Kajian Sosial Ekonomi Garam Industri dan Produk Derivatif Garam

advertisement
Draft Paket Rekomendasi 1
Kajian Sosial Ekonomi Garam Industri dan Produk Derivatif Garam
Draft rekomendasi: Pengembangan sistem informasi manajemen pasar dan
pemasaran garam di Indonesia. (P2HP dan KP3K)
Sasaran Rekomendasi
: Kebijakan Pasar dan Perdagangan
 Latar Belakang
Garam merupakan produk kelautan yang tidak hanya digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga, tetapi juga merupakan bahan baku produksi, bahan
pangan, industri pangan, farmasi dan perminyakan. Faktor-faktor tersebut yang
menjadikan garam menjadi komoditi strategis seperti halnya kebutuhan pokok
lainnya. Peran yang sangat strategis tersebut belum bisa dipenuhi oleh pemerintah
mengingat produksi produksi garam dalam negeri hanya sekitar 30.600 ton pada
tahun 2010, sementara kebutuhan terhadap garam sekitar 2,87 juta ton diluar
kebutuhan garam industri. Oleh karena itu, pemerintah mengimpor garam sebanyak
2,2 juta ton dari beberapa negara Australia (80%), India (5%) dan China (3%) untuk
mencukupi kekurangan kebutuhan garam dalam negeri (Yusmansyah,2012).
Ada tiga permasalahan utama dalam tata niaga garam di Indonesia, yaitu
terkait dengan produksi, pemasaran, permintaan dan penawaran. Permasalahan
produksi terkait dengan ketergantungan produksi garam terhadap iklim, teknologi
tradisional atau padat karya, lokasi garam mempunyai skala yang bervariasi,
petambak garam masih tergolong ekonomi lemah, sebagian besar pengelolaan
tambak garam dilakukan oleh penggarap berkala kecil, harga jual rendah yang
berdampak pada pendapatan petambak garam. Permasalahan pemasaran terkait
dengan fluktuasi harga garam, pengaruh spekulan, pengawasan ter hadap kualitas
garam masih rendah. Sementara itu, pemerintah masih kesulitan memenuhi
permintaan di dalam negeri terutama untuk kebutuhan industri. Terkait dengan impor
garam untuk kebutuhan industri, rembesan garam impor dari ijin importir terbatas
(IT) masuk garam konsumsi sehingga dapat berpengaruh terhadap harga dan stok
garam nasional. (……..)
Berdasarkan fakta-fakta di atas, pemerintah Indonesia memerlukan
perbaikan-perbaikan dalam sektor produksi dan tata niaga garam dalam negeri.
Kelembagaan pada sektor produksi dan distribusi memerlukan penguatan dalam
rangka peningkatan kualitas dan kuantitas produksi. Sistem informasi pasar dan
pemasaran sudah mendesak untuk di tata kembali. Hal ini sangat penting untuk
membangun data based dan informasi pergarama n Indonesia, sehingga data garam
terkait dengan permintaan, ketersediaan barang dan permasalahan-permasalahan
yang terjadi dapat diperoleh secara cepat, tepat, akurat dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, membangun kelembagaan secara vertikal serta mengoptimalkan
kelembagaan yang ada (horisontal) menjadi strategi baru dalam membangkitkan
pegaraman Indonesia.
Draft Paket Rekomendasi 2
Kajian Sosial Ekonomi Garam Industri dan Produk Derivatif Garam
Menindaklanjuti permasalahan dan fakta di atas, kajian ini menawarkan dua
opsi kebijakan:
a. Penguatan kelembagaan koperasi pegaraman melalui optimalisasi kinerja
kelompok kerja (Pokja) garam dalam rangka pembentukan badan penyangga
garam (BPG).
b. Membangun sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam yang
berbasis kelembagaan produksi dan tata niaga garam serta produk turunannya.
 Dasar Pertimbangan :
a. Penguatan kelembagaan koperasi pegaraman melalui optimalisasi kinerja
Pokja garam dalam rangka pembentukan badan penyangga garam
 Koperasi pegaraman sudah terbentuk di sentra produksi garam di Indonesia,
namun belum semua koperasi pegaraman tersebut menjalankan perannya
sesuai dengan asas, tujuan, prinsip, dan fungsi kelembagaan koperasi di
Indonesia.
 Tujuan koperasi yang tertuang dalam BAB II Pasal 3 Undang – undang RI No.
