MODUL PERKULIAHAN BAHASA INDONESIA Ragam Bahasa Indonesia Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 2013 1 Tatap Muka 04 Kode MK 90008 Disusun Oleh Sri Rahayu Handayani, S.Pd. MM Abstract Kompetensi Ragam Bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta medium pembicara Mahasiswa mampu memahami berbagai ragam bahasa Indonesia dengan baik dan benar Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id I. Pendahuluan Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang. Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia itu ada yang disebut ragam bahasa. Dimana ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang pemakaiannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah ragam bahasa lisan, karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll. Pidato sering digunakan dalam acara-acara resmi. Misalnya pidato pesiden, pidato dari ketua OSIS, ataupun pidato dari pembina upacara. Sistematika dalam pidato pun hendaklah dipahami betul-betul. Agar pidato yang disampaikan sesuai dengan kaidah yang benar. Pidato sama halnya dengan ceramah. Hanya saja ceramah lebih membahas tentang keagamaan.kalau pidato lebih umum dan bisa digunakan dalam banyak acara. Ragam bahasa indonesia terbagi atas lima bagian, yaitu : Tempat : Dialek Jakarta, dialek Manado, dsb. Penutur : Golongan Cendekiawan dan bukan golongan Cendekiawan. Sarana : Ragam Lisan dan Ragam Tulisan. Bidang Penggunaan : Ragam Ilmu, Ragam Surat Kabar, dsb. Suasana Penggunaan : Ragam Resmi dan Ragam Santai. 2013 2 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id II. Ragam Bahasa Seiring dengan perubahan masyarakat, bahasa pun mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000). Bahasa Indonesia memang banyak ragamnya. Hal Ini karena bahasa Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang sesuai dengan dengan keperluannya, apapun latar belakangnya. Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku. Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa terdiri dari: 1. Ragam bahasa lisan 2. Ragam bahasa tulis Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam 2013 3 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula kesamaannya. Meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata, masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yang lain. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya keragaman bahasa, diantaranya : Faktor Budaya atau letak Geografis Faktor Ilmu pengetahuan Faktor Sejarah Macam-macam ragam Bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu berdasarkan media, berdasarkan cara pandang penutur dan berdasarkan topik pembicaraan. A. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media 1. Ragam Lisan Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciricirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masingmasing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda. Ciri-ciri ragam lisan: 2013 4 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id Memerlukan orang kedua/teman bicara; Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu; Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh. Berlangsung cepat; Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu; Kesalahan dapat langsung dikoreksi; Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi. Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu.’ 2. Ragam Tulis Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat. Ciri struktur (unsur-unsur) bahasa Indonesia baku adalah sebagai berikut. 1) Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten 2) Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat, dan sebagainya secara eksplisit dan konsisten 3) Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten (pemakaian kata penghubung secara tepat dan ajeg) 4) Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara konsisten (penggunaan urutan kata yang tepat) 5) Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis) 6) Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara konsisten 7) Pemakaian preposisi yang tepat 8) Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi dan tempatnya 9) Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai bahasa Indonesia baku 2013 5 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id 10) Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD) 11) Pemakaian peristilahan resmi Ciri-ciri ragam tulis : Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara; Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu; Harus memperhatikan unsur gramatikal; Berlangsung lambat; Selalu memakai alat bantu; Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi; Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca. Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’ Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata): Tata Bahasa (Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata) a. Ragam Bahasa Lisan: 1) Nia sedang baca surat kabar. 2) Ari mau nulis surat. 3) Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu. 4) Mereka tinggal di Menteng. 5) Jalan layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. 6) Saya akan tanyakan soal itu. b. Ragam Bahasa Tulis: 1) Nia sedangmembaca surat kabar. 2) Ari mau menulis surat. 3) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu. 4) Mereka bertempat tinggal di Menteng. 5) Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. 6) Akan saya tanyakan soal itu. 2013 6 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id Kosa kata Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata: 1. Ragam Lisan 1) Ariani bilang kalau kita harus belajar 2) Kita harus bikin karya tulis 3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak 2. Ragam Tulis 1) Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar. 2) Kita harus membuat karya tulis. 3) Rasanya masih terlalu muda bagi saya, Pak. Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada. Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modern (Alwi, 1998: 14). Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan: 1. Topik yang sedang dibahas, 2. Hubungan antarpembicara, 3. Medium yang digunakan, 4. Lingkungan, atau 5. Situasi saat pembicaraan terjadi Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandard adalah sebagai berikut: Penggunaan kata sapaan dan kata ganti, Penggunaan kata tertentu, 2013 7 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id Penggunaan imbuhan, Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan Penggunaan fungsi yang lengkap. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue. Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti. Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat. Kelengkapan fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar. Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis. B. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek, ragam terpelajar, ragam resmi dan ragam tak resmi. Contoh ragam dialek adalah ‘Gue udah baca itu buku.’ Contoh ragam terpelajar adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’ 2013 8 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id Contoh ragam resmi adalah ‘Saya sudah membaca buku itu.’ Contoh ragam tak resmi adalah ‘Saya sudah baca buku itu.’ C. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari ragam bahasa ilmiah, ragam hukum, ragam bisnis, ragam agama, ragam sosial, ragam kedokteran dan ragam sastra. Ciri-ciri ragam ilmiah: Bahasa Indonesia ragam baku; Penggunaan kalimat efektif; Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda; Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias; Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan; Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea. Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan: 1) Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum) 2) Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis) 3) Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra) 4) Anak itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran) 5) Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi) Ragam bahasa baku dapat berupa: ragam bahasa baku tulis dan ragam bahasa baku lisan. III. Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan. Penyimpangan / kesalahan umum dalam berbahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Hiperkorek Hiperkorek adalah kesalahan berbahasa karena “membetulkan” bentuk yang sudah benar sehingga menjadi salah. Contoh: 2013 9 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id insaf (betul) menjadi insyaf (hiperkorek) pihak (betul) menjadi fihak (hiperkorek) asas (betul) menjadi azas (hiperkorek) 2. Pleonasme Pleonasme adalah kesalahan berbahasa karena kelebihan dalam pemakaian kata yang sebenarnya tidak diperlukan. Pleonasme ada tiga macam : 1) Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata zaman dahulu (benar) dahulu kala (benar) zaman dahulu kala (pleonasme) 2) Bentuk jamak dinyatakan dua kali ibu-ibu (benar) para ibu (benar) para ibu-ibu (pleonasme) 3) Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak diperlukan karena pernyataannya sudah cukup jelas maju ke depan kambuh kembali 3. Kontaminasi Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa Inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan ‘kerancuan’. Rancu artinya ‘kacau’ dan kerancuan artinya ‘kekacauan’. Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan kata. Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuk. Kata yang salah disusun menimbulkan frase yang kacau atau kalimat yang kacau. Kontaminasi terjadi karena salah nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi suatu hal yang tumpang (meng+kesamping+kan) → (men+samping+kan) 2013 10 tindih.Contoh kontaminasi mengesampingkan → menyampingkan Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id imbuhan: (benar) (benar) ↓ mengenyampingkan (kontaminasi) Contoh kontaminasi frase: Kadang-kadang (benar) Ada kala(nya) (benar) Kadang kala (kontaminasi) Berulang-ulang (benar) Berkali-kali (benar) Berulang kali (kontaminasi) Contoh kontaminasi kalimat: Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (benar) Dalam rapat itu, hadir para pejabat setempat. (benar) Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (kontaminasi) 4. Perombakan Bentuk Pasif Perombakan bentuk pasif ada tiga : a. Pemakaian awalan di-untuk bentuk pasif yang seharusnya tidak berawalan diContoh: Buku itu dibaca oleh saya. (tidakbaku) Buku itu saya baca. (baku) b. Penghilangan awalan di-untuk bentuk pasif yang seharusnya menggunakan awalan diContoh: Buku itu dibaca oleh mereka. (baku) Buku itu mereka baca. (tidakbaku) c. Penyisipan kata diantara dua kata dari sebuah frase terikat Contoh: Buku itu saya akan baca. (tidakbaku) Buku itu akan saya baca. (baku) 2013 11 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id 5.Kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan pemakaian / penghilangan kata tugas Kesalahan pemakaian kata tugas dalam berbahasa Indonesia ada tiga macam : a. Ketidak tepatan kata tugas yang digunakan Contoh : Hasil dari pada penelitian itu sangat memuaskan.(tidak tepat) Hasil penelitian itu sangat memuaskan. (baku). b.Pemakaian kata tugas yang tidak diperlukan Contoh : Kepada mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (tidak baku) Mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (baku) c.Penghilangan kata tugas yang diperlukan Contoh : Dia bekerja sesuai peraturan yang berlaku. (tidakbaku) Dia bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. (baku) 6.Pengaruh bahasa daerah Pengaruh bahasa daerah yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia ada dua macam: a. Pengaruh dalam pembentukan kata, yaitu pemakaian awalan ke- (yang seharusnya awalan ter-) dan penghilangan imbuhan. Contoh pemakaian awalan ke- : ketabrak, kepukul (tidakbaku) tertabrak, terpukul (baku) Contoh penghilangan imbuhan: Hasil penelitiannya beda dengan hasil penelitian saya. (tidakbaku) Hasil penelitiannya berbeda dengan hasil penelitian saya. (baku) b. Pengaruh dalam susunan kalimat, penggunaan akhiran –nya Contoh : 2013 12 Rumahnya Pak Ahmad sangat besar. (tidakbaku) Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id Rumah Pak Ahmad sangat besar. (baku) 7.Pengaruh bahasa asing Pengaruh bahasa asing yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia ialah pemakaian kata tugas (kata ganti penghubung) seperti: yang mana, dimana, kepada siapa. Contoh : 2013 13 Baju yang mana baru saya beli, telah sobek. (tidakbaku) Baju yang baru saya beli, telah sobek. (baku) Bandung dimana saya dilahirkan sekarang sangat panas. (tidakbaku) Bandung tempat saya dilahirkan sekarang sangat panas. (baku) Orang kepada siapa ia berlindung, kemarin meninggal dunia.(tidakbaku) Orang tempat ia berlindung, kemarin meninggal dunia.(baku) Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Arifin, E. Zaenal. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2012. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempusnakan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Ende: Nusa Indah. --------------, 1998. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Rahayu, Minto. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Ruskhan, Abdul Gaffar. 2007. Kompas Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo Utama. Satata, Sri, Devi S, dan Dadi W. 2012. Bahasa Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadianional. Jakarta: Mitra Wacana Media. Solihin, dkk. 2003. Terampil Berbahasa Indonesia. Jakarta: Uhamka Press. Sugono, Dendy dkk. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Widjono Hs. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo. 2013 14 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning Sri Rahayu Handayani, SPd. MM http://www.mercubuana.ac.id