BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berikut adalah gambaran umum dari objek penelitian yang diteliti oleh penulis. Gambaran umum ini menjelaskan sedikit mengenai sejarah singkat, visi dan misi perusahaan yang menjadi sample dalam penelitian ini. 3.1.1 Bursa Efek Indonesia Bursa Efek Indonesia berpusat di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kawasan Niaga Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Bursa Efek Indonesia yang disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan sistem baru bernama JATS-Next G yang disediakan OMX. Secara singkat, perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: 14 Desember 1912: Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. 1914 - 1918: Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I 1925 - 1942: Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya 25 26 Awal tahun 1939: Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. 1942 - 1952: Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II 1952: Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950) 1956: Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. 1956 - 1977: Perdagangan di Bursa Efek vakum. 10 Agustus 1977: Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. 1977 - 1987: Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. 1987: Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. 1988 - 1990: Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. 2 Juni 1988: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Desember 1988: Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. 16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 13 Juli 1992: Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 27 22 Mei 1995: Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automatic Trading Systems). 10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan Undang -Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. 1995: Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 2000: Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. 2002: BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). 2007: Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Fungsi Bursa Efek Indonesia Berdasarkan Undang-undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari. Pasar Modal dilakukan oleh BAPEPAM yang bertujuan untuk mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat memperoleh dana segar masyarakat melalui penjualan Efek saham dengan melalui prosedur IPO atau efek utang (obligasi). Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas. 28 Secara umum, manfaat dari keberadaan pasar modal adalah: 1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi yang beragam bagi investor sehingga memungkinkan untuk melakukan diversifikasi. Alternatif investasi memberikan potensi keuntungan dengan tingkat risiko yang dapat diperhitungkan. 3.Menyediakan leading indikator bagi perkembangan perekonomian suatu negara. 4. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 5. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme menciptakan iklim berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen profesional. Pasar Modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut. Visi Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Misi Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance. Core Values 1. Teamwork 2. Integrity 3. Professionalism 4. Service Excellence Core Competencies 1. Building Trust 2. Integrity 3. Strive for Excellence 4. Customer Focus 29 Logo Bursa Efek Indonesia Gambar 3.1 Logo IDX Sumber: http://www.idx.co.id/ Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia Gambar 3.2 Struktur Organisasi BEI Sumber: http://www.idx.co.id/ 30 Peneliti menggunakan data emiten tahun 2011, 2012 dan 2013 untuk variabel independen dalam penelitian ini (EPS, ROE, DPR). Sedangkan untuk memprediksi variabel dependen (harga saham), data yang digunakan adalah harga saham perusahaan tahun 2011, 2012 dan 2013. Berdasarkan kriteria penarikan sampel yang telah dilakukan, terdapat 49 sampel perusahaan manufaktur yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini. Daftar perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Sampel Penelitian No. Nama Perusahaan Kode 1 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA 2 Alumindo Light Metal Industry Tbk ALMI 3 Asahimas Flat Glass Tbk AMGF 4 Arwana Citra Mulia Tbk ARNA 5 Astra International Tbk ASII 6 Astra Auto Part Tbk AUTO 7 Berlina Tbk BRNA 8 Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN 9 Delta Djakarta Tbk DLTA 10 Duta Pertiwi Nusantara DPNS 11 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA 12 Ekadharma International Tbk EKAD 13 Goodyear Indonesia Tbk GDYR 14 Gudang Garam Tbk GGRM 15 Gajah Tunggal Tbk GJTL 16 Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP 17 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP 18 Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR 19 Sumi Indo Kabel Tbk IKBI 20 Indomobil Sukses International Tbk IMAS 21 Indal Aluminium Industry Tbk INAI 22 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 31 23 Indospring Tbk INDS 24 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk INTP 25 Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL 26 Jembo Cable Company Tbk JECC 27 Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA 28 Kimia Farma Tbk KAEF 29 KMI Wire and Cable Tbk KBLI 30 Kabelindo Murni Tbk KBLM 31 Kalbe Farma Tbk KLBF 32 Lion Metal Works Tbk LION 33 Lionmesh Prima Tbk LMSH 34 Malindo Feedmill Tbk MAIN 35 Mustika Ratu Tbk MRAT 36 Mayora Indah Tbk MYOR 37 Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI 38 Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk SCCO 39 Sekar Laut Tbk SKLT 40 Holcim Indonesia Tbk SMCB 41 Semen Gresik Tbk SMGR 42 Selamat Sempurna Tbk SMSM 43 Mandom Indonesia Tbks TCID 44 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk TKIM 45 Surya Toto Indonesia Tbk TOTO 46 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC 47 Unggul Indah Cahaya Tbk UNIC 48 Unilever Indonesia Tbk UNVR 49 Voksel Electric Tbk VOKS Sumber : Data diolah Peneliti, 2014 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain penelitian kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel memengaruhi 32 variabel lainnya (Sekaran, 2011). Variabel yang digunakan pada penelitian peneliti adalah Earnings Per Share, Return On Equity, dan Dividend Payout Ratio sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen. 3.2.