ............................................................
4.2 Mengedit Citra Hasil Pemotretan Dengan Image Editor.........
4.3 Perhitungan Deskriptor dengan Pengolahan Citra..................
4.4 Basisdata KOI..........................................................................
4.5 Histogram Citra........................................................................
4.6 Karakteristik Deskriptor Geometrik........................................
4.6.1 Karakteristik Deskriptor Panjang...................................
4.6.2 Karakteristik Deskriptor Lebar.......................................
4.6.3 Karakteristik Deskriptor Perimeter.................................
4.6.4 Karakteristik Deskriptor Area.........................................
4.6.5 Karakteristik Deskriptor Elongation...............................
4.6.6 Karakteristik Deskriptor Circularity...............................
4.6.7 Karakteristik deskriptor Rectangular..............................
4.7 Karakteristik Deskriptor Warna...............................................
35
37
39
42
44
45
46
47
48
49
51
52
54
55
4.7.1 Karakteristik Deskriptor Indeks Warna Merah...............
56
4.7.2 Karakteristik Deskriptor Indeks Warna Hijau.................
57
4.7.3 Karakteristik Indeks Warna Biru......................................
4.7.4 Karakteristik Deskriptor Intensitas...................................
6
4.7.5 Karkteristik Deskriptor Hue.............................................
4.7.6 Karakteristik Deskriptor Saturasi.....................................
63
iii
4.8 Pendugaan Jenis Kelamin Ikan Koi dengan JST......................
65
4.8.1 Pelatihan JST....................................................................
65
4.8.2 Pengujian JST...................................................................
73
4.9 Keunggulan metode JST dibandingkan metode histologi dan
morfologi untuk penentuan jenis kelamin ikan koi......................... 72
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...............................................................................
5.2 Saran.........................................................................................
81
81
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
83
LAMPIRAN......................................................................................
85
RIWAYAT HIDUP............................................................................
90
iv
59
0
62
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Deskripsi Statistik Deskriptor Ikan koi Jantan
pada proses pelatihan....................................................................
68
2. Tipe Jaringan Syaraf Tiruan Ikan Koi Jantan pada proses
Pelatihan.........................................................................................
68
3. Deskripsi Statistik Deskriptor Ikan koi Betina
pada proses pelatihan....................................................................
71
4. Tipe Jaringan Syaraf Tiruan Ikan Koi Betina pada proses
Pelatihan.........................................................................................
71
5. Hasil Dugaan JST pada tipe JST pertama ikan koi jantan..............
75
6. Hasil Dugaan JST pada tipe JST kedua ikan koi jantan................
76
7. Hasil Dugaan JST pada tipe JST ketiga ikan koi jantan................
77
8. Hasil Dugaan JST pada tipe JST pertama ikan koi betina..............
78
9. Hasil Dugaan JST pada tipe JST kedua ikan koi betina..................
79
10. Hasil Dugaan JST pada tipe JST ketiga ikan koi betina...................
80
DAFTAR GAMBAR
v
1. Ikan Koi Betina dan Ikan Koi Jantan……………………………
Halaman
8
2. Ikan Koi Lokal dan Ikan Koi Impor.............................................
9
3. Konsep Kerja Jaringan Syaraf Tiruan (JST)................................
11
4. Gambaran Jaringan Syaraf Tiruan (JST).....................................
12
5. Model Network Multilayer ..........................................................
13
6. Fungsi Aktivasi Sigmoid Biner....................................................
16
7. Arsitektur Jaringan Propagasi Balik.......................................... ..
18
8. Teknik Pengambilan Data............................................................ .
24
9. Metode Deteksi Tepi dan Ujung Objek.......................................
25
10. Koneksi Piksel 8-Path..................................................................
26
11. Alur Perhitungan Deskriptor..................................................... ...
28
12. Alur Program Utama yang dikembangkan..................................
30
13. Struktur Jaringan Syaraf Tiruan yang dikembangkan.................
33
14. Form Utama Aplikasi...................................................................
36
15. Modul Image Editor dan perhitungan secara manual...................
38
16. Citra sebelum dan sesudah diedit..................................................
39
17. Citra hasil Filter, Hasil Binerisasi dan Hasil Deteksi Tepi...........
40
18. Tampilan form Advance Filter......................................................
41
19. Struktur Direktori Aplikasi............................................................
42
20. Tampilan Form Database Editor...................................................
43
21. Tampilan Form Copy Database Untuk manipulasi Struktur
Database........................................................................................
44
vi
vii
22. Tampilan form Histogram Citra....................................................
45
23. Grafik Pertumbuhan Linear Panjang Ikan Koi Jantan dan Betina..
46
24. Grafik Pertumbuhan Linear Lebar Ikan Koi Jantan dan Betina..
47
25. Grafik Pertumbuhan Linear Perimeter Ikan Koi Jantan dan Betina..
49
26. Grafik Pertumbuhan Linear Area Ikan Koi Jantan dan Betina..........
50
27. Grafik Pertumbuhan Linear Elongation Ikan Koi Jantan dan Betina..
52
28. Grafik Pertumbuhan linear Circularity ikan Koi Jantan dan Betina..
53
29. Grafik Pertumbuhan linear Rectangular ikan Koi Jantan dan Betina..
55
30. Grafik Pertumbuhan linear Indeks Warna Merah
ikan Koi Jantan dan Betina.................................................................
57
31. Grafik Pertumbuhan linear Indeks Warna Hijau
ikan Koi Jantan dan Betina..................................................................
58
32. Grafik Pertumbuhan linear Indeks Warna Biru
ikan Koi Jantan dan Betina..................................................................
60
33. Grafik Pertumbuhan Linear Intensitas Ikan Koi Jantan dan Betina....
61
34. Grafik Pertumbuhan Linear Hue Ikan Koi Jantan dan Betina.............. 63
35. Grafik Pertumbuhan Linear Saturasi Ikan Koi Jantan dan Betina.......
64
36. Tampilan Form Learning Propagasi balik................................. ..
66
37. Grafik Perubahan sigma error JST pertama ikan jantan.............. .
69
38. Grafik Perubahan sigma error JST Kedua ikan jantan..................
69
39. Grafik Perubahan sigma error JST ketiga ikan jantan.............. ...
70
40. Grafik Perubahan sigma error JST pertama ikan betina.............. .
72
41. Grafik Perubahan sigma error JST Kedua ikan betina..................
73
42. Grafik Perubahan sigma error JST ketiga ikan betina.............. ...
73
43. Tampilan form Aktivasi JST.........................................................
74
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data Deskriptor Ikan..................................................................
76
2. Hasil Perhitungan FHitung setiap deskriptor
Menggunakan Software MINITAB...........................................
80
3. Data Masukan Pelatihan.............................................................
82
4. Data Masukan Pendugaan..........................................................
86
5. Kode Sumber Beberapa Modul Penting Aplikasi......................
88
6. Jenis-jenis JST yang dicoba untuk mencari parameter
Terbaik........................................................................................
91
1.
viii
2. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Koi (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan hias yang sejak dulu hingga
saat ini terkenal di masyarakat, khususnya pecinta ikan hias, para hobiis dan pebisnis
yang terjun langsung memelihara koi dan mengkomersialkannya. Hal ini disebabkan koi
memiliki warna yang indah dan eksotis, bentuk dan gerakan yang menarik serta harga
yang sangat menggiurkan.
Untuk mendapatkan warna yang indah, bentuk dan gerakan yang menarik para
pemelihara koi harus melakukan sederetan langkah yang rumit untuk dilakukan, salah
satu langkah terpenting yang harus dilakukan adalah penentuan jenis kelamin (gender)
secara dini. Penentuan gender ini penting dilakukan karena pada umumnya koi betina
memiliki warna yang kurang tajam dibandingkan dengan koi jantan sehingga warna
buram atau tidak cemerlang ini akan sangat menurunkan nilai dari seekor koi, terutama
bagi seekor koi kontes.
Penentuan gender yang dilakukan selama ini masih dilakukan secara manual
sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama agar ciri – ciri fisik pembeda kelamin
tersebut muncul, sehingga biaya produksi yang harus ditanggung oleh para pembudidaya
ikan semakin besar, oleh karena itu diperlukan suatu cara yang lebih dini dan lebih baik
dalam penentuan jenis kelamin ini.
Perkembangan dunia komputer pada akhir–akhir ini sangat pesat. Hal ini terbukti
dengan digunakanya komputer dan komponen yang terintegrasi dengannya hampir di
setiap bidang. Salah satu sistem yang kemudian berkembang yaitu sistem kecerdasan
buatan (Artificial Intelegence). Kecerdasan buatan merupakan teknik menggunakan
komputer untuk berpikir atau berperilaku seperti manusia yang jika diamati pada manusia
dianggap cerdas.
Pada kesempatan ini penulis mencoba meneliti mengenai salah satu subsistem
dari sistem kecerdasan buatan , yaitu yang disebut dengan Jaringan Saraf Tiruan (JST) .
JST merupakan suatu struktur komputasi yang dikembangkan dari proses jaringan saraf
biologi di dalam otak, dengan kemampuan dasar yaitu mampu mempelajari contoh input
dan output yang diberikan, kemudian belajar beradaptasi dengan lingkungan sehingga
dapat memecahkan masalah – masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan metode
komputasi konvensional.
JST merupakan teknik komputasi yang efektif untuk memecahkan berbagai
permasalahan seperti pengidentifikasian sampel (termasuk pengidentifikasian suara dan
citra), klasifikasi, kompresi data, optimasi, pemodelan dan peramalan serta pemecahan
permasalahan kombinatorial, adaptive control dan multi sensor data fusion. Dalam
aplikasinya, JST banyak dipakai dalam masalah klasifikasi (Haralobus dan
Georgakarakos, 1996).
Agar komputer bisa bertindak seperti dan sebaik manusia, maka komputer juga
harus diberi bekal pengetahuan, dan mempunyai kemampuan menalar. Untuk itu pada
teknik kecerdasan buatan, akan dicoba untuk memberikan beberapa metode untuk
membekali komputer dengan kedua komponen tersebut agar komputer bisa menjadi
mesin yang pintar (Kusumadewi, 2003).
1.2
Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mendesain dan mengimplementasikan
sebuah sistem yang mampu melakukan metode pemilahan jenis kelamin ikan Koi
(Cyprinus carpio) melalui penerapan metode jaringan syaraf tiruan.
3. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Klasifikasi dan Morfologi Koi
Koi berasal dari ikan karper hitam, sehingga secara sistematik koi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Yusuf, 2002).
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Superklas
: Gnasthostomata
Kelas
: Osteichthyes
Superordo
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Teleostei
: Ostariophysi
: Cyprinidae
: Cyprinus
: Cyprinus carpio
Morfologi koi tidak jauh berbeda dengan jenis-jenis ikan yang lain yaitu terdiri
atas bagian kepala, badan dan bagian mulut. Bagian badan memiliki pigmen atau warna
seperti Xantofora (kuning), Melanofora (hitam), gunofora (putih kemilauan) dan
Eritrofora (merah). Bagian kepala mirip dengan ikan mas koki, tetapi dilengkapi dengan
satu sungut, sedangkan bagian mulut koi tidak terlalu lebar dan bagian rahang tidak
memiliki gigi. Gigi yang digunakan untuk mengunyah makanan terletak pada bagian
tenggorokan.
Penentuan jenis kelamin ikan koi pada saat ini dilakukan dengan dua cara yaitu
menggunakan metode jaringan secara morfologi dan metode histologis.
Secara morfologi, koi jantan dan betina dapat dibedakan dengan jelas. Perbedaan itu
dapat dilihat dari beberapa ciri (Agoes.et.al, 2002) yaitu :
1. Koi jantan bertubuh lebih ramping dibandingkan dengan koi betina
2. Perut koi jantan mengecil sedangkan koi betina perutnya membesar
3. Warna koi jantan lebih menyolok atau nyata dibandingkan dengan koi betina yang
berwarna kuning menyolok
4. Bagian anus koi jantan menonjol (cembung) sedangkan koi betina bagian anus
cekung ke dalam
5. Koi jantan memiliki tutup insang kasar sedangkan koi betina memiliki tutup
insang halus
6. Pada koi jantan, jika bagian perut ke anus dipijit akan mengeluarkan cairan putih
seperti susu sedangkan pada koi betina cairanya bening
7. Gerakan koi jantan lebih gesit dibandingkan dengan koi betina.
8. Pertumbuhan koi jantan lebih lambat daripada betina seumurnya
Jenis kelamin ikan koi dapat dibedakan saat ikan tersebut sudah cukup dewasa,
kurang lebih saat mencapai ukuran 25 cm. Koi jantan umumnya memiliki bentuk tubuh
yang lebih ramping dengan ujung tubuh yang meruncing, kepalanya tampak lebih besar
dari tubuhnya, sementara ikan koi betina memiliki kepala yang lebih kecil dan runcing.
Tepi sirip dada bagian pangkal koi jantan lebih tebal dan kuat daripada sirip koi betina.
Tubuh betina terlihat gemuk dan lebih lembut bila ditekan, lubang pelvic koi jantan lebih
sempit dengan bentuk oval dan agak cekung. Induk koi jantan yang berkualitas
didapatkan setelah berumur kurang lebih dua tahun sedangkan untuk koi betina harus
lebih dari tiga tahun (Ria, 1995).
Untuk membedakan induk jantan dan induk betina memang agak sulit terutama jika
ukurannya masih dibawah 25 cm. Induk yang dewasa harus berukuran minimum 40 cm,
sehingga tanda-tanda kelaminya tampak jelas (Dayat dan Sitanggang, 2003).
(a)
(b)
Sumber: Agoes.et.al (2002)
Gambar 1. Ikan Koi Betina (a) dan Koi Jantan (b)
Secara Histologis, penentuan jenis kelamin ikan koi dilakukan pada saat ikan
berumur 140 hari, caranya yaitu dengan mengambil ikan uji lalu diletakkan diatas gelas
objek dan dicacah, setelah itu diteteskan larutan asetokarmin dan didiamkan beberapa
saat. Preparat ditutup dengan gelas penutup dan diamati dibawah mikroskop. Gonad ikan
koi betina akan terlihat berukuran lebih besar dibandingkan dengan gonad ikan koi jantan
(Zairin, 2002).
Koi yang ada di Indonesia memiliki banyak variasi terutama pola warna yang
dihasilkan. Umumnya, pecinta ikan hias menggolongkan koi sebagai ikan hias biasa dan
ikan hias untuk kontes.
Pada dasarnya, ikan koi yang ada di Indonesia dikelompokkan menjadi 2, yaitu
koi lokal dan koi impor. Koi lokal adalah hasil persilangan atau pembastaran antara koi
Indonesia dan koi impor sedangkan koi impor adalah koi yang didatangkan dari Jepang.
