BUKU 2 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 2015 KATA SAMBUTAN KETUA DEPARTEMEN THT FKUI/RSCM Assalammu’alaikum Wr.Wb. Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena Revisi Buku Rancangan Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 (PPDS Sp-1) Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM telah dapat diselesaikan. Revisi Buku Rancangan Pengajaran ini perlu dilakukan karena adanya pembaharuan pada proses pendidikan dokter spesialis (PPDS) atau Sp-1 ilmu kesehatan THT. Selain itu, dengan perkembangan mutu layanan rumah sakit yang harus terakreditasi nasional maupun internasional dan sesuai Academic Health System (AHS), serta mencapai visi misi departemen THT, maka disusun perangkat pendidikan berupa Buku Rancangan Pengajaran sebagai pedoman untuk melaksanakan pendidikan secara terstruktur dan berkualitas yang dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kompetensi profesional dari masing-masing peserta program. Pada era globalisasi ini para lulusan Dokter Spesialis THT diharapkan memiliki kompetensi profesional yang baik dan bertaraf internasional serta memiliki kompetensi sebagai seorang peneliti. Semoga dengan terbitnya Buku Rancangan Pengajaran (BRP) ini program pendidikan yang telah berlangsung selama ini dapat berjalan lebih baik lagi. Akhirnya kepada penyusun BRP PPDS Sp-1 Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas dedikasi,usaha serta waktu yang diluangkan untuk menyelesaikan buku ini. Wassalammu’alaikum Wr.Wb. Ketua Departemen THT FKUI/RSCM DR.Dr. Trimartani Sp.THT-KL (K) Assalammu’alaikum Wr.Wb. Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, revisi Buku Rancangan Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI, untuk peserta PPDS Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/ RSCM telah dapat diselesaikan. BRP ini terdiri atas tiga buku sesuai dengan tahapan proses belajar peserta PPDS-Sp1 Ilmu Kesehatan THT-KL yaitu Buku 1 Tahap Pembekalan, Buku 2 Tahap Magang dan Buku 3 Tahap Mandiri. Buku ini berisi materi-materi modul pendidikan sesuai dengan Kolegium THT-KL, kewenangan klinis sesuai dengan kompetensi setiap tahap pendidikan, sistem penilaian baik pre-asessment maupun evaluasi akhir serta aktivitas pembelajaran. BRP ini selalu akan dievaluasi dan diperbaharui setiap 5 tahun untuk penyempurnaan dan penjaminan mutu sesuai dengan kemajuan dan perkembangan Ilmu Kesehatan THT-KL. Kepada para Staf Pengajar dan para Peserta PPDS Ilmu Kesehatan THT FKUI/ RSCM kami harapkan selalu mengikuti dan melaksanakan apa yang tercantum dalam Buku Rancangan Pengajaran ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya revisi dan penerbitan Buku Rancangan Pengajaran ini. Wassalaamu’alaikum Wr.Wb. Jakarta. Agustus 2015 Penyusun, Dr.Nina Irawati, Sp.THT KL (K) Koordinator Program Studi Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI/RSCM Menghadapi proses globalisasi dan kebutuhan mencetak tenaga ahli dibidang ilmu kesehatan THT-KL bertaraf internasional serta adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas khususnya dalam bidang Ilmu Kesehatan THTKL, diperlukan tenaga kesehatan professional yang didukung oleh penguasaan ilmu dan teknologi yang baik. Penguasaan ilmu teknologi yang baik akan dicapai dengan meningkatkan kompetensi dari peserta program pendidikan Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI. Dalam rangka meningkatkan kualitas mutu lulusan Dokter Spesialis THT-KL FKUI selain Buku Kurikulum Pendidikan juga diperlukan Buku Rancangan Pengajaran untuk menjabarkan isi kurikulum secara lebih lengkap dan sistematis agar program pendidikan berlangsung dengan baik. Buku Rancangan Pengajaran ini menjelaskan materi pendidikan yang diberikan kepada peserta PPDS-Sp1 setiap semester yang diikutinya. Materi Pendidikan diberikan dalam bentuk modul. Modul tentang materi pendidikan akan dijabarkan secara terperinci oleh masing-masing divisi terkait yang ada di Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI pada saat peserta program pendidikan mengikuti stase pendidikan. Diharapkan dengan cara pembelajaran dengan bentuk modul ini akan dapat meningkatkan kompetensi dari pada lulusan spesialisasi THT-KL FKUI sehingga dapat meningkatkan efektifitas pelayanan serta mampu menjadi pakar dalam bidang Ilmu Kesehatan THT-KL. Visi dan Misi Visi program studi THT-KL adalah menghasilkan lulusan dokter spesialis THT yang mempunyai kemampuan professional bersifat internasional dan dapat memberikan pelayanan kesehatan berlandaskan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran berdasarkan bukti (evidence based medicine) dengan pengalaman luar biasa untuk semua melalui Academic Health Systemdi Asia Tenggara tahun 2019. Misi program studi THT-KL adalah Menyelenggarakan pendidikan THT-KL yang berkualitas, berdaya saing, kreatif, inovatif dan berstandar Internasional dengan para pakar berlandaskan profesionalisme. Menyelenggarakan pendidikan suasana yang nyaman dan apresiatif serta pengalaman belajar yang luar biasa. Menyelenggarakanpendidikan yang meningkatkan pelayanan kesehatan diberbagai setting pelayanan kesehatan prima. SEMESTER IV Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Neurotologi 2 Keterampilan Neurotologi 2 Otologi 2 Keterampilan Otologi 2 Laring Faring 2 Keterampilan Laring Faring 2 Rinologi 2 Keterampilan Rinologi 2 Pelatihan Kegawatan THT 3 Keahlian Komprehensif 3 A. Mata Kuliah : MKK-2 MD22802323 / MPK MD22802524 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul : Ketua Divisi Neurotologi THT-KL MODUL NEUROTOLOGI 2 DAN Pendahuluan MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 2 Modul Neurotologi merupakan materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Neurotologi THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Neurotologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THTKL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS. C. Sasaran Pembelajaran 1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi, patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis. 2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis. 3. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil pemeriksaan audiologi khusus , keseimbangan khusus dan pemeriksaan fungsi saraf fasialis khusus. . D. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Neurotolog THT, meliputi: 1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi, patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis. 2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan pendengaran yang disebabkan oleh : - Atresia liang telinga, mikrotia - Gangguan fungsi tuba, patolus tuba - Infeksi (OMSK, labirintitis) - Timpanosklerosis, Otosklerosis - Proses sentral (CAPD) - Vaskuler (sudden deafness, stroke) - Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL) - Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis) - Imunologi (ALHL) - Kongenital - Tinitus - Tumor (neuroma akustik) - Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid) 3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh : - Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler) - Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik) - Trauma (trauma kepala) - Degenerasi (Presbiastasis) - Imunologi (Menier’e deseases) - Kongenital, BPV pada anak - Tumor - Ototoksik - BPPV - Superior canal dehiscent 4. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan saraf fasialis perifer yang disebabkan oleh : - Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete) - Trauma (trauma kepala, karena operasi) - Kongenital - Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis) - Degeneratif 5. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan pendengaran khusus seperti tes audiometri tutur ,tes SISI, tes Tone decay , tes akustik imitans, OAE 6. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan keseimbangan khusus seperti Head impuls test, Head shaking test, tes visual dynamic aquity, tes posisi untuk BBPV, terapi reposisi otolit, terapi rehabilitasi vestibuler 7. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan fungsi saraf fasialis khusus seperti tes topografi saraf fasialis. Lingkup Bahasan Pokok/topik bahasan Gangguan Pendengaran, keseimbangan dan Saraf Fasialis Embriologi, anatomi fisiologi dan patofisiologi pendengaran, keseimbangan dan saraf Fasialis Tahap Kewenangan Klinis 3c interpretasi hasil pemeriksaan khusus 3c Pemeriksaan audiologi, fungsi keseimbangan dan fungsi saraf fasialis khusus managemen pasien 3c 3c Melakukan tahap 3c persiapan pemeriksaan KHUSUS dan menginterpretasikan hasil serta mendiagnosis gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf Fasialis Gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf fasialis Anatomi, fisiologi,patofisiologi, diagnosis dan tatalaksana . indikasi, dan persiapan, langkah-langkah pemeriksaan 3c anatomi, fisiologi, patofisiologi gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf fasialis Diagnosis dan tatalaksana komprehensif. indikasi, dan langkahlangkah, persiapan.pemeriksaa 3c 3c 3c 3c D.2 Keterampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta PPDS THT-KL mampu: Tindakan 1. Tes berbisik 2. Tes Garputala 3. - PemeriksaanAudiometri nada murni & masking -Tes SAL(Sensineural Aquity Level) untuk mengatasi dilema masking - Tes FIT (Fusion at Inferred Threshold) 4. Pemeriksaan audiometri tutur & masking 5. Pemeriksaan Psikoakustik untuk Tinitus dan LDL (Loudness Discomfort Level) Tingkat Kewenangan klinis 3 3 3 2 3 2 3 6. Pemeriksaan penentuan lokasi lesi (site of lesion) : ABLB, SISI, Tone decay 7. Audiologi pediatric - Behavioural Observsation Audiometry (BOA) - Visual Reinvorcement Audiometry (VRA) - Tes play audiometri - Tes fungsi persepsi 8. Pemeriksaan Timpanometri 9. Pemeriksaan Tes Fungsi Tuba 10. Tes keseimbangan sederhana 11. Head Impulse Test, Head Shaking Test dan Dynamic Visual Acuity Test 12. Pemeriksaan Tes posisi (Dix Hallpike, side lying, roll test) 13. PemeriksaanTes Kalori (dengan air atau udara) 14.Pemeriksaan Posturografi 15. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem Freyss atau House-Brackmann) 16. Pemeriksaan Topografi Nervus Fasialis 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 4 3 17. Pemeriksaan Elektrofisiologis fungsi saraf Fasialis (NET) 18.Pemeriksaan BERA 19.Pemeriksaan ASSR 20.Pemeriksaan OAE 21.Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi vestibuler (VRT) 22. Habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran D.3 E. 2 2 2 3 3 2 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan) 1. Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: - Atresia liang telinga, mikrotia - Gangguan fungsi tuba, patolus tuba - Infeksi (OMSK, labirintitis) - Timpanosklerosis, Otosklerosis - Proses sentral (CAPD) - Vaskuler (sudden deafness, stroke) - Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL) - Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis) - Imunologi (ALHL) - Kongenital - Tinitus - Tumor (neuroma akustik) - Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid) 2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan keseimbangan perifer, seperti : - Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler) - Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik) - Trauma (trauma kepala) - Degenerasi (Presbiastasis) - Imunologi (Menier’e deseases) Kongenital, BPV pada anak Tumor Ototoksik BPPV Superior canal dehiscent 3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan saraf fasialis perifer, seperti : - Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete) - Trauma (trauma kepala, karena operasi) - Kongenital - Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis) - Degeneratif F. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai gangguan pendengaran, keseimbangan postural dan gangguan saraf wajah (n. fasialis). a. belajar mandiri b. diskusi topik 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL. a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion G. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%. 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. H. I. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Neurotologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada awal minggu ke 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis peserta PPDS THT-KL. NBL adalah 75. 2. Minicex Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta PPDS THT-KL mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan. 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku J. K. 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Prof.Dr.dr. Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K) 2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K) 3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K) Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Ruang rawat Gedung A RSCM L. Matriks Kegiatan modul Neurotologi II Hari/Tgl Senin s/d Jum’at (Minggu I) Waktu 08.00-15.30 Materi Peraturan pelayanan pasien di Div Neurotologi Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Tutor Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Diskusi topic Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan Senin s/d Jum’at (Minggu II) 08.00-15.30 Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis pelatihan pemeriksaan audiologi, keseimbangan, saraf fasialis KHUSUS Pelatihan interpretasi pemeriksaan audilogi, keseimbangan dan saraf fasialis KHUSUS Evaluasi kemampuan program studi Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan Teknik Pengarahan Kerja praktek CBD/case based discussion Ujian tulis: Essay Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Diskusi topic Kerja praktek Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT CBD/case based discussion Senin s/d Jum’at (Minggu III) 08.00-15.30 Senin s/d Jum’at (Minggu IV) 08.00-15.30 interpretasi audiologi khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi keseimbangan khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fasialis khusus Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi audiologi khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi keseimbangan khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fasialis khusus Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT Diskusi/Praktikum Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Diskusi/Praktikum Ujian Tulis Essay Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT Senin s/d Jum’at (Minggu V) Senin s/d Jum’at (Minggu VI) 08.00-15.30 08.00-15.30 Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi audiologi khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi keseimbangan khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fasialis khusus Evaluasi kemampuan pelayanan pasien di Div Neurotologi Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi audiologi khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi keseimbangan khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fasialis khusus Diagnosis dan tatalaksana Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana Gangguan keseimbangan Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Diskusi/Praktikum Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Diskusi/Praktikum Ujian Tulis Essay Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Diagnosis dan tatalaksana Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi audiologi khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi keseimbangan khusus Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fasialis khusus Evaluasi kemampuan pelayanan pasien di Div Neurotologi Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT Daftar Pustaka: 1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology 2. Katz J, Clinical Audiology 3. Gelfand SA, Essentials of Audiology 4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation 5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve MODUL OTOLOGI 2 DAN MODUL KETERAMPILAN OTOLOGI 2 Mata Kuliah : MKK-1 MD22802325 / MPK MD22802526 Jumlah SKS A. : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul 1. : Ketua Divisi Otologi THT-KL 2. 3. 4. 5. 