MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA

advertisement
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA
PELAJARAN PAI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN
ROLE PLAYING DI SDN BAJO INDAH KECAMATAN SOROPIA
KABUPATEN KONAWE
Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar
Sarjana Pendidikan Islam pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam
OLEH :
RIANI BADARUDDIN
NIM. 10010101058
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2012
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing skripsi saudari, Riani Badaruddin, NIM. 10010101058,
mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN
Kendari, setelah secara seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan
dengan judul “Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran PAI
dengan menerapkan metode pembelajaran role playing di SDN Bajo Indah Kecamatan
Soropia Kabupaten Konawe” memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi
syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.
Kendari, Desember 2012
Pembimbing
Drs. H. Moh. Yahya Obaid, M. Ag
Nip. 19650312193031006
iii
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul ”Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada
mata pelajaran PAI dengan menerapkan metode pembelajaran role playing di SDN
Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe” yang disusun oleh Saudari,
Riani Badaruddin, Nim. 10010101058, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama
Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan
Qaimuddin Kendari, telah di uji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah pada
hari Selasa, 25 Desember 2012M bertepatan dengan tanggal 11 Shafar 1434H, dan
dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Pendidikan Islam, dengan beberapa perbaikan.
Kendari, 11 Shafar 1434 H
25 Desember 2012M
DEWAN PENGUJI
Ketua
: Dr. Supriyanto, M. Ag
(…………….......)
Sekretaris
: Dr. Hj. St. Hasniyati Gani Ali, M. Pd.I
(………………...)
Anggota
: Drs. H. Moh. Yahya Obaid, M. Ag
(………………...)
Mengetahui:
Ketua STAIN Sultan Qaimuddin
Kendari
Dr. H. Nur Alim, M. Pd
NIP. 196505041991031005
iii
ABSTRAK
Riani Badaruddin, NIM. 10010101058, Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Kelas IV Pada Mata Pelajaran PAI Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Role
Playing di SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, Melalui
Bimbingan Drs. H. Moh. Yahya Obaid, M. Ag
Skripsi ini mengangkat permasalahan 1).Bagaimanakah penerapan model
pembelajaran role playing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV
SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ? 2).Apakah penggunaan
model pembelajaran role playing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan
Soropia Kabupaten Konawe ?. Bertujuan 1). Untuk mengetahui penerapan model
pembelajaran role playing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV
SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. 2).Untuk mengetahui
peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
melalui model pembelajaran role playing di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan
Soropia Kabupaten Konawe.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilaksnakan
di SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, pada kelas IV dengan
jumlah 17 orang siswa, yang dilaksnakan dengan 2 siklus dengan tahapan
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi serta refleksi.
Dalam mengumpukan data peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yaitu tes untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa, observasi untuk
mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa dan aktivitas mengejar guru
dengan menggunakan pembelajaran role playing. Data yang telah dikumpulkan
dianalisis secara deskriptif, yaitu memaparkan hasil pengamatan dan hasil belajar
siswa setiap siklus.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa penerapan model pembelajaran role
playing pada mata pelajaran PAI siswa kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat berjalan dengan baik, yaitu
hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, hal ini dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II. Motivasi belajar siswa
mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan
motivasi belajar siswa setiap siklus mengalami peningkatan, yatu perolehan skor
kelompok I pada siklus I (144 atau 60% dari skor ideal 240) meningkat menjadi
83.33% dengan perolehan skor 200, dan kelompok II memperoleh skor pada siklus I
(132 atau 55% dari sko ideal 240) meningkat pada siklus II menjadi 82.92% dengan
perolehan skor sebesar 199, sedangkan pada kelompok III, memperoleh skor pada
siklus I (115 atau 57.5% dari skor ideal 200) mengalami peningkatan pada siklus II
sebesar 81% atau dengan skor 162. Pelaksanaan tindakan ini dinyatakan berhasil
karena motivasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan model
pembelajaran role palying.
iv
KATA PENGANTAR
‫ﻢﻴﺣﺮﻟﺍﻦﻤﺣﺮﻟﺍﻪﻠﻟﺍﻢﺴﺑ‬
‫ﻟﺍﺤﺪﻤ ﻪﻠﻟ ﻌﻟﺍﺏﺭﺎﻦﻴﻤﻟ ﺓﻼﺼﻟﺍﻭ ﻢﻼﺴﻟﺍﻭ ﻰﻠﻋﻑﺮﺷﺍ‬
‫ﻷﺍﺎﻴﺒﻧﺀ ﻤﻟﺍﻭﺳﺮﻦﻴﻠ ﻪﻟﺍﻰﻠﻋﻭ ﺍﻭﺑﺎﺤﺻﻪ ﺍﺟﻦﻴﻌﻤ‬
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini meskipun
dalam bentuk yang sangat sederhana.
Skripsi yang berjudul " Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada
mata pelajaran PAI dengan menerapkan model pembelajaran role playing di SDN
Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ", disusun sebagai kelengkapan
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada STAIN Kendari.
Sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih terutama kepada : kedua orang tua ayahnada almarhum Badaruddin dan
Ibunda Hasbia, suamiku (Ruspin), anak-anak ku (M.Yunas dan M. Abriyansyah), yang
selalu memberi dukungan dan doa serta menjadi motivasi bagi penyelesaian skripsi
ini, selain itu penulis mengucapkan terimah kasih yang tak terhingga pula kepada :
1. Bapak Dr. H. Nur Alim, M. Pd, selaku Ketua STAIN Sultan Qaimuddin Kendari,
atas segala bantuan proses akademik, selama peneliti menempuh studi.
2. Ibu Dra. Hj. St. Kuraedah, M.Ag selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Kendari
dan Bapak Aliwar, S.Ag, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam.
v
3. Bapak Drs. H. Moh. Yahya Obaid, M. Ag, yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis sehingga terwujudnya skripsi ini sebagaimana adanya.
4. Kepala SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, yang telah
memberikan kesempatan dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan
skripsi ini.
5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari atas segala kekurangan skripsi ini karena keterbatasannya
kemampuan yang dimiliki penulis, oleh karena itu diharapkan adanya saran dan
koreksi yang sifatnya konstruktif demi penyempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya.
Kendari, Desember 2012
Penulis,
RIANI BADARUDDIN
NIM. 10010101058
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN..................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
ABSTRAK..................................................................................................... .
KATA PENGANTAR.................................................................................. ..
DAFTAR ISI ..................................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………....…..
B. Idenfikasi Masalah……………………………………………….
C. Rumusan Masalah………………………………………………..
D. Pemecahan Masalah.……………………………………………..
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………….
F. Defenisi Operasional…………………………………………….
1
4
5
5
5
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar Siswa………………………………………….
1. Definisi Motivasi Belajar……………….……………….….
2. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar…………………….
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar………
4. Pentingnya Motivasi Belajar………………………………...
B. Metode Pembelajaran Role Playing …………………………….
1. Definisi Metode Pembelajaran……………………………….
2. Definisi Pembelajaran Role Playing ………………………..
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Role Playing……………...
4. Ciri-Ciri Pembelajaran Role Playing………………………..
5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Role Playing ……
C. Deskripsi Pendidikan Agama Islam……………………………..
1. Definisi Pendidikan Agama Islam…………………………..
2. Tujuan Pendidikan Islam……………………………………
8
8
12
15
17
19
19
21
23
25
28
30
30
32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Subyek Penelitian……………………………………
B. Jenis Data dan Cara Pengambilannya………………………..…
C. Prosedur Penelitian……………………………………………..
D. Tehnik Pengumpulan Data…………………………………….
34
34
35
37
vii
E. Tehnik Analisis Refleksi……………………………………….
F. Indikator Kinerja………………………………………………..
37
38
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SDN Bajo Indah………………………………………………..
B. Deskipsi Hasil Penelitian………………………………………………
C. Pembahasan……………………………………………………………
39
41
60
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran-saran.............................................................................................
63
64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan apa yang menjadi impiannya,
harta kekayaan kekuasaan pangkat dan jabatan bahkan kebahagian dunia akhirat dapat
diraih dengan pendidikan, hal ini relevan dengan firman Allah dalam Q.S. AlMujadalah ayat 11, yang berbunyi sebagai berikut:



...







    
Artinya: … Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan
diantara orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.(QS. Mujadalah:11).1
Berdasarkan ayat ini dapat dipahami bahwa pendidikan sangatlah berarti bagi
siapapun yang ingin menggapai suatu keberhasilan atau kebahagiaan dunia akhirat,
dengan kata lain bahwa sekolah sebagai pendidikan formal sangat berperan besar
terhadap keberhasilan siswa. Untuk itu pendidikan menjadi suatu kebutuhan yang
sangat penting dan harus dipenuhi mulai dari lahir sampai mengahadapi ajalnya,
dalam hal ini pendidikan itu sepanjang hayat sebagai pegangan untuk hidup dan
mensejahterakan kehidupannya.
