Kinerja Perkembangan Gapoktan PUAP dan Pemberdayaan

advertisement
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
KINERJA PERKEMBANGAN GAPOKTAN PUAP DAN PEMBERDAYAAN
LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS DI KALIMANTAN SELATAN
Sholih Nugroho Hadi, Harun Kurniawan dan Achmad Rafieq
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
ABSTRAK
Penelitian dilaksanakan pada lima Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten
Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut. Tujuan utamanya
adalah untuk melihat kinerja Gapoktan PUAP dan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) di Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive yaitu
dipilih gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2008, 2009, dan 2010 di lokasi penelitian. Data
dikumpulkan dengan menggunakan metode survey yaitu wawancara dan melihat catatan yang
dimiliki gapotan dan LKM-A. Data yang dikumpulkan meliputi jumlah gapoktan penerima BLMPUAP, perkembangan LKM-A gapoktan dan perkembangan dana BLM-PUAP yang kemudian
dianalisa secara diskriptif. Hasil dari analisis diskriptif diketahui bahwa jumlah penerima BLMPUAP di lokasi penelitian sebanyak 419 gapoktan dengan 2.594 kelompok tani dan petani
anggota sebanyak 59.908 petani. Tingkat penumbuhan LKM-A baru mencapai 43,0%
sedangkan sisanya masih berupa unit simpan pinjam (USP). Sebanyak 1,7% LKM-A telah
memiliki kantor sendiri dan 86% sudah mempunyai pengelola terpisah dari pengurus gapoktan.
Semua LKM-A belum berbadan hukum dan hanya 1 LKM-A saja yang sudah memiliki
kemitraan dengan lembaga keuangan lainnya. Dana BLM-PUAP yang diterima di lima
kabupaten sebesar Rp.41.900.000.000 dan telah disalurkan senilai Rp. 38.549.034.000 (92%
dari RUB) dengan tingkat pengembalian Rp. 20.841.963.000 (49% dari RUB).
Kata kunci: Gapoktan PUAP, LKM-A
PENDAHULUAN
Penduduk miskin Kalimantan Selatan Tahun 2007 sebanyak 233.500 jiwa atau
sebesar 7,01 % (BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2013). Jumlah ini berkurang
menjadi 6,48% di tahun 2008 dan 5,12% ditahun 2009, akan tetapi pada tahun 2011
jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan yaitu menjadi
5,35% (BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2013). Kenaikan jumlah penduduk miskin ini
diantaranya
disebabkan
oleh
kenaikan
harga
barang-barang
komoditi
yang
berhubungan dengan penghitungan kemiskinan. Pada periode ini Indeks Harga
Komoditi (IHK) di Kalimantan Selatan naik sebesar 7,95% dan berada di atas angka
IHK nasional, yaitu sebesar 6,64% sementara pada tahun 2012 terjadi penurunan
jumlah penduduk miskin menjadi 5,06% atau sejumlah 189.875 jiwa.
Sebagian besar masyarakat miskin di Kalimantan Selatan berada di perdesaan
dan proporsi terbesar dari masyarakat miskin ini menggantungkan mata pencaharian
575
Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan …..
hidupnya pada sektor pertanian. Kementerian Pertanian telah berupaya membantu
pemerintah daerah dalam pengentasannya. Permasalahan mendasar yang dihadapi
oleh petani miskin di perdesaan adalah kurangnya akses terhadap sumber
permodalan, pasar dan teknologi serta lemahnya organisasi petani (Kementerian
Pertanian 2013). Untuk mengatasi hal tersebut Kementerian Pertanian telah
mengembangkan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di
perdesaan. Upaya mempertajam dalam pemecahan permasalahan ini Kementerian
Pertanian
mengembangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri (PNPM-M).
Berdasarkan Buku Pedoman PUAP (2013), PUAP merupakan bentuk fasilitasi
bantuan modal usaha bagi petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap,
buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan). Salah satu indikator keberhasilan PUAP adalah berkembangnya
usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di lokasi desa PUAP. Dari
aspek fasilitasi pembiayaan, program PUAP diharapkan mampu memberikan
kemudahan akses petani mendapatkan pelayanan pinjaman modal. Hal ini
dikarenakan petani dengan skala usaha mikro sulit untuk mendapatkan pembiayaan
dari perbankan maupun lembaga keuangan lainnya (Kementerian Pertanian 2011).
Dana PUAP yang diterima gapoktan berfungsi sebagai stimulus agar gapoktan
meningkatkan swadaya anggota untuk mengembangkan modal yang ada dan
digulirkan sebagai dana simpan pinjam untuk membiayai usaha produktif anggota.
