EKSTRAKSI TRITERPENOID DARI DAUN POHPOHAN (Pilea

advertisement
EKSTRAKSI TRITERPENOID DARI DAUN POHPOHAN (Pilea melastomoides (Poir.)
Wedd) DENGAN METODE SOKLETASI
Fauzan Imanul Haq1, Sri Wardatun2, Mira Miranti3
Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai Ekstraksi Triterpenoid dari Daun Pohpohan (Pilea melastomoides (Poir.)
Wedd) dengan Metode Sokletasi. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan metode sokletasi berdasarkan
perbandingan nisbah sampel : pelarut 1:5, 1:10, 1:15. Ektraksi dilakuan menggunakan pelarut bertingkat yang
dimulai dengan menggunakan pelarut n-heksan kemudian proses ekstraksi dilanjutkan dengan menggunakan pelarut
etanol 96% kemudian ekstrak kental n-heksan dan etanol 96% ditentukan rendemen triterpenoidnya dengan
mengunakan metode karbon aktif 8 gr, kemudian rendemen serbuk triterpenoid yang dihasilkan dilakukan analisis
dengan menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Ekstrak n-heksan dengan perbandingan nisbah 1:15
menghasilkan rendemen serbuk triterpenoid paling besar yaitu 3,22%. Hasil analisis FTIR teridentifikasi adanya
gugus O-H, C-H, C=O, C=C, C-H, C-O pada rendemen serbuk triterpenoid pelarut n-heksan. Mengandung gugus OH, C-H, C=O, C=C, C-H, C-O pada rendemen triterpenoid pelarut etanol 96%.
Kata kunci : Daun pohpohan (Pilea melastomoides (Poir.) Wedd), triterpenoid, sokletasi.
\
ABSTRACT
Triterpenoids extraction research from pohpohan leaves (Pilea melastomoides (Poir.) Wedd) with
soxhletation methods has been done. The extraction process conducted by using soxhletation methods of ratio
comparison samples : solvent 1:5, 1:10, 1:11. Extraction conducted used multi level solvent started by using nheksan and then extraction process followed by using ethanol 96%. The thick extract of n-heksan and ethanol 96%
determined yield triterpenoids by using 8 g activated carbon methods, then the yield of tritepenoids pollen result
conducted FTIR (Fourier Transform Infra Red) analysis. n-Heksan extract with ratio comparison 1:15 produce
triterpenoids pollen the biggest that is 3,22%. The FTIR analysis result has identified O-H, C-H, C=O, C=C, C-H,
C,O on n-heksan triterpenoids pollen yield. Contain O-H, C-H C=O, C=C, C-H, C-O on ethanol 96% triterpenoids
pollen yield.
Keywords: Pohpohan leaves (Pilea melastomoides (Poir.) Wedd), triterpenoid, soxhletation.
insektisida, anti pemangsa, anti bakteri dan anti virus
PENDAHULUAN
Daun pohpohan dalam bahasa latin Pilea
melastomoides
(Poir.)
Wedd
adalah
salahsatu
tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat karena
senyawa yang terkandung didalamnya. Masyarakat
saat ini mengkonsumsi daun pohpohan hanya sebagai
lalapan saja, penggunaan daun pohpohan sebagai
obat masih belum banyak. Hasil uji fitokimia
senyawa yang terkandung dalam daun pohpohan
menunjukkan
adanya
golongan
(Robinson,1991).
senyawa
steroid/triterpenoid, alkaloid dan flavonoid (Amalia
Metode
ekstraksi
sokletasi
ialah
ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru dan umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI,
2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
ekstraksi adalah pengembangan bahan tanaman,
difusi, pH, ukuran partikel, temperatur, pemilihan
pelarut dan banyaknya pelarut yang digunakan
dkk, 2006).
karena semakin banyak pelarut, maka akan semakin
banyak senyawa yang tertarik dari bahan yang
dilakukan ekstraksi (Harborne, 1987). Optimasi
proses ektraksi triterpenoid perlu dilakukan agar
diperoleh
kondisi
optimum
dalam
ekstraksi
triterpenoid menggunakan metode sokletasi dengan
meragamkan rasio bahan terhadap pelarut dan jenis
pelarut. Proses sokletasi dilakukan sampai tetesan
ekstrak tidak berwarna.
