BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Peneliti yang

advertisement
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Peneliti yang menggunakan model pembelajaran berpikir induktif
telah dilakukan orang lain pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sigit Hermawan dengan judul:
Sigit Hermawan dengan judul “Penerapan Model Berpikir Induktif
Pada Materi Kalor Siswa Kelas VII Semerter II SMP Negeri 4 Palangka
Raya Tahun Pelajaran 2009/2010” Hasil analisis data menujukkan bahwa
aktivitas guru dan siswa yang dominan adalah membimbing siswa
melakukan kegiatan praktikum dan diskusi kelompok 35,83 % dan siswa
melakukan kegiatan penyelidikan dan diskusi kelompok dengan persentasi
36,18%. Dengan demikian aktivitas guru dan siswa mencerminkan
keterlaksanaan model pembelajaran berpikir induktif. Kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran adalah 78,93% dengan kategori baik.
Respon siswa terhadap model pembelajaran Berpikir Induktif adalah 75%
sangat membantu siswa dalam memahami materi kalor. Ketuntasan hasil
belajar kognitif siswa kelas VII-1 secara individu dari 20 siswa yang ikut
tes diperoleh 18 siswa yang tuntas belajar dan 2 siswa tidak tuntas belajar.
Ketuntasan
klasikalnya
pembelajaran
8
dengan
penerapan
model
9
pembelajarn berpikir induktif dikatakan tuntas karena ketuntasan yang
dicapai sebesar 90% siswa tuntas belajar. 9
B. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses dari seorang individu yang berupaya
mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar yaitu suatu
bentuk perubahan perilaku yang relative menetap.10 Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan. 11
Belajar menurut Gagne adalah sebagai suatu proses dimana suatu
organism berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Henry E.
Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam
jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa
kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu
perangsang tertentu. Lester D. Crow mengemukan belajar ialah upaya untuk
memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Belajar
dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi
yang telah dipelajarinya, maka belajar seperti ini disebut “rote learning”,
9
Sigit Hermawan, Penerapan Model Berpikir Induktif Pada Materi Kalor Siswa Kelas
VII Semester II SMP Negeri 4 Palangka Raya Tahun Ajaran 2009/2010.: Universitas Palangka
Raya, 2010
10
Mulyono, Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2003, h. 28.
11
Sameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, h. 2.
10
kemudian jika yang telah dipelajari itu mampu disampaikan dan
dieksperesikan dalam bahasa sendiri, maka disebut “overlearning”.12
Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus,
bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. 13 Belajar terjadi bila
suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi tadi. Gagne berkeyakinan, belajar dipengaruhi oleh faktor
dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi.
Belajar terdiri dari tiga komponen penting berdasarkan pendapat
Gagne, yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dalam acara
belajar, kondisi eksternal yang mengambarkan keadaan internal dan proses
kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan motorik sikap, dan
siasat kognitif. Kondisi internal belajar ini berinteraksi dengan kondisi
eksternal belajar, dari interaksi tersebut tampaklah hasil belajar.14
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.15 Dimyanti dan Mudjiono
mengatakan hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi
yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
12
Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, h. 13.
Ibid h.14
14
Ibid, h. 17-18
15
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2006, h.45.
13
11
tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar.16
Hasil belajar di Sekolah dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata
pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan terhadap mata pelajaran
tersebut di sekolah dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa.
D. Pengertian Berpikir Induktif
Model pembelajaran berpikir induktif dirancang berdasarkan teori
konstruktivisme
dalam
bembelajaran.
Kontruktivisme
adalah
filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi
manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuan
mereka melalui interaksi
mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan proses yang
berkembang terus-menerus. Sehingga setiap orang harus mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri.
Model pembelajaran berpikir induktif merupakan karya besar Hilda
Taba. Suatu strategi mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengolah informasi.17 Model pembelajaran berpikir
induktif termasuk model pembelajaran yang termasuk kedalam model
pemprosesan informasi, dimana siswa memberikan respon yang datang dari
lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan
masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta
250-251.
16
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, h.
