MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN PAI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DI SDN BAJO INDAH KECAMATAN SOROPIA KABUPATEN KONAWE Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Program Studi Pendidikan Agama Islam OLEH : RIANI BADARUDDIN NIM. 10010101058 JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SULTAN QAIMUDDIN KENDARI 2012 i PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing skripsi saudari, Riani Badaruddin, NIM. 10010101058, mahasiswa Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Kendari, setelah secara seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul “Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran PAI dengan menerapkan metode pembelajaran role playing di SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe” memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah. Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya. Kendari, Desember 2012 Pembimbing Drs. H. Moh. Yahya Obaid, M. Ag Nip. 19650312193031006 iii ii PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul ”Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran PAI dengan menerapkan metode pembelajaran role playing di SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe” yang disusun oleh Saudari, Riani Badaruddin, Nim. 10010101058, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Qaimuddin Kendari, telah di uji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah pada hari Selasa, 25 Desember 2012M bertepatan dengan tanggal 11 Shafar 1434H, dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam, dengan beberapa perbaikan. Kendari, 11 Shafar 1434 H 25 Desember 2012M DEWAN PENGUJI Ketua : Dr. Supriyanto, M. Ag (…………….......) Sekretaris : Dr. Hj. St. Hasniyati Gani Ali, M. Pd.I (………………...) Anggota : Drs. H. Moh. Yahya Obaid, M. Ag (………………...) Mengetahui: Ketua STAIN Sultan Qaimuddin Kendari Dr. H. Nur Alim, M. Pd NIP. 196505041991031005 iii ABSTRAK Riani Badaruddin, NIM. 10010101058, Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran PAI Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Role Playing di SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, Melalui Bimbingan Drs. H. Moh. Yahya Obaid, M. Ag Skripsi ini mengangkat permasalahan 1).Bagaimanakah penerapan model pembelajaran role playing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ? 2).Apakah penggunaan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ?. Bertujuan 1). Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran role playing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. 2).Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam melalui model pembelajaran role playing di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilaksnakan di SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, pada kelas IV dengan jumlah 17 orang siswa, yang dilaksnakan dengan 2 siklus dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi serta refleksi. Dalam mengumpukan data peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu tes untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa, observasi untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar siswa dan aktivitas mengejar guru dengan menggunakan pembelajaran role playing. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif, yaitu memaparkan hasil pengamatan dan hasil belajar siswa setiap siklus. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penerapan model pembelajaran role playing pada mata pelajaran PAI siswa kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat berjalan dengan baik, yaitu hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, hal ini dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II. Motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan motivasi belajar siswa setiap siklus mengalami peningkatan, yatu perolehan skor kelompok I pada siklus I (144 atau 60% dari skor ideal 240) meningkat menjadi 83.33% dengan perolehan skor 200, dan kelompok II memperoleh skor pada siklus I (132 atau 55% dari sko ideal 240) meningkat pada siklus II menjadi 82.92% dengan perolehan skor sebesar 199, sedangkan pada kelompok III, memperoleh skor pada siklus I (115 atau 57.5% dari skor ideal 200) mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 81% atau dengan skor 162. Pelaksanaan tindakan ini dinyatakan berhasil karena motivasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran role palying. iv KATA PENGANTAR ﻢﻴﺣﺮﻟﺍﻦﻤﺣﺮﻟﺍﻪﻠﻟﺍﻢﺴﺑ ﻟﺍﺤﺪﻤ ﻪﻠﻟ ﻌﻟﺍﺏﺭﺎﻦﻴﻤﻟ ﺓﻼﺼﻟﺍﻭ ﻢﻼﺴﻟﺍﻭ ﻰﻠﻋﻑﺮﺷﺍ ﻷﺍﺎﻴﺒﻧﺀ ﻤﻟﺍﻭﺳﺮﻦﻴﻠ ﻪﻟﺍﻰﻠﻋﻭ ﺍﻭﺑﺎﺤﺻﻪ ﺍﺟﻦﻴﻌﻤ Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan taufiq-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Skripsi yang berjudul " Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran PAI dengan menerapkan model pembelajaran role playing di SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ", disusun sebagai kelengkapan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada STAIN Kendari. Sehubungan dengan penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada : kedua orang tua ayahnada almarhum Badaruddin dan Ibunda Hasbia, suamiku (Ruspin), anak-anak ku (M.Yunas dan M. Abriyansyah), yang selalu memberi dukungan dan doa serta menjadi motivasi bagi penyelesaian skripsi ini, selain itu penulis mengucapkan terimah kasih yang tak terhingga pula kepada : 1. Bapak Dr. H. Nur Alim, M. Pd, selaku Ketua STAIN Sultan Qaimuddin Kendari, atas segala bantuan proses akademik, selama peneliti menempuh studi. 2. Ibu Dra. Hj. St. Kuraedah, M.Ag selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Kendari dan Bapak Aliwar, S.Ag, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam. v 3. Bapak Drs. H. Moh. Yahya Obaid, M. Ag, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga terwujudnya skripsi ini sebagaimana adanya. 4. Kepala SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe, yang telah memberikan kesempatan dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari atas segala kekurangan skripsi ini karena keterbatasannya kemampuan yang dimiliki penulis, oleh karena itu diharapkan adanya saran dan koreksi yang sifatnya konstruktif demi penyempurnaannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya. Kendari, Desember 2012 Penulis, RIANI BADARUDDIN NIM. 10010101058 vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN.................................................. HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ABSTRAK..................................................................................................... . KATA PENGANTAR.................................................................................. .. DAFTAR ISI .................................................................................................. i ii iii iv v vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………....….. B. Idenfikasi Masalah………………………………………………. C. Rumusan Masalah……………………………………………….. D. Pemecahan Masalah.…………………………………………….. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………. F. Defenisi Operasional……………………………………………. 1 4 5 5 5 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Belajar Siswa…………………………………………. 1. Definisi Motivasi Belajar……………….……………….…. 2. Upaya Menumbuhkan Motivasi Belajar……………………. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar……… 4. Pentingnya Motivasi Belajar………………………………... B. Metode Pembelajaran Role Playing ……………………………. 1. Definisi Metode Pembelajaran………………………………. 2. Definisi Pembelajaran Role Playing ……………………….. 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Role Playing……………... 4. Ciri-Ciri Pembelajaran Role Playing……………………….. 5. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Role Playing …… C. Deskripsi Pendidikan Agama Islam…………………………….. 1. Definisi Pendidikan Agama Islam………………………….. 2. Tujuan Pendidikan Islam…………………………………… 8 8 12 15 17 19 19 21 23 25 28 30 30 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Subyek Penelitian…………………………………… B. Jenis Data dan Cara Pengambilannya………………………..… C. Prosedur Penelitian…………………………………………….. D. Tehnik Pengumpulan Data……………………………………. 34 34 35 37 vii E. Tehnik Analisis Refleksi………………………………………. F. Indikator Kinerja……………………………………………….. 37 38 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SDN Bajo Indah……………………………………………….. B. Deskipsi Hasil Penelitian……………………………………………… C. Pembahasan…………………………………………………………… 39 41 60 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................. B. Saran-saran............................................................................................. 63 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan apa yang menjadi impiannya, harta kekayaan kekuasaan pangkat dan jabatan bahkan kebahagian dunia akhirat dapat diraih dengan pendidikan, hal ini relevan dengan firman Allah dalam Q.S. AlMujadalah ayat 11, yang berbunyi sebagai berikut: ... Artinya: … Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan diantara orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.(QS. Mujadalah:11).1 Berdasarkan ayat ini dapat dipahami bahwa pendidikan sangatlah berarti bagi siapapun yang ingin menggapai suatu keberhasilan atau kebahagiaan dunia akhirat, dengan kata lain bahwa sekolah sebagai pendidikan formal sangat berperan besar terhadap keberhasilan siswa. Untuk itu pendidikan menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting dan harus dipenuhi mulai dari lahir sampai mengahadapi ajalnya, dalam hal ini pendidikan itu sepanjang hayat sebagai pegangan untuk hidup dan mensejahterakan kehidupannya. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan 1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Cet. 1, Jakarta: PT Karya Toha Putra Semarang, 1996), h. 434 1 ix pelatihan. Menurut H. Fuad Ihsan “pendidikan adalah: suatu hasil peradaban yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri yang berfungsi sebagai filsafat pendidikan atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya”.2 Kebutuhan manusia terhadap pendidikan selain untuk mengembangkan aspek individual dan sosial juga menjadi dasar pola hidup manusia baik jasmani maupun rohani. Hal ini yang menyebabkan pendidikan menjadi kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap manusia sepanjang hayat sesuai dengan konsep long life education. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat berperan besar terhadap keberhasilan siswa. Terutama guru sebagai tenaga pengajar yang berperan dalam mengelola proses pembelajaran menyiapkan materi yang akan diajarkan kepada para siswa dan juga menentukan metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Metode dalam kegiatan pembelajaran sangat penting dilakukan oleh seorang guru agar dapat melaksanakan pendidikan dan pengajaran secara efektif dan efisien dalam sebuah lembaga pendidikan baik pendidikan formal, informal maupun non formal, pemanfaatan metode kegiatan pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran namun kadang kala proses pembelajaran mengalami kegagalan dikarenakan penggunaan metode dalam proses pembelajaran tidak sesuai, sehingga dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran tidak akan berhasil bila dalam proses pembelajaran tersebut tidak menggunakan metode yang tepat. “Metode dapat diartikan sebagai cara yang 2 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Cet. 1, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 2 x digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal”.3 Ini berarti bahwa metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berlangsung dalam situasi belajar yang menyenangkan dan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. “Metode mengajar adalah tehnik penyampaian bahan pelajaran kepada siswa. agar siswa dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik”.4 Dalam mengajar, guru bukan sekedar menggunakan satu metode saja tetapi dapat menggunakan lebih dari satu metode disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan ia ajarkan, misalnya metode role playing. Menurut Roestina N. K bahwa: Kegiatan mengajar guru harus memilki strategi, agar anak dapat belajar secara efektif dan efisien, sesuai tujuan yang telah diharapkan. Salah satu langkah untuk memilih strategi itu adalah harus menguasai. Dengan demikian “metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai salah satu tehnik untuk mencapai hasil dan motivasi belajar yang diharapkan”.5 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “kunci keberhasilan proses pembelajaran adalah guru memiliki dan menguasai metodologi pembelajaran, yaitu ilmu yang membicarakan tentang metode-metode dalam mengajar diantaranya metode 3 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan, (cet. 4, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 147 4 Zakiah Darajat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Cet. II, Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 61 5 Syaiful Bahri Djamara, Aswan Saini, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. II, Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 84 xi role playing”.6 Sehingga dalam interaksi belajar mengajar seorang guru memegang peranan yang menentukan, keberhasilan seorang anak untuk mencapai hasil belajar yang optimal metode belajar sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara optimal. Dalam penelitian ini, penulis akan coba mengkaji lebih dalam tentang penggunaan metode role playing untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui suatu penelitian dengan judul : “Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran PAI dengan menerapkan metode pembelajaran role playing di SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas beberaa masalah dapat diidentifikasi antara lain: 1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Kurangnya perhatian siswa pada saat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 3. Rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 6 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(cet. 1, Jakarta: Ciputat Pres, 2002), h. 4 xii 1. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran role playing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ? 2. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe ? D. Pemecahan Masalah Dalam upaya memecahkan permasalahan tentang rendahnya aktivitas belajar siswa, kurang perhatian, dan rendahnya motivasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam akan dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran role playing. E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran role playing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. b. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi Murid xiii dalam beberapa hal yakni 1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. 2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan. 3) Siswa diharpakan lebih aktif dalam belajar termotivasi dengan model pembelajaran yang disajikan. b. Bagi Guru akan memperbaiki pembelajaran di kelasnya 1) Guru dapat berkembang secara professional. 2) Melalui penelitian ini guru dapat memberi motivasi serta inovasi pembelajaran untuk lebih meningkatkan kompetensi dalam profesinya sebagai guru dalam pembelajaran anak. 3) Melalui penelitian ini guru dapat kesemaptan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan diri. c. Bagi sekolah dapat dijadikan sebagai acuan serta pegangan dalam memberikan pembinaan dan bimbingan kepada siswa dalam meningkatkan kualitas kemampuan siswa. F. Definisi Operasional 1. Metode pembelajaran role playing adalah. 2. Motivasi belajar siswa 3. Mata pelajaran PAI. xiv BAB II LANDASAN TEORITIS A. Hakikat Metode Pembelajaran Card Sort 1. Definisi Metode Pembelajaran Sebelum penulis mengemukakan pengertian metode mengajar secara luas, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan pengertian metode mengajar. Menurut xv Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar mengemukakan bahwa: Metode yaitu, suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang dicapai setelah pelajaran berakhir.1 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode sangatlah penting dilakukan atau dikuasai oleh seorang guru dalam proses pembelajaran agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Dalam buku strategi belajar mengajar dikatakan bahwa “metode adalah suatu cara mengajar yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semakin baik metode yang digunakan, maka akan semakin baik pula tujuan yang dicapainya”.2 Ini membuktikan bahwa suatu metode pembelajaran yang dilakukan sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan suatu pembelajaran. Sedangkan pengertian “mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas pengorganisasian atau mengatur lingkungan yang sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak didik”3, sehingga terjadi proses belajar mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. “Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis 8 1 Syaiful Bahri Djamara, Aswan Saini, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. II, Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.53 2 Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. I, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1999), h. 39 3 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Cet. IV, Jakarta: PT. Raja Grapindo, 2000), h. 48 xvi haluan untuk bertindak dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”.4 Kemudian dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designet to ahieves a particular educational goal. Jadi dengan demikian “metode pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.5 Selain metode dan pendekatan pembelajaran terdapat juga istilah lain yaitu taktik, dan tehnik mengajar. Tehnik adalah cara yang dilakukan seorang pendidik dalam rangka mengimplementasikan suatu metode dengan menggunakan alat bantu, sedangkan taktik adalah tindakan subjektifitas seorang guru dalam melaksanakan suatu tehnik atau metode tertentu yang digunakannya. Sehubungan dengan hal ini, Prof. Dr. Winarno Surakhman menegaskan dalam karangan bukunya Drs. Suryosubroto bahwa “metode pengajaran adalah cara pelaksanaan dari pada proses pembelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah”.6 Sedangkan menurut pendapat penulis strategi, metode, tehnik, dan taktik adalah merupakan serangkaian proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan, di mana strategi adalah suatu cara pandang yang akan digunakan oleh 4 Syiful Bahri Djamara dkk, Op. Cit, h. 5 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan, (cet. 4, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 126 6 B Suryosubrito, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Cet. 1, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 148 xvii pendidik sebelum proses pembelajaran dimulai. Sedangkan metode adalah suatu cara yang dilakukan seorang pendidik dalam menyampaikan materinya agar peserta didik dapat memahaminya secara efektif dan efisien. Tehnik adalah salah satu cara untuk melaksanakan metode dengan menggunakan alat bantu, sedangkan taktik adalah tindakan seorang pendidik dalam mengambil keputusan. 