rth kota dan perlindungan atmosfer

advertisement
1
RUANG TERBUKA HIJAU KOTA
DAN
PERLINDUNGAN ATMOSFER
Diabstraksikan oleh
Prof Dr Ir Soemarno MS
Bahan kajian dalam MK. Perencanaan Lingkungan dan Pengembangan Wilayah
PSDAL-PDIP-PPS FPUB 2011
1.
PENDAHULUAN
Pesatnya kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik di
wilayah metropolitan Surabaya dan sekitarnya telah berdampak pada
berkurangnya populasi tegakan pohon, baik yang berada di ruang-ruang
terbuka publik, maupun yang berada di ruang-ruang milik privat. Pada sisi
lain kegiatan-kegiatan industri, transportasi, konstruksi, perdagangan,
pusat-pusat perkantoran dan aktivitas rumahtangga berkembang demikian
pesat, dengan salah satu dampaknya ialah akumulasi aneka jenis polutan
di lingkungan kota, termasuk di udara. Kedua fenomena ini pada akhirnya
mengakibatkan penurunan kualitas udara, dan mengurangi tingkat
kesehatan, kenyamanan dan estetika lingkungan udara di wilayah
perkotaan.
Pohon mangga untuk jalur hijau kawasan pemukiman kota (foto smn-2009)
Dengan mempertimbangkan permasalahan semakin rendahnya
kualitas udara di wilayah perkotaan tersebut, maka diperlukan upayaupaya penelitian dan pengembangan untuk lebih menunjang keberhasilan
program penghijauan kota, penataan taman kota dan pengembangan
hutan kota, serta gerakan sejuta pohon (GSP) yang selama ini telah
2
dilaksanakan, baik di ruang-ruang terbuka milik publik maupun ruang-ruang
milik privat.
Degradasi kualitas udara perkotaan merupakan
masalah
lingkungan di masa datang. Sumber utama terjadinya pencemaran udara
di Jawa Timur antara lain : industri padat modal, kendaraan bermotor,
aktivitas rumah tangga, penggunaan pupuk nitrogen, dan aktivitas gunung
berapi. Keberadaan pabrik semen, pupuk, kertas, gula dan kendaraan
bermotor masing-masing akan menghasilkan emisi gas SOx, NOx dan
partikulat. Aktivitas rumah tangga dalam pembakaran sampah akan
menghasilkan gas CO2. Penggunaan pupuk nitrogen di sawah dalam
kondisi anaerobe akan dihasilkan gas methan (CH4), serta aktivitas
gunung berapi akan dihasilkan gas SOx ke atmosfer. Gas SOx, NOx,
CO2 dan partikulat secara potensial akan berdampak terhadap suhu dan
kualitas atmosfer.
Dampak pencemaran udara umumnya terasa di wilayah pusat
industri, jalur lalu lintas atau terminal, pemukiman padat penduduk,
kemungkinan wilayah persawahan dan pusat kegiatan gunung berapi di
Jawa Timur. Sebagai gambaran di beberapa kota di Jawa Timur seperti
Gresik, Surabaya, Sidoarjo, dan Malang. Lawang yang semula suhunya
relatif sejuk, saat ini cenderung menjadi panas. Hal ini diduga akibat
peningkatan pembakaran bahan bakar dari organik maupun anorganik
yang menyebabkan naiknya konsentrasi CO2 di udara.
Keberadaan pabrik, kendaraan bermotor, aktivitas rumah tangga,
penggunaan pupuk nitrogen di lahan sawah sangat diperlukan untuk
mendukung sumber pendapatan masyarakat dan negara serta peluang
kesempatan kerja. Sebagai misal bahwa produksi semen untuk
memperlancar pembangunan sarana dan prasarana fisik, kendaraan untuk
memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat, pupuk nitrogen untuk
peningkatan produksi pangan. Sedangkan aktivitas gunung berapi yang
menghasilkan emisi gas SOx merupakan proses alam yang seoptimal
mungkin diantisipasi lebih awal agar tidak menimbulkan dampak terhadap
lingkungan atmosfer. Namun masyarakat membutuhkan keberadaan emisi
gas dan bahan partikulat tersebut tidak mengganggu kesehatan
lingkungan, khususnya kesehatan manusia.
Atmosfer sebagai salah satu medium lingkungan perlu mendapat
perlindungan terhadap bahan pencemar yang mengganggu kesehatan
manusia. Sebagai medium
lingkungan, atmosfer berfungsi untuk
menampung gas oksigen, karbon dioksida, sulfur oksida, nitrogen oksida,
methan, ozon dan hidrokarbon yang dihasilkan oleh aktivitas manusia
maupun alam seperti gunung berapi. Keberadaan gas-gas tersebut di
atmosfer dalam batas dibawah ambang baku mutu tidak membahayakan
kehidupan manusia dan demikian juga sebaliknya.
Dalam kurung waktu sekitar 10 tahun terakhir bahan pencemar
berupa emisi gas dan partikulat di atmosfer cenderung meningkat
melebihi batas ambang membahayakan kesehatan manusia. Salah satu
indikator terjadinya pencemaran atmosfer adalah langit tampak tidak
berwarna biru, akibat emisi gas dan partikulat yang dihasilkan dari
aktivitas industri padat modal, knalpot kendaraan bermotor, asap dari
rumah tangga, gas belerang yang dihasilkan dari aktivitas gunung berapi
dan gas methan(CH4) dari persawahan. Pada tahun 1998 pertumbuhan
3
industri di Jawa Timur mengalami peningkatan
sebesar 22, 52%,
penduduk meningkat 9, 69 % dari 32,24 juta menjadi 34.899.236 jiwa, dan
transportasi meningkat menjadi 18.84 % (Bapedalda, 1998). Kegiatan
pembakaran biomassa bahan organik dan anorganik berupa minyak dan
kayu dari aktivitas Industri, kendaraan
bermotor dan penduduk
tersebut akan menghasilkan emisi gas dan partikulat yang dapat
mencemari atmosfer. Kondisi tersebut secara langsung maupun tidak
langsung menyebabkan kualitas atmosfer menurun. Menurunnya
kualitas atmosfer ditandai dengan meningkatnya konsentrasi gas beracun
dari belerang, methan, nitogen oksida dan bahan toksin lainnya di
atmosfer yang melampaui batas ambang diperkenankan bagi kesehatan
manusia.