17
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran,,, h. 75
12
penggunaan simbol-simbol verbal-non verbal. Model ini memberikan kepada
pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan memusatkan perhatian
pada pengembangan kemampuan kreatif. Model pembelajaran berpikir induktif
pada prinsipnya merupakan pola berpikir dari hal-hal yang bersifat khusus ke
hal-hal yang bersifat umum. Dalam pandangan yang sama induktif merupakan
prosedur berpikir yang bersifat induktif yaitu: metode pemikiran yang bertolak
dari kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah)
yang umum, penemuan kaidah umum berdasarkan kaidah khusus.18
Hilda Taba menganalisis berpikir dari sudut psikologis dan bitir-butir
logika, kemudian ia menyimpulkan bahwa:
“Sementara proses-proses berpkir itu merupakan proses psikis, oleh
karena itu terpengaruh oleh proses analisis psikologis, produk dan isi berpikir
harus dinilai dengan kriteria logis dan dinilai oleh aturan-aturan logis”19
E. Langkah-langkang Berpkir Induktif
Hilda Taba mengungkapkan tiga postulat mengenai berpikir, yaitu
sebagai berikut :
1. Kemampuan berpikir dapat diajarkan.
2. Berpikir merupakan transaksi aktif antara individu dengan data. Artinya,
dalam seeting kelas, bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk
mengembangkan operasi kognitif tertentu. Dalam seeting tersebut, siswa
belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu sistem konsep, yaitu (a)
18
19
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta, 2010, h. 158.
Indrawati, Model-model Pembelajaran IPA, Jakarta : Depdiknas, 2000, h. 15.
13
menghubung-hubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta membuat
kesimpulan
berdasarkan
hubungan-hubungan
tersebut,
(b)
menarik
kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka
membangun hipotesis, dan (c) memprediksi dan menjelaskan fenomena
tertentu. Guru, dalam hal ini dapat membantu proses internalisasi dan
konseptualisasi berdasarkan informasi.
3. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful)
artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat
tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan tidak bisa
dibalik. Oleh karenanya, konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi
mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut.
Model pembelajaran berpikir induktif ditujukan untuk membangun
mental kognitif, untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Hilda Taba
menyatakan bahwa keterampilan berpikir harus diajarkan menggunakan
strategi khusus. Suatu strategi mengajar yang dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi.20
Berpikir induktif selalu melibatkan siswa dapat berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran, model pembelajaran berpikir indutif memiliki struktur
(syintak) pengajaran sebagai berikut:
1. Tahap pengumpulan dan penyajian data
Dalam hal ini, pengumpulan data muncul lebih dahulu, tetapi data
baru bisa ditambah dan dibuang saat penelitian berlangsung.
20
Ibid, h. 15.
14
2. Tahap pengujian dan penghitungan data
Data perlu diuji dengan teliti dan perlu diberi label sehingga kita
dapat mengidentifikasinya saat kita memindahkan data-data tadi.
3. Tahap klasifikasi pertama
Untuk
menjadi
benar-benar
produktif,
kita
biasanya
mengklasifikasi data beberapa kali. Tahap pertama penting, tetapi kita
memiliki kecendrungan untuk mengklasifikasi karekteristik-karekteristik
kotor dan satu atau dua sifat membatasi diri kita pada suatu cara
klasifikasi; dalam hal ini, kita baru mulai.
4. Tahap klasifikasi lanjutan dan meningkatkan keterampilan
Saat menggali kembali data kita, kita berati tengah mengklasifikasi
kembali, memperluas, atau meruntuhkan katogori, dan bereksperimentasi
dengan dua atau tiga skema; katagori-katogori muncul dan dibagi.
5. Tahap membangun hipotesis
Memiliki katagori saja sudah cukup baik. Meski demikian, jika
terus menjaga katagori-katagori, kita dapat mengambil hipotesis-hipotesis
dari katagori tersebut dan mengubahnya menjadi keterampilan yang
berguna.21
F. Zat dan Wujudnya
Zat didifinisikan sebagai sesuatu yang mamiliki massa dan menempati
21
107
Bruce Joyce, Models of Teaching, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, h. 105-
15
ruang.22 Wujud zat ada tiga ada tiga yakni padat, cair dan gas. Zat padat
mempunyai bentuk dan volume yang tetap. Zat cair mempunyai bentuk yang
berubah-ubah sesuai dengan wadahnya dan volume tetap. Gas mempunyai
bentuk dan volume yang berubah-ubah sesuai dengan ukuran wadah yang
ditempatinya.23
1. Perubahan Wujud Suatu Zat
Wujud zat bersifat tidak tetap, artinya bisa berubah-ubah tergantung
pada suhu zat tersebut, seperti yang sudah disebutkan dalam teori kinetik.24
Semakin tinggi suhu zat, semakin cepat gerakan partikel zat. Secara umum
biasa disebutkan bahwa wujud zat berubah ketika zat dipanaskan atau
didinginkan.