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data diantaranya: Menurut sifatnya, data yang digunakan adalah data kuantitatif karena penulis menggunakan data laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari periode tahun 2011-2013. Menurut cara perolehannya, data yang digunakan adalah data sekunder karena data tersebut diperoleh penulis dari Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Adapun riset yang dilakukan penulis adalah riset kepustakaan yang dilakukan dengan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini guna memperoleh data sekunder dan landasan teori. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis untuk melakukan riset adalah teknik dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan dan harga saham setiap sampel dari periode 2011 hingga 2013 dengan bersumber dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). 3.2.2 Penentuan Jumlah Sampel Menurut Sekaran (2011:122) “populasi merupakan kumpulan semua elemen dalam populasi dimana sampel diambil.” Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah semua perusahaan manufaktur di BEI dengan periode 2011-2013 yaitu sebanyak 130 perusahaan. Menurut Sekaran (2011:123) sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, sejumlah, tapi tidak semua, elemen populasi akan membentuk sampel. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling, artinya sampel dipilih dengan kriteria tertentu terlebih dahulu. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 49 perusahaan manufaktur pada tahun 2011-2013. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di BEI dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan industri manufaktur Indonesia yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan 2011-2013. 33 2. Saham perusahaan yang masih aktif dibidang manufaktur yang terdaftar di BEI yaitu perusahaan manufaktur dengan periode 2011-2013. 3. Perusahaan manufaktur yang menyajikan laporan keuangan audit dan rasio secara lengkap sesuai dengan variabel yang akan diteliti berdasarkan sumber yang digunakan. Peneliti menggunakan data emiten tahun 2011, 2012, dan 2013 untuk variabel independen dalam penelitian ini (EPS, ROE, DPR). Sedangkan untuk memprediksi variabel dependen (harga saham), data yang digunakan adalah harga saham perusahaan tahun 2011, 2012, dan 2013. Berikut penggolongan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan diatas: Tabel 3.2 Populasi dan Sampel No. Kriteria Jumlah Perusahaan industri manufaktur Indonesia yang secara 1. konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 130 periode pengamatan 2011-2013. Saham perusahaan yang tidak aktif dibidang manufaktur 2. yang terdaftar di BEI yaitu perusahaan manufaktur 2 dengan periode 2011-2013. Perusahaan manufaktur yang tidak menyajikan laporan 3. keuangan audit dan rasio secara lengkap sesuai dengan variabel yang akan diteliti berdasarkan sumber yang 79 digunakan. 4. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian 49 Sumber : Data diolah Peneliti, 2014 3.2.3 Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu data, baik berupa mean, deviasi standar, nilai maksimum dan minimum suatu data dengan menggunakan software SPSS 20. Analisis data dilakukan dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang akan dijelaskan sebagai 34 berikut: 1. Pengujian Asumsi Klasik Setelah data berhasil dikumpulkan, selanjutnya dalam rangka analisis hubungan-hubungan antar variabel, data akan diuji terlebih dahulu dengan melakukan beberapa pengujian sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal, sedangkan distribusi normal dapat diketahui dengan melihat penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal (Ghozali, 2012). Uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis grafik dan uji statistik. Grafik dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot, sebagai berikut: 1. Grafik histogram menunjukkan apakah data berdistribusi normal atau tidak, data dikatakan normal jika bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung seimbang, baik pada sisi kiri maupun sisi kanan, atau tidak condong ke kiri maupun ke kanan, melainkan ke tengah dengan bentuk seperti lonceng. 2. Normal probability - plot menunjukkan data dalam keadaan normal apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya. Analisis statistik dilakukan dengan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data residual berdistribusi normal atau tidak, apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka data residual berdistribusi normal, sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka data residual tidak berdistribusi normal. Menurut Sarjono dan Julianita (2011), jika sampel datanya lebih kecil dari 50 maka menggunakan Sig. di bagian Shapiro-Wilk namun jika lebih besar dari 50 maka menggunakan Sig. Kolmogorov-Smirnov. Maka pengujian normalitas dalam 35 penelitian ini digunakan dengan melihat pada Shapiro-Wilk (S-W) dan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data pada normal probability plot adalah (Ghozali, 2012): 1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat korelasi antara variabel independen. Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh independen lainnya (Ghozali, 2012). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya (Ghozali, 2012). c. Uji Heteroskedastisitas Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2012). Pada penelitian ini cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID) di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu 36 X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-standardized (Ghozali, 2012). Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji heterokedastisitas adalah (Ghozali, 2012): 1. Jika ada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, salah satunya adalah uji Durbin-Watson (D-W test). Dimana analisis dilakukan dengan membandingkan nilai statistik hitung Durbin-Watson (D-W) pada perhitungan regresi dengan data statistik pada Tabel Durbin-Watson. Jika nilai DW yang dihasilkan > du (batas atas) dan nilai DW < (4du), maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2012). 3.2.4 Uji Statistik Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model regresi linear berganda, untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka digunakan uji t (t-test) dan uji F (F-test). Model regresi linear berganda adalah model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Model regresi berganda dikatakan model regresi baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik heteroskedastisitas, dan autokorelasi (Ekawati, 2013). baik multikolinieritas, 37 Persamaan regresi linear berganda yaitu sebagai berikut: Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + ε Keterangan: Y = Harga Saham α = Konstanta β1... β4 = Koefisien Regresi X1 = Earnings Per Share X2 = Return On Equity X3 = Dividend Payout Ratio ε = Error atau variabel pengganggu a. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen. Koefisien determinasi ditunjukkan oleh angka R-Square dalam model summary yang dihasilkan oleh program. Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah antara nol dan satu, semakin mendekati nol berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu berarti kemampuan variabel-variabel independen menjelaskan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2012). Kelemahan penggunaan koefisien determinasi adalah terjadinya bias terhadap jumlah variabel independen yang digunakan, karena setiap tambahan variabel independen akan meningkatkan R2 walaupun variabel itu tidak signifikan. Oleh karena itu dianjurkan 38 menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu yang disebut adjusted R2. Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila sebuah variabel independen ditambahkan dalam model. Implikasi dari adjusted R2 ini adalah : 1. Adjusted R2 dapat bernilai negatif kendati R2 selalu positif. Bila adjusted R2 bernilai negatif, maka nilainya dianggap nol. 2. Secara umum bila tambahan variabel independen merupakan predictor yang baik, maka akan menyebabkan nilai varians naik dan pada gilirannya adjusted R2 meningkat. Sebaliknya, bila tambahan variabel baru tidak meningkatkan varians, maka adjusted R2 akan menurun. Artinya tambahan variabel baru tersebut bukan merupakan prediktor yang baik bagi variabel dependen. b. Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2012). Uji statistik t dilakukan untuk menguji seberapa besar pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen, jika nilai signifikansi dari suatu variabel independen < 0.05, maka variabel tersebut berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen, sebaliknya apabila nilai signifikansi dari suatu variabel independen > 0.05, maka variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel dependen. c. Uji Statistik F Uji statistik F dilakukan untuk menguji apakah semua variabel independen yang dalam model regresi berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen (Gozhali, 2012). Jika nilai signifikansi dari variabel independen < 0.05, maka variabel independen berpengaruh signifikan secara simultan (bersamasama) terhadap variabel dependen, sebaliknya apabila nilai signifikansi dari variabel independen > 0.05, maka variabel independen tidak berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen. 39 3.2.5 Operasionalisasi Variabel Operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) variabel independen dan 1 (satu) variabel dependen yang dijelaskan sebagai berikut: a. Variabel bebas (independen) Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen). Variabel-variabel bebas pada penelitian ini yaitu : 1. Earnings Per Share (X1) EPS merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Makin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena makin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham. EPS diukur dengan : Laba Bersih Earnings Per Share = Jumlah Saham Beredar 2. Return On Equity (X2) ROE merupakan rasio pengukuran terhadap penghasilan yang dicapai bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham maupun pemegang saham preferen) atas modal yang diinvestasikan pada perusahaan. ROE dihitung dengan rumus berikut: Laba Bersih Return on Equity = x 100% Ekuitas 3. Dividend Payout Ratio (X3) Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio- DPR) merupakan rasio 40 yang mengukur perbandingan dividen terhadap laba perusahaan. Dalam penelitian ini, DPR diukur dengan rasio hutang sebagai berikut : Dividen Per Saham Dividend Payout Ratio = EPS b. Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (independen). Variabel terikat (dependen) pada penelitian ini adalah Harga Saham (HS) yang menjadi penilaian tersendiri bagi perusahaan dalam pasar modal. Harga Saham (Y) Harga saham adalah harga pasar saham pada penutupan akhir tahun (closing price). Harga saham dikategorikan sebagai variabel terikat karena dalam penulisan ilmiah ini, harga saham dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan. Sehingga harga saham berubah - ubah tergantung kinerja keuangan perusahaan. Berikut Tabel 3.3 yang akan menjelaskan mengenai operasional variabel secara lebih rinci: Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Variabel Definisi Pengukuran Bagian laba untuk setiap Rata-rata dari rasio EPS Skala Earnings Per Share saham Rasio (X1) Return on Equity (X2) Pengukuran terhadap penghasilan yang dicapai bagi pemilik perusahaan atas modal sendiri Rata-rata dari rasio ROE Rasio 41 Dividend Payout Mengukur perbandingan Ratio dividen terhadap laba (X3) perusahaan Harga saham adalah harga yang terkait dengan surat Harga Saham (Y) berharga tersebut (stock) baik merupakan nilai buku maupun nilai pasar atau harga pada saat harga penutupan. Sumber : Data diolah Peneliti, 2014 Rata-rata dari rasio DPR Rasio Harga saham dalam penelitian ini diambil pada harga saham pada saat penutupan setiap akhir tahun (closing price). Rasio 42