Koi lokal memiliki perbedaan yang jelas dengan koi impor. Koi lokal memiliki
warna yang kurang cemerlang dibandingkan dengan koi impor. Koi impor memiliki
warna yang lebih murni, warna putih tidak memudar kekuningan seperti koi lokal,
bentuknya juga tidak pipih seperti koi lokal (Agoes.et.al, 2002).
(a)
(b)
Sumber: Agoes.et.al (2002)
Gambar 2. Ikan Koi Impor (a) dan Ikan koi lokal (b)
Untuk menyatakan apakah seekor koi (baik koi lokal maupun koi impor)
berkualias memang sangat susah, sehingga dibutuhkan suatu standar minimal agar koi
tersebut dikatakan berkualitas terutama karena koi berfungsi sebagai ikan hias, tentu saja
harus memberi kepuasan kepada konsumennya.
2.2 Jaringan syaraf tiruan
Pada sistem yang menggunakan kecerdasan buatan, akan dicoba untuk
memberikan output berupa solusi dari suatu masalah berdasarkan kumpulan pengetahuan
yang ada. Input yang diberikan pada sistem yang menggunakan kecerdasan buatan berupa
masalah. Pada sistem harus dilengkapi dengan sekumpulan pengetahuan yang ada pada
basis pengetahuan. Sistem harus memiliki inference engine agar mampu mengambil
kesimpulan berdasarkan fakta atau pengetahuan. Output yang diberikan berupa solusi
masalah sebagai hasil dari inferensi.
JST merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu
mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia pada struktur
komputasi, sehingga output yang dihasilkan bekerja seperti halnya sistem jaringan saraf
biologi di dalam otak. Secara sederhana konsep kerja dari jaringan syaraf tiruan dapat
dijelaskan oleh Gambar 3 (Demuth dan Beale, 1999 dalam Kusumadewi, 2003).
Target
Input
Neuron-neuron jaringan
syaraf tiruan yang memiliki
bobot tertentu
Bandingkan
Perbaiki nilai Bobot
Sumber: ( Demuth dan Beale, 1999) in Kusumadewi (2003)
Gambar 3. Konsep kerja jaringan syaraf tiruan
Seperti terlihat pada Gambar 3, bobot hubungan antara elemen atau neuron pada
JST disesuaikan berdasarkan galat hasil perbandingan antara output dengan target sampai
jaringan mencapai pola target.
Jaringan syaraf tiruan adalah suatu grup pemrosesan elemen-elemen (neuronneuron), dimana suatu subgroup (layer) melakukan komputasi yang independent dan
meneruskan hasilnya ke subgroup selanjutnya. Pemrosesan elemen-elemen dalam
subgroup ele men mempunyai tingkat aktivasi dari input yang diterimanya, kemudian
mengirimkannya sebagai sinyal ke beberapa elemen yang lain. Seperti yang ditunjukan
pada Gambar 4, JST ini mempunyai beberapa input dan satu output.
Nilai Bobot
x
ù
x
ù
x
ù
X
X = ∑ ωi xi
Input
Fungsi Aktivasi
f(x)
Y = f(x)
Output
Sumber: Kusumadewi (2003)
Gambar 4.
Gambaran Jaringan syaraf tiruan (JST)
Gambar 4 diatas dapat dijelaskan dengan singkat yaitu sebelum sinyal input
dimasukan kedalam unit output, suatu sinyal X i digandakan dengan beban ωi terhadap
X i dinyatakan dengan X = ∑ ωi x i . Oleh unit output X i dimasukan kedalam suatu
fungsi transfer f (x ) tertentu (fungsi aktivasi) untuk menghasilkan output akhir. Fungsi
transfer f (x ) dapat berupa fungsi linier atau fungsi lainya yang dapat lebih kompleks.
Layaknya jaringan syaraf biologi, jaringan syaraf tiruan memiliki karakteristikkarakteristik yang khas antara lain:
a) Arsitektur
Merupakan gambaran pola hubungan antara neuron. Pada arsitektur JST terdapat
elemen – elemen pemrosesan informasi (neuron – neuron) yang saling berhubungan
melalui connection link. Neuron – neuron disusun pada suatu lapisan (layer),
umumnya lapisan – lapisan tersebut terdiri dari lapisan input (input layer), lapisan
terselubung (hidden layer) dan lapisan output (ouput layer). Neuron – neuron pada
lapisan yang sama biasanya memiliki sifat atau kelakuan yang sama. Arsitektur JST
yang digunakan pada penelitian ini adalah multi – layer neural net (JST lapis ganda)
yang memiliki satu lapisan terselubung (hidden layer) diantara lapisan input dan
lapisan ouput. Arsitektur JST lapisan ganda adalah seperti gambar berikut.
Output Layer
O0
O1
Oc
H
H
H
vBC
1
H0
H1
H2
H3
HB
H
Hidden Layer
ù AB
Input Layer
1
X0
X1
XA
Sumber: (Rich dan Knight) in Sriyasa (2003)
Gambar 5. Model Network Multilayer (Rich dan Knight, 2001)
dimana :
X A = Variabel input node A pada lapisan input, A=0, 1, 2, …
H B = Output node B pada lapisan Hidden, B=0, 1, 2, …
OC = Output node C pada lapisan terselubung (hidden layer)
ωAB = Bobot yang menghubungkan node A pada lapisan input dengan
node B pada lapisan hidden
VBC = Bobot yang menghubungkan node B pada lapisan terselubung (hidden
layer) dengan node C pada lapisan output.
b) Pelatihan (Training)
Pembelajaran (learning) merupakan algoritma yang dipakai untuk penentuan
bobot pada hubungan (connection link). Metode pelatihan jaringan syaraf tirua n dapat
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: supervised, reinforcement dan unsupervised.
Metode pelatihan supervised yaitu metode pembelajaran dengan output yang
diharapkan telah diketahui sehingga pembelajaran ini dapat diasumsikan dengan guru
yang hadir selama proses pelatihan dan setiap contoh yang diberikan terdiri dari nilai
input dan nilai target. Selama proses pelatihan, nilai output yang dihasilkan
dibandingkan dengan antar target untuk menentukan besarnya galat. Galat tersebut
digunakan untuk mena mbah pembobot pada jaringan syaraf tiruan sehingga dapat
meningkatkan kinerja jaringan. Proses pelatihan ini tercapai jika galat pada setiap
contoh yang diberikan telah diperkecil pada tingkat yang dapat diterima.
Contoh algoritma yang menggunakan metode supervised adalah Delta rule,
Backpropagation, Hebian dan Stokastik. Metode pelatihan reinforcement adalah
dengan diasumsikan adanya guru yang hadir selama proses pelatihan, tetapi nilai
target tidak diberikan, hanya diberikan indikasi bahwa nilai output adalah benar atau
salah, indikasi ini digunakan oleh JST untuk memperbaiki kinerja jaringan. Contoh
algoritma yang menggunakan metode reinforcement adalah Learning automata.
Metode pelatihan Unsupervised adalah diasumsikan tanpa guru selama proses
pelatihan, contoh yang diberikan selama pelatihan hanya berupa input tanpa nilai
target. Sistem harus belajar menemukan dan beradaptasi terhadap perbedaan dan
persamaan didalam nilai input yang diberikan . Contoh algoritma yang menggunakan
metode unsupervised antara lain hopfield dan Kohonen feature Map.
c) Fungsi aktivasi
Fungsi aktivasi yang mentranformasikan total input JST pada suatu neuron untuk
menghasilkan sinyal keluaran (outgoing activity). Fungsi aktivasi yang digunakan
pada penelitian ini adalah fungsi sigmoid:
f (x ) =
1
− ωx
(1 + e ∑ )
i i
…………………………………
(1)
.....................................................
(2)
dengan f ' ( x ) = δf ( x)(1 − f ( x))
dimana:
δ =
∑ω x
i
i
f ' ( x ) = turunan pertama fungsi aktivasi
ωi = bobot neuron ke – i; i = 0,1,2,…
X i = input ke – i pada layer
Fungsi sigmoid biner memiliki nilai pada range 0 sampai 1. oleh karena itu, fungsi
ini sering digunakan untuk jaringan syaraf yang membutuhkan nilai output yang
terletak pada interval 0 sampai 1. walaupun pada penelitian ini hanya membutuhkan
nilai keluaran 0 dan 1 tetapi dengan menggunakan fungsi aktivasi sigmoid biner
pengambilan keputusan dapat lebih teliti karena perubahan nilai output lebih ”halus”
(mengikuti kurva sigmoid) dibandingkan dengan menggunakan fungsi biner, dimana
perubahanya sangat ”kasar” (hanya memiliki keluaran 0 dan 1).
Untuk mendapatkan nilai keluaran 0 dan 1 maka akan digunakan nilai 0.5 sebagai
batas dimana nilai keluaran dibawah 0.5 dianggap sebagai keluaran 0 dan keluaran
diatas 0.5 dianggap sebagai keluaran 1
ä = 0.2
f(x)
ä = 0.5
ä=1
Sumber: Kusumadewi (2002)
Gambar 6. Fungsi aktivasi sigmoid biner
Pada Gambar 6. dapat dilihat bahwa semakin kecil nilai δ = ∑ ωi xi maka
keluaran atau output akan semakin landai, ini berarti perubahan nilai output yang
dihasilkan akan semakin halus.
2.3
JST Propagasi Balik
JST propagasi balik merupakan salah satu model JST yang popular dan tangguh.
JST ini menggunakan arsitektur yang mirip denga n arsitektur JST multi layer perceptron
( dengan satu atau lebih lapisan tersembunyi diantara lapisan masukan dan lapisan
keluaran). JST propagasi balik menggunakan metode pembelajaran terawasi (supervised
training) (Rich dan Knight, 2001).
JST propagasi balik tidak memiliki hubungan umpan balik (feedback), artinya
suatu lapisan (layer) tidak memiliki hubungan dengan lapisan sebelumnya sehingga
bersifat umpan maju (feedforward), namun galat yang diperoleh diumpankan kembali ke
lapisan sebelumnya selama proses pelatihan, kemudian dilakukan penyesuaian bobot.
Gambar 7 merupakan arsitektur JST propagasi balik dengan satu lapisan input (unit –
unit X i ) , satu lapisan tersembunyi (unit-unit H i ) dan satu lapisan output (unit – unit Oi ).
Neuron – neuron pada lapisan yang sama tidak saling berhubungan, tetapi pada lapisan
yang berbeda saling berhubungan (fully interconnected). Lapisan input berfungsi untuk
meneruskan input dan tidak melakukan komputasi, sedangkan lapisan tersembunyi dan
lapisan output melakukan komputasi.
Umumnya, neuron-neuron yang terletak pada lapisan yang sama akan memiliki
keadaan yang sama. Faktor terpenting dalam menentukan kelakuan suatu neuron adalah
fungsi aktivasi dan pola bobotnya. Pada lapisan yang sama, neuron-neuron akan
memiliki aktivasi yang sama.
N
i
l
a
i
X0
I
n
p
u
t
X1
O1
H0
O2
H1
X2
O3
Bobot Matrik 1
Input Layer
Bobot Matrik 2
Hidden Layer
Output Layer
Sumber: Kusumadewi (2003)
Gambar 7.
Arsitektur jaringan propagasi balik
Menurut Rich dan Knight (2001) algoritma yang dipakai pada JST propagasi
balik adalah sebagai berikut :
1) Tentukan matrik X A sebagai lapisan input, vector OC sebagai lapisan output
dengan C sebagai banyak unit neuronnya, dan matrik H B sebagai lapisan
terselubung dengan B unit neuron. Tingkat aktivasi masing – masing lapisan
adalah
- X A sebagai tingkat aktivasi pada lapisan input
- H B sebagai tingkat aktivasi pada lapisan terselubung
- OC sebagai tingkat aktivasi pada lapisan output
Normalisasi nilai input X A dan target YC dalam selang [0..1]
2) Bobot yang menghub ungkan masing – masing layer adalah:
- ωAB merupakan bobot yang menghubungkan lapisan input dengan lapisan
terselubung
- VBC merupakan bobot yang menghubungkan lapisan terselubung dengan
keluaran.
Tiap-tiap bobot harus bernilai acak dengan nilai antara -1 dan 1
3) Inisialisasi aktivasi unit ambang, dimana nilai unit ini bersifat tetap dan tidak
berubah, yaitu:
- X 0 = 1.0
- H 0 = 1.0
4) Propagasi nilai aktivasi mulai dari unit-unit lapisan input ke unit-unit lapisan
terselubung dengan menggunakan fungsi aktivasi :
HB =
1
− ω x
(1 + e ∑ ij i )
;………………………………
(3)
dimana :
i
= 0,……A
j
= 1,…….B
X 0 = selalu bernilai 1 (satu)
ω0 j = merupakan bobot threshold untuk unit ke-j lapisan terselubung
5) Propagasikan aktiva si dari unit – unit lapisan terselubung ke unit – unit lapisan
output dengan fungsi aktivasi :
Oc =
1
− V h
(1 + e ∑ jk j )
dimana :
i
= 0,……B
j
= 1,…….C
h0 = selalu bernilai 1 (satu)
;….…………………………………..
(4)
V0 k = merupakan bobot threshold unit ke- k lapisan output
6) Hitung besar error (äk ) keluaran yang dihasilkan oleh lapisan output. Error
merupakan selisih antara output aktual network (O k ) dengan target (yk ).
δk = Ok (1 − y k )( y k − Ok ) k=1,..C; …………………………...
(5)
7) Hitung besar error (äj ) unit- unit neuron pada lapisan terselubung sebagai berikut:
δ j = H j (1 − H j )∑ δk ωjk ; j=1,...,B .......................................
(6)
8) Sesuaikan bobot unit- unit neuron antara lapisan terselubung dengan lapisan
output dengan memberikan niali learning rate (â) yang menentukan kecepatan
jaringan untuk melakukan training.
∆v jk = βδk H j ......................................................................
(7.a)
V jk = V jk + βδk H j .................................................................
(7.b)
dimana
j= 0,…..,B dan k= 1,…., C
9) Sesuaikan bobot unit- unit neuron antara lapisan input dengan lapisan terselubung
∆ωjk = βδxi .........................................................................
(8.a)
ωjk = ωjk + βδxi ............................................................. …..
(8.b)
dimana
i=0, …, A dan j= 1,…., B
10) Kembali ke langkah 4 dan ulangi sampai dengan langkah 10, proses dihentikan
sampai dengan Ok mendekati yk , dengan menentukan nilai E<0.0001.
