Reposisi Taurat Dalam Kehidupan Orang Percaya Komunitas Nasrani Indonesia Untuk Kalangan Sendiri Tidak Tunduk Kepada Hukum Tuhan ? Reposisi Taurat Dalam Kehidupan Orang Percaya Komunitas Nasrani Indonesia Untuk Kalangan Sendiri ii Tidak Tunduk Kepada Hukum Tuhan? Reposisi Taurat Dalam Kehidupan Orang Percaya Disadur dari "Not Subject to The Law Of God?" www.yashanet.com dengan beberapa perubahan Diterbitkan oleh Komunitas Nasrani Indonesia www.nazarene.net/indonesia Izin Memperbanyak Pembaca dipersilakan untuk memperbanyak buku ini, baik dalam media elektronik maupun media cetakan, dengan syarat tidak mengubah, menambahi atau mengurangi isi dari buku ini, termasuk informasi mengenai penerbit. Jakarta 2002 First Revised Edition iii Daftar Isi Kata Pengantar Pembuka ...…………………………………………….. vi ……………………………………………………… 1 1. Pandangan Kristen terhadap "Hukum" Taurat ……………. 2. Pandangan Ibrani tentang Taurat dan Keselamatan ………. 3 8 3. Apa kata "Perjanjian Baru" tentang Taurat dan Keselamatan ? 20 4. Kesulitan Kristen memahami "Hukum" 25 …………………... 5. Bagaimana pandangan Kristen terhadap Taurat bermula ? .. 37 6. Realitas Sejarah Mengenai Apa yang Dianut Yeshua dan Pengikut-Nya ………………………………………………… 49 7. Paulus dan Ajarannya dalam Perspektif Ibrani …………… 62 8. Membangun kembali hubungan antara orang percaya dan Taurat ………………………………………………………... 74 9. Apakah semua ini begitu penting ? ……………………….. 85 ………………………………………………………. 93 ……………………………………………………... 95 Penutup Referensi iv Catatan penulisan ! Buku ini memakai nama asli Mesias dalam bahasa IbraniAramaik (bahasa sehari-hari yang dipakai oleh bangsa Yahudi pada abad pertama) yakni Yeshua yang artinya “TUHAN menyelamatkan”. ! Seluruh kutipan ayat Alkitab mempergunakan kata El/Eloah/Elohim sebagaimana ia muncul dalam teks aslinya, kecuali yang diberi keterangan khusus. ! Singkatan-singkatan yang digunakan: o o Ay. Bd. Ayat Bandingkan Singkatan nama kitab-kitab suci mengikuti cara penyingkatan seperti yang dipakai di dalam Alkitab Terjemahan Baru LAI, misalkan Kej. untuk Kejadian, Mzm. untuk Mazmur dan Why untuk Wahyu. v Kata Pengantar Shalom aleikhem, Menerima Yesus sebagai Mesias dan memelihara hukum Taurat adalah sebuah pernyataan oksimoron bagi umat Kristen. "Sebab kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat melainkan di bawah karunia." Bagi sebagian orang, menerima Mesias dan memelihara hukum Taurat adalah sebuah paradoks besar sebab keduanya dipandang sebagai sebuah kontradiksi. Menerima Mesias dan memelihara hukum Taurat sebenarnya tidak terdengar aneh bila kita mau kembali kepada apa yang dikatakan dalam Alkitab serta mempelajarinya dalam konteks yang benar. Menerima Mesias dan memelihara hukum Taurat adalah dua hal yang konsisten, berkesinambungan, saling berkaitan, dan tidak terpisahkan. Menerima Mesias dan mengabaikan hukum Taurat adalah sebuah sikap yang keliru dan sebaliknya, memelihara hukum Taurat tetapi menolak Mesias adalah juga sikap yang keliru. Beratus-ratus tahun manusia terjebak dalam dua posisi yang keliru ini. Tetapi puji Tuhan, setidaknya dalam empat dekade terakhir, banyak kalangan dari orang Yahudi maupun bukan Yahudi yang mengalami kerinduan akan kebenaran Jalan Tuhan dengan menempatkan kembali penafsiran Alkitab dalam konteks yang benar, yakni dalam pola pikir dan budaya Ibrani tanpa disertai bias anti-Yahudi yang dianut oleh Barat selama ini. Kerinduan ini telah mendorong kami untuk membuka kembali fakta bahwa para pengikut Yesus yang mula-mula terdiri atas kumpulan orang Yahudi dan bukan Yahudi yang dikenal sebagai sekte Nasrani (Kis 24:5). Lewat Kisah Para Rasul pula kita mengetahui bahwa mereka rajin memelihara Taurat (Kis 21:20) dan sama sekali tidak meninggalkan ibadah Yahudi (Kis 2:46). Santo Yerome, Bapa Gereja dari abad keempat, menjelaskan kaum ini sebagai orang "...yang menerima Kristus sedemikian rupa namun tanpa meninggalkan Hukum yang lama." (Yerome; On Isaiah 8:14). Bapa Gereja lainnya, Epiphanius memberikan deskripsi yang lebih detil: "Tetapi pengikut sekte ini…tidak menyebut diri mereka Kristen – melainkan Nasrani…Mereka tidak mempunyai pendapat yang vi berbeda namun melakukan semua hal tepat seperti apa yang diperintahkan dalam Taurat, menurut tata cara Yahudi – kecuali satu hal, kepercayaan mereka terhadap Mesias…tetapi karena mereka tetap terbelenggu oleh hukum Taurat – sunat, hari Sabat, dan lainnya, mereka tidak tergolong ke dalam Kristen." (Epiphanius; Panarion 29). Alkitab dan bukti historis mengungkapkan bahwa Nasrani adalah sebuah sekte yang eksis dalam tubuh Yudaisme. Bagaimana Kristen sampai pada bentuknya saat ini sebenarnya merupakan hasil dari proses pemisahan diri dari Yudaisme yang dipicu oleh sikap antiYahudi para Bapa Gereja. Akibat dari proses ini, umat Kristen sekarang mewariskan suatu pandangan yang keliru terhadap peranan Taurat dalam kehidupan orang-orang percaya. Kekeliruan ini juga menciptakan suatu konsep teologi yang salah tentang hubungan orang Yahudi dan orang bukan Yahudi dengan Tuhan. Tujuan buku ini adalah untuk meluruskan kekeliruan ini dan membantu setiap orang yang percaya kepada Yeshua ha-Mashiach, terutama dari kalangan bukan Yahudi, untuk menemukan penerapan Taurat yang tepat dalam iman mereka. Struktur dan isi buku ini dibangun menurut sumber tulisan utama Not Subject to the Law of God ? dengan penyesuaian di sana-sini supaya lebih mudah dimengerti oleh pembaca di Indonesia. Oleh sebab itu penulis hendak mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada staf YashaNet yang telah menyediakan sumber tulisan yang begitu luar biasa dan mengizinkan kami untuk menerjemahkannya. Tuhan memberkati. Eliyahu ben-Avraham. vii viii Pembuka Reposisi Taurat Dalam Kehidupan Orang Percaya Hampir setiap orang percaya masa kini, yang tumbuh dan dibesarkan di dalam Gereja, mempunyai pemikiran yang negatif terhadap apa yang dinamakan hukum Taurat dan serta merta menolaknya. Analisa yang cermat memperlihatkan bahwa apa yang telah mereka tolak sebagai hukum Taurat itu, hanyalah gambaran yang salah tentang Taurat yang diciptakan oleh pemikiran-pemikiran keliru dan kesalahpahaman yang diturunkan generasi demi generasi Ada orang yang menolak Taurat dengan alasan hukum Taurat adalah aturan-aturan orang Yahudi yang tidak relevan untuk orang Kristen. Yang lain menolak Taurat karena dikatakan bahwa Kristus telah menggenapinya. Sementara yang lainnya lagi bersikap selektif dengan menerima perintah-perintah tertentu yang sesuai dengan kehidupan duniawi mereka. Sebagian berargumen bahwa hukum Taurat yang asli adalah hanya meliputi sepuluh perintah Tuhan (plus dengan perubahan dari perintah memelihara hari Sabat menjadi memelihara hari Minggu). Sedangkan perintah-perintah lainnya hanyalah adat-istiadat religi orang Yahudi yang ditambahkan ke dalam kitab Taurat. Ini adalah teologi yang absurd. Tetapi lucunya ketika pengajar Kristen ditanya tentang masalah homoseksualitas misalnya, mereka akan segera mengacu kembali kepada apa yang dicap sebagai adat-istiadat orang Yahudi itu. Ada banyak alasan lain dalam penolakan Gereja yang semuanya bisa ditelusuri berasal dari sikap dan pemikiran tokohtokoh Gereja masa post-apostolik (sesudah para rasul) yang penuh dengan semangat permusuhan dan kebencian terhadap bangsa Yahudi. Selama berabad-abad kita menyaksikan bagaimana Taurat dirumuskan oleh Gereja. Taurat selalu dipandang sebagi suatu cara hidup legalistis, yang bersifat lahiriah dan kurang mempunyai nilai-nilai spiritual. Taurat kemudian dimengerti semata-mata sebagai 'hukum'. Perumusan tersebut dalam banyak hal bertolak-belakang dengan pemahaman orang Yahudi tentang Taurat. Apakah arti Taurat bagi anda ? Apakah kata itu membayangkan Sabat, sunat, haram halal, serta cara-cara hidup orang Yahudi lainnya yang 1 dikecam oleh Yesus ? Apakah anda menghubungkan Taurat dengan setiap pola hidup buruk orang-orang Farisi yang 'jahat' itu ? Apakah ini yang menjadi alasan yang menghalangi anda untuk menerima Taurat sebagai standar hidup bagi umat-Nya ? Banyak orang telah memalsukan uang kertas. Kemudian apakah masih rasional bila anda menolak yang asli itu karena yang palsu juga ada ? Pemahaman orang percaya terhadap Yudaisme lebih banyak berasal dari pengetahuan yang sedikit yang mereka baca dari Perjanjian Baru, yang ditarik dari konteks historisnya dan ditafsirkan dengan cara-cara yang tidak Ibrani. Beribadah untuk memenuhi kewajiban, memelihara tradisi, mengikat beban berat, adalah sebagian dari praktek-praktek buruk orang Yahudi yang sering dibicarakan dalam gereja. Seringkali menyusul sikap yang negatif itu timbul kemudian respon penolakan dalam diri orang-orang percaya. Akhirnya apa yang dikira sebagai hukum Taurat ditolak oleh mereka. Mereka sendiri yang memberikan gambaran yang salah mengenai Taurat, lalu mereka pulalah yang menolaknya. Mungkin andakah orang yang demikian ? Atau termasukkah anda di antara mereka yang dengan rela ingin mengenal Taurat-Nya ? Jika anda termasuk dalam kategori yang kedua, buku ini akan membantu anda untuk mengenal gambaran yang benar akan hukum Tuhan. 2 Bagian 1 Pandangan Kristen terhadap "Hukum" Taurat Pandangan Kristen saat ini terhadap apa yang disebut dengan "Hukum" Taurat berasal dari cara pikir dan pendekatan Yunani/Romawi dalam mempelajari Alkitab. Semua ini dibentuk oleh para Bapa Gereja pada masa awal-awal perkembangan Kristen yakni antara abad kedua hingga keenam, dan sejak itu terus-menerus merasuki cara pikir orang Kristen. Begitu orang Kristen mendengar atau menggunakan istilah "Hukum" Taurat dalam setiap diskusi rohani, khotbah, tulisan dan sebagainya, pemikiran mereka akan langsung mengacu kepada pengertian "legalistis". Teologi Kristen sering menuduh upaya manusia memelihara perintah-perintah Taurat itu sebagai upaya sia-sia untuk mencapai keselamatan. Tiga pandangan dalam dunia Kristen terhadap "Hukum" Taurat yang patut disimak : ! Mengerjakan Hukum Musa menempatkan manusia "di bawah belenggu" dan sekarang Yesus telah membebaskan manusia dari belenggu itu. ! "Tidak ada seorangpun yang dibenarkan menurut Hukum" – itulah sebabnya kita membutuhkan Yesus ! Hukum adalah sebuah "kutuk" dimana Yesus datang untuk melenyapkannya Tiga pandangan ini bisa jadi dinyatakan dengan susunan kata yang berbeda-beda dalam setiap denominasi, tetapi konsepnya sama dan terdapat dalam ajaran tiap-tiap denominasi Protestan dan Katholik. Sebagai contoh, Dr. Charles Ryrie dalam buku teologianya yang terkenal menulis dengan jelas bahwa "Hukum" Taurat telah diakhiri dengan kedatangan Yesus: "Arti penting lainnya dari kematian Kristus adalah sebuah permulaan dari suatu keyakinan yang berdasarkan kebenaran iman dan 3 bukannya dari mengerjakan hukum. Tetapi, pernyataan Paulus dalam Roma 10:4, bahwa Christ is the end of the Law, bisa mempunyai dua pengertian: mengakhiri atau menggenapi. Dengan kata lain, apakah Kristus mengakhiri Taurat, atau Kristus menggenapi Taurat (Mat 5:17). Tetapi nampaknya mengakhiri adalah arti dalam konteks ini karena adanya perbedaan (mulai dari Rom 9:30) antara Taurat dan kebenaran Tuhan. Argumen Paulus selanjutnya adalah bukannya orang Yahudi tidak sempurna dan membutuhkan Kristus untuk menyempurnakan hubungannya dengan Tuhan, tetapi sikapnya untuk mengerjakan Taurat itu yang jelas-jelas salah karena menggantungkan kepada usaha manusia ketimbang menerima anugerah kebenaran Tuhan. Walaupun adalah benar bahwa Tuhan kita menggenapi Taurat, ayat ini tidak sedang mengajarkan demikian, tetapi bahwa Ia mengakhiri Taurat dan memberikan kita sebuah jalan hidup yang baru untuk Tuhan." 1 Contoh lainnya dari sebuah buku Kristen yang terkenal, When Skeptics Ask karangan Norman L. Geisler, menunjukkan perbedaan antara apa yang Taurat dan Yesus dapat lakukan untuk kita: Ketika Musa menetapkan tatanan moral dan sosial untuk membimbing bangsa itu, hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan seorangpun dari hukuman atas dosa mereka, yaitu maut. Seperti juga Paulus telah berkata, "Sebab tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Tuhan oleh karena mengerjakan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Rom 3:20). Firman yang datang dalam Yesus menyatakan dosa - yang telah diperkenalkan oleh Taurat – sudah diampuni "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus" (ay. 24). Firman Kristus dibangun di atas fondasi Musa dengan menuntaskan masalah yang telah ditunjukkan oleh Taurat.2 Kristen mengajarkan bahwa barangsiapa "percaya kepada Yesus" (Yahudi maupun bukan) tidak perlu lagi mengerjakan Taurat karena sekarang mereka mempunyai "kemerdekaan dalam iman". Konsep teologi ini paling banyak bersumber dari tulisan-tulisan Paulus, yang 1 Basic Theology - A Popular Systematic Guide To Understanding Biblical Truth, Charles C. Ryrie, 1986, SP Publications Inc., Victor Books, Wheaton IL, pp. 302-303. 2 When Skeptics Ask, Norman L. Geisler and Ronald M. Brooks, 1990, SP Publications Inc., Victor Books, Wheaton IL, p. 129. 4 menurut tradisi mengajarkan supaya tidak lagi mengerjakan "Hukum" Taurat serta membuktikan bahwa "Hukum" Taurat tidak mempunyai arti penting lagi dalam hidupnya. Ayat-ayat yang seringkali dikutip untuk mendukung konsep teologi ini antara lain: For Christ is the end of the law for righteousness to every one that believeth. (King James Bible, Roma 10:4) Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis, "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat". (Galatia 3:10) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, karena ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib". (Galatia 3:13) Dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya di kayu salib. (Kolose 2:14) Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus. (Kolose 2:16-17) Di samping manusia tidak dapat dibenarkan oleh "Hukum" Taurat, Kristen juga menyatakan bahwa barangsiapa mengajarkan orang untuk memelihara Taurat, setelah orang itu menerima Kristus, adalah pengajar sesat. Penulis Kristen ternama William Barclay menyatakan hal berikut dalam seri buku pemahaman Alkitabnya: "Dalam Perjanjian Baru sendiri kita menemukan ada sekelompok pengajar yang gagal dalam pertanggung-jawaban mereka dan menjadi pengajar-pengajar sesat. Mereka adalah para pengajar yang 5 berusaha membelokkan Kristen menjadi semacam aliran dalam Yudaisme serta mengajarkan sunat dan memelihara Taurat." 3 Pandangan Kristen terhadap Yudaisme Kristen membedakan dirinya dengan Yudaisme (agama "Hukum" Taurat) atas dasar pandangan bahwa Kristen adalah berdasarkan iman dan kasih, sementara Yudaisme adalah berdasarkan usaha manusia mengerjakan Taurat. Sejarah orang Yahudi dan orang Kristen memberikan kesaksian bagaimana selama ini Yudaisme "dirumuskan" oleh Gereja, dan hal itu mengakibatkan orang Yahudi dinyatakan sebagai musuh gereja. Perumusan tersebut sepenuhnya bertolakbelakang dengan pemahaman orang Yahudi tentang dirinya sendiri. Dalam banyak terbitan gereja, dari buku-buku dogmatika sampai buku katekisasi, Yudaisme digambarkan sebagai sisi negatif dari umat Kristen (yang positif). Jadi apabila orang Kristen berniat menegaskan gagasan tentang "anugerah", Yudaisme akan dipaparkan sebagai agama legalistis. Dan apabila kekristenan ditampilkan sebagai agama universal, tanpa tembok pemisah, maka Yudaisme akan dijadikan sebagai contoh agama yang menyempit dan tertutup.4 Mengutip lagi tulisan William Barclay: "Orang Kristen hidup di bawah hukum kemerdekaan, dan atas dasar hukum kemerdekaan inilah ia akan dihakimi. Maksudnya begini. Tidak seperti orang Farisi dan Yahudi Orthodoks, orang Kristen bukanlah orang yang hidupnya terkekang dan diatur oleh seperangkat lengkap aturan-aturan dan perintah yang dijatuhkan kepadanya tanpa kecuali. Tetapi ia diatur oleh dorongan kasih. Ia mengikuti jalan yang benar, jalan mengasihi Tuhan dan mencintai sesamanya, bukan karena ada hukum yang memaksanya atau karena ketakutan akan hukuman yang memaksanya melakukan itu tetapi karena kasih Kristus dalam hatinya yang membuatnya melakukan itu." 5 Kristen juga jelas memandang bahwa dirinya adalah satu-satunya agama Tuhan yang benar. Dalam penjelasan yang terdapat pada 3 The Daily Study Bible Series - the Letters of James and Peter, William Barclay, 1976, The Westminster Press, Philadelphia, p. 80. 4 Akar Bersama – Belajar tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-Yahudi, Hans Ucko, 1999, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, p.3 5 The Daily Study Bible Series - the Letters of James and Peter, William Barclay, 1976, The Westminster Press, Philadelphia, p. 70. 6 appendiks salah satu versi King James Bible, tentang Surat Ibrani, tertulis demikian: "Dengan argumen yang dijelaskan dengan hati-hati, penulis [Surat Ibrani] memperlihatkan bahwa Kristen mengungguli Yudaisme,…Kristen adalah agama yang sempurna." 6 Penjelasan yang sama tentang Surat Galatia, seperti demikian: "Surat Galatia telah dinyatakan sebagai deklarasi kemerdekaan Kristen. Ini adalah jawaban Paulus buat orang-orang yang menantang otoritasnya sebagai seorang rasul dan memaksa jemaat di Galatia untuk hidup menurut hukum Musa. Bila orang Kristen menerima hukum Yahudi sama artinya menjadikan Kristen sebuah sekte di dalam Yudaisme. Paulus mengajarkan bahwa belenggu hukum Taurat telah berakhir ketika Yesus membebaskan semua manusia." 7 Penulis Kristen terkenal lainnya, J. Vernon McGee, membuat pernyataan berikut tentang Paulus dan agama Yahudi dalam penjelasan Alkitabnya: "Paulus sekarang menyebut agama dimana ia dibesarkan "agama orang Yahudi". Paulus diselamatkan, bukan dalam Yudaisme, tetapi dari Yudaisme." 8 6 The Daily Study Bible Series - the Letters of James and Peter, William Barclay, 1976, The Westminster Press, Philadelphia, p. 70. 7 ibid p. 10. 8 Thru the Bible Commentary Series, Galatians, J. Vernon McGee, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1991, p. 23. 7 Bagian 2 Pandangan Ibrani tentang Taurat dan Keselamatan Istilah Dalam banyak literatur Kristen, kata "Hukum" banyak digunakan untuk mengacu kepada apa yang disebut orang Yahudi dengan Torah (atau Taurat dalam bahasa Arab) – yakni kelima kitab pertama dalam Alkitab. Istilah lain yang sering digunakan oleh orang Kristen adalah Pentateuch (sebuah istilah Yunani). Istilah "Hukum", terutama dalam pengertian legalitas sebagaimana pemahaman Kristen, bukanlah terjemahan yang tepat untuk kata Torah. Terjemahan yang tepat semestinya adalah "pengajaran" atau "firman". Inilah cara orang Yahudi memandang Taurat. Taurat adalah kumpulan pengajaran Tuhan bagaimana umat-Nya (Yahudi maupun bukan) hidup, "supaya baik keadaanmu" (Ul 4:40). Sebagai umat-Nya, bangsa Israel diberikan tanggung-jawab khusus seperti Tuhan sudah berfirman, "Kuduslah kamu sebab Aku, TUHAN, Elohimmu kudus." (Im 19:2) Disinilah Taurat berfungsi yaitu menunjukkan cara bagaimana hidup kudus di hadapan Tuhan. Ayat-ayat dalam Keluaran 12:48-49, Imamat 24:22 dan Yesaya pasal 56 menunjukkan bahwa Taurat bukan ditujukan untuk orang Yahudi saja, tetapi juga untuk orang bukan Yahudi yang ingin menjadi bagian dari umat-Nya. Walaupun Tuhan memutuskan untuk memberikan wahyu-Nya kepada orang Yahudi, bukan lantas kemudian menjadi milik tunggal "agama mereka". Mereka sebaliknya harus menjadi "terang dunia" dan membawa berita keselamatan kepada orang-orang bukan Yahudi (Lihat Yesaya 49:6, Zakharia 8:23, Matius 5:14, Yohanes 4:22). Walaupun Taurat sebenarnya adalah kelima buku Musa (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan), istilah Taurat juga meliputi keseluruhan kitab-kitab lainnya dalam Alkitab, dalam pengertian mereka merupakan kesinambungan wahyu Tuhan. Tidak ada firman Tuhan dalam kitab-kitab setelah Taurat yang bertentangan dengan isi Taurat, termasuk pula kitab-kitab "Perjanjian Baru". Firman Tuhan adalah satu. 8 Apa yang dikatakan Alkitab tentang Taurat, Pengampunan Dosa dan Keselamatan? Dalam Injil Yohanes pasal 3 kita menjumpai salah satu ayat yang menjadi fondasi dasar teologi "Kristen yang berbasiskan iman". "Kamu harus dilahirkan kembali" Orang Kristen sering memandangnya sebagai "ajaran Yesus" yang luar biasa. Tetapi coba perhatikan, apa yang dikatakan Mesias ketika Nikodemus bertanya "Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi ?" Yeshua menjawabnya, "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu ?" Nikodemus dikritik oleh Mesias yang berkata bahwa sebagai "seorang pengajar Israel", semestinya ia tahu apa yang dimaksud dengan "lahir kembali". Sekarang bagaimana Nikodemus bisa tahu tentang hal ini jika ini adalah sebuah ajaran yang baru dari Yeshua ? Jawabannya ialah "lahir kembali" adalah bukan ajaran yang baru. Lahir kembali merupakan konsep dasar ajaran yang berbasiskan Taurat sebab Taurat selalu mengajarkan untuk beriman kepada Tuhan supaya selamat dan bukannya dengan "hidup dari pekerjaan hukum Taurat". Pesan ini bisa ditangkap dalam kitab Ulangan: Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk. (Ulangan 10:16) Kata "tegar tengkuk" adalah sama dengan tidak mempunyai iman. Tuhan menyebut angkatan di padang gurun itu tegar tengkuk sebab mereka tidak percaya (beriman) kepada-Nya. (Lihat Keluaran 32:9; 33:3,5; 34:9; Ulangan 9:6,13; 2 Tawarikh 30:8; Kisah Para Rasul 7:51) Ibrani 3:7-4:2 menjelaskan angkatan yang tegar tengkuk ini bahwa mereka menerima firman Tuhan tetapi "tidak bertumbuh bersamasama oleh iman" dan "mereka sesat hati". 9 "Dan TUHAN, Elohimmu, akan menyunat hatimu dan hati keturunanmu, sehingga engkau mengasihi TUHAN, Elohimmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup." (Ulangan 30:6) Kata "hidup" disini dipakai dalam pengertian rohani dan sama artinya dengan keselamatan. Dalam surat-suratnya Paulus memperlihatkan bahwa "sunat hati" ini sama dengan "lahir kembali". Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. (Roma 2:29) Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan manusia, tetapi dengan sunat Kristus. (Kolose 2:11) Tuhan selalu meminta kita untuk pertama-tama beriman kepada-Nya sebelum berusaha "melakukan" sesuatu untuk-Nya. Akulah TUHAN, Elohimmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu elohim lain di hadapanKu. (Keluaran 20:2-3 dan Ulangan 5:6-7) "Orang benar akan hidup oleh iman." (Habakuk 2:4 dan Roma 1:17) Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Eloah. (Ibrani 11:6) Yeshua melanjutkan percakapan-Nya dengan Nikodemus dengan membicarakan kenaikan-Nya ke surga (Yoh 3:12-13), lalu menghubungkan Taurat (sebagaimana Tuhan berbicara dalam Ulangan 30:11-14) dengan diri-Nya (seperti yang ditulis Paulus dalam Roma 10:1-8). Yeshua mengakhiri percakapan-Nya itu dengan menunjuk kepada peristiwa ular tembaga (Yoh 3:14) sebagai suatu kasus iman (Bil 21:9) diasosiasikan dengan iman kepada diri-Nya. Tuhan tidak berubah (Mal 3:6). Keselamatan dalam sistem kepercayaan berbasiskan Taurat selalu berdasarkan kepada iman, baik 10 sebelum Musa maupun sesudahnya, dan juga baik sebelum Yeshua dan juga sesudah-Nya. Taurat adalah Firman Tuhan, seperti halnya Yeshua adalah Firman Tuhan. Iman, Taurat dan Yeshua adalah tidak terpisahkan. Keselamatan selalu datang lewat iman, Taurat, dan Mesias, karena Yeshua adalah Anak Domba yang dikorbankan sejak awal dunia (Ibr 4:3; 9:26; Why 13:8). Yeshua sendiri berkata: "Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita." (Yohanes 8:56) Yeshua adalah kegenapan Taurat. Ia adalah Taurat yang menjadi manusia (Yoh 1:1, 14). Satu hal, ketika Yeshua dan para rasul menyebut Kitab Suci, yang mereka maksudkan adalah kitab Taurat Musa – bukan Alkitab dengan susunan seperti yang kita miliki sekarang. Meski orang-orang Yahudi pada masa itu sudah menerima kitab para nabi dan kethubim (tulisantulisan seperti mazmur dan amsal) sebagai kitab yang sama sucinya namun penetapan kanon Tanakh (Alkitab Yahudi - orang Kristen menyebutnya "Perjanjian Lama") sendiri baru diselesaikan pada tahun 100. Jadi sewaktu Paulus menulis kepada Timotius: "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus" (2 Tim 3:15) tentunya yang ia maksud adalah kitab Taurat. Disini apa yang dipikirkan oleh Paulus saat itu adalah bahwa kitab Taurat menuntun mereka kepada keselamatan oleh iman kepada Mesias, sebuah konsep yang sama seperti yang telah dijelaskan di atas. Mengapa banyak orang tidak mampu menangkap hal ini ketika mereka membaca Perjanjian Lama adalah karena pemahaman mereka akan Alkitab telah dipengaruhi selama bertahun-tahun oleh generasigenerasi sebelumnya yang mempelajari dan menafsirkan kitab sucinya orang Ibrani itu dengan pendekatan Hellenis (Yunani). Pola pemikiran non-Ibrani ini tidak mudah untuk dibuang atau diubah sebab hampir setiap hari kita dicekoki terus dengan pola pikir Hellenis oleh keluarga, teman, pendeta, buku-buku rohani, acara rohani di radio dan televisi – seluruh budaya dimana kita hidup. Bagaimana dan mengapa Alkitab bisa ditafsirkan dengan pendekatan demikian akan dijelaskan lebih jauh pada bab berikutnya. 11 Sebuah contoh Alkitab: Bagaimana Daud diselamatkan ? Dalam Ibrani pasal 11 kita menjumpai satu daftar teladan-teladan iman – banyak orang menyebutnya "The Faith Hall of Fame" – di antaranya yang menarik adalah pencantuman antara lain nama Musa, Samuel dan Daud. Penulis Ibrani menunjukkan bahwa mereka diselamatkan oleh karena iman, yang mana kita ketahui bahwa mereka juga dikenal taat mengerjakan Taurat. Ketika menulis Mazmur 119, Daud tidak pernah merasa cukup untuk menyatakan ekspresi kecintaannya terhadap Taurat. Mazmur 119 adalah mazmur terpanjang dalam Alkitab. 176 ayat hanya untuk mengatakan satu hal : "TUHAN, aku mencintai Taurat-Mu." Sama seperti seorang kekasih menceritakan kepada kekasihnya tentang kasihnya dalam seribu cara, begitu pula Daud terus menerus menceritakan kepada Tuhan bahwa ia mengasihi Tuhan, Tuhan yang sudah membawanya dekat melalui firman-Nya: "Engkau dekat, ya TUHAN" (ay. 151). Akan tetapi menurut teologi Kristen, ada semacam dilema terhadap apa yang ia tulis. Daud menulis tentang dirinya seperti berikut: "Gulingkanlah dari atasku cela dan penghinaan, sebab aku memegang peringatan-peringatanMu." (Mazmur 119:22) "Orang-orang yang kurang ajar sangat mencemoohkan aku, tetapi aku tidak menyimpang dari Taurat-Mu." (Mazmur 119:51) "Inilah yang kuperoleh, bahwa aku memegang titah-titah-Mu." (Mazmur 119:56) "Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku." (Mazmur 119:102) "Aku telah menjalankan hukum dan keadilan; janganlah menyerahkan aku kepada pemeras-pemerasku!" (Mazmur 119:121) Apakah ini Daud yang sama dengan yang mencabuli Betsyeba dan merancang kematian Uria ? Ini belum termasuk pelanggaran Taurat yang tidak tercatat. Menurut teologi Kristen, Daud jelas adalah 12 seorang pembohong. Bagaimana ia bisa mengatakan ia telah menjalankan hukum Taurat, sementara kita tahu bagaimana ia melanggarnya dengan cara yang keji ? Untuk menambah "kebingungan", Tuhan sendiri menyebut Daud, "seorang yang berkenan di hati-Nya." (1 Sam 13:14). Jadi, apakah Daud seorang pembohong ? Atau mungkin Tuhan membuat "pengecualian" untuknya ? Ada sebuah petunjuk untuk menjawab pertanyaan ini yakni dalam Mazmur 119 itu sendiri: "Lihatlah betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Ya TUHAN, hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu." (Mazmur 119:159) Kata "kasih setia" dalam bahasa Ibraninya adalah hesed dan ini mempunyai arti yang sama dengan kasih karunia dalam "Perjanjian Baru". Daud menyadari ia diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan – bukan karena mengerjakan semua perintah dengan sempurna, tetapi karena ia mencintai titah-titah-Nya ! Sebuah pertanyaan menarik adalah "Mengapa Tuhan menyelamatkan kita ?" Kebanyakan mungkin akan menjawab, "Supaya kita tidak masuk ke neraka." Jawaban ini mungkin benar tetapi tidak lengkap. Sebenarnya, Tuhan menyelamatkan kita supaya kita dapat melakukan perintah-perintah (mitzvot) Taurat-Nya sepanjang hidup kita. Mengerjakan mitzvot Tuhan adalah bagian dari kehendak-Nya agar kita kembali kepada hubungan yang benar dengan Tuhan, yakni tujuan dan maksud diciptakannya manusia, seperti keadaan mula-mula di Taman Eden (Gan Eden). Mazmur 119 memperlihatkan Daud memohon untuk diselamatkan supaya ia dapat melakukan Taurat Tuhan. Tuhan menghakimi Daud atas dasar imannya dan keinginannya untuk melakukan Taurat, bukan atas dasar kemampuannya memegang setiap detil perintah. Tidak ada seorang pun yang pernah diselamatkan karena kemampuan mereka mengerjakan Taurat. Pandangan bahwa Yudaisme mengajarkan bahwa manusia diselamatkan karena mengerjakan Taurat adalah tidak benar. Sepanjang zaman tentu ada saja kelompok tertentu dalam tubuh 13 Yudaisme yang mengajarkan hal yang tidak betul. Tetapi ajaran atau tingkah-laku dari kelompok itu tidak mengubah apa yang Yudaisme selalu ajarkan. Dan sebaliknya juga, kesalahan para pemimpin Yahudi pada masa Yeshua tidak otomatis membuat Kristen, atau agama lain menjadi benar (Tuhan adalah benar dan semua manusia adalah pembohong – Roma 3:4). Satu-satunya kebenaran adalah apa yang Tuhan sendiri nyatakan. Iman dan keinginan untuk memelihara Taurat-Nya adalah dua hal yang tidak terpisahkan menurut Tuhan. Mengapa demikian ? 1. Tuhan telah mengatakan apa yang Ia minta dari kita "selain takut akan TUHAN, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Elohimmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu." (Ul 10:12) – Segala jalan yang ditunjukkan-Nya sudah didokumentasikan dalam Taurat. 2. Walaupun demikian, kita tidak bisa hidup menurut jalan-Nya (melakukan Taurat) tanpa disertai oleh iman. (Ibrani 10:38) Keselamatan "di bawah Hukum" Mari kita simak kembali apa yang ditulis oleh penulis Kristen terkenal, Norman Geisler: Ketika Musa menetapkan tatanan moral dan sosial untuk membimbing bangsa itu, hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan seorangpun dari hukuman atas dosa mereka, yaitu maut. Seperti juga Paulus telah berkata, "Sebab tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Tuhan oleh karena mengerjakan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Rom 3:20). Firman yang datang dalam Yesus menyatakan: dosa - yang telah diperkenalkan oleh Taurat – sudah diampuni" dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus" (ay. 24). Firman Kristus dibangun di atas fondasi Musa dengan menuntaskan masalah yang telah ditunjukkan oleh Taurat. 14 Pernyataan Geisler ini meringkas pandangan Kristen tentang Taurat, pengampunan dosa dan keselamatan. 1. Tidak ada pengampunan dan keselamatan sejati sebelum Yesus, ketika manusia berada "di bawah Hukum", apa yang bisa dilakukan hukum Taurat adalah menyatakan dosa. 2. Pengampunan datang hanya setelah kedatangan Yesus. Alkitab di lain pihak mengatakan hal yang berbeda tentang hal ini, dimana Tuhan menyatakan sendiri dengan jelas bahwa pengampunan dapat dimiliki jauh sebelum kematian dan kebangkitan Yeshua. "Marilah baiklah kita berperkara! – Firman TUHAN – Sekalipun dosamu merah seperti kermizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba." (Yesaya 1:18) Strong’s Concordance menunjukkan bahwa kitab Imamat paling banyak menceritakan "Tuhan mengampuni dosa" dibandingkan kitabkitab lain. Mungkinkah Tuhan tidak benar-benar serius ketika Ia berkata bahwa dosa mereka akan diampuni jika mereka melakukan apa yang diperintahkan-Nya, dalam iman ? Satu lagi ajaran Kristen ialah bahwa sampai "kemenangan Yesus di kayu salib", kita benar-benar tidak berdaya melawan dosa. Jika ini benar, mengapa Tuhan memberitahu Kain, anak Adam, bahwa ia dapat mengalahkan dosa ? "Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik ? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." (Kejadian 4:7) Bahwa manusia dapat dipandang benar dan tidak bersalah di mata Tuhan, sebelum kematian Yeshua, ditunjukkan sepanjang Alkitab sejak awal (Kain di atas), Henokh, Nuh, Abraham, Ayub sampai kepada kelahiran Yeshua, dimana "Perjanjian Baru" menulis tentang orangtua Yohanes Pembaptis: 15 Keduanya adalah benar di hadapan Eloah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan TUHAN dengan tidak bercacat. (Lukas 1:6) Jadi kalau menurut doktrin Kristen, bagaimana orang-orang ini bisa dikatakan benar menurut hukum Taurat, sebelum kematian "Yesus" di kayu salib ? Mengapa Tuhan memberikan Taurat di Gunung Sinai ? Jika Taurat (Firman Tuhan) telah ada sejak permulaan (Yoh 1:1) lalu mengapa Tuhan memberikan Taurat (sebagaimana kita miliki sekarang) kepada Musa di Gunung Sinai ? Jawabannya singkat: karena belas kasihan Pertama, coba kita lihat peristiwa air bah. Manusia menjadi begitu berdosa di mata Tuhan. Sebelum menghukum mereka, karena belas kasihan, Tuhan memberikan waktu 120 tahun buat mereka bertobat (Kej 6:1-8). Tetapi mereka tidak bertobat dan air bah pun datang. Tuhan menyuruh Nuh dan keluarganya – orang yang benar dan tidak bercela (Kej 6:9) – untuk membuat bahtera dan menyertakan ke dalamnya pasangan-pasangan binatang. Perhatikan bagaimana Nuh mengetahui mana binatang yang haram dan yang tidak (Kej 7:2), padahal peristiwa ini terjadi puluhan abad sebelum Musa menerima Taurat. Dengan demikian, kita tahu bahwa Taurat firman Tuhan, dengan satu dan lain cara, telah diberikan kepada manusia sejak permulaan. Kemudian kita tengok Abraham. Tuhan menjanjikan Abraham sebuah negeri yang saat itu ditinggali oleh orang-orang jahat. Tetapi Tuhan memberitahu bahwa waktu kebinasaan mereka belum tiba, karena mereka belum mencapai puncak kedurjanaan mereka (Kej 15:16). Tuhan, karena belas kasihan, memberi mereka waktu 400 tahun untuk bertobat dari dosa – namun mereka tidak melakukannya. Akhirnya sampai kepada kedatangan Yeshua Mashiach, "Karena begitu besar kasih Tuhan akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal…" (Yoh 3:16) Sekali lagi Tuhan bertindak atas dasar belas kasihan. 16 Tuhan dengan belas kasih-Nya tidak terus menerus menghukum manusia dengan air bah, atau menghajar tiap-tiap orang dengan bola api – walau sebenarnya banyak yang layak untuk itu. Yeshua berperan disini sebagai pendamaian (penyokong atau penyanggah) antara Tuhan dan manusia – bukan hanya kepada orang percaya saja tetapi juga seisi dunia (1 Yoh 2:2). Alkitab memberitahu kita bahwa keselamatan dari Tuhan telah dimulai sejak awal dunia diciptakan. Ide tentang Mesias sesungguhnya telah "dikerjakan" ribuan tahun sebelum penyaliban dan kebangkitan-Nya, mungkin ini sulit sekali dimengerti sebab pekerjaan Tuhan tidak terikat oleh konsep waktu seperti halnya manusia. Penting untuk diperhatikan pula bahwa bangsa Israel menerima Taurat setelah mereka diselamatkan dahulu dari perbudakan di Mesir. Bukan sebaliknya. Jadi disini kembali kita lihat Alkitab selalu mengajarkan bahwa keselamatan datang terlebih dahulu melalui iman. Singkat kata, Taurat di Gunung Sinai diberikan karena belas kasih dan ditujukan: ! Untuk memberikan bimbingan dan panduan, karena dosa manusia semakin besar. ! Untuk merangsang nafsu dosa dalam diri manusia, dengan memberikan batasan-batasan, sifat asli manusia akan tergoda untuk menyeberangi batasan-batasan itu (Roma 7:7-11). ! Untuk membuat manusia menyadari betapa mudahnya ia jatuh dalam dosa. ! Untuk menyatakan Tuhan kepada manusia, kepada siapa mereka harus beriman supaya selamat, karena percaya kepada Tuhan adalah perintah pertama. Taurat juga diberikan untuk menunjukkan manusia bagaimana hidup di hadapan Tuhan dan dengan sesama manusia (Mat 22:37-40). Jadi Taurat berisikan cara manusia membina hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan horisontal (dengan manusia) yang benar. Yeshua datang bukan untuk meniadakan apa yang Taurat katakan tentang BAGAIMANA hidup di hadapan Tuhan. Tetapi Kristen mengajarkan bahwa kita tidak perlu lagi mengerjakan Taurat, karena Yesus telah 17 meniadakan hal-hal detil dari Taurat dengan meringkasnya jadi dua perintah saja: kasihilah Tuhan Elohimmu dan kasihilah sesamamu manusia. Kita sekarang telah dibebaskan dari hukum Taurat. Kita sekarang mengikuti apa yang dinamakan "hukum kasih" atau "hukum Kristus". Kristen mengajarkan bahwa kita sekarang "dipimpin oleh Roh" dan tidak lagi terikat oleh huruf hukum Taurat. Apakah Tuhan memberikan umat-Nya "tugas yang mustahil" ? Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Kristen mengajarkan bahwa Tuhan memberikan Musa dan umat-Nya serangkaian perintah yang harus ditaati supaya selamat, tetapi sebagai manusia berdosa, mereka tidak mampu memegangnya. Oleh sebab itu tidak ada cara untuk sempurna di depan "Hukum" sampai Yesus datang untuk mengantarkan kita ke "era kasih karunia" – 1300 tahun kemudian. Baiklah, saya mengutip apa yang dikatakan dalam Biblical Studies Press: "Akan tetapi, penerapan yang ketat terhadap hukum-hukum ini dalam dunia kita adalah mustahil sebab kondisi semula seperti pada saat Tuhan campur tangan tidak dapat diulangi kembali." 9 Dengan begitu menurut teologi ini, Tuhan memerintahkan umat-Nya sesuatu yang Ia tahu mereka tidak akan mampu, dengan ketentuan jika mereka gagal, mereka binasa. Apakah Tuhan sadis ? Tentu tidak. Yeshua sendiri berkata sejahatjahatnya kita, kita akan memperlakukan anak-anak kita dengan baik, apalagi Tuhan yang memperlakukan kita lebih baik daripada kita memperlakukan anak-anak kita sendiri. Pelajarilah firman Tuhan ketika Ia memberikan Taurat: "Sebab perintah ini yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya ? Juga tidak di seberang laut 9 Questions and Answers, sub bagian : "How should New Testament Believers relate to Old Testament Laws ?", Biblical Studies Press, www.bible.org 18 tempatnya sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya ? Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan." (Ulangan 30:11-14) Tuhan telah menyatakannya dengan jelas – Ia memberitahu umat-Nya bahwa perintah-perintah Taurat tidaklah terlalu sukar bagi mereka untuk dikerjakan. 19 Bagian 3 Apa kata "Perjanjian Baru" tentang Taurat dan Keselamatan ? Hukum Taurat adalah sebuah kutuk dan Yeshua datang untuk meniadakan kutuk itu. Dua ayat yang paling sering dipakai oleh Kristen untuk mendukung pendapat ini adalah: Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis, "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat". (Galatia 3:10) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, karena ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib". (Galatia 3:13) Jelas ada sesuatu yang dinamakan "kutuk hukum Taurat" (the curse of the Law). Tetapi apakah Taurat sendiri adalah sebuah kutuk ? ! Pertama, ingat kembali bahwa Tuhan memberikan Taurat "supaya baik keadaan" umat-Nya (Ul 4:40). ! Paulus menulis bahwa hukum Taurat adalah kudus, benar dan baik (Rom 7:12). ! Paulus menyatakan hukum Taurat adalah rohani (Rom 7:14). ! Paulus berkata bahwa ia sendiri suka akan hukum Tuhan (Rom 7:22-25). ! Ketika Paulus dituduh telah mengajarkan untuk melepaskan hukum Taurat, Paulus bernazar untuk membuktikan bahwa itu tidak benar (Kis 21:21-26). Bila kita lihat sepintas nampak ada semacam kontradiksi disini. Bagaimana bisa sesuatu yang Tuhan berikan, yang dikatakan kudus, benar, dan baik, yang dijunjung dan dipraktekkan oleh Yeshua (Mat 20 5:17-20), yang menjadi kegemaran Daud (Mzm 119:70, 74, 174), yang Paulus sendiri sukai, disebut sebagai "kutuk" oleh Paulus ? Masalah ini muncul karena antara lain kegagalan kita memahami sifat dualitas Taurat. Tuhan sendiri menyinggung dualitas ini ketika Ia memberikan Taurat: "Ingatlah aku menghadapkan kepadamu hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Elohimmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Elohimmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya. Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada elohim lain dan beribadah kepadanya, maka aku memberitahukanmu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa…" (Ul 30:15-17a) Pertama, Tuhan memerintahkan umat-Nya untuk mengasihi Tuhan (iman), dan hidup menurut jalan-Nya (melakukan Taurat). Perhatikan disini iman adalah yang mula-mula dan langsung dikaitkan dengan ketaatan. Kemudian, Tuhan berkata bahwa jika hati mereka berbalik dari-Nya (kehilangan iman), mereka akan binasa. Pandangan Tuhan tentang iman adalah kita harus bertumbuh di dalamnya dengan ketaatan. Jadi harus ada aksi atau perbuatan (Yak 2:17). Bukannya sekedar masalah "percaya" atau tidak. Landasan iman dalam Yudaisme adalah Shema, yang tertulis dalam Ulangan 6:4: Shema Israel Adonai Elohenu Adonai echad. Dengarlah hai Israel, TUHAN Elohimmu, TUHAN itu esa. Shema, kata pertama dari ayat ini, biasanya diterjemahkan menjadi "dengarlah", namun sebetulnya mempunyai arti lebih dalam: "menerima, menyatakan secara tidak langsung iman, komitmen, dan ketaatan."10 10 The Shema, Spirituality and Law in Judaism, Norman Lamm, The Jewish Publication Society, Jerusalem, 1998, p.16 21 Ibrani 3:7-4:2 menceritakan Musa dan bani Israel menerima Injil di padang gurun tetapi mereka binasa. Apakah mereka binasa karena "gagal menjalankan setiap perintah Taurat" ? Bukan, tetapi karena ketidakpercayaan mereka. Surat Ibrani mengatakan bahwa mereka tidak "membangun" apa yang mereka ketahui untuk dilakukan (Taurat) bersama-sama dalam iman. Iman dan ketaatan dalam memelihara Taurat adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Paulus, dalam surat Galatia, menulis tentang tujuan Taurat. Ia membandingkannya dengan seorang pengajar untuk kita menuju iman. Tambah lagi, ia juga berbicara tentang "kutuk hukum Taurat". Satu waktu kelihatan "baik" dan di lain waktu kelihatan "buruk". Bagaimana ini ? Jawabannya terletak pada sifat dualitas Taurat dan tujuannya yang beragam. Satu fungsi Taurat adalah untuk menunjukkan manusia betapa berdosanya ia dan bersalah di hadapan Tuhan yang maha benar. Fungsi ini hanyalah satu bagian dari keseluruhan Taurat. Hanya dengan percaya kepada Tuhan DAN setuju untuk hidup menurut jalan-Nya, manusia dapat beroleh keselamatan (1 Yoh 2:4). Apa yang penting diketahui disini adalah Taurat bukanlah kutuk itu melainkan kutuk itu adalah salah satu bagian daripada Taurat. "Kutuk hukum Taurat" DAN fungsi Taurat sebagai seorang "penjaga" (penunjuk, pengantar) berlaku bagi orang yang belum percaya kepada Tuhan. Kristen dengan ngawur menafsirkan bahwa ketika Paulus bicara tentang Taurat yang bertindak sebagai penjaga sebelum Yeshua, yang ia maksudkan ialah bangsa Yahudi berada di bawah belenggu hukum sampai kedatangan dan kematian Yeshua.11 Ini adalah penafsiran yang bias oleh karena Tuhan tidak pernah berubah. Yang Paulus maksudkan ialah bahwa dalam hidup setiap manusia (kemarin dan hari ini), Taurat berfungsi demikian sampai mereka menerima Yeshua. Setelah seseorang menerima Yeshua, dua aspek dari Taurat itu (menyatakan kutuk dan sebagai penjaga) lenyap. Akan tetapi, 11 The Unity of the Bible, Daniel P. Fuller, 1992, Zondervan Publishing House, Grand Rapids MI, p. 346-359. 22 peranan Taurat sebagai Firman Tuhan yang menerangkan bagaimana kita hidup di hadapan-Nya tetap berlanjut. Taurat sebagai pengajaran cara hidup di hadapan Tuhan, supaya baik keadaanmu, adalah sisi lain dari dualitas Taurat – sebuah berkat bagi kita untuk hidup, dan firman Tuhan untuk kita supaya kita bisa semakin dekat dengan-Nya, seperti Daud berkata "Engkau dekat, ya TUHAN" (Mzm 119:151). Taurat memuat 613 buah perintah. 