BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Timbangan Timbangan adalah alat yang dipakai melakukan pengukuran massa suatu benda. Timbangan atau neraca dikategorikan kedalam sistem mekanik dan juga elektronik.Timbangan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori berdasarkan klasifikasinya.(Wikipedia.2015) Timbangan dilihat dari cara kerjanya dapat dibedakan atas : 1. Timbangan Manual, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara mekanis dengan sistem pegas. Biasanya jenis timbangan ini menggunakan indikator berupa jarum sebagai penunjuk ukuran massa yang telah terskala. 2. Timbangan Digital, yaitu jenis timbangan yang bekerja secara elektronis dengan tenaga listrik. Umumnya timbangan ini menggunakan arus lemah dan indikatornya berupa angka digital pada layar bacaan. 3. Timbangan Hybrit, yaitu timbangan yang cara kerjanya merupakan perpaduan antara timbangan manual dan digital. Timbangan Hybrid ini biasa digunakan untuk lokasi penimbangan yang tidak ada aliran listrik. Timbangan Hybrid menggunakan display digital tetapi bagian paltform menggunakan plat mekanik Berdasarkan penggunaannya, timbangan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Timbangan Badan, yaitu timbangan yang digunakan untuk mengukur berat badan. Contoh timbangan ini adalah : timbangan bayi, timbangan badan anak dan dewasa, timbangan badan digital. 2. Timbangan Gantung, yaitu timbangan yang diletakkan menggantung dan bekerja dengan prinsip tuas. 3. Timbangan Lantai, yaitu timbangan yang diletakkan di permukaan lantai. Biasanya digunakan untuk mengukur benda yang bervolume besar. 4. Timbangan Duduk, yaitu timbangan dimana benda yang ditimbang dalam keadaan duduk atau sering kita ketahui Platform Scale. 5. Timbangan Meja, yaitu imbangan yang biasanya digunakan di meja dan rata-rata timbangan meja ini adalah Timbangan Digital. 6. Timbangan Counting, yaitu timbangan hitung yang biasa digunakan untuk menimbang barang yang berjumlah, jadi barang bisa timbangan persatuan sebagai contoh timbangan counting ini sering digunakan untuk menimbang baut, mur, Spare part mobil dan sebagainya. 7. Timbangan Platform, yaitu timbangan yang memiliki tingkat kepricisian lebih tinggi dari timbangan lntai, timbangan Platform merupakan solusi dalam penimbangan di berbagai industri baik industri retail maupun manufacturing. 8. Timbangan Hewan/Ternak, yaitu jenis timbangan yang digunakan untuk menimbang hewan baik sapi, kerbau maupun kambing serta sejenisnya. 9. Timbangan Emas, yaitu jenis timbangan yang memiliki akurasi tinggi untuk mengukur massa emas (logam mulia). 2.2 Sensor Load Cell Load cell adalah sebuah transducer gaya yang bekerja berdasarkan prinsip deformasi sebuah material akibat adanya tegangan mekanis yang bekerja. Untuk menentukan tegangan mekanis didasarkan pada hasil penemuan Robert Hooke, bahwa hubungan antara tegangan mekanis dan deformasi yang diakibatkan disebut regangan. Regangan ini terjadi pada lapisan kulit dari material sehingga memungkinkan untuk diukur menggunakan sensor regangan atau strain gage. Strain gage adalah transducer pasif yang mengubah suatu pergeseran mekanis menjadi perubahan tahanan. Strain gage logam dibuat dari kawat tahanan berdiameter kecil atau lembaran-lembaran kawat tipis yang di-etsa. Tahanan dari foil kawat atau logam ini berubah terhadap panjang jika bahan pada ‘gage’ mengalami tarikan atau tekanan. Perubahan tahanan ini sebanding dengan