2.4
Penerapan metode JST di bidang perikanan dan kelautan
Penerapan metode JST pada bidang perikanan dan kelautan masih jarang
dilakukan. Penerapan JST yang sudah dilakukan diantaranya pada tahun 2003, Wayan
Sriyasa menerapkan algoritma propagasi balik untuk melakukan pendugaan schooling
ikan. Dengan menggunakan jumlah neuron hidden dua kali dari jumlah neuron input dan
variasi nilai laju pembelajaran 0.3; 0.5 dan 0.9 dilaporkan bahwa JST propagasi balik
dapat diterapkan untuk pendugaan schooling ikan dengan ketelitian mencapai 100% pada
saat pelatihan dan akurasi 70% pada saat validasi.
3. BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan tempat penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan bulan
Februari 2005. Sumber data diperoleh dari hasil foto ikan koi yang dipelihara di
Laboratorium Basah Biologi Laut. Implementasi dan analisis sistem dilakukan di
Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, dan Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan Departemen
Budidaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2
Bahan dan alat penelitian
Dalam penelitian ini digunakan seperangkat komputer lengkap dengan perangkat
lunak yang diperlukan serta alat dan bahan lain yang diperlukan. Perangkat komputer dan
bahan yang digunakan yaitu :
1. Komputer dengan CPU berbasis AMD Athlon
2. Bahasa Pemrograman Borland Delphi 7.0
3. Software Pengolah gambar Adobe Photoshop 6.0
4. Program spreadsheet Microsoft Excel
5. Program Apllikasi basisdata Microsoft Acces
6. Lampu Pijar 30 Watt
7. Kamera Digital (3,2 MegaPiksel)
8. Bak pemeliharaan (3 x 1.5 x 0.5 m)
9. Akuarium (50 x50 x 30 cm)
10. Aerator
11. Kertas lilin warna biru
12. Penggaris (Alat Ukur Panjang)
13. Ikan Koi (80 ekor)
Seluruh perangkat keras dan lunak tersebut dipergunakan dalam implementasi
sistem serta program yang akan dikembangkan didalam penelitian ini.
Ikan yang dipelihara adalah jenis ikan koi lokal dengan umur ikan satu bulan.
Pemeliharaan ikan dilakukan pada bak berukuran 2x3 meter dan disekat dengan dimensi
20x30 cm. Penyekatan ini bertujuan agar ikan dapat dikenali, baik pada saat pengambilan
data citra maupun pada proses pencocokan data citra dengan data jenis kelamin ikan yang
ditentukan secara histologis.
3.3
Teknik pengambilan data
Image atau citra didapatkan dari hasil pemotretan ikan pada satu sisi pemotretan
yaitu pemotretan pada bagian atas ikan. Pemotretan bagian atas ikan ini dilakukan pada
jarak 20 cm dari ikan dengan bidang pandang tegak lurus kamera (Gambar 8). Kemudian
citra dimasukan kedalam komputer dan disimpan dalam komputer dengan format JPEG
Pengambilan data dilakukan setiap hari dengan frekuensi pengambilan sebanyak
satu kali . Dengan frekuensi pengambilan data sekali sehari ini diharapkan mampu
memperlihatkan perubahan nilai data deskriptor yang lebih baik.
3.4
Penentuan jenis kelamin ikan secara histologi
Setelah pengambilan foto selama tiga bulan dilakukan , kemudian ikan –ikan koi
tersebut diambil data jenis kelaminnya sebagai input data target bagi sistem jaringan
syaraf tiruan yang dibuat. Pada penelitian ini sebanyak 10 ikan yang di uji jenis
kelaminnya sehingga didapatkan jenis kelamin yang berbeda yaitu jantan dan betina
kemudian diambil satu ikan jantan dan satu ikan betina yang akan dianalisis pada sistem
jaringan syaraf tiruan yang dikembangkan.
Penentuan jenis kelamin ikan percobaan dilakukan secara histologi dengan cara
pemeriksaan pada jaringan gonad. Adapun prosedur pelaksanaannya yaitu gonad diambil
dan dihancurkan pada gelas objek sampai halus dan ditambahkan beberapa tetes larutan
asetokarmin. Setelah itu didiamkan beberapa menit dan diamati menggunakan
mikroskop. Gonad ikan koi betina akan terlihat berukuran lebih besar dibandingkan
dengan gonad ikan koi jantan
Larutan asetokarmin digunakan dala m pewarnaan jaringan gonad pada penentuan
jenis kelamin ikan. Larutan asetokarmin dibuat dengan cara melarutkan 0.6 gram bubuk
karmin dalam 100 ml asam asetat 45 %. Larutan dipanaskan selama 2-4 menit.
Selanjutnya didinginkan dan disaring dengan menggunakan kertas saring untuk
memisahkan partikel kasarnya (Guerrero dan Shelton, 1974).
Setelah data jenis kelamin secara histologi didapatkan kemudian dilakukan
insialisasi data target dimana data target ikan jenis kelamin jantan diberi nilai 1
sedangkan ikan dengan jenis kelamin betina deberi nilai 0.
Air Masuk
Ikan masuk
Kamera
15 cm
30 cm
30 cm
Tripot
5 cm
15 cm
Penggaris
30 cm
15 cm
Ikan Keluar
20 cm
Bak Penampung
Pompa
30 cm
Gambar 8. Teknik pengambilan Data
3.5
Penentuan deskriptor Ikan dengan Pengolahan Citra
Penentuan deskriptor ikan koi dilakukan dengan membaca citra digital secara
keseluruhan dengan beberapa tahapan yaitu:
1) Setiap piksel citra dibaca secara sistematis dari atas ke bawah.
2) Kemudian dilakukan filtering warna berdasarkan nilai ambang objek.
Sebelumnya ambang objek diukur dengan software pengolah image yaitu
Adobe Photoshop 6.0.
3) Setelah objek didapatkan kemudian dilakukan binerisasi citra terfilter, dimana
objek dan latar diberikan dua warna yang berbeda yaitu putih untuk objek dan
hitam untuk latar. Pada tahap ini juga akan dihitung deskriptor indeks warna
biru, merah, hijau,nilai hue, nilai saturasi, dan intensitas dari objek.
4) Dengan image yang sudah biner ini dilakukan perhitungan deskriptor
Perhitungan deskriptor diawali dengan perhitungan area dan perimeter dengan
cara sebagai berikut:
Piksel (X, Yatas)
Awal Deteksi
Piksel (Xkiri, Y)
Akhir Deteksi
Piksel (X, Ybawah)
Piksel (Xkanan, Y)
Sumber: Sriyasa (2003)
Gambar 9.
Metode Deteksi tepi dan ujung objek
Deteksi dilakukan dengan pembacaan piksel objek dengan menggunakan kaidah
8-Neighborhs, dimana piksel objek dikelilingi oleh 8 piksel lainya.
Pxl(i-1,j-1)
Pxl(i-1,j)
Pxl(i,j)
Pxl(i,j-1)
Pxl(i+1,j-1)
Pxl(i+1,j)
Pxl(i-1,j+1)
Pxl(i,j+1)
Pxl(i+1,j+1)
Sumber: Balza (2005)
Gambar 10.
Koneksi Piksel 8-Path
Pendeteksian tepi objek dilakukan dengan koneksi 8-neighborhs atau 8-path
(Usman, 2002).
Perimeter objek yaitu jumlah piksel yang menyusun seluruh tepi objek, dimana
perimeter dapat dihitung dengan :
Perimeter =
Piksel(t)(X,Y) .............................................................
(9)
Pengukuran luas (area) objek dan latar belakang dilakukan dengan membedakan
citra objek dengan latar belakangnya menggunkan citra biner. Objek berwarna putih
sedangkan latar berwarna hitam. Luas objek dihitung dengan cara menghitung jumlah
piksel yang berwarna putih.
Area =
Piksel(X,Y) .........................................................................
(10)
Lebar objek yaitu jarak atau selisih antara koordinat piksel tepi paling bawah
dengan koordinat piksel paling atas,
Lebar = Piksel(X, Ybawah) – Piksel(X, Yatas) .....................................
(11)
Pengukuran deskriptor lebar menggunakan rumus diatas dilakukan bila gradien
(Xkanan ,Y) dan (Xkiri,Y) adalah nol. Jika gradien tersebut tidak nol maka perhitungan
deskriptor lebar dilakukan denga n menghitung panjang garis lurus yang tegak lurus
dengan garis panjang, dengan memanfaatkan sifat gradien tegak lurus yaitu
m1 * m2 =-1 ................................................................................................
m=
Y2 − Y1
X 2 − X1
..............................................................................................
(12)
(13)
dimana:
-
Y2 = Ybawah
-
Y1 = Yatas
-
X2 = Xkanan
-
X1 = Xkiri.
Sedangkan panjang objek adalah selisih koordinat piksel tepi paling kanan dengan
koordinat tepi paling kiri,
Panjang = Piksel(Xkanan , Y) – Piksel(Xkiri, Y) ....................................
(14)
Untuk konversi jumlah piksel kedalam nilai ukuran panjang (Milimeter) maka
pada setiap pemotretan dilakukan pada perbesaran dan jarak yang sama dengan penggaris
sebagai kontrol.
Langkah- langkah perhitungan deskriptor diatas dapat disusun dalam sebuah
diagram alir sebagaimana ditunjukan pada Gambar 13.
Mula i
Pengeditan citra
Baca citra secara sistematis
Filtering dan Binerisasi serta
hitung sebagian Deskriptor
Deteksi tepi, hitung Sisa Deskriptor
Simpan Hasil
Ya
Masih ada data
Tidak
Selesai
Gambar 11. Alur penghitungan deskriptor
3.6
Desain perangkat lunak pendugaan jenis kelamin ikan Koi
Perangkat lunak yang dikembangkan terdiri dari beberapa unit fungsional yaitu
unit pengolahan citra, unit perhitungan deskriptor, unit pembelajaran, unit aktivasi dan
unit basisdata (database). Semua unit tersebut akan menjadi satu kesatuan membentuk
sebuah program utama yang ma mpu melakukan pendugaan gender ikan koi (Gambar 12).
Pertama kali unit pengolahan citra akan bekerja untuk mengolah citra agar
dapat mendeteksi deskriptor yang dibutuhkan dengan melakukan proses filtering
kemudian dilakukan proses binerisasi citra. Dengan citra yang sudah dibiner ini
kemudian dlakukan proses pendeteksian tepi. Unit perhitungan deskriptor sebagian
bekerja pada saat citra sudah terbiner yaitu melakukan perhitungan descriptor warna yaitu
jumlah warna RGB dan nilai indeksnya, sedangkan sebagian lagi dilakukan pada saat
citra sudah di deteksi perimeternya. Hasil perhitungan yang dilakukan oleh unit
perhitungan deskriptor akan disimpan pada unit basisdata. Pada saat penyimpan di unit
basisdata terdapat dua pilihan yaitu apakah data tersebut disimpan sebagai data pelatihan
atau sebagai data aktivasi.
Setelah semua citra dan deskriptor dideteksi dan datanya disimpan dalam
basisdata, kemudian dilakukan proses pelatihan atau aktivasi jaringan. Jika dilakukan
proses pelatihan maka akan digunakan basisdata pelatihan dan begitu juga sebaliknya.
Pada proses pelatihan digunakan algoritma propagasi balik sedangkan pada proses
aktivasi hanya menggunakan algoritma propagasi maju.
Mulai
Panggil Image (*.JPG) dan
Edit Citra
Baca citra secara
Sistematis
Filtering dan Binerisasi
Database
Pelatihan/
Aktivasi
Hitung sebagian
Deskriptor
Simpan Hasil
Pelatihan/
Aktivasi
Deteksi Tepi dan Hitung
Deskriptor
Simpan Hasil
Ya
Masih ada Data?
Tidak
Pelatihan
Pelatihan/
Aktivasi
Propagasi Balik
Aktivasi
Propagasi Maju
Tidak
Masih
ada Data?
Ya
Ya
Apakah error
< 0.001
Keputusan
Tidak
Selesai
Gambar 12. Alur program utama yang dikembangkan
3.7
Metode jaringan syaraf tiruan dalam identifikasi kelamin ikan Koi
Pada model jaringan syaraf ini digunakan tiga lapisan yaitu lapisan input,
lapisan tersembunyi (hidden layer) dan lapisan output. Pemilihan model dengan 3
lapisan ini dengan pertimbangan bahwa penggunaan JST lebih dari tiga lapisan
tidak akan memperbaiki kinerja jaringan.
Faktor deskriptor yang terdeteksi pada citra akan menjadi masukan pada
lapisan input dengan jumlah titik simpul (node) pada input adalah sebanyak 14
unit, dengan data masukan berupa Area (A), perimeter (Pr), Lebar (L), panjang
(P), Elongation(elong), Circularity (circ) , Rectangular(rect) , indeks warna merah
(Ired), indeks warna hijau (I green), indeks warna biru (Iblue), intensitas (I), hue (Hu),
dan Saturation (S). lapisan tersembunyi terdiri atas 1, 2 dan 3 kali noda input dan
lapisan output terdiri atas satu titik simpul.
Data input yang diberikan pada input layer terdiri atas :
a)
X1 = Area (A)
b)
X2 = Perimeter (Pr)
c)
X3 = Lebar (L)
d)
X4 = Panjang (P)
e)
X5 = Elongation (Elong = P L )
f)
2
X6 = Circularity (Circ = P 4πA )
g)
X7 = Rectangular (rect = P ∗ L A )
h)
X8 = Indeks warna merah (Ired =
R
)
( R + G + B)
i)
X9 = Indeks warna hijau (I green =
G
)
( R + G + B)
j)
X10 = Indeks warna biru (I blue =
B
)
( R + G + B)
k)
X11 = Intensitas (I =
l)
X12 = hue (cos Hu =
m)
X13 = Saturation ( S = I −
R +G + B
)
3
2R − G − B
)
(2 2( R + G) + ( R + B) ⋅ ( R + G )
3
min( RGB) )
( R + G + B)
Sebagai output terdiri atas dua keputusan yaitu jantan memberikan nilai >0.5 dan
betina memberikan nilai < 0.5
Hidden Layer
1
Input Layer
H1
1
H2
X1
H3
Output Layer
X2
H4
[0 1]
X3
H5
X4
H6
H7
X13
H8
HB
Keterangan : B = 1, 2, 3 kali noda input
O1
Gambar 13. Struktur jaringan syaraf tiruan yang dikembangkan
3.8
Validasi model
Setelah sistem menyelesaikan proses pembelajaran maka diperlukan adanya
proses pengujian kinerja apakah jaringan yang kita bangun telah bekerja sesuai dengan
yang diharapkan tentu saja pengujian ini menggunakan data yang belum pernah diberikan
kepada jaringan. Proses pengujian ini disebut dengan validasi. Kinerja jaringan dapat
dinilai berdasarkan nilai RMSE (Root Mean Square Error) pada proses generalisasi
contoh data input-output baru, nilai RMSE dapat dirumuskan menjadi :
RMSE
=
∑ (p
n
− a)
2
;……………………………….