365 buah diantaranya adalah perintah "negatif" (larangan). Anda bisa mengenalinya dengan perintah yang diawali dengan "Janganlah kamu". Tujuan dari perintah negatif ini adalah: a) menunjukkan (juga merangsang) dosa, b) menunjukkan kepada manusia ia terkutuk karena dosanya, c) menunjukkan bahwa Tuhan adalah sumber keselamatan. 248 perintah sisanya adalah perintah "positif". Tujuan perintah positif ini adalah memperlihatkan kepada kita hal-hal yang dihendaki Tuhan supaya dilakukan oleh kita SETELAH kita beriman kepada-Nya. Sebagai orang percaya, kita tentu tidak lagi berada di bawah perintah "Janganlah kamu", oleh karena sekarang kita telah beriman kepada Tuhan dan diselamatkan. Dengan tidak lagi "berada di bawah Hukum", bukan berarti sekarang kita bebas mencuri, membunuh, atau melanggar perintah Taurat Tuhan. Disini maksudnya kita tentu tidak lagi melakukan hal-hal semacam itu oleh sebab sekarang kita sudah beriman kepada Tuhan dan hidup untuk-Nya. Kita sudah tidak lagi berada di bawah kutuk dari perintah-perintah negatif itu. Singkatnya, inilah yang diajarkan Paulus dalam surat-suratnya: Berusaha memperoleh keselamatan dengan mengerjakan Taurat menurut anda sendiri, tanpa disertai dengan iman, adalah kutuk dari hukum Taurat. Membaca dan memahami "Perjanjian Baru" dengan pengertian dan sudut pandang Ibrani darimana Paulus berasal, mampu menghilangkan silang-sengketa pandangan-pandangan (yang salah) mengenai pernyataan-pernyataan Paulus tentang hukum Taurat. Kemana saja ia pergi, Paulus mengajar melawan ajaran "populer" yang mengatakan bahwa anda dapat memperoleh keselamatan dengan menuruti segala 23 perintah Taurat (legalistis). Namun demikian ia tidak pernah mengajar untuk melepaskan Taurat dari bagian kehidupan setiap orang percaya. 24 Bagian 4 Kesulitan Kristen memahami "Hukum" Seperti yang sudah dijelaskan, pandangan Ibrani terhadap iman bukan semata-mata "percaya" kepada Tuhan. Bahkan setan-setan pun percaya kepada-Nya (Yak 2:19) dan mengenali siapa Yeshua (Mat 8:29). Setelah bertobat (teshuvah) dalam iman, kita sekarang menjadikan Taurat sebagai buku panduan kita bagaimana hidup menurut kehendak-Nya. Keseluruhan Taurat adalah "hukum yang memerdekakan" yang harus kita turuti (Yak 1:25;2:12). Kita tidak dapat mengambil dan memilih mana saja perintah Taurat yang hendak kita kerjakan (Yak 2:10-11). Dalam hal ini terletak masalah yang cukup berarti dengan penafsiran Alkitab Kristen. Saat mendefinisikan "iman", Kristen kurang memberi perhatian kepada fakta bahwa dalam Alkitab Ibrani, termasuk "Perjanjian Baru", para penulisnya (yang juga orang Ibrani) mempunyai pandangan yang berbeda tentang arti "iman" sebagaimana yang diajarkan dalam budaya mereka. Cara pandang mereka ini jelas tidak sama dengan cara pandang non-Ibrani yang anda pakai. Anda boleh saja mempunyai Alkitab dengan paralel teks bahasa Yunani terbaik di dunia, tetapi jika anda tidak menempatkan teks "Perjanjian Baru" kembali ke dalam konteks budaya Ibrani pada abad pertama Masehi, anda tidak akan sampai kepada pemahaman yang tepat. Sebagai contoh, Kristen terutama dari kalangan Protestan, mengalami kesulitan menerangkan bagian dari Surat Yakobus – terutama ayatayat semacam ini: "Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan karena perbuatanperbuatannya dan bukan hanya karena iman." (Yakobus 2:24) Pencetus gerakan Protestan, Martin Luther, sangat memprihatinkan keberadaan Surat Yakobus dalam Alkitab karena kitab ini mengajarkan perlunya perbuatan disamping iman. Luther terlalu tenggelam dalam pengaruh Hellenisasi untuk memahami apa yang penulis Ibrani ini (Ya’aqov, saudara Yeshua) katakan. Luther juga 25 mengeyampingkan Taurat karena sebab ini. Baginya perbuatan tidak ada tempat dan keselamatan datang dari iman saja. Titik. Karena cara pikir yang anti-Taurat, Surat Yakobus (bersama dengan kitab lainnya) terus menerus disalah-pahami. Misalnya saja, ketika Yakobus membuat pernyataan yang POSITIF tentang "Hukum", seperti ayat di bawah, maka hal ini dianggap bahwa bukan Taurat yang dimaksud oleh Yakobus. "Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengarkan untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya." (Yakobus 1:25) Penulis dan pengajar Kristen yang termasyhur, J. Vernon McGee memberikan penjelasannya tentang ayat ini: "’Hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang’ ini bukanlah hukum Musa; ini adalah hukum kasih karunia. Yakobus tidak berbicara tentang hukum disini dalam pengertian yang sama dengan Paulus. Ketika Paulus berbicara tentang hukum, yang ia maksudkan adalah hukum Musa. Ketika Yakobus berbicara tentang hukum, yang ia maksud adalah hukum iman. Ada kasih dalam hukum Perjanjian Lama dan ada kasih dalam hukum Perjanjian Baru." 12 McGee tidak memberikan bukti pendukung mengapa ia sampai pada kesimpulan Paulus berkata A dan Yakobus berkata B. Penjelasannya mengapa hukum yang dibicarakan Yakobus berbeda dengan hukum yang dibicarakan Paulus adalah berdasarkan pandangan teologi Kristen terhadap "Hukum" seperti berikut: "Hukum" yang dibicarakan Paulus adalah hukum dalam Perjanjian Lama yang mana ia mengajarkan bahwa hukum itu sudah dilepaskan. Karena Yakobus memberikan pernyataan yang positif tentang "Hukum" maka "hukum yang baik ini" pastilah tidak sama dengan "hukum yang buruk" yang dibicarakan Paulus. Jadi ini berarti sesuatu yang lain, sesuatu yang dinamakan "hukum kasih karunia". 12 Thru the Bible Commentary Series, James, J. Vernon McGee, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1991, p. 68. 26 Pengajar Kristen akan menunjukkan ayat-ayat dari "Perjanjian Baru" untuk membuktikan bahwa "Hukum" Taurat telah berakhir. Dalam bukunya, pada bagian "The End of Law", Charles Ryrie menulis tiga klaim berikut: 1. "Konsili Yerusalem menyelesaikan masalah ini dengan cepat dan tegas (Kisah Para Rasul 15)…Petrus menyatakan bahwa hukum Taurat sebagai kuk yang tidak dapat dipikul…mereka tidak mencoba menempatkan orang percaya di bawah hukum Taurat…mereka menyadari bahwa hukum Taurat telah berakhir." 2. "Dalam 2 Korintus 3:7-11 Paulus bahkan menyatakan bahwa bagian dari hukum Taurat yang tertulis di atas lohloh batu (Sepuluh Perintah) telah selesai. Ia dengan berani menamakan bagian moral dari hukum Taurat sebagai pelayanan untuk maut dan kutukan, tetapi puji Tuhan, ini semua sudah digantikan dengan Perjanjian Baru yang membawa kehidupan dan pembenaran." 3. Dalam Ibrani 7:11-12…jika hukum Taurat tidak ditiadakan, berarti imamat bani Lewi masih berlaku, dan dengan begitu Kristus belum menjadi Imam Besar kita saat ini. Tetapi ketika Kristus menjadi Imam Besar kita, maka hukum Taurat tidak lagi berlaku dan mengikat kita." 13 Sayangnya, kesimpulan Ryrie dihasilkan dari pemahaman Alkitab melalui bias anti-Taurat yang sama. Penafsiran dari ketiga ayat yang sama berdasarkan sikap pro-Taurat dan konteks-sensitif, akan nampak seperti ini: 1. Kisah Para Rasul 15 – Konsili Yerusalem diadakan untuk memecahkan masalah apakah orang-orang bukan Yahudi harus membuktikan diri mereka dengan mengerjakan Taurat dahulu SEBELUM memperoleh keselamatan (15:1). Injil saat itu telah menyebar ke negeri-negeri lain yang dihuni oleh para penyembah berhala. Dan mereka, orang-orang yang baru percaya, menerima sistem kepercayaan Yahudi langsung 13 Basic Theology - A Popular Systematic Guide To Understanding Biblical Truth, Charles C. Ryrie, 1986, SP Publications Inc., Victor Books, Wheaton IL, p. 304. 27 melalui Mesias, tidak perlu lagi melalui sistem konversi tradisional Yahudi seperti sebelumnya. Ini boleh dibilang "cara baru", tetapi Tuhan sendiri telah menegaskan hal ini (15:8). Tetapi, sulit bagi beberapa orang Yahudi menerima "penerimaan instan" seperti ini karena orang-orang penyembah berhala yang baru bertobat itu tidak tahu apa-apa tentang Taurat dan seringkali masih membawa-bawa cara beribadah mereka yang dulu. Hal ini sangat mengerikan bagi orang-orang Yahudi karena dalam pemahaman Yahudi dosa seseorang bisa membawa dampak kepada seluruh bangsa. Dalam sistem konversi tradisional, seseorang diwajibkan mempelajari dan menguasai terlebih dahulu seluruh Taurat sebelum diterima sebagai bagian dari umat Tuhan. Tetapi sidang konsili memutuskan bahwa begitu mereka menerima Yeshua, mereka cukup memenuhi perintah minimal dalam Taurat (15:20). Sidang tersebut memberikan perintah Taurat yang paling dasar dengan pengertian bahwa mereka akan belajar lebih banyak tentang Taurat Musa nantinya ketika datang beribadah di sinagoga (Ini adalah penjelasan dari ayat 15:21). Komentar Petrus dalam ayat 10 maksudnya adalah jika Tuhan memerintahkan pelaksanaan Taurat yang sempurna sebagai syarat untuk menerima (beriman kepada) Yeshua, maka mereka semua akan gagal karena tidak ada yang dapat mengerjakan Taurat dengan sempurna tanpa iman. 2. 28 2 Korintus 3:7-11 – Paulus tidak menamakan "bagian moral dari hukum Taurat sebagai pelayanan untuk maut dan kutukan". Melainkan apa yang ia maksud adalah hanya Roh Kudus, yang kita terima melalui iman, memberikan hidup atas huruf-huruf Taurat. Jika kita mencoba mengerjakannya tanpa Roh Kudus (dalam iman), pastilah akan membawa binasa (kutuk Hukum Taurat). Paulus juga mengajarkan hal ini dalam Roma pasal 8, tulisnya bahwa barangsiapa datang kepada iman, hidup menurut Roh, tidak lagi dipersalahkan menurut Taurat. Jadi bukannya hukum Taurat yang dibuang jauh, tetapi selubungnya (mengerjakan Taurat membabi-buta tanpa iman) yang dibuang (disunat) melalui iman kepada Yeshua. 3. Ibrani 7:11-12 – Surat Ibrani berisi banyak ajaran Yahudi yang kurang dipahami Kristen. Memang surat ini ditujukan khusus kepada orang Ibrani. Bayangkan, bagaimana anda bisa mendapatkan pemahaman yang sempurna dari kitab ini jika anda membacanya dengan cara pikir Hellenistis. Ibrani menunjuk Yeshua sebagai korban keselamatan Yom Kippur yang permanen, satu kali untuk selama-lamanya. ImamatNya merupakan bagian daripada imamat surgawi, yang diawali oleh Adam dan diteruskan oleh "anak sulung" (atau khususnya seseorang yang berhak atas hak kesulungan, misalnya Set, Sem, Yakub). Tujuan Tuhan adalah agar anak sulung dari setiap keluarga meneruskan peran sebagai imam, tetapi hal ini diserongkan oleh dosa penyembahan anak lembu emas sehingga peran imam ini dialihkan kepada bani Lewi saja.14 Dengan imamat Yeshua, peran dari Imam Besar (cohen hagadol) pada saat Yom Kippur telah berubah. Dan ini artinya imamat dikembalikan kepada "anak sulung". Perjanjian di Gunung Sinai sendiri tidak dengan sendirinya rusak. Dosa manusia-lah (yang telah berjanji akan menaati Taurat) yang menyebabkan Perjanjian itu dianggap rusak (Ibr 8:8). Perjanjian yang baru (yang diperbaharui), pada dasarnya adalah Perjanjian yang sama. "Perbedaannya" adalah bahwa Perjanjian yang baru tidak didasarkan oleh janji yang keluar dari manusia yang berdosa, tetapi oleh janji Mesias, yang imamat-Nya adalah kekal (Ibr 5:6-9; 7:20-22; 8:6). Kematian Yeshua tidak membatalkan atau mengubah bagian tertentu dari Taurat, termasuk ibadah korban persembahan (yang bertujuan untuk pendamaian dosa BUKAN untuk keselamatan). Surat Ibrani menaruh perhatian pada korban keselamatan dalam Yom Kippur, bukan pada korban persembahan yang lain. Satu hal lagi, kita BELUM masuk dalam Perjanjian Baru (Yer 31:36; Ibr 8:13). Kitab Yehezkiel dan Wahyu memperlihatkan ibadah korban persembahan (di luar korban Yom Kippur) akan kembali diadakan pada masa 1000 tahun ketika Bait Elohim dibangun kembali di atas Gunung Moriah dan Yeshua akan datang kembali ke dunia untuk memerintah atas manusia dalam kerajaan-Nya. Tidak pernah ada kejadian dimana Perjanjian 14 Literatur Yahudi di luar Alkitab memberikan gambaran tentang hal ini, seperti dalam: Midrash Rabbah Genesis LXXXV:1; Midrash Rabbah Exodus V:7; Midrash Rabbah Numbers IV:8; Zohar, Bereshit Section 1, page 176a. (Soncino) 29 Tuhan atau bagian tertentu daripadanya yang mengalami perubahan atau pembatalan. Ketika Tuhan mengadakan Perjanjian dengan Abraham, Ia tidak membatalkan Perjanjian sebelumnya dengan Nuh. Begitu pula ketika Ia mengadakan Perjanjian dengan bangsa Israel di Gunung Sinai, Ia tidak membatalkan Perjanjian-Nya dengan Abraham. Sunat sebagai tanda Perjanjian dengan Abraham kembali diperteguh dalam Perjanjian di Gunung Sinai. Tidak ada satu kasus pun dimana Tuhan membatalkan Taurat. Hal ini digenapi, seperti kata penulis David Stern, "dalam kerangka satu Taurat yang kekal".15 Anehnya, Charles Ryrie mengakui bahwa orang Yahudi memandang Taurat sebagai satu kesatuan. Berbicara tentang hal itu, Ryrie menulis: "Hukum Taurat merupakan satu kesatuan…Yakobus memandang hukum Taurat sebagai satu kesatuan. Ia menentang pengerjaan Taurat yang setengah-setengah karena pelanggaran satu perintah saja, katanya, membuat manusia itu bersalah atas seluruh Taurat (Yakobus 2:10). Ia tidak mungkin sampai pada kesimpulan demikian jika Taurat bukanlah satu kesatuan." 16 Ryrie mengakui ada kesulitan untuk memahami bagaimana hukum Taurat masih diterapkan bagi orang Kristen. Ia menulis: "hukum Kristus memuat beberapa perintah baru…beberapa yang lama…dan beberapa yang disesuaikan." 17 Ryrie benar tentang kesatuan seluruh perintah Taurat (Mat 5:18-19; Gal 3:10,12; 5:3; Yak 2:10-11). Maka lalu timbul pertanyaan : Jika a) orang Yahudi memandang Taurat sebagai satu kesatuan b) Yakobus dan Paulus mengajarkan kesatuan Taurat dalam surat mereka, dan c) Yeshua mengajarkan kesatuan Taurat dengan mengatakan tidak satu bagian terkecil pun dari Taurat yang dibatalkan oleh-Nya – maka bagaimana orang Kristen bisa memilih perintah-perintah tertentu saja lalu menerapkannya sebagai "hukum Kristus" ? Bagaimana orang 15 Jewish New Testament Commentary, David Stern, (Jewish New Testament Publication, Inc., 4th edition, 1995), penjelasan Surat Ibrani 10:8-10. 16 Basic Theology - A Popular Systematic Guide To Understanding Biblical Truth, Charles C. Ryrie, 1986, SP Publications Inc., Victor Books, Wheaton IL, p. 303. 17 ibid p. 305. 30 Kristen bisa bersikap "ambillah perintah-perintah yang kita kehendaki saja, sisanya boleh diabaikan" ? Tidak ada dasar untuk melakukan hal demikian menurut kepercayaan Yahudi yang dianut Yeshua dan para pengikut-Nya. Yeshua sendiri berkata, "Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan." (Mat 23:23b) Bagaimana perubahan teologi ini terjadi akan dijelaskan dalam bagian berikutnya. Sistem kepercayaan Yahudi Messianis yang berbasiskan Taurat adalah satu-satunya "agama" yang Tuhan ciptakan. Ini adalah kepercayaan Yeshua dan kepercayaan Paulus (lebih tepatnya Rabbi Sha’ul) sebelum DAN sesudah pertobatannya di jalan menuju Damsyik. Ini adalah kepercayaan seluruh penulis "Perjanjian Baru" dan kepercayaan komunitas Messianis mula-mula pada abad pertama – yang dikenal sebagai sekte Nasrani (Kis 24:5) atau Jalan Tuhan (Kis 24:14). Sistem kepercayaan Yahudi Messianis yang berbasiskan Taurat adalah agama yang selalu menekankan keselamatan oleh karena iman – iman menurut pemahaman Yeshua Sang Mesias Yahudi, saudara-Nya Ya’aqov dan Yehuda, dan rasul-rasul-Nya, Kefa, Mattityahu, Yochanan, dan Sha’ul – bukan iman menurut definisi westernisasi orang-orang Yunani/Romawi. Kasus: Bagaimana Kristen Memandang hari Sabat Kristen mengajarkan bahwa Paulus berkata karena sekarang kita telah percaya kepada Yesus, kita tidak lagi berada di bawah "Hukum", jadi "Hukum" tidak berlaku lagi. Ini merupakan teologia yang membingungkan sebab Kristen tetap memandang bahwa beberapa bagian dari "Hukum" tetap berlaku. Contoh utamanya adalah bagaimana Kristen memandang hari Sabat. Kita diharuskan menaati 10 Perintah Taurat. Namun demikian perintah untuk memelihara hari Sabat, yang termasuk ke dalam 10 perintah tersebut, tidak ditaati lagi. Kristen mengatakan bahwa hal ini telah "diubah" oleh Tuhan. Seperti yang ditulis penulis Kristen James Montgomery Boice berikut: 31 "Pertama, hari Sabat adalah kebiasaan unik orang Yahudi dan tidak dimaksudkan atau diperintahkan kepada bangsa lain, baik dulu maupun sekarang. Hal ini berbeda dengan perintah-perintah lainnya yang secara umum kita jumpai di dalam hukum-hukum [agama] kuno lainnya. Para pendukung hari Sabat seringkali menggunakan Kejadian 2:2-3 (yang dirujuk dalam perintah keempat) untuk memperlihatkan hal sebaliknya…Untuk tegasnya begini, ayat ini tidak menunjukkan bahwa Tuhan menetapkan hari Sabat pada saat penciptaan; namun ada beberapa ayat yang memperlihatkan bahwa Ia melakukan hal itu di kemudian waktu. Dua di antaranya adalah Nehemia 9:13-14… Ayat-ayat tersebut menghubungkan penetapan aturan tentang hari Sabat di Gunung Sinai dan secara tidak langsung menunjukkan bahwa hari Sabat tidak dikenal dan tidak dirayakan sebelum waktu itu. Ayat lainnya yang penting adalah dalam Keluaran…(Kel 31:12-17). Ayat-ayat tersebut menggambarkan hari Sabat sebagai sebuah tanda perjanjian antara Tuhan dan bangsa Israel; begitu pentingnya sehingga sampai diulangi dua kali. Jadi sulit dimengerti bagaimana perintah hari Sabat dikatakan juga berlaku untuk bangsa lain ? Justru sebaliknya, memelihara hari Sabat adalah tanda untuk membedakan bangsa Israel dari bangsa lain, sama seperti halnya perintah sunat. Tetapi bagaimana dengan hari Minggu ? Minggu adalah hari lain yang ditetapkan Tuhan, namun untuk Gereja bukan untuk bangsa Israel dan dengan karakteristik yang berbeda tentunya. Hari Sabat adalah waktu untuk beristirahat dan terbebas dari segala aktivitas. Dan kegagalan untuk beristirahat membawa hukuman bagi para pelanggarnya. Berlawanan dengan Sabat, hari Minggu adalah hari penuh sukacita, aktivitas, dan pengharapan… Fakta bahwa hari Minggu telah ditetapkan menggantikan hari Sabat terlihat dalam cara beribadah gereja mulamula." 18 Sayangnya, bukti yang disodorkan Boice ini penuh dengan ketidakakuratan dan ketidak-benaran: ! Mengenai "perintah hari Sabat ditujukan hanya untuk bangsa Israel" – ketetapan atau perintah apakah yang diberikan Tuhan kepada bangsa lain SELAIN bangsa Israel ? Tidak ada. Setiap perintah yang Ia berikan kepada bangsa Israel 18 Foundations of the Christian Faith, James Montgomery Boice, 1986, InterVarsity Press, Downsers Grove, IL, p.234 32 adalah untuk menjadikan mereka umat-Nya, sebagai terang bagi dunia (Yesaya 49:5-6; Lukas 2:32). Fakta adanya bagian-bagian dari Taurat yang terkandung dalam agama bangsa-bangsa lain tidak dapat dijadikan bukti bahwa hari Sabat hanya untuk bangsa Israel. Tuhan membuat satu bangsa berbeda dari bangsa lain supaya mereka membawa firman-Nya (Taurat) itu kepada dunia. Tuhan juga berfirman bahwa hukum-Nya berlaku sama, untuk bangsa Israel dan orang asing yang tinggal bersama-sama bangsa Israel (Imamat 24:22). Dan faktanya, dalam Keluaran 12:48-49, Tuhan berfirman "satu Hukum untuk bangsa Israel dan nonIsrael" – dan ini terjadi sebelum peristiwa Gunung Sinai. Dalam Yesaya 51:4-5 dan 56:1-8, Tuhan kembali berfirman tentang posisi orang non-Israel terhadap Taurat-Nya. ! Tuhan sendiri yang menghubungkan perintah hari Sabat dengan pekerjaan-Nya pada waktu penciptaan. Ia berfirman dengan jelas oleh sebab itulah hari Sabat dikuduskan (Keluaran 20:11). ! Acuan dalam Nehemia sama sekali tidak mengimplikasikan hal demikian. Bangsa Israel telah memelihara Sabat bahkan sebelum di Gunung Sinai, seperti yang tertulis dalam Keluaran 16:25-26 dan juga dalam literatur-literatur Yahudi. ! Tentang pertanyaan Boice, "bagaimana perintah hari Sabat dikatakan juga berlaku untuk bangsa lain ?" – sekali lagi poin yang hilang ialah bahwa Taurat adalah firman Tuhan untuk seluruh dunia, bukan sekumpulan aturan khusus untuk orang Israel. Tuhan membuat jelas bahwa orang non-Israel suatu hari nanti akan bergabung dengan Israel dalam satu kepercayaan untuk menyembah-Nya. Orang non-Israel tidak akan memiliki kepercayaan baru yang terpisah dari bangsa Israel (Yesaya 54:1-3). Paulus mengulanginya kembali dalam Efesus 2:10-12 dimana ia mengatakan bahwa orang-orang percaya bukan Yahudi tidak lagi asing terhadap perjanjian dan hukum Israel – dan ini termasuk perintah hari Sabat. ! Alkitab dan fakta sejarah membuktikan gagasan bahwa Tuhan "mengubah" Sabat menjadi hari Minggu adalah tidak benar. Pembuktikan bahwa gagasan ini "ada di dalam 33 Alkitab" dihasilkan dari terjemahan beberapa ayat Alkitab yang salah dan di luar konteks.19 Ingatlah firman ini, "Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah." (Maleakhi 3:6) ! Hari Sabat adalah lebih dari sekedar "hari peristirahatan". Pernyataan bahwa "kegagalan beristirahat membawa hukuman" adalah tidak akurat. Hari Sabat memang hari beristirahat dari segala akitivitas kita dalam mencari nafkah dan kesenangan duniawi, akan tetapi hari Sabat adalah hari yang penuh dengan aktivitas ibadah, belajar dan memuji Tuhan. Sejarah menunjukkan bahwa ibadah hari Minggu untuk menggantikan ibadah Sabat adalah tradisi manusia, terutama pada masa awal Gereja Roma. Ini merupakan bahasan utama dalam Konsili di Trent, yang diadakan di Italia Utara (1545-1563). Wakil Paus, Uskup Agung Reggio, membungkam argumen "sola scriptura"-nya Martin Luther dan para pembaharu Protestan ketika ia dengan benar menyatakan: "Kaum Protestan mengklaim bersandar kepada firman yang tertulis saja; mereka menyatakan berpegang hanya kepada Alkitab sebagai standar iman. Mereka membenarkan pemberontakan mereka dengan dalih Gereja telah menyelewengkan firman yang tertulis dan mengikuti tradisi-tradisi. Sekarang klaim kaum Protestan bahwa mereka bersandar hanya kepada firman yang tertulis ternyata tidak benar. Pengakuan mereka bahwa mereka berpegang hanya kepada Alkitab adalah bohong. Buktinya…firman yang tertulis dengan eksplisit memerintahkan untuk memelihara hari ketujuh sebagai Sabat. Namun mereka tidak memelihara hari ketujuh itu, tapi malah menolaknya. Jika mereka sungguh-sungguh berpegang hanya kepada Alkitab, mereka akan memelihara hari ketujuh itu sebagaimana diperintahkan sepanjang Alkitab. Tapi mereka bukan saja menolak memelihara Sabat seperti yang diperintahkan dalam firman yang tertulis, malahan mereka mengadopsi, dan mempraktekkan, ibadah hari Minggu, yang hanya merupakan tradisi Gereja. Maka dari itu klaim sola scriptura mereka telah gagal dan bahwa "Kitab suci dan 19 Buku yang membahas hal in secara detil adalah From Sabbath to Sunday, Samuele Bacchiocchi, 1977, The Pontifical Gregorian University Press, Roma). Riset yang dilakukan Bacchiocchi memperlihatkan bagaimana perubahan Sabat dan hari-hari raya Alkitab lainnya dicetuskan oleh sikap anti-Yahudi para "Bapa Gereja". 