Muhammad Ramadhan

advertisement
Analisis Prilaku Komunikasi Anak Jalanan dalam Interaksinya dengan Keluarga
( studi pada anak yang bekerja dijalan pada wilayah Kendari Barat)
*Muhammad Ramadhan **Siti Harmin ***Harnina Ridwan
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Haluoleo
Kampus Hijau Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari 93232
[email protected]
ABSTRAK
Permasalahandalam penelitian ini adalah prilaku komunikasi anak yang bekerja
dijalan dalam interaksinya dengan keluarga ( studi pada anak yang bekerja dijalan pada
wilayah Kendari Barat) Manfaat penelitian ini adalah secara teoritis; hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan tentang prilaku komunikasi anak,
secara praktis; hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pemerintah dalam menangani persoalan anak secara metodologis; sebagai bahan
informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya dalam rangka memperkaya literatur hasil
penelitian khususnya yang berkaitan denganprilaku komunikasi anak.Penelitian
dilaksanakandi Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari. Penentuan lokasi tersebut atas
dasar pertimbangan bahwa di Kecamatan tersebut adalah salah satu kecamatan dikota
kendari yang paling banyak memiliki anak jalanan dan sekaligus menjadi tulang
punggung keluarga sehingga untuk menjawab
permasalahan mengenai prilaku
komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga.. Teori yang digunakan
adalah teori Komunikasi antar persona ( Devito dalam Liliweri1997 : 13)Tehnik penentuan
informan di lakukan dengan cara Purposive sampling (secara sengaja). Dengan jumlah
informan sebanyak 10 orang. Data yang di kumpulkan dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa prilaku komunikasi anak yang
bekerja dijalan wilayah Kendari Barat dalam interaksinya dengan keluarga prilaku
komunikasi anak menggambarkan komunikasi Perilaku tertutup (convert behavior)
adanya perhatian dari orang tua, adanya persepsi, adanya pengetahuan serta kesadaran
dimana prilaku tertutup yang paling dominan untuk membentuk prilaku anak berasal dari
pemberian perhatian. Prilaku terbuka dari anak jalanan adalah diperlihatkan melalui
tindakan dan perbuatan, dimana tindakan anak jalanan seimbang dengan perlakuan yang
mereka tunjukkan.
Kata kunci : Prilaku Komunikasi, Anak Jalanan, Interaksi keluarga
PENDAHULUAN
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang
komplek.
Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang
menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan
keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat
dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar
dan mendapatankan perhatian khusus.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 dengan jelas menyebutkan, anak berhak
mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun
seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan, serta perlakuan
salah lainnya. Itu berarti, bukan hanya orang tua yang bertanggung jawab, namun juga
pemerintah dan masyarakat. Orang tua yang mempekerjakan anak dibawah umur, juga jelas
akan mendapat sanksi.
Menurut UUD 1945 pasal 34 ayat 1, “anak terlantar itu dipelihara oleh
negara”.Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan
pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan
anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti
halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan
Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the
Child (Konvensi tentang hak-hak Anak).
Anak perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak,
yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan
pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan
(basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture
activites), dan perlindungan khusus (special protection).Jika kondisi dan kualitas hidup anak
memprihatinkan,
berarti
masa
depan
bangsa
dan
negara
juga
kurang
menggembirakan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, sebagian dari anak bangsa kita
mengalami lost generation (generasi yang hilang).
Dari hasil pengamatan, penanganan anak jalanan di seluruh wilayah Indonesia pada
umumnya belum mempunyai model dan pendekatan yang tepat dan efektif. Termasuk anak
jalanan yang berkeliaran di Kecamatan Kecamtan kendari barat, Persebaran anak jalanan di
Kecamatan Kendari barat,juga cukup merata. Data yang diterbitkan oleh Dinas Sosial
menyebutkan bahwa ada 243 orang anak di Kecamatan Kendari barat pada tahun 2015 ini
yang terdata pada Dinas Sosial (Kantor Dinas Sosial Privinsi Sulawesi Tenggara 2015).
Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di
tempat-tempat umum. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri sebagai anatara lain berusia antara 5
sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya
kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus.
Data tersebut cukup memperihatinkan kita semua, karena idealnya sebagai kecamatan
yang berada di kota Kendari sebagai kota bertaqwa dapat bebas dari masalah anak jalanan,
walaupun ..Selama ini, penanganan anak jalanan melalui panti-panti asuhan dinilai tidak
efektif. Hal ini antara lain terlihat dari “pola asuh” yang cenderung konsumtif, tidak produktif
karena yang ditangani adalah anak-anak, sementara keluarga mereka tidak diberdayakan.
Sementara itu aparat penegak hukum di wilayah Kecamatan Kendari barat selama ini
belum memiliki respon yang tinggi terhadap perlindungan anak.Mereka tidak menempatkan
masalah perlindungan anak sebagai salah satu prioritas utama, karena memang tidak ada
unsur politisnya.
Penelitian ini menggunakan konsep Komunikasi Antarpersona. Komunikasi antar
persona merupakan suatu proses interaksi dan pemberian makna yang terkandung dalam
gagasan maupun perasaan.
METODE PENELITIAN.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan bentuk
analisis kualitatif. Analisis ini akan mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan temuan di
lapangan dan selanjutnya diberi penafsiran dan kesimpulan. Data secara kualitatif ini diuraikan
dengan menggunakan kalimat secara logis yang diperoleh dari hasil pengamatan dan
wawancara. Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari, dengan pertimbangan di Kecamatan
tersebut adalah salah satu kecamatan dikota kendari yang paling banyak memiliki anak jalanan
dan sekaligus menjadi tulang punggung keluarga sehingga untuk menjawab permasalahan
mengenai prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prilaku Komunikasi Anak Jalanan Dalam Interaksinya Dengan Keluarga
Masalah anak jalanan seolah-olah tidak ada hentinya terdengar di telinga kita.
Derita dan penyiksaan yang mereka alami terkadang membuat kita sedih. Mereka harus
berjuang ditengah-tengah kota yang kejam untuk mendapatkan sejumlah uang agar
mereka bisa bertahan hidup dan tidak kelaparan. Jual rokok, membersihkan bus umum,
atau juga penjaja koran, barangkali itu yang dapat mereka lakukan.
Keuntungan yang mereka terima tidak seberapa, namun itu harus mereka
lakukan agar mereka tetap hidup di kota metropolis. Anak jalanan ini biasanya mangkal
di terminal atau di persimpangan-persimpangan jalan. Keadaan ekonomi yang memaksa
mereka harus bekerja, dan pekerjaan yang bisa mereka lakukan untuk seusia mereka
adalah sektor informal.
Prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga akan
diuyraikan sebagai berikut :
A. Perilaku Tertutup (Convert Behavior)
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan banyaknya anak jalanan yang
menempati fasilitas-fasilitas umum di kota Kendari, bukan disebabkan oleh faktor penarik dari
kota itu sendiri. Sebaliknya ada pula faktor-faktor pendorong yang menyebabkan anak-anak
memilih hidup di jalan.
Kehidupan rumah tangga asal anak-anak tersebut merupakan salah satu faktor
pendorong penting. Banyak anak jalanan berasal dari keluarga yang diwarnai dengan
ketidakharmonisan, baik itu perceraian, percekcokan, hadirnya ayah atau ibu tiri, absennya
orang tua baik karena meninggal dunia maupun tidak bisa menjalankan fungsinya. Hal ini
kadang semakin diperparah oleh hadirnya kekerasan fisik atau emosional terhadap anak.
Keadaan rumah tangga yang demikian sangat potensial untuk mendorong anak lari
meninggalkan rumah. Faktor lain yang semakin menjadi alasan anak untuk lari adalah
faktor ekonomi rumah tangga. Dengan adanya krisis ekonomi yang melanda , semakin
banyak keluarga miskin yang semakin terpinggir. Situasi itu memaksa setiap anggota
keluarga untuk paling tidak bisa menghidupi diri sendiri.