BAHAN DAN METODE
Gambar 1 : Daun Pohpohan (Pilea melastomoides
(Poir.) Wedd)
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah daun pohpohan, n-heksan, etanol, metanol,
Triterpenoid adalah senyawa metabolit sekunder
pereaksi Mayer, Bouchardat, Dragendorff, besi
yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
klorida (FeCl3) 1%, asam sulfat pekat, asam klorida,
isoprena dan diturunkan dari hidrokarbon C 30
kloroform, karbon aktif, aquadest, eter, magnesium,
asiklik yaitu skualena. Senyawa ini berbentuk siklik
anhidrida, dan lain-lain.
Alat yang digunakan pada penelitian ini
atau asiklik dan sering memiliki gugus alkohol,
aldehida, atau asam karboksilat (Harborne, 1987).
meliputi
Senyawa triterpenoid mempunyai aktivitas fisiologis
spektrofotometri FTIR, grinder, mesh 30, rotary
sehingga
banyak
evaporator, cawan penguap, moisture balance, tanur,
dipergunakan sebagai obat seperti untuk pengobatan
neraca, plat tetes, pipet tetes, cawan uap, labu ukur,
penyakit diabetes, gangguan menstruasi, gigitan ular,
gelas ukur, oven, gelas piala, spatel, tabung reaksi,
gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Senyawa
kertas saring, corong, Erlemeyer, dan lain-lain.
dalam
kehidupan
sehari-hari
satu
perangkat
alat
triterpenoid bagi tumbuhan memiliki nilai ekologi
karena senyawa ini bekerja sebagai anti fungus,
Pembuatan Ekstrak Daun Pohpohan
sokletasi,
Ekstraksi
dilakukan
secara
sokletasi.
mendidih
kemudian
diaduk
dan
didinginkan.
Simplisia daun pohpohan sebanyak 100 gram
Dilakukan penyaringan vakum dengan memakai
dibungkus dengan kertas saring/kain batis berbentuk
kertas saring, endapan yang diperoleh dilarutkan
selongsong yang diberi ikatan pada ujung dan
dengan 5 ml metanol, lalu ditambahkan serbuk
pangkalnya, kemudian dimasukkan ke dalam tabung
karbon aktif sebanyak 8 g sambil diaduk perlahan,
soklet selanjutnya ditambah pelarut n-heksan sesuai
dibiarkan sampai jernih kemudian disaring. Filtrat
dengan variasi jumlah pelarut yang digunakan yaitu
lalu diuapkan dengan oven pada suhu 350C sampai
masing-masing 500 ml, 1000 ml, dan 1500 ml. Alat
kering hingga didapatkan serbuk triterpenoid kering
sokletasi dinyalakan, ekstraksi dilakukan sampai
dan dihitung rendemen triterpenoid (Mora dan
tetesan terakhir ekstrak berwarna bening waktu
Fernando, 2012).
ekstraksi sampai selesai dicatat. Alat didinginkan,
maserat lalu diperas dan disaring filtrat lalu disimpan
dalam
botol
coklat.
Serbuk
residu
simplisia
dikeringkan. Setelah kering dibungkus kembali
dengan kain batis, lalu disokletasi kembali dengan
etanol 96% dengan perbandingan simplisia dan
pelarut seperti sebelumnya. Sokletasi dilakukan
sampai tetesan terakhir berwarna bening, ekstraksi
dengan sokletasi ini dilakukan secara duplo. Masingmasing filtrat didiamkan selama 24 jam lalu
Analisis
Triterpenoid
Menggunakan
Metode
FTIR
Sampel kering triterpenoid dibuat sebagai
lempeng dalam kalium bromide kering. Lempeng
dibuat dengan jalan menggerus cuplikan sehingga
kira kira 1% kalium bomida ditekan sekitar 8 ton
sehingga memiliki lempeng transparan. Lempeng
transparan yang mengandung sampel ditempelkan
pada alat FTIR dan tunggu sampai spektrum muncul.
dienaptuangkan. Filtrat kemudian dikentalkan dengan
Hasil Dan Pembahasan
alat rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak
kental. Ekstrak kental kemudian ditimbang dan
Ekstraksi daun pohpohan dilakukan dengan
dihitung rendemennya yakni perbandingan antara
menggunakan
ekstrak yang diperoleh terhadap simplisia awal.
steroid/triterpenoid
Ekstrak kental yang diperoleh selanjutnya diuji
(Harborne,1987), serta metode ini juga merupakan
fitokimia,
metode yang lebih baik karena penyarian yang
dilanjutkan dengan penentuan
kadar
triterpenoid total.
tahan
sokletasi,
karena
terhadap
panas
berulang ulang dengan pelarut yang selalu baru
(Depkes
Uji Fitokimia Ekstrak Daun Pohpohan
metode
RI,
2000).