regangan yang diberikan dan diukur dengan sebuah jembatan wheat-stone yang dipakai secara khusus. Sensifitas sebuah strain gage dijelaskan dengan suatu karakteristik yang disebut gage factor yang didefinisikan sebagai perubahan suatuan tahanan dibagi perubahan satuan panjang. Gambar strain gage dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini Gambar 2.1 Strain gage (sumber : en.wikipedia.org) Untuk perhitungan rumus teori tentang sensor berat loadcell pertama kita asumsikan bahwa semua resistor adalah sama (R1: R2: R3: R4 = R) bila tidak ada gaya yang diterapkan pada diafragma maka ∆R = h. Ketika ada gaya atau pressure diterapkan pada sensor maka resistansi dari R1 dan R4 menjadi R + h, dan resistansi dari R2 dan R3 akan menjadi R - h. untuk lebih jelasnya maka kita lihat gambar rangkaian jembatan wheatstone dan rumusan di bawah ini : Gambar 2.2 (a) Rangkaian Jembatan Wheatstone. (b) Penyederhanaan Rangkaian Jembatan Wheatstone (sumber : www.sciencehq.com) Gambar bentuk load cell dan skema bagian dalam load cell pada perancangan alat dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini Gambar 2.3 Gambar load cell dan skema bagian dalam load cell (sumber : digiwarestore.com) Pada gambar diatas tampak bahwa sensor load cell memiliki 4 buah kabel, 2 buah kabel input (merah(+) dan hitam(-)), 2 buah kabel output (putih(-) dan hijau(+)). Adapum spesifikasi dari load cell ini adalah: 2.3 Model : SEN128A3B Kapasitas : 5000 Gram Input : 5 VDC Output : 0,5mV/V Temperatur : -10 - 40ºC Blood Bank Centrifuge Blood bank centrifuges dirancang untuk pemakaian spesifik di laboratorium klinik. Microhematocrit centrifuge adalah merupakan variasi dari microcentrifuge yang dapat menampung sampel kapiler untuk pengukuran volume hematocrit pack cell, sedangkan Blood Bank Centrifuge adalah centrifuge yang dipakai di bank darah dan serologi yang dirancang untuk memisahkan sampel serologis dalam tabung dan kantong darah. Dalam pemakaian alat centrifuge ini,Centrifuge memerlukan alat penyeimbang sampel yang berbentuk kantong darah sebelum sampel di centrifuge Gambar 2.4 Blood bank centrifuge (sumber : www.medwow.com) 2.4 LCD Gambar 2.5 bentuk fisik lcd (sumber : www.aisi555.com) LCD adalah sebuah display dot matrix yang difungsikan untuk menampilkan tulisan berupa angka atau huruf sesuai dengan yang diinginkan (sesuai dengan program yang digunakan untuk mengontrolnya). LCD ini merupakan LCD dot matrix dengan kharakter 2 x 16, sehingga kaki-kakinya berjumlah 16 pin. Hampir semua LCD module adalah standard, termasuk urutan kaki dan cara pemrogramannya, meskipun dengan model dan dari pabrik yang berbeda. Variabel resistor (potensiometer) kontras digunakan untuk mengatur gelap terang tulisan atau sudut pandang penglihatan. Bila LCD yang digunakan tanpa back light, dioda IN4001 tidak perlu dipasang. Tabel 2.1 Posisi karakter pada LCD 2 x 16 (sumber: sumber : www.aisi555.com) Cara kerja menjalankan LCD : Langkah 1 : Inisialisasi LCD Langkah 2 : Arahkan pada alamat yang dikehendaki (lihat table karakter). Langkah 3 : Tuliskan data ke LCD, maka karakter akan tampil pada alamat tersebut. VCC J5 R3 10K 1 PD0 PD1 PD2 2 3 D2 PD4 PD5 PD6 PD7 DIODE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 LCD Gambar 2.6 Koneksi pin LCD ke Mikrokontroller (sumber : etekno.blogspot.co.id) 2.5 IC Mikrokontroller ATmega8 AVR ATmega8 adalah mikrokontroler CMOS 8bit berarsitektur AVRRISC yang memiliki 8K byte