Analisis Prilaku Komunikasi Anak Jalanan dalam Interaksinya dengan Keluarga ( studi pada anak yang bekerja dijalan pada wilayah Kendari Barat) *Muhammad Ramadhan **Siti Harmin ***Harnina Ridwan Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari 93232 [email protected] ABSTRAK Permasalahandalam penelitian ini adalah prilaku komunikasi anak yang bekerja dijalan dalam interaksinya dengan keluarga ( studi pada anak yang bekerja dijalan pada wilayah Kendari Barat) Manfaat penelitian ini adalah secara teoritis; hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan tentang prilaku komunikasi anak, secara praktis; hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dalam menangani persoalan anak secara metodologis; sebagai bahan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya dalam rangka memperkaya literatur hasil penelitian khususnya yang berkaitan denganprilaku komunikasi anak.Penelitian dilaksanakandi Kecamatan Kendari Barat Kota Kendari. Penentuan lokasi tersebut atas dasar pertimbangan bahwa di Kecamatan tersebut adalah salah satu kecamatan dikota kendari yang paling banyak memiliki anak jalanan dan sekaligus menjadi tulang punggung keluarga sehingga untuk menjawab permasalahan mengenai prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga.. Teori yang digunakan adalah teori Komunikasi antar persona ( Devito dalam Liliweri1997 : 13)Tehnik penentuan informan di lakukan dengan cara Purposive sampling (secara sengaja). Dengan jumlah informan sebanyak 10 orang. Data yang di kumpulkan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa prilaku komunikasi anak yang bekerja dijalan wilayah Kendari Barat dalam interaksinya dengan keluarga prilaku komunikasi anak menggambarkan komunikasi Perilaku tertutup (convert behavior) adanya perhatian dari orang tua, adanya persepsi, adanya pengetahuan serta kesadaran dimana prilaku tertutup yang paling dominan untuk membentuk prilaku anak berasal dari pemberian perhatian. Prilaku terbuka dari anak jalanan adalah diperlihatkan melalui tindakan dan perbuatan, dimana tindakan anak jalanan seimbang dengan perlakuan yang mereka tunjukkan. Kata kunci : Prilaku Komunikasi, Anak Jalanan, Interaksi keluarga PENDAHULUAN Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan mendapatankan perhatian khusus. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 dengan jelas menyebutkan, anak berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan, serta perlakuan salah lainnya. Itu berarti, bukan hanya orang tua yang bertanggung jawab, namun juga pemerintah dan masyarakat. Orang tua yang mempekerjakan anak dibawah umur, juga jelas akan mendapat sanksi. Menurut UUD 1945 pasal 34 ayat 1, “anak terlantar itu dipelihara oleh negara”.Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak). Anak perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection).Jika kondisi dan kualitas hidup anak memprihatinkan, berarti masa depan bangsa dan negara juga kurang menggembirakan. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, sebagian dari anak bangsa kita mengalami lost generation (generasi yang hilang). Dari hasil pengamatan, penanganan anak jalanan di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya belum mempunyai model dan pendekatan yang tepat dan efektif. Termasuk anak jalanan yang berkeliaran di Kecamatan Kecamtan kendari barat, Persebaran anak jalanan di Kecamatan Kendari barat,juga cukup merata. Data yang diterbitkan oleh Dinas Sosial menyebutkan bahwa ada 243 orang anak di Kecamatan Kendari barat pada tahun 2015 ini yang terdata pada Dinas Sosial (Kantor Dinas Sosial Privinsi Sulawesi Tenggara 2015). Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau di tempat-tempat umum. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri sebagai anatara lain berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus. Data tersebut cukup memperihatinkan kita semua, karena idealnya sebagai kecamatan yang berada di kota Kendari sebagai kota bertaqwa dapat bebas dari masalah anak jalanan, walaupun ..Selama ini, penanganan anak jalanan melalui panti-panti asuhan dinilai tidak efektif. Hal ini antara lain terlihat dari “pola asuh” yang cenderung konsumtif, tidak produktif karena yang ditangani adalah anak-anak, sementara keluarga mereka tidak diberdayakan. Sementara itu aparat penegak hukum di wilayah Kecamatan Kendari barat selama ini belum memiliki respon yang tinggi terhadap perlindungan anak.Mereka tidak menempatkan masalah perlindungan anak sebagai salah satu prioritas utama, karena memang tidak ada unsur politisnya. Penelitian ini menggunakan konsep Komunikasi Antarpersona. Komunikasi antar persona merupakan suatu proses interaksi dan pemberian makna yang terkandung dalam gagasan maupun perasaan. METODE PENELITIAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan bentuk analisis kualitatif. Analisis ini akan mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan temuan di lapangan dan selanjutnya diberi penafsiran dan kesimpulan. Data secara kualitatif ini diuraikan dengan menggunakan kalimat secara logis yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara. Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari, dengan pertimbangan di Kecamatan tersebut adalah salah satu kecamatan dikota kendari yang paling banyak memiliki anak jalanan dan sekaligus menjadi tulang punggung keluarga sehingga untuk menjawab permasalahan mengenai prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga. HASIL DAN PEMBAHASAN Prilaku Komunikasi Anak Jalanan Dalam Interaksinya Dengan Keluarga Masalah anak jalanan seolah-olah tidak ada hentinya terdengar di telinga kita. Derita dan penyiksaan yang mereka alami terkadang membuat kita sedih. Mereka harus berjuang ditengah-tengah kota yang kejam untuk mendapatkan sejumlah uang agar mereka bisa bertahan hidup dan tidak kelaparan. Jual rokok, membersihkan bus umum, atau juga penjaja koran, barangkali itu yang dapat mereka lakukan. Keuntungan yang mereka terima tidak seberapa, namun itu harus mereka lakukan agar mereka tetap hidup di kota metropolis. Anak jalanan ini biasanya mangkal di terminal atau di persimpangan-persimpangan jalan. Keadaan ekonomi yang memaksa mereka harus bekerja, dan pekerjaan yang bisa mereka lakukan untuk seusia mereka adalah sektor informal. Prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga akan diuyraikan sebagai berikut : A. Perilaku Tertutup (Convert Behavior) Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan banyaknya anak jalanan yang menempati fasilitas-fasilitas umum di kota Kendari, bukan disebabkan oleh faktor penarik dari kota itu sendiri. Sebaliknya ada pula faktor-faktor pendorong yang menyebabkan anak-anak memilih hidup di jalan. Kehidupan rumah tangga asal anak-anak tersebut merupakan salah satu faktor pendorong penting. Banyak anak jalanan berasal dari keluarga yang diwarnai dengan ketidakharmonisan, baik itu perceraian, percekcokan, hadirnya ayah atau ibu tiri, absennya orang tua baik karena meninggal dunia maupun tidak bisa menjalankan fungsinya. Hal ini kadang semakin diperparah oleh hadirnya kekerasan fisik atau emosional terhadap anak. Keadaan rumah tangga yang demikian sangat potensial untuk mendorong anak lari meninggalkan rumah. Faktor lain yang semakin menjadi alasan anak untuk lari adalah faktor ekonomi rumah tangga. Dengan adanya krisis ekonomi yang melanda , semakin banyak keluarga miskin yang semakin terpinggir. Situasi itu memaksa setiap anggota keluarga untuk paling tidak bisa menghidupi diri sendiri. 1.Perhatian Berdasarkan hasil observasi bahwa anak-anak jalanan memilih lingkungan hidup di jalanan terkadang bukan hanya faktor kondisi kesulitan ekonomi, namun karena mereka juga menikmati kondisi lingkungan di jalanan. Anak-anak jalanan tak selalu tidak punya tempat tinggal, anak-anak yang merasa stres dengan kondisi keluarga dan lingkungan rumahnya terkadang merasa lebih nyaman memilih jalanan sebagai lingkungan hidupnya. Di lingkungan hidupnya, anak jalanan melakukan banyak aktivitas seperti mengamen, mengemis, dan lainnya. Menurut Devi usia 10 tahun, kelas 6 SD bekerja sebagai pengamen bahwa : “Orang tua kasih perhatian banyak sama saya, yang penting saya tidak nakal saja mereka sudah senang, orang tuaku itu selalu ingatkan saya”(Hasil Wawancara 2015) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga adalah dalam bentuk perhatian, dimana perhatian juga sangat dibutuhkan oleh para anak jalanan yang bekerja dijalan, perhatian yang dimaksud adalah perhatian yang diberikan dari masingmasing orang tua mereka. Selanjutnya Menurut Chelsie Umur 8 tahun, Kelas 3 SD, pekerjaan sebagai pengamen bahwa : “Saya dengan orang tuaku sering skali cerita kalau dirumah, tentu saja saya diberikan banyak perhatian.”