Ekstraksi
dilakukan
menggunakan pelarut bertingkat dengan tujuan untuk
Uji fitokimia dilakukan secara kualitatif
menarik semua senyawa yang mungkin terdapat
pada ekstrak daun pohpohan untuk mengetahui
dalam daun pohpohan. Menurut Harborne (1987),
kandungan triterpenoid/steroid, alkaloid, flavonoid,
proses ekstraksi menggunakan sederetan pelarut
saponin, dan polifenol.
secara berganti-ganti, mulai dari non polar sampai
Uji Triterpenoid Total
Sebanyak kurang lebih 10 gram masingmasing ekstrak kental ditambahkan 200 ml air suling
semi polar dimaksudkan untuk memisahkan lipid dan
triterpenoid, kemudian digunakan pelarut yang lebih
polar untuk menarik senyawa yang lebih polar.
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui adanya
pohpohan. Hasil dapat dilihat pada Tabel 1.
senyawa metabolit sekunder pada ekstrak daun
Tabel 1. Uji fitokimia daun pohpohan
Golongan senyawa kimia
Sampel
Flavonoid
Alkaloid
Saponin
Polifenol
Triterpenoid
n-Heksan
-
-
-
+
+
etanol 96%
+
+
+
+
+
Penentuan rendemen triterpenoid dilakukan
pelarut
Keterangan : + = terdapat, - = tidak terdapat
yang
digunakan
juga
mempengaruhi
menggunakan metode karbon aktif. Karbon aktif
rendemen yang dihasilkan, dimana nisbah simplisia
berfungsi sebagai pengikat klorofil. Pemakaian
terhadap pelarut 1: 15 menghasilkan rendemen
karbon aktif sebanyak 8 gram didasarkan pada hasil
triterpenoid yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan
penelitian Arlini, (2007) mengenai optimasi ekstraksi
salahsatu faktor yang mempengaruhi ekstraksi adalah
triterpenoid pegagan. Filtrat hasil campuran karbon
jumlah pelarut yang digunakan sehingga semakin
aktif disaring dan ditampung dalam cawan penguap
banyak jumlah volume pelarut yang digunakan maka
yang sudah ditara kemudian dikeringkan di dalam
akan semakin banyak senyawa yang tertarik kedalam
oven pada suhu 35OC sehingga dihasilkan filtrat
pelarut (Wina, 2006).
kering.
Filtrat
kemudian
Perbedaan jenis pelarut juga menunjukan
ditimbang untuk dilakukan penentuan rendemen yang
adanya perbedaan hasil, pelarut n-heksan lebih
dihasilkan. Hasil rendemen triterpenoid dapat dilihat
banyak
pada Tabel 2.
dengan etanol 96% karena menurut Harborne (1987),
Tabel 2. Hasil Uji Rendemen Triterpenoid
triterpenoid umumnya larut dalam lemak, sedangan
Jenis
Pelarut
n-Heksan
Etanol
96%
yang
sudah
dioven
Perbandingan
nisbah
Bahan : Pelarut
1:5
1:10
1:15
1:5
1:10
1:15
Hasil Rendemen
Serbuk
Triterpenoid %
1,695
2,215
3,22
1,415
1,72
2,575
menghasilkan
rendemen
dibandingkan
lemak bersifat nonpolar sehingga triterpenoid lebih
banyak tertarik dalam pelarut n-heksan dibandingkan
etanol 96%. Adanya triterpenoid pada ekstrak etanol
96% dimungkinkan karena adanya triterpenoid yang
terikat
pada
gugus
gula
sehingga
senyawa
triterpenoid menjadi lebih tertarik kedalam pelarut
etanol 96%. Rendemen triterpenoid pada ekstrak
etanol 96% lebih sedikit dibandingkan pada ekstrak
Hasil rendemen triterpenoid berdasarkan
perbedaan
jenis
pelarut
yang
digunakan
dan
perbedaan volume jumlah pelarut. Perbedaan jenis
pelarut
menunjukkan
bahwa
pelarut
n-heksan
menghasilkan rendemen triterpenoid yang lebih
tinggi jika dibandingkan pelarut etanol 96%. Jumlah
n-heksan, hal ini menunjukkan senyawa triterpenoid
yang terikat pada gula lebih sedikit dibanding yang
tidak terikat pada gugus gula.