Perlindungan atmosfer dapat dilakukan dengan pendekatan secara
terintregasi dengan mempertimbangkan lingkungan dan energi antara
sektor pembangkit tenaga listrik, transportasi, industri, pertanian, rumah
tangga, dan bencana alam kebakaran hutan dan aktivitas gunung berapi.
Di Jawa Timur terdapat dua jenis pembangkit tenaga listrik yaitu PLTU
dan PLTD dengan bahan bakar batubara dan minyak solar. Sebagai
contoh PLTU di Paiton, PLTD di beberapa kota besar di Jawa Timur.
Sektor transportasi terutama di kota-kota besar di Jawa Timur seperti di
Surabaya perlu mempertimbangan emisi gas yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor yang mengkonsumsi energi. Aktivitas industri yang
mengkonsumsi energi minyak bumi maupun limbah organik seperti
blotong (ampas tebu) yang didaur ulang untuk sumber energi akan
menghasilkan partikulat ke atmosfer, sehingga beban lingkungan atmosfer
meningkat. Aktivitas penduduk membakar sampah juga perlu mendapat
perhatian dalam konteks meningkatkan konsentrasi gas CO dan lainnya ke
dalam lingkungan atmosfer.
Tujuan utama perlindungan atmosfer adalah: (1) mencegah kadar
emisi gas dan partikulat di lingkungan atmosfer agar tidak melampaui baku
mutu (2) meningkatkan kemampuan lingkungan atmosfer untuk mendaur
ulang emisi gas dan partikulat dan (3) mensosialisaikan tentang bahaya
dan resiko akibat emisi gas dan partikulat yang melampaui baku mutu.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan rencana strategi sebagai berikut:
(1) Menggunakan bahan bakar untuk industri, kendaraan bermotor dan
rumah tangga yang ramah lingkungan (2) Membatasi peredaran dan
penggunaan pupuk nitrogen di lahan sawah, (3) Mengembangkan desain
mesin industri dan kendaraan bermotor dan alat-alat rumah tangga yang
bersih dan minim menghasilkan emisi gas dan partikulat ke atmosfer, (4)
Menciptakan lingkungan sentra industri, jalur lalu lintas dan terminal, serta
kawasan pemukiman padat penduduk yang mampu mendaur ulang emisi
gas dan partikulat, (5) Memperkecil kemungkinan terjadinya kebakaran
hutan, (6) Menginvetarisasi emisi gas dan partikulat dari aktivitas gunung
berapi.
Beberapa permasalahan serius dan sangat mendesak untuk dicari
penyelesaiannya adalah:
1. Berapa sebenarnya populasi minimum tegakan pohon (vegetasi) yang
harus ada di wilayah perkotaan, baik di ruang-ruang publik, maupun di
ruang-ruang privat ?
4
2. Bentuk-bentuk komunitas tegakan pohon seperti apa yang paling
sesuai untuk ruang-ruang publik dan ruang-ruang privat di perkotaan
(tinjauan biofisik, estetika, ekonomi, dan budaya) ?
3. Jenis-jenis tegakan pohon apa saja yang esuai dengan daya dukung
dan kualitas lingkungan kota, serta diminati / sesuai dengan aspirasi
masyarakat kota ?
4. Kendala apa saja yang yang selama ini dihadapi oleh stake-holder
(pemerintah, suasta dan masyarakat) dalam kegiatan penghijauan dan
GSP di wilayah perkotaan ? (termasuk kendala peraturan perundangan
dan enforcementnya, sarana/prasarana, dan cita-rasa masyarakat)
5. Bagaimana langkah-langkah strategis yang dapat secara efektif
digunakan dalam kegiatan sosialisasi dan implementasi program
penghijauan kota, dan gerakan sejuta pohon (GSP), serta melestarikan
hasil-hasilnya?
Jenis pohon yang tajuknya lebat berdaun kecil-kecil efektif menangkap emisi dan meredam
kebisingan kota (foto smn-2009)
5
Jenis tanaman hias dalam sistem pot di sekitar bangunan dapat membantu kenyamanan
lingkungan sekitar gedung (foto smn-2010)
2. Agenda 21 Indonesia: Bidang Perlindungan Atmosfer
Pencemaran udara perkotaan merupakan salah satu masalah
lingkungan yang sangat serius di masa mendatang. Sumber utama
terjadinya pencemaran udara di Jawa Timur antara lain : industri padat
modal, kendaraan bermotor, aktivitas rumah tangga, penggunaan pupuk
nitrogen, dan aktivitas gunung berapi. Keberadaan pabrik semen, pupuk,
kertas, gula dan kendaraan bermotor dan penerbangan masing-masing
akan menghasilkan emisi gas SOx, NOx dan partikulat. Aktivitas rumah
tangga dalam pembakaran sampah akan menghasilkan gas CO2.
Penggunaan pupuk nitrogen di sawah dalam kondisi anaerobe akan
dihasilkan gas methan (CH4), serta aktivitas gunung berapi akan dihasilkan
gas SOx ke atmosfer. Gas SOx, NOx, CO2 dan partikulat secara
potensial akan berdampak terhadap suhu dan kualitas atmosfer.
Permasalahan pencemaran udara, kebisingan
dan getaran
umumnya terasa di pemukiman padat penduduk pada wilayah pusat
industri, jalur lalu lintas atau terminal, lapangan terbang, dan kemungkinan
wilayah persawahan dan pusat kegiatan gunung berapi di Jawa Timur.
Sebagai gambaran di beberapa kota
di Jawa Timur seperti Gresik,
Surabaya, Sidoarjo, dan Malang. Lawang yang semula suhunya relatif
sejuk, saat ini cenderung menjadi panas.
Hal ini diduga
akibat
peningkatan pembakaran bahan bakar dari organik maupun anorganik
yang menyebabkan naiknya konsentrasi CO2 di udara.