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Cet. 1, Jakarta: PT Karya Toha Putra
Semarang, 1996), h. 434
1
ix
pelatihan. Menurut H. Fuad Ihsan “pendidikan adalah: suatu hasil peradaban yang
dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri yang berfungsi sebagai
filsafat pendidikan atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya”.2
Kebutuhan manusia terhadap pendidikan selain untuk mengembangkan aspek
individual dan sosial juga menjadi dasar pola hidup manusia baik jasmani maupun
rohani. Hal ini yang menyebabkan pendidikan menjadi kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi oleh setiap manusia sepanjang hayat sesuai dengan konsep long life
education.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat berperan besar
terhadap keberhasilan siswa. Terutama guru sebagai tenaga pengajar yang berperan
dalam mengelola proses pembelajaran menyiapkan materi yang akan diajarkan kepada
para siswa dan juga menentukan metode mengajar yang sesuai dengan materi
pelajaran yang akan diajarkan. Metode dalam kegiatan pembelajaran sangat penting
dilakukan oleh seorang guru agar dapat melaksanakan pendidikan dan pengajaran
secara efektif dan efisien dalam sebuah lembaga pendidikan baik pendidikan formal,
informal maupun non formal, pemanfaatan metode kegiatan pembelajaran sangat
penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran namun kadang kala
proses pembelajaran mengalami kegagalan dikarenakan penggunaan metode dalam
proses pembelajaran tidak sesuai, sehingga dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran tidak akan berhasil bila dalam proses pembelajaran tersebut tidak
menggunakan metode yang tepat. “Metode dapat diartikan sebagai cara yang
2
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Cet. 1, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 2
x
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal”.3 Ini berarti bahwa
metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan dalam proses
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berlangsung dalam situasi belajar yang
menyenangkan dan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. “Metode mengajar
adalah tehnik penyampaian bahan pelajaran kepada siswa. agar siswa dapat
menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan
baik”.4
Dalam mengajar, guru bukan sekedar menggunakan satu metode saja tetapi
dapat menggunakan lebih dari satu metode disesuaikan dengan materi pelajaran yang
akan ia ajarkan, misalnya metode role playing.
Menurut Roestina N. K bahwa: Kegiatan mengajar guru harus memilki strategi,
agar anak dapat belajar secara efektif dan efisien, sesuai tujuan yang telah
diharapkan. Salah satu langkah untuk memilih strategi itu adalah harus
menguasai. Dengan demikian “metode mengajar adalah strategi pengajaran
sebagai salah satu tehnik untuk mencapai hasil dan motivasi belajar yang
diharapkan”.5
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “kunci keberhasilan proses
pembelajaran adalah guru memiliki dan menguasai metodologi pembelajaran, yaitu
ilmu yang membicarakan tentang metode-metode dalam mengajar diantaranya metode
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan, (cet. 4,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 147
4
Zakiah Darajat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Cet. II, Jakarta: Bumi Aksara,
2001), h. 61
5
Syaiful Bahri Djamara, Aswan Saini, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. II, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 84
xi
role playing”.6 Sehingga dalam interaksi belajar mengajar seorang guru memegang
peranan yang menentukan, keberhasilan seorang anak untuk mencapai hasil belajar
yang optimal metode belajar sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung
secara optimal. Dalam penelitian ini, penulis akan coba mengkaji lebih dalam tentang
penggunaan metode role playing untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui
suatu penelitian dengan judul : “Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada
mata pelajaran PAI dengan menerapkan metode pembelajaran role playing di SDN
Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas beberaa masalah dapat
diidentifikasi antara lain:
1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
2. Kurangnya perhatian siswa pada saat proses pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
3. Rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
6
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(cet. 1, Jakarta: Ciputat
Pres, 2002), h. 4
xii
1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran role playing pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan
Soropia Kabupaten Konawe ?
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ?
D. Pemecahan Masalah
Dalam upaya memecahkan permasalahan tentang rendahnya aktivitas belajar
siswa, kurang perhatian, dan rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam akan dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran
role playing.
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran role playing pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah
Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe.
b. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia
Kabupaten Konawe.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
sebagai berikut :
a. Bagi Murid
xiii
dalam beberapa hal yakni
1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan.
3) Siswa diharpakan lebih aktif dalam belajar termotivasi dengan model
pembelajaran yang disajikan.
b. Bagi Guru akan memperbaiki pembelajaran di kelasnya
1) Guru dapat berkembang secara professional.
2) Melalui penelitian ini guru dapat memberi motivasi serta inovasi
pembelajaran untuk lebih meningkatkan kompetensi dalam profesinya
sebagai guru dalam pembelajaran anak.
3) Melalui penelitian ini guru dapat kesemaptan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan diri.
c. Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai acuan serta pegangan dalam memberikan
pembinaan dan bimbingan kepada siswa dalam meningkatkan kualitas
kemampuan siswa.
F. Definisi Operasional
1. Metode pembelajaran role playing adalah.
2. Motivasi belajar siswa
3. Mata pelajaran PAI.
xiv
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Hakikat Metode Pembelajaran Card Sort
1. Definisi Metode Pembelajaran
Sebelum penulis mengemukakan pengertian metode mengajar secara luas,
maka terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian metode mengajar. Menurut
xv
Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar mengemukakan
bahwa:
Metode yaitu, suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh oleh guru
dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang dicapai setelah
pelajaran berakhir.1
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode sangatlah penting
dilakukan atau dikuasai oleh seorang guru dalam proses pembelajaran agar tujuan
yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Dalam buku strategi belajar mengajar
dikatakan bahwa “metode adalah suatu cara mengajar yang berfungsi sebagai alat
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semakin baik metode yang digunakan, maka
akan semakin baik pula tujuan yang dicapainya”.2 Ini membuktikan bahwa suatu
metode pembelajaran yang dilakukan sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan
suatu pembelajaran.
Sedangkan pengertian “mengajar diartikan sebagai suatu
aktivitas pengorganisasian atau mengatur lingkungan yang sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak didik”3, sehingga terjadi proses belajar mengajar
sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan
belajar bagi para siswa. Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk
melaksanakan strategi. “Secara umum strategi
mempunyai pengertian suatu garis-garis
8
1
Syaiful Bahri Djamara, Aswan Saini, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. II, Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.53
2
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. I, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1999), h. 39
3
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Cet. IV, Jakarta: PT. Raja Grapindo,
2000), h. 48
xvi
haluan untuk bertindak dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”.4
Kemudian dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or series
of activities designet to ahieves a particular educational goal. Jadi dengan demikian
“metode pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.5 Selain
metode dan pendekatan pembelajaran terdapat juga istilah lain yaitu taktik, dan tehnik
mengajar. Tehnik adalah cara yang dilakukan seorang pendidik dalam rangka
mengimplementasikan suatu metode dengan menggunakan alat bantu, sedangkan
taktik adalah tindakan subjektifitas seorang guru dalam melaksanakan suatu tehnik
atau metode tertentu yang digunakannya.
Sehubungan dengan hal ini, Prof. Dr. Winarno Surakhman menegaskan dalam
karangan bukunya Drs. Suryosubroto bahwa “metode pengajaran adalah cara
pelaksanaan dari pada proses pembelajaran diberikan kepada murid-murid di
sekolah”.6
Sedangkan menurut pendapat penulis strategi, metode, tehnik, dan taktik
adalah merupakan serangkaian proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, di mana strategi adalah suatu cara pandang yang akan digunakan oleh
4
Syiful Bahri Djamara dkk, Op. Cit, h. 5
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan, (cet. 4,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 126
6
B Suryosubrito, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Cet. 1, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002), h. 148
xvii
pendidik sebelum proses pembelajaran dimulai. Sedangkan metode adalah suatu cara
yang dilakukan seorang pendidik dalam menyampaikan materinya agar peserta didik
dapat memahaminya secara efektif dan efisien. Tehnik adalah salah satu cara untuk
melaksanakan metode dengan menggunakan alat bantu, sedangkan taktik adalah
tindakan seorang pendidik dalam mengambil keputusan.
2. Cara Memilih Metode Pembelajaran
Guru merupakan orang tua kedua bagi anak didiknya, ia diserahi tanggungjawab untuk membimbing dan membina anak didik agar kelak dapat anak tersebut
dapat bermanfaat baik dirinya maupun orang lain. Untuk itulah guru harus menguasai
ilmu jiwa dan watak manusia untuk mengetahui kepribadian anak didiknya. Guru
menurut etimologi adalah:
Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti mengajar, dalam bahasa
inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar, selain itu terdapat pula kata
tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar dirumah, mengajar ekstra,
member les tambahan pelajaran, educator, pendidik, ahli didik, lecturer, pemberi
kuliah atau penceramah.7
Guru dalam konteks melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran memiliki
tanggung jawab pengajaran, bimbingan dan latihan keterampilan bagi para siswanya.