Program PUAP telah dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian sejak tahun
2008 termasuk di Provinsi Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012 Provinsi Kalimantan Selatan telah mendapatkan alokasi BLM-PUAP
sebanyak 1.367 gapoktan yang tersebar di 13 kabupaten/ kota. Sebaran gapoktan
penerima BLM PUAP Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada Tabel 1.
576
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 1. Sebaran alokasi penerima BLM PUAP Provinsi Kalimantan Selatan
No
Kabupaten/Kota
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Balangan
Banjar
Barito Kuala
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Kota Banjarbaru
Kota Banjarmasin
Kotabaru
Tabalong
Tanah Bumbu
Tanah Laut
Tapin
Jumlah
Jumlah Gapoktan
2008
28
35
35
30
35
33
35
29
22
30
29
341
2009
18
23
17
20
18
14
27
11
40
24
18
230
2010
21
51
47
34
26
19
8
21
28
37
31
19
342
2011
21
25
48
20
17
29
4
5
41
18
13
20
22
283
2012
10
29
13
16
19
15
1
5
28
15
5
6
9
171
Total
98
163
160
120
115
110
13
10
152
101
117
111
97
1.367
Sumber : Sekretariat Tim Pembina PUAP Provinsi Kalimantan Selatan
Dalam pengelolaan dana BLM-PUAP, gapoktan diharapkan membentuk unit
usaha otonom yang menjalankan kegiatan simpan pinjam atau lebih dikenal dengan
lembaga keuangan mikro agribisnis (LKM-A). Menurut Kementerian Pertanian (2010),
LKM-A Gapoktan adalah lembaga keuangan mikro yang ditumbuhkan dari gapoktan
pelaksana PUAP yang fungsi utamanya adalah mendorong kegiatan menabung dan
fasilitasi pembiayaan/permodalan usaha kelompok tani/petani anggotanya. Tujuan
pembentukan LKM-A adalah membantu memfasilitasi kebutuhan modal usaha tani
bagi petani (Hendayana et al. 2009).
Berdasarkan fakta di atas, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab terkait
pelaksanaan gapoktan PUAP, diantaranya berapa jumlah kelompok tani dan petani
anggota yang memanfaatkan dana BLM-PUAP? Bagaimana kondisi LKM-A di
Kalimantan Selatan saat ini? Bagaimana perkembangan dana BLM-PUAP terkait
kegiatan pembiayaan usaha produktif. Tujuan penelitian adalah untuk melihat kinerja
gapoktan PUAP dan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis di Kalimantan Selatan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 di lima lokasi penerima
BLM-PUAP di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai
Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut. Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling yaitu penarikan sampel secara sengaja dengan tujuan
577
Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan …..
menyajikan atau menggambarkan beberapa sifat populasi (Soekardono 2009).
Gapoktan yang dijadikan sampel adalah gapoktan penerima BLM-PUAP tahun 2008,
2009 dan 2010 dengan asumsi gapoktan yang sudah berjalan 3 tahun sudah bisa
dilihat kinerjanya. Pengumpulan data dengan
menggunakan metode survey yaitu
dengan melakukan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan
keterangan terhadap persoalan didaerah tertentu (Teken 1965). Selain itu dilakukan
wawancara dengan responden dan melihat catatan yang dimiliki oleh responden.
Sebagai responden adalah pengurus gapoktan dan pengelola LKM-A. Informasi yang
dikumpulkan meliputi jumlah kelompok tani dan jumlah anggota gapoktan yang telah
memanfaatkan dana BLM-PUAP, kondisi LKM-A gapoktan dan perkembangan dana
BLM-PUAP yaitu besaran penyaluran dan pengembalian. Data yang dikumpulkan
ditabulasi dan dianalisis secara diskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Selama kurun waktu tiga tahun mulai tahun 2008, 2009 dan 2010 jumlah
gapoktan penerima BLM-PUAP di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan,
Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut adalah sejumlah 419 gapoktan. Dari jumlah
tersebut penerima BLM-PUAP terbanyak adalah Kabupaten Barito Kuala yaitu
sebanyak 99 gapoktan atau sebesar 23,6% sedangkan yang terendah adalah
Kabupaten Tabalong yaitu sejumlah 68 gapoktan atau 16,2%. Begitu pula jumlah
kelompok tani penerima BLM-PUAP yang tertinggi adalah Kabupaten Barito Kuala
yaitu sebanyaak 744 kelompok atau sebesar 28,7% dan yang terendah adalah
Kabupaten Tabalong yaitu sebesar 293 kelompok atau 11,3% . Dilihat dari jumlah
petani yang memanfaatkaan dana BLM-PUAP Kabupaten Barito Kuala juga
menduduki peringkat tertinggi yakni sebesar 20.826 petani atau 34,8% sedangkan
jumlah terendah adalah Kabupaten Kotabaru yaitu sebesar 5.220 petani atau sebesar
8,7%. Keragaan jumlah gapoktan, kelompok tani dan petani yang memanfaatkan dana
BLM-PUAP dapat dilihat pada Tabel 2.