(15)
dimana :
p = nilai prediksi yang dihasilkan oleh jaringan
a = nilai target yang diberikan oleh jaringan
n = jumlah contoh pada set data validasi
Jika sistem (JST) telah berhasil selama proses pelatihan dan validasi maka sistem
tersebut sudah dapat digunakan untuk aplikasi selanjutnya.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Program aplikasi JST
Perangkat lunak yang dikembangkan dalam penentuan jenis kelamin ikan koi
dengan menggunakan pengolahan citra dan JST adalah berupa program aplikasi yang
bekerja pada sistem operasi Microsoft Windows™. Aplikasi ini dibangun dengan
teknologi yang mendukung objek GUI (Graphical User Interface), dimana dalam era
pemrograman Windows objek GUI dapat mendukung aplikasi yang bersifat ramah
pemakai (user friendly) sehingga dengan demikian aplikasi ini dapat mudah dipahami
dan digunakan oleh pengguna.
Secara garis besar aplikasi ini dikembangkan dengan dua unsur dasar yaitu unsur
fungsi dan unsur komunikasi. Unsur fungsi dalam hal ini berarti bahwa aplikasi ini
mampu melakukan fungsinya sebagai aplikasi yang dapat melakukan komputasi yang
relatif rumit dengan serangkaian fungsi aritmatika dan logika yang kompleks tanpa
mengalami gangguan pada saat aplikasi dijalankan. Unsur kedua adalah unsur
komunikasi, dimaksudkan di sini bahwa aplikasi ini sebagaimana fungsinya untuk
melakukan komputasi yang rumit namun tetap mudah digunakan oleh pengguna tanpa
harus memiliki kemampuan pemrograman yang tinggi, bahkan diharapkan pengguna
yang tidak memiliki kemampuan programming sama sekali dapat pula memakai aplikasi
ini tanpa mengalami kesulitan.
Perangkat lunak ini didesain dengan beberapa modul utama antara lain modul
pengolah citra, modul pengedit citra (image editor), modul komputasi JST serta modul
basisdata. Modul- modul ini kemudian diintegrasikan dalam menu- menu yang
dikelompokkan berdasarkan fungsinya masing – masing. Aplikasi ini terdiri atas 8 menu
33
utama yang terdiri atas menu File, Edit, View, Tool, ANN, Report, Window, Help.
Desain antarmuka aplikasi ini adalah seperti terlihat dalam Gambar 14.
Menu Utama
Hasil Analisis Image
Processing
Citra Ikan KOI
Aksi Image
Processing
Data Hasil Analisis
Histogram
Keabuan
Gambar 14. Form utama aplikasi
Menu tersebut terdiri dari submenu yang berfungsi untuk melakukan operasi
pengolahan citra dan komputasi untuk simulasi JST, serta penyimpanan dan pengelolaan
basisdata koi.
4.2
Mengedit citra hasil pemotretan dengan image editor
Citra yang dihasilkan dari hasil pemotretan tidak bisa langsung digunakan dalam
modul pengolah citra tetapi terlebih dahulu harus diedit sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam pendeteksian nilai – nilai deskriptor ikan pada saat melakukan pengolahan citra.
Pengeditan citra dapat dilakukan menggunakan image editor yang terintegrasi dalam
aplikasi ini.
Image editor dibuat sehingga user dapat melakukan pengeditan terhadap citra baik
melakukan pengeditan yang bersifat standar seperti cropping, brush, sizing image
maupun melakukan pengeditan yang berisifat advance seperti balancing, soften, lighten,
gradien dan lain- lain.
Untuk citra pemotretan, dimana ikan yang dipotret tidak tepat tegak lurus dapat
juga diukur nilai deskriptornya, yaitu panjang dan lebar objek di dalam modul ini, dengan
disediakannya fasilitas line tool dan zoom serta informasi nilai panjang vektor yang
dihasilkan oleh line tool tersebut, seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 15.
Zoom Sehingga Piksel
Tepi terlihat cukup Jelas
Gambar 15. Modul image editor dan perhitungan deskriptor lebar
Line tool digunakan untuk membuat garis yang menyatakan panjang maupun
lebar dari ikan, sedangkan zoom digunakan untuk memudahkan user dalam menentukan
ujung atau tepi dari objek yang diukur.
Pengeditan citra pada umumnya dilakukan dengan beberapa langkah yaitu sizing
image (pengubahan ukuran citra), cropping image (pemotongan citra) kemudian
pemberian warna latar yang sama yaitu biru dengan brush. Contoh hasil pengeditan citra
dapat dilihat pada Gambar 16.
(a)
(b)
Gambar 16. (a) Citra sebelum diedit, (b) Citra Setelah diedit
4.3
Perhitungan deskriptor ikan dengan pengolahan citra
Perhitungan deskriptor ikan dengan proses pengolahan citra dilakukan
menggunakan beberapa algoritma yang ada yaitu algoritma filtering, binerisasi dan
algoritma pendeteksian tepi (edge detection).
1. Filtering : Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa objek (Ikan)
dengan latar terpisah dengan baik, nilai ambang yang digunakan dapat
berbeda untuk setiap cit ra tergantung pada pembacaan histogram dan
penangkapan visual dari user. Contoh hasil filter dapat dilihat pada Gambar
17.a. Terdapat dua fasilitas filter yang disediakan pada aplikasi ini yaitu filter
yang didasarkan pada satu warna dasar kemudian filter berdasarkan tiga nilai
RGB citra atau disebut advance filter (Gambar 18).
2. Binerisasi : Langkah ini dilakukan setelah proses filter dilakukan, proses
binerisasi ini bertujuan untuk memisahkan objek dengan latar, sehingga
perhitungan deskriptor objek dapat dilakukan dengan lebih mudah. Contoh
hasil Binerisasi dapat dilihat pada Gambar 17.b. Pada proses binerisasi inilah
akan dihitung nilai deskriptor luas, nilai indeks warna biru, indeks warna
merah, indeks warna hijau, intensitas, hue dan saturasi dari objek.
3. Deteksi Tepi : Langkah ini dilakukan dengan memberikan nilai piksel putih
pada setiap tepi objek yang dideteksi dengan matriks 8 – neighborhs. Pada
proses ini juga akan dihitung nilai perimeter, panjang, lebar, elongation,
rectangular dan nilai circularity dari objek.
Teknik pengolahan citra pada penelitian ini masih tergolong sederhana, masih
tergantung pandangan visual pengguna terutama dalam penentuan nilai ambang objek
citra, hal ini disebabkan oleh citra yang dihasilkan masih belum baik dikarenakan nilai
RGB latar yang diharapkan berbeda jauh dengan nilai RGB objek ternyata sangat susah
didapatkan karena kondisi pencahayaan dan tingkat kekeruhan air yang berbeda pada saat
pemotretan. Akibat bervariasinya nilai RGB latar ini menyebabkan automatisasi
pengolahan citra susah dilakukan.
(a)
(b)
(c)
Gambar 17. (a) Citra hasil filter (b) Citra hasil binerisasi (c) Citra hasil deteksi
tepi
Gambar 18. Tampilan form Advance filter
4.4
Basisdata KOI
Data yang dihasilkan dari proses pengolahan citra akan disimpan dalam basisdata
paradox. Basisdata koi ini terdiri atas dua alias yaitu basisdata untuk proses pembelajaran
yang terdapat pada direktori C:\iqbal\databasekoilearn dan basisdata proses pengujian
yang terdapat pada direktori C:\iqbal\databasekoiactiv.
Directory
Directory
Database
Gambar 19. Struktur Direktori Aplikasi
Untuk melakukan pengeditan terhadap basisdata, pada aplikasi ini juga disediakan
database editor yang akan membantu user dalam mengedit dan melihat data yang telah
disimpan pada direktori tersebut.
Gambar 20. Tampilan form database editor
Pada database editor ini yang dapat diedit hanyalah isi dari setiap field basisdata
tetapi tidak dapat merubah struktur dari basisdata. Bagi pengguna yang ingin menyimpan
file basisdatanya dalam file Microsoft Acces juga disediakan tool untuk konversi
basisdata dari basisdata Paradox ke basisdata Microsoft Acces, serta bagi pengguna yang
sangat familiar dengan pengolahan data menggunakan Microsoft Excel juga telah
disediakan ala t bantu konversi data ke Microsoft Excel (*.CSV). Untuk pengguna yang
menguasai sedikit bahasa SQL (Baca: Sequel) maka disediakan juga alat bantu yang
disebut copy database. Alat bantu ini sengaja ditujukan untuk merubah struktur dari
basisdata sehingga dengan data yang sama dapat dilakukan proses pembelajaran atau
aktivasi yang berbeda terutama jika pengguna menginginkan jumlah dan jenis input
berbeda.
Gambar 21. Tampilan form copy database untuk manipulasi struktur
basisdata
4.5
Histogram citra
Pada aplikasi ini juga disediakan alat bantu bagi pengguna yang cukup baik
pemahamanya tentang sebaran warna citra yaitu histogram citra, dengan alat bantul ini
diharapkan seorang pengguna dapat terbantu dalam menentukan nilai ambang dari setiap
citra yang akan dianalisis. Nilai – nilai statistik citra ini juga dapat disimpan dalam
sebuah file teks sehingga bagi pengguna yang ingin mengikuti perkembangan statistik
histogram citra yang dianalisis dapat dengan mudah terbantu. Tampilan form histogram
citra ini dapat dilihat pada Gambar 22 .
Gambar 22. Tampilan form histogram citra
4.6
Karakteristik deskriptor geometrik
Data deskriptor yang termasuk data deskriptor geomerik yaitu panjang, lebar, area,
perimeter, elongation, circularity dan rectangular. Nilai elongation, circularity dan
rectangular merupakan data turunan artinya data tersebut bukan merupakan data yang
diambil secara langsung dari citra yang dimasukan tetapi merupakan hasil perhitungan
dari data deskriptor geometrik yang lain.
4.6.1
Karakteristik deskriptor Panjang
Kisaran panjang untuk ikan koi jantan yang diambil yaitu berkisar antara 57.10 -
98.97 mm dengan nilai rata-rata 78.09 mm dan simpangan baku sebesar 12.72 dengan
kecepatan pertumbuhan linear ikan koi jantan ini sebesar 0.73 mm/hari dengan nilai
R2 sebesar 0.99. Untuk ikan koi betina nilai panjang yang terdeteksi berkisar antara
60.66 – 113.49 mm dengan nilai rata – rata 93.10 dan simpangan baku sebesar 16.03
dengan kecepatan pertumbuhan linear sebesar 0.86 mm/hari pada R2 sebesar 0.94.
140
y = 0,9069x + 65,893
R 2 = 0,9438
120
Panjang (mm)
100
80
y = 0,726x + 55,943
R2 = 0,9942
60
40
20
0
0
10
20
30
40
Hari
Jantan
Betina
50
60
70
Gambar 23. Grafik pertumbuhan linear panjang ikan koi jantan ( ) dan betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor panjang ikan koi jantan
dan data deskriptor panjang ikan koi betina berbeda nyata (lampiran 2), hal ini
menunjukan pertumbuhan linear panjang ikan koi jantan dan betina berbeda nyata.
4.6.2
Karakteristik deskriptor Lebar
Kisaran lebar untuk ikan koi jantan yang diambil yaitu berkisar antara 27.41 50.21 mm dengan nilai rata-rata 39.52 mm dan simpangan baku sebesar 6.85 dengan
kecepatan pertumbuhan linear lebar ikan koi jantan ini sebesar 0.39 mm/hari pada
nilai R2 sebesar 0.97. Untuk ikan koi betina nilai lebar yang terdeteksi berkisar antara
25.26 – 59.66 mm dengan nilai rata – rata 47.61 dan simpangan baku sebesar 11.76
dengan kecepatan pertumbuhan linear sebesar 0.67 mm/hari pada R2 sebesar 0.96.
80
y = 0,6711x + 27,471
70
R 2 = 0,9612
60
Lebar (mm)
50
y = 0,3863x + 27,732
R 2 = 0,9689
40
30
20
10
0
0
10
20
30
40
50
60
70
Hari
Jantan
Betina
Gambar 24. Grafik pertumbuhan linear lebar ikan koi jantan ( ) dan betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor lebar ikan koi jantan
dan data deskriptor lebar ikan koi betina berbeda nyata (lampiran 2), hal ini
menunjukan pertumbuhan linear lebar ikan koi jantan dan betina berbeda nyata.
4.6.3
Karakteristik deskriptor Perimeter
Perimeter adalah jumlah piksel yang dianggap sebagai tepi dari ikan koi.
Perimeter ikan koi jantan pada penelitian ini berkisar antara 1769 - 6978 piksel
dengan nilai rata-rata 4198.92 piksel dan simpangan baku sebesar 1398.97 dengan
kecepatan pertumbuhan linear perimeter ikan koi jantan ini sebesar 78.79 piksel/hari
pada nilai R2 sebesar 0.97. Untuk ikan koi betina nilai perimeter ya ng terdeteksi
berkisar antara 2800 - 14980 piksel dengan nilai rata – rata 8112.04 dan simpangan
baku sebesar 3686.28 dengan kecepatan pertumbuhan linear sebesar 212.49
piksel/hari pada R2 sebesar 0.98.
16000
y = 212,49x + 1737,3
R2 = 0,9802
14000
Perimeter (piksel)
12000
10000
y = 78,768x + 1796,5
R2 = 0,9669
8000
6000
4000
2000
0
0
10
20
30
40
50
60
70
Hari
Jantan
Betina
Gambar 25. Grafik pertumbuhan linear perimeter ikan koi jantan ( ) dan betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor perimeter ikan koi
jantan dan data deskriptor perimeter ikan koi betina berbeda nyata (lampiran 2), hal
ini menunjukan pertumbuhan linear perimeter ikan koi jantan dan betina berbeda
nyata.
4.6.4
Karakteristik deskriptor Area
Area adalah jumlah piksel yang dianggap sebagai objek. area ikan koi jantan pada
penelitian ini berkisar antara 40216 - 96209 piksel dengan nilai rata-rata 64431.13
piksel dan simpangan baku sebesar 18559.96 dengan kecepatan pertumbuhan linear
perimeter ikan koi jantan ini sebesar 1036.5 piksel/hari pada nilai R2 sebesar 0.95.