1.Perhatian
Berdasarkan hasil observasi bahwa anak-anak jalanan memilih lingkungan hidup di
jalanan terkadang bukan hanya faktor kondisi kesulitan ekonomi, namun karena mereka
juga menikmati kondisi lingkungan di jalanan. Anak-anak jalanan tak selalu tidak punya
tempat tinggal, anak-anak yang merasa stres dengan kondisi keluarga dan lingkungan
rumahnya terkadang merasa lebih nyaman memilih jalanan sebagai lingkungan hidupnya.
Di lingkungan hidupnya, anak jalanan melakukan banyak aktivitas seperti mengamen,
mengemis, dan lainnya.
Menurut Devi usia 10 tahun, kelas 6 SD bekerja sebagai pengamen bahwa :
“Orang tua kasih perhatian banyak sama saya, yang penting saya tidak
nakal saja mereka sudah senang, orang tuaku itu selalu ingatkan
saya”(Hasil Wawancara 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa
prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga adalah dalam
bentuk perhatian, dimana perhatian juga sangat dibutuhkan oleh para anak jalanan yang
bekerja dijalan, perhatian yang dimaksud adalah perhatian yang diberikan dari masingmasing orang tua mereka. Selanjutnya
Menurut Chelsie Umur 8 tahun, Kelas 3 SD, pekerjaan sebagai pengamen bahwa
:
“Saya dengan orang tuaku sering skali cerita kalau dirumah, tentu saja
saya diberikan banyak perhatian.”(Hasil Wawancara 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa
prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga, bahwa melalui
perhatian yang diberikan dari masing – masing keluarga dapat memenuhi kebutuhan
mereka dalam hal perhatian keluarga. Selanjutnya
2. Persepsi
Menurut Sendi bersusia 12 tahun, bersekolah kelas 6 SD, pekerjaan pengamen
bahwa :
“Pandangan saya tentang keluarga adalah keluarga itu sangat berharga untuk saya
meskipun saya ada dijalanan tapi keluarga saya adalah yang utama, itu pandangan
saya tentang keluarga. Saya tetap berhubungan baik dengan semua keluarga saya
Saya berpandangan keluarga itu sangat penting jadi kita tetap harus kembali
kekeluarga meski kerja dijalanan”(Hasil Wawancara 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa
prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga adalah hal yang
utama walaupn bekerja dijalanan dan tetap melakukanhubungan komunikasi yang baik
dengan keluarganya.
Menurut Putri umur 9 tahun, kelas 4 SD, pekerjaan sebagai pemulung bahwa :
“Saya sangat sayang sama keluarga saya yang juga sangat menyayangi saya itu
pandangan saya “(Hasil Wawancara 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa
prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga bahwa pandangan
mereka atau persepsi mereka tetap baik pada keluarga.
2.Pengetahuan
Menurut Devi umur 10 tahun, kelas 6 SD, pekerjaan sebagai pengamen bahwa :
“Yang saya tau itu orang tua dan semua keluarga saya adalah tempat yang paling
saya senangi, meski bekerja dijalanan.”(Hasil Wawancara 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa
prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga, bahwa mereka
tetap paham bahwa bekerja dijalanan adalah sesuatu yang mereka senangi.
Menurut Angel umur 11 tahun, kelas 1 SMP, pekerjaan sebagai pengamen bahwa
:
“Keluargaku keluarga yang sangat baik, saya kadang membantu mereka, yang
saya tau mereka juga sangat butuhkan saya kalau dirumah”(Hasil Wawancara
2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa
prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga, bahwa
pengetahuan mereka akan keluarga sangatlah baik
3.Kesadaran
Menurut Ujang berusia 14 tahun, tidak bersekolah,pekerjaan sebagai pemulung
bahwa :
“Sebagai seorang yang bekerja dijalanan saya sadar akan banyak tantangan
menghadapi hidup dijalan seperti ini, namun kenyataannya saya tetap sadar
untuk tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga saya karena menurut
saya , bagaimanapun lamanya saya bekerja di jalan namun saya tetap sadar
untuk tetap menjalin hubungan yang baik dengan semua keluarga inti saya
dirumah.” (Hasil Wawancara 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa
prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga bahwa mereka
sadar akan pentingnya hubungan komunikasi dengan keluarga yang dpat memberikan
pandangan tetap kehidupan dijalanan.
