MODUL PERKULIAHAN 13 Kewirausahaan III Fakultas Program Studi FASILKOM Sistem Informasi Tatap Muka 13 Kode MK Disusun Oleh Kode MK? Mustika Sari, MMTr Abstract Kompetensi memahami kajian ilmu kewirausahaan dalam kaitannya dengan pengurangan kemiskinan Setelah membaca modul ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk : Konsep kewirausahaan sosial merupakan perluasan dari konsep dasar kewirausahaan yang secara historis telah diakui sebagai pengungkit ekonomi, terutama dalam menyelesaikan masalah sosial Pembahasan Kewirausahaan sosial bukanlah suatu fenomena yang baru. Fenomena ini telah lama ada dan hingga kini terus berkembang. Namun demikian, secara konseptual, definisi kewirausahaan sosial masih dalam perdebatan. Ini karena apakah konsep kewirausahaan sosial diturunkan dari paradigma kewirausahaan “lama” atau merupakan bidang kajian yang berdiri sendiri. Mair (2006) menyatakan bahwa definisi konsep kewirausahaan sosial masih lemah dan dalam konteks kewirausahaan bisnis, definisinya pun masih kabur. Meskipun demikian, konsep ini telah banyak digunakan dalam memahami kajian ilmu kewirausahaan dalam kaitannya dengan pengurangan kemiskinan. Konsep kewirausahaan sosial merupakan perluasan dari konsep dasar kewirausahaan yang secara historis telah diakui sebagai pengungkit ekonomi, terutama dalam menyelesaikan masalah sosial (Noruzi et al., 2010; Patra dan Nath, 2014). Meskipun bersifat multifacet, kewirausahaan merupakan serangkaian perilaku individu dalam menjalankan kegiatan ekonomi melalui upaya pemanfaatan berbagai peluang untuk dapat menciptakan nilai. Dalam konteks kewirausahaan sosial, nilai yang dituju adalah nilai sosial sebab kewirausahaan sosial sangat menekankan bagaimana menciptakan ide atau gagasan yang bersifat inovatif dalam rangka menyelesaikan permasalahan sosial. Kewirausahaan sosial merupakan fenomena global yang telah mendorong pada perubahan sosial. Nicholls (2006) menjelaskan bahwa kewirausahaan sosial didorong oleh gerakan dari orang-orang yang inovatif, pragmatis, dan aktivis sosial yang visioner, serta jaringannya. Kewirausahaan sosial menggabungkan konsep bisnis, amal, dan model pergerakan sosial untuk membangun solusi atas permasalahan sosial secara berkelanjutan dan menciptakan tatanan nilai sosial (social value). Aktivitas kewirausahaan sosial memiliki jangkauan yang luas. Bornstein (2006) menambahkan bahwa praktik kewirausahaan sosial telah memainkan peran penting dengan menggunakan pendekatan-pendekatan baru terhadap penyakit sosial melalui gagasan atau 2016 2 Kewirausahaan III Mustika Sari, MMTr Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id model baru dalam bentuk pengentasan kemiskinan, penciptaaan kekayaan, peningkatan kesejahteraan, pelestarian lingkungan, serta pendampingan hukum (advocacy). Menurut Seelos dan Mair (2004), definisi kewirausahaan sosial terbagi ke dalam tiga bentuk. 1. Kewirausahan sosial mengacu pada gagasan organisasi nirlaba yang berupaya mencari pembiayaan untuk aktivitasnya sehubungan dengan adanya penghentiaan dukungan finansial dari pemerintah, penghentian bantuan dari individu atau pun perusahaan sementara kebutuhan sosial terus meningkat. Bentuk pertama ini menggambarkan tuntutan agar bertindak inovatif untuk menyelesaikan permasalahan sehubungan dalam upaya mencari sumber pembiayaan agar aktivitas yang bertujuan sosial tetap berjalan. 2. Kewirausahaan sosial menekankan pada aspek individual yang memiliki gagasan untuk memperjuangkan pengurangan permasalahan sosial. Aspek individual lebih melihat pada perilaku sebagai wirausaha sosial. Ini menggambarkan bagaimana ciri atau karakter dari seorang wirausaha sosial. Ada aspek kepemimpinan di dalamnya. 3. Kewirausahaan sosial dipandang sebagai praktik tanggung jawab sosial dari suatu entitas bisnis melalui mekanisme kerjasama dalam penyelenggaraannya. Bentuk ketiga ini lebih dikenal sebagai corporate social responsibility (CSR) dan kini berkembang sebagai corporate social entrepreneurship (CSE). 2016 3 Kewirausahaan III Mustika Sari, MMTr Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kewirausahaan sosial muncul karena beberapa alasan (Yunus, 2007; Jiao, 2011), 1. ketidakmampuan negara dalam menyelesaikan permasalahan sosial karena implementasi kebijakan yang saeringkali tidak efektif. 