6. Pendahuluan Modul otologi-2 adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan pembelajaran penatalaksanaan penyakit-penyakit tersering yang dijumpai di bidang otologi ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok bedah kepala leher (THT-KL). Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami patogenesis penyakit, menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan memberikan terapi penyakit-penyakit telinga di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. A. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tahap pembekalan semester II yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL. B. Sasaran Pembelajaran 1. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien kelainan kongenital telinga sesuai kompetensinya. 2. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien trauma telinga sesuai kompetensinya. 3. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien benda asing telinga (luar, tengah dan dalam) sesuai kompetensinya. 4. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga luar sesuai kompetensinya. 5. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga tengah sesuai kompetensinya. 6. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga dalam sesuai kompetensinya. 7. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit tumor jinak dan ganas telinga sesuai kompetensinya. D. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien sesuai kompetensinya : 1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu: i. Kelainan kongenital telinga herediter. ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter. 2. Jenis trauma telinga, yaitu: i. Trauma mekanik pada telinga. ii. Trauma kimia pada telinga. iii. Trauma akustik pada telinga. 3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam). 4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu: i. Otitis eksterna sirkumskripta. ii. Otitis eksterna difusa. 5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu: i. Otitis media supuratif. ii. Otitis media non-supuratif. 6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu: i. Labirinitis. ii. Penyakit Meniere. iii. Neuronitis vestibularis. iv. Presbiakusis. v. Ototoksisitas. vi. Sudden deafness. vii. Tuli akibat bising. Lingkup Bahasan Topik Bahasan Kelainan kongenital telinga herediter & non-herediter. Atresia dan stenosis liang telinga. Celah brakial 1. Trauma mekanik, kimia, & akustik. Laserasi & avulsi kulit liang telinga. Perforasi membran timpani. Dislokasi osikel. Tahap Kewenangan Klinis Fraktur tulang temporal. Benda asing telinga Benda asing organik & luar, tengah & dalam anorganik telinga luar, tengah & dalam. Otitis eksterna Otitis eksterna sirkumskripta. Otitis eksterna difusa. Otitis eksterna maligna. Otitis media Otitis media supuratif: otitis media akut (rekuren) & otitis media supuratif kronik. Otitis media nonsupuratif: otitis media efusi, glue ear. Labirintitis Labirintitis purulenta. Labirintitis serosa. Tumor jinak dan ganas: Seruminoma. a. liang telinga. Adenokarsinoma liang b. Telinga tengah. telinga. c. CPA. Osteoma. Exostosis. Osteosarkoma. Adenokarsinoma telinga tengah. Neuroma akustik. D.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Jenis keterampilan Tingkat kewenangan klinis POLIKLINIK Menggunakan peralatan diagnostik, alat bedah mikro, dan bahan 5 kimia / obat-obatan untuk telinga. Membaca dan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang (fungsi 5 pendengaran, nervus fasialis, keseimbangan, radiologi). KAMAR OPERASI Mampu melakukan persiapan operasi telinga (alat, pasien, 5 dokumen pendukung). Mampu mengenali dan menyebutkan struktur anatomi telinga dan tulang temporal. Mampu mempraktekkan teknik bedah dasar pada operasi telinga. Mampu melakukan tindakan operasi pada jaringan lunak pada operasi telinga tengah (INSISI KULIT RETROAURIKULA, MEMBUANG TEPI PERFORASI MEMBRAN TIMPANI, INSISI KULIT LIANG TELINGA, INSISI MUSKULOPERIOSTEUM RETROAURIKULA, PENGAMBILAN GRAFT FASIA OTOT. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: MASTOIDEKTOMI SEDERHANA. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: ATIKOTOMI POSTERIOR. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: TIMPANOTOMI POSTERIOR. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: AMPUTASI TIP MASTOID. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: MERUNTUHKAN DINDING POSTERIOR LIANG TELINGA D.3 E. 5 5 3 3 3 3 3 3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul otologi-1 ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari di bidang otologi. a. Belajar mandiri. b. Diskusi topik. 2. Kerja praktek bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis / keterampilan di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL dengan cara: a. Kerja poliklinik. b. Kerja ruang rawat inap. c. Kerja instalasi gawat darurat. 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan metode: a. Tinjauan pustaka/journal reading. b. CBD/case based discussion. F. G. H. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul otologi-1. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan a. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre test pada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) = 75. b. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. c. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan d. Logbook e. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% I. Sumber Daya Pelaksana modul : I. Dr. Alfian Farid Hafil, Sp THT-KL(K). II. DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K). III. Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K). J. Lokasi Praktek I. Poliklinik / instalasi rawat jalan divisi otologi departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto Mangunkusumo. II. Instlasasi rawat inap departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto Mangunkusumo. J. Matriks Kegiatan Hari/Tgl SENIN Waktu 08.00-10.00 Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu I Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu II Senin s/d 08.0015.30 Jum’at Minggu III Materi Cara kerja di Divisi Otologi Tutor Teknik Dr. Alfian Farid Pengarahan Hafil, SpTHT-KL (K). DR. Dr. Ratna D. Restuti, SpTHT-KL (K). Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL (K). Idem Diskusi/Praktikum Bekerja di Poli Divisi Latihan menggunakan alat diagnostik Memahami penyakit di bidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Melakukan tatalaksana pasien rawat inap Idem Bekerja di poli Divisi Memahami penyakit di bidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal Idem Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Diskusi/Praktikum Diskusi/Praktikum Follow up pasien di Senin s/d 08.0015.30 Jum’at Minggu IV Senin s/d Jum’at 08.0015.30 Minggu V Senin s/d Jum’at Minggu VI 08.0015.30 bangsal Idem Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit dibidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal Ujian Tulis idem Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit dibidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal. idem Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit dibidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal Ujian Tulis Diskusi/Praktikum Ujian Tulis Essay Diskusi/Praktikum Diskusi/Praktilum Ujian Tulis Essay Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009. 2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014. 3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea-Febiger, 1985. 4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6 th ed. WB Saunders Co.1989. MODUL LARING FARING 2 DAN MODUL KETERAMPILAN LARING FARING 2 Mata Kuliah : MKK-1 MD22802327 / MPK MD22802528 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul : Ketua Divisi Laring Faring THT-KL A. Pendahuluan Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Laring Faring THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Laring Faring THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THTKL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem vaskularisasi, persarafan. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome. D. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang larin dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem pembentukan suara, sistem vaskularisasi, persarafan. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome. Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Trauma laring anatomi, fisiologi laring Abses leher dalam Obructive sleep apnea syndrome (OSAS) Tumor ganas laring interpretasi CT-scan Handling RFL managemen pasien trauma laring basic surgical landmark, indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan operasi, alat-alat yang akan dipakai patofisiologi, dan tatalaksana trauma larig indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkahlangkah tindakan rekonstruksi laring anatomi, patofisiologi abses leher dalam tatalaksana komprehensif indikasi, kontraindikasi, komplikasi, langkahlangkah, persiapan. anatomi, fisiologi, patofisiologi sumbatan pemeriksaan RFL, muller maneuver,ESS, dan mengintrepetasikan polisomnografi tatalaksana komprehensif (OSA surgery, edukasi, anatomi, fisiologi, patofisiologi laring Tahap Kewenangan Klinis Stenosis laring Disfonia Kelainan kongenital (Laryngomalasia, laryngeal web, laryngeal cleft, hygroma colli, hemangioma,parese ) Infeksi faring laring (tonsilitis faringitis, laringitis) Lesi jinak laring (hemangioma, Papiloma laring,granuloma,no dul, polyp, indikasi, kontraindikasi dan komplikasi laringektomi dan diseksi leher Persiapan dan melakukan trakeostomi patofisiologi stenosis laring diagnosis dan komplikasi Persipan pre operasi alat-alat yang dipersiapkan Fisiologi, etiologi dan patofisiologi diagnosis dan diagnosis banding tatalaksana komprehensif Tumbuh kembang diagnosis tatalaksana komprehensif anatomi, histologi, patofisiologi diagnosis komplikasi tatalaksana komprehensif patofisiologi diagnosis tatalaksana komprehensif D.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan Penegakan diagnosis penyakit laring faring dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, inform concent Tindakan laringoskopi tidak langsung Tatalaksana medikamentosa Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Melebarkan stoma Decanulasi Pemasangan NGT Ekstraksi benda asing orofaring Biopsi lokal anestesi tumor orofaring Perawatan kanul trakea Perawatan luka pasca operasi Angkat jahitan Insisi abses peritonsil Insisi submandibula Insisi retrofaring Insisi parafaring Perawatan abses Penggantian kanul trakea Flexible Optik Laringoskopi Muller manuever Interprestasi hasil PSG Interpretasi hasilmCT scan Laringoskopi diagnostic daan biopsi Ekstirpasi lesi jinak laring non neoplasma Ekstirpasi lesi jinak laring neoplasma Insisi dan Flap pada operasi Tiroidektomi Insisi apron pada operasi laringektomi Penutupan luka penutupan luka pada operasi laringektomi Tahap Magang Semester 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 0 0 4 4 4 4 3 3 2 0 2 2 2 2 Tonsilekomi dan adenoidektomi Diagnosis dan tatalaksana LPR Ekstirpasi kista leher D.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. E. Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan) Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: 1. Infeksi laring faring 2. Dysphonia 3. Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) 4. Abses leher dalam 5. Kelainan kongenital laring 6. Trauma laring 7. Lesi jinak laring 8. Lesi ganas laring 9. Obtructive Sleep Apnea Syndrome. F. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome a. belajar mandiri b. diskusi topic. 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion G. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Laring Faring. I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis Berupa ujian essay pre test pada awal (minggu pertama) dan post test pada awal minggu ke- 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. NBL adalah 80. 2. Minicex Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien 3. DOPS Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. J. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% K. Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp THT-KL(K) (HBH) 2. Dr. Syahrial MH, Sp THT-KL(K) (SMH) 3. Dr. Arie Cahyono, Sp THT-KL(K) (ARI) 4. Dr. Fauziah Fardizza, Sp THT-KL(K) (FFZ) Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Instalasi Bedah Pusat RSCM 3. Ruang rawat Gedung A RSCM L. Matriks Kegiatan Hari/Tgl SENIN Waktu 08.00-10.00 Materi Cara kerja di Divisi Laring Faring Tutor Prof. Dr. HBH Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ Teknik Pengarahan Senin s/d Jum’at Minggu I 08.00-15.30 Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Pelatihan menggunakan flexible optic laryngoscop Prof. Dr. HBH Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion Ujian tulis: Essay 08.00-15.30 Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Pelatihan membaca CT-scan/ PSG Prof. Dr. HBH Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu III Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Kelainan kongenital laring Trauma laring Pelatihan ekstraksi benda asing Prof. Dr. HBH Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ Senin s/d Jum’at Minggu IV Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Prof. Dr. HBH Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ Senin s/d Jum’at Minggu II 08.00-15.30 Diskusi/Praktikum Ujian Tulis Essay Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Daftar Pustaka: 1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders, Saunders Company, 152-153., 2001 2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006 3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299387., 1194 4. Koufman JA, Belafsky PC. Infectious and Inflammatory Diseases of the Larynx. In:Snow Jr JB, Ballenger JJ, editors. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. 16th ed. Philadelpia: Lea&Febiger;2003.p.1194-214. 5. Postma GN, Amin MR, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery – otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p.599-605. 6. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck, Philadelphia, Lea & Febiger, 1993, chapter 26, pp.424-34 7. Bailey BJ and Pillsburry III HC. Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter 39, pp.492-500 8. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis Otolaryngology.Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter ,pp. 240-59 of 9. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL. Otolaryngology. Philadelphia. WB Saunders Co., 1991, chapter 13, pp. 333-42 10. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head & Neck Surgery. New York. McGraw Hill, 8 th Ed, Chapter 31, pp. 724-92 MODUL RINOLOGI 2 DAN MODUL KETERAMPILAN RINOLOGI 2 Mata Kuliah : MKK-1 MD22802329 / MPK MD22802530 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul : Ketua Divisi Rhinologi THT-KL A. Pendahuluan Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Laring Faring THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Laring Faring THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THTKL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester IV yang sudah melalui divisi alergi imunologi dan onkologi tahap pembekalan. C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal. 2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal. 3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan. 4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar 5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan 6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan. 7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapan-tahapan operasi D. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal. 2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal. 3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan. 4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar 5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan 6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan. 7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapantahapan operasi Lingkup Bahasan Pokok bahasan Tahap Kewenangan Klinis Inflamasi dan atau infeksi hidung dan sinus paranasal Rinosinusitis akut 3c Rinosinusitis kronik Polip nasal Snusitis dentogen Infeksi jaringan lunak (vestibulitis, selulitis) Penyakit autoimun (bersama divisi alergi imunologi) Sinusitis Jamur Abses Septum kelainan septum atresia koana anosmia trauma anosmia pasca infeksi epistaksis anterior epistaksis posterior 3c Kelainan anatomi Gangguan penghidu Epistaksis Benda Asing, 3c 3c 3c 3c 3c 3c 3c 3c 3c 3c 3c 3c 3c Lesi jinak hidungdan sinus paranasal (angiofibroma, Papiloma inverted, bekerjasama dengan divisi onkologi THT) Angiofibroma 3c papiloma inverted 3c D.2 Keterampilan Jenis Tindakan/ keterampilan Magang Smt IV Penegakan diagnosis dengan 4 anamnesis, pemeriksaan fisik, rinoskopi anterior dan posterior Evaluasi menggunakan endoskop 0 derajat nasal 4 Pembacaan CT-Scan 4 evaluasi menggunakan nasal endoskop 30,45, 70, 110 derajat 2,3 pemeriksaan fungsi penghidu 3 tatalaksana medikamentosa 3 tatalaksana pembedahan : BSEF I 2 (Unsinektomi, middle meatal antrostomi) tatalaksana pembedahan : BSEF II (Unsinektomi, middle meatal antrostomi + etmoidektomi) 1 tatalaksana pembedahan BSEF III DCR 1 tatalaksana pembedahan BSEF III (Unsinektomi, middle meatal antrostomi + etmoidektomi+sfenodotomi dan atau frontal) 1 tatalaksana BSEF Osteoperiosteal) (Jabir 1 tatalaksana BSEF IV (kebocoran CSS) 1 tatalaksana BSEF IV (operasi skull base) 1 tatalaksana BSEF IV (ekstirpasi tumor dengan endoskop) 1 tatalaksana Septoplasti : 2 tatalaksana pembedahan: Reduksi Konka Inferior 2 melakukan perawatan luka pasca operasi BSEF 2 IV pembedahan tindakan polipektomi sederhana 2 di poliklinik D.3 tindakan sinuskopi diagnostic 3 tindakan sinuskopi tindakan 2 ekstraksi benda asing 3 pemasangan tampon anterior 4 pemasangan tampon posterior 3 ligasi arteri sfenopalatina 0 ekstraksi benda asing 3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. E. Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan) Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: 1. Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal 2. Kelainan anatomi 3. Gangguan penghidu 4. Epistaksis 5. Benda asing 6. Lesi jinak hidung dan sinus paranasal. F. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Rinologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai Rinosinusitis, Polip, Kelainan septum, Epistaksis, Gangguan Penghidu dan Benda asing a. belajar mandiri b. diskusi topik 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion G. I. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Rinologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. G. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku 30% H. I. Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K) 2. Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K) 3. DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K) 4. Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Instalasi Bedah Pusat RSCM 3. Ruang rawat Gedung A RSCM Matriks Kegiatan Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik SENIN 08.0010.00 Cara kerja di Divisi Rinologi Dr.Umar SD Pengarahan Dr.Endang MK DR.Dr.Retno SW Dr.Febriani Senin s/d Jum’at Minggu I 08.0015.30 Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal idem Diskusi topik kelainan anatomi Kerja praktek epistaksis CBD/case based discussion gangguan penghidu Ujian tulis: CBD benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal Pre Assesment modul pembekalan Senin s/d Jum’at Minggu II 08.0015.30 Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal idem idem idem Diskusi/Praktikum kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal pelatihan penggunaan nasal endoskop bersudut pelatihan membaca CT-scan dengan program osirix Senin s/d Jum’at Minggu III 08.0015.30 Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal pelatihan septoplasti kambing skill tutorial tahapan operasi BSEF Senin s/d Jum’at Minggu IV 08.0015.30 Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal idem kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal pelatihan septoplasti kambing skill tutorial tahapan operasi BSEF Senin s/d Jum’at Minggu V 08.0015.30 Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal idem Ujian DOPS keterampilan poliklinik Senin s/d Jum’at Minggu VI 08.0015.30 Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal idem kelainan anatomi epistaksis Ujian Minicex, CBD gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal Daftar Pustaka 1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders Co.1989. 2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009. 3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia. Lippincott Williams & wilkins. 4th Ed. 2006. 4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea –Febiger, 1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997. 5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill, 8 th Ed.2003. 6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001. 7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger technique, Philadelphia, BC Decker Inc 1991. 8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional Reconstruction and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008. 9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012. MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 3 Mata Kuliah : MPA MD22802531 Jumlah SKS : Modul Pelatihan Kegawatan THT 3 (1 SKS) A. Pendahuluan Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang kegawatdaruratan THT-KL. Tujuan Pembelajaran Lama Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu : 6 Bulan (Selama Periode Semester IV) memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Kegawatdaruratan THTKL dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang Ketua Modul : Koordinator Kegawatdaruratan THT-KL diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsipprinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester IV C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan THT. 3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT. D. Lingkup Bahasan I.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding: 1. 2. 3. 4. 5. Benda asing di THT Nyeri telinga akut Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak 6. Epistaksis 7. Trauma wajah 8. Trauma jaringan lunak wajah 9. Trauma hidung 10. Abses leher 11. Sumbatan laring 12. Trauma trakea 13. Disfagia 14. Esofagitis korosif 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif : 1. Benda asing di THT 2. Nyeri telinga akut 3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis 4. Trauma telinga dan tulang temporal 5. Tuli mendadak 6. Epistaksis 7. Trauma wajah 8. Trauma jaringan lunak wajah 9. Trauma hidung 10. Abses leher 11. Sumbatan laring 12. Trauma trakea 13. Disfagia 14. Esofagitis korosif Lingkup Bahasan pokok bahasan 3c Benda Asing di THT: Benda asing di Esofagus Benda asing di Laring Benda asing di Trakea Benda asing di Bronkus Kewenang an klinis Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi Benda asing di Sinus Piriformis Benda asing di Dasar Lidah Benda asing di Faring/ Tonsil Benda asing di Hidung Benda asing di Liang Telinga 3c Diagnosis dan Diagnosis Banding 3c Rencana tatalaksana tindakan dan medikamentosa pada kasus benda asing di THT 3c Manajemen pasien Benda Asing di THT 3c 3c indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkah-langkah pengambilan benda asing di THT 3c Nyeri Telinga Akut Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Otitis Eksterna Sirkumskrip (Furunkel) Otitis Eksterna Difus Otitis Eksterna Maligna Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut Diagnosis Tatalaksana Komprehensif 3c 3c 3c 3c Komplikasi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis: Meningitis Otogenik Trombosis Sinus Lateralis Abses Ekstradural Abses Subdural Abses Otak Otogenik Hidrosefalus Otikus Trauma Telinga dan Tulang Temporal; Trauma Daun Telinga Keluar Cairan/ Darah dari Liang Telinga Gangguan Pendengaran Gangguan Keseimbangan Paresis Fasial Fraktur Tulang Temporal Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga Diagnosis 3c 3c Rencana Tata Laksana 3c Tuli Mendadak Iskemia Koklea Infeksi Virus Pasca Trauma Kepala Trauma Bising Keras Perubahan Tekanan Atmosfir Obat Ototoksik Penyakit Meniere Neuroma Akustik Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak 3c Diagnosis dan komplikasi 3c Rencana tatalaksana 3c Anatomi, fisiologi dan patofisiologi Epistaksis Perdarahan Anterior Perdarahan Posterior 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Muka Fraktur Tulang Hidung Fraktur Maksila Fraktur Zigoma Fraktur Mandibula Fraktur Orbita 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Jaringan Lunak Muka Avulsi Total Avulsi Sebagian H. Laserasi 3c Diagnosis 3c Komplikasi 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Trauma Hidung Trauma Tertutup Trauma Terbuka Anatomi, histologi, patofisiologi Diagnosis 3c 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Abses Leher Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Sumbatan Laring Radang Tumor Kelainan Kongenital Paresis Postikus Bilateral Trauma Benda Asing Trauma Trakea Trauma Tumpul Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Tajam Trauma Endogen 3c Diagnosis Rencana Tatalaksana komprehensif 3c 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Disfagia Kelainan Faring Kelainan Esofagus 3c Diagnosis dan diagnosis banding Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis Esofagitis Korosif 3c Rencana Tatalaksana komprehensif I.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan Tahap Pembekalan Semester 4 Ekstraksi Benda Asing: Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi Benda asing di trakea: persiapan bronkoskopi Benda asing di bronkus : persiapan bronkoskopi 3,4 1 1 Benda asing di esofagus: persiapan esofagoskopi Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak langsung Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset Nyeri telinga akut Tatalaksana Medikamentosa Pemasangan tampon telinga Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Tatalaksana Medikasmentosa Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa Epistaksis Pemasangan tampon anterior Pemasangan tampon posterior Trauma muka Trauma jaringan lunak muka Bedah minor Trauma hidung Reduksi tertutup Aspirasi dan insisi hematoma septum Abses leher Aspirasi dan insisi abses peritonsil Aspirasi dan Insisi abses submandibular Aspirasi dan Insisi abses retrofiring Aspirasi dan Insisi abses parafaring Terapi medikamentosa Sumbatan jalan napas atas Tindakan laringoskopi tidak langsung Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Trauma trakea Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 0 0 1 0 0 0 0 3,4 1 1 2 1 1 1 2 Trakeostomi primer Pemasangan NGT Disfagia Pemasangan NGT Esofagitis korosif esofagoskopi Pemasangan NGT 1 3 3,4 1 3 II.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT. E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap : 1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang 2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga. I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah jaga. G. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan, Form penilaian 40% Keterampilan Form penilaian 20% Sikap dan perilaku Form penilaian 40% H. Sumber Daya Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL Lahan Praktek 1. Unit Gawat Darurat RSCM 2. Ruang rawat RSCM I. Matriks Kegiatan Hari/Tgl Waktu SeninJumat 15.0007.00 SabtuMinggu 08.0020.00 20.0008.00 Materi Kasus kegawatdaruratan THT Kasus kegawatdaruratan THT Tutor Teknik DPJP jaga harian Form penilaian DPJP jaga harian Form penilaian Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008 MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 3 Mata Kuliah : MPA MD22802432 Jumlah SKS : Modul Keahlian Komprehensif THT 3 (2 SKS) Lama : 6 Bulan (Selama Periode Semester II) Ketua Modul : Koordinator Penelitian THT-KL A. Pendahuluan Modul Keahlian Kompehensif THT 3 adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasuskasus THT sesuai dengan evidence based medicine. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsipprinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang Semester IV C. Sasaran Pembelajaran C.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu: 1. Melakukan penulisan karya ilmiah. 2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar. 3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan sebagai landasan pembuatan karya ilmiah. 4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar. C.2 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi etika penulisan karya ilmiah. D. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 3 meliputi : a. Menyusun makalah b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal c. Diskusi dengan pembimbing d. Presentasi Ilmiah F. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75. 2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan pembimbing dan presentasi ilmiah G. Pembobotan Bentuk Form penilaian Karya Ilmiah H. I. Sumber Daya Pelaksana modul Evaluasi -Makalah dan Media presentasi -Presentasi dan diskusi Bobot 50% pembimbing 30 % penguji 20% pembimbing : 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K) 2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K) Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 3 Hari Waktu Materi SeninJumat 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan diskusi dengan pembimbing Selasa/ rabu/ jumat Sesuai Presentasi jadwal karya ilmiah yang telah 5 ditentukan Pembimbing Presentasi SeninJumat 2 bulan Pembimbing Belajar mandiri Selasa/ rabu/ jumat Penyusunan karya ilmiah dan diskusi dengan pembimbing Sesuai Presentasi jadwal karya ilmiah yang telah 6 ditentukan Staf Teknik Pengajar Pembimbing Belajar mandiri diskusi Moderator Penguji diskusi Pembimbing Presentasi Moderator Penguji Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21 2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007 3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994, 4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-ApproachesTechnigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004 5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science Publishers, 1989. 6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5th edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014 7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins, SEMESTER V Modul Endoskopi Bronkoesofagologi 2 Modul Keterampilan Endoskopi Bronkoesofagologi 2 Modul Onkologi 2 Modul Keterampilan Onkologi 2 Modul Plastik Rekosntruksi 2 Modul Keterampilan Plastik Rekosntruksi 2 Modul THT Komunitas Modul Keterampilan THT Komunitas Modul Pelatihan Kegawatan THT 4 MODUL ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI 2 DAN MODUL KETERAMPILAN ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI 2 Mata Kuliah : MKK-1 MD22802333 / MPK MD22802534 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul : Ketua Divisi Endoskopi Bronkoesofagologi THT-KL A. Pendahuluan Modul EBE adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang ilmu penyakit THT agar peserta program PPDS semester V tahap magang mampu memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang EBE yaitu KELAINAN DI TRAKTUS TRAKEOBRONKIAL, ESOFAGUS DAN KESULITAN MENELAN OROFARING. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang EBE ilmu kesehatan THT-KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester V C. Sasaran Pembelajaran (Audience, Behaviour, Condition, Degree) 1. Mampu mendiagnosis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 2. Mampu menjelaskan patogenesis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 3. Mampu menjelaskan gambaran klinis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 4. Mampu menjelaskan secara lengkap jenis jenis pemeriksaan penunjang lainnya.pada kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 5. Mampu menjelaskan dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk tindakan esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnosis dan terapiutik kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 6. Melakukan endoskopi/tindakan lain baik berupa rinolaringoskopi fleksibel, bronkoskopi ataupun esofagoskopi rigid/fleksibel sebagai bagian dari penatalaksanaan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 7. Peserta PPDS THT mampu melakukan dan membuat laporan bronkoskopi atau esofagoskopi dan pemeriksaan FE 8. Mampu mendiagnosis tanda-tanda komplikasi akibat kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring D. LINGKUP BAHASAN D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program PPDS mampu menjelaskan dan memahami : 1. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan struktur penting dan fungsi traktus trakeobronkial esofagus, orofaring serta konsep dasar dan terminologi anatomi. 2. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan proses fisiologi, dan patogenesis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 3. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan pemberian modalitas farmakologi, penggunaan radiologi. 4. Peserta PPDS THT mampu menguraikan tindakan pembedahan yang berhubungan dengan kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 5. Peserta PPDS mampu menjelaskan dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk tindakan esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnosis dan terapiutik kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 6. Peserta PPDS melakukan endoskopi/tindakan lain baik berupa rinolaringoskopi fleksibel, bronkoskopi ataupun esofagoskopi rigid/fleksibel sebagai bagian dari penatalaksanaan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 9. Mampu mendiagnosis tanda-tanda komplikasi akibat kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring. Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan Klinis Trakeobronkial, esofagus, orofaring Anatomi trakeobronkial, esofagus dan orofaring 3c Persarafan - jaras traktus trakeobronkial, esofagus dan orofaring Vaskularisasi Kelainan esofagus : Benda asing esofagus Stenosis esofagus Patofisiologi 3c Diagnosis ( gejala, tanda klinis) 3c Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Esofagoskopi kaku dan fleksibel) 3c Tata laksana komprehensif 3c Komplikasi dan tatalaksananya 3c Patofisiologi Diagnosis ( gejala, tanda klinis) 3c Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, Esofagoskopi kaku dan fleksibel) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya Esofagitis : Refluks Eosinofilik Patofisiologi Diagnosis ( gejala, tanda klinis) 3c Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, pH metri, Esofagoskopi kaku dan fleksibel, biopsy mukosa) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya Gangguan Patofisiologi dan jenis neuromuscular : kelainan. spasme difus esofagus, Nutcracker Diagnosis ( gejala, Esofagus tanda klinis) Akalasia, Pemeriksaan divertikulum penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, pH metri, Manometri, Esofagoskopi kaku dan fleksibel, biopsy mukosa) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya 3c Disfagia fase oral dan fase faring Patofisiologi dan jenis kelainan. 3c Diagnosis ( gejala, tanda klinis) Pemeriksaan penunjang (FEES, Videofluruoskopi, CT scan Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya Benda asing traktus trakeobronkial Patofisiologi 3c Diagnosis ( gejala, tanda klinis) Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Bronkoskopi kaku dan fleksibel, Virtual bronkoskopi) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya D.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan Tahap Magang Semester V Melakukan konseling edukasi pasien sesuai kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 4 Melakukan konseling pemberian 4 modalitas farmakologi, penggunaan pemeriksaan penunjang Melakukan konseling, persiapan 4 dan prosedur esofagoskopi, bronkoskopi Peserta PPDS THT mampu 4 melakukan dan membuat laporan bronkoskopi atau esofagoskopi dan pemeriksaan FEES Peserta PPDS melakukan endoskopi/tindakan lain baik berupa rinolaringoskopi fleksibel, bronkoskopi ataupun esofagoskopi rigid/fleksibel sebagai bagian dari penatalaksanaan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 3 D.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. E. Tingkat Kewenangan Klinis TINDAKAN Melakukan anamnesis pemeriksaan fisik TINGKAT KEWENANGAN KLINIS dan Pemeriksaan rhinolaringoskopi serat optic lentur Trakeo - Bronkoskopi Kaku (Bonkoskopi diagnostik) Trakeo - Bronkoskopi Fleksibel 4 4 3 2 Ekstraksi Benda Asing TrakeoBronkus dengan Bronkoskopi 3 kaku Esofagoskopi kaku 4 Ekstraksi Benda Asing Esofagus 3 dengan Esofagoskopi kaku Biopsi tumor trakea-bronkus 2 dengan Bronkoskopi kaku Biopsi tumor esofagus dengan 3 Esofagoskopi kaku Trans Nasal Esophagoscopy (Flexible Esophagoscopy) 2 Dilatasi Esofagus dengan Esofagoskopi Rigid 2 (Esophagoscopic Dilation Under Direct Vision) FEES (Flexible Endoscopic Esophageal of the Swallowing) 4 F. Metode Dan Tahapan Pengajaran Metode pengajaran pada modul disfagia THT-KL meliputi a. Belajar mandiri b. Kuliah interaktif c. Kerja praktek G. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebagai berikut Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul EBE H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. I. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% J. K. Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Dr. dr Susyana Tamin, Sp THT-KL(K) 2. dr. Elvie Zulka, Sp THT-KL(K) 3. dr. Rahmanofa Yunizaf SpTHT Matriks Kegiatan Hari/Tgl SENIN Waktu 08.00-10.00 Materi Cara kerja di Divisi Endoskopibronkoesofagologi Tutor Dr. Susyana Tamin Dr.Elvie Zulka Dr Rahmanofa Yunizaf Senin s/d Jum’at 08.00-15.30 Traktus trakeobronkial dan esofagus Benda asing traktus trakeobronkial dan esofagus ujian pre tes Esofagitis Stenosis esofagus Pelatihan membaca Skor Temuan Refluks Idem Idem - Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion Kelainan neuromuscular esofagus Disfagia fase oral dan fase faring Review modul Idem - Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion Idem - Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion 08.00-15.30 Review modul Idem - Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion 08.00-15.30 Review modul Ujian Tulis Idem - Diskusi topik Kerja praktek Minggu I Senin s/d Jum’at Minggu II Senin s/d Jum’at Minggu III Senin s/d Jum’at Minggu IV Senin s/d Jum’at Minggu V Senin s/d 08.00-15.30 08.00-15.30 08.00-15.30 Teknik Pengarahan - Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion Ujian tulis: Essay Jum’at - Minggu VI - CBD/case based discussion Presentasi Timjauan Pustaka Ujian Tulis Essay Daftar Pustaka 1. Griffith P.F, Joel D.C, Jean D : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal surgery, 2 nd ed. 2002:577615 2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology. 1976;102 (4): 238-40. 3. Ellen MF. Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract. In: Byron I, Bailey eds. Head and Neck Surgery Otolaryngology, 2nd edition. Lippincot-Raven.1998 4. Byron J, Bailey, Karen H, Calhoun. In: Byron I, Bailey eds. Atlas of Head and Neck SurgeryOtolaryngology.2nd edition. Lippincot, Philadelphia 2001: p834-5 5. Leder SB, Sasaki CT, Burrell MI. Fiberoptic endoscopic evaluation of dysphagia to identify silent aspiration. Dysphagia 1998;13:19-21. 6. Tamin S, Ku PK, Cheung D. Assessment and management of dysphagia with fiberoptic endoscopic examination of swallowing (FEES) and its future implementation in Indonesia. ORLI. 2004; 34(4): 26-33. 7. Kendall K. Head and Neck : Structures, functions, and evaluation in dysphagia. In : Leonard R, Kendall K,editors. Dysphagia assessment and treatment planning. A team approach,1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group Inc; 1997. p.7-18. 8. McCulloch TM, Van Daele DJ. Normal anatomy and physiology of the nose, the pharynx, and the larynx. In: Langmore SE, editors. Endoscopic evaluation and treatment of swallowing Disorder, 1st ed. New York, Stuttgart: Thieme; 2001. p. 7-36. 9. Eibling DE. Organs of swallowing. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive Management of swallowing disorders,1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999. p. 11-21. 10. Marks L, Rainbow D. Neuro antomy and anatomy of the normal swallowing process in adults. In: Marks L, Rainbow D, editors. Working with dysphagia, 1st ed. United Kingdom: Speechmark Publishing Ltd; 2001.p. 2-6. 11. Aviv JE. The normal swallow. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive management of swallowing disorders, 1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999.p. 23-9. 12. Adams G.L., Boies L.R, Higler P.A., Buku Ajar Penyakit THT. EGC. Jakarta. Hal 455. 13. Bailey BJ., Johnson JT. Esofageal Disorder, 755-70., 2006 14. Ballantyne J.C, Grove John, Edwards C.H., Downton David. In a Synopsis of otolaryngology. 15. Bristal John wright & sons red. Page 353 – 369 MODUL ONKOLOGI 2 DAN MODUL KETERAMPILAN ONKOLOGI 2 Mata Kuliah : MKK-1 MD22802335 / MPK MD22802536 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul : Ketua Divisi Onkologi THT-KL 2. A. Pendahuluan Pada modul ini dipelajari mengenai anatomi, surgical landmark, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan tumor dibidang onkologi THT. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit-penyakit tumor dibidang Onkologi THT, diagnosis dan penatalaksanaannya. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester III yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi dan surgical landmark tumor dibidang Onkologi THT dengan lengkap 2. Residen THT mampu menjelaskan patofisiologi tumor dibidang Onkologi THT 3. Residen THT mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang (radiologi, histopatologi, serologi) tumor dibidang Onkologi THT 4. Residen THT mampu menegakkan diagnosis tumor dibidang Onkologi THT 5. Residen THT mampu merencanakan tatalaksana komprehensif tumor dibidang Onkologi THT D. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Sesuai dengan modul Kolegium THT-KL diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu menjelaskan penegakkan diagnosis dan tatalaksana tumor dibidang Onkologi THT, yang meliputi: - Karsinoma nasofaring - Tumor sinonasal - Angiofibroma - Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring - Tumor kelenjar liur - Tumor tiroid - Tumor ganas kulit di kepala leher - Unknown primary tumor - Ca Laryng Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Klinis Karsinoma Anatomi 3C Nasofaring Patofisiologi 3C Diagnosis histopatologi klasifikasi WHO /WF 3C Kewenangan Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana Informed consent 3C 3C Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik 3C rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan 3C endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel Tumor Sinonasal Anatomi 3C Patofisiologi 3C Diagnosis histopatologi Interpretasi imunohistokimia 3C CT/MRI scan Foto thoraks USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana Informed consent 3C 3C Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik 3C rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan 3C endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel Angiofibroma Anatomi 3C Patofisiologi 3C - Diagnosis histopatologi - 3C - Interpretasi imunohistokimia - CT/MRI scan - Foto thoraks - USG Abdomen - Bone scan - Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana Informed consent 3C 3C Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik 3C rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan 3C endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel Anatomi 3C Patofisiologi 3C Diagnosis histopatologi Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks 3C Tumor USG Abdomen Bone scan Pet scan rongga 3C Penegakan Diagnosis mulut, oropharynx, Tatalaksana hipofaring Informed consent 3C Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik 3C rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan 3C endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel Tumor kelenjar liur Anatomi 3C Patofisiologi 3C Diagnosis histopatologi Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan 3C Foto thoraks USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana Informed consent 3C 3C Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik 3C rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan 3C endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel Tumor tiroid Anatomi 3C Patofisiologi 3C Diagnosis histopatologi Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks 3C USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana Informed consent 3C 3C Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik 3C rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan 3C endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel Anatomi Tumor ganas kulit di Patofisiologi kepala leher Diagnosis histopatologi klasifikasi WHO /WF Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks 3C 3C 3C USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana Informed consent 3C 3C Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik 3C rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan 3C endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel Unknown primary Anatomi 3C tumor Patofisiologi Diagnosis histopatologi klasifikasi WHO /WF Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks 3C 3C USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana Informed consent 3C 3C Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik 3C rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan 3C endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel Ca Laring Anatomi 3C Patofisiologi 3C Diagnosis histopatologi klasifikasi WHO /WF Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks 3C USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana 3C Informed consent 3C Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik 3C rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan 3C endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel D.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan Tahap Pembekalan Semester 3 Menegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, 3 pemeriksaan fisik THT, pemeriksaan penunjang Teknik rinofaringolaringoskopi 3 Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan endoskopi rigid 3 3 Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel D.3 3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Onkologi meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit tumor dibidang onkologi THT a. belajar mandiri b. diskusi topic 2. tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan menjelaskan diagnosis dan tatalaksana penyakit-penyakit tumor dibidang onkologi THT a. kerja poliklinik 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion F. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul alergi imunologi. G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre test pada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. H. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku I. J. 