2. Cara Memilih Metode Pembelajaran Guru merupakan orang tua kedua bagi anak didiknya, ia diserahi tanggungjawab untuk membimbing dan membina anak didik agar kelak dapat anak tersebut dapat bermanfaat baik dirinya maupun orang lain. Untuk itulah guru harus menguasai ilmu jiwa dan watak manusia untuk mengetahui kepribadian anak didiknya. Guru menurut etimologi adalah: Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti mengajar, dalam bahasa inggris, dijumpai kata teacher yang berarti pengajar, selain itu terdapat pula kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar dirumah, mengajar ekstra, member les tambahan pelajaran, educator, pendidik, ahli didik, lecturer, pemberi kuliah atau penceramah.7 Guru dalam konteks melaksanakan tugas pendidikan dan pengajaran memiliki tanggung jawab pengajaran, bimbingan dan latihan keterampilan bagi para siswanya. Oleh karena itu, seorang guru dalam mengajar hendaknya pandai memilih strategi apa yang harus dilakukan dalam mengajar, agar dalam proses pembelajaran dapat berhasil secara optimal. Lebih khusus mengenai strategi belajar mengajar, menurut perspektif Ahmad Shabri dapat diartikan sebagai berikut: 7 Abudin Nata, Pespektif Isla tentang pola Hubungan Guru dan Murid, (Jakarta : Raja garfido Persada, 2010), h. 41 xviii Strategi/metode berarti pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang diambil intuk mancapai tujuan secara efektif. Untuk malaksanakan tugas secara professional guru mmerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinankemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan, baik dalam arti efek instruksional, tujuan belajar yang secara eksposit dalam proses belajar mengajar, maupun dalam arti efek pengiring misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif sikap terbuka setelah siswa mengikuti diskusi kelomok kecil dalam proses belajarnya.8 Mansur Muslich mengidentifikasikan 7 cara mengembangkan strategi pembelajaran yang dikutib oleh Fatimah Kadir yaitu : 1). Bagaimana mengaktifkan siswa, 2). Bagaimana siswa membangun peta konsep, 3). Bagaimana menggali informasi dari media cetak, 4). Bagaimana membandingkan dan mensistensikan informasi, 5).Bagaimana mengamati kerja secara aktif, 6). Bagaimana cara menganalisis dengan peta akibat atau roda masa depan dan, 7). Bagaimana melakukan kerja paraktek.9 Berdasarkan pendapat di atas bahwa metode/strategi pembelajaran merupakan peranan guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mangajar, agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan tercapai dan berhasil. Untuk memudahkan seorang guru dalam memilih strategi pembelajaran hendaknya guru harus mengetahui atau dapat mengklasidikasikan strategi dalam mengajar sebagaimana pendapat Syaiful Bahri Djamara dkk yang dikutib oleh Fatimah Kadir bahwa : 1).Konsep dasar strategi belajar mengajar, 2). sasaran kegiatan belajar mengajar, 3). belajar mengajar sebagai suatu system, 4). hakikat proses belajar, 5). Entering behavior siswa, 6).pola-pola belajar siswa, 7).memilih strategi belajar mengajar, 8). mengelolah proses belajar mengajar.10 8 Ibid, h. 3 9 St. Fatimah Kadir, Strategi Belajar Mengajar, ( Kendari : STAIN, 2007), h. 23 10Ibid, h. 4 xix Beradasarkan pendapat di atas, dapat memberikan kejelasan kepada kita bahwa seorang guru hendaknya dapat mengetahui dan menguasai strategi belajar mengajar dengan baik agardalam mengamalkan dan melaksanakan tgas dan tanggung jawabnya sebagai guru yang salah satunya adalah mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. 3. Faktor-Faktor Pemilihan Metode Seorang pendidik dalam menggunakan suatu metode haruslah memperhatikan beberapa faktor seperti melihat tujuan, situasi, kondisi dan sebagainya, untuk mencapai tujuan yang dicapai karena keberhasilnya suatu pembelajaran dipengaruhi oleh pemilihan metode yang sesuai. Oleh karena itu dalam pemilihan suatu metode mengajar, beberapa faktor yang harus dipertimbangkan: a. Tujuan, setiap bidang studi mempunyai tujuan bahkan dalam topik pembahasan tujuan pengajaran ditetapkan. b. Karakteristik siswa, adanya perbedaan karakteristik siswa dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosial ekonomi, tingkat kecerdasan dan watak mereka yang berlainan antara satu siswa dengan siswa yang lainnya. c. Situasi dan kondisi, disamping adanya perbedaan karakter dan tujuan yang ingin dicapai, tingkat sekolah, letak geografis, menjadi bahan pertimbangan dalam memilih suatu metode. d. Perbedaan pribadi dan kemampuan guru, seorang guru yang terlatih bicara disertai gaya, mimik, gerak, irama, tekanan suara akan lebih berhasil dalam memakai metode ceramah. e. Sarana dan prasarana, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah akan membantu guru dalam menggunakan suatu metode.11 Sedangkan untuk memilih metode mengajar menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih terdapat faktor-faktor memilih metode mengajar adalah diantaranya: 11 M. Basyiruddin Usman, Op Cit., h. 32-33 xx a. Kesesuaian dengan tujuan instruksional, Metode manapun yang akan digunakan harus dijelaskan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai, baik tujuan instruksional khusus, maupun tujuan instruksional umum. Namun hubungan antara metode dengan tujuan yang ingin dicapai tergantung pada jenis mata pelajaran yang akan diajarkan. b. Keterlaksanaan dilihat dari waktu dan sarana Pemilihan metode pengajaran perlu mempertimbangkan waktu dan sarana yang tersedia, misalnya “dalam setiap pembelajaran pendidik menggunakan metode karya wisata untuk dilakukan setiap hari namun waktu dan sarana tidak memungkinkan maka pendidik juga harus menyesuaikannya”.12 B. Hakikat Hasil Belajar Siswa 1. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar merupakan upaya yang dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar sehingga siswa memperoleh pengetahuan,keterampilan dan perubahan sikap menuju kearah yang lebih baik. Sejalan dengan itu, Oemar Hamalik mengatakan bahwa hasil belajar yaitu “Hasil belajar akhir murid yang diberikan guru dalam bentuk nilai angka dengan hurufnya, setelah melalui tes sumatif, sub sumatif atau EBTA”.17 Sejalan dengan itu Anton M. Miliono mengemukakan bahwa: “Hasil belajar adalah 12 R. Ibrahim, Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Cet. II, Jakarta: PT Rineka Cipta), 17 Oemar Hamalik, Kesulitan Belajar, (Bandung: Alumni, 1981), h. 49. h. 109 xxi penguasan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditujukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru”.18 Adapun menurut Masrun dan Sri Mulyani Martinah bahwa hasil belajar adalah “Penilaian atau pengukuran untuk mengetahui apakah guru dalam menyajikan bahan pelajaran telah berhasil dengan baik, disamping itu juga untuk mengukur seberapa jauh murid menangkap dan mengerti yang telah dipelajari”.19 Kemudian dikemukakan pula bahwa: Hasil belajar adalah suatu kemampuan internal (capability) ditunjukkan pada tercapainya tujuan belajar yang telah dimilik seseorang dan memungkinkannya untuk melakukan sesuatu atau memberikan hasil tertentu (performance).20 Berdasarkan dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar yang menggunakan alat ukur untuk menilai baik berupa angka maupun huruf. Untuk mengetahui tingkat prestasi siswa di sekolah biasa diadakan evaluasi belajar baik yang sifatnya harian yang dilakukan setiap selesai penyajian materi pelajaran, maupun melalui ulangan semester atau mid semester. Dengan diadakannya ulangan atau evaluasi tersebut, maka tingkat prestasi siswa dapat tergambar, dan dapat diketahui apakah siswa memperoleh prestasi atau hasil yang memuaskan atau tidak. 2. Jenis-Jenis Hasil Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Yang 18 Winarno Surakhmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Jakarta: t.p, 1982), h. 21 19 Masrun dan Sri Mulyani Martinah, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: UGM, 1983), h. 12 W.S. Wingkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1996), h. 97 20 xxii dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun karsa. Dalam sebuah situs yang membahas Taksonomi Bloom, dikemukakan mengenai teori Bloom yang menyatakan bahwa: tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah. Ketiga ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka melalui ketiga ranah ini pula akan terlihat tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Dengan kata lain, hasil belajar akan terukur melalui ketercapaian siswa dalam penguasaan ketiga ranah tersebut. Maka Untuk lebih spesifiknya, penulis akan akan menguraikan ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori Bloom berikut: a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6). 1) Pengetahuan (Knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga diartikan xxiii sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. 2) Pemahaman (Comprehension). Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari. Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya. 3) Aplikasi (Application). Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam kondisi kerja. 4) Analisis (Analysis). Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. 5) Sintesis (Synthesis). Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau xxiv pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. 6) Evaluasi (Evaluation). Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya. b. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah afektif adalah hasil belajar atau kemampuan yang berhubungan dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah afektif terdiri dari aspek: 1). Penerimaan (Receiving/Attending). Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleg guru. 2). Tanggapan (Responding). Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. xxv 3). Penghargaan (Valuing). Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap batin. 4). Pengorganisasian (Organization).Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilainilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. 5). Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan, “keterampilan ini disebut .motorik. karena keterampilan ini melibatkan secara langsung otot, urat dan xxvi persendian, sehingga keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian”.13 Orang yang memiliki keterampiulan motorik, mampu melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan automatisme yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan. Keterampilan motorik lainnya yang kaitannya dengan pendidikan agama ialah keterampilan membaca dan menulis huruf Arab, keterampilan membaca dan melagukan ayat-ayat Al-Qur.an, keterampilan melaksanakan gerakan-gerakan shalat. Semua jenis keterampilan tersebut diperoleh melalui proses belajar dengan prosedur latihan. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Para ahli telah mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang mereka kemukakan cukup beragam, tetapi pada dasarnya dapat dikategorikan kedalam dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar siswa itu sendiri atau faktor yang berasal dari lingkungan yang ada disekitarnya. Menurut Drs. Slameto mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: a. Faktor Intern 1) Faktor jasmani 13 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 99-100. xxvii a. Faktor Kesehatan Proses belajar seseorang akan berpengaruh jika kesehatan seseorang terganggu beberapa gangguan kesehatan yang mempengaruhi proses belajar siswa seperti badan lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelaianan fungsi alat indera dapat menyebabkan siswa tidak dapat merespon secara optimal proses belajar mengajar. b. Cacat Tubuh Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar seseorang. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, dan patah tangan, lumpuh dan lain-lain. 2) Faktor psikolog Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan. 3) Faktor kelelahan Siswa merasa lelah dengan kondisi atau latar belakang yang dialami siswa, sehingga menimbulkan kurangnyya semangat dalam diri siswa untuk mengikuti jalannya proses belajar mngajar. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. xxviii 1) Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2) Faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, dan tugas rumah.14 3) Faktor masyarakat Masyarakat merupakan tempat dimana siswa selalu berinteraksi sosial dengan masyarakat yang ada disekelingnya C. Deskripsi Pendidikan Agama Islam 1. Definisi Pendidikan Agama Islam Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak manusia yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya, karena tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa berkembang sejalan dengan kehidupan globalisasi saat ini, salah satu pendidikan yang dibutuhkan oleh umat manusia adalah pendidikan agama, menurut Zuhairini bahwa: “Pendidikan Agama adalah usaha membimbing kearah pertumbuhan, kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran islam, sehingga terjalin kebahagiaan dunia dan akhirat”.15 14 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Cet. IV, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), h. 29 15 Zuairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Rama, 1993), h. 10 xxix Pendidikan agama memiliki muatan nilai yang hakiki, yang bermanfaat bagi upaya pembinaan dan pengembangan potensi anak didik melalui pendidikan dan bimbingan secara sistematis. Pada pasal 37 ayat (1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistam pendidikan nasional dijelaskan bahwa, pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia. Hal tersebut menjelaskan bahwa pendidikan agama islam merupakan upaya dalam membina dan mendidik serta mengembangkan potensi yang ada dalam diri pribadi. Sedangkan Zakiah Drajat menjelaskan sebagai berikut ; 1. Pendidikan agama Islam adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah menyesuaikan pendidikan dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). Sebagaimana diuraikan dalam Al-Qur’an: Artinya: Dan orang-orang beriman, dan yang anak cucu merela mengikuti dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya (Q.S. Aththur 21). 2. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. 3. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dia dapat memahami,menghayati, dan xxx mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya demi keselamatan hidup didunia suatu maupun akhirat kelak.16 Pendapat lain dikemukakan pula bahwa: “Pendidikan agama Islam adalah suatu bimbingan baik jasmani maupun rohani yang berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran dalam Islam”17. Sementara itu ahli lain menyatakan bahwa: Pendidikan agama Islam sebagai usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan.18 Pendidikan Agama Islam mempunyai muatan nilai-nilai kerohanian, dan merupakan proses mendidik yang dilakukan oleh seorang guru agar anak didiknya dapat memahami tata nilai dari pokok kandungan ajaran agama Islam guna menciptakan generasi muda yang beriman dan beramal shaleh atau dapat mengamalkan ajaran agama Islam baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Tujuan Pendidikan Islam Pandangan Islam terhadap pendidikan tidak jauh beda dengan pandangan lainnya, dimana pendidikan islam menekankan pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun tujuan pendidikan agama yaitu : “Untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam mengembangkan, memahami, menghormati dan 16 Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: PT. Raja Grafido Persada, 2006), h. 6 17 Ibid, h. 7 18 Ahmad Tafsir dan Hadi Subroto Sudjino, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, ( Bandung :Rosda Karya, 1995), h. 33 xxxi mengamalkan nilai-nilai agama Islam, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni”.19 Para ahli pendidikan (muslim) merumuskan bahwa : “tujuan pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia akhirat”.20 Agar terciptanya manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Pandangan lain dikemukakan bahwa: “Tujuan pendidikan Agama Islam yaitu untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah SWT atau sekurang-kurangnya mempersiapkan kejalan menuju kepada tujuan akhirat.21 Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan Agama Islam adalah menumbuhkan kesadaran, sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agamanya, mampu mengamalkan dan mengembangkan dalam berbagai bidang kehidupan dan dapat menjadi manusia yang taat kepada Allah SWT. D. Hasil Penelitian Yang Relevan Dalam penelitian ini dibahas tentang pengaruh metode card sort terhadap peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada kelas IV SDN 3 Kendari Barat. Sejauh pengamatan peneliti di STAIN Kendari belum pernah ditemukan judul skripsi yang sama. Namun judul penelitian yang hampir sama yang diteliti oleh Arafah dengan judul “Pengaruh Penguasaan Metodologi Pembelajaran Bagi Guru Agama Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam di Kalangan Siswa SMP 7 19 Ahmad Tafsir dan Hadi Subroto Sudjino, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung :Rosda Karya, 1995), h. 33 20 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002), h. 23 21 Ibid, h, 21 xxxii Kendari” pada tahun 2005, dimana skripsi ini membahas tentang guru, dalam pembelajaran guru sebagai administrator, motivator, mediator, komunikator, dan vasilitator yang baik bagi siswanya. Disamping itu juga guru dapat menguasai metodemetode mengajar dalam mengajarkan pendidikan agama Islam misalnya metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain-lain. Kemudian skripsi yang kedua yang hampir sama yang diteliti oleh Muh. Rifai dengan judul “Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Kelas II SMA 9 Kendari” pada tahun 2009, dimana penelitian tersebut membahas tentang salah satu metode pembelajaran yaitu metode simulasi. Persamaan dari penelitian ini adalah masing-masing membahas tentang hasil belajar siswa. Dengan demikian telah jelas perbedaan antara penelitian yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini, dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan di STAN Kendari seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Dalam penelitian peneliti menggunakan metode card sort untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam. xxxiii BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto dalam Suyadi bahwa “Penelitian tindakan kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam subuah kelas secara bersamaan”1. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Bajo Indah, pada kelas IV semester genap (II) tahun 2011-2012. Objek penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 17 siswa. B. Jenis Data dan Cara Pengambilannya Jenis data yang didapat adalah data kuantitatif dan kualitatif, yaitu sebagai berikut : 1. Data hasil belajar diambil dengan cara memberikan tes kepada siswa setelah selesai tindakan. 1 Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2010), h. 18. xxxiv 2. Data pelaksanaan pembelajaran diperoleh dari hasil pengamatan kolaborasi selama pelaksanaan tindakan tiap siklus dengan menggunakan instrument observasi kegiatan guru dan siswa pada saat KBM. C. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu diberikan tes awal yaitu untuk melihat kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Siklus dalam penelitian ini terdiri dari tahapan kegiatan: “1) perencanaan; 2) pelaksaaan tindakan; 3) observasi dan evaluasi, serta 4) refleksi”2. secara rinci setiap tahapan kegiatan dijelaskan berikut ini: 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah: (i) membuat skenario pembelajaran, (ii) membuat lembar observasi, (iii) membuat alat bantu pembelajaran, (iv) membuat alat evaluasi, dan (v) menyiapkan jurnal untuk refleksi. 2. Pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran, yaitu 2 (dua) kali pertemuan untuk setiap siklus. 3. Observasi dan evaluasi 2 David Hopkins, A Teacher’s Guide to classroom Researce, (Philadelphia, 1993), h. 32. xxxv Kegiatan pada tahap ini adalah peneliti melakukan pengamatan pada saat pelaksanaan tindakan, yaitu melihat apakah pelaksanaan tindakan sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat. Setelah itu dilakukan evaluasi, yaitu untuk melihat keberhasilan pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi Hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, didiskusikan dan dilihat kelemahan-kelemahan yang ada pada setiap siklus dan akan diperbaiki pada perencanaan siklus berikutnya. Untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat pada rancangan berikut ini: Permasalahan Siklus I Perencanaan tindakan 1 t Refleksi I Permasalahan Baru hasil refleksi Pelaksanaan Tindakan 1 Pengamatan/ Pengumpulan data Perencanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II Refleksi II Pengamatan/ tindakan II Siklus II Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus berikutnya xxxvi Gambar 1. Prosedur penelitian tindakan kelas D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi b. Tes: dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa c. Observasi: dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas belajar siswa dalam PBM dan implementasi metode pembelajaran card sort. d. Wawancara: untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran card sort. e. Diskusi dengan guru (kolaborator) untuk refleksi hasil siklus PTK. E. Analisis Hasil Refleksi Data yang dianalisis meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Perubahan yang terjadi pada siswa saat pembelajaran maupun sesudah pembelajaran. Analisis yang digunakan adalah deskripsi, memaparkan data hasil pengamatan, dan hasil akhir setiap siklus. 2. Peningkatan hasil belajar setiap siklus. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang digunakan analisis kuantitatif dengan rumus : xxxvii P= Keterangan : Posrate - Baserate Baserate P Posrate Baserate x 100% = persentase peningkatan = nilai sesudah diberikan tindakan = nilai sebelum tindakan3 Berdasarkan hasil pengamatan, angket dan tes akhir siklus apabila masih dirasakan gagal, peneliti mencari dugaan penyebab kekurangan dan sekaligus mencari alternatif solusi untuk dirancang pada tindakan berikutnya. Tolok ukur refleksi penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PAI secara signifikan pada setiap siklus. 2. Adanya peningkatan hasil belajar yang signifikan pada setiap siklus. G. Indikator Kinerja Indikator kinerja setiap siswa ditetapkan bahwa jika 85% setiap siswa telah mencapai nilai 75, indikator kinerja kelompok adalah rata-rata 80% telah melaksanakan indikator yang diobservasi dalam lembar observasi kegiatan siswa selama proses kerja kelompok, dan indikator proses pembelajaran ditetapkan jika kegiatan proses pembelajaran yang disajikan oleh guru mencapai kategori baik atau 80% telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran card sort. 3 Zainal Aqib dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Malang:Irama Widya, 2006), h. 53 xxxviii BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SDN Bajo Indah Pelaksanaan pelayanan pendidikan sampai pada tujuannya hingga dicapai pembangunan suatu lembaga (pengadaan gedung dan penyediaan tanah) tempat mendirikan bangunan sekolah, dalam hal ini SDN Bajo Indah, sekolah ini didirikan oleh pemerintah, pada tahun 1997, diatas tanah seluas 30X60 M2. Pembangunan gedung sekolah mendapatkan dana dari pusat. Sebelu sekolah ini diririkan terlebih dahulu pemerintah mengadakan rapat bersama dengan warga agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan masyarakat setempat. Tujuan didirikan sekolah ini diharapkan aga setiap masyarakat dapat menyekolahkan anak-anak mereka, dan sekolah ini berada ditengah-tengah penduduk yang padat dan tidak jauh dari pemukiman warga, sehingga anak-anak dapat bersekolah dengan baik tidak jauh dari rumah atau kediaman anak. Sekolah ini sejak didiikan hingga sekarang telah mengalamipergantian kepala sekolah sebanyak 4 kali, yaitu pada tahun 1997 sampai 2002, dipimpinan oleh Anwar H.S kurang lebih 6 tahun, setelah ini digantikan oleh H. Syahid, dengan masa jabatan kurang lebih 4 tahun atau antara tahun 2002 sampai 2005, kemudian kepemimpinan berpindah kepada Gerung antara tahun 2005 sampai 2008, setelah masa jabatannya berakhir digantikan oleh Abd. Haiyi, A.Ma, mulai tahun 2008 sampai sekarang. Pondasi dalam sebuah lembaga pendidikan adalah guru karena guru merupakan ujung tombak keberhasilan 39 sebuah sekolah tetapi ada komponen – xxxix komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain sehingga keberhasilan itu dapat tercapai yaitu kerja sama yang baik antara kepala sekolah, guru dan orang tua murid. Dengan terjalinnya komponen tersebut maka guru akan menjalankan tugasnya tanpa beban dan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab seorang guru bukan hanya sebagai tenaga pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai tenaga pendidik yang memberikan sebuah pengalaman dan bimbingan terhadap siswa dalam meraih prestasi yang baik. Oleh karena itu guru harus memiliki rencana, target serta keterampilan demi kepentingan anak didik. Kegiatan pembelajaran di SDN Bajo Indah di jalankan oleh 8 orang guru yang terdiri dari kepala sekolah, guru yang berstatus PNS guru yang masih GTT diantaranya mengajar sebagai guru kelas dan guru bidang studi. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan guru di SDN Bajo Indah dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Keadaan Guru SDN Bajo Indah Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama Guru Abd. Haiyi, A.Ma Muali Buha, A.Ma.Pd Abdul Najir Musa Sadaruddin, A.Ma.Pd Tomo, A.Ma.Pd Musripa, A.Ma Riani,A.Ma Merianti, A.Ma Jabatan / Tugas Kepala sekolah Guru kelas 3 Guru Pjok Guru kelas 5 Guru kelas 6 Guru kelas 2 Guru kelas 4 Guru kelas 1 Pend. terakhir D.II D.II SGO D.II D.II D.II D.II D.II Sumber data : Kantor SDN Bajo Indah Tahun 2012. Siswa atau anak didik merupakan faktor pendidikan yang berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), karena siswa merupakan obyek sekaligus subyek xl dalam proses belajar mengajar (PBM). SDN Bajo Indah saat ini mempunyai siswa sebanyak 155 orang, yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 77 orang dan siswa perempuan sebanyak 78 orang yang tersebar dari kelas 1 sampai kelas VI, selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2 Data Siswa SDN Bajo Indah Tahun 2012 No Kelas/Tingkat 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Kelas V Kelas VI Total Jenis Kelamin L 19 13 16 12 11 6 77 Jumlah P 20 20 14 6 9 9 78 39 33 30 18 20 15 155 Sumber data : Kantor SDN Bajo Indah B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kegiatan Awal Kegiatan awal yang dilakukan adalah peneliti melakukan diskusi dengan pihak sekolah terutama kepala skolah dan guru PAI, untuk membicarakan proses peneliti yang akan dillaksanakan di SDN Bajo Indah, kegiatan awal yang dilakukan peneliti adalah proposal yang telah diseminarkan beserta dengan surat izin penelitian dari kampus yang ditujukan kepada kepala sekolah, setelah kepala sekolah menerima surat dari kampus, maka kepala sekolah mengarahkan peneliti untuk bertemu dan membicarakan hal ini kepada guru yang bersangkutan yang guru PAI Pertemuan peneliti dengan guru PAI menyepakati bahwa: xli a. Dalam proses tindakan peneliti sebagai guru dan guru PAI sebagai observator (kolaborator). b. Tindakan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran role playing, pada stiap siklus. c. Materi yang diajarkan adalah materi yang berkaitan dengan model pembelajaran yang akan digunakan. d. Pada kegiatan awal peneliti belum menggunakan