Daniel Budi Wibowo Ketua Dewan Kesehatan Kota Semarang Semarang, 8 Mei 2012 Terwujudnya Semarang kota Perdagangan dan Jasa, yang berbudaya menuju Masyarakat Sejahtera 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penanggulangan kemiskinan. Penanganan rob dan banjir. Peningkatan pelayanan publik. Peningkatan infra struktur. Kesetaraan gender. Peningkatan pelayanan pendidikan. Peningkatan pelayanan kesehatan. Gerdu Kempling merupakan singkatan dari Gerakan Terpadu Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur, Lingkungan. Penjabarannya, merupakan Gerakan Terpadu yang melibatkan seluruh stakeholder, yaitu Pemkot, Perguruan Tinggi, BUMN, Perusahaan Swasta , Perbankan yang bersama-sama bersinergi mengatasi persoalan kemiskinan mencakup segala aspek dan terangkum dalam 5 bidang, yaitu Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur, dan Lingkungan. Gerdu Kempling mengandung filosofi pos/tempat yang bersih, cemerlang melalui: hati dan pikiran bersih dalam melaksanakan program pembangunan, khususnya dalam melaksanakan Program Pengentasan Kemiskinan di Kota Semarang. Tahap pelaksanaan 2 kali dalam setahun. Tahun 2011, 32 kelurahan dijadikan pilot project Gerdu Kempling. Selanjutnya pada 2012 ada 48 kelurahan, 2013 juga ada 48 kelurahan, 32 kelurahan pada tahun 2014, dan di 2015 ada 17 kelurahan. menghapuskan mengurangi menjamin tingkat tingkat kelestarian kemiskinan kematian dan kelaparan anak lingkungan hidup mencapai meningkatkan kesehatan ibu pendidikan dasar secara universal mendorong memerangi kesetaraan HIV/AIDS, mengembangkan mitra global gender dan malaria dan dalam memberdayakan penyakit Pembangunan perempuan lainnya * Komitmen Internasional yang harus dicapai pada tahun 2015, ditandatangani oleh 191 negara anggota PBB, September 2000. Indonesia sebagai salah satu “PERANCANG” Kebijakan Internasional mengenai MDGs. Jml Rumah Sakit Jml Puskesmas Jml puskesmas rawat inap Jml BPS Jml dokter ( SpOG ) Jumlah bidan Jumlah posyandu : 23 : 37 : 13 : 350 : 79 orang : 525 orang : 1.523 1. 2. Pencegahan penyakit menular. Ranking pertama kasus DBD di Jawa Tengah (1303 kasus / 10 meninggal– tahun 2011) (5506 kasus / 47 meninggal – tahun 2010) Pencegahan kasus TBC Pencegahan kasus HIV AIDS. Ranking 5 angka kematian ibu di Jawa Tengah (31 kasus tahun 2011 atau 119,91 / 100.000 KH). Catatan : Target insidens rate DBD / 10.000 penduduk < 20, dengan CFR < 1 %. Target AKI < 60 / 100.000 kelahiran hidup. Lingkungan : lingkungan curah hujan, hari hujan dan perindukan nyamuk. Perilaku : pemberantasan sarang nyamuk, perilaku menggantung baju, tidur siang, tidak pakai celana panjang terutama siswa sekolah dasar. Pelayanan kesehatan, Gizi atau kekebalan tubuh. Penyusunan PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN 2010 tentang PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE. Upaya pencegahan yakni : Pemberantasan jentik ( fisik dengan pemberantasan sarang nyamuk, kimia dengan pembunuh jentik, dan biologis dengan ikan pemakan jentik). Pemberantasan nyamuk ( fisik misalnya raket pembunuh nyamuk, kimia dengan fogging, dan biologis berupa hewan katak dan cicak atau tanaman yakni lavender, zodia, dan kemangi. Survailans kasus. Kota Semarang urutan ke-5 besar Target Prov th 2015 = 60/100.000KH (77,42 %) (22,58%) 93,55 % (6,45 %) Catatan : penyakit : gagal nafas, TB millier, jantung,asma,tetanus Lain – lain : emboli air ketuban,emboli paru akut Sasaran ibu hamil Sasaran ibu bersalin K1 K4 Persalinan Nakes Deteksi resti oleh nakes Deteksi resti oleh masy Jumlah bumil resti Bumil resti dirujuk : 28.323 : 27.032 : 28.443 ( 100,42 %) : 26.743 ( 94,42 %) : 25.972 ( 96,08 %) : 87,24 % : 43,66 % : 4.496 ( 1,75 % ) : 1.823 ( 40,55 %) Mendukung persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan yang terampil dengan mengadakan pelatihan APN ( Asuhan Persalinan Normal ) bagi bidan di Puskesmas dan BPS Dengan dana Jampersal dilakukan kegiatan pelayanan antenatal , persalinan normal,rujukan bagi bumil resti,pelayanan ibu nifas Membentuk PONED di 6 Puskesmas yaitu Puskesmas Karangmalang,Tlogosari Kulon,Gunungpati,Srondol,Mangkang dan Bangetayu Membentuk Tim AMP di Kota Semarang dengan SK Walikota Nomor 441.8/00186 tgl 13 Juni 2011 Surat edaran walikota Nomor : 441.8 / 5234 tgl 13 Oktober 2011 tentang penurunan Angka Kematian Ibu & Bayi,hal yang perlu diperhatikan : “ Mengharuskan kepada