34 tradisi adalah sama pentingnya" justru dibenarkan. Biar kaum Protestan sendirilah yang jadi hakimnya." Hari Sabat : beban atau sukacita? Ada semacam miskonsepsi pada sebagian orang bahwa perintah hari Sabat hanya menyusahkan manusia saja. Contohnya seperti kisah berikut ini. Seorang anak kecil menanyai ibunya apakah ia dapat pergi bermain. Lalu ibunya menjawab, "kamu tidak boleh pergi bermain, sebab seseorang tidak boleh melakukan hal itu pada hari Sabat." Namun anak itu tetap mendesak, "Ibu, izinkanlah aku pergi." Akhirnya, ibunya menyerah sembari menjawab, "baiklah, kamu bisa pergi dan bermain, namun dengan satu syarat, jangan bersenangsenang sambil bermain, sebab bagaimanapun hari ini adalah hari Sabat." Pengertian Sabat disini terlanjur diartikan sebagai hari yang penuh beban karena kita dituntut untuk tidak boleh ini, tidak boleh itu. Padahal dalam kitab nabi Yesaya hari Sabat dinamakan sebagai "hari kenikmatan" (Yesaya 58:13-14). Dalam sebuah midrash dikatakan: "Mungkin kamu mengira bahwa Aku memberikan kepadamu hari Sabat untuk menyusahkanmu; Aku sesungguhnya memberimu Sabat untuk menyenangkan kamu. Menguduskan hari ketujuh bukan berarti kamu mesti menyengsarakan dirimu, tetapi sebaliknya engkau harus menguduskannya dengan seluruh hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan seluruh perasaanmu. Sucikanlah hari itu dengan memilih makananmu, dengan memakai pakaian yang indah; penuhilah jiwamu dengan kesenangan dan Aku akan memberi upah untuk kesenangan itu." (Deuteronomy Rabba 3,1) Yeshua pun berkata bahwa Sabat diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk Sabat. Oleh sebab itu pergunakanlah Sabat sebagai hari sukacita dimana kamu bisa memanfaatkan 24 jam penuh khusus untuk Tuhan. Tentu saja bukan berarti anda tidak boleh mempergunakan hari-hari lain untuk Tuhan, tetapi sediakan satu hari spesial – Sabat – supaya menjadi tanda bahwa TUHAN adalah Elohim kita (Yeh 20:20). Tuhan sendiri berfirman tentang hubungan antara orang-orang percaya yang bukan Yahudi dengan Sabat dan Taurat: 35 "Berbahagialah orang yang melakukannya, dan anak manusia yang berpegang kepadanya: yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang menahan diri dari setiap perbuatan jahat. Janganlah orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN berkata: "Sudah tentu TUHAN hendak memisahkan aku dari pada umat-Nya"; dan janganlah orang kebiri berkata: "Sesungguhnya, aku ini pohon yang kering." Sebab beginilah firman TUHAN: "Kepada orang-orang kebiri yang memelihara hari-hari Sabat-Ku dan yang memilih apa yang Kukehendaki dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, kepada mereka akan Kuberikan dalam rumah-Ku dan di lingkungan tembok-tembok kediaman-Ku suatu tanda peringatan dan nama--itu lebih baik dari pada anak-anak lelaki dan perempuan-,suatu nama abadi yang tidak akan lenyap akan Kuberikan kepada mereka. Dan orang-orang asing yang menggabungkan diri kepada TUHAN untuk melayani Dia, untuk mengasihi nama TUHAN dan untuk menjadi hamba-hamba-Nya, semuanya yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang berpegang kepada perjanjian-Ku, mereka akan Kubawa ke gunung-Ku yang kudus dan akan Kuberi kesukaan di rumah doa-Ku. Aku akan berkenan kepada korban-korban bakaran dan korban-korban sembelihan mereka yang dipersembahkan di atas mezbah-Ku, sebab rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa." (Yesaya 56:2-7) Menurut kitab Yesaya, orang-orang bukan Yahudi manakah yang bakal mendapatkan berkat Tuhan ? Yaitu mereka yang memelihara Taurat-Nya. Kitab Wahyu meneguhkannya demikian: "Blessed are they that do His commandments, that they may have right to the tree of life, and may enter in through the gates into the city." (King James Bible, Wahyu 22:14) 36 Bagian 5 Bagaimana pandangan Kristen terhadap Taurat bermula ? Kekeliruan cara pandang Kristen terhadap Taurat dan juga "Perjanjian Baru" disebabkan oleh penafsiran yang dilakukan dengan cara-cara non-Ibrani dan banyak mengabaikan konteks historis yang ada. Ini adalah bagian dari permasalahan. Jika anda mempunyai wawasan yang salah tentang budaya pada masa itu, anda akan tiba pada kesimpulan yang keliru, yang pada gilirannya akan menghasilkan doktrin yang salah. Sebagai contoh ketidak-pedulian akan konteks historis/budaya terdapat pada bukunya J. Vernon McGee yang sudah disebutkan sebelumnya. Pengajar Kristen ini menjelaskan kata kumpulan (assembly) yang ditemukan dalam Yakobus 2:2 seperti berikut: "Kata kumpulan (assembly) disini berarti sinagoga. Jelas sekali disini orang-orang Jewish Christian menyebut tempat dimana mereka berkumpul sebuah sinagoga. Mereka tidak membangun gedung khusus dan secara teratur berkumpul di rumah-rumah jemaat, namun ada kemungkinan di banyak tempat mereka menyewa sebuah sinagoga. Mereka bertemu di hari Minggu dan bukan hari Sabtu supaya tidak bertubrukan dengan pertemuan orang-orang Yahudi." 20 Sayangnya, orang-orang Kristen akan membaca tulisan tersebut apa adanya dan menerimanya sebagai "fakta" – lagipula ini kan penjelasan dari orang yang terkenal, maka sudah pasti benar. Sayangnya lagi, penjelasan Bapak McGee ini penuh dengan kesalahan dan semakin menambah kekeliruan umat Kristen. Dari hasil analisis pernyataan di atas terungkap kekeliruan yang mesti diluruskan: 1. "Jewish Christian" – Tidak ada sebetulnya apa yang dinamakan "orang-orang Jewish Christian". Ini adalah sebuah istilah modern. Penggunaan istilah ini mendukung pendapat 20 Thru the Bible Commentary Series, James, J. Vernon McGee, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1991, p. 56. 37 bahwa orang Yahudi pengikut Yeshua yang mula-mula telah berpindah agama dari Yudaisme ke Kristen. Penggunaan kata Kristen sendiri baru muncul kemudian untuk mengacu kepada orang percaya di Antiokhia (Kis 11:26) dan istilah ini mula-mula digunakan oleh penguasa Romawi sebagai kata hinaan.21 2. Mereka "menyebut tempat dimana mereka berkumpul sebuah sinagoga" karena satu dari dua kemungkinan. Mereka bisa jadi menggunakan bangunan sinagoga atau mereka berkumpul di suatu gedung lain yang masih di berada di dalam lingkungan sinagoga. Bukan saja "kekristenan" belum ada pada waktu itu, juga halnya tidak ada kumpulan "Kristen" yang dapat terorganisasi dan berkumpul, karena hal ini tidak diizinkan oleh penguasa Romawi. Orang Yahudi sebaliknya mempunyai izin untuk itu, di bawah hukum Romawi.22 Di samping itu, jemaat mula-mula tetap datang mengunjungi Bait Elohim (Kis 2:46) dan sinagoga-sinagoga, termasuk orang-orang bukan Yahudi, karena ini satu-satunya tempat dimana Alkitab dibacakan dan mereka bisa belajar Taurat (Kis 15:21). 3. "Menyewa sebuah sinagoga" – Ini adalah contoh bagaimana sebuah pernyataan yang menggelikan disebar-luaskan sebagai "pengetahuan". Adalah illegal bagi orang Yahudi untuk menyewakan bangunan mereka kepada kelompok mana saja kecuali kalau mereka mau kena sanksi dari penguasa Romawi. Para pengikut Yeshua mempunyai hak penuh sebagai orang Yahudi untuk terus beribadah secara normal di sinagoga. 21 Ada petunjuk bahwa kata Kristen disisipkan kemudian ke dalam Perjanjian Baru karena pada sejumlah manuskrip tua dijumpai kata "pemberi sedekah" (dan bukannya Kristen). Ini nampak seperti sebuah bentuk pelecehan dari orang-orang Romawi karena "pemberian sedekah" merupakan istilah dan praktek ibadah dari orang Yahudi. Ini menunjukkan bahwa orang-orang percaya bukan Yahudi di Antiokhia "telah menjadi seperti Yahudi" dalam iman baru mereka. Bagi orang Romawi, menjadi seperti Yahudi adalah memalukan. 22 The Mystery of Romans, Mark Nanos, 1996, Fortress Press, Minneapolis, pp. 64-68. Julius Caesar sangat menaruh hormat terhadap agama kuno dan memberikan orang Yahudi hak legal yang disebut collegia, mengizinkan mereka untuk berkumpul, memerintah dan menarik pajak sendiri, dan menerapkan aturan-aturan mereka sendiri. Orang Yahudi adalah satu-satunya bangsa yang diberikan hak demikian. Hal ini menimbulkan kebencian di antara penduduk Romawi lainnya. 38 4. "Mereka bertemu di hari Minggu" – Pernyataan ini tidak didukung fakta sama sekali. Para pengikut Yeshua tetap berkumpul di sinagoga-sinagoga pada hari Sabat. Praktek ibadah yang umum dilakukan adalah havdallah – berkumpul di rumah setelah matahari terbenam untuk melanjutkan diskusi dan pujian pada ibadah Sabat hari itu. Ini menjelaskan mengapa Paulus dikatakan "berbicara sampai tengah malam" dalam Kisah Para Rasul 20:7. Hari pertama dalam seminggu bagi orang Yahudi (seperti Paulus) dimulai pada saat matahari terbenam di akhir hari Sabat – yakni hari Sabtu bukan hari Minggu.23 5. Lagi, mereka "tidak bertubrukan dengan pertemuan orangorang Yahudi" karena mereka tetap adalah orang Yahudi dan tetap mendatangi sinagoga bersama-sama saudara mereka yang belum menerima Yeshua. Sejarah singkat asal mula Gereja Kristen dan doktrinnya Bagaimana bisa kepercayaan Yahudi Messianis yang berbasiskan Taurat seperti ini… ! "Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu jot atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang paling tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:1819) ! Mendengar itu mereka memuliakan Tuhan. Lalu mereka berkata kepada Paulus, " Saudara, lihatlah, beribu-ribu 23 Orang Yahudi memandang sebuah hari dimulai pada saat matahari terbenam di malam hari dan bukan dimulai pada pagi hari seperti penduduk dunia lainnya. Pandangan ini berdasarkan atas kisah penciptaan (Kej 1:3-5). Hari Sabat sendiri dimulai pada Jum’at petang dan berakhir pada Sabtu petang. 39 orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum Taurat." (Kisah Para Rasul 21:20) ! "Aku adalah orang Yahudi, lahir di Tarsus di tanah Kilikia, tetapi dibesarkan di kota ini; dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel di bawah hukum nenek moyang kita, sehingga aku menjadi seorang yang giat bekerja bagi Eloah sama seperti kamu semua pada waktu ini." (Kisah Para Rasul 22:3) ! "Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar." (I Yohanes 2:7) berubah menjadi kepercayaan non-Yahudi yang tidak berbasiskan Taurat seperti ini… ! "Bahwa Kristen mengungguli Yudaisme…", "Paulus mengajarkan bahwa perbudakan hukum Taurat telah berakhir ketika Yesus membebaskan semua manusia." (dari kutipan-kutipan pengarang Kristen yang sudah disajikan di bagian awal) Dalam "Perjanjian Baru" jelas tertulis bahwa Yeshua, para rasul dan para jemaat mula-mula adalah para pelaku Taurat yang taat. Bagaimana ceritanya kondisi seperti ini bisa berkembang menjadi kondisi Gereja Kristen saat ini yang tidak berbasiskan Taurat ? Penguasa Romawi di abad pertama dan kedua sering kali mempunyai masalah dengan propinsi Yudea dan Galilea. Kerusuhan dan pemberontakan berulang kali terjadi di dua propinsi Yahudi itu, dan sampai kepada puncaknya adalah terjadinya dua kali peperangan besar antara bangsa Yahudi dan penguasa Romawi.24 Ada dua peristiwa penting yang terjadi di sekitar masa itu: 1. 24 Yakobus (nama sebenarnya adalah Ya’aqov, saudara Yeshua) mati syahid. Lihat Jerusalem – One City Three Faiths, Karen Amstrong, Alfred A. Knopf, New York, 1996. 40 2. Bait Elohim dihancurkan. Sepeninggal Yeshua, kepemimpinan jemaat diserahkan kepada saudara-Nya, Ya’aqov yang dijuluki Tzaddik (Orang Saleh). Ya’aqov diakui telah memegang peranan yang sangat besar dalam menjembatani hubungan antara kelompok Messianis dengan kelompok Yahudi lainnya.25 Ia memiliki hubungan yang sangat baik dengan orang-orang Farisi dan Esseni, dan hidup sangat keras dan teliti dalam menjalankan Taurat sehingga dikabarkan bahwa ia diperbolehkan untuk memakai jubah imam dan berdoa di Ruang Imam dalam Bait Elohim. Tetapi Ananus, Imam Besar saat itu bukan main sentimennya dengan Yakobus. Pada tahun 62, Ia membawa Yakobus ke hadapan Sanhedrin dan imam-imam Saduki. Oleh hasutan Ananus pula mereka menjatuhkan tuduhan pelanggaran Taurat terhadap Yakobus karena bersikeras mengatakan bahwa Yeshua adalah Sang Mesias. Mereka berseru, "Oh, Tzaddik ini juga ikut-ikutan salah !" Kemudian mereka menyeretnya dan menjatuhkannya dari bubungan Bait Elohim.26 Beberapa orang Farisi berusaha membela Yakobus dan memrotes tindakan Ananus kepada raja Agrippa dan Albinus, wali negeri Romawi. Akibatnya Ananus kemudian dicopot dari jabatan yang baru disandangnya tiga bulan27. Dengan wafatnya Yakobus, hubungan baik antara dua kelompok Yahudi ini makin hari makin menurun. Selang beberapa tahun kemudian, jendral Titus datang memikul tugas berat dari ayahnya, Kaisar Vespasianus, untuk menghadapi bangsa yang amat fanatik dengan agamanya itu. Di saat-saat itulah para pengikut Yeshua teringat akan pesan-Nya: "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orangorang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orangorang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis." (Luk 21:20-22) 25 James the Brother of Jesus, Robert Eisenman, 1997, Penguin Books, New York, NY. Ecclesiastical History, Eusebius, 325. (Buku II bab XXIII) 27 Antiquities of The Jews, Flavius Josephus, 93. (Antiquities 20:9:1) 26 41 Di bawah pimpinan Simeon (juga saudara Yeshua), mereka kemudian mengungsi ke Pella, sebuah kota di seberang sungai Yordan. Seperti apa yang telah diramalkan Yeshua, Yerusalem beserta Bait Elohim akhirnya diluluh-lantakkan oleh pasukan Romawi (70 M). Enam ribu orang Yahudi gugur saat itu dalam mempertahankan Yerusalem. Disinilah timbul perselisihan. Larinya kaum Messianis dari keikutsertaan mempertahankan Yerusalem dinilai sebagai suatu tindakan yang tidak "patriot". Dua kombinasi peristiwa ini menyebabkan terjadinya perpisahan antara orang-orang Yahudi yang percaya kepada Yeshua dengan yang tidak. Sampai akhirnya pada tahun 90, para pemimpin agama Yahudi memutuskan untuk melarang kaum Messianis beribadah lagi di sinagoga. Hal ini menyebabkan komunitas Nasrani (termasuk orangorang bukan Yahudi yang menerima Yeshua) semakin jauh dari orang-orang Yahudi lainnya. Perpisahan ini memberikan peluang bagi orang-orang percaya nonYahudi (yang berlatar belakang dari kultur paganisme) yang tidak mempedulikan keyahudian "kepercayaan" mereka – untuk bersuara lebih besar dalam urusan-urusan komunitas dan penafsiran Alkitab. Polemik anti-Yahudi sudah muncul seawal-awalnya pada tahun 98 dalam ajaran St. Ignatius, uskup Antiokhia – kota dimana istilah Kristen pertama kali dipakai. Ignatius mengatakan kepada orangorang Kristen non-Yahudi agar tidak lagi mengikuti cara beribadah orang-orang Yahudi dan kepada orang-orang Yahudi yang telah menerima Mesias agar menghentikan cara hidup Yahudi mereka. Demikian tulisnya: "tidak masuk akal berbicara tentang Yesus Kristus dengan lidah [Yahudi] dan menumbuhkan harapan dalam pemikiran kepercayaan Yahudi yang sekarang sudah berakhir." 28 Perang Yahudi kedua terjadi pada tahun 135 yang dipicu sebelumnya oleh rencana Kaisar Hadrian untuk membangun Yerusalem menjadi kota metropolis baru dengan nama Aelia Kapitolina. Hadrian juga berencana mendirikan kuil Yupiter dan Venus di atas reruntuhan Bait Elohim. Maka bangkitlah orang Yahudi melawan rencana ini di bawah pimpinan Simon Bar Koseba. Tetapi kekuatan mereka tidaklah sebanding dengan Romawi. Pasukan Romawi membumi-hanguskan 985 kota dan lebih dari setengah juta orang Yahudi tewas dalam 28 Letter to Magnesians, Ignatius, 98. 42 peperangan ini, termasuk di antaranya adalah anggota komunitas Nasrani.29 Hadrian kemudian mengeluarkan undang-undang baru yang melarang orang Yahudi untuk beribadah pada hari Sabat, merayakan hari-hari raya Tuhan, mengadakan upacara-upacara keagamaan, dan membaca Taurat. Inilah saat dimulainya masa Diaspora Yahudi. Rencana Hadrian terus berlanjut, sebuah kota baru berdiri dan Hadrian mendatangkan orang-orang Yunani dan Suriah untuk mengisi kota baru tersebut. Tidak dapat disangkal, beberapa di antara orang-orang itu adalah orang Kristen.30 Orang Yahudi sendiri, termasuk dari golongan Messianis, dilarang untuk mendekati kota Yerusalem dalam radius 150 mil. Apa yang tinggal tersisa sedikit dari komunitas Nasrani ini segera tersingkir oleh kedatangan orang-orang Kristen non-Yahudi itu. Bahkan kepemimpinan komunitas Nasrani – yang turun temurun dipegang oleh kerabat Yeshua: Yakobus, Simeon, Yustus, Zakheus, Tobias, Benyamin, Yohanes, Matias, Filipus, Seneka, Yustus, Lewi, Efres, Yusuf, dan Yudas31 – diambil alih oleh uskup non-Yahudi. Kepemimpinan "Gereja" non-Yahudi yang baru ini kelak mempengaruhi posisi pemerintah Romawi terhadap orang Yahudi dan melahirkan sikap memusuhi apa saja yang berbau Yahudi, termasuk kitab Taurat. Puluhan doktrin-doktrin salah dikembangkan sedinidininya mulai abad kedua. Di antaranya yang mengajarkan bahwa hukum Taurat sebenarnya diberikan untuk menghukum orang Yahudi, bahwa Yerusalem dihancurkan dan diambil dari orang Yahudi karena dosa mereka, dan bahwa "Gereja" sekarang telah menggantikan posisi Israel sebagai umat Tuhan (replacement theology).32 Ambil contoh, pada awal abad kedua, kita mendapati "Bapa Gereja" Yustinus Martyr berkata: "Kami juga, akan turut menjalankan sunat dagingmu itu, hari-hari Sabatmu dan singkat kata semua upacara-upacaramu, jika saja kami tidak mengetahui alasan mengapa itu semua dibebankan kepadamu, yaitu karena dosa-dosamu dan kekerasan hatimu. Kebiasaan sunat, 29 Caesar and Christ, Will Durant, 1944, Simon and Schuster, New York, p. 548. Ecclesiastical History 4:6. Eusebius melaporkan adanya sebuah gereja non-Yahudi di masa itu. 31 Ecclesiastical History 4:5. 32 Kehancuran Yerusalem juga menjadi alasan bagi pihak Gereja Roma untuk mengklaim diri sebagai pusat ajaran "Kristen" yang baru. 30 43 yang diturunkan dari mulai Abraham, diberikan kepadamu sebagai tanda pembeda, untuk memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain dan dari kami, orang Kristen. Tujuan hal ini ialah supaya kamu dan hanya kamu mengalami kesusahan ini yang sekarang pantas kamu terima; dimana negerimu menjadi sunyi, dan kota-kotamu dirubuhkan oleh api, buah-buah yang dihasilkan negerimu dimakan oleh orangorang asing di depan matamu, tidak seorangpun darimu yang diperbolehkan memasuki Yerusalem. Sunat dagingmu itu hanya menjadi tanda supaya kamu dapat dibedakan dari orang-orang lain…seperti yang saya katakan sebelumnya adalah karena dosadosamu dan dosa nenek moyangmu, di antara perintah-perintah lainnya, Tuhan membebankanmu untuk memelihara Sabat untuk menjadi tanda." 33 Pada abad ketiga, kita mendapati pernyataan Origen dari Alexandria yang tersohor itu: "Kami dengan demikian boleh menegaskan dengan keyakinan penuh bahwa orang Yahudi tidak akan kembali lagi ke keadaan mereka semula, oleh sebab mereka telah melakukan kejahatan yang paling keji, dengan mengadakan persengkongkolan melawan Juruselamat manusia…maka itu kota dimana Yesus menderita perlu dihancurkan, bangsa Yahudi dibuang dari negerinya, dan untuk itu bangsa lain telah dipanggil dan dipilih Tuhan." 34 Sikap dari kedua "Bapa Gereja" ini bukanlah hal yang tidak lazim. Pada masa Yeshua dan para rasul, seluruh penduduk dalam Kerajaan Romawi mempunyai sikap bermusuhan dengan bangsa Yahudi karena hak istimewa mereka. Orang-orang cendekiawan Roma pada masa itu banyak menulis karya-karya yang mengandung hinaan terhadap orang Yahudi yang hidup di antara mereka.35 Masyarakat Romawi adalah masyarakat penyembah berhala dan beribadah kepada banyak dewadewi. Di tengah-tengah mereka inilah hidup sekitar 7 juta masyarakat Yahudi (kira-kira 10 persen dari total populasi Romawi), boleh dibilang cuma minoritas.36 Bangsa Yahudi diperbolehkan untuk tidak 33 Dialogue with Trypho, Justin Martyr (Circa 138-161 M) Origen dari Alexandria (185-254 A.D.) seperti dikutip dari Scattered Among the Nations, Documents Affecting Jewish History 49 to 1975, diedit oleh Alexis P. Rubin, Jason Aronson Inc., London, pp. 22-23. 35 Jew & Gentile in the Ancient World, Louis H. Feldman, 1993, Princeton University Press, Princeton, NJ, pp. 123-176 36 Caesar and Christ, Will Durant, 1944, Simon and Schuster, New York, p. 546. 