Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA SUBULUSSALAM 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik 2.1.1 Kondisi Geografis Kota Subulussalam merupakan salah satu dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh yang masih relatif muda juga mempunyai letak cukup strategis karena dilewati oleh jalan nasional yang menghubungkan kota-kota di pantai Barat-Selatan Provinsi Aceh dan merupakan pintu masuk ke Aceh dari sebelah selatan karena berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara. Secara Gegrafis Kota Subulussalam terletak pada posisi 02° 27’ 30” - 03° 00’ 00” LU/ North Latitude dan 0 97° 45’ 00’ - 98° 10’ 00” BT/ East Latitude. Kota Subulussalam dalam konstelasi regional berada di bagian perbatasan antara Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara; • Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat, Provinsi Sumatera Utara; • Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Singkohor dan Kecamatan Suro, Kabupaten Aceh Singkil; dan • Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Trumon dan Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan. 2.1.2 Administratif Kota Subulussalam memiliki 5 Kecamatan dengan 74 Desa yaitu Kecamatan Simpang Kiri yang terdiri dari 14 Desa, yaitu Kecamatan Penanggalan yang terdiri dari 10 Desa, Kecamatan Rundeng yang terdiri dari 23 Desa, Kecamatan Sultan Daulat yang terdiri dari 17 Desa serta Kecamatan Longkib dengan 10 Desa. Kota Subulussalam memiliki luas wilayah 1.391 km2 dengan luas kecamatan yang terbesar adalah Kecamatan Sultan Daulat (±43,3%), sedangkan kecamatan dengan luasan terkecil adalah Kecamatan Penanggalan (±6,7%). Untuk lebih jelasnya, peta kondisi adminstratif Kota Subulussalam dapat dilihat pada lampiran. Tabel 2.1. Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 Kecamatan Simpang Kiri Penanggalan Rundeng Sultan Daulat Longkib Kota Subulussalam Jumlah Kelurahan/Desa 14 10 23 17 10 74 Luas Wilayah (Km²) 213 93 320 602 163 1.391 % thd total 15,3 6,7 23,0 43,3 11,7 100,0 Sumber : BPS Subulussalam Dalam Angka Tahun 2012 17 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Peta 2.1. Peta Administrasi Kota Subulussalam dan Cakupan Kajian Wilayah Sumber : Draft RTRW Kota Subulussalam Tahun 2012 17 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 2.1.3 Kondisi Topografi dan Morfologi Berdasarkan karakteristik topografisnya, Kota Subulussalam dikalsifikasikan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: Dataran Rendah yang menjadi dominasi karakteristik bentang alam Kota Subulussalam, dengan kemiringan 00 – 20 dengan prosentase luas terhadap luas kota adalah 45%; Daerah/dataran Landai dengan kemiringan 20 – 50 dengan prosentase luas terhadap luas kota adalah 10,80%; dan Dataran tinggi dengan kemiringan 50 – 150 dengan prosentase luas terhadap luas kota adalah 26,45%. Dataran perbukitan dan pegunungan dengan kemiringan 150 – 1000, yaitu: a. Daerah perbukitan dengan kemiringan 150 – 400 dengan prosentase luas terhadap luas kota adalah 17%; dan b. Daerah pegunungan terjal dengan kemiringan melebihi 400 dengan prosentase luas terhadap luas kota adalah 1,12%. Morfologi Kota Subulussalam secara umum bervariasi, baik morfologi berupa perbukitan maupun morfologi bergelombang dan lahan datar. Morfologi Kota Subulussalam berbukit di bagian timur dan kemudian semakin ke arah barat semakin bergelombang dan mendatar. Bagian tertinggi Kota Subulussalam mencapai ketinggian 1.000 mdpl, sedangkan bagian terendah berada pada ketinggian 50 mdpl, sehingga dengan adanya margin yang cukup tinggi antara ketinggian terendah dengan ketinggian tertinggi ini, dapat dikatakan bahwa Kota Subulussalam memiliki kondisi morfologi yang unik dimana baik dataran maupun pegunungan terdapat pada kota ini. Berdasarkan hal tersebut, maka morfologi di wilayah Kota Subulussalam dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan morfologi yaitu satuan morfologi perbukitan terjal, satuan morfologi perbukitan bergelombang, dan satuan morfologi pedataran. 1) Satuan Morfologi Perbukitan Terjal, dicirikan oleh rangkaian pegunungan yang tingginya antara 800 – 1.000 mdpl dan keterjalan lebih dari 40°. Aliran sungai mempunyai pola dendritik – sub dendritik, sebagian trellis karena mengikuti pola patahan, dengan lembah sungai yang sempit, biasanya berbentuk V dan sebagian kecil cenderung U, menunjukkan tingkat erosi muda menuju dewasa. 2) Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Land ai, dicirikan oleh perbukitan dengan ketinggian antara 100 – 800 m dpl dan kemiringan lereng antara 15º - 40º. Pola aliran sungai dendritik, dengan lembah berbentuk U dan sebagian berbentuk V, menunjukkan tingkat erosi dewasa. Satuan ini umumnya ditempati oleh batuan vulkanik dan sedimen. 3) Satuan Morfologi Pedataran merupakan daerah datar atau dengan kemiringan lereng antara 0° hingga 15° dan pola aliran anyaman “braided stream” yang umum terjadi di daerah muara sungai. 