Keberadaan pabrik, kendaraan bermotor, penerbangan, aktivitas
rumah tangga, penggunaan pupuk nitrogen di lahan sawah sangat
diperlukan untuk mendukung sumber pendapatan masyarakat dan negara
serta peluang kesempatan kerja. Sebagai misal bahwa produksi semen
untuk memperlancar pembangunan sarana dan prasarana fisik, kendaraan
untuk memperlancar kegiatan ekonomi masyarakat, pupuk nitrogen untuk
peningkatan produksi pangan. Sedangkan aktivitas gunung berapi yang
6
menghasilkan emisi gas SOx merupakan proses alam yang seoptimal
mungkin diantisipasi lebih awal agar tidak menimbulkan dampak terhadap
lingkungan atmosfer. Namun masyarakat membutuhkan keberadaan emisi
gas dan bahan partikulat tersebut tidak mengganggu kesehatan
lingkungan, khususnya kesehatan manusia.
Fenomena meningkatnya jumlah emisi gas dan partkulat di
atmosfer tersebut diduga karena belum adanya pengawasan terhadap
penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan (misal mengandung
Pb), serta teknologi proses pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi
belum standart sehingga cerobong pabrik tetap mengeluarkan asap yang
masih mengandung partikulat yang menyebabkan pencemaran udara.
Konsentrasi emisi gas dan partikulat dari knalpot kendaraan pada jalur lalu
lintas dan terminal yang ada di Jawa Timur terus bertambah. Aktivitas
rumah tangga membakar sampah dan kemungkinan bahaya kebakaran
hutan terus terjadi. Demikian juga penggunaan pupuk nitrogen di lahan
sawah terus meningkat, serta kemungkinan emisi gas SOx yang dihasilkan
oleh aktivitas gunung berapi di Jawa Timur terus terjadi. Kondisi tersebut
kurang menguntungkan dari segi kesehatan lingkungan manusia, karena
konsentrasi bahan pencemar di udara telah melampuai batas ambang.
Meskipun telah ada aturan batas minimal tinggi cerobong, bahan bakar
berkadar Pb rendah, kecenderungan melanggar peraturan yang ada cukup
tinggi, hal ini karena lemahnya sistem dalam pranata hukum yang ada.
Pada Agenda 21 ke depan diharapkan dapat tercipta lingkungan
atmosfer yang bersih dari gas
pencemar dan
partikulat
yang
mengandung bahan polutan udara serta bebas dari kebisingan dan
getaran yang dapat mengganggu kesehatan lingkungan. Tujuan utama
perlindungan atmosfer adalah: (1) mencegah kadar emisi gas dan
partikulat di lingkungan atmosfer agar tidak melampaui baku mutu (2)
meningkatkan kemampuan lingkungan atmosfer untuk mendaur ulang
emisi gas dan partikulat dan (3) mensosialisaikan tentang bahaya dan
resiko akibat emisi gas dan partikulat yang melampaui baku mutu dan 4)
menurunkan tingkat kebisingan dan getaran. Untuk mencapai tujuan
tersebut dilakukan rencana strategi sebagai berikut: (1) Menggunakan
bahan bakar untuk industri, kendaraan bermotor dan rumah tangga yang
ramah lingkungan (2) Membatasi peredaran dan penggunaan pupuk
nitrogen di lahan sawah, (3) Mengembangkan desain mesin industri dan
kendaraan bermotor dan alat-alat rumah tangga yang bersih dan minim
menghasilkan emisi gas dan partikulat ke atmosfer, (4) Menciptakan
lingkungan sentra industri, jalur lalu lintas dan terminal, serta kawasan
pemukiman padat penduduk yang mampu mendaur ulang emisi gas dan
partikulat, (5) Memperkecil kemungkinan terjadinya kebakaran hutan, (6)
Menginvetarisasi emisi gas dan partikulat dari aktivitas gunung berapi.
Atmosfer sebagai salah satu medium lingkungan perlu mendapat
perlindungan terhadap bahan pencemar yang mengganggu kesehatan
manusia. Sebagai medium
lingkungan, atmosfer berfungsi untuk
menampung gas oksigen, karbon dioksida, sulfur oksida, nitrogen oksida,
methan, ozon dan hidrokarbon yang dihasilkan oleh aktivitas manusia
maupun alam seperti gunung berapi. Keberadaan gas-gas tersebut di
atmosfer dalam batas dibawah ambang baku mutu tidak membahayakan
kehidupan manusia dan demikian juga sebaliknya.
7
Pada 10 tahun terakhir bahan pencemar berupa emisi gas dan
partikulat di atmosfer cenderung meningkat melebihi batas ambang
membahayakan kesehatan manusia. Salah satu indikator terjadinya
pencemaran atmosfer adalah langit tampak tidak berwarna biru, akibat
emisi gas dan partikulat yang dihasilkan dari aktivitas industri padat
modal, knalpot kendaraan bermotor, asap dari rumah tangga, gas
belerang yang dihasilkan dari aktivitas gunung berapi dan gas
methan(CH4) dari persawahan. Pada tahun 1998 pertumbuhan industri di
Jawa Timur mengalami peningkatan
sebesar 22, 52%, penduduk
meningkat 9, 69 % dari 32,24 juta menjadi 34.899.236 jiwa, dan
transportasi meningkat menjadi 18.84 % (Bapedalda, 1998). Kegiatan
pembakaran biomassa bahan organik dan anorganik berupa minyak dan
kayu dari aktivitas Industri, kendaraan
bermotor dan penduduk
tersebut akan menghasilkan emisi gas dan partikulat yang dapat
mencemari atmosfer. Kondisi tersebut secara langsung maupun tidak
langsung menyebabkan kualitas atmosfer menurun. Menurunnya
kualitas atmosfer ditandai dengan meningkatnya konsentrasi gas beracun
dari belerang, methan, nitogen oksida dan bahan toksin lainnya di
atmosfer yang melampaui batas ambang diperkenankan bagi kesehatan
manusia.
Perlindungan atmosfer dapat dilakukan dengan pendekatan secara
terintregasi dengan mempertimbangkan lingkungan dan energi antara
sektor pembangkit tenaga listrik, transportasi, industri, pertanian, rumah
tangga, dan bencana alam kebakaran hutan dan aktivitas gunung berapi.