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% Sumber Daya Pelaksana modul : 1. dr. Zanil Musa, Sp THT-KL(K) 2. dr. Marlinda Adham, Sp THT-KL(K), PhD 3. dr. Ika Dewi Mayangsari, Sp THT-KL Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM Matriks Kegiatan Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik Senin 07.30-08.30 Cara kerja di Divisi Dr. Zanil Pengarahan (Minggu I) Dr.Marlinda Dr. Mayang Karsinoma nasofaring s/d Tumor sinonasal Jum’at Angiofibroma (Minggu I) Tumor Senin 08.30-15.30 rongga idem d. Diskusi topik e. Kerja praktek mulut, f. CBD oropharynx, hipofaring g. DOPS Tumor kelenjar liur h. Ujian tulis: Tumor tiroid Essay (pre Tumor ganas kulit di kepala test) leher Unknown primary tumor Ca Laryng Pemeriksaan RFL Biopsi Karsinoma nasofaring s/d Tumor sinonasal Jum’at Angiofibroma (Minggu II) Tumor Senin 08.00-15.30 rongga idem i. Diskusi topik j. Kerja praktek mulut, k. CBD oropharynx, hipofaring Tumor kelenjar liur Tumor tiroid Tumor ganas kulit di kepala l. DOPS leher Unknown primary tumor Ca Laryng Pemeriksaan RFL Biopsi Karsinoma nasofaring s/d Tumor sinonasal Jum’at Angiofibroma Senin 08.00-15.30 Idem m. Diskusi topik n. Kerja praktek (Minggu III) Tumor rongga mulut, o. CBD oropharynx, hipofaring Tumor kelenjar liur Tumor tiroid Tumor ganas kulit di kepala p. DOPS leher Unknown primary tumor Ca Laryng Pemeriksaan RFL Biopsi Karsinoma nasofaring s/d Tumor sinonasal Jum’at Angiofibroma (Minggu IV) Tumor Senin 08.00-15.30 rongga Idem q. Diskusi topik r. Kerja praktek mulut, s. CBD oropharynx, hipofaring t. DOPS Tumor kelenjar liur u. Literature Tumor tiroid Tumor ganas kulit di kepala review leher Unknown primary tumor Ca Laryng Pemeriksaan RFL Biopsi Karsinoma nasofaring s/d Tumor sinonasal Jum’at Angiofibroma (Minggu V) Tumor Senin 08.00-15.30 rongga Idem v. Diskusi topik w. Kerja praktek mulut, x. CBD oropharynx, hipofaring y. DOPS Tumor kelenjar liur z. Ujian Tumor tiroid Essay (post Tumor ganas kulit di kepala test) leher tulis: Unknown primary tumor Ca Laryng Pemeriksaan RFL Biopsi Karsinoma nasofaring s/d Tumor sinonasal Jum’at Angiofibroma (Minggu VI) Tumor Senin 08.00-15.30 rongga idem aa. Diskusi topik bb. Kerja praktek mulut, cc. CBD oropharynx, hipofaring dd. DOPS Tumor kelenjar liur ee. Ujian Tumor tiroid Tumor ganas kulit di kepala tulis: Essay leher Unknown primary tumor Ca Laryng Pemeriksaan RFL Biopsi Daftar Pustaka: 1. AbbasAK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010. 2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Klinik Dasar. 8th Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2009. 3. Krause JH, Chadwick SJ, Gordon B, Derebery M, editors. Allergy and Immunology. An Otolaringic Approach. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins;2002. 4. King HC, Mabry RL, Mabry CS. Allergy in ENT Practice – A Basic Guide. New York:Thieme;1998. 5. Bousquet J, et al. WHO Initiative-ARIA . J Allergy Clin Immunol 2001; 108 (5): 147-334 6. Bousquet J, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update (in collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen). J Allergy 2008 Apr ; 63 (86):8-160 7. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009. 8. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5 th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014. MODUL PLASTIK REKONSTRUKSI 2 DAN MODUL KETERAMPILAN PLASTIK REKONSTRUKSI 2 Mata Kuliah : MKK-1 MD22802337 / MPK MD22802538 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul : Ketua Divisi Plastik Rekonstruksi THT-KL A. Pendahuluan Modul Plastik Rekonstruksi II adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang plastik rekonstruksi THT-KL yang berkaitan dengan ilmu penyakit THT agar peserta program semester V tahap pembekalan mampu memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang plastik rekonstruksi. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan berkaitan dengan bidang plastic rekonstruksi THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II C. Sasaran Pembelajaran C.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu: 1. Menjelaskan dan menerapkan berbagai dasar bedah plastik rekonstruksi THT-KL dalam penanganan pasien i. Menjelaskan fisiologi dan patofisiologi penyembuhan luka serta dapat melakukan perawatan luka yang benar. ii. Merencanakan dan menjelaskan metode dan jenis tandur dan jabir. iii. Menjelaskan dan Melakukan analisis wajah dengan cara foto dokumentasi pre dan post operasi plastik rekonstruksi 2. Menjelaskan patofisiologi kelainan fungsi dan fisik pada maksilofasial termasuk hidung dan daun telinga. 3. Menjelaskan patofisiologi, etiologi, Menegakkan diagnosis dan merencanakan tatalaksana serta edukasi tentang kelainan kongenital THTKL (Celah bibir dan palatum, deformitas hidung celah bibir, deformitas maksilofasial, mikrotia, atresia liang telinga, deformitas telinga, dan fistel preaurikuler) Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Plastik THT-KL Proses penyembuhan luka Perawatan luka Tandur alih. Jabir analisis dan dokumentasi wajah pre dan post operasi plastik rekonstruksi anatomi dan fisiologi hidung. rekonstruksi pada kelainan hidung luar dan dalam Rekonstruksi Kelainan Hidung Tahap Kewenangan Klinis 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C (septoplasti, rinoplasti dan septorinoplasti), patofisiologi kelainan fungsi dan fisik akibat trauma gejala dan tanda fraktur hidung diagnosis dan diagnosis banding trauma hidung tindakan dan pengelolaan trauma dan fraktur hidung pada keadaan akut dan lanjut tindakan operasi reposisi tertutup indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi berbagai tindakan pengelolaan trauma hidung komplikasi trauma hidung kelainan kongenital hidung kelainan fisik dan patofisiologi hidung tindakan dan pengelolaan untuk kelainan kongenital hidung kelainan defek hidung kelainan fisik dan patofisiologi hidung tindakan dan pengelolaan untuk 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C Maksilofasial kelainan defek hidung anatomi, histologi dan fisiologi wajah termasuk daun telinga pada anak dan dewasa kelainan fisik dan patofisiologi wajah tata laksana penanganan kelainan wajah non patologi dan patologi kelainan defek maksilofasial kelainan fisik dan patofisiologi maksilofasial tindakan dan pengelolaan untuk kelainan defek maksilofasial kelainan kongenital telinga kelainan fisik dan patofisiologi telinga Tata laksana untuk kelainan kongenital telinga (mikrotia, atresia liang telinga, deformitas telinga, dan fistel preaurikuler) anatomi, histologi dan fisiologi maksilofacial pada anak dan dewasa. patogenesis serta patofisiologi 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C Labiopalatoskisis trauma maksilofasial komplikasi berbagai fraktur maksilofasial, fraktur sinus, fraktur Lefort I, II dan III, fraktur zigoma, serta mandibula. indikasi, kontra indikasi, komplikasi (maloklusi, diplopia) dan berbagai pendekatan operasi terhadap fraktur maksilofasial Tata laksana fraktur maksilofasial: fraktur sinus frontal, fraktur maksila, fraktur zigoma dan mandibula embriologi, anatomi dan fisiologi rongga mulut dan bibir kelainan anatomi dan fisiologi rongga mulut dan bibir faktor resiko dan patofiologi terjadinya berbagai jenis labioskisis Tata laksana komprehensif labioskisis. embriologi, anatomi dan 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C fisiologi palatum dan jaringan sekitar kelainan anatomi dan fisiologi palatum dan jaringan sekitar faktor resiko dan patofisiologi terjadinya berbagai jenis palatoskisis Tata laksana komprehensif palatoskisis. C.2 3C 3C 3C Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Ada 3 tahapan pembelajaran: yaitu tahap orientasi, latihan, portfolio, dan umpan balik. Metode pembelajaran dapat diberikan dalam bentuk : bedah buku, diskusi topik, belajar mandiri, dan latihan pada pasien. Tiap-tiap topik bahasan akan berada dalam tahapan yang berbeda dan akan diberikan dengan metode yang berbeda seperti yang tercantum dalam matriks kegiatan. F. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak lebih dari 75%. 1. Ujian Formatif : dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan, bertujuan untuk memonitor perkembangan PPDS dalam masa rotasi. 2. Ujian Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Plastik rekonstruksi THT-KL I. G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. Waktu Pelaksanaan 1. Ujian pretest dilakukan dalam minggu pertama rotasi 2. Ujian Cased Based Discussion dan post test dilakukan pada selama stase 3. Ujian Sumatif dilakukan pada minggu ke V (lima) H. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku I. 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% Sumber Daya Pelaksana modul : 1. DR dr Trimartani SpTHT-KL(K) 2. DR dr Dini Widiarni SpTHT-KL(K) MEpid 3.DR dr Mirta Hediyati SpTHT-KL(K) J. Matriks Kegiatan Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah Hari / Tanggal Senin Waktu Materi 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Plastik Dr. dr. Dini W.W SpTHT-KL (K) Rekonstruksi DR.dr.Trimartani SpTHT-KL(K) Dr. dr. Mirta H.R SpTHT-KL(K) Bekerja di Poli Divisi Latihan menggunakan alat diagnostik Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Pengarahan Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Bekerja di Poli Divisi Diskusi/ Praktikum Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu I Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu II Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu III Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu IV Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Tutor Teknik Diskusi/ Praktikum Diskusi/ Praktikum Diskusi/ Praktikum Diskusi/ Praktikum Minggu V Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu VI Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Ujian Tulis Diskusi/ Praktikum Ujian Tulis Essay Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21 2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007 3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994, 4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-ApproachesTechnigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004 5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science Publishers, 1989. 6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014 7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins, 2007 MODUL THT KOMUNITAS DAN MODUL KETERAMPILAN THT KOMUNITAS Mata Kuliah : MKK-1 MD22802339 / MPK MD22802540 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul : Ketua Divisi THT Komunitas THTKL A. Pendahuluan Modul THT Komunitas adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang ilmu penyakit THT agar peserta PPDS THT-KL semester V tahap Magang mampu memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang THT Komunitas berupa gangguan pendengaran pada bayi, anak dan kelompok khusus, gangguan bicara pada anak dan rehabilitasihabilitasi pendengaran. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang THT komunitas. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester V C. Sasaran Pembelajaran (Audience, Behaviour, Condition, Degree) 1. Mampu mendiagnosis kelainan pendengaran pada bayi dan anak 2. Mampu menjelaskan embriologi, patogenesis kelainan pednegaran pada bayi dan anak. 3. Mampu menjelaskan gambaran klinis gangguan bicara dan kelainannya. 4. Mampu mementukan jenis pemeriksaan yang digunakan untuk diagnosis kelainan pendengaran yang ditemukan. 5. Mampu melakukan habilitas dan rehabilitasi pada kelaian bicara. 6. Mampu menentukan jenis alat bantu dengar yang dibutuhkan beserta alternatif jenis alat bantu dengar yang lain. D. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu menjelaskan dan memahami : 1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi dan patofisiologi gangguan pendengaran pada bayi dan anak. 2. Menjelaskan faktor resiko gangguan pendengaran dan tata laksananya 3. Peserta PPDS THT-KL dapat melakukan pemeriksaan pendengaran yang di lakukan dengan tepat. 4. Peserta PPDS THT-KL dapat melakukan diagnosis dan tatalaksana pada gangguan wicara 5. Menjelaskan kelaian Wicara dan kelainan yang terjadi pada saat Hiponasal dan Hipersanal terkait dengan Kelainan palatum dan kelaianan pada velofaringeal 6. Mengatahui jenis kelaian wicara 7. Peserta PPDS THT-KL dapat mengetahui jenis alat bantu dengar konvensional dan sistem tanam 8. Peserta PPDS THT-KL dapat mengetahui Habilitasi – Rehabilitasi yang tepat pada gangguan wicara Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan Klinis Gangguan pendengaran pada bayi dan anak Perkembangan bicara dan auditorik pada bayi dan anak 3C Faktor resiko gangguan pendengaran pada bayi dan anak Gangguan pendengaran pada anak sekolah Strategi, deteksi dan diagnosis gangguan pendengaran pada anak sekolah 3C Penalaksanaan dan edukasi gangguan pendengaran pada anak sekolah Gangguan pendengaran pada kelompok khusus Gangguan pendengaran pada Pekerja di lingkungan bising Ototoksik Presbikusis Indikasi pemasangan alat bantu dengar Dapat menjelaskan alternative alat bantu dengar lain Habilitasi / rehabilitasi pendengaran 3C D.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu : Keterampilan Tahap magang Semester V Menjelaskan anatomi dan fungsi pendengaran sejak 4 tahap embriologi sampai berkembang Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan 4 pemeriksaan yang akan dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan elektrofisiologi Menjelaskan hasil pemeriksaan dan membuat 4 laporan kelainan yang terjadi Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan diagnosis 4 yang ditemukan serta habilitasi yang akan dilakukan. D.3 E. Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. Tingkat Kewenangan Klinis TINDAKAN Melakukan anamnesis 4 dan pemeriksaan fisik TINGKAT KEWENANGAN KLINIS Pemeriksaan 4 pendengaran secara subyektif (VRA, BOA, Play audiometri) Pemeriksaan DPOAE skrining – Diagnostik Pemeriksaan BERA Skrining – Diagnostik Pemeriksaan ASSR Pemeriksaan Nasalance Pemeriksaan Audiometri Skrining F. Metode Dan Tahapan Pengajaran Metode pengajaran pada modul disfagia THT-KL meliputi a. Belajar mandiri b. Kuliah interaktif c. Kerja praktek G. EVALUASI PEMBELAJARAN Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran sebagai berikut Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul THT Komunitas H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. I. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku J. K. 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Dr. Ronny Suwento Sp THT-KL(K) 2. DR. dr. Semiramis Zizlavsky, Sp THT-KL(K) 3. dr. Tri Juda Airlangga SpTHT (K) 4. dr. Fikry Hamdan Yasin Sp THT Matriks Kegiatan Hari/Tgl SENIN Waktu 08.00-10.00 Materi Cara kerja di Divisi THT Komunitas Tutor Teknik 1. Dr. Ronny Suwento Sp Pengarahan THT-KL(K) 2. DR. dr. Semiramis Zizlavsky, Sp THT-KL(K) 3. dr. Tri Juda Airlangga SpTHT (K) 4. dr. Fikry Hamdan Yasin Sp THT Senin s/d Jum’at Deteksi dini Idem Pendengaran pada bayi dan anak Deteksi Pemeriksaan pendengaran pada pekerja, anak sekolah dan kelompok khusus lain ujian pre tes Idem Pemeriksaan pendengaran subyektif Pemeriksaan OAE a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion d. Ujian tulis: Essay 08.00-15.30 Idem Pemeriksaan BERA Pemeriksaan ASSR Habilitasi rehabilitasi wicara Pemeilihan alat Bantu dengar a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion 08.00-15.30 Review modul a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion 08.00-15.30 Minggu I Senin s/d Jum’at 08.00-15.30 Minggu II Senin s/d Jum’at Minggu III Senin s/d Jum’at Idem Minggu IV a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion d. Senin s/d Jum’at Minggu V 08.00-15.30 Review modul Idem Senin s/d Jum’at 08.00-15.30 Review modul Ujian Tulis Idem Minggu VI a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion d. a. Diskusi topik b. Kerja praktek c. CBD/case based discussion d. Presentasi Timjauan Pustaka e. Ujian Tulis Essay DAFTAR PUSTAKA 1. Health technology Assesment : Skrining Pendengaran pada bayi baru lahir. Depkes RI 2006 2. Suwento R, Zizlavsky S, Hendarmin H. Gangguan dengar pada bayi dan anak dalam Soepardi E. Iskandar N, Buku jar Ilmu Kesehatan THT kepala & leher. Edisi 6 FKUI 2007 3. Katz handbook of Clinical audiology, 5 th edition. Lippincot William & Wilkin, 2002 4. Northerm Jl. Downs MP. Hearing Inchildren 5th edition. Lippincot William & Wilkin 2002 5. Mc. Cormick B. Practical Aspec of Audiology Paediatric Audiology 0 – 5 Years 2nd Edition Whurr Publisher. London 6. Joint Committe on Infant Hearing Tear 2000 Position Statement: Principles and Guidlines for early Hearing Detection and Intervention Program AMeican Journal of Audiology. June 2000 Vol 9: 9 – 29 7. Joint Committe on Infant Hearing Tear 2000 Position Statement: Principles and Guidlines for early Hearing Detection and Intervention Program American Journal of Paediatic 2007 Vol 120 number120 : 898-921 . 8. Dilon H. Hearing Aids. Thieme, Boomerang Press Sydney. 