2.1.4 Geologi dan Jenis Tanah Beberapa jenis tanah yang membentuk struktur tanah di Kota Subulussalam terdiri atas jenis tanah komplek PMK dan litosol, podsolik merah kuning (PMK), organosol dan glei humus, komplek PMK, litosol dan latosol. Jenis tanah PMK mendominasi pada wilayah utara dan timur Kota Subulussalam, sementara jenis tanah Organosol dan Glei Humus mendominasi jenis tanah di wilayah selatan dan barat Kota Subulussalam. Hanya sedikit saja sebaran jenis tanah PMK, Listosol dan Latosol. Adapun karakteristik khas jenis tanah di Kota Subulussalam adalah sebagai berikut : Podsolik Merah Kuning (PMK) memiliki karakteristik keadaan tekstur tanah liat, porositas jelek dan mudah larut. Kandungan bahan organic pada jenis tanah ini hanya sekitar 10 %, 17 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 serta memiliki kandungan unsur hara yang rendah. Permeabilitas tanah sedang hingga agak lambat, serta memiliki daya menahan air yang kurang baik serta peka terhadap erosi. Organosol, tersusun dari bahan organik atau campuran bahan mineral dengan bahan organik. Ketebalan minimum 40 cm dan paling sedikit mengandung 30 % bahan organik atau lebih 20 % bila berpasir. Warna tanah gelap, pH rendah, drainase terhambat sampai sangat terhambat. Bila hendak digunakan untuk pertanian memerlukan drainase/irigasi. Latosol, merupakan tanah yang miskin akan zat hara terutama zat Pospat, Kalium dan Nitrogen dan rendah kadar humusnya, bersifat butir, teduh dan mantap, tidak ploistis (lembut) serta tahan terhadap erosi. Jenis tanah ini dapat diolah untuk pertanian sepanjang tahun. Sifat tanah yang mudah longsor menjadi salah satu kendala dalam pengembangan Kota Subulussalam, begitu pula dengan sifatnya yang menghambat drainase. Ditinjau dari struktur geologis, Kota Subulussalam memiliki struktur geologi yang terdiri atas arrenite sandstone, boulder-sandstone, conglomerate, sandstone, tuff, volcanic rock. Dari beragamnya struktur geologis tersebut, Kota Subulussalam didominasi oleh struktur geologi conglomerate. Sedangkan struktur geologi yang memiliki komposisi terkecil adalah tuff. Struktur arrenite sandstone mendominasi di wilayah perbukitan di bagian timur Kota Subulussalam beserta dengan struktur sandstone, yaitu di Kecamatan Penanggalan. Struktur conglomerate yang mendominasi struktur geologi Kota Subulussalam tersebar di seluruh kecamatan, dengan dominasi pada Kecamatan Simpang Kiri. Komposisi tuff dan volcanic rock mendominasi di bagian utara pada areal hutan yakni di Kecamatan Sultan Daulat. Sementara komposisi bouldersandstone mendominasi areal di samping sungai-sungai yang melintasi Kota Subulussalam, terutama sungai Lae Kombih, Lae Soraya, Lae Belegen, dan Lae Batu-batu. 2.1.5 Hidrologi Potensi hidrologi cukup penting untuk menunjang pembangunan, baik untuk kepentingan irigasi, air minum (sanitasi), transportasi, maupun untuk kepentingan lainnya. Kota Subulussalam memiliki potensi terkait dengan hal ini. Sumberdaya air di Kota Subulussalam meliputi air permukaan yaitu air sungai dan rawa, serta air tanah yang bersumber dari mata air. Salah satu potensi sumberdaya air adalah Sungai Besar Lae Soraya yang memiliki hulu di Lawe Alas Aceh Tenggara. Selain Lae Soraya, terdapat beberapa sungai lainnya dengan kapasitas yang lebih kecil serta anakanak sungai yang tersebar di Kota Subulussalam. Secara umum, karakteristik sungai-sungai di Kota Subulussalam berkelok pendek sehingga sering menimbulkan bencana genangan/luapan sungai, namun dengan lebar sungai yang sangat memadai seperti Lae Soraya, beroptensi untuk dijadikan sebagai media transportasi sungai. Sungai-sungai di Kota Subulussalam belum bertanggul, juga sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya bencana genangan akibat luapan sungai. Dalam hal pengelolaan Wilayah Sungai (WS), Kota Subulussalam termasuk ke dalam WS Alas-Singkil sebagai WS lintas provinsi karena menjadi sumber air bagi Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara. Oleh karenanya, pengelolaan WS yang melintasi Kota Subulussalam ini menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi, yang didasarkan pada Permen PU No.11A/PRT/M/2006. Terdapat 4 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terkait dengan Kota Subulussalam, yaitu DAS Lawe Alas, DAS Trumor, DAS Simpang Kanan, dan DAS Simpang Kiri. Aliran sungai yang melintasi wilayah Kota Subulussalam adalah: 1. Sungai Lae Soraya yang merupakan sungai besar yang melintasi Kota Subulussalam di batas barat kota, mengalir dari utara ke selatan melalui Kecamatan Sultan Daulat, Kecamatan Rundeng dan Kecamatan Longkip hingga Kabupaten Aceh Singkil. 18 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 2. Sungai Lae Kombih yang membentang dari timur ke barat kota, mengalir dari Provinsi Sumatera Utara melintasi Kecamatan Penanggalan, Kecamatan Simpang Kiri dan Kecamatan Rundeng, bermuara pada Sungai Lae Soraya di Kecamatan Rundeng. 3. Sungai Lae Batu-Batu mengalir melintasi Kecamatan Sultan Daulat dan Kecamatan Rundeng, memiliki hulu di Kecamatan Sultan Daulat dan bermuara di Lae Belegen, Menuju Lae Soraya. 4. Sungai Lae Biski yang merupakan hulu dari sungai Lae Batu-batu di Kecamatan Sultan Daulat. 5. Sungai Lae Belegen yang mengalir dari Kecamatan Simpang Kiri menuju Kecamatan Rundeng dan bermuara di Sungai Lae Soraya. 6. Sungai Lae Sarkea yang merupakan daerah hulu, mengalir dari Kecamatan Penanggalan menuju Kecamatan Simpang Kiri dan bermuara di Sungai Lae Belegen. 7. Sungai Lae Penuntungan di Kecamatan Penanggalan, bermuara di Sungai Lae Sireprep. 