Di Jawa Timur terdapat dua jenis pembangkit tenaga listrik yaitu PLTU
dan PLTD dengan bahan bakar batubara dan minyak solar. Sebagai
contoh PLTU di Paiton, PLTD di beberapa kota besar di Jawa Timur.
Sektor transportasi terutama di kota-kota besar di Jawa Timur seperti di
Surabaya perlu mempertimbangan emisi gas yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor yang mengkonsumsi energi. Aktivitas industri yang
mengkonsumsi energi minyak bumi maupun limbah organik seperti
blotong (ampas tebu) yang didaur ulang untuk sumber energi akan
menghasilkan partikulat ke atmosfer, sehingga beban lingkungan atmosfer
meningkat. Aktivitas penduduk menggunakan pupuk nitrogen di sawah
dalam kondisi anaerobe akan dihasilkan gas methan (CH4). Keberadaan
gas methan di atmosfer akan berbanding lurus dengan luas sawah dan
jumlah penggunaan pupuk nitrogen dalam budidaya padi di Jawa Timur.
Aktivitas penduduk membakar sampah juga perlu mendapat perhatian
dalam konteks meningkatkan konsentrasi gas CO dan lainnya ke dalam
lingkungan atmosfer.
8
Pemupukan pada lahan sawah harus dilakukan secara hati-hati, sehingga tidak
berdampak negative terhadap kualitas udara (foto smn 2010)
2.1. Strategi
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka masalah yang
dihadapi oleh Jawa Timur dalam hubungannya dengan perlindungan
atmosfer adalah terkait dengan faktor geografi, kebijakan perizinan dan
pengawasan; perilaku sosial-ekonomi dan budaya masyarakat.
Penyusunan Implementasi Agenda 21 Jawa Timur, sehubungan dengan
upaya perlindungan atmosfer
harus mendapatkan prioritas utama.
Rencana strategis untuk 20 tahun kedepan sebagai berikut :
1. Menetapkan baku mutu bahan pencemar dan partikulat di atmosfer
secara akurat
2. Mengembangkan bahan bakar untuk industri, kendaraan bermotor
dan rumah tangga yang ramah lingkungan
3. Mengembangkan desain mesin industri dan kendaraan bermotor
agar dapat menghasilkan emisi gas yang bersih dan membatasi
jumlah kendaraan bermotor
4. Menetapakan kawasan sentra industri, menciptakan hutan
kota dan jalur hijau di pusat pemukiman dan aktivitas lalu
lintas untuk membersihkan polutan di atmosfer
5. Membatasi penggunaan pupuk nitrogen di lahan sawah
6. Menginventarisasi gas beracun dari aktivitas gunung berapi dan
lahan sawah
7. Menurunkan tingkat kebisingan dan getaran di wilayah sentra
industri, lalu lintas darat dan udara
9
Jalur hijau jalan perkotaan dengan campuran vegetasi yg
beragam arsitektur tajuknya (foto smn-2009)
2.2. Visi
Menciptakan lingkungan atmosfer yang bersih dari emisi gas dan
partikulat serta tingkat kebisngan dan getaran di sentra industri, di
sepanjang jalur lalu lintas dan terminal, pemukiman padat penduduk, lahan
pertanian dan wilayah pedesaan. Dengan lingkungan atmosfer yang bersih
diharapkan terwujud lingkungan yang sehat untuk mendukung
kesinambungan
pembangunan
dan
sekaligus
meningkatkan
kesejahteraan, kemajuan dan kemandirian di Jawa Timur.
2.3. Misi
Misi perlindungan atmosfer mencakup (1) Mengembangkan
metode pengukuran baku mutu gas-gas penyebab efek rumah kaca yang
akurat , (2) Mengembangkan desain mesin industri dan kendaraan
bermotor yang effisien dalam penggunaan energi dan minim menghasilkan
emisi gas dan partikulat (3) Pengembangan dan penataan paru-paru kota
di wilayah pusat industri, jalur hijau di sepanjang jalur lalu lintas dan
terminal, serta wilayah pemukiman padat penduduk untuk mengurangi
beban lingkungan atmosfer dari gas beracun dan partikulat, (4) Penetapan
dan pengaturan wilayah sentra industri, pusat transportasi (terminal), (5)
Mensosialisasikan peraturan untuk pelaksanaan program pengawasan
pencemaran udara secara berkelanjutan dan (6) Mengembangkan pusat
informasi aktivitas gunung berapi yang aktif menghasilkan emisi gas
beracun di Jawa Timur
2.4. Tujuan
Arah pembangunan di Jawa Timur dalam Agenda 21, secara
bertahap diharapkan mampu mewujudkan atmosfer yang bersih. Untuk
10
mendukung keberlanjutan pembangunan, maka
perlu melakukan
perlindungan atmosfer agar lingkungan atmosfer tetap bersih dan
memberikan manfaat bagi kehidupan sepanjang masa. Berdasarkan
pertimbangan, strategi, visi dan misi maka tujuan perlindungan atmosfer
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengembangkan alat ukur yang akurat untuk monitoring bahan
pencemar dan partikulat di atmosfer di wilayah sentra industri,
transportasi darat dan udara, pemukiman padat penduduk, di wilayah
persawahan dan gunung berapi
2. Melakukan kajian secara sistematis untuk mendapatkan alternatif
pengganti bahan energi yang terbarukan dan ramah lingkungan
3. Meningkatkan pengawasan penggunaan sumber energi beremisi gas
dan partikulat tinggi dan memberikan sanksi hukum bagi yang
melanggar peraturan yang telah disepakati bersama.
4. Menetapkan wilayah sentra kawasan industri, pemukiman dan hutan
kota serta jalur hijau untuk mendaur ulang emisi gas dan partikulat
5. Mensosialisikan kebijakan tentang perlindungan atmosfer pada
industriawan, pengguna kendaraan bermotor, rumah tangga dan
masyarakat agar berkemampuan untuk ikut berpartisipasi dalam
mencegah terjadinya efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon.
2.5.