Menurut Marni umur 50 tahun suku bugis, pekerjaan sebagai wiraswasta,
pendidikan terakhir SD, alamat kendari barat bahwa :
“Paling sering saya itu ingatkan keanaku yang memang agak tertutup dengan
banyak hal untuk berikan dia kesadaran agar lebih baik kalau dia dirumah saja,
kita berkumpul setiap hari itu lebih aman dibanding bekerja dijalan, tapi mau apa
juga anak saya itu senang dengan keadannya yang sekarang yang pasti saya tetap
sayang dan selalu kasih tau dia tentang apa saja yang baik-baik”(Hasil
Wawancara 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa
prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga bahwa mereka
sadar akan pentingnya hubungan komunikasi dengan keluarga yang dpat memberikan
pandangan tetap kehidupan dijalanan.
4.Sikap
Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan, hidup menjadi anak
jalanan bukanlah pilihahan hidup yang diinginkan oleh siapapun. melainkan keterpaksaan
yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu.
Menurut Randi berusia 16 tahun,bersekolah kelas 3 SMP, pekerjaan pengamen
bahwa ;
“Sikap saya terbuka saja, saya tetap terbuka dengan dengan lingkungan luar selagi
itu hal-hal yang memang tidak apa-apa untuk diketahui, kami dijalan tetap
menjaga sikap yang baik untuk keamanan kami juga, sebaliknya dirumah dalam
beriteraksi dengan keluarga saya sebagai anak jalanan tetap menjaga hubungna
yang baik terutama pada orang tua saya dan semua saudara-saudara saya.
Menurut Ujang umur 14 tahun, tidak bersekolah, pekerjaan sebagai pemulung
bahwa :
“Kalau keluarga saya itu sudah tau saya orangnya sedikit tertutup jadi
mereka sudah paham dengan sikap saya yang tidak terlalu mau ditau
banyak, yang penting saya tetap jaga sikap saya”(Hasil Wawancara 2015)
2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)
1.Tindakan
Untuk prilaku terbuka,
Menurut Juhardin umur 53 tahun, Suku muna, pekerjaan sebagai kuli, pendidikan
terakhir SD, alamat kendari barat bahwa
“ Sebagai orang tua yang memiliki anak bekerja dijalanan, saya melihat
bahwa anak saya itu, bertindak memang sepetinya tidak memperdulikan
orang yang ada dirumah tapi sebenarnya saya mengetahui bahwa dia
sangat memperdulikan keluarga kami terutama sama adik-adiknya, namun
begitu yang utama adalah saya melihat bahwa semua tindakan anak saya
adalah tindakan yang masih wajar-wajar saja.
Rata-rata mereka membentuk komunitas dan kelompok sosial tersendiri di luar
kelompok masyarakat. Komunitas dan kelompok sosial tersendiri itu biasanya berbentuk
Geng. Geng tersebut berfungsi sebagai keluarga bayangan bagi anak-anak yang
bermasalah. Mereka merasa mendapatkan apa yang tidak didapat dalam keluarga yang
dapat juga membentuk prilaku terbuka mereka .
1.Tindakan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan didapatkan bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi “anak jalanan” antara lain dikarenakan
oleh faktor lingkungan, faktor kemiskinan, dan kekerasan di dalam keluarga. Lingkungan para
anak jalanan begitu keras tak jarang kehidupan di lingkungan mereka banyak yang melakukan
tindakan yang melanggar norma masyarakat dan melanggar hukum, perbuatan itu seperti mabukmabukan, bermain perempuan, mencopet, jambret dan masih banyak lagi. Kesejahteraan secra
materi anak jalanan juga dibilang masih kurang dari cukup, kalu kondisi ekonomi mereka cukup
tidak mungkin juga anak-anak itu turun ke jalan untuk bekerja, faktor kemiskinan ini yang
menyebabkan seorang anak untuk turun ke jalan untuk mencari penghasilan yang tidak seberapa
demi memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, seharusnya dengan umur mereka yang masih
dibawah umur 16 tahun mereka selayaknya mendapatkan pendidikan dan mempengaruhi
tindakan mereka.