2. ketidakmandirian organisasi nirlaba secara keuangan untuk membiayai aktivitas sosial. Organisasi nirlaba hanya mengandalkan donor dalam kegiatan sosialnya. Konsep bantuan yang diberikan organisasi nirlaba pun dinilai kurang mampu menyelesaikan masalah sosial. 3. (social value). Aktivitas kewirausahaan sosial memiliki jangkauan yang luas. Bornstein (2006) menambahkan bahwa praktik kewirausahaan sosial telah memainkan peran penting dengan menggunakan pendekatan-pendekatan baru terhadap penyakit sosial melalui gagasan atau model baru dalam bentuk pengentasan kemiskinan, penciptaaan kekayaan, peningkatan kesejahteraan, pelestarian lingkungan, serta pendampingan hukum (advocacy). 4. Kegiatan CSR dari sektor swasta belum mampu memberikan manfaat sosial yang besar karena hanya sedikit CSR yang benar-benar melakukan perubahan sosial. 2016 4 Kewirausahaan III Mustika Sari, MMTr Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebelumnya Nicholls (2006) telah membagi faktor pendorong tumbuhnya kewirausahaan sosial dari dua sisi, yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi penawaran, kesejahteraan masyarakat global dan bertambahnya masa usia produktif mendorong pada mobilitas sosial. Ini mengarah pada kesadaran kolektif untuk dapat memperbaiki kualitas hidup. Pemerintahan yang demokratis membuka peluang bagi organisasi non pemerintah maupun individu untuk aktif berkontribusi pada pembangunan ekonomi. Selain itu, kekuatan perusahaan multinasional memainkan peran penting dalam dinamika ekonomi global, termasuk dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dunia serta konsep model bisnis yang dijalankan mampu meningkatkan skala pada penciptaan nilai sosial dan ekonomi. Perbaikan sistem komunikasi pun memperkuat jaringan komunikasi antar masyarakat dunia sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat. Dari sisi permintaan, kewirausahaan sosial muncul sebagai jawaban atas ketidakmerataan ekonomi. Berkembangnya ideologi pasar bebas serta perilaku kompetesi dalam pemanfaatan sumber daya menumbuhkan benih konsep kewirausahaan sosial dalam upaya mengatasi dampak pembangunan ekonomi yang tidak merata. Selain itu, pemerintah yang sedianya memberikan berbagai bentuk pelayanan publik, justru terkendala pada masalah inefisiensi. Ini tentunya mendorong pada semakin meningkatnya peran dari organisasi nirlaba. Berdasarkan definsi yang ada, pada dasarnya kewirausahan sosial merupakan bentuk penggabungan antara konsep kewirausahaan yang mengedepankan pada kegiatan ekonomi yang mencirikan seorang wirausaha namun tujuan yang dicapai tidak hanya berorientasi pada profit, melainkan juga pada tujuan sosial (social value). Kewirausahaan sosial ini dapat menjadi jalan bagi seseorang untuk dapat melakukan perubahan sosial, seperti pengurangan kemiskinan dengan cara atau pendekatan kewirausahaan. Artinya konsep dasar kewirausahaan, seperti inovasi, berorientasi peluang (opportunities seeker),visioner, dan lain sebagainya untuk diimplementasikan dalam kerangka kegiatan sosial. Praktik kewirausahaan sosial dalam penelitian ini berfokus pada pembangunan ekonomi, khususnya terkait masalah kemiskinan. Praktik kewirausahaan sosial yang dijadikan studi kasus adalah yang berbentuk social business. Social business menggunakan pendekatan 2016 5 Kewirausahaan III Mustika Sari, MMTr Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id konsep kewirausahaan dalam upaya membangun ekonomi masyarakat miskin. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ashoka Foundation dan Schwab Foundation. Kedua organisasi ini memiliki kriteria dalam menentukan wirausaha sosial. Kriteria ini mencakup gagasan atau ide yang baru terhadap perubahan sosial dan transformatif, kreatif, kualitas kewirausahaan, dampak sosial dari gagasannya, serta keberlanjutan praktik kewirausahaan sosial. Dari 27 wirausaha sosial ini kemudian dipilih yang berbentuk social business. Definisi social business merujuk pada Yunus (2007), yaitu suatu cara baru dengan pendekatan bisnis yang kreatif untuk mengatasi permasalahan sosial. Karakteristik social business adalah (1) menjual produk dengan tujuan untuk pembiayaan secara mandiri untuk keberlanjutan (self-sustaining), (2) pemilik perusahaan dapat memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan selama periode tertentu, tapi keuntungan yang diperoleh tidak dalam bentuk dividen (3) laba yang diperoleh tetap dipertahankan untuk perusahaan dan digunakan untuk keberlanjutan usaha atau pun perluasan usaha. Berdasarkan karakteristik social business dan ketersediaan informasi, ada dua wirausaha sosial yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu Bina Swadaya dan Mitra Bali. Kedua aspek ini menjadi nilai strategis untuk membangun model bisnis dengan berlandasakan pada misi utama, yaitu penyelesaian masalah kemiskinan. Pada model bisnis, ada beberapa indikator yang digunakan, yaitu keterampilan kewirausahaan, entrepreneurial opportunities, orientasi pemasaran, serta networking. Dari model bisnis yang dibangun, outcome-nya adalah kontribusi terhadap pembangunan ekonomi, yaitu penciptaan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat, serta kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. 2016 6 Kewirausahaan III Mustika Sari, MMTr Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Cukup banyak tulisan yang mengemukakan adanya upaya yang sudah lumayan lama untuk memahami fenomena kewirausahaan. Siapa dan apa yang dilakukan secara khusus oleh wirausaha telah mulai dirumuskan sejak tahun 1730 oleh Richard Cantillon. Namun, hingga saat ini upaya tersebut masih berlangsung, karena kegiatan yang bercirikan kewirausahaan tidak hanya terbatas dalam bidang bisnis dengan tujuan mencari laba. Yang membuat kewirausahaan menjadi menarik banyak pihak untuk memahaminya ialah kontribusi istimewa yang dihadirkan oleh mereka yang melakukan tindakan berkewirausahaan. 2016 7 Kewirausahaan III Mustika Sari, MMTr Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Misalnya, Timmons dan Spinelliv membuat pengelompokan yang diperlukan untuk `tindakan kewirausahaan dalam enam hal, yakni: 1. Komitmen dan determinasi. 2. Kepemimpinan. 3. Obsesi pada peluang. 4. Toleransi pada risiko, ambiguitas, dan ketidakpastian. 5. Kreativitas, keandalan, dan daya beradaptasi. Sedangkan Wirausaha sosial melihat masalah sebagai peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat sekitar. Hasil yang ingin dicapai bukan keuntungan materi ataukepuasan pelanggan, melainkan bagaimana gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat. Mereka seperti seseorang yang sedang menabung dalam jangka panjang karena usaha mereka memerlukan waktu dan proses yang lama untuk dapat terlihat hasilnya. Wirausaha sosial menjadi fenomena sangat menarik saat ini karena perbedaan-perbedaannya dengan wirausaha tradisional yang hanya fokus terhadap keuntungan materi dan kepuasan pelanggan serta signifikansinya terhadap kehidupan masyarakat. Kajian mengenai kewirausahaan sosial melibatkan berbagai ilmu pengetahuan dalam pengembangan serta praktiknya di lapangan. Lintas ilmu pengetahuan yang diadopsi kajian kewirausahaan sosial merupakan hal penting untuk menjelaskan serta membuat pemikiranpemikiran baru. Sebagai bidang yang relatif baru berkembang tersebut, kewirausahaan sosial terdapat sejumlah pendapatyang tidak seragam tentang apa itu kewirausahaan sosial dan siapa yang disebutsebagai wirausaha sosial. Pendapat atau rumusan yang ada cenderungmenggambarkan suatu jenis wirausaha sosial yang unggul beserta karakteristikperan dan kegiatannya. Terdapat beberapa pembelajaran tentang kewirausahawan sosial beserta beberapa karakteristik yang dimiliki oleh para pengusaha sosial itu sendiri. Hal tersebut dapat terlihat dari penelitian mengenai kewirausahaan sosial terbagi menjadi beberapa grup sosial sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Hal ini pada dasarnya terdiri dari hal-hal yang tidak umum untuk dilakukan dalam kegiatan usaha yang biasanya berjalan secara rutin. Austin Stevenson dan WeiSkillern berpendapat bahwa pengusaha lembaga sosial dan tradisional berbeda dengan pengusahanya sendiri, metode, situasi, dan peluang. Edisi Juli 2012 Volume VI No. 1-2 ISS 2016 8 Kewirausahaan III Mustika Sari, MMTr Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kapitalisme memang telah membuat dunia semakin semarak dengan efek globalisasinya. Pun halnya, globalisasi telah menumbuh suburkan geliat percepatan pembangunan ilmu, teknologi, dan bisnis. Namun, percepatan pembangunan ini tidak dibarengi dengan pemerataan. Masyarakat satu dengan yang lainnya, atau person satu dengan person lainnya telah memasuki dilema ketimpangan sosial yang sungguh luar biasa. Hal