25 Tahun 1992, yaitu “memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945”.
 Fungsi koperasi tertuang dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian, yaitu: “1) Membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. 2) Berperan serta
aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat, 3)
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai gurunya, dan 4) Berusaha
untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.
 Koperasi pegaraman yang ada belum dapat membeli hasil produksi garam
rakyat dari anggotanya dan belum bisa menstabilkan harga garam rakyat yang
dihasilkan.
 Keberhasilan “Koperasi Garam Mekar” di Desa Boronglangu Kecamatan
Arungkeke, Kabupalen Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan dapat dijadikan
contoh dalam menjalankan usaha simpan pinjam, pengolahan garam, dan
pemasaran.
 Program revitalisasi koperasi terkait erat dengan pembangunan di bidang
Industri, maka hal ini merupakan bagian dari usaha peningkatan kesejahteraan
masyarakat mengacu kepada tiga pilar utama yaitu komitmen pemerintah,
Draft Paket Rekomendasi 3
Kajian Sosial Ekonomi Garam Industri dan Produk Derivatif Garam
mengembangan Usaha Skala Mikro, dan meningkatkan kualitas kelembagaan
koperasi.
 Peraturan menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan Nomor Per 21/Men/2010,
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri KP tahun 2011, didalamnya mencakup kinerja Pokja Garam Rakyat
tentang pengelolaan Pugar yang sudah didistribusikan kepada petambak garam
di seluruh lokasi sentra dan penyangga garam di Indonesia.
 Perbedaan perhitungan garam rakyat yang diproduksi KKP dengan perhitungan
garam secara nasional yang disebabkan system pencatatan yang berbeda.
 Badan Penyangga Garam yang berfungsi untuk menstabilkan harga belum
terbentuk, sehingga kestabilan harga dasar di tingkat petambak garam yang
ditentukan oleh Kementrian Perdagangan.
b. Sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam
 Data dan informasi produksi dan konsumsi garam belum terdokumentasi de ngan
cepat, tepat, akurat dan berkesinambungan.
 Kinerja koperasi pegaraman di sentra garam belum optimal, khususnya terkait
dengan pencatatan hasil produksi, harga dan pemasaran garam (jalur tata
niaga) secara cepat, tepat, akurat dan berkesinambungan.
 Data dan informasi terkait dengan produksi, konsumsi, pemasaran garam belum
tersedia di BPS dan Koperasi. Maka dalam rangka menciptakan sistem
informasi manajemen dan pemasaran garam, diperlukan pemantauan lintas
kementrian (Pusat), lintas Dinas (Kabupaten/kota) terkait secara terintergrasi.
 Strategi Implementasi
Strategi implementasi yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan sistem
informasi manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia terkait dengan
opsi rekomendasi antara lain adalah:
a. Penguatan kelembagaan koperasi pegaraman melalui optimalisasi kinerja
Pokja garam dalam rangka pembentukan badan penyangga garam
Strategi implementasi untuk melaksanakan strategi pertama antara lain adalah:
 Optimalisasi pokja yang sudah terbentuk baik di pusat maupun di daerah dan
membuat ikatan kerja yang kuat antara pusat dan daerah.
 Membuat definisi yang jelas antara ruang lingkup baik tanggung jawab,
kewenangan dan payung hukum dalam bentuk petunjuk teknis (juknis) yang
berisi tugas pokok dan fungsi (tupoksi).
 Membentuk tim khusus dalam pokja yang berfungsi sebagai bagian dari
monitoring dan evaluasi (monev) agar pelaksanaan tupoksi didalam juknis dapat
berjalan dengan tepat.
Draft Paket Rekomendasi 4
Kajian Sosial Ekonomi Garam Industri dan Produk Derivatif Garam
 Kelompok kerja (Pokja) pegaraman bertugas untuk memotivasi dan memperkuat
kelembagaan koperasi yang ada di daerah sentra produksi garam dan membuat
akses terhadap lembaga permodalan yang ada.
 Pokja membantu koperasi di sentra produksi garam dalam mendefinisikan ruang
lingkup tanggung jawab, kewenangan dan payung hukum dalam bentuk
petunjuk teknis (juknis) yang berisis tugas pokok dan fungsi (tupoksi).
 Membangun jaringan distribusi dan permodalan berbasis pegaraman antara
petambak garam dengan koperasi dan lintas koperasi pegaraman agar kualitas
dan kuantitasnya dapat terkontrol, terjalinnya komunikasi yang intensif antar
lintas koperasi, sehingga akan terbentuk data base garam di Indonesia.