(Hasil Wawancara 2015) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga, bahwa melalui perhatian yang diberikan dari masing – masing keluarga dapat memenuhi kebutuhan mereka dalam hal perhatian keluarga. Selanjutnya 2. Persepsi Menurut Sendi bersusia 12 tahun, bersekolah kelas 6 SD, pekerjaan pengamen bahwa : “Pandangan saya tentang keluarga adalah keluarga itu sangat berharga untuk saya meskipun saya ada dijalanan tapi keluarga saya adalah yang utama, itu pandangan saya tentang keluarga. Saya tetap berhubungan baik dengan semua keluarga saya Saya berpandangan keluarga itu sangat penting jadi kita tetap harus kembali kekeluarga meski kerja dijalanan”(Hasil Wawancara 2015) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga adalah hal yang utama walaupn bekerja dijalanan dan tetap melakukanhubungan komunikasi yang baik dengan keluarganya. Menurut Putri umur 9 tahun, kelas 4 SD, pekerjaan sebagai pemulung bahwa : “Saya sangat sayang sama keluarga saya yang juga sangat menyayangi saya itu pandangan saya “(Hasil Wawancara 2015) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga bahwa pandangan mereka atau persepsi mereka tetap baik pada keluarga. 2.Pengetahuan Menurut Devi umur 10 tahun, kelas 6 SD, pekerjaan sebagai pengamen bahwa : “Yang saya tau itu orang tua dan semua keluarga saya adalah tempat yang paling saya senangi, meski bekerja dijalanan.”(Hasil Wawancara 2015) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga, bahwa mereka tetap paham bahwa bekerja dijalanan adalah sesuatu yang mereka senangi. Menurut Angel umur 11 tahun, kelas 1 SMP, pekerjaan sebagai pengamen bahwa : “Keluargaku keluarga yang sangat baik, saya kadang membantu mereka, yang saya tau mereka juga sangat butuhkan saya kalau dirumah”(Hasil Wawancara 2015) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga, bahwa pengetahuan mereka akan keluarga sangatlah baik 3.Kesadaran Menurut Ujang berusia 14 tahun, tidak bersekolah,pekerjaan sebagai pemulung bahwa : “Sebagai seorang yang bekerja dijalanan saya sadar akan banyak tantangan menghadapi hidup dijalan seperti ini, namun kenyataannya saya tetap sadar untuk tetap menjalin hubungan baik dengan keluarga saya karena menurut saya , bagaimanapun lamanya saya bekerja di jalan namun saya tetap sadar untuk tetap menjalin hubungan yang baik dengan semua keluarga inti saya dirumah.” (Hasil Wawancara 2015) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga bahwa mereka sadar akan pentingnya hubungan komunikasi dengan keluarga yang dpat memberikan pandangan tetap kehidupan dijalanan. Menurut Marni umur 50 tahun suku bugis, pekerjaan sebagai wiraswasta, pendidikan terakhir SD, alamat kendari barat bahwa : “Paling sering saya itu ingatkan keanaku yang memang agak tertutup dengan banyak hal untuk berikan dia kesadaran agar lebih baik kalau dia dirumah saja, kita berkumpul setiap hari itu lebih aman dibanding bekerja dijalan, tapi mau apa juga anak saya itu senang dengan keadannya yang sekarang yang pasti saya tetap sayang dan selalu kasih tau dia tentang apa saja yang baik-baik”(Hasil Wawancara 2015) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa prilaku komunikasi anak jalanan dalam interaksinya dengan keluarga bahwa mereka sadar akan pentingnya hubungan komunikasi dengan keluarga yang dpat memberikan pandangan tetap kehidupan dijalanan. 4.Sikap Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan, hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihahan hidup yang diinginkan oleh siapapun. melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Menurut Randi berusia 16 tahun,bersekolah kelas 3 SMP, pekerjaan pengamen bahwa ; “Sikap saya terbuka saja, saya tetap terbuka dengan dengan lingkungan luar selagi itu hal-hal yang memang tidak apa-apa untuk diketahui, kami dijalan tetap menjaga sikap yang baik untuk keamanan kami juga, sebaliknya dirumah dalam beriteraksi dengan keluarga saya sebagai anak jalanan tetap menjaga hubungna yang baik terutama pada orang tua saya dan semua saudara-saudara saya. Menurut Ujang umur 14 tahun, tidak bersekolah, pekerjaan sebagai pemulung bahwa : “Kalau keluarga saya itu sudah tau saya orangnya sedikit tertutup jadi mereka sudah paham dengan sikap saya yang tidak terlalu mau ditau banyak, yang penting saya tetap jaga sikap saya”(Hasil Wawancara 2015) 2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior) 1.Tindakan Untuk prilaku terbuka, Menurut Juhardin umur 53 tahun, Suku muna, pekerjaan sebagai kuli, pendidikan terakhir SD, alamat kendari barat bahwa “ Sebagai orang tua yang memiliki anak bekerja dijalanan, saya melihat bahwa anak saya itu, bertindak memang sepetinya tidak memperdulikan orang yang ada dirumah tapi sebenarnya saya mengetahui bahwa dia sangat memperdulikan keluarga kami terutama sama adik-adiknya, namun begitu yang utama adalah saya melihat bahwa semua tindakan anak saya adalah tindakan yang masih wajar-wajar saja. Rata-rata mereka membentuk komunitas dan kelompok sosial tersendiri di luar kelompok masyarakat. Komunitas dan kelompok sosial tersendiri itu biasanya berbentuk Geng. Geng tersebut berfungsi sebagai keluarga bayangan bagi anak-anak yang bermasalah. Mereka merasa mendapatkan apa yang tidak didapat dalam keluarga yang dapat juga membentuk prilaku terbuka mereka . 