Untuk ikan koi betina nilai area yang terdeteksi berkisar antara 48959 - 143310
piksel dengan nilai rata – rata 107446.37 dan simpangan baku sebesar 29630.54
dengan kecepatan pertumbuhan linear sebesar 1646.6 piksel/hari pada R2 sebesar
0.91.
180000
y = 1646,6x + 58351
160000
R2 = 0,911
140000
Area (piksel)
120000
100000
80000
y = 1036,5x + 32817
R2 = 0,9513
60000
40000
20000
0
0
10
20
30
40
50
60
70
Hari
Jantan
Betina
Gambar 26. Grafik pertumbuhan linear area ikan koi jantan ( ) dan betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor area ikan koi jantan
dan data deskriptor area ikan koi betina berbeda nyata (lampiran 2), hal ini
menunjukan pertumbuhan linear area ikan koi jantan dan betina berbeda nyata.
4.6.5
Karakteristik deskriptor Elongation
Elongation adalah nilai perbandingan antara panjang dan lebar suatu objek.
Elongation ikan koi jantan pada penelitian ini berkisar antara 1.81 - 2.22 dengan nilai
rata-rata 1.98 dan simpangan baku sebesar 0.08 dengan kecepatan pertumbuhan linear
elongation ikan koi jantan ini sebesar -0.0013 /hari pada nilai R2 sebesar 0.0862.
Untuk ikan koi betina nilai elongation yang terdeteksi berkisar antara 1.72 – 2.44
dengan nilai rata – rata 1.9997 dan simpangan baku sebesar 0.19007 dengan
kecepatan pertumbuhan linear sebesar -0.0101/hari pada R2 sebesar 0.83.
3
2,5
y = -0,0013x + 2,0224
R2 = 0,0862
Elongation
2
y = -0,0101x + 2,3022
R2 = 0,8295
1,5
1
0,5
0
0
10
20
30
40
50
60
70
Hari
Jantan
Betina
Gambar 27. Grafik pertumbuhan linear elongation ikan koi jantan ( ) dan betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor elongation ikan koi
jantan dan data deskriptor elongation ikan koi betina tidak berbeda nyata (lampiran
2), hal ini menunjukan pertumbuhan linear elongation ikan koi jantan dan betina tidak
berbeda nyata.
4.6.6
Karakteristik deskriptor Circularity
Circularity adalah nilai yang memberikan informasi apakah objek cenderung
berbentuk bulat atau ellips, jika objek tersebut bulat maka nilai circularity objek
tersebut sama dengan 1 dan nilai ini akan bertambah sesuai dengan kelonjonganya.
Circularity ikan koi jantan pada penelitian ini berkisar antara 6.20 - 40.72 dengan
nilai rata-rata 22.39 dan simpangan baku sebesar 8.47 dengan kecepatan pertumbuhan
linear circularity ikan koi jantan ini sebesar -0.4435 /hari pada nilai R2 sebesar 0.84.
Untuk ikan koi betina nilai circularity yang terdeteksi berkisar antara 12.75 – 124.67
dengan nilai rata – rata 50.82 dan simpangan baku sebesar 33.64 dengan kecepatan
pertumbuhan linear sebesar -1.8663/hari pada R2 sebesar 0.91.
140
y = 1,8663x - 5,1719
R2 = 0,908
120
100
Circularity
80
60
y = 0,4435x + 8,8658
R2 = 0,8369
40
20
0
0
10
20
30
40
50
60
70
-20
Hari
Jantan
Betina
Gambar 28. Grafik pertumbuhan linear circularity ikan koi jantan ( ) dan betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor circularity ikan koi
jantan dan data deskriptor circularity ikan koi betina berbeda nyata (lampiran 2), hal
ini menunjukan pertumbuhan linear circularity ikan koi jantan dan betina berbeda
nyata.
4.6.7
Karakteristik deskriptor rectangular
Rectangular adalah nilai yang memberikan informasi apakah suatu objek
berbentuk persegi, jika objek tersebut berbentuk persegi maka nilai rectangularnya
sama dengan 1. Rectangular ikan koi jantan pada penelitian ini berkisar antara 0.04 –
0.06 dengan nilai rata-rata 0.05 dan simpangan baku sebesar 0.0044 dengan
kecepatan pertumbuhan linear rectangular ikan koi jantan ini sebesar 0.0002 /hari
pada nilai R2 sebesar 0.45. Untuk ikan koi betina nilai rectangular yang terdeteksi
berkisar antara 0.0298 – 0.05228 dengan nilai rata – rata 0.0414 dan simpangan baku
sebesar 0.0060 dengan kecepatan pertumbuhan linear sebesar 0.0003/hari pada R2
sebesar 0.93. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 31.
0,06
y = 0,0002x + 0,0432
R2 = 0,4386
0,05
y = 0,0003x + 0,0312
R2 = 0,9272
Rectangular
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0
10
20
30
40
50
60
70
Hari
Jantan
Betina
Gambar 29. Grafik pertumbuhan linear rectangular ikan koi jantan ( ) dan betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor rectangular ikan koi
jantan dan data deskriptor rectangular ikan koi betina berbeda nyata (lampiran 2), hal
ini menunjukan pertumbuhan linear rectangular ikan koi jantan dan betina berbeda
nyata.
4.7
Karakteristik deskriptor warna
Data deskriptor yang termasuk data deskriptor warna yaitu indeks warna merah,
indeks warna hijau, indeks warna biru, hue, saturasi dan intensitas. Nilai hue, saturasi dan
intensitas merupakan data turunan artinya data tersebut bukan merupakan data yang
diambil secara langsung dari citra yang dimasukan tetapi merupakan hasil perhitungan
dari data deskriptor warna yang lain. Data yang dihasilkan dari deskriptor warna ini
sangat fluktuatif disebabkan oleh pengkondisian cahaya dan air pada saat pengambilan
citra masih kurang baik. Pengkondisian cahaya pada penelitian ini hanya menggunakan
lampu pijar 30 watt dengan keadaan terbuka, pada kondisi seperti ini pengaruh cahaya
luar seperti sinar matahari ternyata masih ada, penggunaan air yang berulang-ulang pada
pemotretan juga mempengaruhi warna ikan, karena sifat warna ikan koi yang mengikuti
keadaan lingkungannya (komunikasi pribadi Carman, 2005).
4.7.1
Karakteristik deskriptor Indeks Warna Merah
Kisaran nilai indeks warna merah ikan koi jantan yang dideteksi yaitu 0.145 –
0.263 dengan nilai rata – rata 0.178 dan simpangan baku sebesar 0.0208 pada R2
sebesar 0.17 dengan laju pertumbuhan linear sebesar -0.0005/hari. Sedangkan untuk
ikan koi betina yang dideteksi memiliki kisaran nilai indeks warna merah antara
0.144 sampai 0.263 dengan nilai rata – rata sebesar 0.228 dan simpangan baku
sebesar 0.0355 pada R2 0.20 dan memiliki tingkat pertumbuhan linear sebesar
0.0009/hari.
0,3
y = 0,0009x + 0,2
R2 = 0,2009
Indeks Warna Merah
0,25
0,2
0,15
y = -0,0005x + 0,1926
R2= 0,1737
0,1
0,05
0
0
1
0
2
0
3
0
4
0
5
0
6
0
7
0
Hari
Jantan
Betina
Gambar 30. Grafik pertumbuhan linear Indeks Warna Merah ikan koi jantan ( ) dan
betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor indeks warna merah
ikan koi jantan dan data deskriptor indeks warna merah ikan koi betina berbeda nyata
(lampiran 2), hal ini menunjukan pertumbuhan linear indeks warna merah ikan koi
jantan dan betina berbeda nyata.
4.7.2
Karakteristik deskriptor Indeks Warna Hijau
Kisaran nilai indeks warna hijau ikan koi jantan yang dideteksi yaitu 0.215 –
0.243 dengan nilai rata – rata 0.225 dan simpangan baku sebesar 0.005967 pada R2
sebesar 0.002 dengan laju pertumbuhan linear sebesar
2 x10-5 /hari. Sedangkan
untuk ikan koi betina yang dideteksi memiliki kisaran nilai indeks warna hijau antara
0.147 sampai 0.263 dengan nilai rata – rata sebesar 0.228 dan simpangan baku
sebesar 0.03465 pada R2 0.14 dan memiliki laju pertumbuhan linear sebesar
0.0008/hari.
Gambar 31. Grafik pertumbuhan linear Indeks Warna Hijau ikan koi jantan ( ) dan
betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor indeks warna hijau
ikan koi jantan dan data deskriptor indeks warna hijau ikan koi betina tidak berbeda
nyata (lampiran 2), hal ini menunjukan pertumbuhan linear indeks warna hijau ikan
koi jantan dan betina tidak berbeda nyata.
4.7.3
Karakteristik deskri ptor Indeks Warna Biru
Kisaran nilai indeks warna biru ikan koi jantan yang dideteksi yaitu 0.494 –
0.633 dengan nilai rata – rata 0.598 dan simpangan baku sebesar 0.0249 pada R2
sebesar 0.11 dengan laju pertumbuhan linear sebesar 0.0005/hari. Sedangkan untuk
ikan koi betina yang dideteksi memiliki kisaran nilai indeks warna biru antara 0.475
sampai 0.709 dengan nilai rata – rata sebesar 0.545 dan simpangan baku sebesar
0.0701 pada R2 0.17 dan memiliki tingkat pertumbuhan linear sebesar -0.0017/hari.
Gambar 32. Grafik pertumbuhan linear Indeks Warna Biru ikan koi jantan ( ) dan
betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor indeks warna biru ikan
koi jantan dan data deskriptor indeks warna biru ikan koi betina berbeda nyata
(lampiran 2), hal ini menunjukan pertumbuhan linear indeks warna biru ikan koi
jantan dan betina berbeda nyata.
4.7.4
Karakteristik deskriptor Intensitas
Intensitas adalah nilai rata – rata RGB suatu objek atau biasa disebut dengan
tingkat keabuan suatu objek. Kisaran nilai intensitas ikan koi jantan yang dideteksi
yaitu 89.09– 118.31 dengan nilai rata – rata 95.56 dan simpangan baku sebesar 5.858
pada R2 sebesar 0.02 dengan laju pertumbuhan linear sebesar -0.0503/hari.
Sedangkan untuk ikan koi betina yang dideteksi memiliki kisaran nilai intensitas
antara 90.04 sampai 113.99 dengan nilai rata – rata sebesar 103.97 dan simpangan
baku sebesar 4.529 pada R2 0.14 dan memiliki tingkat pertumbuhan linear sebesar 0.0983/hari.
Gambar 33. Grafik pertumbuhan linear Intensitas ikan koi jantan ( ) dan betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor intensitas ikan koi
jantan dan data deskriptor intensitas ikan koi betina berbeda nyata (lampiran 2), hal
ini menunjukan pertumbuhan linear intensitas ikan koi jantan dan betina berbeda
nyata.
4.7.5
Karakteristik deskriptor Hue
Kisaran nilai hue ikan koi jantan yang dideteksi yaitu 1.74 – 2.12 dengan nilai
rata – rata 2.004 dan simpangan baku sebesar 0.0728 pada R2 sebesar 0.17 dengan
laju pertumbuhan linear sebesar 0.0017/hari. Sedangkan untuk ikan koi betina yang
dideteksi memiliki kisaran nilai hue antara 1.74 sampai 2.16 dengan nilai rata – rata
sebesar 1.852 dan simpangan baku sebesar 0.1286 pada R2 0.24 dan memiliki tingkat
pertumbuhan linear sebesar -0.0037/hari.
Gambar 34. Grafik Pertumbuhan Linear Hue Ikan K oi Jantan ( ) dan Betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor hue ikan koi jantan
dan data deskriptor hue ikan koi betina berbeda nyata (lampiran 2), hal ini
menunjukan pertumbuhan linear hue ikan koi jantan dan betina berbeda nyata.
4.7.6
Karakteristik deskriptor Saturasi
Saturasi adalah nilai yang memberikan informasi seberapa banyak nilai abu–abu
atau nilai minimum yang dimiliki oleh suatu objek. Kisaran nilai saturasi ikan koi
jantan yang dideteksi yaitu 89.025 – 117.965 dengan nilai rata – rata 95.37 dan
simpangan baku sebesar 5.7886 pada R2 sebesar 0.02 dengan laju pertumbuhan linear
sebesar -0.049/hari. Sedangkan untuk ikan koi betina yang dideteksi memiliki kisaran
nilai saturasi antara 89.94 sampai 113.6 dengan nilai rata – rata sebesar 103.67 dan
simpangan baku sebesar 4.48 pada R2 0,13 dan memiliki tingkat pertumbuhan linear
sebesar -0.0946/hari.
Gambar 35. Grafik Pertumbuhan Linear Saturasi Ikan Koi Jantan ( ) dan Betina ( )
Hasil perhitungan nilai FHitung menunjukan data deskriptor saturasi ikan koi jantan
dan data deskriptor saturasi ikan koi betina berbeda nyata (lampiran 2), hal ini
menunjukan pertumbuhan linear saturasi ikan koi jantan dan betina berbeda nyata.
4.8
Pendugaan jenis kelamin ikan koi dengan JST
4.8.1 Pelatihan JST
Data yang dipakai dalam pelatihan adalah data deskriptor ikan yang terdiri dari
luas, area, perimeter, panjang, lebar, elongation, circularity, rectangular, indeks warna
merah, indeks warna hijau, indeks warna biru, hue, saturasi dan intensitas dari citra ikan
yang disimpan dalam basisdata pelatihan pada direktori C:\iqbal\Databasekoilearn. Data
ini akan diproses pada modul aplikasi. Adapun tampilan modul aplikasi seperti terlihat
pada Gambar 38.
Nama Basisdata
Setting target
error dan
Jumlah neuron
Hidden
Learning Rate dan
momentum yang
digunakan
Report
Pelatihan
Grafik MSE error
Gambar 36. Tampilan form learning backpropagation
Data dipilih secara acak sebanyak 50 set data untuk masing – masing pelatihan.
Proses dilakukan dengan beberapa urutan langkah yaitu mencari jumlah neuron
tersembunyi (hidden layer) yang sesuai, mencari nilai laju pembelajaran (learning rate)
dan nilai momentum (kecepatan perubahan bobot neuron) yang sesuai, kemudian
mencoba keduanya dengan beberapa jumlah iterasi yang berbeda. Nilai target galat yang
digunakan pada setiap jaringan ini yaitu 0.0001, dengan nilai target sekecil ini diharapkan
jaringan sudah cukup stabil pada saat mencapai nilai galat tersebut.