Koperasi berfungsi sebagai unit pengolah garam dan pemurnian garam untuk
garam konsumsi, garam industri, serta produk turunannya.
 Pokja pegaraman juga bertugas dan berfungsi sebagai bagian monev dalam
pelaksaan tupoksi koperasi sehingga kinerja koperasi dapat berjalan dengan
optimal.
 Setelah Kinerja koperasi optimal maka, akan dibentuk Badan Penyangga Garam
(BPG) yang berfungsi sebagai penjamin harga, kualitas dan kuantitas garam,
distribusi garam dari satu sentra produksi garam ke sentra garam yang lain
maupun ke pusat, sehingga akan terbentuk data base garam di Indonesia.
 BPG akan berfungsi untuk menelusuri titik-titik distribusi yang tidak berfungsi,
serta memperbaiki dan mengefektifkan distribusi titik-titik tersebut. BPG juga
memperbaiki sistem pencatatan garam dan bekerjasama dengan BAPPEBTI
(Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi) melakukan sosialisasi dan
menggunakan pencatatan stok garam sebagai jaminan/agunan untuk
permodalan bagi petambak garam.
b. Sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam
Strategi implementasi untuk melaksanakan strategi kedua antara lain adalah:
 Bekerjasama dengan biro pusat statistik (BPS) sebagai pengumpul data dan
informasi produksi (kualitas, kuantitas, harga, dan distribusi) garam, serta data
konsumsi garam (rumah tangga, industri dan horeka). Data base BPS digunakan
sebagai data garam nasional untuk menyatukan data pegaraman nasional.
 Perbaikan sistem data dan informasi melalui koperasi dengan mengfungsikan
koperasi pegaraman sebagai penyerap garam di sentra produksi garam. Data
koperasi dan BPG kemudian di kompilasi dan di jadikan sebagai verifikasi data
yang di kumpulkan oleh BPS, serta pelengkap data pemasaran dan data pasar
garam di Indonesia.
 Pengumpulan dan validasi data pegaraman BPS akan dipantau oleh stakeholder
seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi, Dinas Perdagangan dan
Perindustrian.
Draft Paket Rekomendasi 5
Kajian Sosial Ekonomi Garam Industri dan Produk Derivatif Garam
 Data garam yang terkait produksi, data konsumsi, pemasaran, serta penyerapan
akan digunakan untuk menentukan kuota impor garam yang diperuntukkan bagi
konsumsi maupun industri.
 Prakiraan Dampak Rekomendasi
a. Penguatan kelembagaan koperasi pegaraman melalui optimalisasi kinerja
Pokja garam dalam rangka pembentukan badan penyangga garam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Opsi rekomendasi kebijakan tersebut diharapkan mempunyai dampak terhadap
pelaku usaha pegaraman, khususnya petambak garam. Prakiraan dampak dari
opsi rekomendasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Memberi motivasi bagi anggota koperasi untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi, dan distribusi garam secara merata dan optimal yang
akhirnya dapat meningkatan kesejahteraan petambak garam
Memberikan kestabilan harga, pendapatan dan produksi garam rakyat dengan
cara mewajibkan importir membeli garam rakyat minimal 50% dari produksi
garam lokal, dan memberikan sanksi jika terjadi pelanggaran.
Adanya pokja akan memberikan data dan informasi yang lebih cepat, tepat,
akurat dan berkesinambungan sehingga perbedaan data garam baik di tingkat
daerah maupun di pusat tidak terjadi. Produsen garam konsumsi akan membeli
garam dari petambak sesuai dengan harga yang diatur dalam SK Dirjen
Perdagangan
Luar
Negeri
Kementerian
Perdagangan
No.
02/DAGLU/PER/5/2011
BPG memerlukan payung hukum dan penegakan peraturan pemerintah
mengenai impor garam terutama terkait sanksi terhadap pelanggaran waktu
impor garam, harga dan kwalitasnya.
BPG berfungsi sebagai pengontrol tataniaga dan distibusi garam rakyat menjadi
lebih cepat, tepat, akurat dan berkesinambungan pada sentra produksi garam,
sehingga dapat menjaga stabilitas harga, serta memacu peningkatan kualitas
dan kuantitas produksi garam.
Terciptanya kesepakatan dan penyelarasan data dan informasi antara KKP,
Kementerian
Perindustrian
dan
Kementerian
Perdagangan
dalam
mengantisipasi kekurangan garam untuk menentukan kuota import garam.
Prospek kedepannya adalah BPG berfungsi sebagai penghimpun dan
menyalurkan dana atau permodalan usaha pegaraman nasional.