LANGKAH-LANGKAH
LAPISAN OZON
UNTUK
MENGHADAPI
PENIPISAN
2.5.1. Dasar Pertimbangan
Lapisan ozon adalah lapisan yang terdapat pada ketinggian 20 - 50
km dari permukaan bumi pada lapisan stratosfer. Lapisan ozon ini mampu
menahan sinar ultra violet (UV) yang datang dari matahari sampai 99 %,
sinar UV diketahui merupakan mutagenik dan karsinogenik. Apa yang
terjadi bila UV bereaksi dengan 03 (ozon). Secara alamiah produk akhir ini
akan menyatu kembali untuk membentuk 03 dan menghasilkan panas.
Dengan kata lain lapisan ozon mampu melindungi sekaligus mendaur
ulang produk akhirnya. Bila perlindungan tidak ada maka segala makhluk
hidup di bumi akan musnah karena radiasi sinar UV akan mematikan
tumbuhan dan spesies lain yang nutrisinya didapat dari tumbuhan.
Penduduk di Jawa Timur telah banyak menggunakan bahan bahan yang dapat merusak lapisan ozon seperti freon (chlorofluoro
carbon), gas methan dari pupuk nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa satu molekul freon (CFC) dapat merusak 100.000 molekul ozon.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa penurunan kadar ozon sebanyak 1%
akan meningkatkan kasus kanker sebanyak 2-4%, sampai akhir tahun
2000 akan terdapat 300.000 kasus kanker dengan kematian sebanyak 4%.
Tidak hanya kanker, sinar UV yang berlebih juga menyebabkan katarak,
bila kadar O3 menurun sebanyak 10 % maka insiden katarak akan
meningkat sebanyak 1.6 juta kasus (Chiras, 1998).
Selain efek rumah kaca, kegiatan industri banyak menghasilkan
gas belerang yang merupakan bahan polutan yang bersifat asam.
Pertumbuhan Industri di Jawa Timur pada 10 tahun terakhir meningkat
sangat pesat hampir 20 % - 30 %. Gas belerang dan NOx yang
11
bercampur dengan air hujan akan menghasilkan H2S dan asam nitrat.
Sedangkan gas belerang dan NOx yang kering berupa bahan partikulat
sulfat dan nitrat di atmosfer langsung mengendap ke tanah.
Berdasarkan hal tersebut, tantangan kedepan bagi Jawa Timur
adalah bagaimana mengurangi dampak emisi gas dan bahan partikulat
dari industri, transportasi, rumah tangga dan kegiatan gunung berapi yang
semakin besar. Dampak penggunaan batu bara, minyak tanah dan solar
pada PLTU dan PLTD dapat di antisipasi dengan meningkatkan efisiensi
penggunaan energi listrik, penggunaan mesin yang minim menghasilkan
emisi gas, mencarikan bahan energi alternatif yang minim menghasilkan
emisi gas dan partikulat yang mengandung bahan pencemar di atmosfer.
2.5.2. Tujuan
Pada 20 tahun ke depan, kebutuhan atmosfer dengan udara
bersih dari bahan pencemar di Jawa Timur diharapkan dapat diwujudkan.
Kondisi tersebut merupakan salah satu syarat untuk mengatasi terjadinya
penipisan lapisan ozon. Gerakan tersebut akan lebih berhasil apabila
dikaitkan dengan persyaratan ekolabelling dan berlakunya ISO 14000
dalam era perdagangan bebas dan global saat ini.
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka upaya peningkatan
kualitas atmosfer ditujukan untuk :
1. Menurunkan konsumsi bahan kimia perusak lapisan ozon antara lain
clorflourocarbon (CFC) dan penggunaan pupuk nitrogen di lahan
sawah
2. Mengembangkan penilitian untuk mendapatkan alternatif bahan
pengganti CFC
3. Mensosialisaikan pada masyarakat akan bahaya penggunaan bahan
CFC terhadap
penipisan lapisan ozon dan kesehatan manusia
2.5.3. Rencana Strategis
Bertolak dari dasar pemikiran, tujuan program dan tantangan yang
akan datang di Jawa Timur sehubungan dengan efek rumah kaca dan
penipisan lapisan ozon, maka disusun rencana strategis untuk 20 tahun
kedepan sebagai berikut :
1. Menggunakan bahan kimia alternatif sebagai pengganti CFC yang
menyebabkan efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon
2. Meningkatkan pengetahuan pada masyarakat tentang bahan CFC dan
penggantinya
3. Membatasi masuknya bahan CFC dan sejenisnya ke wilayah Jawa
Timur
2.6.
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN
IKLIM GLOBAL
2.6.1. Dasar pertimbangan
Keberadaan gas CO2 akibat kebakaran hutan, gas methan karena
penggunaan pupuk nitrogen di lahan sawah dalam kondisi anaerobe ;
chlorflorocarbon (CFC) dan NO2 di Jawa Timur pada sepuluh terakhir
12
cenderung meningkat. Kondisi ini menyebabkan kualitas atmosfer
menurun, utamanya di wilayah sentra industri, lahan sawah, dan
pemukiman padat penduduk dan di kawasan hutan yang terbakar. Gas
belerang merubah danau-danau menjadi asam membunuh ikan-ikan dan
kehidupan dalam air lainnya, disamping itu juga merusak hasil panen.
Bahan sulfur juga dapat merusak hutan, patung-patung dan bangunan.
Bahan sulfur dapat dibagi menjadi dua katagori besar yaitu basah dan
kering. Bahan sulfur basah diakibatkan oleh hujan yang proses
pembentukannya merupakan hasil percampuran uap air di udara dengan
gas SOx dan NO2 yang mengakibatkan H2S dan asam nitrat. Bahan sulfur
kering berupa partikel sulfat dari udara langsung mengendap ke tanah.
Sumber terbesar dari bahan sulfur di Jawa Timur berasal dari
daerah perkotaan padat kendaraan bermotor dan kawasan industri.
Sekitar 70 % dari SO2 berasal dari pembangkit tenaga listrik berbahan
bakar batubara. Walaupun sulfur oksida dan nitrogen oksida dapat
berasal dari berbagai sumber, tetapi sumber terpenting adalah dari
pembangkit listrik dan asap kendaraan bermotor.
Dengan adanya
pembangkit tenaga listrik berbahan bakar batubara dan meningkatnya
jumlah kendaraan bermotor di kota - kota besar
di Jawa Timur
menyebabkan kondisi emisi gas dan bahan partikulat meningkat.