Pengujian adanya triterpenoid dilakukan
kembali terhadap rendemen yang dihasilkan untuk
mengetahui benar atau tidaknya rendemen tersebut
jenis triterpenoid yang tertarik oleh n-heksan.
adalah triterpenoid,
Perbedaan
sedangkan
hasil pengujian
hasil
reaksi
kualitatif triterpenoid terhadap rendemen tersebut
triterpenoid
disebabkan
menunjukkan hasil positif pada pelarut n-heksan dan
berlainan (Harborne, 1987).
terhadap
oleh
uji
kualitatif
triterpena
yang
etanol 96%. Pelarut n-hesan memberikan warna ungu
Kemudian serbuk triterpenoid dilakukan
pekat sedangkan etanol 96% menghasilkan cincin
coklat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
triterpenoid yang terkandung dalam etanol 96%
merupakan jenis triterpenoid yang berbeda dengan
analisis dengan menggunakan FTIR. Hasil analisis
spektrofotometri FTIR sampel rendemen ekstrak
etanol 96% dapat dilihat pada Gambar. 2.
Gambar 2. Hasil Analisis FTIR Ektrak Etanol 96%
Berdasarkan Gambar tersebut dapat dilihat pita
cm-1,
serapan yang melebar pada panjang gelombang
mengindikasikan adanya gugus ikatan rangkap. Pita
-1
1513,50
cm-1
dengan
intensitas
sedang
3415,43 cm yang mengindikasikan adanya gugus O-
serapan pada panjang gelombang 1383,61 dengan
H. Pita serapan pada panjang gelombang 2926,21 cm-
intensitas
1
dan 2855,14 cm-1 dengan intensitas yang kuat serta
mengindikasikan adanya gugus C-H. Pita serapan
tipe vibrasi stretch mengindikasikan adanya gugus C-
pada panjang gelombang 1252,17 cm-1, 1162,17 cm-1,
H. Pita serapn pada panjang gelobang 1645,76 cm-1
1073,46
dengan intensitas kuat mengindiasikan adanya gugus
mengindikasikan adanya gugus C-O. Hasil analisis
C=O. Pita serapan pada panjang gelombang 1553,92
gugus dapat dilihat pada Tabel 3.
sedang
cm-1
serta
tipe
dengan
vibrasi
intensitas
bend
kuat
Tabel 3. Hasil Analisis Gugus FTIR Rendemen Ekstrak Etanol 96%
No
Bilangan Gelombang cm-1
1
3415,43
2926,21
2855,14
2
Daerah Bilangan Gelombang
cm-1
3500 – 3200
Ikatan
O-H
3000 – 2850
C-H
3
1645,76
1670-1640
C=O
3
1553,92
1513,50
1600 – 1500
C=C
4
1383,61
1470 – 1340
C-H
5
1252,17
1162,17
1073,46
1300 – 1000
C-O
Hasil Kromatogram FTIR sampel rendemen ekstrak n-heksan dapat dilihat pada Gambar. 3.
Gambar 3. Hasil Analisis FTIR Ektrak n-Heksan
Hasil analisis spektrofotometri FTIR terhadap
pada panjang gelombang 1965,67 cm-1 dengan
rendemen triterpenoid ekstrak n-heksan pada Gambar
intensitas kuat mengindikasikan adanya gugus C=O.
8 memperlihatkan pita serapan yang melebar pada
Pita serapan pada panjang gelombang 1513,94 cm-1
panjang
gelombang
3394,70
cm-1
yang
dengan intensitas kuat mengindikasikan adanya
mengindikasikan adanya gugus O-H. Pita serapan
gugus ikatan rangkap. Pita serapan pada panjang
pada panjang gelombang 2929,21 cm-1 dengan
gelombang 1459,79 cm-1, 1384,06 cm-1 dengan
intensitas yang kuat serta tipe vibrasi stretch
intensitas
mengindikasikan adanya gugus C-H. Pita serapan
mengindikasikan adanya gugus C-H. Pita serapan
kuat
serta
tipe
vibrasi
bend
pada panjang gelombang 1304,61 cm-1, 1266,12 cm-1,
-1
-1
-1
1161,34 cm , 1112,19 cm , 1031,61 cm
heksan dengan perbandingan simplisia :
dengan
Pelarut 1:15 menghasilkan rendemen
intensitas kuat mengindikasikan adanya gugus C-O.
paling tinggi sebesar 3,22%.