Oleh karena itu, seorang guru dalam mengajar hendaknya pandai memilih strategi apa
yang harus dilakukan dalam mengajar, agar dalam proses pembelajaran dapat berhasil
secara optimal. Lebih khusus mengenai strategi belajar mengajar, menurut perspektif
Ahmad Shabri dapat diartikan sebagai berikut:
7
Abudin Nata, Pespektif Isla tentang pola Hubungan Guru dan Murid, (Jakarta : Raja garfido
Persada, 2010), h. 41
xviii
Strategi/metode berarti pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang diambil
intuk mancapai tujuan secara efektif. Untuk malaksanakan tugas secara
professional guru mmerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinankemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang
telah dirumuskan, baik dalam arti efek instruksional, tujuan belajar yang secara
eksposit dalam proses belajar mengajar, maupun dalam arti efek pengiring
misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif sikap terbuka setelah siswa
mengikuti diskusi kelomok kecil dalam proses belajarnya.8
Mansur Muslich mengidentifikasikan 7 cara mengembangkan strategi
pembelajaran yang dikutib oleh Fatimah Kadir yaitu :
1). Bagaimana mengaktifkan siswa, 2). Bagaimana siswa membangun peta
konsep, 3). Bagaimana menggali informasi dari media cetak, 4). Bagaimana
membandingkan dan mensistensikan informasi, 5).Bagaimana mengamati kerja
secara aktif, 6). Bagaimana cara menganalisis dengan peta akibat atau roda masa
depan dan, 7). Bagaimana melakukan kerja paraktek.9
Berdasarkan pendapat di atas bahwa metode/strategi pembelajaran merupakan
peranan guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses mangajar, agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan
tercapai dan berhasil. Untuk memudahkan seorang guru dalam memilih strategi
pembelajaran hendaknya guru harus mengetahui atau dapat mengklasidikasikan
strategi dalam mengajar sebagaimana pendapat Syaiful Bahri Djamara dkk yang
dikutib oleh Fatimah Kadir bahwa :
1).Konsep dasar strategi belajar mengajar, 2). sasaran kegiatan belajar mengajar,
3). belajar mengajar sebagai suatu system, 4). hakikat proses belajar, 5).
Entering behavior siswa, 6).pola-pola belajar siswa, 7).memilih strategi belajar
mengajar, 8). mengelolah proses belajar mengajar.10
8
Ibid, h. 3
9
St. Fatimah Kadir, Strategi Belajar Mengajar, ( Kendari : STAIN, 2007), h. 23
10Ibid,
h. 4
xix
Beradasarkan pendapat di atas, dapat memberikan kejelasan kepada kita bahwa
seorang guru hendaknya dapat mengetahui dan menguasai strategi belajar mengajar
dengan baik agardalam mengamalkan dan melaksanakan tgas dan tanggung jawabnya
sebagai guru yang salah satunya adalah mengajar dapat berjalan dengan efektif dan
efisien.
3. Faktor-Faktor Pemilihan Metode
Seorang pendidik dalam menggunakan suatu metode haruslah memperhatikan
beberapa faktor seperti melihat tujuan, situasi, kondisi dan sebagainya, untuk
mencapai tujuan yang dicapai karena keberhasilnya suatu pembelajaran dipengaruhi
oleh pemilihan metode yang sesuai. Oleh karena itu dalam pemilihan suatu metode
mengajar, beberapa faktor yang harus dipertimbangkan:
a. Tujuan, setiap bidang studi mempunyai tujuan bahkan dalam topik
pembahasan tujuan pengajaran ditetapkan.
b. Karakteristik siswa, adanya perbedaan karakteristik siswa dipengaruhi oleh
latar belakang kehidupan sosial ekonomi, tingkat kecerdasan dan watak
mereka yang berlainan antara satu siswa dengan siswa yang lainnya.
c. Situasi dan kondisi, disamping adanya perbedaan karakter dan tujuan yang
ingin dicapai, tingkat sekolah, letak geografis, menjadi bahan pertimbangan
dalam memilih suatu metode.
d. Perbedaan pribadi dan kemampuan guru, seorang guru yang terlatih bicara
disertai gaya, mimik, gerak, irama, tekanan suara akan lebih berhasil dalam
memakai metode ceramah.
e. Sarana dan prasarana, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah akan
membantu guru dalam menggunakan suatu metode.11
Sedangkan untuk memilih metode mengajar menurut R. Ibrahim dan Nana
Syaodih terdapat faktor-faktor memilih metode mengajar adalah diantaranya:
11
M. Basyiruddin Usman, Op Cit., h. 32-33
xx
a. Kesesuaian dengan tujuan instruksional,
Metode manapun yang akan digunakan harus dijelaskan terlebih dahulu tujuan
yang akan dicapai, baik tujuan instruksional khusus, maupun tujuan instruksional
umum. Namun hubungan antara metode dengan tujuan yang ingin dicapai tergantung
pada jenis mata pelajaran yang akan diajarkan.
b. Keterlaksanaan dilihat dari waktu dan sarana
Pemilihan metode pengajaran perlu mempertimbangkan waktu dan sarana
yang tersedia, misalnya “dalam setiap pembelajaran pendidik menggunakan metode
karya wisata untuk dilakukan setiap hari namun waktu dan sarana tidak
memungkinkan maka pendidik juga harus menyesuaikannya”.12
B. Hakikat Hasil Belajar Siswa
1. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan upaya yang dicapai oleh siswa melalui kegiatan
belajar sehingga siswa memperoleh pengetahuan,keterampilan dan perubahan sikap
menuju kearah yang lebih baik. Sejalan dengan itu, Oemar Hamalik mengatakan
bahwa hasil belajar yaitu “Hasil belajar akhir murid yang diberikan guru dalam bentuk
nilai angka dengan hurufnya, setelah melalui tes sumatif, sub sumatif atau EBTA”.17
Sejalan dengan itu Anton M. Miliono mengemukakan bahwa: “Hasil belajar adalah
12
R. Ibrahim, Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Cet. II, Jakarta: PT Rineka Cipta),
17
Oemar Hamalik, Kesulitan Belajar, (Bandung: Alumni, 1981), h. 49.
h. 109
xxi
penguasan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran
lazimnya ditujukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”.18
Adapun menurut Masrun dan Sri Mulyani Martinah bahwa hasil belajar adalah
“Penilaian atau pengukuran untuk mengetahui apakah guru dalam menyajikan bahan
pelajaran telah berhasil dengan baik, disamping itu juga untuk mengukur seberapa
jauh murid menangkap dan mengerti yang telah dipelajari”.19 Kemudian dikemukakan
pula bahwa:
Hasil belajar adalah suatu kemampuan internal (capability) ditunjukkan pada
tercapainya tujuan belajar yang telah dimilik seseorang dan memungkinkannya
untuk melakukan sesuatu atau memberikan hasil tertentu (performance).20
Berdasarkan dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar yang menggunakan
alat ukur untuk menilai baik berupa angka maupun huruf. Untuk mengetahui tingkat
prestasi siswa di sekolah biasa diadakan evaluasi belajar baik yang sifatnya harian
yang dilakukan setiap selesai penyajian materi pelajaran, maupun melalui ulangan
semester atau mid semester. Dengan diadakannya ulangan atau evaluasi tersebut,
maka tingkat prestasi siswa dapat tergambar, dan dapat diketahui apakah siswa
memperoleh prestasi atau hasil yang memuaskan atau tidak.
2. Jenis-Jenis Hasil Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang
18
Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Jakarta: t.p, 1982), h. 21
19
Masrun dan Sri Mulyani Martinah, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UGM, 1983), h. 12
W.S. Wingkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1996), h. 97
20
xxii
dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah
laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai
hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa.
Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan
mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa: tujuan belajar siswa diarahkan untuk
mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini
pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau
ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran.
Dengan kata lain, hasil belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam
penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan
menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat
dalam teori Bloom berikut:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan
aspek
intelektual,
seperti
pengetahuan,
pengertian,
dan
keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan.
Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan
(kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan
Intelektual (kategori 2-6).
1) Pengetahuan (Knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali dan
mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan
xxiii
sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajari dan
disimpan dalam ingatan.
2) Pemahaman
(Comprehension).
Pemahaman
didefinisikan
sebagai
kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang
dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan
memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan
sebagainya.
3) Aplikasi
(Application). Aplikasi
atau penerapan diartikan sebagai
kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu
kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang
memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus,
teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja.
4) Analisis (Analysis). Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk
merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur
keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat
analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan
membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih
kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta
membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
5) Sintesis
(Synthesis).
Sintesis
diartikan
sebagai
kemampuan
untuk
membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas
analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau
xxiv
pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu
mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan
solusi yang dibutuhkan.
6) Evaluasi (Evaluation). Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk
membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria
tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian
terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang
cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya.
b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan
yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan
ranah afektif terdiri dari aspek:
1). Penerimaan (Receiving/Attending). Penerimaan mencakup kepekaan akan
adanya
suatu
perangsang
dan
kesediaan
untuk
memperhatikan
rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan
oleg guru.
2). Tanggapan (Responding). Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada
di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam
memberikan tanggapan.
xxv
3). Penghargaan (Valuing). Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan
untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai
dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau
mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan
konsisten dengan sikap batin.
4). Pengorganisasian (Organization).Memadukan nilai-nilai yang berbeda,
menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang
konsisten. Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilainilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang
pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.
5). Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or
Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya
sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya mencakup
kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa,
sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata
dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan, “keterampilan ini
disebut .motorik. karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan
xxvi
persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian”.13 Orang
yang memiliki keterampiulan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh
dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh
secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan
automatisme yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan
dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus
dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang
kaitannya dengan pendidikan agama ialah keterampilan membaca dan menulis huruf
Arab, keterampilan membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur.an, keterampilan
melaksanakan gerakan-gerakan shalat. Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh
melalui proses belajar dengan prosedur latihan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Para ahli telah mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa. Faktor-faktor yang mereka kemukakan cukup beragam, tetapi pada dasarnya
dapat dikategorikan kedalam dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa
dan faktor yang datang dari luar siswa itu sendiri atau faktor yang berasal dari
lingkungan yang ada disekitarnya. Menurut Drs. Slameto mengatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
a. Faktor Intern
1) Faktor jasmani
13
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 99-100.
xxvii
a. Faktor Kesehatan
Proses belajar seseorang akan berpengaruh jika kesehatan seseorang terganggu
beberapa gangguan kesehatan yang mempengaruhi proses belajar siswa seperti badan
lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelaianan fungsi alat indera
dapat menyebabkan siswa tidak dapat merespon secara optimal proses belajar
mengajar.
b. Cacat Tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar seseorang. Siswa yang cacat
belajarnya juga terganggu. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah
tuli, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain.
2) Faktor psikolog
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.
3) Faktor kelelahan
Siswa merasa lelah dengan kondisi atau latar belakang yang dialami siswa,
sehingga menimbulkan kurangnyya semangat dalam diri siswa untuk mengikuti
jalannya proses belajar mngajar.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
xxviii
1) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang
tua mendidik, relasi antara anggota, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.
2) Faktor sekolah.
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, dan tugas
rumah.14
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan tempat dimana siswa selalu berinteraksi sosial dengan
masyarakat yang ada disekelingnya
C. Deskripsi Pendidikan Agama Islam
1. Definisi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak manusia yang harus dipenuhi untuk
kelangsungan hidupnya, karena tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa berkembang
sejalan dengan kehidupan globalisasi saat ini, salah satu pendidikan yang dibutuhkan
oleh umat manusia adalah pendidikan agama, menurut Zuhairini bahwa: “Pendidikan
Agama adalah usaha membimbing kearah pertumbuhan, kepribadian peserta didik
secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran islam,
sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat”.15
14
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Cet. IV, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003), h. 29
15
Zuairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Rama, 1993), h. 10
xxix
Pendidikan agama memiliki muatan nilai yang hakiki, yang bermanfaat bagi
upaya pembinaan dan pengembangan potensi anak didik melalui pendidikan dan
bimbingan secara sistematis. Pada pasal 37 ayat (1) Undang-Undang nomor 20 tahun
2003 tentang sistam pendidikan nasional dijelaskan bahwa, pendidikan agama
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia. Hal tersebut menjelaskan bahwa
pendidikan agama islam merupakan upaya dalam membina dan mendidik serta
mengembangkan potensi yang ada dalam diri pribadi. Sedangkan Zakiah Drajat
menjelaskan sebagai berikut ;
1. Pendidikan agama Islam adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar kelak setelah menyesuaikan pendidikan dapat memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan
hidup (way of life). Sebagaimana diuraikan dalam Al-Qur’an:


 
  


   
    
  
Artinya:
Dan orang-orang beriman, dan yang anak cucu merela mengikuti dalam
keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat
dengan apa yang dikerjakannya (Q.S. Aththur 21).
2. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
ajaran Islam.
3. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang melalui ajaran-ajaran agama
Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan dia dapat memahami,menghayati, dan
xxx
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya demi
keselamatan hidup didunia suatu maupun akhirat kelak.16
Pendapat lain dikemukakan pula bahwa: “Pendidikan agama Islam adalah
suatu bimbingan baik jasmani maupun rohani yang berdasarkan hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran dalam
Islam”17. Sementara itu ahli lain menyatakan bahwa:
Pendidikan agama Islam sebagai usaha orang dewasa muslim yang bertakwa
secara sadar mengarahkan mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta
perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran islam kearah
titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan.18
Pendidikan Agama Islam mempunyai muatan nilai-nilai kerohanian, dan
merupakan proses mendidik yang dilakukan oleh seorang guru agar anak didiknya
dapat memahami tata nilai dari pokok kandungan ajaran agama Islam guna
menciptakan generasi muda yang beriman dan beramal shaleh atau dapat
mengamalkan ajaran agama Islam baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Pandangan Islam terhadap pendidikan tidak jauh beda dengan pandangan
lainnya, dimana pendidikan islam menekankan pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik. Adapun tujuan pendidikan agama yaitu : “Untuk berkembangnya
kemampuan peserta didik dalam mengembangkan, memahami, menghormati dan
16
Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: PT.
Raja Grafido Persada, 2006), h. 6
17
Ibid, h. 7
18
Ahmad Tafsir dan Hadi Subroto Sudjino, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (
Bandung :Rosda Karya, 1995), h. 33
xxxi
mengamalkan nilai-nilai agama Islam, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni”.19 Para ahli pendidikan (muslim) merumuskan bahwa : “tujuan pendidikan Islam
adalah mempersiapkan kehidupan dunia akhirat”.20 Agar terciptanya manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT. Pandangan lain dikemukakan bahwa: “Tujuan
pendidikan Agama Islam yaitu untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah
SWT atau sekurang-kurangnya mempersiapkan kejalan menuju kepada tujuan
akhirat.21
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Agama
Islam adalah menumbuhkan kesadaran, sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap
agamanya, mampu mengamalkan dan mengembangkan dalam berbagai bidang
kehidupan dan dapat menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT.
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian ini dibahas tentang pengaruh metode card sort terhadap
peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada kelas IV SDN 3 Kendari
Barat. Sejauh pengamatan peneliti di STAIN Kendari belum pernah ditemukan judul
skripsi yang sama. Namun judul penelitian yang hampir sama yang diteliti oleh Arafah
dengan judul “Pengaruh Penguasaan Metodologi Pembelajaran Bagi Guru Agama
Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di Kalangan Siswa SMP 7
19
Ahmad Tafsir dan Hadi Subroto Sudjino, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern,
(Bandung :Rosda Karya, 1995), h. 33
20
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002), h. 23
21
Ibid, h, 21
xxxii
Kendari” pada tahun 2005, dimana skripsi ini membahas tentang guru, dalam
pembelajaran guru sebagai administrator, motivator, mediator, komunikator, dan
vasilitator yang baik bagi siswanya. Disamping itu juga guru dapat menguasai metodemetode mengajar dalam mengajarkan pendidikan agama Islam misalnya metode
ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain-lain.
Kemudian skripsi yang kedua yang hampir sama yang diteliti oleh Muh. Rifai
dengan judul “Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama
Islam Kelas II SMA 9 Kendari” pada tahun 2009, dimana penelitian tersebut
membahas tentang salah satu metode pembelajaran yaitu metode simulasi. Persamaan
dari penelitian ini adalah masing-masing membahas tentang hasil belajar siswa.
Dengan demikian telah jelas perbedaan antara penelitian yang menjadi fokus
kajian dalam penelitian ini, dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan di STAN
Kendari seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Dalam penelitian peneliti
menggunakan metode card sort untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama islam.
xxxiii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Subyek Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut
Arikunto dalam Suyadi bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah pencermatan dalam
bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam subuah kelas secara bersamaan”1. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di
SDN Bajo Indah, pada kelas IV semester genap (II) tahun 2011-2012. Objek
penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 17 siswa.
B. Jenis Data dan Cara Pengambilannya
Jenis data yang didapat adalah data kuantitatif dan kualitatif, yaitu sebagai
berikut :
1. Data hasil belajar diambil dengan cara memberikan tes kepada siswa setelah
selesai tindakan.
1
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2010), h. 18.
xxxiv
2. Data pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari hasil pengamatan kolaborasi selama
pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan menggunakan instrument observasi
kegiatan guru dan siswa pada saat KBM.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebelum
pelaksanaan tindakan terlebih dahulu diberikan tes awal yaitu untuk melihat
kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru.
Siklus dalam penelitian ini terdiri dari tahapan kegiatan: “1) perencanaan; 2)
pelaksaaan tindakan; 3) observasi dan evaluasi, serta 4) refleksi”2. secara rinci setiap
tahapan kegiatan dijelaskan berikut ini:
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (i) membuat skenario
pembelajaran, (ii) membuat lembar observasi, (iii) membuat alat bantu pembelajaran,
(iv) membuat alat evaluasi, dan (v) menyiapkan jurnal untuk refleksi.
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario
pembelajaran, yaitu 2 (dua) kali pertemuan untuk setiap siklus.
3. Observasi dan evaluasi
2
David Hopkins, A Teacher’s Guide to classroom Researce, (Philadelphia, 1993), h. 32.
xxxv
Kegiatan pada tahap ini adalah peneliti melakukan pengamatan pada saat
pelaksanaan tindakan, yaitu melihat apakah pelaksanaan tindakan sesuai skenario
pembelajaran yang telah dibuat. Setelah itu dilakukan evaluasi, yaitu untuk melihat
keberhasilan pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi
Hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi,
didiskusikan dan dilihat kelemahan-kelemahan yang ada pada setiap siklus dan akan
diperbaiki pada perencanaan siklus berikutnya. Untuk mendapatkan gambaran
pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat pada rancangan berikut
ini:
Permasalahan
Siklus I
Perencanaan
tindakan 1
t
Refleksi I
Permasalahan
Baru hasil
refleksi
Pelaksanaan
Tindakan 1
Pengamatan/
Pengumpulan
data
Perencanaan
tindakan II
Pelaksanaan
tindakan II
Refleksi II
Pengamatan/
tindakan II
Siklus II
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
Dilanjutkan ke
siklus berikutnya
xxxvi
Gambar 1. Prosedur penelitian tindakan kelas
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi,
wawancara, dan diskusi
b. Tes: dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa
c. Observasi: dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas belajar
siswa dalam PBM dan implementasi metode pembelajaran card sort.
d. Wawancara: untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan
implementasi pembelajaran card sort.
e. Diskusi dengan guru (kolaborator) untuk refleksi hasil siklus PTK.