Berdasarkan laporan Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Jawa Timur
(1998) menunjukkan bahwa energi listrik yang berbahan bakar batu bara
akan menghasilkan debu : 183.160 ton/tahun; SO2 sebesar 535.380
ton/tahun, NOx sebesar 211.390 ton/tahun dan Hidro Carbon sebesar
14.090 ton/tahun.
Sumber lain yang menyebabkan terjadinya penipisan lapisan ozon
adalah karena terjadinya kebakaran hutan. Kebakaran hutan pada akhirakhir ini sering menimbulkan masalah asap yang mengganggu sistem
pernafasan masyarakat.
Kebakaran hutan mengakibatkan sebagian
plasma nutfah di hutan mengalami kepunahan. Asap yang dihasilkan dari
kebakaran hutan mempunyai kemiripan dengan terjadinya pembakaran
terbuka dari sampah rumah tangga dari perkotaan. Laporan dari Neraca
Kualitas Hidup di Jawa Timur menunjukkan bahwa pembakaran sampah
kota memberikan beban pencemaran debu sebesar 164 ton/tahun, SO2
sebesar 10.250 ton/tahun dan NO2 61.5 ton /tahun.
Berdasarkan hal tersebut, tantangan kedepan bagi Jawa Timur
untuk menghadapi perubahan iklim global dan langkah-langkah untuk
mengatasinya adalah dengan : mencarikan bahan energi alternatif yang
minim menghasilkan emisi gas dan bahan partikulat di atmosfer.
Sedangkan gas beracun dari gunung berapi perlu diwaspadai dan difikirkan
jalan keluar bagi keselamatan penduduk di sekitar gunung.
13
Vegetasi pepohonan efektif menyerap polutan dari udara dan
memperbaiki kenyamanan iklim mikro kota (foto smn-2009)
2.6.2. Tujuan
Kebutuhan udara yang bebas bahan gas pencemar di Jawa
Timur Pada 20 tahun ke depan, diharapkan dapat diwujudkan. Kondisi
tersebut merupakan salah satu syarat untuk mendukung kesinambungan
pembangunan. Berdasarkan beberapa
pertimbangan dan upaya
penurunan bahan sulfur serta asap maka dirumuskan tujuan sebagai
berikut :
1. Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan batu bara, bakar
minyak untuk industri, transportasi dan rumah tangga.
2. Mengupayakan hutan kota, penghijauan di sepanjang jalur lalu
lintas dan terminal, serta di wilayah hutan
3. Mengaktifkan penelitian bidang energi dan kehutanan untuk
pengendalian emisi gas dan bahan partikulat
4. Mensosialisasikan hasil-hasil penelitian melalui penyuluhan
tentang bahaya kronis akibat atmosfer yang tercemar dengan
bahan polutan dan efek rumah kaca.
2.6.3. Rencana Strategis
Bertolak dari permasalahan dan tantangan saat ini dan yang akan
datang di Jawa Timur akibat efek akumulasi asam dan asap dari proses
pembakaran sampah dan kebarakaran hutan di atmosfer , maka disusun
rencana strategis untuk 20 tahun kedepan sebagai berikut:
1. Memperluas hutan kota, khususnya di wilayah sentra industri,
pemukiman padat penduduk dan jalur tranportasi
14
2. Mengelola kawasan hutan secara proporsional dengan
mempertimbangkan sisi ekonomi dan ekosistem termasuk
menjaga dari bahaya kebakaran
3. Meningkatkan peran serta industriawan, pemerintah dan
masyarakat dalam ikut menjaga
lingkungan atmosfer yang
bersih dan sehat untuk kesinambungan pembangunan
4. Pengembangan penelitian untuk mendapatkan bahan bakar
yang ramah lingkungan dan lingkungan yang mampu mendaur
ulang emisi gas dan partikulat.
Emisi kendaraan bermotor menjadi faktor penting yang menentukan kualitas
kenyamanan udara kota (foto smn 2010)
3. Pengertian dan Peranan Hutan Kota
3.1. Pengertian Hutan Kota
Hutan kota (urban forest) adalah suatu lahan yang bertumbuhan
pohon-pohonan di wilayah perkotaan, di tanah negara atau tanah milik,
berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air,
udara, habitat flora dan fauna, yang memiliki nilai estetika dan dengan
luasan yang solid merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta
areal tersebut ditetapkan sebagai hutan kota.
Hutan kota juga dapat didefinisikan sebagai pepohonan dan hutan
di dalam kota dn di sekitar kota yang berguna dan berpotensi sebagai
pengelola lingkungan perkotaan oleh tumbuhan dalam hal ameliorasi iklim,
15
rekreasi, estetika, fisiologi, sosial, dan kesejahteraan ekonomi masyraakat
kota.
Fakuara (1987) mendefinisikan hutan kota sebagai tumbuhan atau
vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat
lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan-kegunaan proteksi,
estetika, rekreasi, dan kehgunaan khusus lainnya.
Kawasan agrowisata kebun teh mempunyai peranan ganda (foto smn-2009)
3.2. Peranan Hutan Kota
Hutan kota dapat berfungsi sebagai komponen perlindungan
kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan dan sekitarnya,
karena dapat berfungsi sebagai penyerap polutan, penyerap bau, peredam
kebisingan, habitat satwa liar, ameliorasi iklim, mengurangi bahaya banjir,
mengurangi intrusi air laut, pengelolaan air tanah, penahan angin dan
lainnya.
a. Identitas Kota dan Pelestarian Plasma Nutfah
Hutan kota dapat dijadikan tempat koleksi keaneka-ragaman
hayati, dengan flora dan fauna yang spesifik-endemik untuk suatu daerah.
Beberapa jenis tanaman dan hewan merupakan simbol suatu kota atau
daerah. Misalnya Enau, Kayu Manis, Trulek kayu, Pelatuk Jambul Jingga,
Kambing Gunung, dan lainnya.
b. Penahan dan Penyaring Partikel dari udara
Daun yang berbulu dan berlekuk, seperti daun bunga matahari,
mempunyai kemampuan tinggi menyerap partikel dari udara.