model pembelajaran role playing. e. Setiap siklus 2 kali pertemuan dan disesuaikan dengan materi pelajaran yang telah berjalan. Kegiatan awal tersebut merupakan dasar untuk melaksanakan proses tindakan bersama dengan guru PAI, kesepakatan tersebut akan dikembangkan brdasarkan hasil refleksi yang diperoleh dan merancang kembali kelemahan dan kekurangan yang diperoleh dari hasil refleksi tersebut. Pada kegiatan awal guru PAI telah menyiapkan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan pertama tanpa menggunakan metode pembelajaran role playing, akan tetapi proses pembelajaran tersebut berjalan sebagaimana biasanya yaitu terjalinya proses belajar mengajar di dalam kelas tanpa menggunakan pembelajaran role playing. Setelah proses pembelajaran selesai maka peneliti bersama guru PAI melakukan evaluasi awal pada siswa sebagai landasan untuk membentuk kelompok serta dapat mengetahui kemampuan akademis masing-masing siswa sehingga dalam membentuk kelompok belajar dilakukan dengan mudah karena akan xlii diacak secara heterogen, mempunyai kemampuan akademis yang berbeda, ras, suku, dan perbedaan lainya, dengan demikian kemampuan dalam kelompok beragam. Selanjutnya diadakan evaluasi awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi pelajaran dan hasil tes awal tersebut dijadikan sebagai skor awal siswa untuk dijadikan sebagai acuan untuk melihat peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran role playing. Soalsoal untuk evaluasi awal diambil dari cakupan materi yang akan diajarkan berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Adapun perolehan hasil evaluasi awal siswa kelas IV SDN Bajo Indah pada mata pelajaran PAI dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3 Hasil Evaluasi Awal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nama Siswa Awal Rasdi Puput Sodik Ayu Hilda Sindi Sepri Yuda Muh. Dani Resky Dimas Rahmat Erik Parel Dody Wanda Kelompok I II III xliii Nilai skor awal 75 65 75 60 70 65 73 65 75 70 75 66 72 70 65 78 60 Ketuntasan kelompok 33.33% 33.33% 20% Jumlah Total Rata-rata Ketuntasan Secara Klasikal 1179 69.35 29.41% Sumber : Hasil pengolahan data PTK 2012 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa penguasaan siswa secara klasikal terhadap materi pelajaran masih tergolong rendah setiap kelompok siswa memperoleh ketuntasan dibawah rata-rata yaitu kelompok I dan II memperoleh ketuntasan kelompok sebesar 33.33% dan kelompok III hanya memperoleh ketuntasan kelompok 20%, sedangkan keberhasilan siswa secara keseluruhan bahwa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 5 orang siswa yang ketuntasan belajar secara klasikal hanya mencapai 29.41% dari jumlah keseluruhan siswa 17 orang dengan nilai rata-rata 69.35. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih banyak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Hal ini disebabkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dasar materi tersebut masih sangat kurang, sehingga peneliti dan guru PAI sepakat untuk menerapkan model pembelajaran role palaying dalam proses pembelasjaran PAI, diharapkan dengan penerapan medol pembelajaran ini akan meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa secara signifikan. 2. Tindakan Siklus I a. Perencanaan Pada perencanaan siklus I, peneliti merancang dan membuat perangkat pembelajaran berupa rencana persiapan pembelajaran, dalam proses pelaksanaan tindakan peneliti merujuk pada scenario pembelajaran yang telah disiapkan xliv sebelumnya sehingga proses pembelajaran di melenceng dari perencanaan yang telah dibuat sebelum. Sebelum masuk pada proses pembelajaran peneliti meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan dalam bentuk RPP. Penekanan perencanaan disini adalah menyiapkan peserta didik benar-benar menguasai materi pelajaran. Kemudian menyiapkan modul yang berisi soal-soal yang diarahkan bisa menciptakan pembelajaran peserta didik bisa menemukan sendiri. Dapat menjelaskan dengan kata-kata dan menyatakan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan materi mata pelajaran PAI. Serta mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah ditetapkan untuk menggunakan model pembelajaran role playing pada pembahasan dengan kompetensi dasar kisah nabi Ibrahim as, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan hal-hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Peneliti bersama guru mengatur tempat duduk siswa agar tetap rapi dan siap untuk menerima materi pembelajaran yang telah ditetapkan dengan berpatokan pada nilai awal siswa, kemudian peneliti menyiapkan bahan dan alat pembelajaran sebagai berikut berikut : 1) Menyiapkan RPP 2) Membuat lembar observasi guru dan siswa 3) Menyiapkan sub materi pelajaran yang akan diperankan oleh setiap kelompok siswa dan dibagikan. 4) Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan xlv Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti bersama guru mula-mula melakukan diskusi untuk membentuk kelompok belajar sesuai dengan hasil evaluasi awal yang telah diperoleh, dengan hasil evaluasi awal tersebut merupakan rujukan awal bagi peneliti bersama guru melalukan dan membentuk kelompok belajar siswa, kemudian telah ditentukan model pembelajaran role playing, sebagai model pembelajaran yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran, proses pembelajaran tindakan ini berlangsung kurang lebih 90 menit, pada kegiatan awal 15 menit, pada kegiatan inti 60 menit, dan kegiatan penutup 15 menit. Selanjutnya kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengikuti rencana pembelajaran yang telah dibuat. Pada kegiatan awal peneliti selaku pelaksana tindakan yang mengelolah proses pembelajaran dan guru PAI sebagai pendamping atau kolaborator sekaligus mengamati jalannya pross tindakan, pelaksanaan tindakan dimulai dengan salam dan do’a, apersepsi, memberi motivasi, kemudian peneliti menjelaskan langkah-langkah pembelajaran role playing. Pada kegiatan inti, setelah dilakukan apersepsi dan menjelaskan kepada siswa langkah-langkah pembelajaran role playing, maka selanjutnya peneliti bersama guru menyususn skenario yang akan diperankan, membentuk kelompok belajar menjadi 3 kelompok, menjelaskan materi atau peran masing-masing kelompok, memanggil kelompok yang sudah ditunjuk untuk memerankan perannya, melakukan pengamatan tentang motivasi belajar siswa yang telah disipkan, memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok untuk didiskusikan kekurangan masing-masing kelompok. Setelah xlvi proses tindakan dilakukan maka pada bagian penutup guru memberikan kesimpulan secara umum dan melakukan evaluasi pembelajaran. Proses pembelajaran tindakan tersebut di atas, merupakan proses pembelajaran pada pertemuan pertama pada siklus I, pada pertemuan kedua, peneliti bersama dengan guru PAI sepakat untuk melakukan proses tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, dan menindaklanjuti permasalahan atau kelemahan yang diperoleh pada pertemuan pertama, pelaksanaan tindakan pada pertemuan kedua sama seperti pertemuan pertama. Setelah pertemuan kedua maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu melakukan evaluasi untuk siklus I, menganalisis hasil pengamatan kegiatan guru dan motivasi belajar siswa dalam proses tindakan. c. Observasi dan Evaluasi 1. Observasi Pengamatan yang dilakukan pada saat berlangsungnya proses tindakan untuk melihat langsung perkembangan kegiatan guru dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran role palaying. Hasil pengamatan motivasi belajar siswa dilakukan oleh peneliti pada saat siswa melakukan perannya masing-masing, agar memudahkan peneliti dalam memberikan pengamatan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, sedangkan pengamatan kegiatan guru dilakukan oleh guru PAI (observator), guru PAI melihat apakah peneliti telah melakukan dan melaksanakan proses tindakan pembelajaran role playing sesuai dengan indikator yang telah dibuat. Hasil pengamatan motivasi belajar siswa dan kegiatan guru berdasarkan lembar xlvii pengamatan yang telah disipakan. Adapun hasil kegiatan guru dalam proses tindakan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran No 1 2 3 4 5 6 Indikator Penilaian Guru menyusun skenario yang akan diperankan Guru membentuk kelompok belajar menjadi 3 kelompok Guru menjelaskan materi atau peran masing-masing kelompok Guru memanggil kelompok yang sudah ditunjuk untuk memerankan perannya Guru melakukan pengamatan tentang motivasi belajar siswa yang telah disipkan Guru memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok untuk didiskusikan kekurangan masing-masing kelompok Guru memberikan kesimpulan secara umum Guru memberikan evaluasi pembelajaran 7 8 Jumlah Skor ideal Persentase Skor 2 3 2 3 3 3 2 3 21 32 65.63% Sumber: Hasil pengamatan siklus I Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil pengamatan guru dalam proses pembelajaran masih belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu 80%, hal dapat dilihat dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan belum berjalan secara maksimal, sehingga dalam proses pembelajaran guru belum menjelaskan materi yang akan diperankan oleh setiap indivdu dan kelompok untuk diperankan, hal ini memberikan dampak terhadap jalanya proses pembelajaran, kemudian guru hanya memberikan kesimpulan sederhana terhadap hasil pembelajaran. Secara