Draft Paket Rekomendasi 6
Kajian Sosial Ekonomi Garam Industri dan Produk Derivatif Garam
b.
Sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam
Prakiraan Dampak yang dapat dihasilkan dari pembentukan lembaga sistem
informasi manajemen pasar dan pemasaran garam antara lain:
1.
2.
3.
4.
Terciptanya integrasi basis data dan informasi mengenai produksi, distribusi dan
pemasaran secara cepat, tepat, akurat, dan berkelanjutan yang menjadi acuan
bersama dalam menentukan kouta impor garam.
Terlaksananya koordinasi secara terpadu antar instansi terkait (KKP,
Kementrian Perindustrian dan Kementrian Perdagangan serta Dinas KP dan
Disperindag) baik di pusat maupun di daerah dalam pengelolaan stok
garam/garam rakyat yang disimpan digudang petambak garam, kelompok, KUB,
Koperasi maupun assosiasi garam dalam informasi pasar dan pemasaran
garam.
Terciptanya data base informasi tentang kebutuhan garam industri, garam
konsumsi, dan garam turunannya dalam menunjang swasembada garam.
Terbentuknya informasi manajemen pasar dan pemasaran garam sehingga
memudahkan untuk mendapatkan informasi mengenai harga, permintaan dan
penawaran garam rakyat sehingga garam impor bisa dikurangi.
 Penutup
Ada dua opsi utama rekomendasi dalam mengembangkan sistem informasi
manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia: 1) Penguatan Kelembagaan
Koperasi Pegaraman melalui optimalisasi kinerja pokja garam dalam rangka
pembentukan badan penyangga garam (BPG) dan Sistem Informasi Manajemen
Pasar dan Pemasaran Garam. 2) Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Pasar dan Pemasaran Garam di Indonesia. Kedua opsi tersebut sangat diperlukan
untuk menata sistem informasi pasar dan pemasaran garam di Indonesia dengan
berbasis kelembagaan mengingat kondisinya masih lemah. Oleh karena itu,
optimalisasi kinerja kelembagaan maupun gagasan pembentukan kelembagaan
baru (BPG) digunakan sebagai langkah penguatan di tingkat grass root, kemudian
dilakukan penguatan ke arah vertikal.
Dua sasaran rekomendasi ini diharapkan dapat menciptakan data dan
informasi serta sinergi program antar instansi, sehingga dapat mendukung bahan
pengambilan keputusan (kebijakan dan/atau regulasi) bagi para stakeholder,
khususnya para pengambil kebijakan di tingkat kementerian maupun daerah
(kabupaten) dalam rangka mendukung pencapaian salah satu indikator kinerja
utama (IKU) Tahun 2010-2014 KKP yaitu meningkatnya kontribusi Produk Domestik
Bruto (PDB) perikanan terhadap PDB Nasional tanpa migas.
Draft Paket Rekomendasi 7
Kajian Sosial Ekonomi Garam Industri dan Produk Derivatif Garam
Penyusun Rekomendasi:
Nama : Mei Dwi Erlina dan Tim Kajian Sosial Ekonomi Garam Industri dan Produk
Derivatif Garam
No Hp : 0852 1411 2079
Email : [email protected]
 Daftar Bacaan
Anonim, 2011. Dukungan revitalisasi koperasi dengan meningkatkan produksi garam
rakyat. Info media,
Indonesia. 2011. Surat Keputusan tentang Penetapan Harga Penjualan Garam di
Tingkat Petani Garam. Dirjen. S K Dirjen Perdagangan Luar Negeri,
Kementerian Perdagangan No. 02/DAGLU/PER/5/2011.
Yusmansah, 2012 .
VOL.1 No.1.
Mengapa garam kita import JURNAL perikanan Indonesia
Kurniawan, Tikkyrino; Dan Azizi, Achmad. 2012. Dampak Kebijakan Impor Dan
Kelembagaan Terhadap Kinerja Industri Garam Nasional. Seminar Dalam
Rangka Diklat Pelatihan Peneliti Tingkat Pertama Golongan VIII di Cibinong
Tanggal 11 Juni 2012 .
http://echadarmaputri.wordpress.com/2010/12/20/bentuk-organisasi- menurut- hanel-ropkedan-di-indonesia/
http://jeyekvsdudul.blogspot.com/2010/12/hirarki-tanggung-jawab.html
http://lhantank.blogspot.com/2010/11/pola- manajemen-koperasi.html
Download