E. Analisis Hasil Refleksi
Data yang dianalisis meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Perubahan yang terjadi pada siswa saat pembelajaran maupun sesudah
pembelajaran.
Analisis yang digunakan
adalah deskripsi, memaparkan data hasil
pengamatan, dan hasil akhir setiap siklus.
2. Peningkatan hasil belajar setiap siklus.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang digunakan analisis
kuantitatif dengan rumus :
xxxvii
P=
Keterangan :
Posrate - Baserate
Baserate
P
Posrate
Baserate
x 100%
= persentase peningkatan
= nilai sesudah diberikan tindakan
= nilai sebelum tindakan3
Berdasarkan hasil pengamatan, angket dan tes akhir siklus apabila masih
dirasakan gagal, peneliti mencari dugaan penyebab kekurangan dan sekaligus mencari
alternatif solusi untuk dirancang pada tindakan berikutnya.
Tolok ukur refleksi penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PAI secara
signifikan pada setiap siklus.
2. Adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan pada setiap siklus.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja setiap siswa ditetapkan bahwa jika 85% setiap siswa telah
mencapai nilai 75, indikator kinerja kelompok adalah rata-rata 80% telah
melaksanakan indikator yang diobservasi dalam lembar observasi kegiatan siswa
selama proses kerja kelompok, dan indikator proses pembelajaran ditetapkan jika
kegiatan proses pembelajaran yang disajikan oleh guru mencapai kategori baik atau
80% telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran card sort.
3
Zainal Aqib dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang:Irama Widya, 2006), h. 53
xxxviii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SDN Bajo Indah
Pelaksanaan pelayanan pendidikan sampai pada tujuannya hingga dicapai
pembangunan suatu lembaga (pengadaan gedung dan penyediaan tanah) tempat
mendirikan bangunan sekolah, dalam hal ini SDN Bajo Indah, sekolah ini didirikan
oleh pemerintah, pada tahun 1997, diatas tanah seluas 30X60 M2. Pembangunan
gedung sekolah mendapatkan dana dari pusat. Sebelu sekolah ini diririkan terlebih
dahulu pemerintah mengadakan rapat bersama dengan warga agar tidak terjadi hal-hal
yang merugikan masyarakat setempat. Tujuan didirikan sekolah ini diharapkan aga
setiap masyarakat dapat menyekolahkan anak-anak mereka, dan sekolah ini berada
ditengah-tengah penduduk yang padat dan tidak jauh dari pemukiman warga, sehingga
anak-anak dapat bersekolah dengan baik tidak jauh dari rumah atau kediaman anak.
Sekolah ini sejak didiikan hingga sekarang telah mengalamipergantian kepala
sekolah sebanyak 4 kali, yaitu pada tahun 1997 sampai 2002, dipimpinan oleh Anwar
H.S kurang lebih 6 tahun, setelah ini digantikan oleh H. Syahid, dengan masa jabatan
kurang lebih 4 tahun atau antara tahun 2002 sampai 2005, kemudian kepemimpinan
berpindah kepada Gerung antara tahun 2005 sampai 2008, setelah masa jabatannya
berakhir digantikan oleh Abd. Haiyi, A.Ma, mulai tahun 2008 sampai sekarang.
Pondasi dalam sebuah lembaga pendidikan adalah guru karena guru
merupakan ujung tombak keberhasilan 39
sebuah sekolah tetapi ada komponen –
xxxix
komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain sehingga
keberhasilan itu dapat tercapai yaitu kerja sama yang baik antara kepala sekolah, guru
dan orang tua murid. Dengan terjalinnya komponen tersebut maka guru akan
menjalankan tugasnya tanpa beban dan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab
seorang guru bukan hanya sebagai tenaga pengajar yang mentransfer ilmu
pengetahuan, tetapi juga sebagai tenaga pendidik yang memberikan sebuah
pengalaman dan bimbingan terhadap siswa dalam meraih prestasi yang baik. Oleh
karena itu guru harus memiliki rencana, target serta keterampilan demi kepentingan
anak didik.
Kegiatan pembelajaran di SDN Bajo Indah di jalankan oleh 8 orang guru yang
terdiri dari kepala sekolah, guru yang berstatus PNS guru yang masih GTT
diantaranya mengajar sebagai guru kelas dan guru bidang studi. Untuk lebih jelasnya
tentang keadaan guru di SDN Bajo Indah dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
Keadaan Guru SDN Bajo Indah Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Nama Guru
Abd. Haiyi, A.Ma
Muali Buha, A.Ma.Pd
Abdul Najir Musa
Sadaruddin, A.Ma.Pd
Tomo, A.Ma.Pd
Musripa, A.Ma
Riani,A.Ma
Merianti, A.Ma
Jabatan / Tugas
Kepala sekolah
Guru kelas 3
Guru Pjok
Guru kelas 5
Guru kelas 6
Guru kelas 2
Guru kelas 4
Guru kelas 1
Pend. terakhir
D.II
D.II
SGO
D.II
D.II
D.II
D.II
D.II
Sumber data : Kantor SDN Bajo Indah Tahun 2012.
Siswa atau anak didik merupakan faktor pendidikan yang berperan aktif dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM), karena siswa merupakan obyek sekaligus subyek
xl
dalam proses belajar mengajar (PBM). SDN Bajo Indah saat ini mempunyai siswa
sebanyak 155 orang, yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 77 orang dan siswa
perempuan sebanyak 78 orang yang tersebar dari kelas 1 sampai kelas VI,
selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2
Data Siswa SDN Bajo Indah Tahun 2012
No
Kelas/Tingkat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
Kelas V
Kelas VI
Total
Jenis Kelamin
L
19
13
16
12
11
6
77
Jumlah
P
20
20
14
6
9
9
78
39
33
30
18
20
15
155
Sumber data : Kantor SDN Bajo Indah
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan adalah peneliti melakukan diskusi dengan pihak
sekolah terutama kepala skolah dan guru PAI, untuk membicarakan proses peneliti
yang akan dillaksanakan di SDN Bajo Indah, kegiatan awal yang dilakukan peneliti
adalah proposal yang telah diseminarkan beserta dengan surat izin penelitian dari
kampus yang ditujukan kepada kepala sekolah, setelah kepala sekolah menerima surat
dari kampus, maka kepala sekolah mengarahkan peneliti untuk bertemu dan
membicarakan hal ini kepada guru yang bersangkutan yang guru PAI Pertemuan
peneliti dengan guru PAI menyepakati bahwa:
xli
a. Dalam proses tindakan peneliti sebagai guru dan guru PAI sebagai observator
(kolaborator).
b. Tindakan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran role
playing, pada stiap siklus.
c. Materi yang diajarkan adalah materi yang berkaitan dengan model pembelajaran
yang akan digunakan.
d. Pada kegiatan awal peneliti belum menggunakan model pembelajaran role playing.
e. Setiap siklus 2 kali pertemuan dan disesuaikan dengan materi pelajaran yang telah
berjalan.
Kegiatan awal tersebut merupakan dasar untuk melaksanakan proses tindakan
bersama dengan guru PAI, kesepakatan tersebut akan dikembangkan brdasarkan hasil
refleksi yang diperoleh dan merancang kembali kelemahan dan kekurangan yang
diperoleh dari hasil refleksi tersebut.
Pada kegiatan awal guru PAI telah menyiapkan skenario pembelajaran yang
akan dilaksanakan pada pertemuan pertama tanpa menggunakan metode pembelajaran
role playing, akan tetapi proses pembelajaran tersebut berjalan sebagaimana biasanya
yaitu terjalinya proses belajar mengajar di dalam kelas tanpa menggunakan
pembelajaran role playing. Setelah proses pembelajaran selesai maka peneliti bersama
guru PAI melakukan evaluasi awal pada siswa sebagai landasan untuk membentuk
kelompok serta dapat mengetahui kemampuan akademis masing-masing siswa
sehingga dalam membentuk kelompok belajar dilakukan dengan mudah karena akan
xlii
diacak secara heterogen, mempunyai kemampuan akademis yang berbeda, ras, suku,
dan perbedaan lainya, dengan demikian kemampuan dalam kelompok beragam.