16
Jenis pohon berdaun lebar mampu mereduksi partikel dalam udara
kota hingga 30%, sedangkan pohon berdaun jarum mampu mereduksi
partikel dalam udara kota hingga 42%.
c. Penyerap dan penjerap partikel Timbel
Umasda (1989) mengklasifikasikan kemampuan jenis pohon dalam
menyerap aprtikel timbal dari udara sbb:
1. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sangat baik: Jambu
batu, Ketapang, dan Bungur
2. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sedang: Mahoni,
Mangga, Cemara gunung, Angsana
3. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap rendah: Daun kupukupu, Kersen, KenangaKere payung, Karet munding, Kenari,
Akasia, Dadap.
d. Penyerap dan penjerap Debu Semen
Jenis tanaman yang cocok untuk tujuan ini adalah Mahoni, Tanjung,
Kenari, Meranti merah, Kere payung, dan Kayu Hitam (Irawati, 1990).
e. Peredam Kebisingan
Jenis tumbuhan yang efektif meredam suara ialah yang tajuknya
tebal dengan daun yang rindang.
f. Menanggulangi Hujan Asam
Pohon dapat membantu mengatasi dampak hujan asam melalui
proses fisiologis yang disebut GUTASI. Proses ini akan menghasilkan
unsur alkalis seperti Ca, Na, K, dan Mg, serta senyawa organik seperti
glutamin dan gula (Smith, 1981). Unsur alkalis ini akan menhgikat sulfat
atau nitrat yang terdapat dalam air hujan.
g. Penyerap Karbon-monoksida
Hutan kota dapat menyerap gas CO hingga 2.2 ton/ha/tahun (Smith,
1981). Gas CO bersenyawa dengan O2 menjadi CO2, dan selanjutnya
gas CO2 ini serap daun untuk fotosintesis.
h. Penyerap CO2 dan Penghasil O2
Umumnya tanaman C3 lebih responsif
terhadap kenaikan
konsentrasi CO2 dalam udara, dibandingkan dengan tanaman C4. Titik
kompensasi CO2 tumbuhan C3 dapat mencapai 50-150 ppm.
i. Penahan Angin
Hutan kota mempunyai kemampuan mengurangi kecepatan aliran
angin kencang hingga 75-80%. Persyaratan jenis pohon untuk keperluan
ini adalah (1) memiliki dahan yang kuat, biasanya berat jenis kayunya >
0.4, (2) daunnya tidak mudah rontok oleh terpaan angin, (3) akarnya
menghunjam kuat masuk ke dalam tanah, (4) mempunyai kerapatan yang
cukup (50-60%).
17
Jalur hijau jalan raya mempunyai fungsi ganda dalam hal kenyamanan lingkungan
kota (foto smn 2009)
j. Peredam Bau
Tanaman dapat menyerap bau busuk secara langsung, pepohonan
mampu menahan gerakan angin yang mengalir dari sumber bau.
Tanaman tertentu dapat mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir
bau busuk; jenis tanaman ini seperti Cempaka dan Tanjung.
k. Mengurangi Penggenangan
l. Mengatasi Intrusi Air Laut
Jenis tanaman yang dipilih adalah tahan salinitas tinggi, evapotranspirasi rendah, mempunyai kemampuan memperbesar infiltrasi dan
perkolasi air hujan.
m. Produksi Terbatas
n. Ameliorasi Iklim
Daun mempunyai kemampuan memantulkan sinar infra merah
sebesar 70%, dan visible light 6-12%. Cahaya hijau yang paling banyak
dipantulkan daun (10-20%), sedangkan jingga dan merah paling sedikit
dipantulkan daun (3-10%). Ultra violet yang dapat dipantulkan daun tidak
lebih dari 3% (Larcher, 1980). Suhu udara pada daerah berhutan lebih
nyaman daaripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman. Suhu
18
udara yang dianggap nyaman untuk manusia di Indonesia adalah sekitar
25oC.
Tajuk hijau pepohonan juga berperan menyerap radiasi panas sehingga dapat
menyejukkan suhu udara di bawahnya (foto smn 2009).
o. Pengelolaan Sampah
p. Konservasi Air Tanah
Besarnya intersepsi tajuk ditentukan oleh jenis tanaman, jarak
tanam, kondisi angin, evaporasi, intensitas hujan, lamanya hujan, dan
curah hujan. Sistem perakaran pohon dan seresah yang berubah menjadi
bahan organik tanah akan memperbesar jumlah pori tanah, infiltrasi dan
perkolasi air hujan.
q. Peredam Cahaya Silau
Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya
matahari tergantung pada ukuran dan kerapatannya. Jenis pohon dapat
dipilih berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya.
r. Meningkatkan Keindahan
Tanaman dengan bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat
dipadukan dengan benda-benda buatan seperti bangunan gedung, jalan
dan lainnya untuk mendapatkan komposisi tertentu. Warna daun, bunga,
atau buah menjadi komponen yang kontras atau untuk memenuhi
rancangan yang bergradasi lembut.
19
Kawasan agrowisata kebun teh mempunyai peranan ganda (foto smn-2009)
s. Sebagai Habitat Burung
Salah satu saywa liar yang dapat dikembangkan di wilayah
perkotaan adalah burung. Beberapa manfaat dari satwa ini adalah (1)
membantu mengendalikan serangga hama, (2) membantu penyerbukan
bunga, (3) mempunyai nilai ekonomi tinggi, (4) memiliki suara yang khas,
menimbulkan suasana yang menyenangkan, (5) atraksi rekreasi, (6)
sumber plasma nutfah, (7) obyek pendidikan dan penelitian.
Beberapa jenis tumbuhan yang banyak difatangi burung adalah (1)
Ficus spp., (2) dadap, (3) Dangdeur berbunga merah, (4) aren, dan (5)
Bambu.