8. Sungai Lae Sireprep yang merupakan daerah hulu di Kecamatan Penanggalan, mengalir menuju Kecamatan Simpang Kiri dan bermuara di Sungai Lae Belegen. Tabel 2.2. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kota Subulussalam No 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama DAS Sungai Lae Souraya Sungai Lae Kombih Sungai Lae Batu-Batu Sungai Lae Biski Sungai Lae Belegen Sungai Lae Sarkea Sungai Lae Penuntungan Sungai Lae Sireprep Kota Subulussalam Luas (Ha) 22,07 9,64 8,40 1,24 1,68 2,20 0,97 0,35 46,54 Sumber : Draft RTRW Kota Subulussalam Tahun 2012 19 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Peta 2.2. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kota Subulussalam Sumber : Draft RTRW Kota Subulussalam Tahun 2012 17 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 2.2 Demografi Jumlah penduduk Kota Subulussalam dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk juga bertambah, perkembangan ini dapat dilihat Pada Tabel 2.3. Sebagai landasan perencanaan pembangunan sanitasi di Kota Subulussalam, perlu dibuat angka proyeksi untuk 5 tahun kedepan, dengan digunakan rumus perhitungan sebagai berikut : Pt = Po (1+r )t Di mana; Pt = Jumlah penduduk tahun ke t Po = Jumlah Penduduk awal r = rata – rata pertumbuhan penduduk t = Waktu (5) Perhitungan didasarkan pada data hasil sensus tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011, diperoleh nilai rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahun sebesar 4,18 % , dengan hasil proyeksi jumlah penduduk mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 2.4. 17 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Tabel 2.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk 3 Tahun Terakhir No Jumlah Penduduk Kecamatan Tingkat Pertumbuhan Jumlah KK 2007 2008 2009 2010 2011 2007 2008 2009 2010 2011 Kepadatan Penduduk 2009 2010 2011 2009 2010 2011 1 Simpang Kiri 25.687 26.316 26.944 27.573 28.108 5.388 5.520 5.652 5.784 5.916 2,1 2,06 1,94 127 129 131 2 Penanggalan 10.694 10.956 11.217 11.479 11.879 2.202 2.256 2.310 2.364 2.418 7,58 4,73 3,48 131 123 127 3 Rundeng 10.242 10.493 10.743 10.994 11.381 2.197 2.250 2.304 2.358 2.412 2,85 17,38 3,52 33 34 36 4 Sultan Daulat 12.074 12.369 12.665 12.960 13.132 2.659 2.724 2.789 2.854 2.919 4,07 17 1,33 23 22 22 5 Longkib 4.136 4.238 4.339 4.440 4.490 1.018 1.043 1.068 1.093 1.118 5,59 17,35 1,13 32 27 27 13.464 13.793 14.123 14.453 14.783 4,44 7,56 2,28 49 48 50 Kota 62.833 64.372 65.908 67.446 68.990 Subulussalam Sumber : BPS, Subulussalam Dalam Angka Tahun 2010, 2011, 2012 Tabel 2.4 Jumlah Penduduk saat ini dan Proyeksinya untuk 5 Tahun No Jumlah Penduduk Kecamatan 2012 2013 2014 Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 1 Simpang Kiri 28.830 29.459 30.088 30.716 31.345 6.048 6.180 6.312 6.443 6.575 2,57 2,18 2,14 2,09 2,05 135 138 141 144 147 2 Penanggalan 12.002 12.264 12.526 12.788 13.049 2.472 2.526 2.580 2.633 2.687 1,04 2,18 2,14 2,09 2,04 56 58 59 60 61 3 Rundeng 11.495 11.746 11.997 12.247 12.498 2.466 2.519 2.573 2.627 2.681 1,00 2,18 2,14 2,08 2,05 54 55 56 57 59 4 Sultan Daulat 13.551 13.846 14.142 14.437 14.733 2.984 3.049 3.114 3.179 3.244 3,19 2,18 2,14 2,09 2,05 64 65 66 68 69 5 Longkib 4.642 4.744 4.845 4.946 5.047 1.143 1.168 1.193 1.218 1.243 3,39 2,20 2,13 2,08 2,04 22 22 23 23 24 15.113 15.442 15.772 16.100 16.430 2,24 2,18 2,14 2,09 2,05 51 52 53 54 55 Kota 70.520 72.059 73.598 75.134 76.672 Subulussalam Sumber : BPS, Subulussalam Dalam Angka Tahun 2010, 2011, 2012 18 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 2.3 Keuangan Dan Perekonomian Daerah Dari sudut biaya pembangunan yang dilaksanakan di Kota Subulussalam, perlu dilihat kemampuan Kota Subulussalam dalam membiayai belanja pembangunan. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBK) Kota Subulussalam dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.5 Ringkasan Realisasi APBK Kota Subulussalam Tahun 2008 - 2012 No A. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 PENDAPATAN 1 Pendapatan Asli Daerah 2 Dana Perimbangan 3 1.514.408.211,00 3.054.708.673,00 3.361.400.822,81 6.830.438.999,60 6.099.446.461,29 130.875.173.732,00 230.106.065.261,00 220.961.849.060,00 240.664.207.050,00 284.034.414.099,00 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 441.825.800,00 1.777.350.000,00 38.858.463.338,00 58.858.997.040,00 10.737.772.000,00 4 Transfer Pemerintah Propinsi 4.072.921.274,00 10.350.532.209,00 4.419.882.846,00 17.108.469.933,00 7.881.673.161,00 5 Lain-lain Pendapatan yang Sah 15.209.573.000,00 4.582.931.349,00 5.000.000.000,00 - 6.424.572.635,00 152.113.902.017,00 249.871.587.492,00 272.601.596.066,81 323.462.113.022,60 315.177.878.356,29 119.245.409.453,00 159.566.186.764,00 178.241.210.550,00 205.075.659.718,33 230.877.911.414,39 31.582.911.265,00 75.370.839.320,00 86.473.311.900,00 99.192.262.694,00 61.788.343.756,00 330.565.000,00 770.989.500,00 406.787.400,00 384.000.000,00 236.340.000,00 1.480.000.000,00 7.600.000.000,00 11.960.032.500,00 11.682.986.000,00 13.381.513.800,00 152.638.885.718,00 243.308.015.584,00 277.081.342.350,00 316.334.908.412,33 306.284.108.970,39 (524.983.701,00) 6.563.571.908,00 (4.479.746.283,19) 7.127.204.610,27 8.893.769.385,90 Jumlah Pendapatan B. BELANJA 1 Belanja Operasi 2 Belanja Modal 3 Belanja Tidak Terduga 4 Transfer Jumlah