keseluruhan pelaksanaan tindakan sudah berjalan dengan baik akan tetapi hal tersebut masih jauh dari hasil skor yang diharapkan, karena kegiatan guru hanya memperoleh skor 21 atau 65.63% dari skor ideal 32. Selanjutnya hasil pengamatan xlviii motivasi belajar siswa dilakukan oleh peneliti pada saat siswa menjalankan perannya sesuai dengan tema yang mereka perankan, dan menghasilan pengamatan sebagaimana tabel di bawah ini: Tabel 5 Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa No Indikator 1 Siswa belajar setiap hari atas kemauan sendiri 2 Siswa masuk sekolah tepat waktu 3 Siswa membaca buku setiap ada waktu luang 4 Siswa menikmati tugas yang diberikan oleh guru 5 Siswa mempunyai kemauan tinggi untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik 6 Siswa menyempatkan waktu untuk membaca dikelas 7 Siswa mendapatkan dorongan dari teman-temanya untuk belajar 8 Siswa mengharapkan mendapatkan pujian atas prestasi yang dicapai 9 Siswa menyukai pengarahan dari guru 10 Siswa memperbaiki cara belajar tanpa menunggu arahan dari guru Jumlah skor Jumlah skor kelompok Persentase kelompok Skor ideal kelompok Skor ideal Kelompok I Kelompok II Kelompok III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 2 3 2 1 3 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 23 24 28 21 26 22 23 20 23 23 20 23 22 23 24 23 23 144 60% 240 132 55% 240 40 115 57.5% 200 Sumber : Hasil pengamatan motivasi belajar siswa siklus I Berdasarkan hasil pengamatan motivasi belajar siswa dapat disimpulkan bahwa secara umum motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran xlix masih rendah, hal ini dapat dikonsultasikan dengan hasil pengamatan di atas, bahwa perolehan skor kelompok I 144 atau 60% dari skor ideal 240, dan kelompok II memperoleh skor 132 atau 55% dari sko ideal 240, sedangkan pada kelompok III, memperoleh skor 115 atau 57.5% dari skor ideal 200. Untuk lebih jelasnya perolehan skor tiap kelompok dapat ditayangkan dalam bentuk garafik di bawah ini: Grafik 1. Perolehan skor motivasi belajar siswa pada siklus I 61% 60% 60% 59% 57.50% 58% 57% 56% 55% 55% 54% 53% 52% Kelompok I Kelompok II kelompok III Setelah dilakukan proses pengamatan kegiatan guru dan motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka selanjutnya dilakukan evaluasi siklus I. 2. Evaluasi Setelah dua kali pertemuan, pertemuan kedua diadakan evaluasi atau tes tindakan siklus I secara perorangan untuk melihat sejauh mana siswa telah memahami materi pelajaran setelah menggunakan pembelajaran role playing. Berikut ini data perolehan nilai pada hasil evaluasi siklus I menggunakan pembelajaran role playing sebagai berikut: l Tabel 6 Hasil Evaluasi Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nama Siswa Kelompok Awal Rasdi I Puput Sodik Ayu Hilda Sindi Sepri II Yuda Muh. Dani Resky Dimas Rahmat Erik III Parel Dody Wanda Jumlah Total Rata-rata Ketuntasan Secara Klasikal Nilai 78 70 76 70 75 75 78 70 76 75 78 74 75 75 70 78 70 1265 74.29 64.71% Ketuntasan kelompok 83.33% 66.67% 60% Sumber : Hasil pengolahan data PTK 2012 Berdasarkan pada tabel di atas bahwa hasil tes siklus I menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran mengalami peningkatan dari tes awal yaitu siswa yang memperoeh nilai ≥ 75 sebanyak 11 orang siswa yang ketuntasan secara klasikal mencapai 64.71% dengan nilai rata-rata 74.29, dengan peningkatan sebesar 35.29%. d. Refleksi Pada pelaksanaan tindakan siklus I ini, penggunaan pembelajaran role playing belum sepenuhnya berjalan sempurna. Tahap refleksi yang dilakukan antara peneliti li dan guru secara kolaboratif disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperbaiki. 1. Pihak siswa, kelemahan yang ada adalah siswa sebelum memahami secara mendalam hakikat pembelajaran role playing sehingga proses pembelajaran belum berjalan dengan maksimal, masih banyak siswa yang belum menguasai peran yang diberikan. 2. Pihak guru, belum menjalankan rencana pembelajaran dengan baik. 3. Guru tidak menjelaskan secara mendetail prosedur pembelajaran role playing. 4. Guru kurang memberikan arahan tentang materi yang diperankan oleh masingmasing kelompok. 5. Secara kolaborasi peneliti dan guru menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1. Berdasarkan hasil observasi, evaluasi dan refleksi di atas, maka penelitian ini dilanjutkan dengan proses tindakan siklus II karena indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini belum tercapai yaitu siswa yang memperoleh skor ≥ 75 sebesar 80% secara klasikal. 3. Tindakan Siklus II a. Perencanaan Berdasarkan hasil observasi, evaluasi refleksi pada tindakan siklus I, maka peneliti bersama guru merencanakan tindakan siklus II. Meninjau kembali rencana lii pembelajaran yang telah disiapkan untuk siklus 2 dengan melakukan revisi sesuai hasil refleksi siklus 1. Pada perencanaan siklus II guru memberikan penekanan kepada siswa dengan cara memberikan materi skenario pembelajaran yang mereka perankan kemali untuk memperbaiki kelemahan pada siklus I dan materi tersebut siswa dapat mempelajarinya di rumah agar pada saat proses tindakan siswa tidak kaku lagi dalam memerankan peranya masing-masing, selain memperbaiki kelemahan dari siswa, peneliti guru memperbaiki kelemahan guru/peneliti pada saat proses tindakan berlangsung yaitu dengan cara peneliti bersama dengan guru menjalankan proses tindakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dibuat, guru menjelaskan secara detail langkah-langkah pembelajaran role playing, guru memberikan materi kepada siswa untuk dipelajari di rumah serta memberikan arahan dan bimbingan bagi siswa yang mendapatkan kendala dalam menjalankan perannya. Setelah kelemahan dari hasil refleksi siklus I akan diperbaiki, maka pada tahap perencanaan ini, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu : a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. b) Menyiapkan lembar observasi. c) Menyiapkan materi yang akan diperankan oleh masing-masing kelompok. d) Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan sikluas II. b. Pelaksanaan Tindakan liii Proses pembelajaran melalui penggunaan pembelajaran role playing dilakukan kembali sebagai rangkaian pelaksanaan penelitian ini dengan memperhatikan hasil refleksi pada tindakan siklus I. Pada siklus II ini guru melaksanakan pembelajaran di kelas dengan mengikuti rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sama seperti pelaksanaan tindakan siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan tindakan siklus I. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti terus mengobservasi jalannya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan guru dan lembar pengamatan motivasi belajar siswa. Pelaksanaan tindakan pada siklus II, merupakan proses tindakan dalam rangka memberbaiki kekurangan dan kelemahan yang ada pada siklus I baik kelemahan dan kekurangan dari guru maupun kelamahan dan kekurangan yang ada pada siswa. Pelaksanaan intidakan ini berlangsung kurang lebih 90 menit, dan dilaksanakan 2 kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan pada siklus II, diharapkan dapat memperbaiki hasil refleksi siklus I. Pelaksanakan pembelajaran berjalan sama seperti biasanya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran role palting, yaitu siswa diberikan tugas secara individu maupun kelompok untuk bermain peran sesuai dengan materi yang iberikan sebelumnya. Setelah berlangsung proses pembelajaran kurang lebih 90 menit, maka peneliti bersama guru PAI, melakukan kembali pengamatan motivasi belajar siswa dan kegiatan guru dalam menerapkan proses pembelajaran role playing, kemudian pada liv pertemuan kedua pada siklus II, dilakukan evaluasi untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI. c. Observasi dan Evaluasi 1. Observasi Proses pembelajaran pada tindakan siklus II ini telah mengalmai peningkatan dari siklus I, dari hasil observasi, guru dan siswa sudah bersama-sama melaksanakan proses penggunaan role playing. Hasil pengamatan kegiatan guru sebagai berikut: Tabel 7 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran No 1 2 3 Indikator Penilaian Guru menyusun skenario yang akan diperankan Guru membentuk kelompok belajar menjadi 3 kelompok Guru menjelaskan materi atau peran masing-masing kelompok 4 Guru memanggil kelompok yang sudah ditunjuk untuk memerankan perannya 5 Guru melakukan pengamatan tentang motivasi belajar siswa yang telah disipkan 6 Guru memberikan lembar kerja kepada setiap kelompok untuk didiskusikan kekurangan masing-masing kelompok 7 Guru memberikan kesimpulan secara umum 8 Guru memberikan evaluasi pembelajaran Jumlah Skor ideal Persentase Skor 3 3 3 4 3 4 3 4 27 32 84.38% Sumber: Hasil pengamatan siklus II Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil pengamatan guru dalam proses pembelajaran menlami peningkatan secara signifikan yaitu pada siklus I perolehan skor hanya mencapai 21 atau 65.63, setelah dilakukan perbaikan pada siklus II menlami peningkatan menjadi 84.38% atau mencapai skor 21 dari skor ideal 32. Hal lv ini menlami peningkatan sebesar 18.75%. dengan demikian telah mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu pengamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila memperoleh 80%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan baik dan telah menjalankan prosedur pembelajaran role playing dengan