34 44 turut beribadah kepada dewa-dewi Roma, tidak seperti halnya bangsabangsa taklukan lainnya yang dipaksa untuk itu.37 Orang-orang Kristen non-Yahudi datang dari latar belakang ini dan tidak menaruh peduli dengan hal-hal keyahudian seperti Sabat dan Taurat. Bagi mereka menjalankan hal-hal semacam itu merupakan "kebodohan". Begitu kepemimpinan orang Yahudi dalam "Gereja" berhasil disingkirkan, perubahan demi perubahan berhasil diterapkan tanpa oposisi berarti dari kalangan orang percaya Yahudi. Justru silangpendapat mengenai doktrin-doktrin kekristenan terjadi di kalangan orang-orang non-Yahudi ini. Unsur-unsur gnostisme, pantheisme, dan paganisme begitu mudahnya terserap ke dalam Kristen dan sebaliknya Taurat dan hal-hal berbau Yahudi semakin ditinggalkan. Tetapi Kristen belum benar-benar menjadi agama resmi sampai awal abad keempat. Pada tahun 312, Kaisar Konstantin (seorang penyembah berhala matahari yang baru bersedia dibaptis saat hendak menghembuskan nafas terakhirnya) mengklaim memperoleh "penglihatan" yang mengantarnya kepada "legalisasi Kristen" dengan mengeluarkan Undang-undang Milan.38 Hal ini memulai sebuah proses yang pada akhirnya membuat Kristen menjadi agama resmi kerajaan. Sekarang, jika anda seorang Yahudi, dan ingin "menerima Yeshua sebagai Mesias", anda harus menyatakan diri meninggalkan keyahudian anda dan menjadi "Kristen". Sedangkan orang-orang nonYahudi yang menggabungkan dirinya dalam ibadah orang Yahudi akan dihukum karena melanggar undang-undang. Konstantin memainkan pula peranan yang penting dalam urusan intern Gereja. Ia melibatkan diri secara aktif dalam sengketa antara pengikut Arius dengan pengikut Athanasius (dua teolog Kristen yang mengajukan doktrin berbeda tentang aspek ketuhanan Yesus). Ia kemudian memanggil 300 uskup dari seluruh dunia untuk menghadiri konsili di Nicea pada tahun 325. Meski begitu Konstantin sebetulnya tidak begitu peduli dengan apa yang dibicarakan dalam konsili tersebut karena ia sangat awam terhadap masalah-masalah teologi (ingat, ia sendiri belum menyerahkan dirinya dibaptis saat itu dan tetap beribadah kepada berhala matahari). Baginya yang penting kesatuan dan stabilitas negara bisa tetap terjaga. 37 38 The Mystery of Romans, Mark Nanos, 1996, Fortress Press, Minneapolis, pp. 64-68. Undang-undang Milan juga menetapkan hari Minggu sebagai hari beribadah. 45 Konsili Nicea dan konsili-konsili lainnya yang menyusul belakangan menghasilkan keputusan yang kelak menjadi doktrin dan kredo yang dianut oleh Kristen sampai hari ini. Konsili-konsili ini diadakan oleh orang-orang bukan Yahudi yang berasal dari latar belakang antiYahudi sama seperti mereka yang hidup dua abad lalu. Orang-orang percaya dari kalangan Yahudi yang tetap memelihara Taurat dilarang untuk ikut serta dalam rapat-rapat seperti itu, dan posisi mereka terhadap pemahaman Alkitab yang berbasiskan Taurat ikut "dilibas".39 Salah satu keputusan konsili adalah barangsiapa ketahuan makan bersama-sama orang Yahudi tidak akan diperbolehkan ambil bagian dalam komuni supaya ia boleh "belajar untuk berubah" 40, dan bila menikah dengan seorang Yahudi akan dikucilkan dari masyarakat.41 Sisa-sisa orang percaya yang tetap bertahan kepada kepercayaan yang berbasiskan Taurat seperti halnya jemaat mula-mula, senantiasa menjadi bahan olok-olok dan sudah untung cuma dianggap "lemah iman" jika tidak mau dicap sesat. Contohnya, kita dapati Epiphanius, pada abad keempat, berkata: "Mereka [kaum Nasrani] tidak mempunyai pendapat yang berbeda, namun melakukan semua hal tepat seperti apa yang diperintahkan dalam Taurat, menurut tata cara Yahudi – kecuali kepercayaan mereka terhadap Mesias…tetapi karena mereka tetap terbelenggu oleh hukum Taurat – sunat, Sabat, dan lainnya – mereka tidak termasuk ke dalam Kristen." 42 Pada akhir abad keempat, apa saja yang berhubungan dengan kepercayaan "pro-Taurat" telah lenyap dalam lautan "kekristenan". Konsili di Antiokhia (341 M) dan Laodicea (360 M) melarang orang Kristen untuk turut serta dalam peribadatan Yahudi. Seperti yang dikatakan sejarahwan modern, hal ini dilakukan untuk menunjukkan 39 Pertemuan terakhir yang diketahui antara orang Yahudi (minoritas) dengan orang non-Yahudi (mayoritas) terjadi pada tahun 318 yakni antara Paus Silvester, yang mewakili Kaisar dengan Yoses, juru bicara desposyni (orang-orang yang masih punya hubungan darah dengan Yeshua). Setelah pertemuan itu, Silvester mengambil alih kepemimpinan para desposyni dan menyerahkannya kepada uskup-uskup Romawi. Sejak itu hilang sudah peranan orang Yahudi dalam "Gereja". 40 Council of Elvira, 304 A.D., Canon 50, Laws Relating to Jews 41 Council of Elvira, 304 A.D., Canon 16, Laws Relating to Jews 42 Panarion 29, Epiphanius, abad keempat. 46 bahwa tradisi Yahudi itu "sudah dari sananya buruk, usang, dan tidak relevan lagi terhadap kehidupan orang Kristen sehari-hari."43 Kepercayaan terhadap Yeshua berubah dari 100 persen Yahudi menjadi 100 persen anti-Yahudi dalam waktu kurang dari 300 tahun. Semua ini kelak menjadi dasar "Gereja" Kristen. Penganiayaan terhadap orang Yahudi sepanjang sejarah, Perang Salib, Inquisisi, pengusiran massal yang tidak terhitung jumlahnya dalam sejarah, isolasi di dalam ghetto dan tentu saja Holocaust-nya Hitler, semuanya merupakan hasil langsung dari doktrin anti-Yahudi Gereja. Dasar sikap anti-Yahudi ini tidak berubah sekalipun dengan reformasi yang dilakukan oleh kaum Protestan pada abad keenambelas. Para tokoh-tokoh reformasi seperti Martin Luther dan John Calvin sama anti-nya, kalau tidak boleh dibilang lebih, dengan para pendahulu mereka seribu tahun sebelumnya. Perhatian para reforman ini lebih tercurah kepada apa yang mereka rasakan sebagai penyelewengan dan penyalah-gunaan kekuasaan dalam Gereja (Katholik). Mereka tidak berkeinginan untuk membawa Gereja kembali kepada kepercayaan Yahudi Messianis berbasiskan Taurat seperti yang dianut Yeshua dan para rasul. Luther pada mulanya mencoba merangkul orang Yahudi (saat ia menulis buku That Jesus was Born a Jew) dengan harapan mereka akan mendukung gerakan reformasinya itu, tetapi setelah melihat tidak ada respon dari mereka, maka Luther berbalik menjadi begitu benci terhadap orang Yahudi. Tulisan-tulisan Martin Luther ini adalah bacaan kesukaan Adolf Hitler, yang memperoleh banyak ide dari sana bagaimana cara menangani orang-orang Yahudi.44 Penting untuk dimengerti bahwa: Sikap anti-Yahudi dan anti-Taurat dari para Bapa Gereja dan kelak dari para tokoh reformasi Protestan telah menjadi dasar bagi seluruh opini Kristen (Katholik dan Protestan) sampai kepada hari ini. Semua 43 Paul and the Jewish Law - Halakha in the Letters of the Apostle to the Gentiles, Peter J. Tomson, 1990, Fortress Press, Minneapolis, p. 3. Martin Luther dalam bukunya On The Jews and Their Lies (1543) memerintahkan penganiayaan terhadap orang Yahudi, termasuk di dalamnya: membakar sinagoga mereka sampai rata, menghancurkan rumah mereka, menyita kitab Talmud dan bukubuku doa, membunuh para rabbi yang menolak untuk berhenti mengajar, menghalangi hak mereka untuk melakukan perjalanan, dan menempatkan mereka ke dalam kampkamp terkonsentrasi (ghetto). Hitler menuruti saran-saran Luther ini dengan baik sekali. 44 47 penafsiran Alkitab yang berasal dari para pengajar Kristen, pendeta atau lembaga, termasuk setiap terjemahan Alkitab yang ada, bukubuku Kristen, renungan harian, khotbah di hari Minggu, film-film dan kurikulum di sekolah-sekolah tinggi teologia, telah dihasilkan menurut doktrin dari orang-orang ini dan dari kesalahan yang terkumpul selama beratus-ratus tahun. 48 Bagian 6 Realitas Sejarah Mengenai Apa yang Dianut Yeshua dan Pengikut-Nya Untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang apa yang Alkitab ajarkan, kita perlu kembali kepada masa dimana Yeshua dan Paulus hidup. Yudaisme pada abad pertama didominasi oleh golongan yang dinamakan Farisi. Hal pertama yang perlu dibereskan adalah mengenai pengertian istilah "Farisi". The American Heritage Dictionary45 memberikan dua definisi berikut: 1. Seorang anggota dari sebuah sekte Yahudi kuno yang menekankan pada penafsiran yang keras dan ketaatan terhadap hukum Musa baik dalam bentuk tertulis maupun lisan. 2. Seorang yang berlaku munafik dalam beribadah. Budaya Barat yang kita anut menyamakan definisi pertama dengan yang kedua. Orang Farisi adalah "orang-orang yang jahat", dan kepercayaan yang mereka anut pun juga sesat. Bukankah "Yesus" sendiri menyebut mereka orang munafik, setan, keturunan ular beludak, dan sebagainya ? Pandangan ini merupakan produk dari sikap anti-Yahudi yang sudah berlangsung berabad-abad dan berseberangan dengan Alkitab dan fakta historis. Contoh-contoh tipikal dalam ajaran Kristen tentang hal ini dapat dijumpai dalam karya penulis dan apologis terkenal, J. Dwight Pentecost, dalam bukunya yang mashyur, The Words and Works of Jesus Christ. Untuk menunjukkan bagaimana Yesus mengajarkan doktrin yang berbeda dengan orang Farisi, dan memerintahkan manusia untuk mengikuti ajaran-Nya, dan bukan ajaran mereka, Pentecost memberikan bukti pendukung argumennya dengan mengutip dua penulis Kristen lainnya. Pentecost, mengutip J.W Shepard, menulis: 45 The American Heritage Dictionary, Second College Edition, Houghton Mifflin Company, Boston, 1985. 49 "Contoh dari tulisan-tulisan dalam Mishna dan Gemara (dua bagian dari Talmud) menunjukkan bahwa mereka adalah koleksi menjemukan yang berisi penjelasan yang terputus-putus atas banyak pokok persoalan. Ajaran mereka sempit, dogmatis, second hand, tidak ada yang baru, memaksa, atau menggerakkan emosi…Khotbah Yesus justru adalah sebaliknya, dengan pengertian intuitif yang cepat menembus lubuk hati manusia yang paling dalam, menggerakkan kesadaran dan kehendak untuk berbuat…Kata-kata yang begitu indah keluar dari bibir-Nya, diucapkan dengan cara yang ramah, sehingga dunia berkata: Tidak ada manusia yang berbicara seperti orang ini." Pentecost, mengutip Frederick Farrar, menulis: "Banyak hal telah ditulis belakangan ini yang memuji-muji Talmud. Saat ini literatur yang diberi nama Talmud itu terdiri atas duabelas volume tebal seukuran folio; dan adalah aneh jika dari literatur setebal ensiklopedia ini kita tidak dapat mengutip barang sepotong pun bagian yang mengesankan, ilustrasi yang menarik, atau sejumlah perasaan moral yang membangkitkan pemikiran mulia. Tetapi apa yang terlihat oleh saya tidak dapat disangkal, dan orang lain juga bisa menilainya sendiri, bahwa apa yang benar-benar berharga dalam Talmud sangat sedikit sekali dibandingkan dengan tumpukan sampah di dalamnya yang hampir tidak terhitung jumlahnya." 46 Mari kita perjelas – Pentecost, Shepard dan Farrar tidak diragukan lagi mewakili posisi Kristen terhadap Talmud (ajaran orang Farisi). Mereka semua setuju bahwa: 1. Ajaran "Yesus" berbeda secara keseluruhan dengan yang ada di Talmud. 2. Tidak ada ajaran Talmud yang mengandung nilai-nilai moral seperti dalam ajaran "Yesus". 3. Kata-kata dalam Talmud mengandung nilai-nilai "second hand". 4. Sedikit sekali hal-hal yang berharga di dalam Talmud. 46 The Words and Works of Jesus Christ, J. Dwight Pentecost, 1981, The Zondervan Corporation, Grand Rapids, MI, p.188-189. 50 Selama berabad-abad Gereja memegang opini ini terhadap Talmud. Sepanjang sejarah, kapan saja terjadi penganiayaan terhadap orang Yahudi oleh orang-orang Kristen, Talmud selalu menjadi sasaran pertama untuk dijadikan api unggun. Ada dua lipat masalah dalam opini Kristen terhadap ajaran Farisi ini: 1. Sedikit sekali orang Kristen yang pernah mengusahakan diri mereka untuk membaca Talmud. 2. Bahkan lebih sedikit lagi yang mengerti bagaimana memahami tulisan tersebut karena Talmud tidak ditulis dalam gaya literatur "Barat". (Makanya J.W Shepard mengomentari Talmud sebagai "koleksi menjemukan yang berisi penjelasan yang terputus-putus atas banyak pokok persoalan." Seperti semua orang yang bersikap masa bodoh, ia mengutuki apa yang tidak dimengertinya). Talmud merupakan saripati dari karya-karya tulis orang Farisi, kebanyakan berasal dari masa sebelum Yeshua. Dengan mempelajari Talmud dan membandingkannya dengan kata-kata Mesias47, kita menemukan hal yang bertolak-belakang dengan apa yang Kristen ajarkan: Ajaran Yeshua Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. – Markus 2:27 Sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk sesamamu, kamu tidak melakukannya juga untuk Tuhan. – Matius 25:45 Menghina seseorang sama halnya dengan membunuh. – Matius Talmud ajaran Farisi Hari Sabat diserahkan ke dalam tanganmu, bukan kamu diserahkan ke dalam tangannya. – Yoma 85b Seseorang yang mengkhianati sesamanya, sama saja seperti ia telah mengkhianati Tuhan. – Tosefta Sh’vuot, pasal 3 Seseorang yang membuat malu sesamanya, sama saja seperti ia 47 The Way of the Boundary Crosser, Gershon Winkler, 1998, Jason Aronson Inc., Jerusalem, pp. 221-251. Contoh-contoh yang ditunjukkan dalam tabel ini hanyalah sebagian kecil dari yang diberikan oleh Winkler, yang memperlihatkan ajaran Yeshua banyak memiliki kepadanan dengan Talmud, Midrash Rabbah, dan tulisan-tulisan Yahudi kuno. 51 5:21-22 Setiap orang yang memandang perempuan dengan penuh nafsu, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. – Matius 5:28 Tuhan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. – Matius 5:45 Jangan melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka. – Matius 6:1 Jika engkau memberi sedekah, lakukanlah dengan rahasia; janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. – Matius 6:3 Janganlah kamu bertele-tele dalam berdoa. – Matius 6:7 Janganlah kuatir akan apa yang hendak kamu makan atau minum. – Matius 6:25-31 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.- Matius 6:25-31 Bila ya katakan ya dan tidak katakan tidak. – Matius 5:34-37 Kebijaksanaan diberikan kepada orang kecil. – Matius 11:25 52 telah membunuhnya. – Bava Mezia 58b Seseorang yang memandang seorang perempuan dengan penuh nafsu, sama saja seperti ia telah berzinah dengannya. – Kallah, pasal 1 Tuhan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. – Taanit 7a Jangan melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka. – Berachot 17b Pemberian sedekah yang terbaik ialah ketika kamu memberi tanpa mengetahui siapa yang menerimanya, dan yang menerima tidak tahu dari siapa itu berasal. – Bava Batra 10b Seseorang yang berdoa terlalu dalam dan terlalu panjang membuat dirinya sendiri sakit kepala. – Berachot 55a Seseorang yang mempunyai makanan untuk hari ini dan berkata, "apa yang bakal saya makan esok hari ?" mempunyai iman yang kecil. – Sotah 48b Setiap hari mempunyai kesusahannya sendiri. – Berachot 9b Sebuah Ya yang benar adalah Ya; sebuah Tidak yang benar adalah Tidak. – Bava Batra 49b Nubuatan telah diambil dari orang bijak dan diserahkan kepada orang kecil. – Baba Batra Lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. – Matius 5:29-30 Janganlah kamu disebut rabbi. – Matius 23:8 Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga. – Matius 24:44 Yeshua mengajarkan perumpamaan tentang menyenangkan raja (Tuhan) dengan menyenangkan sesamanya. – Matius 25:40 Kasihilah musuhmu. – Matius 5:43 Pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan dikawinkan. – Matius 22:30 12b Lebih baik seseorang pecah perutnya daripada ia harus turun ke lubang kebinasaan. – Niddah 13b Pandanglah rendah posisi rabbi. – Avot 1:10 Tiga hal terjadi pada saat yang tidak diduga-duga: kehilangan barang, sengatan kalajengking, dan kedatangan Mesias. – Sanhedrin 97a Seseorang yang menyenangkan orang lain, menyenangkan Tuhan. – Avot 3:3 Mereka yang dihina tetapi tidak balik menghina; yang mendengar cemooh tetapi tidak membalasnya; yang melayani dengan kasih dan bersuka-cita dalam kesusahan mereka – tentang merekalah ada tertulis dalam Alkitab: Mereka yang mencintai Tuhan seperti jalannya matahari dengan kekuatannya. – Yoma 23a, Gitin 36b, Shabat 88b Tidak ada ikatan perkawinan dalam dunia yang akan datang. – Ma’asrot 4:5-6 Dari perbandingan antar ayat dalam tabel ini terungkap fakta: 1. Banyak kata-kata Yeshua yang tidak "orisinil". 2. Yeshua secara langsung mengutip dan mendukung ajaran di dalam Talmud. Bagaimana kemudian pengajar Kristen mengelak dari hal ini ? 53 Satu hal, orang Kristen tidak ada yang menaruh peduli dengan kesalahan mereka itu. Orang Kristen sudah terbiasa dicekoki oleh apa saja yang diajarkan dari atas mimbar. Orang Yahudi yang tidak percaya kepada Yeshua tentu saja juga tidak mempunyai hasrat untuk membangun dukungan bagi ke-Mesias-an Yeshua. Jadi siapa yang tersisa untuk mengungkapkan muslihat yang tersembunyi ini ? Untungnya, Tuhan masih meninggalkan sisa-sisa umat-Nya (Roma 11), dan kebenaran selalu mempunyai jalan untuk dinyatakan, walau sekalipun lambat. Satu hal, kenyataan bahwa ucapan-ucapan Yeshua banyak yang tidak "orisinil" sama sekali tidak mengurangi kewibawaan dan otoritas Mesias dalam mengajar Taurat. Kita harus berpikir dalam arah kebalikan. Para rabbi sebelum Yeshua telah mewariskan pengajaran Taurat ini dari para pendahulu-pendahulu mereka, para nabi-nabi, para tua-tua, yang jika ditelusuri terus tentunya berawal dari Musa. Musa menerima Taurat langsung dari TUHAN dan itu berarti bersumber dari sang Mesias sendiri. Jadi sebenarnya Yeshua sedang mengulangi apa yang Ia telah ajarkan kepada Musa ! Yeshua adalah seorang Farisi Mengatakan Yeshua adalah seorang Farisi akan kedengaran sangat menggelikan bagi orang Kristen. Ini sekali lagi menunjukkan betapa jauhnya Kristen dari realitas sejarah mengenai Alkitab, Mesias dan kepercayaan para pengikut-Nya mula-mula. Betul memang Yeshua mengritik beberapa orang Farisi yang tidak melakukan apa yang mereka ajarkan, karena kemunafikan mereka, dan karena mengikat beban-beban berat. Apa yang tidak dipahami oleh orang Kristen ialah kritikan keras merupakan hal yang lazim di kalangan kelompok-kelompok Farisi, dan dianggap wajar dalam ceramah-ceramah. Sebagai contoh, orang Farisi sendiri mengakui bahwa mereka tidak semuanya baik, sebetulnya dikatakan ada "tujuh macam orang Farisi." 48 Kebiasaan Yeshua menyebut sebagian dari mereka dengan kata-kata seperti "keturunan setan" merupakan hal yang umum 48 Babylonian Talmud, traktat Sotah 22b 54 dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang religius pada masa itu. Istilah yang sama juga digunakan oleh murid-murid Rabbi Hillel untuk menyebut seorang murid Rabbi Shammai, beberapa tahun sebelum Yeshua lahir.49 Dan sama halnya juga ketika Yeshua menyebut Petrus "Iblis" (Mat 16:23). Penting dicatat bahwa Yeshua tidak pernah memarahi orang Farisi karena mengajarkan Taurat dengan benar, sebuah contoh yang bagus terdapat pada Matius 23:23. Disini Yeshua berkata kepada mereka, "Boleh-boleh saja kamu menambahkan hal-hal yang menurutmu dapat membawamu lebih dekat kepada Tuhan." (membayar selasih, adas manis dan jintan tidak diharuskan dalam Taurat). Tetapi Ia kemudian berkata, "Kamu harus melaksanakan apa yang terpenting dalam Taurat lebih dahulu, baru kemudian hal-hal optional seperti ini." Yeshua tidak menyuruh mereka berhenti mengerjakan Taurat – Ia menyuruh mereka untuk mengerjakannya dengan benar. Yang dikecam oleh Yeshua adalah perbuatan manusianya dan bukan hukum Tauratnya sebab perintah Taurat itu kudus, benar dan baik. Yeshua bukan saja mengutip dan mendukung ajaran Farisi, seperti yang disajikan dalam tabel di atas, Ia juga menjunjung otoritas orang Farisi. Ia menyuruh orang banyak untuk mematuhi apa yang diajarkan oleh orang Farisi, karena mereka "telah menduduki kursi Musa", artinya otoritas mereka berasal dari Tuhan. (Mat 23:1-3) Pernyataan Yeshua ini menegaskan apa yang menjadi kalimat pembuka dalam Mishna Avot: Musa menerima Taurat di Sinai dan menurunkannya kepada Y’hoshua, Y’hoshua kepada orang tua-tua, dan orang tua-tua kepada para nabi, dan para nabi kepada orang-orang dalam Majelis Besar.50 (Mishna Avot 1:1) 49 Babylonian Talmud, traktat Yevamot, catatan kaki #14-16a: "secara harafiah ‘anak sulung setan.'" 50 Majelis Besar adalah semacam mahkamah agama yang mengurus dan mengatur semua masalah-masalah agama. Secara tradisional mahkamah ini dimulai oleh Ezra sepulangnya bangsa Israel dari pembuangan. Shim'on Ha'Tzaddiq adalah salah seorang anggotanya yang terakhir. Shim’on menurunkan Taurat (lisan) kepada Antigonus dari Socho, Antigonus kepada Yose Ben Yo'ezer dan Yose Ben Yochanan, kemudian kepada Y'hoshua Ben Perayah dan Nittay dari Arbela, kemudian kepada Y'hudah Ben Tabbai dan Shim'on Ben Shetah, kemudian kepada Shemayah dan Abtalion, kemudian kepada Hillel dan Shammai.(Mishna Avot 1:1-18) 55 Ada dua madrasah yang paling terkemuka dan menjadi acuan masyarakat pada masa itu yakni madrasah Hillel dan madrasah Shammai (30 SM - 10 M). Pada waktu itu Hillel menjabat sebagai Nasi (presiden) Sanhedrin (mahkamah agama Yahudi) dan Shammai sebagai ketua dewannya. Keduanya saling bersaing dalam menghasilkan tafsiran-tafsiran dan aplikasi Taurat dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran Hillel tergolong "liberal" sedangkan Shammai lebih cenderung menuruti "huruf hukum Taurat". Banyak sekali doktrin Yudaisme yang "diselesaikan" sebelum masa Yeshua oleh madrasah-madrasah ini. Ketika Yeshua bicara, Ia sering menyatakan pendapat-Nya terhadap penafsiran Alkitab yang telah ada, yaitu dengan mendukung pendapat orang lain. Misalnya, dalam Matius 7:12, kita menjumpai ajaran-Nya yang terkenal sebagai "the golden rule": "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 7:12) Yeshua disini mengulangi apa yang diajarkan oleh Rabbi Hillel beberapa tahun sebelumnya: "Apa yang jahat di matamu jangan lakukan itu terhadap sesamamu. Itulah keseluruhan Taurat, sementara sisanya merupakan penjelasan saja, maka pergilah dan pelajarilah." (Babylonian Talmud, Shabbat 31a) Dalam banyak kasus, Yeshua mendukung ajaran Hillel (kakek Rabbi Gamaliel, guru Paulus). Dalam kasus yang jarang, seperti dalam aturan (halakha) mengenai perceraian (Mat 5:31), Yeshua justru mendukung ajaran Shammai (bd. Gittin 9:10). Di luar itu kita juga bisa menemukan kesamaan antara ajaran Yeshua dengan ajaran kaum Esseni, misalnya tentang mengucapkan sumpah (Mat 5:33-37; bd. Damascus Document - Geniza A; Kolom. 