Menurut Ujang umur 14 tahun, tidak bersekolah, pekerjaan sebagai pemulung
bahwa :
“Kalau dengan keluarga tentunya saya sangat terbuka dengan hal apapun, termasuk
prilaku saya, prilaku saya dirumah tetap baik begitupun dijalan, tidak ada yang saya
sembunyikan, (Hasil Wawancara 2015)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa
prilaku komunikasi anak yang bekerja dijalan wilayah Kendari Barat dalam interaksinya
dengan keluarga bahwa mereka sadar akan pentingnya hubungan komunikasi dengan
keluarga yang dpat memberikan pandangan tetap kehidupan dijalanan.
2.Perbuatan
Menurut Nadiki umur 43 tahun, suku muna, pekerjaan sebagai kuli, pendidikan
terakhir SD, alamat kendari barat bahwa :
“Semua perbuatan anak saya adalah perbuatan yang tidak melanggar dan menurut
semua semua yang dilakukan anak saya meskipun pekerjaannya adalah pekerjaan
yang sangat rentan dengan masalaha karena bekerja dijalanan namun begitu saya
melihat bahwa semua perbuatan anak saya yang merupakan prilaku terbuka dan
terlihat oleh saya adalah perbuatan yang wajar-wajar saja.
Menurut Sendi umur 12 tahun, kelas 6 SD, pekerjaan sebagai pengamen
bahwa :
“Perbuatan saya dirumah seperti juga dijalan, saya terbuka dengan keluarga saya
berbuat baik seperti tu juga yang saya lakukan dijalan kalau saya bekerja tetap
harus berbuat baik dengan siapapun terutama dengan keluarga”. (Hasil Wawancara
2015)
Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan didapatkan kesimpulan bahwa
hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihahan hidup yang diinginkan oleh siapapun.
melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak
jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua.
Proses antar persona melibatkan dua pihak atau lebih untuk berinteraksi, sehingga
pribadi-pribadi ini aktif. Hal ini senada dengan pendapat Veredber dalam (Liliweri, 1994:
16) yang mengatakan bahwa komunikasi antar persona merupakan suatu proses interaksi dan
pemberian makna yang terkandung dalam gagasan maupun perasaan.
Effendy (1986 : 13) mengemukakan bahwa pada hakekatnya komunikasi antar
persona adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi
jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku
seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan, arus balik langsung.
Komunikator mengetahui anggapan komunikasi pada saat itu juga atau pada saat komunikasi
berlangsung. Komunikator mengetahui serta pasto apakah komunikasinya itu positif atau
negatif, berhasil atau tidak, maka ia memberikan kesempatan kepada komunikan untuk
bertanya seluas-luasnya, pendapat lain dari Barnlud dalam Liliweri 1986: 14)
mengemukakan bahwa komunikasi antar persona biasanya dihubungkan dengan pertemuan
antara dua orang atau lebih yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur, selanjutnya
Rogers dalam Liliweri ( 1998 :14) dikemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan
komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa
pribadi.
Fungsi komunikasi antar persona ialah berusaha meningkatkan hubungan insani
(human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidak
pastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain Cangara, (
1998 : 8)
Setelah memperhatikan uraian pengertian dan ciri-ciri komunikasi antar persona
tersebut di atasi, maka dapat dikemukakan bahwa komunikasi antar persona nampaknya
terletak pada unsur-unsur, situasi terjadinya peristiwa komunikasi, ialah orang yang terlibat
dalam proses komunikasi, jarak fisik suatu percakapan, kekuatan umpan balik suatu pesan
dari penerimanya kepada pengirimnya.