Belanja Surplus / Defisit Anggaran C. PEMBIAYAAN 1 Penerimaan Pembiayaan 1.276.045.279,00 751.061.578,00 6.814.633.486,00 11.334.887.202,81 5.015.103.998,08 2 Pengeluaran Pembiayaan - 500.000.000,00 1.000.000.000,00 13.480.987.815,00 11.906.842.200,00 1.276.045.279,00 251.061.578,00 5.814.633.486,00 (2.146.100.612,19) (6.891.738.201,92) 751.061.578,00 6.814.633.486,00 1.334.887.202,81 4.981.103.998,08 2.002.031.183,98 Pembiayaan Netto Sisa Lebih / Kurang Pembiayaan Anggaran Sumber : Qanun Kota Subulussalam Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBK Kota Subulussalam TA. 2008-2012 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan Kota Subulussalam dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, Pendapatan terbesar berasal dari dana perimbangan. Ini menunjukkan bahwa Kota Subulussalam masih membutuhkan dana bantuan dari pusat (APBN) untuk membiayai 19 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 pembangunannya. Sedangkan dari sisi pembelanjaan, belanja Operasi memiliki peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan belanja Modal. Khusus untuk pembangunan dibidang sanitasi, alokasi anggaran pada APBK mengalami penurunan yang cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa pembangunan dibidang sanitasi kurang mendapatkan perhatian yang cukup dari Pemerintah Kota Subulussalam. Adapun realisasi anggaran belanja modal sanitasi Kota Subulussalam, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.6 Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk No Tahun SKPK 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbuhan 2012 1 Dinas Pekerjaan Umum 3.925.500.000 1.401.025.000 2.738.755.000 1.918.083 1.a Investasi 3.925.500.000 1.401.025.000 2.738.755.000 1.918.083 1.351.909.000 974.124.000 876.852.000 433.038.000 1.185.953.000 809.877.000 696.220.000 241.660.000 165.956.000 164.247.000 180.632.000 191.378.000 1.b 2 Operasional/Pemeliharaan (OM) Badan Lingkungan Hidup, KPPK 2.a Investasi 2.b Operasional/Pemeliharaan (OM) 3 Dinas Kesehatan 20.920.000 3.a Investasi 20.920.000 3.b Operasional/Pemeliharaan (OM) 4 Belanja Sanitasi 5 Pendanaan Sanitasi 6 Pendanaan OM 7 Belanja Langsung 8 5.277.409.000 2.375.149.000 3.615.607.000 455.876.083 5.111.453.000 2.210.902.000 3.434.975.000 264.498.083 165.956.000 164.247.000 180.632.000 191.378.000 75.370.839.320 86.473.311.900 99.192.262.694 61.788.343.756 Proporsi Belanja Sanitasi / Belanja Langsung 0,07 0,03 0,04 0,01 9 Proporsi Investasi Sanitasi / Total Belanja Sanitasi 0,97 0,93 0,95 0,58 10 Proporsi OM Sanitasi / Total Belanja Sanitasi 0,03 0,07 0,05 0,42 Investasi 31.582.911.265 Sumber : Qanun Kota Subulussalam Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBK Kota Subulussalam TA. 2008-2012 Tabel 2.7 Belanja Sanitasi Perkapita Kota Subulussalam Tahun 2008-2012 No Deskripsi 1 Total Belanja Sanitasi Kota Subulussalam 2 Jumlah Penduduk Belanja Sanitasi Perkapita (1/2) Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 5.277.409.000 2.375.149.000 3.615.607.000 455.876.083 68.729 67.446 68.990 70.520 76.786 35.216 52.408 6.464 69.776 0,00 Rata-rata 2.344.808.217 69.092 34.175 Sumber : APBK dan BPS TA. 2008-2012, diolah. 20 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi, dapat dilihat dari pertumbuhan angka produk domestik regional bruto (PDRB). Dari tahun ke tahun, PDRB Kota Subulussalam mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Kenaikan PDRB tersebut diikuti oleh peningkatan pendapatan perkapita (PDRB per kapita) Kota Subulussalam. Sedangkan pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh pengaruh ekonomi makro Indonesia. Data perekonomian di Kota Subulussalam dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.8 Tabel Peta Perekonomian Kota Subulussalam Tahun 2007-2011 No Deskripsi 2007 2008 Tahun 2009 2010 2011 1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 226.182,02 237.180,80 247.857,72 260.919,81 276.339,58 2 Pendapatan Perkapita Kota (Rp.) 3.610.594,- 3.690.841,- 3.760.548,- 3.868.575,- 4.005.502,- 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) -1,65 2,22 1,89 2,87 3,54 Sumber : BPS Kota Subulussalam 2012 2.4 2.4.1 Tata Ruang Wilayah Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang Kota Subulussalam mengarah kepada terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang dicapai melalui peningkatan aktivitas ekonomi. Dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan yang ada saat ini dan kemungkinan yang ada di masa yang akan datang serta dengan memperhatikan rencana yang dicanangkan oleh Wilayah Provinsi Aceh secara lebih luas maka tujuan penataan ruang Kota Subulussalam dalam kurun waktu 2012-2032 adalah: “MEWUJUDKAN KOTA SUBULUSSALAM SEBAGAI KOTA PUSAT AGROINDUSTRI MANDIRI YANG SEJAHTERA, ISLAMI DAN RAMAH LINGKUNGAN” Pusat agroindustri adalah pusat kegiatan industri yang memfokuskan pada pengolahan lebih lanjut dari hasil-hasil perkebunan dan pertanian yang dominan ada di Kota Subulussalam, Contohnya adalah perkebunan kelapa sawit, diharapkan industri yang tersedia di Kota Subulussalam nantinya bukan hanya industri CPO tetapi juga industri hilir yang merupakan turunan dari industri CPO. Mandiri dimaksudkan bahwa kegiatan perekonomian terutama dalam kaitannya dengan agroindustri mengandalkan kemampuan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang berasal dari Kota Subulussalam sendiri. Sejahtera dimaksudkan bahwa semua kegiatan ekonomi adalah untuk kepentingan kesejahteraan penduduk Kota Subulussalam. Islami dimaksudkan bahwa penataan ruang dan pembangunan di Kota Subulussalam berdasarkan pada pandangan hidup masyarakat yang berlandaskan syari’at Islam. Ramah Lingkungan dimaksudkan penataan ruang yang dibuat bertujuan untuk pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan agar tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan di masa yang akan datang. 