578
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
Tabel 2. Jumlah Gapoktan, Poktan dan Petani anggota yang memanfaatkan
dana BLM-PUAP
Kabupaten
Barito Kuala
HSS
Kotabaru
Tabalong
Tanah laut
Jumlah
Jumlah Gapoktan
99
84
83
68
85
419
Jumlah Poktan
744
587
271
293
699
2594
Jumlah Petani
20826
12536
5220
7495
13831
59908
Sumber : Data primer terolah, 2012
Program PUAP telah dilaksanakan sejak tahun 2008, oleh karena itu
Kementerian Pertanian telah menyusun exit strategi yang menekankan bahwa pada
tahun ketiga gapoktan penerima BLM-PUAP harus bisa menumbuhkan LKM-A.
Berdasarkan hasil survey di lima kabupaten, tercatat sebanyak 180 dari 419 gapoktan
atau sebesar 43,0% yang sudah berhasil menumbuhkan LKM-A. Sisanya sebanyak
239 gapoktan atau sebesar 57,0% masih berbentuk unit simpan pinjam (USP).
Penumbuhan LKM-A terbanyak yaitu di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan
Kabupaten Tabalong masing-masing sebanyak 84 dan 68 LKM-A. Semua gapoktan
penerima BLM-PUAP di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Tabalong sudah
menumbuhkan LKM-A. Hal ini disebabkan karena ada kebijakan Tim Teknis
Kabupaten yang mensyaratkan pencairan dana BLM-PUAP gapoktan harus memiliki
LKM-A terlebih dahulu. Penumbuhan LKM-A di tiga kabupaten lainnya lebih
berdasarkan kepada inisiatif gapoktan masing-masing. Tim teknis kabupaten dan
pendamping sebatas memberikan arahan dan motivasi. Dari sejumlah 267 gapoktan
yang tersebar di Kabupaten Barito Kuala, Kotabaru dan Tanah Laut hanya sejumlah 28
gapoktan atau 10,5% yang berhasil menumbuhkan LKM-A. Berdasarkan wawancara
dengan pengurus gapoktan yang menjadi penghambat penumbuhan LKM-A antara lain
: a) Sebagian pengurus gapoktan kawatir apabila dana BLM-PUAP dikelola LKM-A
akan terjadi penyimpangan; b) Sebagian pengurus gapoktan merasa belum siap
dengan pembentukan LKM-A; c) Gapoktan belum banyak yang mengetahui tentang
konsep LKM-A dan cara menjalankannya; d) Pemangku kepentingan dan pendamping
masih belum sepenuh hati mendorong penumbuhan LKM-A karena belum ada
petunjuk, arah dan dasar hukum yang jelas. Penumbuhan LKM-A di Kabupaten Barito
Kuala, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Kotabaru dan Tanah Laut tersaji di Gambar 1.
579
Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan …..
Gambar 1. Keadaan kelembagaan simpan pinjam pada gapoktan PUAP
penerima BLM tahun 2008, 2009, dan 2010
Sumber : Data primer terolah, 2012
Kondisi LKM-A di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru,
Tabalong dan Tanah Laut disajikan dalam tabel 3. Sebanyak 3 atau sebesar 1,7%
LKM-A yang sudah memiliki kantor terpisah dari gapoktan dan sisanya sebesar 98,3%
masih menyatu dengan gapoktan. Dilihat dari aspek kepengurusan, sejumlah 155 atau
86% LKM-A memiliki pengelola tersendiri, sementara sisanya
sebanyak 14%
pengelola LKM-A masih merangkap sebagai pengurus gapoktan. Hasil survey juga
menunjukkan bahwa semua gapoktan di lokasi penelitian belum ada yang berbadan
hukum dan hanya 1 LKM-A saja yang telah menjalin kemitraan (linkage program)
dengan lembaga keuangan lainnya.
Tabel 3. Keragaan LKM-A pada lima kabupaten di Kalimantan Selatan
Kabupaten
Jumlah
LKM-A
Barito Kuala
0
Hulu Sungai Selatan
84
Kotabaru
2
Tabalong
68
Tanah Laut
26
Jumlah
180
Sumber : Data primer terolah, 2012
Kondisi kantor
TerMenyapisah
tu
0
0
1
83
2
0
0
68
0
26
3
177
Kepengurusan
TerMerangpisah
kap
0
0
84
0
2
0
68
0
1
25
155
25
Badan Hukum
Memibelum
liki
memiliki
0
0
0
84
0
2
0
68
0
26
0
180
Mitra Kerja
Memibelum
liki
memiliki
0
0
1
83
0
2
0
0
0
26
1
111
Keadaan USP di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Kotabaru,
Tabalong dan Tanah Laut disajikan pada tabel 4. Semua USP masih berkantor di
sekretariat gapoktan. Sebanyak 42 atau 16,7% pengelola USP terpisah dari pengurus
gapoktan dan sebanyak 207 atau 83,3% pengurus gapoktan merangkap sebagai
580
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
pengelola USP. Semua USP belum memiliki badan hukum dan hanya 3 atau 1,2%
USP yang sudah menjalin kemitraan dengan lembaga lain (linkage program).