Selanjutnya diadakan evaluasi awal dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa pada materi pelajaran dan hasil tes awal tersebut dijadikan
sebagai skor awal siswa untuk dijadikan sebagai acuan untuk melihat peningkatan
motivasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran role playing. Soalsoal untuk evaluasi awal diambil dari cakupan materi yang akan diajarkan berdasarkan
indikator yang sudah ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Adapun
perolehan hasil evaluasi awal siswa kelas IV SDN Bajo Indah pada mata pelajaran
PAI dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3
Hasil Evaluasi Awal
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Nama Siswa
Awal
Rasdi
Puput
Sodik
Ayu
Hilda
Sindi
Sepri
Yuda
Muh. Dani
Resky
Dimas
Rahmat
Erik
Parel
Dody
Wanda
Kelompok
I
II
III
xliii
Nilai skor
awal
75
65
75
60
70
65
73
65
75
70
75
66
72
70
65
78
60
Ketuntasan
kelompok
33.33%
33.33%
20%
Jumlah Total
Rata-rata
Ketuntasan Secara Klasikal
1179
69.35
29.41%
Sumber : Hasil pengolahan data PTK 2012
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa penguasaan siswa secara klasikal
terhadap materi pelajaran masih tergolong rendah setiap kelompok siswa memperoleh
ketuntasan dibawah rata-rata yaitu kelompok I dan II memperoleh ketuntasan
kelompok sebesar 33.33% dan kelompok III hanya memperoleh ketuntasan kelompok
20%, sedangkan keberhasilan siswa secara keseluruhan bahwa yang memperoleh nilai
≥ 75 sebanyak 5 orang siswa yang ketuntasan belajar secara klasikal hanya mencapai
29.41% dari jumlah keseluruhan siswa 17 orang dengan nilai rata-rata 69.35. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa masih banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
soal-soal tersebut. Hal ini disebabkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
dasar materi tersebut masih sangat kurang, sehingga peneliti dan guru PAI sepakat
untuk menerapkan model pembelajaran role palaying dalam proses pembelasjaran
PAI, diharapkan dengan penerapan medol pembelajaran ini akan meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar siswa secara signifikan.
2. Tindakan Siklus I
a. Perencanaan
Pada perencanaan siklus I, peneliti merancang dan membuat perangkat
pembelajaran berupa rencana persiapan pembelajaran, dalam proses pelaksanaan
tindakan peneliti merujuk pada scenario pembelajaran yang telah disiapkan
xliv
sebelumnya sehingga proses pembelajaran di melenceng dari perencanaan yang telah
dibuat sebelum. Sebelum masuk pada proses pembelajaran peneliti meninjau kembali
rancangan pembelajaran yang telah disiapkan dalam bentuk RPP. Penekanan
perencanaan disini adalah menyiapkan peserta didik benar-benar menguasai materi
pelajaran. Kemudian menyiapkan modul yang berisi soal-soal yang diarahkan bisa
menciptakan pembelajaran peserta didik bisa menemukan sendiri. Dapat menjelaskan
dengan kata-kata dan menyatakan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan materi
mata pelajaran PAI. Serta mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah ditetapkan untuk menggunakan model pembelajaran role playing pada
pembahasan dengan kompetensi dasar kisah nabi Ibrahim as, maka kegiatan
selanjutnya adalah menyiapkan hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan
tindakan. Peneliti bersama guru mengatur tempat duduk siswa agar tetap rapi dan siap
untuk menerima materi pembelajaran yang telah ditetapkan dengan berpatokan pada
nilai awal siswa, kemudian peneliti menyiapkan bahan dan alat pembelajaran sebagai
berikut berikut :
1) Menyiapkan RPP
2) Membuat lembar observasi guru dan siswa
3) Menyiapkan sub materi pelajaran yang akan diperankan oleh setiap kelompok
siswa dan dibagikan.
4) Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan siklus I.
b. Pelaksanaan Tindakan
xlv
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti bersama guru mula-mula
melakukan diskusi untuk membentuk kelompok belajar sesuai dengan hasil evaluasi
awal yang telah diperoleh, dengan hasil evaluasi awal tersebut merupakan rujukan
awal bagi peneliti bersama guru melalukan dan membentuk kelompok belajar siswa,
kemudian telah ditentukan model pembelajaran role playing, sebagai model
pembelajaran yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran, proses
pembelajaran tindakan ini berlangsung kurang lebih 90 menit, pada kegiatan awal 15
menit, pada kegiatan inti 60 menit, dan kegiatan penutup 15 menit.
Selanjutnya kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengikuti rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Pada kegiatan awal peneliti selaku pelaksana tindakan
yang mengelolah proses pembelajaran dan guru PAI sebagai pendamping atau
kolaborator sekaligus mengamati jalannya pross tindakan, pelaksanaan tindakan
dimulai dengan salam dan do’a, apersepsi, memberi motivasi, kemudian peneliti
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran role playing.
Pada kegiatan inti, setelah dilakukan apersepsi dan menjelaskan kepada siswa
langkah-langkah pembelajaran role playing, maka selanjutnya peneliti bersama guru
menyususn skenario yang akan diperankan, membentuk kelompok belajar menjadi 3
kelompok, menjelaskan materi atau peran masing-masing kelompok, memanggil
kelompok yang sudah ditunjuk untuk memerankan perannya, melakukan pengamatan
tentang motivasi belajar siswa yang telah disipkan, memberikan lembar kerja kepada
setiap kelompok untuk didiskusikan kekurangan masing-masing kelompok. Setelah
xlvi
proses tindakan dilakukan maka pada bagian penutup guru memberikan kesimpulan
secara umum dan melakukan evaluasi pembelajaran.
Proses pembelajaran tindakan tersebut di atas, merupakan proses pembelajaran
pada pertemuan pertama pada siklus I, pada pertemuan kedua, peneliti bersama
dengan guru PAI sepakat untuk melakukan proses tindakan sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat, dan menindaklanjuti permasalahan atau kelemahan
yang diperoleh pada pertemuan pertama, pelaksanaan tindakan pada pertemuan kedua
sama seperti pertemuan pertama. Setelah pertemuan kedua maka dilakukan langkah
selanjutnya yaitu melakukan evaluasi untuk siklus I, menganalisis hasil pengamatan
kegiatan guru dan motivasi belajar siswa dalam proses tindakan.
c. Observasi dan Evaluasi
1. Observasi
Pengamatan yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses tindakan untuk
melihat langsung perkembangan kegiatan guru dan motivasi belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran role palaying. Hasil pengamatan motivasi belajar
siswa dilakukan oleh peneliti pada saat siswa melakukan perannya masing-masing,
agar memudahkan peneliti dalam memberikan pengamatan sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya, sedangkan pengamatan kegiatan guru dilakukan oleh guru PAI
(observator), guru PAI melihat apakah peneliti telah melakukan dan melaksanakan
proses tindakan pembelajaran role playing sesuai dengan indikator yang telah dibuat.
Hasil pengamatan motivasi belajar siswa dan kegiatan guru berdasarkan lembar
xlvii
pengamatan yang telah disipakan. Adapun hasil kegiatan guru dalam proses tindakan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran
No
1
2
3
4
5
6
Indikator Penilaian
Guru menyusun skenario yang akan diperankan
Guru membentuk kelompok belajar menjadi 3 kelompok
Guru menjelaskan materi atau peran masing-masing kelompok
Guru memanggil kelompok yang sudah ditunjuk untuk
memerankan perannya
Guru melakukan pengamatan tentang motivasi belajar siswa yang
telah disipkan
Guru memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok untuk
didiskusikan kekurangan masing-masing kelompok
Guru memberikan kesimpulan secara umum
Guru memberikan evaluasi pembelajaran
7
8
Jumlah
Skor ideal
Persentase
Skor
2
3
2
3
3
3
2
3
21
32
65.63%
Sumber: Hasil pengamatan siklus I
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil pengamatan guru dalam
proses pembelajaran masih belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan
yaitu 80%, hal dapat dilihat dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan
belum berjalan secara maksimal, sehingga dalam proses pembelajaran guru belum
menjelaskan materi yang akan diperankan oleh setiap indivdu dan kelompok untuk
diperankan, hal ini memberikan dampak terhadap jalanya proses pembelajaran,
kemudian guru hanya memberikan kesimpulan sederhana terhadap hasil pembelajaran.
Secara keseluruhan pelaksanaan tindakan sudah berjalan dengan baik akan tetapi hal
tersebut masih jauh dari hasil skor yang diharapkan, karena kegiatan guru hanya
memperoleh skor 21 atau 65.63% dari skor ideal 32. Selanjutnya hasil pengamatan
xlviii
motivasi belajar siswa dilakukan oleh peneliti pada saat siswa menjalankan perannya
sesuai dengan tema yang mereka perankan, dan menghasilan pengamatan
sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 5
Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa
No
Indikator
1
Siswa belajar setiap hari atas
kemauan sendiri
2
Siswa masuk sekolah tepat
waktu
3
Siswa membaca buku setiap ada
waktu luang
4
Siswa menikmati tugas yang
diberikan oleh guru
5
Siswa mempunyai kemauan
tinggi untuk meraih prestasi
belajar yang lebih baik
6
Siswa menyempatkan waktu
untuk membaca dikelas
7
Siswa mendapatkan dorongan
dari teman-temanya untuk
belajar
8
Siswa mengharapkan
mendapatkan pujian atas
prestasi yang dicapai
9
Siswa menyukai pengarahan
dari guru
10
Siswa memperbaiki cara belajar
tanpa menunggu arahan dari
guru
Jumlah skor
Jumlah skor kelompok
Persentase kelompok
Skor ideal kelompok
Skor ideal
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
2
3
2
1
3
1
2
1
1
2
1
2
2
1
2
1
2
3
3
3
1
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
2
2
4
2
3
2
2
2
3
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
2
3
1
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
23
24
28
21
26
22
23
20
23
23
20
23
22
23
24
23
23
144
60%
240
132
55%
240
40
115
57.5%
200
Sumber : Hasil pengamatan motivasi belajar siswa siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan motivasi belajar siswa dapat disimpulkan
bahwa secara umum motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
xlix
masih rendah, hal ini dapat dikonsultasikan dengan hasil pengamatan di atas, bahwa
perolehan skor kelompok I 144 atau 60% dari skor ideal 240, dan kelompok II
memperoleh skor 132 atau 55% dari sko ideal 240, sedangkan pada kelompok III,
memperoleh skor 115 atau 57.5% dari skor ideal 200. Untuk lebih jelasnya perolehan
skor tiap kelompok dapat ditayangkan dalam bentuk garafik di bawah ini:
Grafik 1. Perolehan skor motivasi belajar siswa pada
siklus I
61%
60%
60%
59%
57.50%
58%
57%
56%
55%
55%
54%
53%
52%
Kelompok I
Kelompok II
kelompok III
Setelah dilakukan proses pengamatan kegiatan guru dan motivasi belajar siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran, maka selanjutnya dilakukan evaluasi siklus I.