15; Baris 1-3). Contoh-contoh dimana ajaran Yeshua bersesuaian dengan Hillel dapat dijumpai dalam keempat Injil.51 51 The Way of the Boundary Crosser, Gershon Winkler, 1998, Jason Aronson Inc., Jerusalem, pp. 221-251. 56 Ajaran Mengritik kebiasaan membayar selasih, ada manis dan jintan Menyembuhkan orang pada hari Sabat diperbolehkan Melayani orang-orang berdosa dan mengajar mereka Memperbolehkan mengangkat sebuah barang pada hari Sabat Yeshua Matius 23:23 Hillel Ma’asrot 4:5-6 Markus 3:2-4 Tosefta Shabat 7:14 Avot D’Rebbe Natan 3:1 Betzah 26b Lukas 15 Yohanes 15 Banyak sekali bukti yang bisa ditunjukkan, jika kita membandingkan Talmud dengan Kitab Suci, bahwa Yeshua meneguhkan ajaran-ajaran orang Farisi. Alkitab menunjukkan bahwa Ia juga meneguhkan otoritas orang Farisi dalam masalah-masalah agama. Jika dipahami dengan baik (tanpa bias), kritikan Yeshua terhadap orang Farisi sebenarnya bagian dari rangka diskusi antar Farisi yang menjadi kebiasaan di antara mereka sendiri (mungkin paling baik dikatakan sebagai "debat kekeluargaan"). Talmud sendiri dipenuhi oleh setumpuk besar debat-debat macam ini – yang dikenal dengan istilah "berdebat demi Kerajaan [Elohim]" atau "berdebat demi perkara Hashem (Tuhan)". Sejarah dan Alkitab menunjukkan bahwa Yeshua mengidentifikasikan diri-Nya sebagai seorang Farisi. Sesungguhnya, ketika orang-orang Farisi menanyakan Yohanes (Yochanan) Pembaptis siapakah dia, ia menjawab bahwa seseorang dari antara MEREKA (orang-orang Farisi itu) adalah Mesias yang akan datang (Yoh 1:26-27). Yeshua adalah seorang Yahudi, seorang rabbi dan seorang Farisi, yang selalu menjunjung tinggi Taurat, mengucapkan Shema, mengenakan tzitzit, mendukung Talmud, dan orthodoks dalam kehidupan-Nya. Inikah "Yesus"-nya orang Kristen ? Orang Farisi dalam "Perjanjian Baru" Seperti yang sudah diterangkan di atas, pada masa Yeshua ada dua buah kelompok besar dalam tubuh Farisi yang masing-masing dipimpin oleh madrasah besar, satu didirikan oleh Rabbi Hillel dan 57 satunya lagi oleh Rabbi Shammai. Kalau kita memahami konteks dalam "Perjanjian Baru" dalam setting Yahudi pada abad pertama, kita akan banyak menemukan perjumpaan Yeshua dengan kedua kelompok orang Farisi ini. Walaupun "Perjanjian Baru" tidak menerangkan secara definitif dari madrasah mana orang-orang Farisi yang bertanya-jawab dengan Yeshua, kita bisa mengetahuinya dari diskusi mereka tersebut. Marilah kita meluruskan dulu hal yang disalah-pahami oleh orang Kristen bahwa : SEMUA orang Farisi adalah jahat dan memusuhi Yeshua. Ini adalah asumsi yang SALAH. Sebaliknya, juga adalah asumsi yang SALAH mengatakan Yeshua mengecam SEMUA orang Farisi. Pemahaman yang keliru ini merupakan hasil pendekatan yang sangat hurufiah terhadap bahasa Ibrani "Perjanjian Baru" yang sarat dengan gaya bahasa hiperbola. Contoh yang satu ini rasanya sudah mencukupi. Dalam Markus 14:64 ditulis: "Lalu dengan SUARA BULAT mereka memutuskan bahwa Dia harus dihukum mati". Bandingkan dengan ayat paralel dalam Lukas 23:50-51: "Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan Kerajaan Tuhan." Contoh di atas menunjukkan penggunaan gaya bahasa hiperbola dalam penulisan Injil. Markus mengatakan bahwa semua anggota Sanhedrin dengan SUARA BULAT memutuskan hukuman mati sementara Lukas memperlihatkan bahwa Yusuf dari Arimatea (dan mungkin juga Nikodemus) tidak setuju dengan putusan ini. Apakah Markus disini mau mengatakan bahwa semua anggota Sanhedrin, termasuk Yusuf dan Nikodemus, turut menjatuhkan putusan untuk menyalib Yeshua ? Tidak ! Markus disini menggunakan pernyataan hiperbola bergaya Ibrani untuk menyatakan bahwa mayoritas Sanhedrin memutuskan demikian. Kembali kepada fakta historis bahwa ada dua kelompok besar Farisi pada masa Yeshua, yang dimotori masing-masing oleh madrasah Hillel dan madrasah Shammai. Jadi ketika Yeshua bertanya-jawab dengan orang-orang Farisi ini, maka tentunya Ia sedang berbicara dengan salah satu dari kedua kelompok ini. Madrasah Shammai adalah madrasah yang lebih dominan. Kita mengetahui dari literatur yang luas dari masa itu bahwa madrasah ini belum lama didirikan 58 ketika Yeshua dilahirkan. Madrasah Shammai merupakan contoh apa yang dinamakan dengan "the letter of the Law", menuruti hukum secara hurufiah. Ajaran-ajaran madrasah ini bisa dibayangkan seperti demikian: bahwa orang Yahudi adalah bangsa yang lebih unggul dan bangsa lain sama sekali tidak berharga. Bahwa keselamatan hanya diperoleh oleh bangsa Yahudi dan mereka membuat aturan yang keras bagi orang-orang bukan Yahudi yang mau menganut agama mereka. Madrasah ini membenci semua yang bukan Yahudi dan meremehkan orang-orang Yahudi yang tidak mengikuti ajaran mereka. Sekitar tahun 8 Masehi (ketika Yeshua baru berumur kira-kira 12 tahun), Shammai mengeluarkan 18 buah maklumat yang ditujukan untuk memaksakan pemisahan antara orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Ini termasuk pelarangan memasuki rumah orang bukan Yahudi agar tidak mencemarkan diri. Maklumat ini menjadi hukum bagi bangsa Israel. Jadi, jika kita membaca bagaimana Yeshua dan Petrus dikecam karena makan bersama dan masuk ke rumah orang bukan Yahudi, hal ini dapat ditelusuri berasal dari maklumat Shammai. Madrasah tersebut juga mempunyai ikatan yang erat dengan golongan fanatik Zelot yang menyerukan perlawanan bersenjata melawan Romawi. Sebenarnya setiap kali kita melihat Yeshua atau para rasul berseteru dengan orang-orang Farisi, mereka adalah orang-orang Farisi dari kelompok madrasah Shammai. Madrasah Hillel jauh lebih memiliki karakteristik apa yang dinamakan dengan "the spirit of the Law", menuruti hukum secara rohani. Hillel terkenal karena menempatkan humanisme dan belas-kasih ke dalam intisari Yudaisme dimana Shammai lebih menekankan ketaatan dalam menjalankan hukum-hukum agama. Walau para pengikut Hillel mengakui bahwa bangsa Yahudi adalah umat pilihan Tuhan, mereka menerima orang-orang bukan Yahudi yang mau menganut agama mereka dengan tangan terbuka.52 Boleh jadi ketika Yeshua berada di Bait Elohim pada usia 12 tahun seperti yang diceritakan oleh Lukas, Ia ditemukan sedang bertanya-jawab dengan orang-orang Farisi, dan sangat mungkin Rabbi Hillel ada disana juga pada waktu itu. Perbedaan antara dua kelompok ini juga bisa dilihat dari tabiat pemimpinnya. Dalam Talmud dikisahkan pada suatu ketika datanglah seorang tidak bersunat kepada Shammai dan berkata kepadanya, "Buatlah saya bertobat, dengan satu syarat engkau harus dapat 52 Bd. Matius 23:15 59 mengajari saya seluruh Taurat sampai selesai selagi saya berdiri di atas satu kaki". Shammai menganggap orang itu melecehkan agamanya, lalu memukul orang itu sampai termundur-mundur dengan tongkat pengukur cubit yang ada di tangannya. Kemudian orang itu ganti mendatangi Hillel dan memberikan tantangan yang sama. Hillel tidak menjadi marah karena hal itu. Jawab Hillel kepada orang itu, "Apa yang jahat di matamu jangan lakukan itu terhadap sesamamu. Itulah keseluruhan Taurat, sementara sisanya merupakan penjelasan saja, maka pergilah dan pelajarilah." 53 Satu contoh yang menunjukkan betapa kontrasnya Hillel dan Shammai ditemukan dalam kisah orang yang disembuhkan di kolam Bethsaida. Selagi membawa pulang tilamnya, orang itu mendapat omelan dari beberapa orang Farisi karena membawa tilam pada hari Sabat. Berdasarkan fakta yang ada, tidak diragukan lagi orang-orang Farisi ini berasal dari madrasah Shammai. Menurut halakha yang dikeluarkan oleh madrasah Shammai, seseorang yang disembuhkan pada hari Sabat tidak diizinkan membawa tilamnya tanpa melanggar aturan Sabat. Sebaliknya, madrasah Hillel menganut aturan yang berlawanan – orang yang disembuhkan pada hari Sabat boleh membawa pulang tilamnya. Ketika kita membaca "Perjanjian Baru" dimana Yeshua berbincangbincang secara positif dengan orang Farisi (misalnya Nikodemus, atau orang muda yang kaya), Ia kemungkinan besar sedang berbincang dengan orang Farisi dari madrasah Hillel. Orang-orang yang akrab dengan ajaran Hillel dan ajaran Yeshua akan menemukan persamaanpersamaan yang luar biasa di antara keduanya. Contoh lainnya lagi bagaimana Yeshua berinteraksi dengan kedua madrasah ini terdapat dalam Yohanes 9:16. Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu (dari madrasah Shammai): "Orang ini tidak datang dari Eloah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat". Sebagian pula (dari madrasah Hillel) berkata: "Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mukjizat demikian ?" Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Perhatikan bagaimana orang-orang dari madrasah Shammai menolak Yeshua mentah-mentah, sementara orang-orang dari madrasah Hillel tidak yakin. Shammai mengajarkan bahwa menyembuhkan orang di hari Sabat sama saja artinya dengan 53 Babylonian Talmud, Shabbat 31a. Lihat pula Imamat 19:18. 60 bekerja, maka itu dosa, sedangkan Hillel memandang bahwa menyembuhkan orang itu adalah perbuatan baik sehingga diperbolehkan pada hari Sabat. Sepeninggal Hillel, posisinya digantikan oleh anaknya, Rabbi Simeon.54 Simeon kemudian digantikan oleh anaknya, Rabbi Gamaliel, yang adalah guru Paulus (Kis 5:34; 22:3). Yang menarik untuk diperhatikan bahwa hampir semua orang-orang Farisi yang diceritakan dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat para rasul berasal dari kelompok Shammai. Banyak dari mereka sebenarnya yang menjadi percaya. Ketika membaca Kisah Para Rasul dimana menyebut "beberapa orang dari golongan Farisi yang menjadi percaya", maka yang dimaksud adalah orang-orang dari kelompok Shammai. Orang-orang Farisi ini masih terpaku kepada filosofi mereka dan mempersulit orang-orang bukan Yahudi untuk menjadi percaya. Paulus berulang-kali berurusan dengan orang-orang seperti mereka. Sikap Paulus terhadap mereka ini dapat dipahami bukan saja karena memang apa yang mereka ajarkan adalah tidak benar tetapi dengan melihat pula sisi latar-belakang Paulus yang merupakan jebolan madrasah Hillel. Bab berikutnya akan membicarakan siapa Paulus dan bagaimana ajaran-ajarannya sering disalah-pahami, baik oleh orang-orang Yahudi maupun oleh orang-orang bukan Yahudi. 54 Posisi Ketua Dewan dihapuskan setelah Rabbi Akabia menolak menduduki jabatan itu untuk menggantikan Rabbi Shammai. Sejak itu presiden (Nasi) menjadi pimpinan tunggal dalam Sanhedrin. 61 Bagian 7 Paulus dan Ajarannya Dalam Perspektif Ibrani Paulus juga adalah seorang Farisi Rabbi Sha’ul atau yang lebih dikenal sebagai Paulus, juga membaca, mengerti, mengajar dan menulis tentang Kitab Suci Ibrani dan Mesias Ibrani dengan cara-cara pikir orang Farisi. Secara pribadi Paulus dididik langsung oleh Rabbi Gamaliel, Nasi Sanhedrin yang sekaligus juga adalah cucu dari Rabbi Hillel. Paulus mengaku bahwa ia adalah "orang Farisi dari keturunan Farisi", sebuah pernyataan bahwa ia bukan dari golongan Yahudi yang dipengaruhi oleh budaya Hellenis (orang-orang Yahudi yang lebih suka menghiraukan Taurat supaya lebih dapat diterima dalam budaya Yunani/Romawi dimana mereka tinggal). Alkitab memperlihatkan bahwa tidak ada yang berubah dari Paulus ketika ia menjadi orang percaya – ia tetap seorang rabbi Farisi yang taat menjalankan Taurat sampai akhir hidupnya. Lewat dua puluh tahun pelayanannya menyebarkan Injil, ia tetap mengakui dirinya sebagai seorang Farisi (Kis 23:6; 26:5 - teks Yunani yang dipakai adalah dalam continuous tense !55). Kalau saja anda bisa menghapuskan pemikiran anti-Yahudi ini: "Farisi = orang jahat", maka pengakuan Paulus disini bukanlah suatu kontradiksi terhadap apa yang diajarnya. Semua ini membuat persoalan yang serius bagi orang yang ingin memahami surat-surat Paulus pada masa kini. Bagaimana orang Kristen bisa memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap nats-nats keagamaan Yahudi dari abad pertama yang ditulis oleh seorang rabbi Farisi yang sangat menguasai Taurat bila mereka membaca surat-surat Paulus dalam budaya westernisasi abad ke-20 yang alergi terhadap Taurat dan budaya Yahudi dimana Paulus tumbuh dan belajar ? 55 Lihat Strong #1510 (5748). 62 Maka itu tidaklah mengherankan mengapa ajaran Paulus terkadang membingungkan, sulit ditangkap, dan bahkan mengandung kontradiksi bagi sebagian orang yang membacanya. Misalkan, buku seri pemahaman Alkitab "The Daily Study Bible Series: The Letters to Galatians and Ephesians" karangan William Barclay, menulis demikian untuk menjelaskan Galatia 3:19-22: "Ini adalah bagian yang paling sukar yang pernah Paulus tulis, begitu sukarnya sehingga ada hampir tiga ratus penafsiran tentangnya." 56 Tiga ratus penafsiran yang dikatakan Barclay disini tentunya adalah penafsiran yang tidak berbasiskan Taurat. Jadikan saja 301 dengan penafsiran Barclay sendiri. Ia melanjutkan perkataannya bahwa Tuhan memberikan hukum Taurat untuk menyatakan pelanggaran. Itu benar, namun kemudian Barclay menambahkan ini artinya, "…jika hukum tidak ada, maka dosa tidak ada. Seseorang tidak dapat dipersalahkan karena melakukan kesalahan jika ia tidak tahu bahwa itu salah." 57 Ini adalah pemikiran yang bagus, tetapi bukan apa yang Taurat, Yeshua, dan Paulus ajarkan. Taurat diberikan TUHAN untuk menunjukkan manusia mana yang baik dan mana yang tidak. Sama halnya seperti seorang ayah yang mengajarkan anaknya bahwa mencuri mangga tetangga atau berkelahi memperebutkan layang-layang itu tidak baik. Jika kita memakai logika Barclay, maka untuk apa ayah tersebut mengajarkan anaknya hal-hal tersebut ? Biarkan saja, toh selama ia tidak tahu bahwa itu salah maka ia tidak bisa dipersalahkan. Demikiankah ? Bukan demikian, tetapi karena cinta kasih. Cukup aneh, dalam buku yang sama, Barclay dengan BENAR mengatakan: "…kita harus ingat bahwa Paulus adalah seorang rabbi yang terpelajar, seorang ahli dalam metoda pelajaran dalam madrasah para rabbi. Ia mampu memakai cara-cara mereka dalam berargumen, dan itu ia lakukan, yang mana sangat meyakinkan sekali bagi orang Yahudi, tetapi mungkin sukar dimengerti oleh kita." 58 56 The Daily Study bible Series - the Letters to the Galatians and Ephesians, William Barclay, 1976, The Westminster Press, Philadelphia, p. 29. 57 Ibid. p.29 58 Ibid. p.27 63 Legalisme vs Iman Paulus mengerti benar perbedaan antara legalisme Farisi dengan pendekatan iman terhadap hukum Taurat melalui pengalaman pribadinya sendiri. Kita harus ingat bahwa Paulus adalah sekaligus seorang Farisi dan juga seorang rasul Mesias. Dengan demikian, ia benar-benar memahami sepenuhnya perbedaan kedua pendekatan tersebut. Legalisme adalah praktik, teori, doktrin atau sistem dimana perintahperintah Taurat dikerjakan supaya kewajiban agama orang tersebut terpenuhi. Legalisme sebagaimana pengertian Paulus ialah tentang "bagaimana" dan bukan tentang "apa". Hukum Taurat adalah baik jika ia digunakan dengan benar (menurut roh). Sebaliknya Taurat menjadi tidak baik jika digunakan untuk sekedar memenuhi kewajiban saja (legalistis) (I Tim 1:8). Definisi Paulus mengenai legalisme dapat diuraikan sebagai sebuah pendekatan non-iman terhadap Hukum Tuhan. Antara legalisme dan pendekatan iman terdapat perbedaan perspektif seperti berikut : ! Legalisme berfokus kepada suatu sistem. ! Iman berfokus kepada suatu hubungan (relationship). ! Legalisme berfokus kepada apa yang Hukum kehendaki. ! Iman, sebaliknya, berfokus kepada apa yang Tuhan kehendaki melalui Hukum-Nya itu. ! Legalisme mempertanyakan "bagaimana saya memenuhi seluruh kewajiban Hukum ?" ! Iman mempertanyakan "apa yang Tuhan hendaki pada diri saya melalui Hukum-Nya itu ?" Efek samping pendekatan legalisme adalah kita menjadi lupa apa sebenarnya yang dihendaki Tuhan melalui Hukum-Nya itu karena kita telah tenggelam dalam upaya memenuhi setiap detil Hukum. Tujuan legalisme Farisi adalah bagaimana melakukan hal-hal baik untuk memperoleh pahala. Yang dimaksud dengan hal-hal baik disini 64 antara lain bagaimana kita memenuhi ke-613 perintah Taurat sesuai dengan penafsiran para ahli Taurat. Berlawanan dengan mentalitas yang demikian, tujuan pendekatan iman terhadap Hukum adalah bagaimana meningkatkan hubungan kita dengan Tuhan dengan berlandaskan kasih dan setia. Legalisme didasarkan kepada usaha diri-sendiri untuk memenuhi kewajiban Hukum dimana pertolongan dan pengajaran Tuhan seakanakan tidak diperlukan lagi. Pendekatan iman terhadap Hukum, sebaliknya, justru menggantungkan diri kepada kemurahan dan kekuatan Tuhan dalam memenuhi kewajiban Hukum. Seorang yang beriman harusnya berdoa seperti Daud berdoa : ! "Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaibankeajaiban dari Taurat-Mu." (Mzm 119:18) ! "Ajarkanlah 119:26) ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku." (Mzm ! "Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang TauratMu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati." (Mzm 119:34) ! "Hamba-Mu aku ini, buatlah aku mengerti, supaya aku tahu peringatan-peringatan-Mu." (Mzm 119:125) Buah dari pendekatan legalisme adalah perasaan bermegah terhadap pencapaian yang kita raih. Sedangkan pendekatan iman justru semakin menumbuhkan rasa betapa kita sebenarnya tidak layak dan masih terus-menerus membutuhkan pertolongan dan pengajaran dari Tuhan. Yeshua datang untuk mengoreksi dan mengritik pendekatan legalisme ini terutama pada diri kaum Farisi. Paulus mengerti benar hal ini sehingga dalam setiap tulisannya ia mengecam betul legalisme yang ada dalam masyarakat Yahudi. Namun sayangnya tulisan-tulisan Paulus banyak sekali disalah-pahami orang seperti contohnya dalam Galatia 3:10-14. Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang 65 tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Tuhan karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman." Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu. (Galatia 3:10-14) Frase di atas akan terbaca lain jika kita me-render tulisan Paulus ini dengan perspektif "Legalisme vs Iman". Ada beberapa poin yang rancu antara pengertian hukum Taurat dengan legalisme. Yang dikecam oleh Paulus sebenarnya adalah pendekatan legalismenya bukan hukum Tauratnya. Baiklah saya kutip frase yang sama dari Complete Jewish Bible terjemahan Dr. David Stern: Karena semua orang, yang hidup demi memenuhi kewajiban hukum Taurat semata (legalistis), berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." Sekarang jelas bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Tuhan karena melakukan hukum Taurat demi kewajiban semata-mata, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman dan kasih-setia." Tetapi dasar legalisme bukanlah iman, melainkan penyalah-tafsiran ayat yang mengatakan : "siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya." Mesias telah menebus kita dari kutuk dosa yang diceritakan dalam Taurat dengan jalan menjadi kutuk demi kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yeshua Mesias telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman dan kasih-setia kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu. (Complete Jewish Bible, Galatia 3:10-14) Ajaran Paulus diselewengkan Bahwa Paulus telah mengajarkan bahwa hukum Taurat tidak berlaku lagi sekarang benar-benar diyakini bukan saja oleh umat Kristen tetapi juga oleh sekelompok orang yang disebut kaum Ebion di masa lampau 66 yang menyingkirkan surat-surat Paulus dari kanon Alkitab mereka.59 Mereka juga menganggap Paulus sebagai rasul gadungan. Anggapan bahwa Yeshua tidak mengajarkan membatalkan Taurat, tetapi Paulus yang melakukannya, telah didengung-dengungkan sejak zaman dulu. Contohnya Toldot Yeshu, sebuah tulisan abad keenam dari kalangan Yahudi yang berisikan kisah parodi Injil, menuduh Paulus bersilangpendapat dengan Yeshua dalam masalah ini (Toldot Yeshu 6:16-41; 7:3-5). Orang Islam juga memandang hal yang sama. Mereka menganggap Paulus orang yang paling bertanggung jawab atas penyelewengan ajaran nabi Isa.60 Bahwa Paulus yang menjadi peletak dasar teologi Kristen juga dipercaya oleh banyak kalangan. Setidaknya seorang Dispensationalis modern seperti Maurice Johnson, mengajarkan bahwa Yeshua tidak membatalkan Taurat, melainkan Paulus beberapa tahun kemudian. Ia menulis: "Jelas Tuhan membolehkan peribadatan Yahudi diteruskan selama tigapuluh tahun setelah Kristus menggenapinya oleh karena kesabaran-Nya, Tuhan secara pelan-pelan memperlihatkan kepada orang Yahudi bagaimana program-Nya sedang berubah…Maka setelah Tuhan secara perlahan membimbing orang Kristen keluar dari agama Yahudi, Ia pada akhirnya mengutus Paulus untuk menulis kebenaran mulia yang memerdekakan ini." (Saved By "Dry" Baptism; sebuah pamflet oleh Maurice Johnson; pp.9-10) Rasul Shim’on Kefa (Petrus) mengakui bahwa dalam surat-surat Paulus ada hal-hal yang sukar dipahami. Ia berpesan kepada kita supaya berhati-hati terhadap orang-orang yang memutar-balikkan surat-surat Paulus tersebut. "Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain. " (II Petrus 3:15-16) 59 60 Ecclesiastical History. Eusebius. 3:27:4 Lihat Christ in Islam, Ahmad Deedat. 