Tabel 4. Keadaan Unit Simpan Pinjam (USP) pada lima kabupaten di Kalimantan Selatan
Kabupaten
Jumlah
USP
Barito Kuala
99
Hulu Sungai Selatan
0
Kotabaru
91
Tabalong
0
Tanah Laut
59
Jumlah
249
Sumber : Data primer terolah, 2012
Kondisi kantor
TerMepisah
nyatu
0
99
0
0
0
91
0
0
0
59
0
249
Kepengurusan
TerMerangpisah
kap
0
99
0
0
0
91
0
0
42
17
42
207
Badan Hukum
MemiBelum
liki
memiliki
0
99
0
0
0
91
0
0
0
17
0
207
Mitra Kerja
MemiBelum
liki
memiliki
0
99
0
0
0
91
0
0
3
56
3
246
Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Kabupaten Barito Kuala, Hulu
Sungai Selatan, Kotabaru, Tabalong dan Tanah Laut telah mendapatkan dana BLMPUAP sebesar Rp. 41.900.000.000. Kemudian sampai dengan bulan Oktober 2012
telah disalurkan kepada anggota sebesar Rp. 38.459.034.000 (98% dari RUB) dengan
pengembalian sebesar Rp. 20.841.963.000 (49% dari RUB). Keragaan besaran
rencana usaha bersama (RUB), nilai penyaluran dan pengembalian dapat dilihat pada
Gambar 2. Penyaluran tertinggi adalah di Kabupaten Kotabaru yaitu sebesar Rp.
10.440.603.000 dan sudah melebihi nilai rencana usaha bersama (RUB) yaitu Rp.
8.300.000.000. Sedangkan di empat kabupaten nilai penyaluran masih dibawan nilai
RUB. Hal ini dikarenakan masih ada gapoktan yang belum menyalurkan sebagian
dananya. Pengembalian dana BLM-PUAP tertinggi di Kabupaten Tanah Laut dengan
nilai Rp.6.946.311.000 sedangkan terendah di Kabupaten Tabalong dengan nilai Rp.
2.274.308.000. Rendahnya pengembalian disebabkan karena gagal panen.
Gambar 2. Keragaan nilai RUB, penyaluran dan pengembalian dana
BLM-PUAP per OkTober 2012
Sumber : Data primer terolah, 2013
581
Sholih Nugroho Hadi et al.: Kinerja Perkembangan Gapoktan …..
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagian besar petani di Kabupaten Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan,
Kotabaru,Tabalong dan Tanah Laut
telah memanfaatkan dana BLM-PUAP
untuk
membiayai usaha produktifnya. Dalam hal penumbuhan LKM-A di lima kabupaten
tersebut telah mencapai 43,0% dan sisanya masih berupa unit simpan pinjam (USP).
Keragaan LKM-A adalah sebanyak 1,7% telah memiliki kantor sendiri, 86% telah
memiliki pengelola diluar pengurus gapoktan, dan belum ada LKM-A yang berbadan
hukum. Dilihat dari aspek pembiayaan, penyaluran dana BLM-PUAP masih dibawah
nilai RUB dengan tingkat pengembalian sebesar 49%.
Melihat kinerja perkembangan gapoktan di atas perlu upaya-upaya untuk
mendorong tumbuh kembangnya LKM-A melalui berbagai pendekatan, diantaranya
peningkatan kompetensi SDM lewat pelatihan dan pendampingan sangat dibutuhkan
yang
dibarengi dengan pendekatan kebijakan para pemangku kepentingan tentu
dengan harapan LKM-A akan berkembang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kalimantan Selatan.2013. Kemiskinan (Online), (http;//www.kalsel.bps.go.id),
diakses 19 Maret 2013
Hendayana, R., Syahrul B., Nandang S.,Erizal J. 2009. Petunjuk Pelaksanaan
Pembentukan dan Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA). Bogor
Kementerian Pertanian.2010. Modul Pengembangan LKM-A. Jakarta
Kementerian Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Program
PUAP 2011. Jakarta
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/ OT.140/1/2013 tentang Pedoman
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Jakarta
Soekardono.2009.Ekonomi Agribisnis Peternakan Teori dan Aplikasinya. Akademika
Pressindo. Jakarta
Teken, I.B. 1965. Penelitian di Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian dan Beberapa Metode
Pengambilan Contoh. Fakultas Pertanian IPB.
582
Download