in-System Programmable Flash. Mikrokontrolerdengan konsumsi daya rendah ini mampu mengeksekusi instruksi dengan kecepatan maksimum 16MIPS pada frekuensi 16MHz. Pada tahun lalu, kalibrator tensimeter yang dirancang oleh Heru Wahyu Purnama menggunakan ATmega8535. Jika dibandingkan dengan ATmega8 perbedaannya terletak pada jumlah I/O yang digunakan. ATmega8 mempunyai jumlah I/O yang lebih sedikit dibanding ATmega8535. Jadi, jika hanya untuk proses adc sensor dan display LCD memakai ATmega8 sudah mencukupi. Gambar 2.7 Konfigurasi pin ATmega8 (sumber : suhantotiawekeend.wordpress.com) ATmega8 memiliki 28 Pin, yang masing-masing pin nya memiliki fungsi yang berbeda-beda baik sebagai port maupun fungsi yang lainnya. Berikut akan dijelaskan fungsi dari masing-masing kaki ATmega8. 1. VCC Merupakan supply tegangan digital. 2. GND Merupakan ground untuk semua komponen yang membutuhkan grounding. 3. Port B (PB7...PB0) Didalam Port B terdapat XTAL1, XTAL2, TOSC1, TOSC2. Jumlah Port B adalah 8 buah pin, mu lai dari pin B.0 sampai dengan B.7. Tiap pin dapat digunakan sebagai input maupun output. Port B merupakan sebuah 8-bit bi-directional I/O dengan internal pullup resistor. Sebagai input, pin-pin yang terdapat pada port B yang secara eksternal diturunkan, maka akan mengeluarkan arus jika pull-up resistor diaktifkan. Khusus PB6 dapat digunakan sebagai input Kristal (inverting oscillator amplifier) dan input ke rangkaian clock internal, bergantung pada pengaturan Fuse bit yang digunakan untuk memilih sumber clock. Sedangkan untuk PB7 dapat digunakan sebagai output Kristal (output oscillator amplifier) bergantung pada pengaturan Fuse bit yang digunakan untuk memilih sumber clock. Jika sumber clock yang dipilih dari oscillator internal, PB7 dan PB6 dapat digunakan sebagai I/O atau jika menggunakan AsyncronousTimer/Counter2 maka PB6 dan PB7 (TOSC2 dan TOSC1) digunakan untuk saluran input timer . 4. Port C (PC5…PC0) Port C merupakan sebuah 7bit bi-directional I/O port yang di dalam masing-masing pin terdapat pull-up resistor. Jumlah pin nya hanya 7 buah mulai dari pinC.0 sampai dengan pin C.6. Sebagai keluaran/output port C memiliki karakteristik yang sama dalam hal menyerap arus ( sink) ataupun mengeluarkan arus (source). 5. RESET/PC6 Jika Fuse diprogram, maka PC6 akan berfungsi sebagai pin I/O.Pin ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan pin-pin yang terdapat pada port C lainnya. Namun jika RSTDISBL Fuse tidak diprogram, maka pin ini akan berfungsi sebagai input reset. Dan jika level tegangan yang masuk ke pin ini rendah dan pulsa yang ada lebih pendek dari pulsa minimum, maka akan menghasilkan suatu kondisi reset meskipun clock-nya tidak bekerja. 6. Port D (PD7…PD0) Port D merupakan 8bit bi-directional I/O dengan internal pull-up resistor. Fungsi dari port ini sama dengan port-port yang lain. Hanya saja pada port ini tidak terdapat kegunaan-kegunaan yang lain. Pada port ini hanya berfungsi sebagai masukan dan keluaran saja atau biasa disebut dengan I/O. 7. AVcc Pin ini berfungsi sebagai supply tegangan untuk ADC. Untuk pin ini harus dihubungkan secara terpisah dengan VCC karena pin ini digunakan untuk analog saja. Bahkan jika ADC pada AVR tidak digunakan tetap saja disarankan untuk menghubungkannya secara terpisah dengan VCC. Jika ADC digunakan, maka AVcc harus dihubungkan ke VCC melalui low pass filter . 8. AREF Merupakan pin referensi jika menggunakan ADC. (wikipedia, 2012)