Table 2.1
Perubahan wujud zat yang terjadi pada zat ketika dipanaskan ataupun
Didinginkan beserta contohnya
Perubahan
Dari
Menjadi
Wujud
wujud
Padat
Cair
Nama
perubahan
Melebur
Cair
Padat
Membeku
Cair
Gas
Menguap
Contoh
Cokelat
yang
tidak
diletakkan di kulkas, atau
dipanaskan.
Air yang dimasukkan ke
kulkas berubah menjadi batu
es.
Air yang direbus terus
menerus lama-lama habis
karena air berubah menjadi
uap air.
22
Marthen Kanginan, IPA FISIKA untuk SMP kelas VII berdasarkan KTSP Standar Isi
2006, Jakarta: Erlangga, 2007, h. 76
23
Ibid, h. 82
24
TIM Abdi Guru, IPA FISIKA UNTUK SMP KELAS VII, Jakarta : Erlangga,2008, h. 67
16
Gas
Cair
Mengembun
Uap air di udara menjadi
titik air di gelas.
Padat
Gas
Menyublim
Kapur
barus
berubah
menjadi gas.
Gas
Padat
Menyublim
Proses pemurnian yodium.25
Diagram perubahan wujud zat pada gambar 3.1berikut ini:
GAS
Menyublim
Menyublim
Menguap
Membeku
Mengembun
CAIR
PADAT
Gambar 2.1 diagram perubahan wujud zat
2.
Susunan dan Gerak Partikel pada Berbagai Wujud Zat
Zat terdiri dari atas partikel-partikel yang jarak dan kebebasan
geraknya berbeda-beda. Partikel adalah bagian terkecil pembentuk zat.
a. Zat Padat
Zat padat mempunyai sifat bentuk dan volumenya tetap. 26
bentuknya tetap dikarenakan partikel-partikel pada zat padat saling
berdekatan, tersusun teratur dan mempunyai gaya tarik antar partikel
sangat kuat.volumenya tetap dikarenakan partikel pada zat padat dapat
bergerak dan berputar dalam kedudukannya saja.
25
h. 37.
26
Bob Foster, Eksplorasi SAINS FISIKA Jilid 1 untuk Kelas VII, Jakarta: Erlangga, 2004
Teguh Sugiarto, ILMU PENGETAHUAN ALAM untuk SMP/MTs kelas VII ,
Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, 2008, h.67
17
Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas maka susunan partikel zat
padat seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2.2. Susunan partikel pada zat
b. Zat Cair
Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volumenya
tetap.27 Zat cair memiliki jarak antar partikelnya lebih jauh
dibandingkan dengan zat padat. Volumenya tetap dikarenakan
dikarenakan partikel pada zat cair mudah berpindah tetapi tidak dapat
meninggalkan kelompoknya.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, maka susunan partikel zat
cair tampak seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2.3. susunan partikel pada zat cair
c. Gas
Zat gas mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan volumenya
tetap. Bentuknya berubah-ubah dikarenakan partikel-partikel pada zat cair
berdekatan tetapi renggang, tersusun teratur, gaya tarik antar partikel agak
27
Marhin Kanginan, IPA FISIKA untuk SMP kelas VII,Jakarta: Erlangga,2007,h.81
18
lemah. Volumenya berubah-ubah dikarenakan partikel pada zat gas dapat
bergerak bebas meninggalkan kelompoknya.28
Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, maka susunan partikel gas
tampak seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2.4. susunan partikel zat gas
3.
Kohesi dan Adhesi
a. Kohesi
Setetes air yang jatuh di kaca meja akan berbeda bentuknya bila
dijatuhkan pada sehelai daun talas. Karena antara molekul-molekul air
terjadi gaya tarik-menarik yang disebut dengan gaya kohesi molekul air.