Siahaan dalam Liliweri (1998:20) mengemukakan tujuh sikap yang menunjukkan
bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi anta persona yaitu : (1).
Perilaku verbal dan non verbal perlu dilibatkan di dalamnya, (2). Melibatkan pernyatan yang
spontan, (3). Komunikasi antar persona tidak statis melainkan dinamis, (4). Melibatkan
ujmpan balik pribadi, (5). Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinstik dan ekstristik, (6).
Komunikasi antar persona merupakan suatu kegiatan dan tindakan, (7). Melibatkan di
dalamnya bidang persuasi.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua (Notoatmodjo, 2003 : 27 )
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau
perbuatan, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Kaitannya dengan prilaku komunikasi anak yang bekerja dijalan wilayah Kendari
Barat dalam interaksinya dengan keluarga adalah bahwa prilaku komunikasi anak
menggambarkan komunikasi antar persona yang terdiri dari prilaku terbuka anak yang
terbantuk setelah ada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap dari
lingkungan mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prilaku komunikasi anak yang bekerja
dijalan wilayah Kendari Barat memperlihatkan prilaku terbuka yang terkesan perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap dari lingkungan mereka.
Dalam keunikannya, seorang anak jalanan memiliki persepsi yang berbeda
dengan persepsi anak normal mengenai hubungan dengan orang dewasa, tanggung jawab
terhadap keluarga dan saudaranya, hubungan dengan lawan jenis, uang, dan kepercayaan
pada agama.
Anak jalanan telah memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap keluarga.
Makna keluarga bagi mereka adalah sekelompok orang di mana dia harus ikut ambil
bagian dalam menjaga keberlangsungan hidup mereka. Makna konstribusi terhadap
keluarga bagi anak jalanan adalah seberapa besar uang yang harus disetorkan kepada
orang tuanya dalam rangka membantu kehidupan keluarganya. Di samping itu, mereka
sudah memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, misalnya membayar uang
sekolah dengan biaya yang didapatkan dari hasil keringat mereka.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa prilaku komunikasi anak yang bekerja dijalan wilayah Kendari
Barat dalam interaksinya dengan keluarga prilaku komunikasi anak menggambarkan
komunikasi Perilaku tertutup (convert behavior) adanya perhatian dari orang tua, adanya
persepsi, adanya pengetahuan serta kesadaran dimana prilaku tertutup yang paling dominan
untuk membentuk prilaku anak berasal dari pemberian perhatian. Prilaku terbuka dari anak
jalanan adalah diperlihatkan melalui tindakan dan perbuatan, dimana tindakan anak jalanan
seimbang dengan perlakuan yang mereka tunjukkan.
2. Saran
1. Kepada Pemerintah Kota Kendari untuk tetap memberikan perhatian khusus kepada anak
jalanan agar anak-anak jalanan tersebut tetap memiliki prilaku yang baik.
2. Kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji penelitian yang sama dengan metode yang
lain untuk melihat aspek-aspek yang mempengaruhiprilaku komunikasi anak yang
bekerja dijalan wilayah Kendari Barat
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied, 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya Bandung.
D. Lawrence Kincaid, dan Wilbur Schram, 1997 komunikasi antar Manusia LP3ES
Devito, Joseph A, 1980. The Interpersonal Communications Book, New York. Harper and
Publisher
Dradjat, Zakiah, 1993. Psikologi Perkembangan Anak. Bina Aksara Jakarta
Effendy Onong Uchana, 1990, Ilmu Komunikasi dan Praktek, PT Rajawali Press Jakarta
Fisher.B.aubrey, 1986 teori komunikasi suatu pengantar,Remaja Rosda Karya Bandung
Irwanto, 1978.Pola Asuhan Orang Tua. PT. BPK Gunung Mulia
Liliweri, Alo, 1994.Perspektif Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya Bandung
Notoatmojo, 2003 prilaku dan sik ap manusia Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sobur.A, 1985.Komunikasi Orang Tua dan Anak. Angkasa Bandung
Syamsu Yusuf, 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja Rosdakarya
Bandung.
Download