67 Siapakah orang-orang yang dimaksud ? Petrus mengatakan mereka adalah orang-orang yang tidak mengenal hukum (2 Pet 3:17). Apakah yang Petrus maksud disini adalah orang-orang yang tidak mengenal hukum lalu lintas, hukum dagang, hukum Romawi ? Tentu tidak. Tidak mengenal hukum, dalam konteks religius ini artinya keadaan tanpa hukum Tuhan yaitu Taurat. Petrus hendak mengatakan bahwa orang-orang yang memutar-balikkan tulisan-tulisan Paulus adalah orang-orang yang tidak mempunyai (mengerti/memelihara) Taurat. Mereka membaca surat-surat Paulus, dalam ketidak-tahuan dan ketidak-pedulian akan Taurat, dan tidak heran jika tafsiran mereka kemudian menjadi ngawur. Inilah yang diwariskan oleh Gereja Kristen. Dalam masa Gereja Purba saja, uskup Kristen Iraneus (187 M) telah menghitung adanya duapuluh aliran yang berbeda dalam kekristenan. Pada tahun 384, Epiphanius menghitung ada delapanpuluh.61 Kurangnya dasar–dasar pengenalan akan Taurat telah mendorong begitu banyak aliran sesat yang berlindung dibalik kedok "kasih" dan "kemerdekaan". "Perjanjian Baru" sudah memperingatkan kita akan hal ini dalam banyak tempat. Tentu saja tidak ada golongan gereja manapun (apalagi kalau menjadi "mayoritas") yang mau mengakui bahwa diri merekalah yang dimaksudkan oleh ayat-ayat tersebut. Paulus sendiri mengetahui ajarannya telah disalah-pahami. Ia mengungkitnya dalam Surat Roma, dengan berkata: "Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." (Rom 3:8) Paulus membantah fitnahan terhadap ajarannya ini dengan mengatakan: "Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak!" (Rom 6:1-2) dan "Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!" (Rom 6:15) Jadi Paulus disalah-pahami telah mengajarkan bahwa karena kita di bawah kasih karunia, maka kita tidak perlu lagi mengikuti hukum Taurat. Seperti yang sudah diceritakan dalam bab sebelumnya, Paulus dihadapkan kepada tudingan ini dalam kunjungannya ke Yerusalem (Kis 21). Dan Paulus membuktikan ketidak-benaran hal ini dan bahwa ia tetap menjalankan 61 Caesar and Christ, Will Durant, 1944, Simon and Schuster, New York, p. 616. 68 hukum Taurat dengan bernazar dan melakukan persembahan di Bait Elohim sesuai apa yang diperintahkan dalam Taurat (Bil 6:13-21). Dalam kehidupan dan pelayanannya Paulus mengajar dan mengerjakan banyak hal untuk membuktikan ia tetap memelihara Taurat. Ia: • • • • • • • Menyunat Timotius (Kis. 16:1-3) Bersembahyang di sinagoga (Kis. 16:13,17:2,18:19) Merayakan hari raya Hag ha-Matzah/Roti Tidak Beragi (Kis. 20:6) Merayakan hari raya Shavuot/Pentakosta (Kis. 20:16; 1 Kor 16:8) Berpuasa pada hari raya Yom Kippur/Pendamaian (Kis. 27:9) Bernazar dan mentahirkan diri (Kis. 18:18,21:26) Melakukan persembahan korban di Bait Elohim (Kis. 21:26, 24:17) Di samping itu beberapa perkataannya yang berkaitan dengan hal ini antara lain: ! Sebaliknya Paulus membela diri, katanya: "Aku sedikitpun tidak bersalah, baik terhadap hukum Taurat orang Yahudi maupun terhadap Bait Elohim atau terhadap Kaisar." (Kisah Para Rasul 25:8) ! "Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma." (Kisah Para Rasul 28:17) ! "Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya." (Roma 3:31) ! "Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik." (Roma 7:12) ! "Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Eloah sungguh-sungguh berusaha melakukan 69 pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia." (Titus 3:8) Dan apakah pekerjaan yang baik itu jika bukan dengan memelihara perintah-perintah Taurat Tuhan yang kudus, benar dan baik ? Perhatikan dalam ayat-ayat selanjutnya Paulus berpesan kepada Titus supaya tidak perlu berdebat terus menerus kepada orang yang menyalah-pahami Taurat Tuhan (bisa dari kalangan Yahudi maupun yang bukan Yahudi). Perhatikan pula bagaimana Paulus berpesan supaya Titus menolong sebaik-baiknya Zenas, seorang ahli Taurat! (lihat Titus 3:9-14). Beberapa ayat yang sering disalah-tafsirkan ! Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat. (Galatia 2:16) Paulus menggunakan frase ini untuk menyatakan metode keselamatan yang salah, yang berlawanan 180 derajat dengan iman Messianis. Penemuan manuskrip Laut Mati membantu kita untuk memahami apa yang dimaksud oleh Paulus dengan “melakukan hukum Taurat”. Dalam sebuah dokumen yang diberi nama 4QMMT (4Q394-399) kita menjumpai istilah yang sama dipakai untuk merujuk kepada suatu pengajaran yang menerangkan bahwa manusia dibenarkan karena melakukan hukum Taurat. Menurut Paulus "melakukan hukum Taurat supaya dibenarkan di hadapan TUHAN" bukanlah apa yang diajarkan dalam Alkitab, melainkan suatu bentuk penyimpangan yang tidak benar. Tetapi bukan berarti ia mengatakan bahwa kita mesti meninggalkan hukum Taurat. ! "Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia." (Roma 6:14) 70 Paulus memandang bahwa keadaan "di bawah hukum Taurat" dan "di bawah kasih karunia" merupakan dua hal yang bertolak-belakang. Kita tidak bisa berada di bawah keduanya. Karena kita selalu berada di bawah kasih karunia (lihat Kej 6:8; Kel 33:12, 17; Hak 6:17; Yer 31:2), kita tidak pernah berada "di bawah hukum Taurat". Sebab hukum Taurat diciptakan untuk manusia, bukan manusia untuk hukum Taurat (lihat Mrk 2:27). Yang dihendaki Tuhan ialah bahwa kita memelihara Taurat karena kasih setia kita kepada-Nya ("with the Law") dan bukannya malah merasa terbeban oleh karenanya ("under the Law"). Jadi "di bawah hukum Taurat" sebenarnya juga bukan apa yang diajarkan dalam Alkitab, tetapi suatu bentuk penyimpangan yang tidak benar. ! "Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat." (Roma 7:6) Marilah kita membuka Roma 7:1-7. Paragraf ini ditujukan Paulus kepada orang-orang Yahudi dalam jemaat Roma dengan menyebut mereka "orang yang mengetahui hukum" (ay. 1). Sebab itu Paulus mengambil ilustrasi dari hukum perkawinan dalam Taurat supaya mereka lebih mudah mengerti. Seorang wanita terikat dengan suaminya sepanjang suaminya masih hidup. Jika suaminya sudah mati barulah ia boleh menikah dengan orang lain. Kita disini diibaratkan sebagai sang istri (ay. 2-3). Dalam pengertian hukum Taurat, kita sekarang telah dibebaskan dari suami lama kita yaitu dosa sehingga kita boleh menikah dengan suami baru kita yakni Mesias (ay. 4-6). Paulus sadar bahwa para pembacanya akan mudah menyalah-pahami apa yang ia bicarakan. Ia khawatir para pembaca-nya akan menangkap kesan keliru dari ilustrasinya itu dengan mengira bahwa yang ia maksudkan dengan dosa adalah Taurat. "Sekali-kali tidak !", Paulus berkata dengan tegas (ay. 7). Bukan itu yang dimaksud Paulus. Suami kita yang lama adalah DOSA yang mana menurut hukum Taurat kita sudah dibebaskan darinya. 71 Jadi TAURAT BUKANLAH DOSA. Dan karena Taurat bukan dosa maka Taurat BUKAN suami kita yang lama dan itu berarti kita TIDAK dibebaskan dari Taurat untuk menjadi pengantin Mesias. Kita dibebaskan dari DOSA supaya kita boleh menjadi pengantin Mesias. Hukum Taurat adalah alat atau perangkat hukum yang mengizinkan kita untuk memilih : menikah dengan DOSA atau dengan MESIAS. Taurat menjelaskan apa itu dosa dan apa itu Mesias. Anda tidak bisa menikah dengan kedua-duanya. ! "dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuanketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib." (Kolose 2:14) Pengertian yang keliru terhadap ayat ini disebabkan oleh terjemahan yang buruk. Jika secara literal diterjemahkan dari teks Alkitab Peshitta yang berbahasa Aramaik maka akan terbaca demikian: "Dan Ia telah menghapuskan dengan ketetapan-Nya, surat hutang kita yang menuntut kita, dan Ia mengambilnya dari tengah-tengah kita dan mengikatnya pada balok [salib]Nya." ! "Having abolished in his flesh the enmity, even the law of commandments contained in ordinances" (King James Bible, Efesus 2:15a) Ayat ini juga merupakan hasil terjemahan yang buruk. Dalam Peshitta tertulis: "dan hukum (namosa) karena perintah (puqada) dalam ketetapannya (puqdana)." Kata namosa dalam Aramaik adalah sama dengan torah dalam bahasa Ibrani, puqada sama dengan mitzvah dan puqdana sama dengan mitzvot (mis. Mrk 10:19). Sedang kata ganti "karena" disebut sebagai klausa dalet yang dapat diartikan "of", "that", "which", atau "because". Dalam ayat ini artinya adalah "because" seperti halnya dalam Daniel 3:29, 4:9, 6:3, 23 dan 7:11. 72 Kata kerja pasif "ditiadakan" (abolished) yang digunakan dalam Peshitta adalah dalam bentuk singular sehingga tidak mungkin mempunyai dua subyek. Jadi yang ditiadakan adalah rasa permusuhan. Ayat di atas kemudian dapat diterjemahkan menjadi: "Dan rasa permusuhan telah ditiadakan dengan jadinya Ia sebagai manusia dan dengan hukum Taurat, karena perintah dalam ketetapannya." Kesimpulan dari bahasan di atas jelas sampai pada suatu fakta bahwa Paulus tetap memelihara Taurat dan tidak pernah mengajarkan hal sebaliknya. Penafsiran terhadap tulisan-tulisan Paulus yang dilakukan dengan cara-cara pemikiran Hellenistis yang anti-Taurat telah membawa Kristen ke dalam jurang kesalahan. 73 Bagian 8 Membangun kembali hubungan antara orang percaya dengan Taurat Salah satu kemungkinan respon orang Kristen terhadap semuanya ini adalah…apakah anda mau mengatakan kepada saya bahwa saya harus menjalankan semua perintah, termasuk mengadakan persembahan korban dan merajam orang-orang yang berbuat cabul ? Apakah anda tinggal di negeri teokrasi, negeri Israel ? Tidak. Kalau begitu maka perintah-perintah itu tidak bisa diterapkan. Taurat mempunyai perintah-perintah di dalamnya yang hanya diterapkan di atas negeri Israel yang teokrasi (catatan: negara Israel modern bukanlah negara teokrasi). Taurat juga mempunyai aturanaturan yang hanya diterapkan untuk para imam, dan ada juga yang hanya untuk Imam Besar. Ada perintah-perintah khusus untuk pria dan khusus untuk wanita – dan juga untuk yang sudah menikah dan yang belum menikah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Taurat juga cukup fleksibel dan dinamis dengan memberikan ruang yang luas bagi terjadinya perubahan-perubahan atau amandemen menurut rencana Tuhan yang sempurna. Paulus mengajarkan hal yang sama. Ia juga mengajarkan Timotius untuk "bertekun" dalam kitab suci – artinya selalu ada cara untuk "memecahkan masalah" – menurut Taurat ! Bukankah Paulus mengajarkan bahwa kita tidak perlu lagi memelihara hukum Taurat ? Hal pertama yang perlu diluruskan adalah surat-surat Paulus banyak berurusan dengan kasus-kasus yang spesifik. Setidaknya ada DUA pengajaran sesat yang menyusup ke dalam komunitas Messianis mulamula pada zaman Paulus. Yang pertama mengajarkan bahwa orangorang non-Yahudi harus menjadi Yahudi terlebih dahulu (disunat), menjalankan semua perintah Taurat, sebelum mereka beroleh keselamatan. Ini adalah persoalan pertama yang timbul, datangnya 74 dari "kelompok Yahudi" yang notabene adalah orang-orang yang pertama kali menerima pengajaran Yeshua. Mereka ini masih memegang pandangan tradisional tentang keselamatan untuk orangorang yang tidak bersunat. Kebanyakan orang Kristen tahu tentang "kelompok Yahudi" ini beserta seluruh tindak-tanduk mereka karena cerita tentang mereka sudah sering diterangkan bahkan sejak masa sekolah minggu. Namun apa yang tidak diterangkan dalam dunia Kristen adalah pengajaran sesat yang belakangan muncul dan berasal dari "orangorang tidak bersunat dari seberang lautan". Mereka ini mengajarkan bahwa orang bukan Yahudi tidak perlu memelihara Taurat setelah mereka beroleh keselamatan. Latar belakang persoalan kedua ini sama sekali berbeda dengan yang pertama karena yang kedua ini disokong oleh budaya paganisme darimana orang-orang bukan Yahudi itu berasal. Mayoritas orang Kristen saat ini tidak pernah mempelajari sejarah abad pertama dan mereka tidak mengetahui bahwa orangorang percaya yang bukan Yahudi, berasal dari masyarakat Romawi yang tidak bersahabat dengan orang Yahudi. Padahal ini penting untuk memahami Alkitab dengan baik (terutama surat-surat Paulus). Paulus sedang menghadapi dua persoalan yang berbeda jenis, dan penting untuk diketahui kepada siapa sebenarnya ia menujukan suratnya itu. Sebagai contoh, permulaan Surat Galatia ditujukan kepada kelompok pengajar sesat yang pertama ("kelompok Yahudi"), sementara surat Roma, ditujukan terutama kepada kelompok kedua (orang-orang bukan Yahudi).62 Tiga konteks penting dalam penafsiran Alkitab adalah: ! Konteks Grammatikal/Literasi ! Konteks Historis ! Konteks Kultural/Religius Dua yang terakhir ini biasanya agak terabaikan dalam studi Alkitab. Hal ini menimbulkan persoalan penting lainnya mengenai penafsiran Alkitab. Kristen secara umum memandang surat-surat Paulus sebagai pelajaran yang dinamis untuk semua orang sepanjang zaman untuk ditafsirkan menurut situasi mereka masing-masing. Meskipun sebagian besar ajaran Kitab Suci dapat diterapkan untuk "kejadian 62 The Mystery of Romans, Mark Nanos, 1996, Fortress Press, Minneapolis. 75 masa kini", tetapi selama anda tidak memahami dahulu situasi yang ditujukan oleh penulisnya dalam konteks yang benar, maka anda tidak bisa memulainya untuk diterapkan pada situasi anda dengan benar. Kembali kepada "musuh" Paulus dalam jemaat Galatia. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang belum lama menjadi percaya, yang masih mempunyai pemahaman yang tidak benar atau tidak lengkap tentang iman dan keselamatan. Hal ini ditunjukkan dalam banyak tempat seperti: 2:3-5; 3:1-4;5:2-11 dan 6:12-15. Mereka ini mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa anda harus melakukan hal-hal tertentu untuk beroleh keselamatan, selain percaya kepada Tuhan melalui Yeshua. Mereka adalah golongan yang sama dengan yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 15. Perhatikan bagaimanapun orang-orang ini juga mempunyai pandangan yang salah terhadap apa yang sebenarnya diajarkan oleh Paulus, dengan menuduhnya mengajarkan orang untuk melepaskan hukum Taurat. Paulus pun terkejut mendengar tuduhan ini, seperti komentarnya dalam Roma 3:8. Sewaktu ia tiba di Yerusalem, para penatua memintanya untuk membuktikan ketidak-benaran hal itu. Seandainya memang benar Paulus telah mengajarkan demikian, maka berarti tuduhan itu benar. Tetapi Paulus membuktikan sebaliknya. Paulus menolak semua tuduhan bahwa ia mengajarkan orang untuk melepaskan hukum Taurat dengan bernazar dan mentahirkan diri (Kis 21:21-26). Tindakan ini seperti apa yang diatur dalam hukum Taurat dengan melibatkan pula persembahan korban (Bil 6:13-21). Dengan demikian Paulus juga membuktikan bahwa dirinya tetap memelihara hukum Taurat. Pesan Paulus kepada jemaat Galatia adalah untuk mengingatkan mereka akan persamaan yang benar: Iman yang berbasiskan Taurat + Tanpa hal lain = Keselamatan Ini adalah pesan yang sama yang Musa berikan kepada bangsa Israel pada zamannya. Membangun Hubungan Ibrani : Taurat dan Injil 76 Surat Ibrani menulis bahwa angkatan bani Israel di padang gurun telah menerima Injil (Beh-so-rah’) dan Injil itu harus diikuti dalam iman. Bukankah menarik bahwa mereka telah menerima Injil SEBELUM Mesias mati dan dibangkitkan ? Perjanjian Lama menunjukkan kepada kita apa yang mereka terima adalah Taurat, yang harus diikuti dalam iman. Maka inilah hubungan yang tercipta antara Taurat dan Injil. Taurat = Injil = Firman = Yeshua = Taurat yang telah menjadi manusia dan berdiam (tabernacle) di tengah-tengah kita (Yoh 1:1,14) Firman Tuhan luar biasa konsistennya dan saling menjalin satu sama lain jika anda menafsirkannya dengan benar. Istilah "tabernacle" disini berhubungan erat dengan Sukkot (Pondok Daun), yaitu salah satu Hari Raya TUHAN yang utama. Coba ingat saat Petrus menyaksikan Yeshua bersama-sama dengan Musa dan Elia (Mat 17:1-13). Apa yang Petrus pikirkan dan lakukan saat itu ? Ia memandang apa yang terjadi di depan matanya suatu penggenapan Messianis yang terkandung dalam makna hari raya Sukkot, dan oleh sebab itulah ia buru-buru mendirikan pondok daun (sukkah) ! Anda sekarang mulai melihat "gambaran besar"-nya jika anda meletakkan "Perjanjian Baru" kembali ke dalam konteks Ibrani. Membangun Hubungan Ibrani : Taurat dan Mesias Mari kita lihat apa yang tertulis dalam Ulangan 30:11-14 tentang Hukum Taurat. "Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan." 77 Sekarang bacalah perbandingan antara Taurat dan Yeshua yang ditulis oleh Paulus dalam Surat Roma: "Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Eloah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Eloah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Eloah. Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: "Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya." Dan kebenaran karena iman berkata demikian: "Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?", yaitu: untuk membawa Yesus turun, atau: "Siapakah akan turun ke jurang maut?", yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati. Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan." (Roma 10:1-8) Kutipan Surat Roma di atas mengandung perbaikan atas kesalahan penerjemahan yang terjadi hampir di semua Alkitab Kristen. Pertama, dalam ayat 4, Yeshua (Kristus) BUKAN "the end of the Law" (dalam pengertian pembatalan Hukum) tetapi Ia adalah "the goal" yakni tujuan akhir daripada Taurat (dalam konteks ini kata Yunani yang digunakan adalah "telos" = "tujuan", bukan "akhir").63 Puji Tuhan, dalam Alkitab Bahasa Indonesia terjemahan baru, kata telos ini telah diterjemahkan dengan baik sebagai "kegenapan". Kedua, kata "Tetapi" pada permulaan ayat 6, diganti kata "Dan" sebagai terjemahan yang benar (dalam konteks ini kata Yunani "de" = "dan", bukan "tetapi"). Disini Paulus tidak sedang menunjukkan suatu perbedaan atau kontradiksi antara Taurat dengan Yeshua, malahan ia berusaha mengungkapkan sebuah persamaan dan kesinambungan di antara keduanya, sebagaimana Tuhan selalu konsisten dan tidak berubah. Jika Paulus hendak menggambarkan perbedaan di antara keduanya, ia seharusnya memakai kata "alla" yang mana hanya dapat 63 Vine’s Expository Dictionary, kamus referensi Kristen yang paling banyak digunakan, menyatakan bahwa kata telos seharusnya tidak diterjemahkan sebagai "end" dalam Roma 10:4 melainkan sebagai "suatu hasil dari sebuah kondisi atau proses" (tujuan). 78 diartikan sebagai "tetapi", seperti yang ia pakai pada permulaan ayat 8.64 Kesalahan penerjemahan ini tentunya menggiring umat Kristen kepada pemahaman yang keliru, yakni bahwa Taurat sudah "habis". Hal ini semakin menjadi-jadi dengan penggunaan istilah "Perjanjian Baru" yang menciptakan sebuah pemahaman bahwa ada jalan yang "lama" (Yudaisme) sebelum Yeshua, dan ada jalan yang "baru" (Kristen) sesudah-Nya. Gagasan ini merupakan bagian daripada doktrin replacement theology yang dianut Kristen yakni bahwasanya Gereja telah menggantikan bangsa Israel sebagai umat pilihan Tuhan. Doktrin ini tentu saja melawan fakta bahwa firman Tuhan tidak pernah berubah (Roma 11). Kata "Gereja" (church) sendiri pada dasarnya tidak pernah ada dalam Alkitab. Kata Yunani darimana kata tersebut diterjemahkan adalah ekklesia, yang berarti "yang terpanggil", bukan "Gereja". Ekklesia adalah kata yang sama yang digunakan oleh 70 orang rabbi Yahudi yang menulis Septuaginta (Alkitab Yahudi berbahasa Yunani), jauh sebelum Yeshua dilahirkan.65 Lukas, dalam Kisah Para Rasul, memperjelas bahwa orang Israel yang menerima Mesias Israel DAN memelihara Taurat, adalah ekklesia.66 Penerjemahan kata ekklesia menjadi "Gereja" merupakan suatu kesalahan yang serius dan sekali lagi digunakan untuk mendukung sebuah konsep yang asing dari apa yang Alkitab katakan. Membangun Hubungan Ibrani : Taurat dan "Kemerdekaan" Orang Percaya Pertama-tama kita harus meluruskan dulu masalah penafsiran terhadap ungkapan "kemerdekaan Kristen" dan "hukum kasih". Kedua ungkapan ini seringkali ditafsirkan sebagai "bebas dari Hukum 64 Jewish New Testament Commentary, David Stern, Jewish New Testament Publication, Inc., Edisi Keempat, 1995. 65 Kata "Gereja" disusupkan dalam teks "Perjanjian Baru" pada abad pertengahan dan sangat mungkin berasal dari tradisi paganisme. 66 The Unknown Paul – Essays on Luke-Acts and Early Christian History, Jacob Jervell, 1984, Augsburg Publishing House, Minneapolis, p.41 79 Taurat". Sebagai contoh, dalam menjelaskan 1 Yohanes 2:3, J. Vernon McGee menulis: "Pertama, biarkan saya menunjukkan bahwa ayat ini tidak berhubungan sama sekali dengan masalah apakah orang percaya selamat atau tidak [dari api neraka]. Yohanes sedang berbicara tentang jaminan. Sebagai anak-anak Tuhan, kita adalah dalam satu keluarga. Tetapi bagaimana kita mempunyai jaminan bahwa kita berada di dalam keluarga Tuhan ? Ia mengatakan kepada kita bahwa jaminan itu didapat dengan menuruti perintah-perintah-Nya. "Jika kita menuruti perintah-perintah-Nya" tidak mengacu kepada Sepuluh Perintah. Yohanes disini tidak berbicara tentang aspek legal, ia berbicara tentang masalah keluarga." 67 Penulis yang sama menjelaskan pula Yakobus 2:12 seperti berikut: "Hukum yang memerdekakan" adalah hukum Kristus. Tuhan Yesus berkata: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yoh 14:15). Apakah perintah-Nya itu ? "Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu." (Yoh 15:12) 68 McGee juga menulis bahwa perintah-perintah Bapa dalam Perjanjian Lama telah diganti dengan yang baru dari "Yesus", seperti "pikullah beban sesamamu", "bersukacitalah", "berdoalah senantiasa", dan "jangan padamkan Roh". Benar memang bahwa menuruti perintah Tuhan adalah JAMINAN BAGI ORANG PERCAYA bahwa mereka hidup dalam Roh – akan tetapi yang dimaksud dengan perintah-perintah itu adalah Taurat-Nya. Coba pikir, apakah yang langsung muncul dalam benak orang-orang Yahudi yang menyimak khotbah-khotbah Yeshua begitu mendengar kata "perintah Bapa" atau "perintah Tuhan" seperti ini ? "Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah El." (Mat 19:17b) 67 Thru the Bible Commentary Series, First John, J. Vernon McGee, 1991, Thomas Nelson Publishers, Nashville, pp. 41-42 68 Thru the Bible Commentary Series, James, J. Vernon McGee, 1991, Thomas Nelson Publishers, Nashville, pp. 61 80 "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya." (Yoh 15:10) Tentu saja tanpa pikir dua kali mereka akan segera menjawab: Taurat Tuhan! (Mrk 10:19; Luk 18:20). Beginilah jika kita mau memahami Alkitab dalam konteks budaya yang benar. Jika perintah-perintah Yeshua tidak sama dengan perintah Tuhan, maka Yeshua bukanlah Tuhan, atau kita mempunyai dua Tuhan yang berbeda. Tetapi Tuhan tidak pernah berubah. Selama 1900 tahun, Kristen menggantikan Taurat dengan konsep demikian dan mengajarkan bahwa orang percaya mampu memahami apa yang dimaksudkan untuk mereka dengan "mengikuti petunjuk Roh Kudus", sehingga dengan begitu malah menimbulkan penafsiran yang beraneka-ragam, dan kebanyakan justru bertentangan dengan Taurat Tuhan. Bukankah ini yang dimaksud dengan ajaran untuk memuaskan keinginan telinga, yang menjauhkan orang percaya dari Taurat Tuhan ? (2 Tim 4:3) Alkitab telah memperingatkan kita terhadap guru-guru palsu yang mau mengajarkan apa yang orang-orang ingin dengar. Dan kebanyakan orang puas mendengar bahwa mereka tidak perlu lagi melaksanakan kewajiban hukum Taurat. Ajaran yang mengatakan "kita dimerdekakan dari hukum Taurat" merupakan produk dari teologi anti-Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. "Perjanjian Baru" kalau ditempatkan kembali ke dalam konteks Ibrani, mengatakan demikian tentang Taurat dan orang-orang percaya: ! Iman tidak membatalkan bagian manapun dari Taurat yang merupakan satu kesatuan (Mat 5:17-21; Yak 2:10). ! Memelihara Taurat adalah bagian dari iman yang membawa kita ke surga (Mat 19:17; Why 12:17; 14:12; 22:14). ! Kamu akan tinggal dalam kasih Yeshua, jika kamu menuruti perintah Taurat (Yoh 14:15-23) sebagaimana Ia tinggal dalam kasih Bapa dengan menuruti perintah Taurat (Yoh 15:10; Ibr 2:17-18; 4:15). 