baik. Selanjutnya hasil pengamatan motivasi belajar siswa dilakukan oleh peneliti pada saat siswa menjalankan perannya sesuai dengan tema yang mereka perankan, dan menghasilan pengamatan sebagaimana tabel di bawah ini: Tabel 8 Hasil Pengamatan Motivasi Belajar Siswa No 1 Indikator Siswa belajar setiap hari atas kemauan sendiri 2 Siswa masuk sekolah tepat waktu 3 Siswa membaca buku setiap ada waktu luang 4 Siswa menikmati tugas yang diberikan oleh guru 5 Siswa mempunyai kemauan tinggi untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik 6 Siswa menyempatkan waktu untuk membaca dikelas 7 Siswa mendapatkan dorongan dari teman-temanya untuk belajar 8 Siswa mengharapkan mendapatkan pujian atas prestasi yang dicapai 9 Siswa menyukai pengarahan dari guru 10 Siswa memperbaiki cara belajar tanpa menunggu arahan dari guru Jumlah skor Kelompok I Kelompok II Kelompok III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 4 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 36 31 33 35 32 33 35 33 32 34 31 34 34 31 33 31 33 lvi Jumlah skor kelompok Persentase kelompok Skor ideal kelompok Skor ideal 200 83.33% 240 199 82.92% 240 40 162 81% 200 Sumber : Hasil pengamatan motivasi belajar siswa siklus II Berdasarkan hasil pengamatan motivasi belajar siswa dapat disimpulkan bahwa secara umum motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat bahwa perolehan skor kelompok I pada siklus I (144 atau 60% dari skor ideal 240) meningkat menjadi 83.33% dengan perolehan skor 200, dan kelompok II memperoleh skor pada siklus I (132 atau 55% dari sko ideal 240) meningkat pada siklus II menjadi 82.92% dengan perolehan skor sebesar 199, sedangkan pada kelompok III, memperoleh skor pada siklus I (115 atau 57.5% dari skor ideal 200) mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 81% atau dengan skor 162. Untuk lebih jelasnya perolehan skor tiap kelompok dapat ditayangkan dalam bentuk garafik di bawah ini: lvii Grafik 2. Perolehan skor motivasi belajar siswa pada siklus II 84% 83.33% 82.92% 83% 83% 82% 82% 81.00% 81% 81% 80% 80% Kelompok I Kelompok II kelompok III Setelah dilakukan proses pengamatan kegiatan guru dan motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka selanjutnya dilakukan evaluasi siklus II. 2. Evaluasi Kegiatan selanjutnya adalah mengadakan tes tindakan siklus II (setiap siklus 2x pertemuan) secara individual untuk melihat tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah belajar melalui penggunaan pembelajaran role playing. Hasil tes tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9 Hasil Evaluasi Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 Nama Siswa Awal Rasdi Puput Sodik Ayu Hilda Sindi Kelompok Nilai 78 75 76 74 76 80 80 I lviii Ketuntasan kelompok 83.33% 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Sepri II Yuda Muh. Dani Resky Dimas Rahmat Erik III Parel Dody Wanda Jumlah Total Rata-rata Ketuntasan Secara Klasikal 74 76 80 78 75 80 78 75 78 74 1307 76.88 82.35% 83.33% 80% Sumber : Hasil pengolahan data PTK 2012 Pada Tabel di atas menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran mengalami peninngkatan dari hasil tes tindakan siklus I yaitu siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 sebanyak 14 orang siswa dari 17 orang yang ketuntasan belajarnya secara klasikal mencapai 82.35% dengan nilai rata-rata 76.88. hal ini mengalami peningkatan sebesar 17.65%. d. Refleksi Secara kolaborasi guru menganalisis hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi, membuat kesimpulan terhadap pelaksanaan siklus 2. Mendiskusikan hasil analisis berdasarkan indikator pengamatan. Mengevaluasi bagian-bagian mana yang telah berhasil dicapai, bagian mana yang layak ditindak lanjuti tentang kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran role playing. Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini telah menunjukkan kesempurnaan baik dari pihak guru maupun siswa. Guru telah melaksanakan rencana pembelajaran sepenuhnya. Siswa juga bermain peran dengan baik sesuai dengan perannya masing-masing, walaupun masih ada beberapa siswa lix yang masih kaku dalam bermain peran akan tetapi mereka sudah mengikuti proses pembelajaran dengan baik, setelah menganalisis hasil observasi, evaluasi refleksi pada siklus II, maka peneliti bersama dengan guru sepakat proses tindakan ini cukup sampai pada siklus II. C. Pembahasan Motivasi belajar siswa adalah dorongan siswa untuk terus belajar agar mencapai tujuan yang diharapkan yaitu prestasi dalam belajar dengan dipengaruhi oleh cita-cita, kemampuan belajar, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru dalam membelajarkan siswa. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal menumbuhkan gairah, minat dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang dimiliki dengan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. lx Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa di SDN Bajo Indah, peneliti bersama dengan guru PAI sepakat untuk menggunakan model pembelajaran role playing, dalam proses pembelajaran. Proses tindakan ini berlangsung selama 2 siklus masing-masing siklus 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 90 menit setiap kali pertemuan. Pada kegiatan awal peneliti bersama dengan guru PAI belum menggunakan model pembelajaran role playing, hal ini diterapkan agar dapat mengetahui tingkat motivasi dan kemampuan akademis siswa dalam proses pembelajaran, serta hasil evaluasi awal dijadikan sebagai tolak ukur untuk membentuk kelompok siswa berdasarkan hasil evaluasi awal secara heterogen. Setelah peneliti bersama dengan guru PAI membentuk kelompok belajar siswa menjadi 3 kelompok, maka peneliti bertindak sebagai guru (pelaksanan tindakan) dan guru PAI bertindak sebagai observator (kolaborator) dalam proses tindakan. Dengan menggunakan model pembelajaran role playing motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan, motivasi belajar siswa diamati berdasarkan indikator yang telah dibuat sebelumnya yang terdapat dalam lembar pengamatan. Pada pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh hasil pengamatan motivasi belajar siswa secara umum masih rendah, hal ini dapat dikonsultasikan dengan hasil pengamatan di atas, bahwa perolehan skor kelompok I 144 atau 60% dari skor ideal 240, dan kelompok II memperoleh skor 132 atau 55% dari sko ideal 240, sedangkan pada kelompok III, memperoleh skor 115 atau 57.5% dari skor ideal 200. Pada pelaksanaan tindakan siklus II motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Perolehan skor kelompok I pada siklus I (144 atau 60% lxi dari skor ideal 240) meningkat menjadi 83.33% dengan perolehan skor 200, dan kelompok II memperoleh skor pada siklus I (132 atau 55% dari sko ideal 240) meningkat pada siklus II menjadi 82.92% dengan perolehan skor sebesar 199, sedangkan pada kelompok III, memperoleh skor pada siklus I (115 atau 57.5% dari skor ideal 200) mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 81% atau dengan skor 162. Dengan demikian upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada pokok bahasan kisah nabi Ibrahim as dan ismail as) melalui pembelajaran role playing telah berjalan dengan baik. BAB V P E N UTUP A. Kesimpulan lxii Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada setiap siklus tindakan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran role playing pada mata pelajaran PAI siswa kelas IV SDN Bajo Indah Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat berjalan dengan baik, yaitu hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, hal ini dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus II. 2. Motivasi belajar siswa menlami peningkatan yang signifikan, hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan motivasi belajar siswa setiap siklus mengalami peningkatan, yatu perolehan skor kelompok I pada siklus I (144 atau 60% dari skor ideal 240) meningkat menjadi 83.33% dengan perolehan skor 200, dan kelompok II memperoleh skor pada siklus I (132 atau 55% dari sko ideal 240) meningkat pada siklus II menjadi 82.92% dengan perolehan skor sebesar 199, sedangkan pada kelompok III, memperoleh skor pada siklus I (115 atau 57.5% dari skor ideal 200) mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 81% atau dengan skor 162. Pelaksanaan tindakan ini dinyatakan berhasil karena motivasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran role palying, yaitu pada siklus I dengan skor 391 atau 57.5% mningkat menjadi 82.55 atau dengan skor 561 dengan skor ideal 680, sehingga peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 25%. 63 B. Saran – Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: lxiii 1. Bagi Siswa a. Siswa diharapkan dapat bermain peran dengan baik, tidak kaku dalam melaksanakan perannya. b. Siswa hendaknya memperhatikan dan mendengarkan guru dalam menyampaikan arahan dalam rangka menjalankan skenario pembelajaran. c. Siswa diharapkan agar mempelajari bahan atau materi yang telah diberikan kepada guru di rumah, agar dalam bermain peran dapat berjalan dengan baik. 2. Bagi Guru a. Guru hendaknya lebih menekankan kepada siswa agar lebih memperjelas prosedur pelaksanaan role playing. b. Guru hendaknya lebih memberikan motivasi kepada siswa untuk berani dalam bermain peran. c. Guru diharapkan memberikan materi pelajaran sesuai dengan peran siswa masing-masing. lxiv