ini disebabkan oleh praktik praktik bisnis yang tidak bertanggungjawab, proyek-proyek pembangunan yang tidak efektif, serta lemahnya kebijakan pemerintah, membuat upaya-upaya pembangunan yang inklusif kian sulit dilakukan, dan berdampak kian buruk bagi lingkungan hidup, ketidakadilan secara sosial ekonomi dan memunculkan konflikkonflik sosial dan politik. Ketidakadilan secara sosial ini hadir dan dapat kita saksikan di Indonesia. Laporan MDGs Indonesia Tahun 2007 mengindikasikan, meski ada penurunan signifikan terhadap angka kemiskinan ekstrim dengan ukuran di bawah US$1 per hari (dari 15,1% pada 1990 menjadi 7,5% pada 2006), namun terdapat jumlah yang cukup besar yang rentan menjadi miskin (41,46% penduduk hidup dengan penghasilan antara US$1 US$2 per hari). Begitu besarnya angka ketimpangan tersebut maka diperlukan usaha nyata dalam mengatasi pelbagai masalah sosial yang bergolak di masyarakat Dibandingkan kewirausahaan bisnis, dalamperkembangannya. kewirausahaan Dengan sosial gencarnya relatif kegiatan lebih baru pengembangan kewirausahaandi dunia pendidikan yang semula memfokus pada tingkat peguruan tinggi untukmenyiapkan lulusannya mampu berwirausaha dan tidak menganggur, tetapi kinibahkan mencakup dunia pendidikan yang lebih dini, citra kewirausahaan bisnisjauh lebih menonjol alih-alih wirausaha sosial. Pengembangan kewirausahaansebagai disiplin ilmu, oleh Philip Wickhamvii, dianalogikan sebagai tahapan“remaja”. Jika demikian, cabang kewirausahaan sosial dapat ditempatkan padafase yang lebih dini, yakni cabang ilmu ekonomi pada tahapan yang masih “bayi”. Berdasarkan temuan adanya pelbagai jenis wirausahabisnis, sangat dimungkinkan pula adanya sejumlah jenis wirausaha sosial. Pada faseini akan ditelusuri sejumlah rumusan kewirausahaan sosial yang telah didefinisikan oleh organisasi dan ahli yang menggumuli bidang ini. Karakteristik kegiatanwirausaha sosial sebagai berikut: 1. Tugas wirausaha sosial ialah mengenali adanya kemacetan atau kemandegan dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan keluar dari kemacetan atau kemandegan itu. Ia menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah 2016 9 Kewirausahaan III Mustika Sari, MMTr Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan mengubah sistemnya, menyebarluaskan pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat untuk berani melakukan perubahan. 2. Wirausaha sosial tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan cara “memancing ikan”. Ia tidak akan diam hingga “industri perikanan” pun berubah. Sebagai contoh kasus kewirausahaan sosial, bagaimana Mohammad Yunus mengembangkan bank untuk melayani kaummiskin merupakan suatu inovasi yang bertentangan dengan kaidah yang umumnyamenjadi target pasar bank, yaitu mereka yang mampu dan berisiko kecil.Kemacetan akses pada dana yang dihadapi oleh kaum miskin telah dipecahkandengan penyediaan sistem kredit mikro yang ditujukan kepada mereka dalam polakelompok. Pengertiankewirausahaan sosial yang dirumuskan oleh Yayasan Schwab, sebuah yayasan yang bergerak dalam upaya mendorong kegiatan kewirausahaan sosial. Dalamwebsitenya dijelaskan, wirausaha sosial menciptakan dan memimpin organisasi,untuk menghasilkan laba ataupun tidak, yang ditujukan sebagai katalisatorperubahan sosial dalam tataran sistem melalui gagasan baru, produk, jasa,metodologi, dan perubahan sikap. Wirausaha sosial menciptakan organisasicampuran (hybrid) yang menggunakan metodemetode bisnis, namun hasilakhirnya adalah penciptaan nilai sosial. Untuk pembahasan yang cukup mendalamsilakan disimak karangan Roger Martin dan Sally Osberg, Social Entrepreneurship:The Case for Definition, di Stanford Social Innovation Review, Spring 2007. 2016 10 Kewirausahaan III Mustika Sari, MMTr Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka : 1. PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PENDEKATAN KEWIRAUSAHAAN SOSIALNur Firdaus Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl. Jend. Gatot Subroto No. 10, Jakarta 12710 Indonesia Pos-el: [email protected] 2. KEWIRAUSAHAAN-SOSIAL BERBASIS ORGANISASI MASYARAKAT (ORMAS) (Studi Analisis mengenai Pemberdayaan Ekonomi Ummat atas Unit Usaha-Sosial Persis, NU, dan Muhammadiyah di Kabupaten Garut) Deden Suparman 2016 11 Kewirausahaan III Mustika Sari, MMTr Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id