2. Evaluasi
Setelah dua kali pertemuan, pertemuan kedua diadakan evaluasi atau tes
tindakan siklus I secara perorangan untuk melihat sejauh mana siswa telah memahami
materi pelajaran setelah menggunakan pembelajaran role playing. Berikut ini data
perolehan nilai pada hasil evaluasi siklus I menggunakan pembelajaran role playing
sebagai berikut:
l
Tabel 6
Hasil Evaluasi Siklus I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Nama Siswa
Kelompok
Awal
Rasdi
I
Puput
Sodik
Ayu
Hilda
Sindi
Sepri
II
Yuda
Muh. Dani
Resky
Dimas
Rahmat
Erik
III
Parel
Dody
Wanda
Jumlah Total
Rata-rata
Ketuntasan Secara Klasikal
Nilai
78
70
76
70
75
75
78
70
76
75
78
74
75
75
70
78
70
1265
74.29
64.71%
Ketuntasan
kelompok
83.33%
66.67%
60%
Sumber : Hasil pengolahan data PTK 2012
Berdasarkan pada tabel di atas bahwa hasil tes siklus I
menunjukkan
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran mengalami peningkatan dari tes awal
yaitu siswa yang memperoeh nilai ≥ 75 sebanyak 11 orang siswa yang ketuntasan
secara klasikal mencapai 64.71% dengan nilai rata-rata 74.29, dengan peningkatan
sebesar 35.29%.
d. Refleksi
Pada pelaksanaan tindakan siklus I ini, penggunaan pembelajaran role playing
belum sepenuhnya berjalan sempurna. Tahap refleksi yang dilakukan antara peneliti
li
dan guru secara kolaboratif disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperbaiki.
1. Pihak siswa, kelemahan yang ada adalah siswa sebelum memahami secara
mendalam hakikat pembelajaran role playing sehingga proses pembelajaran
belum berjalan dengan maksimal, masih banyak siswa yang belum menguasai
peran yang diberikan.
2. Pihak guru, belum menjalankan rencana pembelajaran dengan baik.
3. Guru tidak menjelaskan secara mendetail prosedur pembelajaran role playing.
4. Guru kurang memberikan arahan tentang materi yang diperankan oleh masingmasing kelompok.
5. Secara kolaborasi peneliti dan guru menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya
membuat suatu refleksi, membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan
siklus 1.
Berdasarkan hasil observasi, evaluasi dan refleksi di atas, maka penelitian ini
dilanjutkan dengan proses tindakan siklus II karena indikator keberhasilan penelitian
tindakan kelas ini belum tercapai yaitu siswa yang memperoleh skor ≥ 75 sebesar 80%
secara klasikal.
3. Tindakan Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi, evaluasi refleksi pada tindakan siklus I, maka
peneliti bersama guru merencanakan tindakan siklus II. Meninjau kembali rencana
lii
pembelajaran yang telah disiapkan untuk siklus 2 dengan melakukan revisi sesuai hasil
refleksi siklus 1. Pada perencanaan siklus II guru memberikan penekanan kepada
siswa dengan cara memberikan materi skenario pembelajaran yang mereka perankan
kemali untuk memperbaiki kelemahan pada siklus I dan materi tersebut siswa dapat
mempelajarinya di rumah agar pada saat proses tindakan siswa tidak kaku lagi dalam
memerankan peranya masing-masing, selain memperbaiki kelemahan dari siswa,
peneliti guru memperbaiki kelemahan guru/peneliti pada saat proses tindakan
berlangsung yaitu dengan cara peneliti bersama dengan guru menjalankan proses
tindakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dibuat, guru menjelaskan
secara detail langkah-langkah pembelajaran role playing, guru memberikan materi
kepada siswa untuk dipelajari di rumah serta memberikan arahan dan bimbingan bagi
siswa yang mendapatkan kendala dalam menjalankan perannya.
Setelah kelemahan dari hasil refleksi siklus I akan diperbaiki, maka pada tahap
perencanaan ini, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk pelaksanaan
tindakan siklus II, yaitu :
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
b) Menyiapkan lembar observasi.
c) Menyiapkan materi yang akan diperankan oleh masing-masing kelompok.
d) Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan sikluas II.
b. Pelaksanaan Tindakan
liii
Proses pembelajaran melalui penggunaan pembelajaran role playing dilakukan
kembali sebagai rangkaian pelaksanaan penelitian ini dengan memperhatikan hasil
refleksi pada tindakan siklus I. Pada siklus II ini guru melaksanakan pembelajaran di
kelas dengan mengikuti rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sama seperti pelaksanaan tindakan siklus I
dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan tindakan siklus I.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti terus mengobservasi jalannya
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan guru dan
lembar pengamatan motivasi belajar siswa.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II, merupakan proses tindakan dalam rangka
memberbaiki kekurangan dan kelemahan yang ada pada siklus I baik kelemahan dan
kekurangan dari guru maupun kelamahan dan kekurangan yang ada pada siswa.
Pelaksanaan intidakan ini berlangsung kurang lebih 90 menit, dan dilaksanakan 2 kali
pertemuan. Pelaksanaan tindakan pada siklus II, diharapkan dapat memperbaiki hasil
refleksi siklus I. Pelaksanakan pembelajaran berjalan sama seperti biasanya yaitu
dengan menggunakan model pembelajaran role palting, yaitu siswa diberikan tugas
secara individu maupun kelompok untuk bermain peran sesuai dengan materi yang
iberikan sebelumnya.
Setelah berlangsung proses pembelajaran kurang lebih 90 menit, maka peneliti
bersama guru PAI, melakukan kembali pengamatan motivasi belajar siswa dan
kegiatan guru dalam menerapkan proses pembelajaran role playing, kemudian pada
liv
pertemuan kedua pada siklus II, dilakukan evaluasi untuk mengetahui peningkatan
motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
c. Observasi dan Evaluasi
1. Observasi
Proses pembelajaran pada tindakan siklus II ini telah mengalmai peningkatan
dari siklus I, dari hasil observasi, guru dan siswa sudah bersama-sama melaksanakan
proses penggunaan role playing. Hasil pengamatan kegiatan guru sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran
No
1
2
3
Indikator Penilaian
Guru menyusun skenario yang akan diperankan
Guru membentuk kelompok belajar menjadi 3 kelompok
Guru menjelaskan materi atau peran masing-masing
kelompok
4
Guru memanggil kelompok yang sudah ditunjuk untuk
memerankan perannya
5
Guru melakukan pengamatan tentang motivasi belajar siswa
yang telah disipkan
6
Guru memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok
untuk didiskusikan kekurangan masing-masing kelompok
7
Guru memberikan kesimpulan secara umum
8
Guru memberikan evaluasi pembelajaran
Jumlah
Skor ideal
Persentase
Skor
3
3
3
4
3
4
3
4
27
32
84.38%
Sumber: Hasil pengamatan siklus II
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil pengamatan guru dalam
proses pembelajaran menlami peningkatan secara signifikan yaitu pada siklus I
perolehan skor hanya mencapai 21 atau 65.63, setelah dilakukan perbaikan pada siklus
II menlami peningkatan menjadi 84.38% atau mencapai skor 21 dari skor ideal 32. Hal
lv
ini menlami peningkatan sebesar 18.75%. dengan demikian telah mencapai indikator
kinerja yang telah ditentukan yaitu pengamatan kegiatan guru dalam proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila memperoleh 80%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik dan telah menjalankan
prosedur pembelajaran role playing dengan baik.