2.4.2 Kebijakan Penataan Ruang Kebijakan penataan ruang Kota Subulussalam diantaranya meliputi: 1. Pembentukan struktur ruang yang mantap melalui penetapan pusat pelayanan yang mendukung kegiatan agroindustri mandiri dan kegiatan perkotaan lainnya secara optimal; 21 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 2. Peningkatan aksesibilitas dan transportasi untuk menunjang optimalnya fungsi dan keterkaitan antar pusat kegiatan dan sebagai penunjang kelancaran kegiatan agroindustri mandiri; 3. Peningkatan pelayanan prasarana lainnya untuk mendorong kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat dan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup; 4. Pelestarian kawasan lindung untuk menjaga kelestarian lingkungan Kota Subulussalam dengan berbasiskan mitigasi bencana; 5. Pengembangan kawasan budidaya dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan penegakkan syari’at Islam untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat; 6. Peningkatan investasi dan perekonomian di kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis; 7. Peningkatan pengembangan kawasan lindung sebagai kawasan strategis lingkungan; 8. Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan Negara. 2.4.3 Strategi Penataan Ruang Setiap kebijakan penataan ruang kota selanjutnya dijabarkan ke dalam strategi-strategi penataan ruang kota. Strategi penataan ruang Kota Subulussalam adalah sebagai berikut. 1. Strategi untuk kebijakan Pembentukan struktur ruang yang mantap melalui penetapan pusat pelayanan yang mendukung kegiatan agroindustri mandiri dan kegiatan perkotaan lainnya secara optimal meliputi: a. Menetapkan pusat-pusat pelayanan dengan mempertimbangkan kemudahan akses pelayanan pada penduduk. 2. Strategi untuk kebijakan Peningkatan aksesibilitas dan transportasi untuk menunjang optimalnya fungsi dan keterkaitan antar pusat kegiatan dan sebagai penunjang kelancaran kegiatan agroindustri mandiri meliputi: a. Meningkatkan sistem pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan; b. Meningkatkan sistem pelayanan perkeretaapian; c. Meningkatkan sistem pelayanan angkutan sungai danau dan penyeberangan. 3. Strategi untuk kebijakan Peningkatan pelayanan prasarana lainnya untuk mendorong kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat dan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup meliputi: a. Meningkatkan pelayanan energi di Kota Subulussalam; b. Mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi di seluruh Kota Subulussalam; c. Meningkatkan pelayanan jaringan sumber daya air di Kota Subulussalam; d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan air minum di Kota Subulussalam; e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan air limbah di Kota Subulussalam; f. Meningkatkan pengelolaan persampahan di wilayah kota dengan melibatkan masyarakat; g. Menata jaringan drainase yang terpadu dan terkoneksi; h. Mengatur penempatan jalur pejalan kaki yang fungsional dan tetap memperhatikan keindahan; i. Mengembangkan jalur evakuasi bencana. 4. Strategi untuk kebijakan Pelestarian kawasan lindung untuk menjaga kelestarian lingkungan Kota Subulussalam dengan berbasiskan mitigasi bencana meliputi: a. Menetapkan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya dan ketentuan peraturan yang berlaku; b. Mempertahankan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi ekosistemnya. 5. Strategi untuk kebijakan Pengembangan kawasan budidaya dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan penegakkan syari’at Islam untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat meliputi: 22 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 a. Menetapkan kegiatan-kegiatan utama pada pusat-pusat pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat; b. Mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk perwujudan pola ruang berlandaskan mitigasi bencana dan syari’at Islam. 6. Strategi untuk kebijakan Peningkatan investasi dan perekonomian di kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis meliputi: a. Mengembangkan kawasan strategis ekonomi. 7. Strategi untuk kebijakan Peningkatan pengembangan kawasan lindung sebagai kawasan strategis lingkungan meliputi: a. Mengembangkan kawasan strategis lingkungan. 8. Strategi untuk Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Keamanan Negara meliputi: a. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; b. Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset Pertahanan/TNI. Tabel 2.9 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KOTA SUBULUSSALAM No Kebijakan Strategi 1 Pembentukan struktur ruang yang mantap melalui penetapan pusat pelayanan yang mendukung kegiatan agroindustri mandiri dan kegiatan perkotaan lainnya secara optimal Menetapkan pusat-pusat pelayanan dengan kemudahan akses pelayanan pada penduduk mempertimbangkan 2 Peningkatan aksesibilitas dan transportasi untuk menunjang optimalnya fungsi dan keterkaitan antar pusat kegiatan dan sebagai penunjang kelancaran kegiatan agroindustri mandiri Meningkatkan sistem pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan Meningkatkan sistem pelayanan perkeretaapian Meningkatkan sistem pelayanan angkutan sungai danau penyeberangan 3 Peningkatan pelayanan prasarana lainnya untuk mendorong kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat dan untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup 4 Pelestarian kawasan lindung untuk menjaga kelestarian lingkungan Kota Subulussalam dengan berbasiskan mitigasi bencana 5 Pengembangan kawasan budidaya dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan penegakkan syariat islam untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat Meningkatkan pelayanan energi di Kota Subulussalam Mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi di seluruh Kota Subulussalam Meningkatkan pelayanan jaringan sumber daya air di Kota Subulussalam Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan air minum di Kota Subulussalam Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan air limbah di Kota Subulussalam Meningkatkan pengelolaan persampahan di wilayah kota dengan melibatkan mayarakat Menata jaringan drainase yang terpadu dan terkoneksi Mengatur penempatan jalur pejalan kaki yang fungsional dan tetap memperhatikan keindahan Mengembangkan jalur evakuasi bencana Menetapkan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya dan ketentuan peraturan yang berlaku. Mempertahankan kawasan berfungsi lindung sesuai dengan kondisi ekosistemnya; Menetapkan kegiatan-kegiatan utama pada pusat-pusat pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat Mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk perwujudan pola ruang berlandaskan mitigasi bencana dan syariat Islam 6 Peningkatan investasi dan perekonomian di kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis Mengembangkan kawasan strategis ekonomi 7 Peningkatan pengembangan kawasan lindung sebagai kawasan strategis lingkungan Mengembangkan kawasan strategis lingkungan 8 Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan disekitar kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan dan 23 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Kebijakan No Keamanan Negara Strategi keamanan Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset Pertahanan/TNI Sumber : Draft RTRW Kota Subulussalam Tahun 2012 24 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Peta 2.3 Rencana Pusat Layanan Kota Subulussalam Sumber : Draft RTRW Kota Subulussalam Tahun 2012 25 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Peta 2.4 Rencana Pola Ruang Kota Subulussalam Sumber : Draft RTRW Kota Subulussalam Tahun 2012 26 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 2.4.4 Kebencanaan Kebencanaan di Kota Subulussalam tidak dapat terlepas dari sistem kebencanaan Indonesia bahkan dunia. Hal ini karena sistem kegiatan di dalam bumi memiliki keterkaitan satu sama lain, dimana kegiatan di dalam bumi pada suatu belahan bumi dapat berpengaruh terhadap belahan bumi lainnya. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo‐Australia di bagian selatan, Lempeng Euro‐Asia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempengan tersebut bergerak dan saling bertumbukan sehingga lempeng Indo‐Australia menunjam ke bawah lempeng Euro‐Asia dan menimbulkan gempa bumi, jalur gunung api, dan sesar atau patahan. Penunjaman di Indonesia juga banyak terdapat patahan aktif seperti Patahan Semangko di Sumatera, Cimandiri di Jawa dan banyak patahan dan sub patahan lainnya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karenanya kejadian gempa beserta dampak yang ditimbulkannya yang dapat terjadi secara tiba-tiba harus dapat diantisipasi secara dini kejadiannya, misalkan melalui hazard warning system dan optimalisasi upaya mitigasi bencana. Kondisi geografis Indonesia sebagaimana diuraikan di atas sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, banjir dan tanah longsor. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat (Arnold, 1986). Berdasarkan peta kerentanan bencana di atas, Kota Subulussalam termasuk ke dalam wilayah dengan kerentanan bencana sedang-tinggi. Jenis kerentanan bencana di Kota Subulussalam diantaranya gempa bumi, gerakan tanah, dan banjir. Sedangkan dengan bencana gunung api mengingat tidak ada gunung api aktif yang dekat dengan Kota Subulussalam. Kota Subulussalam memiliki beberapa potensi bencana seperti banjir, gerakan tanah dan gempa. Diperlukan upaya adaptasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana, seperti penyediaan ruang-ruang yang dapat difungsikan sebagai ruang evakuasi bagi penduduk yang terkena bencana. Kawasan ruang evakuasi bencana meliputi ruang terbuka atau ruang-ruang lainnya yang dapat berubah fungsi menjadi meeting point ketika bencana terjadi. Ruang evakusi bencana adalah sebuah ruang yang disediakan untuk masyarakat yang terkena bencana dalam kondisi darurat, sesuai dengan kebutuhan antisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan modifikasi sesuai dengan kondisi bentuk lahan disetiap lokasi. Ruang yang dipersiapkan sebagai tempat sementara evakuasi para korban bencana,harus memiliki tingkat keamanan yang lebih terjamin,serta mempunyai akses yang cukup tinggi/terjangkau oleh bantuan dari luar daerah. Adapun beberapa kriteria yang dapat dipergunakan dalam penentuan ruang-ruang evakuasi bencana tersebut adalah sebagai berikut: Ruangan-ruangan yang bersifat publik seperti lapangan-lapangan terbuka, kawasan parkir, tegalan ataupun area pertanian kering; Terletak pada lokasi yang aksesibel dari konsentrasi penduduk yang harus diselamatkan; Terletak pada daerah dengan kepadatan kawasan dan bangunan rendah hingga sedang; Terletak pada jaringan jalan yang aksesibel/mudah dicapai dari semua arah dengan berlari/berjalan kaki; dan Tidak terletak pada daerah yang diperkirakan memiliki kerentanan terhadap bahaya lebih lanjut; Diperkirakan setiap orang akan membutuhkan ruang minimum 2 m², sehingga daya tampung ruang penyelamatan harus diperhitungkan dengan cermat; Lokasi untuk evakuasi bencana dapat dikembangkan sebagai ruang serba guna, dimana pada waktu terjadi bencana alam dapat berfungsi sebagai ruang evakuasi dan pada waktu tidak terjadi bencana berfungsi sebagai ruang terbuka publik (baik berupa ruang terbuka hijau maupun ruang terbuka non hijau). 27 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Arahan rencana kawasan ruang evakuasi bencana jika terjadi bencana adalah ruang terbuka publik pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas/kegiatan tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu maupun kelompok. Selain mempunyai fungsi sebagai tempat interaksi,estetika kota ruang terbuka juga berfungsi sebagai perlindungan terhadap bencana. Ruang terbuka publik yang berfungsi sebagai konektor atau lingkage antar ruang akan memudahkan dalam evakuasi saat terjadi bencana sehingga dapat meminimalkan jatuhnya korban. Dalam hal ini ruang terbuka berfungsi sebagai ruang evakuasi bencana dengan kata lain ruang terbuka juga dapat menjadi akses bagi masyarakat untuk mencapai lokasi evakuasi yang aman. Selain itu Ruang Terbuka Non Hijau secara fungsionl dapat diarahkan sebagai lokasi penyelamatan berupa ruang terbuka perkerasan yang merupakan tempat berkumpulnya massa (assembly point) pada saat bencana datang seperti lapangan olah raga, parkiran, plasa dan alun-alun kota Pada Kota Subulussalam terdapat beberapa ruang yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang evakuasi bencana tersebut. Adapun arahan lokasi ruang evakuasi bencana di Kota Subulussalamadalah pada kawasan-kawasan pusat pelayanan yang didalamnya terdapat ruang-ruang terbuka hijau dan non hijau perkotaan, yaitu sebagai berikut: 1. Kawasan Pusat Pelayanan Kota Simpang Kiri; 2. Kawasan Sub Pusat Pelayanan Jambi Baru-Kutagara; 3. Kawasan Sub Pusat Pelayanan Pasar Rundeng-Teladan Baru; 4. Kawasan Sub Pusat Pelayanan KTM Longkip. 2.5 Sosial dan Budaya Pada bidang sosial dan budaya, didapatkan data bahwa di Kota Subulussalam terdapat 74 SD/setara, terdiri dari; 668 SD Negeri, 20 SD swasta, 197 MI; 204 SLTP/setara, terdiri dari; 49 SLTP Negeri, 25 SLTP swasta, 130 MTs; 70 SMA/setara, terdiri dari; 8 SMA Negeri, 19 SMA swasta, 43 MA. Tabel 2.10 Fasilitas Pendidikan di Kota Subulussalam Tahun 2011 Jumlah Sarana Pendidikan No Umum Kecamatan SD Agama SMP SMA SMK MI MTs MA Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 1 Simpang Kiri 18 0 4 3 2 3 1 0 1 2 1 2 1 0 2 11 0 3 1 0 0 1 0 0 1 0 4 1 3 19 0 3 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 4 Penanggalan Sultan Daulat Rundeng 15 0 2 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 0 5 Longkib 11 0 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah 74 0 14 5 5 3 2 1 2 3 Sumber : Profil Pendidikan Kota Subulussalam 2012, Disdikbudparpora Kota Subulussalam. 1 9 2 4 3 Tingkat kesejahteraan masyarakat juga menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan dalam kehidupan sosial masyarakat. Dari data yang ada dari Pusat Data Terpadu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Kota Subulussalam Tahun 2012 disimpulkan bahwa Jumlah keluarga miskin per Kepala Rumah Tangga Tahun 2011 Akumulasi dari 3 (tiga) Desil yaitu Desil 1 (satu), Desil 2 (dua) dan Desil 3 (tiga). Untuk 28 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 dapat melihat tingkat kesejahteraan masyarakat di Kota Subulussalam, dapat digunakan data jumlah penduduk miskin sebagaimana tersaji dalam tabel 2.11 berikut ini. Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) Simpang Kiri Penanggalan Rundeng Sultan Daulat Longkib Jumlah 1.323 522 1.252 1.567 324 4.988 Sumber : Pusat Data Terpadu TNP2K Tahun 2012, diolah. Dalam hal jumlah rumah masyarakat di Kota Subulussalam, Badan Pusat Statistik Kota Subulussalam mengkelompokkan dalam 4 jenis yaitu Rumah Milik Sendiri, Sewa, Kontrak dan Lainnya Adapun Jumlah Rumah yang ada di Kota Subulussalam adalah sebagai berikut : Tabel 2.12 Jumlah Rumah Per Kecamatan Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 Kecamatan Jumlah Rumah Simpang Kiri Penanggalan Rundeng Sultan Daulat Longkib Jumlah 5.784 2.364 2.358 2.854 1.091 14.451 Sumber : BPS Kota Subulussalam Tahun 2012, diolah 2.6 2.6.1 Kelembagaan Pemerintah Kota Subulussalam Organisasi Pemerintah Kota Subulussalam Kelembagaan Pemerintah Kota Subulussalam disusun berdasarkan Qanun Kota Subulussalam Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah Dan Kecamatan Di Lingkungan Pemerintah Kota Subulussalam, Qanun Kota Subulussalam Nomor 02 Tahun 2009 tentang Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kota Subulussalam, Qanun Kota Subulussalam Nomor 03 Tahun 2009 tentang Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Subulussalam. Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Subulussalam terdiri dari 14 Dinas Daerah, 9 Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan 5 Kecamatan yang bertanggung jawab kepada Walikota Subulussalam melalui Sekretaris Daerah Kota Subulussalam. Secara lengkap, Struktur Organisasi Pemerintah Kota Subulussalam ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Dalam bidang sanitasi, terutama dalam rangka pelaksanaan Program Percepatan Sanitasi 29 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Permukiman, telah dibentuk Kelompok Kerja Sanitasi Kota Subulussalam dengan Keputusan Walikota Subulussalam Nomor 188.45/49/2013, Tanggal 13 Maret 2013 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Sanitasi Kota Subulussalam Tahun 2013, dimana anggota-anggotanya terdiri dari lintas SKPK, dan stakeholder sektor sanitasi di Kota Subulussalam. SKPK Kota Subulussalam yang terlibat dalam Pokja Sanitasi terdiri dari Sekretariat Daerah Kota Subulussalam, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan, Pertamanan dan Pemadam Kebakaran, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Secara lengkap Struktur Kelompok Kerja Sanitasi Kota Subulussalam ditunjukkan dalam Gambar 2.2 30 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Subulusssalam 31 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Gambar 2.1 Struktur Kelompok Kerja Sanitasi Kota Subulusssalam Tahun 2013 32 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 2.6.2 Peraturan Terkait Sanitasi Dalam melaksanakan perencanaan dan pembangunan dibidang sanitasi, tentunya tidak terlepas dari peraturan hukum yang mengaturnya. Peraturan hukum tersebut dibuat agar adanya kejelasan mengenai tatacara dan standard pelaksanaan kegiatan serta menjamin tidak terjadinya tumpang tindih peraturan yang ada. Dalam penyusunan buku putih di Kota Subulussalam, Pokja Sanitasi mendasarkan pada peraturan –peraturan sbb : No A Peraturan PHBS dan Promkes Tabel 2.13 Peraturan Terkait Sanitasi Perihal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Higiene 2 Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 Kesehatan 3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/Menkes/Per/IV/2010 Persyaratan Kualitas Air Minum 4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1018/Menkes/Per/V/2011 Strategi Adaptasi Sektor Kesehatan Terhadap Dampak Perubahan Iklim 5 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999 Persyaratan Kesehatan Rumah 6 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 7 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1429/Menkes/SK/2006 Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dilingkungan Sekolah 8 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 585/Menkes/SK/V/2007 Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas 9 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 852/Menkes/SK/IX/2008 Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat B 1 C 1 2 Persampahan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Air Limbah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Pengelolaan Sampah Pengendalian Pencemaran Air Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 33 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 3 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Program Kali Bersih Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 4 Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Perizinan serta Pedoman Kajian Nomor 111 Tahun 2003 Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air. 5 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 D 1 2 E 1 Drainase Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Peraturan lainnya terkait sanitasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Baku Mutu air Limbah Domestik. Pengaturan Air Sungai Pengelolaan Lingkungan Hidup 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Sumber Daya Air 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Penataan Ruang 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Perumahan dan Kawasan Pemukiman 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 6 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 7 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Sumber : Pokja Sanitasi Kota Subulussalam Tahun 2013 2.6.3 Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Sanitasi Dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kota Subulussalam, beberapa satuan kerja perangkat daerah terlibat di dalamnya dan melaksanakan pembangunan sanitasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Secara ringkas, hubungan kerja SKPK yang terlibat dalam pembangunan sanitasi di Kota Subulussalam digambarkan dalam Bagan 2.1 berikut. 34 Buku Putih Sanitasi Kota Subulussalam 2013 Bagan 2.1 Pemangku Kepentingan Dalam Pengelolaan Sanitasi 35