Pada proses pelatihan ini digunakan jumlah neuron tersembunyi 13, 26 dan 39
neuron, variasi nilai laju pembelajaran yaitu 0.3 ; 0.5 dan 0.9 , variasi nilai momentum 0.3
; 0.5 dan 0.9 serta jumlah iterasi 3,000; 5,000 dan 10,000 iterasi. Beberapa variasi
pelatihan ini diharapkan akan ditemukan kecendrungan pelatihan terbaik yang akan
digunakan dalam proses aktivasi.
1. Deskripsi statistik data deskriptor pelatihan
Pola penyebaran deskriptor data ikan koi jantan dan betina yang digunakan dalam
proses pelatihan sangat menyebar dengan selang yang sangat jauh dan nilai
simpangan baku yang sangat besar sehingga tidak ditemukan hubungan yang pasti
antara deskriptor satu dengan deskriptor yang lainya.
Dari Tabel 1. juga dapat dilihat bahwa secara deskriptif terdapat perbedaan yang
cukup nyata antara data ikan koi jantan dan data ikan koi betina yang digunakan pada
proses pelatihan.
Tabel 1. Deskripsi statistik data deskriptor ikan pada proses pelatihan
Rata – Rata
Jantan
Betina
Simpangan baku
Maksimum
Minimum
9182,194852
30444,44834
144554
0,0298167
5305,077334
17865,16162
96723
0,0389168
2. Pelatihan data deskriptor ikan koi jantan
Data ikan koi jantan yang digunakan dalam proses pelatihan dapat dilihat pada
Lampiran 3. Pada proses pelatihan terlihat bahwa JST yang baik adalah JST yang
seimbang baik itu nilai laju pembelajaran, momentum, jumlah lapisan tersembunyi
maupun jumlah iterasi. Jika salah satu nilai terlalu kecil maka JST akan terasa sangat
lambat untuk mencapai keseimbangan sedangkan bila salah satu nilai terlalu besar
maka kemungkinan terjadinya “early stopping” semakin besar. Early stopping adalah
proses berhentinya pembelajaran yang diakibatkan oleh beberapa sebab antara lain
terlalu banyaknya lapisan tersembunyi, terlalu kecilnya nilai laju pembelajaran dan
terlalu kecilnya inisialisasi nilai random (Geman dan Dorsat, 1992).
Terjadinya early stopping pada pelatihan ini disebabkan karena umumnya data
yang dihasilkan memiliki perbedaan nilai yang cukup kecil sehingga pada saat
perhitungan nilai galat JST akan dihasilkan nilai galat yang kecil juga sehingga untuk
mendapatkan nilai target galat yang diberikan pada umumnya tidak diperlukan iterasi
yang banyak dan jumlah neuron hidden yang banyak.
Setelah dilakukan beberapa pelatihan (Lampiran 4) dengan kombinasi diatas
maka untuk ikan koi jantan ini didapatkan tiga tipe JST terbaik yaitu semua JST
mempunyai nilai momentum yang sama yaitu 0.5 dengan variasi learning rate 0.3
maka jumlah neuron hidden adalah 39 dengan jumlah iterasi 3,000 kali iterasi
sedangkan pada learning rate 0.5 maka jumlah neuron hidden adalah 39 dengan
jumlah iterasi sebanyak 3,000 kali dan terakhir learning rate 0.9 maka jumlah neuron
hidden adalah 39 dengan 10,000 kali iterasi (Tabel 2). Ketiga tipe JST tersebut
berhasil menduga semua target dengan benar (akurasi 100%).
Perubahan nilai MSE error pada ketiga tipe JST diatas dapat dilihat pada grafik
dibawah ini, dimana perubahan MSE error terjadi sangat cepat pada awal iterasi
kemudian melandai kecuramannya pada akhir – akhir iterasi.
Adapun grafik perubahan nilai MSE error pada ketiga tipe JST yaitu:
Gambar 37. Grafik perubahan sigma error JST pertama ikan jantan
Gambar 40: Grafik perubahan sigma error JST kedua ikan jantan
Pada tipe JST yang ketiga untuk mencapai nilai target galat yang disyaratkan serta
nilai MSE error diperlukan iterasi yang lebih banyak karena nilai learning rate yang
cukup besar yaitu 0.9 sehingga perubahan nilai bobot pada setiap lapisan sangat cepat
tetapi tidak stabil pada nilai MSE error yang dihasilkan , sehingga diperlukan iterasi
yang lebih untuk mencapai kestabilan yang disyaratkan oleh jairingan.
Gambar 38. Grafik perubahan sigma error JST ketiga ikan jantan
JST tipe ketiga sebenarnya mengalami iterasi hanya sampai pada iterasi ke 8973
kali iterasi karena pada kondisi tersebut syarat nilai target dan minimum galat yang
diberikan telah terpenuhi dan dianggap stabil oleh JST.
3. Pelatihan data deskriptor ikan koi betina
Data ikan koi betina yang digunakan untuk pelatihan dapat dilihat pada Lampiran
3. Seperti halnya pelatihan yang dilakukan pada ikan jantan, ikan betina juga harus
seimbang antara nilai momentum, laju pembelajaran, jumlah neuron hidden maupun
jumlah iterasi. Jika nilai laju pembelajaran dan momentum terlalu kecil maka
perubahan nilai galat yang dihasilkan sangat lambat sehingga diperlukan jumlah
iterasi yang banyak untuk mencapai syarat yang diberikan oleh JST tetapi jumlah
iterasi yang diberikan juga tidak boleh terlalu besar karena perubahan nilai galat yang
dihasilkan akan sangat kecil sehingga menyebabkan terjadinya ”early stopping”,
sebaliknya jika nilai laju pembelajaran yang diberikan terlalu besar maka JST akan
menjadi tidak stabil akibat perubahan nilai galat dan bobot yang terlalu besar.
Dari hasil yang dilakukan didapatkan tiga buah tipe JST terbaik yaitu semua
momentum memiliki nilai yang sama yaitu 0.5 dengan variasi nilai laju pembelajaran
yaitu 0.3 maka JST terbaik menggunakan neuron hidden sebanyak 26 buah neuron
dengan jumlah iterasi 10,000 kali, pada laju pembelajaran 0.5 didapatkan jumlah
neuron 39 dengan 5,000 kali iterasi dan pada laju pembelajaran 0.9 didapatkan jumlah
neuron hidden sebanyak 39 dengan iterasi sebanyak 10,000 kali (lihat Tabel 2).
Ketiga tipe JST yang dipilih ini memiliki tingkat akurasi 100%.
Pelatihan terbaik yang didapatkan pada ikan jantan dan ikan betina berbeda hal ini
kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan yang nyata secara statistik pada
sebagian besar deskriptor keduanya, sehingga untuk mencapai nilai maksimum yang
disyaratkan oleh JST akan berbeda.
Perubahan nilai MSE error pada ketiga tipe JST ini sama yaitu terjadi perubahan
yang cukup besar pada awal iterasi kemudian semakin JST mendekati target atau nilai
galatnya semakin kecil maka JST akan melambat prosesnya.
Gambar 39. Grafik perubahan sigma error JST pertama ikan betina
Gambar 40. Grafik perubahan sigma error JST kedua ikan betina
Gambar 41. Grafik perubahan sigma error JST ketiga ikan betina
Pada umumnya pelatihan ikan jantan akan lebih cepat bila dibandingkan dengan
pelatihan yang dilakukan pada ikan betina hal ini disebabkan oleh inisialisasi target yang
dilakukan dimana ikan jantan diinisialisasi tergetnya sama dengan 1 sedangkan ikan
betina sama dengan 0, sesuai dengan sifat dari algoritma backpropagation yang
digunakan bahwa perhitungan nilai bobot dengan target 1 akan lebih cepat bila
dibandingkan dengan perhitungan nilai bobot dengan target nol.
4. Tipe JST terbaik pada proses pelatihan
Dari beberapa pelatihan ikan koi jantan maupun betina yang dilakukan kemudian
diambil masing – masing tiga tipe pelatihan terbaik (Tabel 2). Dari hasil tersebut dapat
dilihat bahwa semua JST memerlukan nilai perubahan bobot neuron (momentum) yang
seimbang yaitu 0.5 artinya kecepatan perubahan bobot antara neuron yang satu dengan
neuron pada lapisan berikutnya tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Jumlah
neuron tersembunyi yang dibutuhkan berkisar antara 2 – 3 kali banyaknya jumlah input.
Tabel 2: Tipe jaringan syaraf tiruan ikan koi jantan dan betina pada proses pelatihan
Momentum
Learning Rate
Iterasi
Neuron hidden
Akurasi
4.8.2
0,5
0,3
3000
39
100%
Jantan
0,5
0,5
5000
39
100%
0,5
0,9
10000
39
100%
0,5
0,3
3000
26
100%
Betina
0,5
0,5
5000
39
100%
0,5
0,9
10000
39
100%
Pengujian JST
Pengujian oleh JST dilakukan setelah didapatkan nilai–nilai bobot yang stabil
pada proses pelatihan. Dari ke enam tipe pelatihan JST yang dilakukan kemudian
dilakukan pengujian terhadap data yang belum pernah diberikan kepada masing- masing
tipe JST. Data pengujian ini dipilih secara acak sebanyak 10 set data baik ikan jantan
maupun ikan betina (Lampiran 4).
Rancangan tampilan modul pengujian atau aktivasi untuk validasi ini terlihat
seperti Gambar 45 . Perbedaan utama perancangan modul ini dengan modul pelatihan
yaitu pada modul ini hanya melibatkan algoritma panjar maju saja, tanpa adanya
algoritma propagasi balik dalam merambatkan nilai bobot input.
Gambar 42. Tampilan form Aktivasi JST
Hasil dugaan oleh masing–masing tipe JST dengan berbagai variasi parameter
pelatihannya adalah sebagai berikut:
1. Pendugaan ikan jantan
a. Pendugaan oleh tipe JST pertama ikan koi jantan
Pendugaan yang dilakukan ini didasarkan pada nilai bobot yang dihasilkan
oleh tipe JST pertama pada ikan koi jantan dengan parameter momentum sama
dengan 0.5, laju pembelajaran sama dengan 0.3 , jumlah neuron hidden sama dengan
39 dan iterasi sebanyak 3,000 kali.
Pada tipe JST ini dari 10 data ikan jantan yang diuji ada 6 data ikan jantan
yang dapat diduga dengan benar, artinya tingkat akurasi JST pada tipe JST ini sebesar
60%.
Tabel 3. Hasil dugaan JST pada tipe pertama JST ikan koi jantan
Data ke 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Benar
Salah
Akurasi
Dugaan
0,6103
0,4774
0,5609
0,4851
0,5518
0,6000
0,4818
0,4637
0,5363
0,5503
Target
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Error
0,3897
0,5226
0,4391
0,5149
0,4482
0,4
0,5182
0,5363
0,4637
0,4497
Keputusan
Jantan
Betina*
Jantan
Betina*
Jantan
Jantan
Betina*
Betina*
Jantan
Jantan
6
4
60%
Keterangan * = Dugaan salah
b. Pendugaan oleh tipe JST kedua ikan koi jantan
Pendugaan yang dilakukan ini didasarkan pada nilai bobot yang dihasilkan oleh
tipe JST kedua pada ikan koi jantan dengan parameter momentum sama dengan 0.5,
laju pembelajaran sama dengan 0.5 , jumlah neuron hidden sama dengan 39 dan
iterasi sebanyak 3,000 kali.
Hasil dugaan Tipe JST ini menghasilkan tingkat akurasi 50% dengan 5 data ikan
jantan yang ditebak dengan benar dan 5 data lain yang ditebak dengan salah.
Tabel 4. Hasil dugaan JST pada tipe kedua JST ikan koi jantan
Data ke 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Benar
Salah
Akurasi
Dugaan
0,52
0,5084
0,5662
0,4277
0,579
0,4746
0,4211
0,4364
0,4492
0,5797
Target
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Error
0,48
0,4916
0,4338
0,5723
0,421
0,5254
0,5789
0,5636
0,5508
0,4203
Keputusan
Jantan
Jantan
Jantan
Betina*
Jantan
Betina*
Betina*
Betina*
Betina*
Jantan
5
5
50%
Keterangan : * Dugaan salah
Tipe jaringan ini memberikan nilai akurasi yang kurang baik bila dibandingkan
dengan JST tipe pertama ya itu hanya 50 %, hal ini disebabkan oleh jumlah iterasi
yang kurang banyak, sebaiknya iterasi dilakukan pada kisaran 3,500– 4,500 kali
iterasi.
c. Pendugaan oleh tipe JST ketiga ikan koi jantan
Pendugaan yang dilakukan ini didasarkan pada nilai bobot yang dihasilkan
oleh tipe JST ketiga pada ikan koi jantan dengan parameter momentum sama dengan
0.5, laju pembelajaran sama dengan 0.9 , jumlah neuron hidden sama dengan 39 dan
iterasi sebanyak 10,000 kali.
Tipe JST ini memberikan hasil yang terbaik pada kesepuluh data dugaan
dengan tingkat akurasi yang dihasilkan sebesar 70% dengan 7 data ikan jantan dapat
ditebak dengan benar dan 3 data tidak dapat ditebak dengan benar. Tipe jaringan ini
merupakan tipe jaringan yang paling stabil, ini terlihat dari 10,000 kali iterasi yang
disediakan, pada iterasi ke 8973 kali Tipe JST ini telah memenuhi syarat yang
diperlukan oleh jaringan.
Tabel 5. Hasil dugaan JST pada tipe ketiga JST ikan koi Jantan
Data ke 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Benar
Salah
Akura si
Dugaan
0,58221
0,58668
0,5007
0,5432
0,5447
0,4876
0,474
0,5008
0,5154
0,4902
Target
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Error
0,41779
0,41332
0,4993
0,4568
0,4553
0,5124
0,526
0,4992
0,4846
0,5098
Keputusan
Jantan
Jantan
Jantan
Jantan
Jantan
Betina*
Betina*
Jantan
Jantan
Betina*
7
3
70%
Keterangan : * Dugaan salah
2.
Pendugaan ikan betina
a. Pendugaan oleh tipe JST pertama ikan koi betina
Pendugaan yang dilakukan ini didasarkan pada nilai bobot yang dihasilkan
oleh tipe JST tipe kedua pada ikan koi betina dengan parameter momentum sama
dengan 0.5, laju pembelajaran sama dengan 0.3 , jumlah neuron hidden sama dengan
26 dan iterasi sebanyak 10,000 kali.