Selanjutnya hasil pengamatan motivasi belajar siswa dilakukan oleh peneliti
pada saat siswa menjalankan perannya sesuai dengan tema yang mereka perankan, dan
menghasilan pengamatan sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 8
Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa
No
1
Indikator
Siswa belajar setiap hari atas
kemauan sendiri
2
Siswa masuk sekolah tepat
waktu
3
Siswa membaca buku setiap ada
waktu luang
4
Siswa menikmati tugas yang
diberikan oleh guru
5
Siswa mempunyai kemauan
tinggi untuk meraih prestasi
belajar yang lebih baik
6
Siswa menyempatkan waktu
untuk membaca dikelas
7
Siswa mendapatkan dorongan
dari teman-temanya untuk
belajar
8
Siswa mengharapkan
mendapatkan pujian atas
prestasi yang dicapai
9
Siswa menyukai pengarahan
dari guru
10
Siswa memperbaiki cara belajar
tanpa menunggu arahan dari
guru
Jumlah skor
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
4
3
2
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
4
3
4
2
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
4
4
3
4
4
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
4
3
4
4
3
3
4
4
3
3
4
2
3
3
4
4
3
3
4
3
3
4
3
4
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
3
4
3
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
36
31
33
35
32
33
35
33
32
34
31
34
34
31
33
31
33
lvi
Jumlah skor kelompok
Persentase kelompok
Skor ideal kelompok
Skor ideal
200
83.33%
240
199
82.92%
240
40
162
81%
200
Sumber : Hasil pengamatan motivasi belajar siswa siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan motivasi belajar siswa dapat disimpulkan
bahwa secara umum motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat bahwa perolehan skor kelompok I pada
siklus I (144 atau 60% dari skor ideal 240) meningkat menjadi 83.33% dengan
perolehan skor 200, dan kelompok II memperoleh skor pada siklus I (132 atau 55%
dari sko ideal 240) meningkat pada siklus II menjadi 82.92% dengan perolehan skor
sebesar 199, sedangkan pada kelompok III, memperoleh skor pada siklus I (115 atau
57.5% dari skor ideal 200) mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 81% atau
dengan skor 162. Untuk lebih jelasnya perolehan skor tiap kelompok dapat
ditayangkan dalam bentuk garafik di bawah ini:
lvii
Grafik 2. Perolehan skor motivasi belajar siswa pada
siklus II
84%
83.33%
82.92%
83%
83%
82%
82%
81.00%
81%
81%
80%
80%
Kelompok I
Kelompok II
kelompok III
Setelah dilakukan proses pengamatan kegiatan guru dan motivasi belajar siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran, maka selanjutnya dilakukan evaluasi siklus II.
2. Evaluasi
Kegiatan selanjutnya adalah mengadakan tes tindakan siklus II (setiap siklus
2x pertemuan) secara individual untuk melihat tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran setelah belajar melalui penggunaan pembelajaran role playing. Hasil
tes tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9
Hasil Evaluasi Siklus II
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama Siswa
Awal
Rasdi
Puput
Sodik
Ayu
Hilda
Sindi
Kelompok
Nilai
78
75
76
74
76
80
80
I
lviii
Ketuntasan kelompok
83.33%
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Sepri
II
Yuda
Muh. Dani
Resky
Dimas
Rahmat
Erik
III
Parel
Dody
Wanda
Jumlah Total
Rata-rata
Ketuntasan Secara Klasikal
74
76
80
78
75
80
78
75
78
74
1307
76.88
82.35%
83.33%
80%
Sumber : Hasil pengolahan data PTK 2012
Pada Tabel di atas menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran mengalami peninngkatan dari hasil tes tindakan siklus I yaitu siswa yang
memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 14 orang siswa dari 17 orang yang ketuntasan
belajarnya secara klasikal mencapai 82.35% dengan nilai rata-rata 76.88. hal ini
mengalami peningkatan sebesar 17.65%.
d. Refleksi
Secara kolaborasi guru menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat
suatu refleksi, membuat kesimpulan terhadap pelaksanaan siklus 2. Mendiskusikan
hasil analisis berdasarkan indikator pengamatan. Mengevaluasi bagian-bagian mana
yang telah berhasil dicapai, bagian mana yang layak ditindak lanjuti tentang kegiatan
pembelajaran dengan pembelajaran role playing. Pada pelaksanaan tindakan siklus II
ini telah menunjukkan kesempurnaan baik dari pihak guru maupun siswa. Guru telah
melaksanakan rencana pembelajaran sepenuhnya. Siswa juga bermain peran dengan
baik sesuai dengan perannya masing-masing, walaupun masih ada beberapa siswa
lix
yang masih kaku dalam bermain peran akan tetapi mereka sudah mengikuti proses
pembelajaran dengan baik, setelah menganalisis hasil observasi, evaluasi refleksi pada
siklus II, maka peneliti bersama dengan guru sepakat proses tindakan ini cukup sampai
pada siklus II.
C. Pembahasan
Motivasi belajar siswa adalah dorongan siswa untuk terus belajar agar
mencapai tujuan yang diharapkan yaitu prestasi dalam belajar dengan dipengaruhi
oleh cita-cita, kemampuan belajar, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur
dinamis dalam belajar dan upaya guru dalam membelajarkan siswa. Dalam kegiatan
belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor
psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal
menumbuhkan gairah, minat dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki
motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ada
tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan.
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang
dimiliki dengan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk
melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Motivasi belajar penting bagi
siswa dan guru.
lx
Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa di SDN Bajo Indah, peneliti
bersama dengan guru PAI sepakat untuk menggunakan model pembelajaran role
playing, dalam proses pembelajaran. Proses tindakan ini berlangsung selama 2 siklus
masing-masing siklus 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 90 menit setiap kali
pertemuan. Pada kegiatan awal peneliti bersama dengan guru PAI belum
menggunakan model pembelajaran role playing, hal ini diterapkan agar dapat
mengetahui tingkat motivasi dan kemampuan akademis siswa dalam proses
pembelajaran, serta hasil evaluasi awal dijadikan sebagai tolak ukur untuk membentuk
kelompok siswa berdasarkan hasil evaluasi awal secara heterogen.
Setelah peneliti bersama dengan guru PAI membentuk kelompok belajar siswa
menjadi 3 kelompok, maka peneliti bertindak sebagai guru (pelaksanan tindakan) dan
guru PAI bertindak sebagai observator (kolaborator) dalam proses tindakan. Dengan
menggunakan model pembelajaran role playing motivasi belajar siswa mengalami
peningkatan yang signifikan, motivasi belajar siswa diamati berdasarkan indikator
yang telah dibuat sebelumnya yang terdapat dalam lembar pengamatan.
Pada pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh hasil pengamatan motivasi
belajar siswa secara umum masih rendah, hal ini dapat dikonsultasikan dengan hasil
pengamatan di atas, bahwa perolehan skor kelompok I 144 atau 60% dari skor ideal
240, dan kelompok II memperoleh skor 132 atau 55% dari sko ideal 240, sedangkan
pada kelompok III, memperoleh skor 115 atau 57.5% dari skor ideal 200.
Pada pelaksanaan tindakan siklus II motivasi belajar siswa mengalami
peningkatan yang signifikan. Perolehan skor kelompok I pada siklus I (144 atau 60%
lxi
dari skor ideal 240) meningkat menjadi 83.33% dengan perolehan skor 200, dan
kelompok II memperoleh skor pada siklus I (132 atau 55% dari sko ideal 240)
meningkat pada siklus II menjadi 82.92% dengan perolehan skor sebesar 199,
sedangkan pada kelompok III, memperoleh skor pada siklus I (115 atau 57.5% dari
skor ideal 200) mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 81% atau dengan skor
162.
Dengan demikian upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada pokok
bahasan kisah nabi Ibrahim as dan ismail as) melalui pembelajaran role playing telah
berjalan dengan baik.
BAB V
P E N UTUP
A. Kesimpulan
lxii
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada setiap siklus tindakan yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Penerapan model pembelajaran role playing pada mata pelajaran PAI siswa kelas IV SDN
Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat
berjalan dengan baik, yaitu hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, hal ini dapat dilihat
bahwa hasil belajar siswa mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II.
2.
Motivasi belajar siswa menlami peningkatan yang signifikan, hal ini dapat dilihat pada
hasil pengamatan motivasi belajar siswa setiap siklus mengalami peningkatan, yatu
perolehan skor kelompok I pada siklus I (144 atau 60% dari skor ideal 240) meningkat
menjadi 83.33% dengan perolehan skor 200, dan kelompok II memperoleh skor pada
siklus I (132 atau 55% dari sko ideal 240) meningkat pada siklus II menjadi 82.92%
dengan perolehan skor sebesar 199, sedangkan pada kelompok III, memperoleh skor
pada siklus I (115 atau 57.5% dari skor ideal 200) mengalami peningkatan pada siklus II
sebesar 81% atau dengan skor 162. Pelaksanaan tindakan ini dinyatakan berhasil karena
motivasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran
role palying, yaitu pada siklus I dengan skor 391 atau 57.5% mningkat menjadi 82.55
atau dengan skor 561 dengan skor ideal 680, sehingga peningkatan dari siklus I ke siklus
II sebesar 25%.
63
B. Saran – Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai
berikut:
lxiii
1. Bagi Siswa
a. Siswa diharapkan dapat bermain peran dengan baik, tidak kaku dalam
melaksanakan perannya.
b. Siswa
hendaknya
memperhatikan
dan
mendengarkan
guru
dalam
menyampaikan arahan dalam rangka menjalankan skenario pembelajaran.
c. Siswa diharapkan agar mempelajari bahan atau materi yang telah diberikan
kepada guru di rumah, agar dalam bermain peran dapat berjalan dengan
baik.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya lebih menekankan kepada siswa agar lebih memperjelas
prosedur pelaksanaan role playing.
b. Guru hendaknya lebih memberikan motivasi kepada siswa untuk berani
dalam bermain peran.
c. Guru diharapkan memberikan materi pelajaran sesuai dengan peran siswa
masing-masing.
lxiv
Download