3.3. Tipe dan Bentuk Hutan Kota
3.3.1. Tipe Hutan Kota
Hutan kota dapat berbentuk kebun raya/ hutan raya, taman, jalur
hijau (peneduh jalan, tepi jalan tol), dan hutan. Pemilihan bentuk ini
berdasarkan pada kondisi lokasi dan peruntukan lahannya.
a. Tipe Pemukiman
Tipe ini dapat berupa taman engan komposisi tanaman pohon yang
tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. Taman adalah lahan
terbuka dengan luasan tertentu dan di dalamnya ditanami pepohonan,
perdu, semak dan rerumputan yang dikombinasikan dengan kreasi dari
bahan-bahan lainnya.
b. Tipe Kawasan Industri
20
Beberapa jenis tanaman mampu menyerap polutan di udara bebas,
serta ada jenis-jenis yang tahan terhadap polutan udara.
c. Tipe Rekreasi dan Keindahan
Rekreasi dapat berarti kegiatan manusia untuk memanfaatkan
waktu luangnya, terjadi di dalam ruangan (indoor) atau di alam terbuka
(outdoor). Rekreasi di alam terbuka dapat mendatangkan pengalaman
baru, lebih menyehatkan jasmani dan rohani, serta meningkatkan
ketrampilan.
Rekreasi di hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali
kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, hingga
siap mengahadpi tugas baru.
Ruang terbuka hijau berupa taman rekreasi (foto smn-2009)
d. Tipe Konservasi Plasma Nutfah
Hutan konservasi ini mempunyai tujuan mencegah kerusakan,
perlindungan dan konservasi sumberdaya alam; bentuknya dapat berupa
kebun raya, hutan raya dan kebun binatang.
e. Tipe Perlindungan
Termasuk dalam tipe ini adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan
bebas hambatan. Dengan menanam jenis perdu yang liat dan dilengkapi
dengan jalur pohon dan tanaman jenis legume merambat secara berlapislapis, diharapkan dapat menahan kendaraan yang ke luar dari jalur jalan.
Kota yang rawan air tawar akibat menipisnya jumlah air tanah
dangkal dan atau terancam intrusi air laut, maka hutan lindung harus
21
dibangun di lokasi tangkapan sebagai penyerap, penyimpan, dan pemasok
air.
Jalur hijau jalan raya Kediri – Malang (foto smn-2010)
Jalur hijau jalan raya Ngantang – Pujon (foto smn-2010)
22
3.3.2. Bentuk Hutan Kota
a. Jalur Hijau
Jalur hijau ini dapat berupa pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di
bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau bantaran sungai, dan
lainnya.
Jalur hijau jalan-jalan permukiman kota (foto smn-2009)
b. Taman
Taman berisi tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa,
sebagian atau seluruhnya merupakan hasil rekayasa manusia, untuk
mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Keindahan dapat berasal dari
bentuk/warna/tekstur tajuk, tekstur daun, bentuk percabangan, bunga dan
buahnya.
c. Kebun dan Halaman rumah
Tanaman yang ditanam biasanya tanaman buah berumur panjang
seperti mangga, sawo, durian, rambutan, jambu, jeruk, delima; atau jenisjenis pohon estetika seperti cemara, palem, pakis, fisilium dan lainnya.
Tanaman halaman rumah mempunyai fungsi integrasi antara fungsi hutanalam dan fuingsi sosial-ekonomio-budaya masyarakat.
23
Ruang Terbuka Hijau: Pemukiman di perkotaan (foto
smn-2009)
d. Kebun Raya dan Kebun Binatang
Tanaman dalam kawasan ini dapat berasal dari daerah sekitar yang
mempunyai nilai ekonomis dan/atau nilai ilmiah yang tinggi.
e. Hutan Lindung.
Daerah yang lerengnya curam dan rawan longsor harus dijadikan
kawasan hutan lindung.
4. Pembangunan Hutan Kota / Penghijauan Kota
4.4.1. Perencanaan
Aspek-aspek yang harus dicakup dalam perencanaan hutan hota
adalah lokasi, fungsi dan pemanfaatan lahan, teknik silvikultur, arsitektur
lansekap, sarana dan prasarana, dan teknik pengelolaan lingkungan.
Data dan informasi yang diperlukan dalam perencanaan adalah (1)
data fisik wilayah, (2) data sosial ekonomi masyarakat, (3) keadaan
lingkungan, (4) rencana pembangunan wilayah, dan (5) bahan penunjangn
lainnya.
Rencana pengembangan hutan kota dan penghijauan kota
lazimnya terdiri atas tiga bagian, yaitu: (1) Rencana jangka panjang, (2)
Rencana detail, disain dan rancang-bangun fisik, dan (3) Rencana tahun
pertama dan seterusnya.
24
4.4.2. Pemilihan Jenis
Menurut Dibyosuwarno (1986), beberapa kriteria pemilihan jenis
tanaman untuk penghijauan kota adalah
(1) mempunyai perakaran yang dalam
(2) pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap pemangkasan dan
gangguan fisik,
(3) Tahan terhadap kekurangan air,
(4) selalu hijau dan berbunga,
(5) dapat tumbuh pada berbagai kondisi tanah,
(6) tajuknya melebar,
(7) cabangnya tidak mudah rontok,
(8) berpengaruh baik terhadap tanah,
(9) dapat tumbuh pada lahan terbuka,
(10) disenangi oleh warga kota.
Kriteria untuk pemilihan pohon peneduh adalah
(1) mudah tumbuh pada tanah yang padat,
(2) tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah ,
(3) tahan terhadap hembusan angin yang kuat,
(4) dahan dan ranting tidak mudah patah,
(5) pohon tidak mudah tumbang,
(6) buah tidak terlalu besar,
(7) seresah yang dihasilkan sedikit,
(8) tahan terhadap bahan pencemar dari emisi kendaraan
bermotor dan industri,
(9) luka akibat benturan fisik mudah sembuh,
(10) cukup teduh, tetapi tidak terlalu gelap.
Persyaratan jenis tanaman untuk keperluan estetika adalah
(1) tajuk dan bentuk percabangannya indah,
(2) bunga dan buahnya mempunyai warna dan bentuk yang
indah.
Persyaratan untuk pemanfaatan khusus sesuai dengan tujuan
penghijauan kota adalah
(1) tahan terhadap salinitas tinggi,
(2) tahan terhadap polutan dari emisi kendaraan bermotor dan
industri,
(3) mempunyai kemampuan tinggi menyerap gas-gas,
(4) tahan terhadap hujan asam,
(5) mempunyai efek hidrologis yang baik,
(6) menjadi habitat burung, dan
(7) menghasilkan wewangian.
DAFTAR PUSTAKA
......... bersambung ...........
Download