40 % Penduduk Indonesia Belum Bisa Menikmati Siaran TVRI Jakarta, 22 Agustus. Direktur Jenderal Radio Televisi dan Film (RTF), Alex Leo Zulkarnain, mengatakan, 40 per-sen penduduk Indonesia belum bisa menikmati siaran TVRI. Pa-dahal 24 Agustus 1991 TVRI akan memasuki usia yang cukup de-wasa, yaitu ke-29. "Sebagian dari 60 persen penduduk yang sudah menikmati siaran TVRI, masih menyaksikan gambar dalam kondisi kabur. Karena itu, kami akan berupaya mengejar ketertinggalan itu, meskipun memerlukan proses yang cukup panjang," kata Alex Leo dalam jumpa pers di gedung TVRI Senayan, Jakarta, hari Rabu. Menurutnya, alasan kenapa belum seluruh penduduk dapat menikmati siaran televisi antara lain kondisi geografis yang me-nyulitkan operasional siaran TVRI di wilayah tertentu, terma-suk di daerah-daerah terpencil. Padahal tugas pokok TVRI ada-lah sebagai agen yang menyebar-luaskan siaran pembangunan ke seluruh wilayah nusantara. Alex Leo yang didampingi Direktur TVRI, Ishadi, mengambil contoh siaran di Riau. Sebagian televisi penduduk Riau lebih je-las menangkap siaran TV-3 Malaysia dibanding TVRI. Hal itu dikarenakan sinyal yang dite-rima dari negara seberang lebih terang daripada sinyal dari Jakarta, katanya. Di samping itu diambil perban-dingan antara Sulawesi Tengah dengan Jawa Timur. Sulteng yang berpenduduk 1,5 juta jiwa memiliki 13 satuan transmisi (berarti 1:50.000 orang), sedang-kan Jawa Timur yarig penduduk-nya mencapai 30 juta juga memiliki 13 satuan transmisi (1:1,5 juta jiwa). "Semakin sedikit jumlah penduduk pada medan, semakin dibutuhkan peralatan yang lebih banyak, sehingga biayanya pun semakin tinggi," ucapnya Tantangan lain yang masih di-hadapi oleh TVRI adalah, upaya menyajikan siaran yang lebih menarik bagi semua pemirsa. Mi-salnya bagaimana mengolah siaran Dari Desa Ke Desa agar menarik ditonton. "Ini menyangkut kreativitas yang tinggi. "Saya mo-hon TVRI mengusahakan," ujar Alex Leo. Broadcasting House Menjawab pertanyaan warta-wan mengenai kemungkinan TVRI diubah menjadi Badan U-saha Milik Negara (BUMN) atau badan lainnya seperti Perusa-haan Umum (Perum), Dirjen RTF mengemukakan, "Bagi kami menentukan pilihan tersebut masih sulit" Namun beberapa waktu laiu Menteri Penerangan Harmoko telah membentuk sebuah tim gu-na merumuskan satu bentuk yaitu broadcasting house bagi TVRI dan RRI. Jika TVRI mau diubah menjadi BUMN, perlu dipikir-kan dua pertimbangan. Pertama, usaha apa yang harus dilakukan TVRI agar tidak merugi. Kedua, TVRI sebagai BUMN tidak lagi disubsidi pemerintah melainkan justru memberi sumbangan. Hal itu bisa saja dilakukan dengan cara menarik iuran televisi dan memberlakukan pajak bagi pemilik parabola, guna memperlancar operasional siaran. Namun untuk pengadaan perangkat keras masih sulit se-kali, tutur Alex Leo. Maka dicari-lah badan sendiri yaitu broadcasting house, yang bercirikan kelu-wesan kerja. Ka'paii broadcasting house tersebut direalisasikan, belum ada ke-pastian. (W-4)