ibu hamil untuk melahirkan pada petugas kesehatan dan melahirkan di tempat pelayanan kesehatan tidak boleh di rumah ibu hamil atau dukun bayi Melaksanakan GSIB ( Gerakan Sayang Ibu dan Bayi ) di 16 Kecamatan dan Rumah Sakit Se Kota Semarang dengan tujuan melihat keterlibatan lintas sektor dan lintas program terkait dalam rangka penurunan AKI & AKB di Kota Semarang Melakukan kegiatan penyelia fasilitatif bagi Bidan Praktek Swasta di seluruh Kota Semarang dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan KIA di Kota Semarang Pelaksanaan P4K ( Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ) di semua desa siaga dengan tujuan setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapat dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan ibu berjalan dengan selamat dan aman. Implementasi kegiatan P4K ini dengan penempelan stiker P4K di rumah ibu hamil Membentuk kelas ibu hamil dengan tujuan mengubah sikap,perilaku ibu hamil dalam menghadapi masa kehamilannya serta menambah pengetahuan ibu tentang kesehatan ibu dan gizi Sudah terbentuk 32 kelompok kelas ibu hamil di tiap kelurahan Angka kejadian DBD kota Semarang masih relatif tinggi ! Kasus TBC masih banyak ditemukan ! Penemuan kasus HIV + dan AIDS cenderung meningkat ! Belum maksimal menurunkan AKI ! I. II. III. Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit. Kemudahan akses pengobatan gratis secara layak. Penetapan Regulasi I. Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit. Ada target pencapaian PHBS (perilaku hidup bersih sehat) di masyarakat. Revitalisasi kader kesehatan kota Semarang. Kewajiban promosi kesehatan dan pencegahan penyakit untuk berbagai lembaga, baik lembaga keagamaan, perusahaan, rumah sakit dan LSM kesehatan. Revitalisasi program KB. PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dalam hal kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar memahami dan mampu melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Kader Kesehatan adalah seorang yang mau bekerja secara sukarela dan mampu membantu kegiatan-kegiatan bagi lingkungan sekitarnya yang berfokus pada issue kesehatan. Kader berperan sebagai penggerak terdepan dalam pembangunan dan pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat. Ruang lingkup kerja Kader Kesehatan adalah : Men-dampingi masyarakat dalam penanganan masalah kesehatan di lingkungannya. Bertanggung jawab melaksanakan kegiatan kesehatan yang telah direncanakan/disepakati bersama masyarakat. Penggerak terdepan atau mewakili masyarakat dalam menindak lanjuti issue kesehatan terkini ke stakeholder terkait Berpartisipasi melaksanakan program pemerintah dalam penanggulangan masalah kesehatan Mampu memberikan informasi kesehatan seluas-luasnya kepada anggota masyarakat. Promosi kesehatan dalam bentuk pendidikan kesehatan di masyarakat, penjaringan resiko, penemuan dugaan kasus dan penerapan pola perilaku hidup bersih sehat (PHBS) menjadi kewajiban di setiap komunitas, baik komunitas keagamaan, industri, rumah sakit, dan kelompok LSM. Diharapkan setiap organisasi / institusi dapat mendorong pencegahan penyakit dan upaya mencegah kematian ibu dan bayi. Program KB harus mendapat dukungan dari seluruh stake holder baik Pemkot maupun elemen swasta. Keberhasilan program Keluarga Berencana akan berdampak pada percepatan penurunan AKI dan AKB di kota Semarang, khususnya pada yang beresiko tinggi. II. Kemudahan akses pengobatan gratis secara layak. Survailans kasus DBD, TBC, HIV dan ibu hamil resiko tinggi dilakukan evaluasi dan perbaikan. Mempertahankan program pengobatan gratis untuk kasus ibu hamil resiko tinggi , tersangka kasus DBD, kasus TBC dan kasus HIV + melalui proses rujukan berjenjang. Pembayaran jasa medis yang layak pada profesional kesehatan yang melayani, agar tidak terjadi diskriminasi pelayanan. Keharusan menggunakan kontrasepsi bagi ibu melahirkan dengan resiko tinggipengguna jampersal / jamkesmas / jamkeskot. Penetapan Regulasi Ada peraturan dan sangsi untuk perilaku yang dengan sengaja menghambat pencapaian MDG’s bidang kesehatan, misalnya : Merokok di kawasan tanpa rokok. Sengaja menularkan HIV melalui hubungan seks tanpa kondom. Ditemukan jentik nyamuk di bak mandi sekolah / rumah. Menangani kasus ibu hamil resiko tinggi, padahal memungkinkan untuk dirujuk. dll Apa tindak lanjut upaya percepatan pencapaian MDG’s bidang kesehatan di kota Semarang ?