Kohesi adalah gaya tarik menarik antarpartikel zat yang sejenis.29 Contoh
kohesi:
a). Gaya tarik menarik antar partikel air
b). Gaya tarik menarik antar partikel gula
Gambar 2.5 Gaya Kohesi
28
Teguh Sugiyarto, ILMU PENGETAHUAN ALAM untuk kelas SMP/MTs kelas
VII…h.67
29
http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/174152312201008512.pdf/01/09/2012
19
b. Adhesi
Adhesi adalah gaya tarik menarik antar partikel zat yang tidak
sejenis.30 Contoh adhesi adalah. 31
a). Bedak menempel pada pipi, terjadi gaya tarik-menarik antara
partikel bedak dengan pipi.
b). Air bercampur dengan sirup, terjadi gaya tarik-menarik
antara partikel air dengan sirup.
c). Cat menempel di tembok, terjadi gaya tarik-menarik antara
partikel cat dengan tembok.
Gambar 2.6 Gaya adhesi
Gaya adhesi antara molekul air dengan molekul kaca berbeda
dibandingkan gaya adhesi antara molekul air dengan molekul daun talas.
Demikian pula gaya kohesi antarmolekul air lebih kecil daripada gaya
adhesi antara molekul air dengan molekul kaca. Itulah sebabnya air
membasahi kaca dan berbentuk melebar.32 Namun air tidak membasahi
daun talas dan tetes air berbentuk bulat-bulat menggelinding di
30
Marthen Kanginan, IPA FISIKA…h.82
31
http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/174152312201008512.pdf/01/09/2012
32
Ibid h.,45
20
permukaan karena gaya kohesi antarmolekul air lebih besar daripada
gaya adhesi antara molekul air dan molekul daun talas.
4. Kapilaritas
Kapilaritas adalah Peristiwa naik atau turunnya zat cair dalam pipa
kapiler.33 Gejala kapilaritas juga menimbulkan masalah seperti basahnya
dinding rumah pada musim hujan. Peristiwa kapilaritas dapat ditunjukkan
seperti gambar di bawah ini:
(a)
Permuakaan Air dalam Pipa Kapiler
(b)
Permukaan Raksa dalam
Pipa Kapiler
Gambar 2.7 (a) menunjukkan bahwa permukaan air dalam kedua
pipa kapiler lebih tinggi dari pada permukaan air dalam bejana. Permukaan
zat cair meniskus naik dalam pipa kapiler. Makin kecil lubang pipa kapiler
makin tinggi naiknya zat cair dalam pipa kapiler. Hal ini disebabkan
karena adhesi lebih besar daripada kohesi. Dengan kata lain, gaya tarik
antara partikel air dalam bejana kapiler lebih besar dari pada gaya tarik
antara partikel air di dalam bejana dengan partikel air di dalam pipa
kapiler.
33
Marhin Kanginan, IPA FISIKA untuk SMP kelas VII…, h. 85
21
Gambar 2.7 (b) menunjukkan bahwa permukaan raksa dalam kedua
pipa kapiler lebih rendah daripada permukaan raksa dalam bejana.
Permukaan zat cair meniskus cembug turun dalam pipa kapiler. Makin
kecil lubang pipa kapiler maka makin rendah turunnya zat cair di dalam
pipa kapiler. Hal ini disebabkan karena kohesi lebih besar dari pada
adhesi. Dengan kata lain, gaya tarik anntara partikel raksa di dalam bejana
dengan partikel raksa di dalam pipa kapiler lebih besar dari pada gaya tarik
antara partikel raksa dalam bejana dengan pipa kapiler.
Contoh kapilaritas dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut:34
a) Sumbu lampu dan sumbu kompor minyak terbuat dari bahan yang
mudah menyerap minyak tanah. Di dalam sumbu terdapat lubanglubang halus yang berfungsi sebagai pipa kapiler sehingga minayak
dapat naik ke atas.
b) Kain pembersih lantai atau kertas (tisu) dapat menyerap air dengan
baik. Karena tisu mudah menyerap air karena adanya daya kapilaritas.
c) Proses pengangkutan air dan mineral dari akar ke daun pada tumbuhan.
Pembuluh kayu yang berfungsi sebagai pipa kapiler menyerap cairan
dan mineral dari akar hingga ke bagian daun.
34
Daroji, Suskses Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 1 untuk kelas VII SMP dan MTs, Solo:
tiga serangkai pustaka mandiri,2007,h.86.
Download