1.Tindakan Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan didapatkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi “anak jalanan” antara lain dikarenakan oleh faktor lingkungan, faktor kemiskinan, dan kekerasan di dalam keluarga. Lingkungan para anak jalanan begitu keras tak jarang kehidupan di lingkungan mereka banyak yang melakukan tindakan yang melanggar norma masyarakat dan melanggar hukum, perbuatan itu seperti mabukmabukan, bermain perempuan, mencopet, jambret dan masih banyak lagi. Kesejahteraan secra materi anak jalanan juga dibilang masih kurang dari cukup, kalu kondisi ekonomi mereka cukup tidak mungkin juga anak-anak itu turun ke jalan untuk bekerja, faktor kemiskinan ini yang menyebabkan seorang anak untuk turun ke jalan untuk mencari penghasilan yang tidak seberapa demi memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, seharusnya dengan umur mereka yang masih dibawah umur 16 tahun mereka selayaknya mendapatkan pendidikan dan mempengaruhi tindakan mereka. Menurut Ujang umur 14 tahun, tidak bersekolah, pekerjaan sebagai pemulung bahwa : “Kalau dengan keluarga tentunya saya sangat terbuka dengan hal apapun, termasuk prilaku saya, prilaku saya dirumah tetap baik begitupun dijalan, tidak ada yang saya sembunyikan, (Hasil Wawancara 2015) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat memberikan pemahaman bahwa prilaku komunikasi anak yang bekerja dijalan wilayah Kendari Barat dalam interaksinya dengan keluarga bahwa mereka sadar akan pentingnya hubungan komunikasi dengan keluarga yang dpat memberikan pandangan tetap kehidupan dijalanan. 2.Perbuatan Menurut Nadiki umur 43 tahun, suku muna, pekerjaan sebagai kuli, pendidikan terakhir SD, alamat kendari barat bahwa : “Semua perbuatan anak saya adalah perbuatan yang tidak melanggar dan menurut semua semua yang dilakukan anak saya meskipun pekerjaannya adalah pekerjaan yang sangat rentan dengan masalaha karena bekerja dijalanan namun begitu saya melihat bahwa semua perbuatan anak saya yang merupakan prilaku terbuka dan terlihat oleh saya adalah perbuatan yang wajar-wajar saja. Menurut Sendi umur 12 tahun, kelas 6 SD, pekerjaan sebagai pengamen bahwa : “Perbuatan saya dirumah seperti juga dijalan, saya terbuka dengan keluarga saya berbuat baik seperti tu juga yang saya lakukan dijalan kalau saya bekerja tetap harus berbuat baik dengan siapapun terutama dengan keluarga”. (Hasil Wawancara 2015) Berdasarkan hasil observasi penulis dilapangan didapatkan kesimpulan bahwa hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihahan hidup yang diinginkan oleh siapapun. melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Proses antar persona melibatkan dua pihak atau lebih untuk berinteraksi, sehingga pribadi-pribadi ini aktif. Hal ini senada dengan pendapat Veredber dalam (Liliweri, 1994: 16) yang mengatakan bahwa komunikasi antar persona merupakan suatu proses interaksi dan pemberian makna yang terkandung dalam gagasan maupun perasaan. Effendy (1986 : 13) mengemukakan bahwa pada hakekatnya komunikasi antar persona adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan, arus balik langsung. Komunikator mengetahui anggapan komunikasi pada saat itu juga atau pada saat komunikasi berlangsung. Komunikator mengetahui serta pasto apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak, maka ia memberikan kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya, pendapat lain dari Barnlud dalam Liliweri 1986: 14) mengemukakan bahwa komunikasi antar persona biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang atau lebih yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur, selanjutnya Rogers dalam Liliweri ( 1998 :14) dikemukakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Fungsi komunikasi antar persona ialah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidak pastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain Cangara, ( 1998 : 8) Setelah memperhatikan uraian pengertian dan ciri-ciri komunikasi antar persona tersebut di atasi, maka dapat dikemukakan bahwa komunikasi antar persona nampaknya terletak pada unsur-unsur, situasi terjadinya peristiwa komunikasi, ialah orang yang terlibat dalam proses komunikasi, jarak fisik suatu percakapan, kekuatan umpan balik suatu pesan dari penerimanya kepada pengirimnya. Siahaan dalam Liliweri (1998:20) mengemukakan tujuh sikap yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi anta persona yaitu : (1). Perilaku verbal dan non verbal perlu dilibatkan di dalamnya, (2). Melibatkan pernyatan yang spontan, (3). Komunikasi antar persona tidak statis melainkan dinamis, (4). Melibatkan ujmpan balik pribadi, (5). Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinstik dan ekstristik, (6). Komunikasi antar persona merupakan suatu kegiatan dan tindakan, (7). Melibatkan di dalamnya bidang persuasi. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003 : 27 ) 1. Perilaku tertutup (convert behavior) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau perbuatan, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Kaitannya dengan prilaku komunikasi anak yang bekerja dijalan wilayah Kendari Barat dalam interaksinya dengan keluarga adalah bahwa prilaku komunikasi anak menggambarkan komunikasi antar persona yang terdiri dari prilaku terbuka anak yang terbantuk setelah ada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap dari lingkungan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prilaku komunikasi anak yang bekerja dijalan wilayah Kendari Barat memperlihatkan prilaku terbuka yang terkesan perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap dari lingkungan mereka. Dalam keunikannya, seorang anak jalanan memiliki persepsi yang berbeda dengan persepsi anak normal mengenai hubungan dengan orang dewasa, tanggung jawab terhadap keluarga dan saudaranya, hubungan dengan lawan jenis, uang, dan kepercayaan pada agama. Anak jalanan telah memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap keluarga. Makna keluarga bagi mereka adalah sekelompok orang di mana dia harus ikut ambil bagian dalam menjaga keberlangsungan hidup mereka. Makna konstribusi terhadap keluarga bagi anak jalanan adalah seberapa besar uang yang harus disetorkan kepada orang tuanya dalam rangka membantu kehidupan keluarganya. Di samping itu, mereka sudah memiliki tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, misalnya membayar uang sekolah dengan biaya yang didapatkan dari hasil keringat mereka. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prilaku komunikasi anak yang bekerja dijalan wilayah Kendari Barat dalam interaksinya dengan keluarga prilaku komunikasi anak menggambarkan komunikasi Perilaku tertutup (convert behavior) adanya perhatian dari orang tua, adanya persepsi, adanya pengetahuan serta kesadaran dimana prilaku tertutup yang paling dominan untuk membentuk prilaku anak berasal dari pemberian perhatian. Prilaku terbuka dari anak jalanan adalah diperlihatkan melalui tindakan dan perbuatan, dimana tindakan anak jalanan seimbang dengan perlakuan yang mereka tunjukkan. 2. Saran 1. Kepada Pemerintah Kota Kendari untuk tetap memberikan perhatian khusus kepada anak jalanan agar anak-anak jalanan tersebut tetap memiliki prilaku yang baik. 2. Kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji penelitian yang sama dengan metode yang lain untuk melihat aspek-aspek yang mempengaruhiprilaku komunikasi anak yang bekerja dijalan wilayah Kendari Barat DAFTAR PUSTAKA Cangara, Hafied, 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya Bandung. D. Lawrence Kincaid, dan Wilbur Schram, 1997 komunikasi antar Manusia LP3ES Devito, Joseph A, 1980. The Interpersonal Communications Book, New York. Harper and Publisher Dradjat, Zakiah, 1993. Psikologi Perkembangan Anak. Bina Aksara Jakarta Effendy Onong Uchana, 1990, Ilmu Komunikasi dan Praktek, PT Rajawali Press Jakarta Fisher.B.aubrey, 1986 teori komunikasi suatu pengantar,Remaja Rosda Karya Bandung Irwanto, 1978.Pola Asuhan Orang Tua. PT. BPK Gunung Mulia Liliweri, Alo, 1994.Perspektif Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya Bandung Notoatmojo, 2003 prilaku dan sik ap manusia Graha Ilmu. Yogyakarta. Sobur.A, 1985.Komunikasi Orang Tua dan Anak. Angkasa Bandung Syamsu Yusuf, 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja Rosdakarya Bandung.