81 ! Iman dalam Yeshua tidak membatalkan apa yang Taurat katakan, justru meneguhkannya (Rom 3:31). ! Taurat sendiri adalah "memerdekakan" dan standar dimana kita harus bertekun (Yak 1:22-25). ! Yang hidup menurut daging tidak mau tunduk kepada Taurat (Rom 8:5-8). ! Jika kamu berkata kamu mengenal Dia tetapi tidak menuruti Taurat-Nya, maka kamu adalah seorang pendusta (1 Yoh 2:37). ! Yahudi atau bukan adalah tidak penting, yang penting ialah menaati Taurat Tuhan (1 Kor 7:19). ! "Hukum Kasih" adalah bahwa kita memelihara Taurat-Nya – tanpa merasakan itu sebagai beban lagi, melainkan sebagai pernyataan kasih setia kita kepada-Nya (1 Yoh 5:3; 2 Yoh 1:6; Mat 11:29-30). Perkataan-perkataan dalam "Perjanjian Baru" yang diasosiasikan dengan Taurat seperti di atas mungkin akan membingungkan orang karena mereka tidak terbiasa berpikiran demikian. Namun demikian, pada saat Yeshua dan para penulis "Perjanjian Baru" (yang notabene adalah orang Yahudi) berbicara tentang "perintah/hukum Tuhan" dalam konteks religius, tentu yang dimaksud tidak lain dan tidak bukan adalah Taurat, karena memang inilah yang berlaku dalam budaya mereka. Atau adakah yang lain ? Taurat ini pula, termasuk kitab-kitab lainnya dalam Tanakh ("Perjanjian Lama"), yang dimaksud Paulus sebagai Kitab Suci dalam suratnya untuk Timotius: "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Roh memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap 82 manusia kepunyaan Eloah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:15-17) Ada beberapa hal penting yang dapat dipetik: 1. Timotius mempunyai Kitab Suci sejak ia masih kecil. Kitab Suci ini tentunya tidak memuat "Perjanjian Baru" (sebab baru ditulis antara tahun 40-90 M). 2. Rencana keselamatan Tuhan dalam Kitab Suci "Perjanjian Lama" adalah berdasarkan iman, dan bukan perbuatan. 3. Kitab Suci "Perjanjian Lama" adalah yang digunakan oleh para pengikut Yeshua untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. 4. Dengan Kitab Suci "Perjanjian Lama", tiap-tiap manusia kepunyaan Tuhan diperlengkapi. 5. Perbuatan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari iman. Kristen mengajarkan tentang "Yesus" hampir secara ekslusif dari "Perjanjian Baru". Saya jadi teringat ketika sewaktu kecil saya memperoleh Alkitab gratis dari pekerja Gideon dimana ketika saya membacanya, saya hanya menemukan bagian "Perjanjian Baru" di dalamnya. Dimana "Perjanjian Lama"-nya ? Apakah itu artinya "Perjanjian Lama" menjadi kurang penting dalam memberitakan Yeshua ? Padahal Yeshua sendiri mengajarkan bahwa "Perjanjian Lama" bercerita tentang diri-Nya (Lukas 24:27). Apakah Paulus dan murid-murid lainnya memberitakan Yeshua dengan "Perjanjian Baru" ? Tentu tidak – sebab yang mereka miliki hanyalah Tanakh. Disini saya tidak bermaksud mengurangi arti/peranan dari kitab-kitab "Perjanjian Baru" yang tentu juga merupakan kitab suci. Yang hendak diluruskan disini adalah bahwa Taurat, yang adalah Firman Tuhan, datang sebagai yang pertama, dan tidak ada satupun kitab setelahnya yang bertentangan dengannya. Taurat adalah dasar bagi penafsiran "Perjanjian Baru" yang benar – BUKAN dengan cara-cara lainnya. 83 Kitab-kitab dalam "Perjanjian Baru" ditulis oleh para penulis Yahudi dengan pola pikir Yahudi Messianis mereka, dengan harapan tulisan mereka dibaca, dimengerti dan diajarkan dengan pola pikir Yahudi Messianis yang sama. Terima kasih kepada ajaran teologi anti-Taurat yang telah berlangsung selama 1900 tahun - yang menyebabkan hal ini tidak terjadi ! Hasilnya adalah suatu ajaran yang salah tentang Taurat dan "Perjanjian Baru" yang melekat pada Kristen. 84 Bagian 9 Apakah semua ini begitu penting ? Apakah Yeshua memandang Taurat penting ? Orang Kristen akan mengatakan, "Tidak, sebab kami diselamatkan semata-mata oleh iman – jadi semua ajaran tentang tetek-bengek hukum Taurat ini adalah tidak penting." Seperti yang telah dijelaskan di depan, disini terdapat persoalan tentang definisi "iman". Definisi "iman" menurut orang Kristen masa kini adalah tidak sama seperti yang dimiliki oleh Yeshua – Mesias Yahudi – dan orang-orang Yahudi penulis kitab-kitab "Perjanjian Baru", serta orang-orang Yahudi lainnya di masa itu. Definisi Kristen berpusat kepada apa yang anda percaya, sementara dalam Yudaisme, fokusnya adalah pada sebuah hubungan yang berbasiskan iman dan ketaatan terhadap Taurat. Yakobus menekankan pada hal ini, iman dan taat, dalam keseluruhan suratnya, terutama pada ayat 2:17, dimana ia berkata bahwa "iman" tanpa disertai perbuatan pada hakekatnya adalah iman yang mati.69 Yeshua sendiri dengan jelas menjunjung tinggi pandangan Yahudi. Matius 5:17-7:28 adalah penjelasan panjang dari Mesias tentang cara melakukan Taurat dengan benar. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang 69 Lebih jauh Yakobus mengatakan "Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?" (ay. 14) dan "Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?" (ay. 20). 85 tinggi di dalam Kerajaan Sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:17-19) Ia memulainya dengan menyatakan dua buah fakta: 1. Jika anda berpikir ada bagian dari Taurat yang dibatalkan, maka anda salah. (Matius 5:17-18) 2. Jika anda tidak mengerjakan Taurat dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, maka anda tidak akan memperoleh tempat di Kerajaan-Nya (Matius 5:19-20) Perhatikan kalimat pertama yang digunakan oleh Yeshua adalah "Janganlah kamu menyangka". Yeshua mengetahui sejak awal bahwa banyak pengikut-Nya akan berpikir bahwa Ia hendak mengakhiri hukum Taurat. Dan itu dikatakan-Nya tidak benar. Setelah Ia menjelaskan panjang lebar tentang Taurat, Ia menyimpulkan ajaran-Nya (Mat 7:21-23) dengan berbicara tentang masa depan, ketika orang-orang tertentu tidak diperbolehkan memasuki Kerajaan Sorga. "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga ? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian orangorang yang tidak mengerjakan hukum!" (Matius 7:21-23) Apakah Ia menolak orang-orang ini karena "tidak mempercayai-Nya sebagai Mesias ?" Atau karena "tidak mengundang-Nya dalam hati mereka ?" Atau karena "tidak melakukan pengakuan dosa ?" Tidak. Melainkan Yeshua dengan jelas mengatakan bahwa orangorang yang tidak mengerjakan hukum (Yunani: anomia) tidak akan 86 masuk ke dalam Kerajaan-Nya.70 Hukum apa yang dilanggar oleh orang-orang anomos ini ? Konteks dalam Matius 7:21-23 tentu berhubungan dengan "hukum agama", karena Yeshua telah berbicara tanpa putus tentang Taurat dalam ayat-ayat sebelumnya yang Ia mulai dengan mengatakan tidak satu pun bagian dari Taurat yang dibatalkan (Matius 5:17-21). Ia menutup khotbah-Nya itu dengan memberikan suatu peringatan: barangsiapa tidak mengerjakan Taurat tidak akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Perhatikan baik-baik, orang-orang yang dimaksud oleh-Nya bukanlah para penyembah berhala atau kaum atheis. Atau adakah Yeshua berbicara tentang para pembuat dosa, maling, perampok, pelacur ? Bukan. Tetapi Yeshua berbicara tentang mereka yang mengklaim diri mereka adalah orang percaya dan memanggil-Nya "Tuhan". Mereka adalah orang-orang yang telah pergi menginjil dalam nama-Nya, mengusir setan dalam nama-Nya dan membuat mukjizat dalam namaNya. Ini menimbulkan pertanyaan serius: Apakah itu yang berisi kumpulan orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Yesus, namun menganggap tidak perlu lagi mengerjakan Taurat – seperti deskripsi yang disebutkan oleh Yeshua ? Bukankah Gereja Kristen cocok sekali dengan deskripsi ini ? Orang-orang anomos ini kelak di hari penghakiman akan terkejut amat kepalang ketika Yeshua menolak dan mengusir mereka. Mengapa ? Karena mereka tidak melakukan kehendak Bapa di sorga. Dan apakah kehendak Bapa itu ? 70 Dalam Alkitab bahasa Indonesia terjemahan baru, kata anomia ini diterjemahkan menjadi "pembuat kejahatan". Sebenarnya terjemahan ini kurang pas. Kata anomia (Nomor Strong 458) sesungguhnya berarti: (1) keadaan tanpa hukum: (1a) karena tidak menghiraukannya (1b) karena melanggarnya. (2) pelanggaran terhadap hukum, kejahatan, perbuatan salah. Adalah lebih tepat kalau ayat 23 diterjemahkan menjadi "orang-orang yang tidak mengerjakan hukum." Kata anomia juga digunakan dalam 1 Yoh 3:4 untuk menyatakan pelanggaran hukum Tuhan, juga dalam 2 Tesalonika 2:7, untuk menyatakan anti-Mesias yang melawan kebenaran Tuhan. 87 "Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapanKu dan peraturanKu. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah YHWH." (Imamat 18:5) "Akulah YHWH, Elohimmu: Hiduplah menurut ketetapan-ketetapanKu dan lakukanlah peraturan-peraturan-Ku dengan setia, kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah YHWH, Elohimmu." (Yeh 20:19-20) Ketetapan dan peraturan-Nya itu semua sudah ditulis dalam Taurat. Yang tinggal adalah apakah kita mau mengerjakannya untuk menyatakan kasih setia kita kepada-Nya ? Apakah Paulus memandang Taurat penting ? Ada semacam miskonsepsi yang dipegang banyak orang, termasuk oleh orang Yahudi modern saat ini, bahwa Yeshua mungkin saja mendukung hukum Taurat, namun rasul Paulus – dialah yang mendirikan agama Kristen dengan mengambil pendirian yang berlawanan dengan Taurat. Sebagai contoh, seperti yang ditulis oleh pengarang Kristen Daniel Fuller dalam bukunya, The Unity of the Bible: Tetapi para ahli sejarah harus juga menjelaskan bagaimana seorang yang begitu terlibat dalam Yudaisme dapat kemudian terlepas sepenuhnya dari jalan hidup Yahudi. Menolak sunat sebagai tanda perjanjian untuk orang percaya baik Yahudi dan bukan Yahudi (Gal 2:3-5) dan mau makan makanan yang haram supaya ia memelihara persahabatan dengan orang-orang bukan Yahudi (ay. 11-14). Tidak ada satupun dari latar belakang Paulus sebagai orang yang terpengaruh kuat dalam tradisi Yudaisme, yang dapat menjelaskan tindakannya berbalik dari Yudaisme. Satu-satunya alternatif yang dapat menjelaskan bagaimana Paulus mau makan daging babi adalah dengan menerima penjelasannya sendiri: perubahan mencolok ini disebabkan pertemuannya dengan Yesus yang telah bangkit pada saat perjalanannya menuju Damaskus untuk menghancurkan gereja Kristen disana.71 71 The Unity of the Bible, Daniel P. Fuller, 1992, Zondervan Publishing House, Grand Rapids MI, p. 53. 88 Kecaman Paulus terhadap Petrus, dalam Galatia pasal 2, secara tradisional dipandang oleh umat Kristen sebagai bukti bahwa hukum Taurat telah berakhir bagi orang-orang Yahudi yang menjadi pengikut Mesias. Permasalahan disini ialah dalam paragraf tersebut kasus yang dibicarakan bukan tentang makanan. Petrus memang sedang makan bersama orang-orang bukan Yahudi, akan tetapi ini BUKAN berarti ia sekarang sedang makan makanan yang haram. Melainkan karena orang Yahudi biasanya tidak duduk dan makan bersama-sama orang bukan Yahudi pada masa itu. Namun Petrus telah diberitahu Tuhan bahwa orang-orang bukan Yahudi adalah "halal" – bahwa Tuhan tidak membedakan manusia. (Inilah arti mimpinya dalam Kisah Para Rasul pasal 10, yang tidak ada hubungannya dengan makan makanan haram sebagaimana terlihat dalam respon Petrus dalam Kisah Para rasul 10:17, 28, 34; 11:3-17; 15:7-10) Petrus dikecam oleh Paulus karena kemunafikannya, karena begitu ia melihat saudara-saudara Yahudinya (dari kalangan Yakobus) datang, ia berjalan menjauhi orang-orang bukan Yahudi itu, dengan menganggap mereka seolah-olah lebih rendah. Ketika Paulus berkata kepada Petrus bahwa mereka "hidup" dengan cara yang sama, ia tidak sedang berbicara tentang kebiasan makan mereka, melainkan yang dimaksudnya ialah mereka "diselamatkan" dengan cara yang sama. Hal ini konsisten dengan tema dalam ayat-ayat berikutnya, bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi diselamatkan ("hidup") dengan cara yang sama, yaitu dengan iman, bukan dengan "mengerjakan Taurat".72 Dengan menyimpulkan bahwa "Paulus mau makan daging babi", dan mengajarkan Petrus untuk berbuat hal yang sama, setidaknya Fuller: ! Mengasumsikan Paulus mengajarkan demikian. anti terhadap Taurat dan ! Mengasumsikan apa yang dibicarakan Paulus dalam ayatayat ini ialah "kita tidak perlu lagi menaati larangan makan makanan yang haram". 72 Lihat The Mystery of Romans, Mark nanos, 1996, Fortress Press, Minneapolis, pp.337-371, untuk bahasan yang lebih dalam tentang ayat-ayat ini. 89 ! Tidak menghiraukan konteks keseluruhan dari surat Paulus ini, tentang keselamatan atas dasar iman baik untuk orang Yahudi dan orang bukan Yahudi. Tetapi apa yang diasumsikan Fuller tidak demikian pada diri Paulus sebenarnya, yang mengajarkan bahwa Taurat juga berlaku untuk orang bukan Yahudi – bukan untuk keselamatan, tetapi sebagai petunjuk jalan hidup dalam iman. Ini adalah bagian dari rencana Tuhan untuk memulihkan kesatuan-Nya (melalui iman Israel), karena walaupun "Tuhan adalah satu" (Ulangan 6:4), Ia belum benar-benar "satu", sampai kedatangan Mesias pada akhir zaman (Zakharia 14:9). Sebagai seorang rabbi orthodoks, begitulah cara pandang Paulus terhadap "kesatuan" (echad) Tuhan dan menjadi landasan bagi semua tulisan-tulisannya. Kepercayaan ini menekankan bahwa satu Tuhan, di bumi ini, untuk orang Yahudi dan orang bukan Yahudi (mis. Roma 1:16). Dan satu Tuhan di surga, dengan satu Taurat (pengajaran) dariNya untuk seluruh umat manusia (Keluaran 12:48-49; Imamat 24:22; Yesaya 56). Dan satu Tuhan sepanjang sejarah (Maleakhi 3:6; Ibrani 13:8). Jalan yang Ia sediakan untuk kita mengarah kepada pemulihan kesatuan Tuhan dengan ciptaan-Nya, yang terjadi melalui Mesias, pada masa 1000 tahun dan masa berikutnya "Dunia Baru" (Olam Haba), sebuah konsep yang fundamental dalam Yudaisme. Dalam Surat Roma sendiri terkandung sebuah ajaran (midrash) yang sangat signifikan tentang Taurat. Walaupun Paulus secara agresif mengecam ajaran bahwa orang bukan Yahudi harus mengerjakan Taurat supaya memperoleh keselamatan (Kisah Para Rasul, Galatia), ia tetap pada pendiriannya bahwa setelah keselamatan diperoleh, hukum Taurat harus menjadi pedoman hidup bagi setiap orang percaya. Peranan Taurat di Masa Depan Ayat-ayat dalam Tanakh ("Perjanjian Lama") yang menunjuk kepada Messias dan masa 1000 tahun, semuanya memperlihatkan ketaatan kepada Taurat. ! Persembahan (untuk pendamaian, BUKAN keselamatan) berlangsung kembali (Yehezkiel 45:13:20). 90 ! Bangsa-bangsa tidak datang untuk merayakan Natal 25 Desember di Yerusalem, mereka datang untuk merayakan Sukkot, Hari Raya Pondok Daun (Zakharia 14:16-19). ! Orang-orang percaya akan menjadi imam (cohen) di dalam Kerajaan Tuhan – anda tidak bisa menjadi seorang cohen dengan mengabaikan Taurat (Ibrani 7:12). ! Para imam semuanya akan berpakaian dalam 4 macam pakaian Imam Besar, menggambarkan status Yom Kippur yang berkelanjutan. (Yehezkiel 44:17-18; juga Keluaran 28 dan Imamat 16:4)73 ! Orang-orang akan memegang tzitzit (jumbai atau punca jubah) seorang Yahudi pada waktu itu dan berkata "bawalah saya kepada Elohim" (Zakharia 8:23). ! Masa 1000 tahun itu sendiri adalah kegenapan dari apa yang ditunjukkan kepada kita pada setiap Sabat. Yesaya 61:3 (bagian yang dibaca oleh Yeshua dalam Lukas 4:16-21) berbicara tentang Mesias, pada Masa 1000 tahun, menyebut umat-Nya "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN". Istilah ini adalah bentuk eufemisme Yahudi untuk menyebut orang-orang yang taat kepada Taurat. Wahyu pasal 22 menggambarkan ide yang sama, dimana "pohon kehidupan" juga menyatakan Taurat. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Wahyu menempatkan sebuah ketentuan bagi orang-orang yang berharap memasuki Yerusalem Baru – mereka adalah orang-orang yang memelihara Taurat-Nya (Why 22:14)74 Tempat bagi orang-orang yang melanggar Taurat adalah di luar kota (Why 22:15). Kristen sejak lama menafsirkan ayat-ayat Ibrani baik dalam Perjanjian "Lama" dan "Baru" dengan pola pikir Yunani yang anti-Taurat 73 Juga lihat Mishna Yoma 7:5 Ada perbedaan terjemahan disini antara King James Bible Authorised Version 1769 dengan Revised Standard Version 1947. Dalam KJV tertulis: "they that do His commandments" sedangkan RSV tertulis: "those who wash their robes". Alkitab bahasa Indonesia terjemahan baru mengikuti terjemahan yang terdapat pada RSV. 74 91 sehingga mempunyai arti yang berbeda dari apa yang ayat-ayat itu katakan. Kita diselamatkan oleh iman semata-mata – tetapi iman ini, menurut Kitab Suci Ibrani (baik Perjanjian "Lama" maupun "Baru") adalah hal yang tidak terpisahkan dari perbuatan menaati perintah Tuhan tentang bagaimana kita harus hidup – Taurat Tuhan. Yeshua sendiri tidak terpisahkan dari Taurat, sebab Ia adalah tujuan dan kegenapannya – Yeshua adalah "Taurat yang hidup". Ajaran ini konsisten dalam keseluruhan "Perjanjian Baru" jika ditafsirkan dengan benar. Paulus sendiri berkata jika kamu adalah seorang bukan Yahudi yang dipilih untuk mengikut Mesias, maka selamat datang kepada Taurat-nya Israel (Efesus 2:11-13). 92 Penutup Kesimpulan Seribu sembilan ratus tahun bukanlah sebuah masa yang singkat. Selama kurun waktu tersebut banyak hal dan perubahan yang telah terjadi, baik dalam tubuh Kristen maupun Yahudi. Pemahaman Alkitab yang tidak menghiraukan konteks dan cara pikir Ibrani telah menghasilkan ajaran yang tidak benar tentang hubungan Taurat dengan orang percaya, seperti yang disimpulkan oleh Biblical Studies Press di bawah ini: Kristus adalah "the end of the Law" dan orang percaya tidak berada di bawah Hukum Taurat.75 Kesimpulan ini jelas-jelas berlawanan (kontradiksi) dengan firman TUHAN: 1. Bahwa Taurat-Nya adalah kekal dan tidak dibatalkan hingga kesudahan zaman. (Kej 17:7; Kel 12:24; Yer 33:20-21; 33:25-26; Mat 5:18; Luk 16:17) 2. Bahwa orang percaya harus hidup menurut Taurat-Nya. (Im 18:5; Ul 8:6; 10:12; 12:32; Yos 1:8; Yeh 20:19-20; Mzm 119:1; Mat 5:18-19; Luk 11:28; Yoh 14:21; 15:10; Yak 1:22-25; 1 Yoh 1:3-7) Dalam Roma 8:5-8 Paulus mengatakan bahwa manusia bisa masuk ke dalam satu dari dua kategori di hadapan Tuhan. Apakah mereka hidup: a) menurut daging, atau b) menurut Roh. Paulus mengatakan jika anda hidup menurut daging, anda tidak mungkin berkenan kepada Tuhan. Mengapa demikian ? Karena, jawab Paulus, mereka yang hidup menurut daging tidak tunduk kepada hukum Tuhan (TAURAT). Dengan begitu sebaliknya Paulus mengatakan bahwa mereka yang hidup menurut Roh (yang telah diselamatkan) TUNDUK kepada Taurat. 75 Questions and Answers, sub bagian : "How should New Testament Believers relate to Old Testament Laws ?", Biblical Studies Press, www.bible.org 93 Jika anda menganggap diri anda hidup menurut Roh, berarti anda TUNDUK kepada Taurat Tuhan. Demikiankah ? Atau anda hidup menurut daging dan tidak tunduk kepada hukum Tuhan ? Keputusan Akhir di Tangan Anda Bagi anda yang haus akan kebenaran Tuhan dan ingin lebih jauh mengenal dan belajar bersama-sama kami, silakan menghubungi alamat e-mail Komunitas Nasrani: [email protected] Dan berdoalah demikian: "Bapa di surga, buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati." (Mazmur 119:34) Selamat. Tuhan memberkati. -SELESAI- 94 Referensi ! Not Subject to the Law of (http://www.yashanet.com), 1999. God ?, YashaNet ! What is Nazarene Judaism ?, Dr James Trimm dan Chris Lingle, The Society for the Advancement of Nazarene Judaism (http://www.nazarene.net), 1997. ! Biblical Law, Dr. James Scott Trimm, The Society for the Advancement of Nazarene Judaism (http://www.nazarene.net), 1997. ! Yom Kippur and The New Convenant, Dr. James Scott Trimm, The Society for the Advancement of Nazarene Judaism (http://www.nazarene.net), 1997. ! Legalism vs. Paul's Faith Response to the Torah, David Rudolph, The Joseph Rabinowitz School of Jewish Studies, Messiah Biblical University, Association of Torah-Observant Nazarenes (www.teshuvah.com), 1995. ! Under The Law, or With The Law?, Yeshayahu Heiliczer, Association of Torah-Observant Nazarenes (www.teshuvah.com), 1995. ! Torah Rediscovered, Ariel dan D’vorah Berkowitz, First Fruit of Zion (www.ffoz.org), 1998. ! Jerusalem – One City Three Faiths, Karen Armstrong, Alfred A. Knopf, New York. 1996. ! Akar Bersama – Belajar tentang Iman Kristen dari Dialog Kristen-Yahudi, Hans Ucko, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1999. 95 96