Tipe jaringan ini cukup stabil dengan tingkat akurasi sebesar 70% dari 10 data
validasi yang diberikan 7 data dapat ditebak dengan benar. Jaringan ini cukup stabil
disebabkan nilai laju pembelajaran yang rendah dengan jumlah iterasi yang banyak
sehingga penurunan nilai galat yang terjadi cukup stabil.
Tabel 6. Hasil dugaan JST pada tipe pertama JST ikan koi betina
Data ke 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Benar
Salah
Akurasi
Dugaan
0,3623
0,3662
0,4917
0,4392
0,4977
0,5446
0,4866
0,5109
0,5028
0,40593
Target
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Error
0,3623
0,3662
0,4917
0,4392
0,4977
0,5446
0,4866
0,5109
0,5028
0,40593
Keputusan
Betina
Betina
Betina
Betina
Betina
Jantan*
Betina
Jantan*
Jantan*
Betina
7
3
70%
Keterangan : * Dugaan salah
b. Pendugaan oleh tipe JST kedua ikan koi betina
Pendugaan yang dilakukan ini didasarkan pada nilai bobot yang dihasilkan
oleh tipe JST kedua pada ikan koi betina dengan parameter momentum sama dengan
0.5, laju pembelajaran sama dengan 0.5 , jumlah neuron hidden sama dengan 39 dan
iterasi sebanyak 5,000 kali.
Tipe JST ini memberikan tingkat akurasi sebesar 60% dengan 6 data dugaan
benar dan 4 data dugaan salah. Tingkat akurasi JST ini masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan tingkat akurasi JST tipe pertama hal ini disebabkan oleh nilai
laju pembelajaran yang lebih besar bila dibandingkan dengan JST tipe pertama,
menyebabkan perubahan nilai bobot jaringan yang tidak stabil walaupun pada tipe
JST kedua ini jumlah neuron hidden-nya lebih banyak hal ini ternyata tidak
memperbaiki kinerja jaringan.
Tabel 7. Hasil dugaan JST pada tipe kedua JST ikan koi betina
Data ke 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Benar
Salah
Akurasi
Dugaan
0,5362
0,4977
0,40023
0,4843
0,4977
0,5446
0,5843
0,4799
0,5238
0,4503
Target
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Error
0,5362
0,4977
0,40023
0,4843
0,4977
0,5446
0,5843
0,4799
0,5238
0,4503
Keputusan
Jantan*
Betina
Betina
Betina
Betina
Jantan*
Jantan*
Betina
Jantan*
Betina
6
4
60%
Keterangan : * Dugaan salah
c. Pendugaan oleh tipe JST ketiga ikan koi betina
Pendugaan yang dilakukan ini didasarkan pada nilai bobot yang dihasilkan
oleh tipe JST ketiga pada ikan koi betina dengan parameter momentum sama dengan
0.5, laju pembelajaran sama dengan 0.9 , jumlah neuron hidden sama dengan 39 dan
iterasi sebanyak 10,000 kali.
Tipe JST ini hanya mampu memberikan tingkat akurasi sebesar 60%, dari 10
data yang diberikan 6 data dapat di duga dengan benar dan 4 data diduga dengan
salah. Tipe JST ini memberikan hasil yang sama dengan JST tipe kedua, dari hasil ini
terlihat bahwa dengan nilai laju pembelajaran yang lebih besar akan memberikan nilai
akurasi yang sama dengan JST dengan nilai laju pembelajaran yang lebih kecil
walaupun jumlah iterasi yang diberikan lebih besar.
Tabel 8. Hasil dugaan JST pada tipe ketiga JST ikan koi betina
Data ke 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Benar
Salah
Akurasi
Dugaan
0,3962
0,4598
0,6134
0,4538
0,6074
0,4151
0,5659
0,4124
0,4341
0,5706
Target
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Error
0,3962
0,4598
0,6134
0,4538
0,6074
0,4151
0,5659
0,4124
0,4341
0,5706
Keputusan
Betina
Betina
Jantan*
Betina
Jantan*
Betina
Jantan*
Betina
Betina
Jantan*
6
4
60%
Keterangan : * Dugaan salah
Nilai laju pembelajaran yang besar menyebabkan JST tipe ketiga ini kurang stabil
walaupun jumlah iterasi yang diberikan cukup besar bila dibandingkan dengan tipe
JST kedua dan bila dibandingkan dengan tipe JST pertama maka nilai laju
pembelajaran yang tidak stabil ini lebih berpengaruh terhadap tingkat akurasi jaringan
walaupun jumlah neuron hidden pada JST tipe ketiga ini lebih banyak bila
dibandingkan dengan JST tipe pertama dengan jumlah iterasi yang sama.
4.9
Keunggulan metode JST dibandingkan metode histologi dan morfologi
untuk penentuan jenis kelamin ikan koi
Hasil pembelajaran dan aktivasi diatas menunjukan bahwa JST dapat melakukan
pendugaan jenis kelamin ikan walaupun dengan tingkat akurasi yang masih rendah
dan jumlah contoh yang sedikit, hal ini berarti JST dapat diterapkan untuk menduga
jenis kelamin ikan koi pada tingkat umur awal sebelum dapat dilakukan pendugaan
menggunakan cara histologi maupun morfologi. Pendugaan menggunakan JST ini
juga memiliki kelebihan yaitu kurangnya kontak langsung dengan objek deteksi, hal
ini berbeda dengan kedua metode lain yang memerlukan kontak langsung dengan
objek, bahkan pada cara histologi harus membedah ikan koi tersebut, sehingga
metode JST ini akan sangat baik untuk pendugaan awal atau sortir awal jenis kelamin
ikan sebelum ikan koi benar-benar memiliki tanda-tanda kelamin secara morfologi.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pendugaan jenis kelamin ikan dalam hal ini ikan koi (Cyprinus carpio) menggunakan
gabungan metode pengolahan citra dengan JST dapat dilakukan. Tipe algoritma JST yang
digunakan berbeda untuk ikan jantan dan ikan betina sangat tergantung pada nilai laju
pembelajaran, jumlah neuron tersembunyi dan jumlah iterasi yang dilakukan, sedangkan
nilai momentum yang digunakan sama yaitu 0.5.
Tingkat akurasi terbaik yang diperoleh adalah 100% pada saat pelatihan baik pada
ikan jantan maupun ikan betina, sedangkan tingkat akurasi terbaik yang diperoleh pada
saat validasi adalah sebesar 70%. Pada ikan jantan laju pembelajaran yang memberikan
hasil validasi terbaik tersebut adalah laju pembelajaran 0.9 dengan jumlah iterasi
maksimum 10,000 kali dan jumlah neuron tersembunyi sebanyak 39 buah sedangkan
pada ikan betina didapatkan nilai laju pembelajaran sebesar 0.3 dengan jumlah neuron
tersembunyi sebanyak 39 buah dan iterasi maksimum sebanyak 10,000 kali.
5.2 Saran
Perlu ditambahkan jumlah contoh ikan yang diberikan pada saat pelatihan sehingga
didapatkan tingkat akurasi yang lebih baik pada saat validasi.
Untuk metode pengambilan data citra perlu pengkondisian cahaya yang lebih baik
agar tidak terjadi bias yang terlalu besar karena perubahan cahaya yang terjadi.
72
Selain menggunakan algoritma propagasi balik sebaiknya ditambahkan algoritma –
algoritma lain yang dimiliki kecerdasan buatan seperti logika fuzzy, Learning Vector
Quantization (LVQ), sehingga akan didapatkan hasil dugaan yang jauh lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, B dan Kartika, F. 2004. Teknik Pengolahan Citra Digital Menggunakan Delphi.
Penerbit Ardi Publishing. Yogyakarta.
Agoes,O dan Murhananto. 2002. Budi Daya Koi. Agromedia Pustaka.
Jakarta
Anthony, P. 2000. Pemrograman Borland Delphi edisi 3. Penerbit Andi Yogyakarta.
Yogyakarta.
Bambang, R. 2004. Pemrograman Grafis Multimedia Menggunakan Delphi. Penerbit
Andi. Yogyakarta.
Balza, A dan Firdausy, K.2004. Teknik Pengolahan Citra Digital Menggunakan Delphi.
Ardi Publishing. Yogyakarta
Dayat dan Sitanggang.2003. Budidaya Koi Blitar pengalaman dari Ciganjur. Agromedia
pustaka. Jakarta.
Effendy . 1993. Mengenal beberapa Jenis Koi (Karper Jepang – Nishikigoi). Kanisius.
Yogyakarta.
German dan Dorsat. 1992. Using Early-Stopping to Avoid Overfitting in Wrapper-Based
Feature Selection Employing Stochastic Search. http://www.ics.uci.edu/
Indra.1999. Fenotip warna keturunan hasil persilangan antara ikan koi (Cyprinus Carpio
L) betina SHIRO-BEKKO dengan koi jantan SHIRO-BEKKO, KOHAKU, TAISHOSANKE dan TANCHO-KOHAKU. Skripsi Jurusan Budidaya Perikanan, FPIK,IPB.
Bogor.
Jogiyanto,H.M. 1988. Turbo Pascal versi 5.0 jilid 1. Andi offset. Yogyakarta.
Kusumadewi, S. 2003.Artificial Intellegence (teknik dan aplikasinya). Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Musalini, U. 2004. Membangun Aplikasi Super Cantik dan Full Animasi dengan Delphi.
Elex Media Komputindo. Jakarta.
Nelwan, A. 1997. Pengolahan Gambar Secara Digital. Elex Media Komputindo. Jakarta.
74
Ria.1995. Seleksi Induk Koi dari tiga tipe Pola. Majalah Trubus edisi agustus hal 24.
Riadi. 2001. Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengenalan Tanda Tangan. Skripsi Jurusan
Ilmu Komputer, FMIPA, IPB. Bogor.
Rich, E dan Knight, K. 2001. Artificial Intelligence, 2nd edition. McGraw-Hill, inc.
Toronto.
Sriyasa, W. 2003. Identifikasi Jenis Kawanan (schooling) Ikan dengan Artificial Neural
Network. Skripsi Jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan. FPIK, IPB. Bogor.
Usman, A. 2002. Teknik Dasar Pengolahan Citra Digital. Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.
Wahana Komputer. 2003. Tip dan Trik Pemrograman Delphi 7.0. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Yusuf, B. 2002. Mencemerlangkan Warna Koi. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Yonata. 2002. Kompresi Video Pemampatan data Video untuk aplikasi videophone dan
multimedia over IP. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Zairin, Jr. 2002. Sex reversal memproduksi benih ikan jantan atau betina. Jakarta.