2001 9. RooserRJ. Clark Jl. Screening For Auditory disorder. In Rohr MV editor. Auditory disorder in School children 4th edition Thieme New York: 2004 p 94-123 10. Direktorat kesehatan khusus direktorat kesehatan masyarakat Departemen Kesehatan Penyakit akibat hubungan kerja. Simposium THT penyakit akibat hubungan kerja dan cacat akibat kecelakaan kerja. Jakarta 2001 MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 4 Mata Kuliah : MPK MD22802541 Jumlah SKS : Modul Pelatihan Kegawatan THT 4 (2 SKS) Lama : 6 Bulan (Selama Periode Semester V) Ketua Modul : Koordinator kegawatdaruratan THT-KL A. Pendahuluan Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang kegawatdaruratan THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester V C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan THT. 3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT. D. Lingkup Bahasan I.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan THT, meliputi: 1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuhkembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2.Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding: a. Benda asing di THT b. Nyeri telinga akut c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis d. Trauma telinga dan tulang temporal e. Tuli mendadak f. Epistaksis g. Trauma wajah h. Trauma jaringan lunak wajah i. Trauma hidung j. Abses leher k. Sumbatan laring l. Trauma trakea m. Disfagia n. Esofagitis korosif 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif : a. Benda asing di THT b. Nyeri telinga akut c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis d. Trauma telinga dan tulang temporal e. Tuli mendadak f. Epistaksis g. h. i. j. k. l. m. n. Trauma wajah Trauma jaringan lunak wajah Trauma hidung Abses leher Sumbatan laring Trauma trakea Disfagia Esofagitis korosif Lingkup Bahasan pokok bahasan Kewenang an klinis 3c Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi Benda Asing di THT: Benda asing di Esofagus Benda asing di Laring Benda asing di Trakea Benda asing di Bronkus Benda asing di Sinus Piriformis Benda asing di Dasar Lidah Benda asing di Faring/ Tonsil Benda asing di Hidung Benda asing di Liang Telinga 3c Diagnosis dan Diagnosis Banding 3c Rencana tatalaksana tindakan dan medikamentosa pada kasus benda asing di THT 3c Manajemen pasien Benda Asing di THT 3c 3c indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkah-langkah pengambilan benda asing di THT 3c Nyeri Telinga Akut Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Otitis Eksterna Sirkumskrip (Furunkel) Otitis Eksterna Difus Otitis Eksterna Maligna Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut Diagnosis Tatalaksana Komprehensif 3c 3c 3c 3c Komplikasi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis: Meningitis Otogenik Trombosis Sinus Lateralis Abses Ekstradural Abses Subdural Abses Otak Otogenik Hidrosefalus Otikus Trauma Telinga dan Tulang Temporal; Trauma Daun Telinga Keluar Cairan/ Darah dari Liang Telinga Gangguan Pendengaran Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga Diagnosis 3c Gangguan Keseimbangan Paresis Fasial Fraktur Tulang Temporal 3c Rencana Tata Laksana 3c Tuli Mendadak Iskemia Koklea Infeksi Virus Pasca Trauma Kepala Trauma Bising Keras Perubahan Tekanan Atmosfir Obat Ototoksik Penyakit Meniere Neuroma Akustik Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak 3c Diagnosis dan komplikasi 3c Rencana tatalaksana 3c Anatomi, fisiologi dan patofisiologi Epistaksis Perdarahan Anterior Perdarahan Posterior 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Trauma Muka Fraktur Tulang Hidung Fraktur Maksila Fraktur Zigoma Fraktur Mandibula Fraktur Orbita Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Jaringan Lunak Muka Avulsi Total Avulsi Sebagian H. Laserasi 3c Diagnosis 3c Komplikasi 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Trauma Hidung Trauma Tertutup Trauma Terbuka Anatomi, histologi, patofisiologi Diagnosis 3c 3c Rencana Tatalaksana komprehensif Abses Leher Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring 3c Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Abses Submandibula Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Sumbatan Laring Radang Tumor Kelainan Kongenital Paresis Postikus Bilateral Trauma Benda Asing Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Trakea Trauma Tumpul Trauma Tajam Trauma Endogen 3c Diagnosis Rencana Tatalaksana komprehensif 3c 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Disfagia Kelainan Faring Kelainan Esofagus 3c Diagnosis dan diagnosis banding Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Esofagitis Korosif Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif I.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan Ekstraksi Benda Asing: Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi Benda asing di trakea: bronkoskopi Benda asing di bronkus : bronkoskopi Benda asing di esofagus: esofagoskopi Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak langsung Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset Nyeri telinga akut Tatalaksana Medikamentosa Pemasangan tampon telinga Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Tatalaksana Medikasmentosa Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa Epistaksis Pemasangan tampon anterior Pemasangan tampon posterior Trauma muka Trauma jaringan lunak muka Bedah minor Trauma hidung Reduksi tertutup Tahap magang Semester 5 3,4 2,3 2,3 3,4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 Aspirasi dan insisi hematoma septum Abses leher Aspirasi dan insisi abses peritonsil Aspirasi dan Insisi abses submandibular Aspirasi dan Insisi abses retrofiring Aspirasi dan Insisi abses parafaring Terapi medikamentosa Sumbatan jalan napas atas Tindakan laringoskopi tidak langsung Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Trauma trakea Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Pemasangan NGT Disfagia Pemasangan NGT Esofagitis korosif esofagoskopi Pemasangan NGT 2 1 0 0 0 2 3,4 1 1 2 2 1 1 2 2 2 4,5 2 2 II.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT. E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap : 1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang 2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga. I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah jaga. G. Pembobotan Bentuk Pengetahuan, Keterampilan Sikap dan perilaku Evaluasi Form penilaian Form penilaian Form penilaian Bobot 40% 20% 40% H. Sumber Daya Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL Lahan Praktek 4. Unit Gawat Darurat RSCM 5. Ruang rawat RSCM I. Matriks Kegiatan Hari/Tgl Waktu SeninJumat 15.0007.00 SabtuMinggu 08.0020.00 20.0008.00 Materi Kasus kegawatdaruratan THT Kasus kegawatdaruratan THT Tutor Teknik DPJP jaga harian Form penilaian DPJP jaga harian Form penilaian Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008 SEMESTER VI Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Neurotologi 3 Keterampilan Neurotologi 3 Otologi 3 Keterampilan Otologi 3 Laring Faring 3 Keterampilan Laring Faring 3 Rinologi 3 Keterampilan Rinologi 3 Keahlian Komprehensif 4 Pelatihan Kegawatan THT 5 117 118 Mata Kuliah : MKK-3 MD22802342 / MPK MD22802543 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul MODUL NEUROTOLOGI 3 DAN MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 3 : Ketua Divisi Neurotologi THT-KL A. Pendahuluan Modul Neurotologi merupakan materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Neurotologi THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Neurotologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THTKL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 7. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 8. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 9. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 10. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 11. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 12. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik 118 119 B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS C. Sasaran Pembelajaran 2. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi, patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis. 3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis. 4. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil pemeriksaan audiologi , keseimbangan dan fungsi saraf fasialis perifer yang bersifat advanced 5. Peserta PPDS THT-KL mampu mengelola dan menganalisis secara terintegrasi masalah gangguan pendengaran, keseimbangan perifer, dan saraf fasialis perifer. 6. Peserta PPDS THT-KL mampu memeriksa dan menginterpretasi seluruh hasil pemeriksaan pendengaran, keseimbangan perifer dan saraf fasialis perifer serta menganalisanya sehingga dapat mengelola pasien secara komprehensif. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta PPDS THT-KL mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Neurotolog THT, meliputi: 1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi, patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis. 2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan pendengaran yang disebabkan oleh : - Atresia liang telinga, mikrotia - Gangguan fungsi tuba, patolus tuba - Infeksi (OMSK, labirintitis) - Timpanosklerosis, Otosklerosis - Proses sentral (CAPD) - Vaskuler (sudden deafness, stroke) - Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL) - Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis) - Imunologi (ALHL) - Kongenital D. 119 120 - Tinitus Tumor (neuroma akustik) Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid) 3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh : - Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler) - Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik) - Trauma (trauma kepala) - Degenerasi (Presbiastasis) - Imunologi (Menier’e deseases) - Kongenital, BPV pada anak - Tumor - Ototoksik - BPPV - Superior canal dehiscent 4. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan saraf fasialis perifer yang disebabkan oleh : - Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete) - Trauma (trauma kepala, karena operasi) - Kongenital - Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis) - Degeneratif 5. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan pendengaran yang advanced seperti tes psikoakustik untuk tinnitus, dilemma masking, tes FIT (Fusion at Inferred Threshold), BERA, ASSR. 6. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan keseimbangan yang advanced seperti ENG, posturografi. 7. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan fungsi saraf fasialis seperti tes elektrofisiologis saraf fasialis Lingkup Bahasan Gangguan Pendengaran, keseimbangan dan Saraf Fasialis Pokok Bahasan Embriologi, anatomi fisiologi dan patofisiologi pendengaran, Tahap Kewenangan Klinis 3C 120 121 Gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf fasialis keseimbangan dan saraf Fasialis interpretasi hasil pemeriksaan advanced Pemeriksaan audiologi, fungsi keseimbangan dan fungsi saraf fasialis advanced managemen pasien Melakukan tahap persiapan pemeriksaan ADVANCE dan menginterpretasikan hasil serta mendiagnosis gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf Fasialis Anatomi, fisiologi,patofisiologi, diagnosis dan tatalaksana . indikasi, dan persiapan, langkah-langkah pemeriksaan advanced anatomi, fisiologi, patofisiologi gangguan pendengaran, keseimbangan dan saraf fasialis Diagnosis,tatalaksana, dan analisis komprehensif indikasi, dan langkahlangkah, persiapan.pemeriksaan advanced 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 3C 121 122 D.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan Peserta PPDS THT-KL mampu: TINGKAT KEMAMPUAN KETRAMPILAN TAHAP MAGANG (SEMESTER VI) Tindakan 1. Tes berbisik 2. Tes Garputala 3. - PemeriksaanAudiometri nada murni & masking -Tes SAL(Sensineural Aquity Level) untuk mengatasi dilema masking - Tes FIT ( Fusion at Inferred Threshold) 4. Pemeriksaan audiometri tutur & masking 5. Pemeriksaan Psikoakustik untuk Tinitus dan LDL (Loudness Discomfot Level) Tingkat Kewenangan Klinis 4 4 4 4 4 4 4 6. Pemeriksaan penentuan lokasi lesi (site of lesion) : ABLB, SISI, Tone decay 7. Audiologi pediatric - Behavioural Observsation Audiometry (BOA) - Visual Reinvorcement Audiometry (VRA) - Tes play audiometri - Tes fungsi persepsi 8. Pemeriksaan Timpanometri 9. Pemeriksaan Tes Fungsi Tuba 10. Tes keseimbangan sederhana 11. Head Impulse Test, Head Shaking Test dan Dynamic Visual Acuity Test 12. Pemeriksaan Tes posisi (Dix Hallpike, side lying, roll test) 13. PemeriksaanTes Kalori (dengan air atau udara) 14.Pemeriksaan Posturografi 15. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem Freyss atau House-Brackmann) 16. Pemeriksaan Topografi Nervus Fasialis 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 122 123 17. Pemeriksaan Elektrofisiologis fungsi saraf Fasialis (NET) 18.Pemeriksaan BERA 19.Pemeriksaan ASSR 20.Pemeriksaan OAE 21.Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi vestibuler (VRT) 22. Habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran D.3 E. 4 4 4 4 4 2 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan) Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: - Atresia liang telinga, mikrotia - Gangguan fungsi tuba, patolus tuba - Infeksi (OMSK, labirintitis) - Otosklerosis - Proses sentral (CAPD) - Vaskuler (sudden deafness, stroke) - Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL) - Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis) - Imunologi (ALHL) - Kongenital - Tinitus - Tumor (neuroma akustik) - Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid) 1. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan keseimbangan perifer, seperti : - Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler) - Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik) - Trauma (trauma kepala) - Degenerasi (Presbiastasis) - Imunologi (Menier’e deseases) - Kongenital, BPV pada anak 123 124 2. F. Tumor Ototoksik BPPV Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan saraf fasialis perifer, seperti : - Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete) - Trauma (trauma kepala, karena operasi) - Kongenital - Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis) - Degeneratif Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai gangguan pendengaran, keseimbangan postural dan gangguan saraf wajah (n. fasialis). a. belajar mandiri b. diskusi topik 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion G. H. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%. 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta PPDS THT-KL. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Neurotologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. 124 125 Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. I. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku J. K. 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Prof.Dr.dr. Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K) 2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K) 3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K) Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Ruang rawat Gedung A RSCM Matriks Kegiatan modul Neurotologi III Hari/Tgl Senin s/d Jum’at (Minggu I) Waktu 08.0015.30 Materi Peraturan pelayanan pasien di Div Neurotologi Tutor Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Teknik Pengarahan Diskusi topic Kerja praktek 125 126 Senin s/d Jum’at (Minggu II) 08.0015.30 Diagnosis dan tatalaksana secara komprehensif Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana secara komprehensif Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana secara komprehensif Gangguan saraf fasialis pelatihan pemeriksaan dan interpretasi secara komperhensif tes pendengaran, keseimbangan, saraf fasialis baik yang dasar, khusus dan advanced Evaluasi kemampuan program studi Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT CBD/case based discussion Ujian tulis: Essay Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT Diskusi topic Kerja praktek CBD/case based discussion 126 127 Senin s/d Jum’at (Minggu III) 08.0015.30 Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes audiologi advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes keseimbangan advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes fasialis advanced Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes audiologi advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes keseimbangan advanced Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT Diskusi/Praktikum 127 128 Senin s/d Jum’at (Minggu IV) 08.0015.30 Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes fasialis advanced Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan keseimbangan Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan saraf fasialis Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes audiologi advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes keseimbangan advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes fasialis advanced Evaluasi kemampuan pelayanan pasien di Div Neurotologi Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT Diskusi/Praktikum Ujian Tulis Essay 128 129 Senin s/d Jum’at (Minggu V) 08.0015.30 Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan pendengaran Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan keseimbangan Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT Diskusi/Praktikum Prof.Dr.dr. Jenny E B, Sp THT Dr. Widayat Alviandi, Sp THT Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT Diskusi/Praktikum Diagnosis dan tatalaksana secara komperhensif Gangguan saraf fasialis Senin s/d Jum’at (Minggu VI) 08.0015.30 Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes audiologi advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes keseimbangan advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes fasialis advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes audiologi advanced Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes keseimbangan advanced 129 130 Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi tes fasialis advanced Evaluasi kemampuan pelayanan pasien di Div Neurotologi Ujian Tulis Essay Daftar Pustaka: 1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology 2. Katz J, Clinical Audiology 3. Gelfand SA, Essentials of Audiology 4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation 5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve 130 131 Mata Kuliah : MKK-3 MD22802344 / MPK MD22802545 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul MODUL OTOLOGI 3 DAN MODUL KETERAMPILAN OTOLOGI 3 : Ketua Divisi Otologi THT-KL A. Pendahuluan Modul otologi-2 adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan pembelajaran penatalaksanaan penyakit-penyakit tersering yang dijumpai di bidang otologi ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok bedah kepala leher (THT-KL). Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit-penyakit tumor dibidang Otologi THT, diagnosis dan penatalaksanaannya. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsipprinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. 131 132 B. Karakteristik Peserta Peserta PPDS THT-KL Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester VI yang sudah melalui modul Otologi 2 dan Modul Keterampilan Otologi 2 semester IV. C. Sasaran Pembelajaran 1. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien kelainan kongenital telinga sesuai kompetensinya. 2. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien trauma telinga sesuai kompetensinya. 3. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien benda asing telinga (luar, tengah dan dalam) sesuai kompetensinya. 4. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga luar sesuai kompetensinya. 5. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga tengah sesuai kompetensinya. 6. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga dalam sesuai kompetensinya. 7. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit tumor jinak dan ganas telinga sesuai kompetensinya. 132 133 D. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada tatalaksana pasien sesuai kompetensinya : 1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu: i. Kelainan kongenital telinga herediter. ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter. 2. Jenis trauma telinga, yaitu: i. Trauma mekanik pada telinga. ii. Trauma kimia pada telinga. iii. Trauma akustik pada telinga. 3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam). 4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu: i. Otitis eksterna sirkumskripta. ii. Otitis eksterna difusa. 5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu: i. Otitis media supuratif. ii. Otitis media non-supuratif. 6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu: i. Labirinitis. ii. Penyakit Meniere. iii. Neuronitis vestibularis. iv. Presbiakusis. v. Ototoksisitas. vi. Sudden deafness. vii. Tuli akibat bising. Lingkup Bahasan Topik Bahasan Kelainan kongenital telinga herediter & nonherediter. Trauma mekanik, kimia, & akustik. · Atresia dan stenosis liang telinga. · Celah brakial 1. · Laserasi & avulsi kulit liang telinga. Tahap Kewenangan Klinis 3C 3C · Perforasi membran timpani. 133 134 Benda asing telinga luar, tengah & dalam Otitis eksterna Otitis media Labirintitis Tumor jinak dan ganas: O. liang telinga. P. Telinga tengah. Q. CPA. · Dislokasi osikel. · Fraktur tulang temporal. · Benda asing organik & anorganik telinga luar, tengah & dalam. · Otitis eksterna sirkumskripta. · Otitis eksterna difusa. · Otitis eksterna maligna. · Otitis media supuratif: otitis media akut (rekuren) & otitis media supuratif kronik. · Otitis media nonsupuratif: otitis media efusi, glue ear. · Labirintitis purulenta. · Labirintitis serosa. · Seruminoma. 3C 3C 3C 3C 3C · Adenokarsinoma liang telinga. · Osteoma. · Exostosis. · Osteosarkoma. · Adenokarsinoma telinga tengah. · Neuroma akustik. 134 135 D.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu : Jenis keterampilan POLIKLINIK Menggunakan peralatan diagnostik, alat bedah mikro, dan bahan kimia / obat-obatan untuk telinga. Membaca dan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang (fungsi pendengaran, nervus fasialis, keseimbangan, radiologi). KAMAR OPERASI Mampu melakukan persiapan operasi telinga (alat, pasien, dokumen pendukung). Mampu mengenali dan menyebutkan struktur anatomi telinga dan tulang temporal. Mampu mempraktekkan teknik bedah dasar pada operasi telinga. Mampu melakukan tindakan operasi pada jaringan lunak pada operasi telinga tengah (INSISI KULIT RETROAURIKULA, MEMBUANG TEPI PERFORASI MEMBRAN TIMPANI, INSISI KULIT LIANG TELINGA, INSISI MUSKULOPERIOSTEUM RETROAURIKULA, PENGAMBILAN GRAFT FASIA OTOT. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: MASTOIDEKTOMI SEDERHANA. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: ATIKOTOMI POSTERIOR. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: TIMPANOTOMI POSTERIOR. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: AMPUTASI TIP MASTOID. Mampu melakukan tindakan operasi pada tulang temporal: MERUNTUHKAN DINDING POSTERIOR LIANG TELINGA D.3 Tingkat kewenangan klinis 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta 135 136 pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul otologi-1 ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari di bidang otologi. a. Belajar mandiri. b. Diskusi topik. 2. Kerja praktek bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis / keterampilan di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL dengan cara: a. Kerja poliklinik. b. Kerja ruang rawat inap. c. Kerja instalasi gawat darurat. 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan metode: c. Tinjauan pustaka/journal reading. d. CBD/case based discussion. F. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%. 1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul alergi imunologi. G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 136 137 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. H. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% I. Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Dr. Alfian Farid Hafil, Sp THT-KL(K). 2. DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K). 3. Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K). Lahan Praktek 1. Poliklinik / instalasi rawat jalan divisi otologi departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto Mangunkusumo. 2. Instlasasi rawat inap departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto Mangunkusumo. J. Matriks Kegiatan Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik 137 138 SENIN 08.0010.00 Cara kerja di Divisi Otologi Senin s/d Jumat (Minggu I) 08.0015.30 · Bekerja di Poli Divisi Dr. Alfian Farid Hafil, SpTHT-KL (K). DR. Dr. Ratna D. Restuti, SpTHT-KL (K). Pengarahan Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL (K). idem Diskusi/Praktikum idem Diskusi/Praktikum idem Diskusi/Praktikum · Latihan menggunakan alat diagnostik · Memahami penyakit di bidang Otologi · Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Senin s/d Jumat (Minggu II) 08.0015.30 · Bekerja di poli Divisi · Memahami penyakit di bidang Otologi · Bekerja di kamar operasi IGD/IBP · Follow up pasien di bangsal Senin s/d Jumat (Minggu III) 08.0015.30 · Bekerja di poli Divisi · Memahami penyakit di bidang Otologi · Bekerja di kamar operasi IGD/IBP 138 139 · Follow up pasien di bangsal Senin s/d Jumat (Minggu IV) 08.0015.30 · Bekerja di Poli Divisi idem Diskusi/Praktikum idem Diskusi/Praktikum · Memahami penyakit dibidang Otologi · Bekerja di lamar operasi IGD/IBP · Follow up pasien di bangsal Senin s/d Jum’at (Minggu V) 08.0015.30 · Bekerja di Poli Sub Dept · Memahami penyakit dibidang Otologi · Bekerja di kamar operasi IGD/IBP · Follow up pasien di bangsal Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009. 2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5 th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014. 3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, LeaFebiger, 1985. 4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders Co.1989. 139 140 MODUL LARING FARING 3 DAN MODUL KETERAMPILAN LARING FARING 3 Mata Kuliah : MKK-1 MD22802346 / MPK MD22802547 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 4 Minggu Ketua Modul : Ketua Divisi Laring Faring THT-KL A. Pendahuluan Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Laring Faring THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan berkaitan dengan bidang Laring Faring THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. 140 141 B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem vaskularisasi, persarafan. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome. D. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuhkembang larin dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem pembentukan suara, sistem vaskularisasi, persarafan. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome. 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome. Lingkup Bahasan Trauma laring Pokok Bahasan anatomi, fisiologi laring interpretasi CT-scan Handling RFL Tahap Kewenangan Klinis 3C 3C 3C 141 142 Abses leher dalam managemen pasien trauma laring basic surgical landmark, indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan operasi, alat-alat yang akan dipakai patofisiologi, dan tatalaksana trauma larig 3C indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkah-langkah tindakan rekonstruksi laring anatomi, patofisiologi abses leher dalam 3C 3C tatalaksana komprehensif Obructive sleep apnea syndrome (OSAS) Tumor ganas laring Stenosis laring 3C 3C 3C 3C 3C indikasi, kontraindikasi, komplikasi, langkahlangkah, persiapan. 3C anatomi, fisiologi, patofisiologi sumbatan 3C pemeriksaan RFL, muller maneuver,ESS, dan mengintrepetasikan polisomnografi 3C tatalaksana komprehensif (OSA surgery, edukasi, anatomi, fisiologi, patofisiologi laring 3C indikasi, kontraindikasi dan komplikasi laringektomi dan diseksi leher 3C Persiapan dan melakukan trakeostomi 3C patofisiologi stenosis laring diagnosis dan komplikasi Persipan pre operasi 3C 3C 3C 3C 142 143 Disfonia Kelainan kongenital (Laryngomalasia, laryngeal web, laryngeal cleft, hygroma colli, hemangioma,parese) Infeksi faring laring (tonsilitis faringitis, laringitis) Lesi jinak laring (hemangioma, Papiloma laring,granuloma,nodul, polyp, alat-alat yang dipersiapkan Fisiologi, etiologi dan patofisiologi 3C diagnosis dan diagnosis banding tatalaksana komprehensif Tumbuh kembang 3C diagnosis tatalaksana komprehensif 3C 3C anatomi, histologi, patofisiologi 3C diagnosis komplikasi tatalaksana komprehensif patofisiologi 3C 3C 3C 3C diagnosis tatalaksana komprehensif 3C 3C 3C 3C D.2 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. D. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome a. belajar mandiri b. diskusi topic 143 144 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion E. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak lebih dari 75%. 1. Evaluasi Formatif : Dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan, bertujuan untuk memonitor perkembangan PPDS dalam masa rotasi. 2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Plastik rekonstruksi THT-KL I. F. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. G. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% 144 145 Minicex Sikap dan perilaku 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% H. Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp THT-KL(K) (HBH) 2. Dr. Syahrial MH, Sp THT-KL(K) (SMH) 3. Dr. Arie Cahyono, Sp THT-KL(K) (ARI) 4. Dr. Fauziah Fardizza, Sp THT-KL(K) (FFZ) Lokasi Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Ruang rawat Gedung A RSCM 3. Instalasi Bedah Pusat RSCM J. Matriks Kegiatan Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah : Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik SENIN 08.0010.00 Cara kerja di Divisi Prof. Dr. HBH Pengarahan Laring Faring Dr.SMH Dr.ARI Dr.FFZ Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH Senin s/d Jum’at (Minggu I) 08.0015.30 Diskusi topik Dysphonia Dr.SMH Kerja praktek Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Dr.ARI CBD/case based discussion Abses leher dalam Dr.FFZ Ujian tulis: Essay 145 146 Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Pelatihan menggunakan flexible optic laryngoscop Senin s/d Jum’at (Minggu II) 08.0015.30 Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH Dysphonia Dr.SMH Sumbatan Dr.ARI Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Dr.FFZ Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Pelatihan membaca CTscan/ PSG Senin s/d Jum’at (Minggu III) 08.0015.30 Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH Diskusi/Praktikum Dysphonia Dr.SMH Sumbatan Dr.ARI Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) 146 147 Abses leher dalam Dr.FFZ Kelainan kongenital laring Trauma laring Pelatihan ekstraksi benda asing Senin s/d Jum’at (Minggu IV) 08.0015.30 Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH Dysphonia Dr.SMH Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Dr.ARI Abses leher dalam Dr.FFZ Ujian Tulis Essay Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Daftar Pustaka: 1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders, Saunders Company, 152-153., 2001 2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006 3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299387., 1194 4. Koufman JA, Belafsky PC. Infectious and Inflammatory Diseases of the Larynx. In:Snow Jr JB, Ballenger JJ, editors. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. 16th ed. Philadelpia: Lea&Febiger;2003.p.1194-214. 5. Postma GN, Amin MR, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery – 147 148 otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p.599605. 6. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck, Philadelphia, Lea & Febiger, 1993, chapter 26, pp.424-34 7. Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter 39, pp.492-500 8. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis Otolaryngology.Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter ,pp. 240-59 of 9. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL. Otolaryngology. Philadelphia. WB Saunders Co., 1991, chapter 13, pp. 333-42 10. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New York. McGraw Hill, 8 th Ed, Chapter 31, pp. 724-92 148 149 MODUL RINOLOGI 3 DAN MODUL KETERAMPILAN RINOLOGI 3 Pendahuluan A. Mata Kuliah : MKK-3 MD22802348 / MPK MD22802549 Jumlah SKS : Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS Lama : 1. 4 Minggu Ketua Modul : Ketua Divisi Rinologi THT-KL 2. 3. 4. 5. 6. Modul Rinologi adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Rinologi THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Rinologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THTKL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. 149 150 B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester VI yang sudah melalui divisi lainnya di departemen THT-KL. C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal. 2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal. 3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan. 4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar 5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan 6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan. 7. Residen THT mampu menjelaskan dan melakukanbasic surgical landmark dan tahapan-tahapan operasi D. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakitpenyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal. 2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal. 3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan. 4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar 5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan 6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan. 7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapantahapan operasi 150 151 Lingkup Bahasan Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal Kelainan anatomi Gangguan penghidu Epistaksis Pokok bahasan Rinosinusitis akut 3C Rinosinusitis kronik 3C Polip nasal Snusitis dentogen 3C 3C Infeksi jaringan lunak (vestibulitis, selulitis) 3C Penyakit autoimun (bersama divisi alergi imunologi) 3C Sinusitis Jamur 3C Abses Septum kelainan septum 3C 3C atresia koana anosmia trauma anosmia pasca infeksi epistaksis anterior 3C 3C 3C epistaksis posterior 3C angiofibroma papiloma inverted 3C 3C 3C 3C 3C Benda Asing, Lesi jinak hidungdan sinus paranasal (angiofibroma, Papiloma inverted, bekerjasama dengan divisi onkologi THT) Tahap Kewenangan Klinis 3C 3C 151 152 D.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Jenis Tindakan/ keterampilan Magang Smt IV Penegakan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, rinoskopi anterior dan posterior 5 Evaluasi menggunakan nasal endoskop 0 derajat 5 Pembacaan CT-Scan 5 evaluasi menggunakan nasal endoskop 30,45, 70, 110 derajat 3,4 pemeriksaan fungsi penghidu 4 tatalaksana medikamentosa 4 tatalaksana pembedahan : BSEF I (Maksila) 3,4 tatalaksana pembedahan BSEF II (Maksila dan Etmoid) 2 tatalaksana pembedahan BSEF III DCR 2 tatalaksana pembedahan BSEF III (Maksila, etmoid dan frontal atau sfenoid) 2 tatalaksana BSEF IV (Jabir Osteoperiosteal) 2 tatalaksana BSEF IV (kebocoran CSS) 2 tatalaksana BSEF IV (operasi skull base) 2 tatalaksana BSEF IV (ekstirpasi tumor dengan endoskop) 2 tatalaksana pembedahan : Septoplasti 3 tatalaksana pembedahan: Reduksi Konka Inferior 3 melakukan perawatan luka pasca operasi BSEF 3 tindakan polipektomi sederhana di poliklinik 3 152 153 E. tindakan sinuskopi diagnostik 4 tindakan sinuskopi tindakan 3 ekstraksi benda asing 4 pemasangan tampon anterior 5 pemasangan tampon posterior 4 ligasi arteri sfenopalatina 2 ekstraksi benda asing 4 D.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. D.4 Bahasan Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: 1. Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal 2. Kelainan anatomi 3. Gangguan penghidu 4. Epistaksis 5. Benda asing 6. Lesi jinak hidung dan sinus paranasal Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Rinologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai Rinosinusitis, Polip, Kelainan septum, Epistaksis, Gangguan Penghidu dan Benda asing a. belajar mandiri b. diskusi topik 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion 153 154 F. G. H. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul alergi imunologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan Essay 70% Minicex Sikap dan perilaku 30% Bentuk Evaluasi Bobot Keterampilan DOPS 100% 154 155 I. Sumber Daya Pelaksana modul 1. 2. 3. 4. : Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K) Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K) DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K) Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Instalasi Bedah Pusat RSCM 3. Ruang rawat Gedung A RSCM K. Matriks Kegiatan Matrik kegiatan dalam Modul Alergi Imunologi THT-KL adalah : Hari/Tgl SENIN Senin s/d Jum’at (Minggu I) Senin s/d Jum’at (Minggu II) Waktu 08.0010.00 08.0015.30 08.0015.30 Materi Cara kerja di Divisi Rinologi Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal Pre assesment modul magang semester IV Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal Tutor Dr.Umar SD Dr.Endang MK DR.Dr.Retno SW Dr.Febriani idem idem Teknik Pengarahan Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion idem 155 156 Senin s/d Jum’at (Minggu III) 08.0015.30 Senin s/d Jum’at (Minggu IV) 08.0015.30 kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal pelatihan septoplasti kadaver pelatihan BSEF kadaver Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal pelatihan septoplasti atau BSEF I di IBP pasien Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal idem Diskusi/Praktikum idem 156 157 Senin s/d Jum’at (Minggu V) Senin s/d Jum’at (Minggu VI) 08.0015.30 08.0015.30 pelatihan septoplasti atau BSEF I di IBP pasien Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal Infeksi dan inflamasi hidung dan sinus paranasal kelainan anatomi epistaksis idem Ujian DOPS keterampilan IBP idem Ujian Minicex, CBD gangguan penghidu benda asing lesi Jinak hidung dan sinus paranasal Daftar Pustaka 1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6 th ed. WB Saunders Co.1989. 2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009. 3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia. Lippincott Williams & wilkins. 4th Ed. 2006. 4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea – Febiger, 1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997. 157 158 5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill, 8th Ed.2003. 6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001. 7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger technique, Philadelphia, BC Decker Inc 1991. 8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional Reconstruction and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008. 9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012. 158 159 MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 4 Mata Kuliah : MPA MD22802450 Jumlah SKS : Modul Keahlian Komprehensif THT 2 (2 SKS) Lama : 6 Bulan (Selama Periode Semester II) Ketua Modul : Koordinator Penelitian THT-KL A. Pendahuluan Modul Keahlian Kompehensif THT 4 adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasuskasus THT sesuai dengan evidence based medicine. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. 159 160 B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester VI C. Sasaran Pembelajaran C.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu: 1. Melakukan penulisan karya ilmiah. 2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar. 3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan sebagai landasan pembuatan karya ilmiah. 4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar. C.2 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi etika penulisan karya ilmiah. E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 2 meliputi : a. Menyusun makalah b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal. c. Diskusi dengan pembimbing d. Presentasi Ilmiah F. Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75. 2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan pembimbing dan presentasi ilmiah. NBL adalah 85. 160 161 G. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Form penilaian -Makalah dan Media 50% pembimbing Karya Ilmiah presentasi 30 % penguji -Presentasi dan 20% pembimbing diskusi H. I. Sumber Daya Pelaksana modul : 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K) 2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K) Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 2 Hari SeninJumat Waktu 2 bulan Materi Staf Pengajar Penyusunan karya ilmiah dan Pembimbing diskusi dengan pembimbing Selasa/ rabu/ jumat SeninJumat Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 3 yang telah ditentukan 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan diskusi dengan pembimbing Selasa/ Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 4 rabu/ yang telah jumat ditentukan Pembimbing Moderator Penguji Pembimbing Pembimbing Moderator Penguji Teknik Belajar mandiri diskusi Presentasi Belajar mandiri diskusi Presentasi Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6 th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21 2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007 3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994, 4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, PhilosophyApproaches- Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004 5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science Publishers, 1989. 161 162 6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014 7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins, 162 163 MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 5 Mata Kuliah : MPK MD22802551 Jumlah SKS : Modul Pelatihan Kegawatan THT 5 (3 SKS) Lama : 6 Bulan (Selama Periode Semester VI) Ketua Modul : Koordinator Kegawatdaruratan THT-KL A. Pendahuluan Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang kegawatdaruratan THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik 163 164 B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester VI C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan THT. 3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT. D. Lingkup Bahasan I.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan THT, meliputi: 1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2.Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. Benda asing di THT Nyeri telinga akut Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak Epistaksis Trauma wajah Trauma jaringan lunak wajah Trauma hidung Abses leher Sumbatan laring Trauma trakea Disfagia Esofagitis korosif 164 165 3.Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif : a. Benda asing di THT b. Nyeri telinga akut c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis d. Trauma telinga dan tulang temporal e. Tuli mendadak f. Epistaksis g. Trauma wajah h. Trauma jaringan lunak wajah i. Trauma hidung j. Abses leher k. Sumbatan laring l. Trauma trakea m. Disfagia n. Esofagitis korosif Lingkup Bahasan pokok bahasan Kewenangan klinis 3c Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi Benda Asing di THT: Benda asing di Esofagus Benda asing di Laring Benda asing di Trakea Benda asing di Bronkus Benda asing di Sinus Piriformis Benda asing di Dasar Lidah Benda asing di Faring/ Tonsil Benda asing di Hidung Benda asing di Liang Telinga 3c Diagnosis dan Diagnosis Banding 3c Rencana tatalaksana tindakan dan medikamentosa pada kasus benda asing di THT 165 166 3c Manajemen pasien Benda Asing di THT 3c 3c indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkah-langkah pengambilan benda asing di THT 3c Nyeri Telinga Akut Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Otitis Eksterna Sirkumskrip (Furunkel) Otitis Eksterna Difus Otitis Eksterna Maligna Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut Diagnosis 3c 3c 3c Tatalaksana Komprehensif 3c Komplikasi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis: Meningitis Otogenik Trombosis Sinus Lateralis Abses Ekstradural Abses Subdural Abses Otak Otogenik Hidrosefalus Otikus Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 166 167 3c Trauma Telinga dan Tulang Temporal; Trauma Daun Telinga Keluar Cairan/ Darah dari Liang Telinga Gangguan Pendengaran Gangguan Keseimbangan Paresis Fasial Fraktur Tulang Temporal Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga Diagnosis 3c 3c Rencana Tata Laksana 3c Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak Tuli Mendadak Iskemia Koklea Infeksi Virus Pasca Trauma Kepala Trauma Bising Keras Perubahan Tekanan Atmosfir Obat Ototoksik Penyakit Meniere Neuroma Akustik 3c Diagnosis dan komplikasi 3c Rencana tatalaksana 3c Anatomi, fisiologi dan patofisiologi Epistaksis Perdarahan Anterior Perdarahan Posterior 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 167 168 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Muka Fraktur Tulang Hidung Fraktur Maksila Fraktur Zigoma Fraktur Mandibula Fraktur Orbita 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Trauma Jaringan Lunak Muka Avulsi Total Avulsi Sebagian H. Laserasi Diagnosis 3c Komplikasi 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Trauma Hidung Trauma Tertutup Trauma Terbuka Anatomi, histologi, patofisiologi Diagnosis 3c 168 169 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Abses Leher Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Sumbatan Laring Radang Tumor Kelainan Kongenital Paresis Postikus Bilateral Trauma Benda Asing 3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Trakea Trauma Tumpul Trauma Tajam Trauma Endogen 3c Diagnosis Rencana Tatalaksana komprehensif 3c 3c Anatomi, histologi, patofisiologi Disfagia Kelainan Faring Kelainan Esofagus 3c Diagnosis dan diagnosis banding 169 170 Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis Esofagitis Korosif 3c Rencana Tatalaksana komprehensif I.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan Tahap Pembekalan Semester VI Ekstraksi Benda Asing: Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi Benda asing di trakea: bronkoskopi Benda asing di bronkus : bronkoskopi Benda asing di esofagus: esofagoskopi Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak langsung Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset Nyeri telinga akut Tatalaksana Medikamentosa Pemasangan tampon telinga Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Tatalaksana Medikasmentosa Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak 3,4 2,3 2,3 3,4 3,4 3,4 4 4 4 4 4 3,4 3,4 170 171 Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa Epistaksis Pemasangan tampon anterior Pemasangan tampon posterior Trauma muka Trauma jaringan lunak muka Bedah minor Trauma hidung Reduksi tertutup Aspirasi dan insisi hematoma septum Abses leher Aspirasi dan insisi abses peritonsil Aspirasi dan Insisi abses submandibular Aspirasi dan Insisi abses retrofiring Aspirasi dan Insisi abses parafaring Terapi medikamentosa Sumbatan jalan napas atas Tindakan laringoskopi tidak langsung Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Trauma trakea Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Pemasangan NGT Disfagia Pemasangan NGT Esofagitis korosif esofagoskopi Pemasangan NGT 3,4 4 4 1 2,3 2 3,4 2,3 2,3 2,3 2,3 3,4 2,3 1 2,3 2,3 2,3 1 2,3 2,3 1 4,5 2 2 II.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT. 171 172 E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap : 1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang 2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga. I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah jaga. G. Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Pengetahuan, Form penilaian 40% Keterampilan Form penilaian 20% Sikap dan perilaku Form penilaian 40% H. Sumber Daya Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL Lahan Praktek 1. Unit Gawat Darurat RSCM 2. Ruang rawat RSCM I. Matriks Kegiatan Hari/Tgl Waktu SeninJumat 15.0007.00 SabtuMinggu 08.0020.00 20.0008.00 Materi Kasus kegawatdaruratan THT Kasus kegawatdaruratan THT Tutor Teknik DPJP jaga harian Form penilaian DPJP jaga harian Form penilaian 172 173 Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008 173