2.
Hasil analisis gugus dapat dilihat pada Tabel 4.
Rendemen triterpenoid dengan pelarut
n-heksan teridentifikasi mengandung
Tabel 4. Hasil Analisis Gugus FTIR Rendemen
gugus O-H, C-H, C=O, C=C, C-H, C-O.
Ekstrak n-Heksan
Rendemen Triterpenoid dengan pelarut
1
Bilangan
Gelombang cm-1
3394,70
Daerah Bilangan
Gelombang cm-1
3500 – 3200
2
2929,19
3000 – 2850
C-H
3
1695,67
1760 – 1690
C=O
4
1513,94
1459,79
1384,08
1304,61
1266,12
1161,34
1112,19
1031,61
1600 – 1500
C=C
1470 - 1340
C-H
No
5
6
Ikatan
etanol 96% teridentifikasi mengandung
O-H
gugus O-H, C-H, C=O, C=C, C-H, C-O.
1300 – 1000
C-O
Perlu
dilakukan
isolasi
terhadap
rendemen senyawa triterpenoid total
dan diidentifikasi dengan menggunakan
2.
Perlu dilakukan optimasi penggunaan
pelarut
dengan
memperlebar
rasio
penggunaan pelarut pengekstraksi.
rendemen triterpenoid ekstrak etanol 96% dan
triterpenoid
menggunakan
1.
GCMS/NMR.
Hasil analilisis yang dilakukan terhadap
rendemen
Saran
pereaksi
ekstrak
n-heksan
Lieberman
Burchard
menunjukan keberadaan triterpenoid pada rendemen
tersebut, tetapi hasil identifikasi menggunakan FTIR
hanya menunjukkan adanya gugus-gugus fungsi yang
mungkin ada dalam rendemen tersebut, namun belum
dapat diklasifikasikan sebagai gugus suatu senyawa
3.
Perlu
dilakukan
optimasi
dengan
metode RSM.
Daftar Pustaka
Amalia R. 2006. Telaah kandungan ekstrak etil
asetat daun pohpohan (Pilea trinervia
Wight).
http://fa.lib.itb.ac.id/go.php?id=
jbptibfa-gdl-s12006-rizkiamali 1773.htm.
(Diakses PadaTanggal 10 Maret 2015).
triterpenoid.
Arlini. 2007. Optimasi Ekstraksi Triterpenoid
Pegagan (Centtela asiatica (Linn) Urban).
Kesimpulan
Hasil ekstraksi triterpenoid daun pohpohan
Ilmu Farmasi Riau. Pekanbaru.
dapat ditarik kesimpulan :
1.
Jenis pelarut serta perbandingan antara
sampel
Skripsi Sarjana Farmasi, Sekolah Tinggi
dan
pelarut
mempengaruhi
rendemen
total
triterpenoid
ekstraksi
daun
pohpohan
pada
(Pilea
melastomoides (Poir.) Wedd). Pelarut n-
DepKes RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan
Obat.
Direktorat
Jendral
Pengawasan Obat Dan Makanan. Jakarta.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Tumbuhtumbuhan,
(Penterjemah
Kosasih
Robinson, T.1991.Kandungan Organik Tumbuhan
Tinggi, (Penterjemah : Prof. Dr. Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro), terbitan
Padmawinata),
kedua, Penerbit ITB, Bandung.
Teknologi Bandung. Bandung.
Mora, E. dan Fernando, A. 2012.Optimasi Ekstraksi
Edisi
keenam,
Institut
Wina, E. 2006. Pengaruh Nisbah Rimpang Dengan
Triterpenoid Total Pegagan (Centella
Pelarut Dan Lama Ekstraksi Terhadap
asiatica (Linn.) Urban) yang Tumbuh di
Mutu Oleoresin Jahe Merah (Zingiber
Riau.Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau.
Officinale
Pekanbaru Riau.
Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Var.
Rubrum).
Fakultas
Download