Lampiran 1. Data Deskriptor Ikan
Panjang
(mm)
57,1007
57,855
58,142
58,3178
59,142
59,732
60,137
62,8037
63,1412
63,0968
63,186
63,7803
64,488
66,2716
66,9716
67,086
68,0803
68,7803
69,0272
67,716
71,1843
71,5561
72,1561
72,9009
73,0091
74,0091
75,2301
76,2948
77,9066
78,3549
79,0412
79,8383
82,3459
82,4091
83,2301
83,9199
84,991
84,5561
85,0091
85,5199
86,037
86,9199
87,2098
87,9098
89,9414
89,9098
90,9414
90,9098
91,486
92,3803
92,9716
93,0272
93,3843
Lebar (mm)
27,4091
27,9825
28,0639
28,389
28,4639
28,4639
29,385
28,285
30,7361
28,9629
30,9876
31,5597
32,5679
33,8108
34,0108
34,9876
35,0697
35,5697
36,0108
35,0811
37,5317
38,0086
38,6086
39,7879
40,3788
39,9788
40,3686
40,5977
40,6388
40,4404
40,6956
40,927
41,0048
41,0879
41,0669
41,3934
41,1051
41,3086
41,4879
41,934
42,0385
42,8934
43,5513
44,0551
44,642
44,9513
45,402
45,9513
46,1876
46,7697
47,0108
47,8108
48,5317
Perimeter
(piksel)
1769
1768
1805
2245
2665
2280
2387
2399
2402
2293
2446
2479
2532
2779
2779
2956
3023
3123
3479
2979
3127
3221
3321
3741
4041
4341
4459
4471
4511
4545
4613
4631
4751
4741
4620
4640
4726
4821
4941
4920
4987
5020
5326
5346
5443
5426
5543
5556
5626
5703
5749
5779
5827
Elongation
2,08328
2,06754
2,07177
2,05424
2,07779
2,09852
2,04652
2,22039
2,0543
2,17854
2,03907
2,02094
1,98011
1,96007
1,96913
1,91742
1,94129
1,93368
1,91685
1,93027
1,89664
1,88263
1,86891
1,83224
1,8081
1,85121
1,86358
1,87929
1,91705
1,93754
1,94225
1,95075
2,0082
2,00568
2,0267
2,02737
2,06765
2,04694
2,04901
2,03939
2,04662
2,02642
2,00246
1,99545
2,01473
2,00016
2,00303
1,97839
1,98075
1,97522
1,97766
1,94574
1,92419
Circularity
6,19537
6,06663
6,2939
9,73451
13,6869
9,9177
10,7455
10,8254
10,53
9,89221
10,7348
11,015
10,5714
12,4951
15,254
17,2313
17,7253
18,5558
22,9391
14,0166
15,0286
15,355
16,2327
20,3376
23,5583
26,7022
26,7474
26,4337
26,6464
27,5051
27,7839
27,9615
29,3861
29,2472
27,7575
27,3287
28,2768
29,3285
29,8176
26,8709
27,4189
27,5896
27,8177
26,711
27,6313
27,4519
28,3242
28,8507
28,9415
29,1454
29,5971
29,4758
30,0031
Rectangular
0,0389168
0,0394639
0,0395907
0,0401626
0,0407468
0,0407411
0,0418582
0,0419785
0,0444873
0,0431841
0,0441245
0,0453149
0,0434976
0,0455343
0,0465074
0,0481359
0,048165
0,0484614
0,0491712
0,0471255
0,0455746
0,0445576
0,0444991
0,0479418
0,0489178
0,0506588
0,0513134
0,051444
0,0520712
0,0529928
0,0527493
0,0535084
0,0552125
0,0553379
0,0558287
0,0553821
0,0555522
0,0553593
0,0541027
0,0500006
0,0500833
0,051267
0,0477815
0,0469927
0,0479347
0,0475317
0,0478073
0,0490377
0,0485279
0,0486291
0,0491589
0,0493044
0,0502996
Area (piksel)
40216
41023
41214
41222
41314
41732
42217
42317
43624
42318
44374
44420
48284
49209
50309
50374
51048
51848
52009
50409
51802
53795
54095
54788
55188
56188
59184
60209
60802
59795
60979
61066
61156
61188
61223
62723
62888
63095
65188
71723
72217
72723
81188
85188
85366
85388
86366
85188
87074
88848
88909
90209
90102
93,9561
94,0114
95,9414
96,0098
96,9098
98,1199
98,9716
48,6086
49,242
49,642
49,6513
49,5513
50,0934
50,2108
5834
5894
5903
5926
6978
6120
6179
1,93291
1,90917
1,93267
1,93368
1,95575
1,95874
1,97112
29,4244
29,9446
29,9066
29,3732
40,7234
30,8307
31,5959
0,0495909
0,0501192
0,0513413
0,05008
0,0504423
0,0508169
0,0516526
92095
92366
92766
95188
95198
96723
96209
Lampiran 1. Lanjutan
Indeks Warna
Merah
0,188521
0,188044
0,188
0,188913
0,188
0,186183
0,184911
0,184911
0,203936
0,203534
0,203521
0,26314
0,184799
0,184431
0,184431
0,203521
0,184799
0,184799
0,184431
0,184431
0,183935
0,183675
0,183675
0,151385
0,151385
0,151385
0,144744
0,184431
0,183935
0,183675
0,183675
0,183277
0,184043
0,151385
0,150936
0,150936
0,151385
0,183675
0,151385
0,150936
0,184911
0,150936
0,151385
0,151385
0,183277
0,151385
0,183277
0,151385
0,203521
0,184799
0,184431
0,184431
0,183935
0,183675
0,183277
0,183277
0,151385
0,151385
0,150936
0,184431
Indeks Warna
Hijau
0,215557
0,215003
0,215006
0,216047
0,215006
0,215836
0,218024
0,218024
0,237113
0,236429
0,236476
0,243354
0,22775
0,227388
0,227388
0,236476
0,22775
0,22775
0,227388
0,227388
0,227128
0,226912
0,226912
0,221247
0,221247
0,221247
0,222392
0,227388
0,227128
0,226912
0,226912
0,226539
0,227481
0,221247
0,220938
0,220938
0,221247
0,226912
0,221247
0,220938
0,218024
0,220938
0,221247
0,221247
0,226539
0,221247
0,226539
0,221247
0,236476
0,22775
0,227388
0,227388
0,227128
0,226912
0,226539
0,226539
0,221247
0,221247
0,220938
0,227388
Indeks Warna
Biru
0,595922
0,596953
0,596994
0,595039
0,596994
0,597981
0,597065
0,597065
0,558951
0,560037
0,560003
0,493507
0,587451
0,588181
0,588181
0,560003
0,587451
0,587451
0,588181
0,588181
0,588937
0,589414
0,589414
0,627368
0,627368
0,627368
0,632864
0,588181
0,588937
0,589414
0,589414
0,590184
0,588476
0,627368
0,628126
0,628126
0,627368
0,589414
0,627368
0,628126
0,597065
0,628126
0,627368
0,627368
0,590184
0,627368
0,590184
0,627368
0,560003
0,587451
0,588181
0,588181
0,588937
0,589414
0,590184
0,590184
0,627368
0,627368
0,628126
0,588181
Intensitas
91,3229
91,178
91,18
90,8405
91,18
91,2609
92,4834
92,4834
104,258
104,117
104,121
118,312
98,8723
98,7355
98,7355
104,121
98,8723
98,8723
98,7355
99,3022
98,5879
98,4708
98,4708
89,232
89,232
89,232
89,5516
98,7355
98,5879
98,4708
98,4708
98,327
100,363
89,232
89,0931
89,0931
89,232
98,4708
89,232
89,0931
92,4834
89,0931
89,232
89,232
98,327
89,232
98,327
89,232
104,121
98,8723
98,7355
98,7355
98,5879
98,4708
98,327
98,327
89,232
89,232
89,0931
98,7355
Hue
1,96496
1,96672
1,96687
1,9635
1,96687
1,97284
1,97665
1,97665
1,91051
1,91189
1,91192
1,74107
1,97471
1,97605
1,97605
1,91192
1,97471
1,97471
1,97605
1,97832
1,9778
1,97873
1,97873
2,09928
2,09928
2,09928
2,12577
1,97605
1,9778
1,97873
1,97873
1,98018
1,97737
2,09928
2,1012
2,1012
2,09928
1,97873
2,09928
2,1012
1,97665
2,1012
2,09928
2,09928
1,98018
2,09928
1,98018
2,09928
1,91192
1,97471
1,97605
1,97605
1,9778
1,97873
1,98018
1,98018
2,09928
2,09928
2,1012
1,97605
Saturation
91,1258
90,9477
90,9716
90,6864
90,9716
91,0198
92,2671
92,2671
103,989
103,848
103,842
117,965
98,6599
98,5026
98,5026
103,842
98,6599
98,6599
98,5026
99,0605
98,3343
98,2169
98,2169
89,1536
89,1536
89,1536
89,4846
98,5026
98,3343
98,2169
98,2169
98,0626
100,113
89,1536
89,0258
89,0258
89,1536
98,2169
89,1536
89,0258
92,2671
89,0258
89,1536
89,1536
98,0626
89,1536
98,0626
89,1536
103,842
98,6599
98,5026
98,5026
98,3343
98,2169
98,0626
98,0626
89,1536
89,1536
89,0258
98,5026
Target
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Lampiran 1. Lanjutan
Panjang
(mm)
60,6605
61,2506
62,6824
63,2092
64,0887
68,6957
69,4505
69,8027
71,8027
72,4892
72,9823
73,9823
77,3443
79,5046
81,9599
82,9441
83,5149
84,5819
85,8189
85,5384
86,0553
87,4411
90,0493
91,5819
95,4449
95,5384
95,4553
96,0948
97,4892
99,4823
99,4823
100,604
100,344
100,95
101,959
100,544
102,537
102,149
100,279
103,041
103,706
104,275
105,999
106,018
107,041
108,041
108,679
108,59
108,999
109,775
110,299
107,818
109,586
111,041
111,979
112,19
112,99
Lebar (mm)
25,255
25,9931
26,0581
26,7968
27,9298
28,128
29,4022
29,997
30,9197
32,7626
33,2428
34,2428
35,0768
36,6509
38,853
39,4753
42,0683
42,8732
43,8452
43,8104
44,7488
45,0753
46,0683
46,9952
47,885
48,8104
49,7488
49,8364
49,9626
50,2428
50,2428
51,6672
52,0768
51,6509
51,853
50,0753
52,0889
51,4683
51,942
53,7411
54,7657
55,0104
55,8037
56,591
57,0411
58,7411
57,342
57,9165
58,1037
59,5035
59,1037
60,091
61,431
62,7411
63,342
64,2846
65,2846
Perimeter
(piksel)
2800
3112
3194
3163
3194
3282
3303
3403
3603
3740
3950
3977
4035
4545
4901
5072
5482
5559
6145
6144
6201
6354
6815
6955
7292
7144
7201
7350
7040
7050
7977
8064
8535
8245
8501
8354
9365
9815
9876
9949
9965
10970
10200
10293
10849
10849
11076
11980
12670
12650
12770
12993
13898
13849
13976
14887
14087
Elongation
2,40192
2,35642
2,35642
2,35883
2,29464
2,44225
2,36209
2,32699
2,32223
2,21256
2,19543
2,16052
2,205
2,16924
2,10949
2,10116
1,98522
1,97284
1,95732
1,95247
1,92308
1,93989
1,95469
1,94875
1,99321
1,95734
1,91875
1,92821
1,95124
1,98003
1,98003
1,94715
1,92685
1,95448
1,96631
2,00786
1,9685
1,9847
1,93061
1,91736
1,89364
1,89557
1,8995
1,87342
1,87656
1,83928
1,89529
1,87495
1,87594
1,84486
1,8662
1,79426
1,78389
1,76983
1,76786
1,74522
1,73074
Circularity
12,7495
15,4434
15,4434
15,5741
13,5263
14,3881
14,0785
14,6527
16,1687
17,3516
18,6938
17,8242
16,6844
20,5885
22,5437
22,3667
24,4202
24,7122
28,8896
29,2937
29,7591
31,5332
35,3436
35,3111
37,3368
36,088
36,7059
36,5471
33,9638
33,9814
43,4878
41,1061
49,2791
47,5262
48,8305
54,7231
57,4366
64,1169
62,7043
63,5911
57,3005
71,8792
61,3905
62,7683
69,9705
69,452
71,9011
84,4489
94,024
93,4771
94,1291
97,1264
110,361
114,017
108,114
122,066
111,615
Rectangular
0,0312911
0,0318878
0,0318878
0,0331177
0,0298167
0,032412
0,0330967
0,0332762
0,0347306
0,0370031
0,0365096
0,035858
0,0349189
0,0364773
0,037538
0,0357556
0,0358641
0,0364225
0,036157
0,0365258
0,0374322
0,038665
0,0396507
0,0394611
0,0403074
0,0414152
0,0422204
0,0406925
0,041924
0,0429213
0,042904
0,0412691
0,0444
0,0457854
0,0448683
0,0495851
0,0439328
0,0439497
0,0420588
0,0446833
0,041163
0,0430335
0,0438377
0,0446453
0,0455895
0,0470356
0,0458755
0,0464799
0,046591
0,047925
0,0472627
0,0468178
0,0483109
0,052019
0,0493105
0,0498924
0,0521113
Area
(piksel)
48959
49928
50874
51145
60033
59616
61698
62924
63924
64182
66452
70649
77694
79883
84831
91573
97962
99561
104067
102598
102876
101938
104624
109067
113388
112598
112476
117688
116182
116452
116499
125952
117694
113883
117831
101538
121573
119624
123844
123929
137977
133297
134933
134386
133929
134929
135844
135310
135933
136297
137933
138386
139347
133929
143844
144554
141554
113,49
113,49
66,0165
66,0165
14980
14980
1,71913
1,71913
124,668
124,668
0,0522801
0,0522801
143310
143310
Lampiran 1. Lanjutan
Indeks Warna
Merah
Indeks Warna
Hijau
Indeks Warna
Biru
Intensitas
0,159028
0,148073
0,143811
0,146721
0,161428
0,145272
0,148412
0,149566
0,149566
0,256844
0,256788
0,256781
0,256423
0,256419
0,256443
0,255646
0,262572
0,232915
0,214929
0,238209
0,238222
0,25566
0,262572
0,214929
0,220843
0,238209
0,238222
0,225208
0,256844
0,256788
0,256781
0,256535
0,256423
0,256419
0,256443
0,25566
0,255646
0,262572
0,23206
0,232044
0,232985
0,232633
0,232521
0,232312
0,232044
0,232044
0,23206
0,232627
0,232521
0,232633
0,232521
0,232312
0,232649
0,232044
0,23206
0,16263
0,150392
0,147114
0,150814
0,163554
0,14672
0,15304
0,153765
0,153765
0,258058
0,258094
0,25813
0,257619
0,257638
0,257614
0,256643
0,262474
0,236412
0,220153
0,242203
0,242216
0,256652
0,262474
0,220153
0,226088
0,242203
0,242216
0,227637
0,258058
0,258094
0,25813
0,257736
0,257619
0,257638
0,257614
0,256652
0,256643
0,262474
0,227687
0,227705
0,228632
0,22835
0,228271
0,228044
0,227705
0,227705
0,227687
0,228342
0,228271
0,22835
0,228271
0,228044
0,228315
0,227705
0,227687
0,678342
0,701535
0,709075
0,702465
0,675018
0,708008
0,698548
0,696669
0,696669
0,485098
0,485118
0,485089
0,485958
0,485943
0,485943
0,487711
0,474954
0,530672
0,564919
0,519589
0,519563
0,487688
0,474954
0,564919
0,553068
0,519589
0,519563
0,547155
0,485098
0,485118
0,485089
0,485728
0,485958
0,485943
0,485943
0,487688
0,487711
0,474954
0,540252
0,540251
0,538383
0,539017
0,539208
0,539643
0,540251
0,540251
0,540252
0,53903
0,539208
0,539017
0,539208
0,539643
0,539036
0,540251
0,540252
105,979
104,002
104,002
103,564
112,305
103,303
104,001
104,146
104,146
106,159
106,161
106,156
105,832
105,833
105,836
104,952
113,986
102,605
95,239
111,131
111,128
104,948
113,986
95,239
98,5401
111,131
111,128
90,0439
106,159
106,161
106,156
105,957
105,832
105,833
105,836
104,948
104,952
113,986
100,917
100,914
101,464
101,317
101,166
101,045
100,914
100,914
100,917
101,319
101,166
101,317
101,166
101,045
101,316
100,914
100,917
Hue
2,09659
2,15289
2,15289
2,1589
2,08613
2,16883
2,14944
2,14364
2,14364
1,75671
1,75686
1,75688
1,75785
1,75786
1,7578
1,75996
1,74152
1,82405
1,87921
1,80858
1,80855
1,75992
1,74152
1,87921
1,86049
1,80858
1,80855
1,84724
1,75671
1,75686
1,75688
1,75755
1,75785
1,75786
1,7578
1,75992
1,75996
1,74152
1,82746
1,8275
1,8247
1,82574
1,82607
1,82669
1,8275
1,8275
1,82746
1,82575
1,82607
1,82574
1,82607
1,82669
1,8257
1,8275
1,82746
Saturation
103,838
103,838
103,838
103,409
112,109
103,128
103,837
103,963
103,963
105,829
105,831
105,826
105,491
105,473
105,486
104,599
113,6
102,254
94,9765
110,816
110,804
104,595
113,6
94,9765
98,2661
110,816
110,804
89,9439
105,829
105,831
105,826
105,617
105,491
105,473
105,486
104,595
104,599
113,6
100,679
100,676
101,276
101,099
100,948
100,827
100,676
100,676
100,679
101,101
100,948
101,099
100,948
100,827
101,108
100,676
100,679
Target
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,231828
0,231828
0,232627
0,232627
0,227229
0,227229
0,228342
0,228342
0,540943
0,540943
0,53903
0,53903
100,811
100,811
101,319
101,319
1,82818
1,82818
1,82575
1,82575
100,572
100,572
101,101
101,101
0
0
0
0
Lampiran 3. Data Masukan Pelatihan
Panjang (mm)
Lebar (mm)
Elongation
Circularity
Rectangular
Indeks Warna
Indeks Warna
Indeks Warna
Intensitas
Saturation
Hue
Panjang
Perimeter
Lebar (mm)
Area
Rectangular
Elongation
Circularity
Indeks Warna
Warna
Intensitas
Hue
Saturation
Target
Panjang
Perimeter
Indeks Warna
Indeks
Indeks
Lebar (mm)
Elongation
Area
Circularity
Rectangular
Intensitas
Hue
Saturation
Target
Perimeter
Lebar (mm)
Elongation
Circularity
Rectangular
Intensitas
Hue
Saturation
Target
Download