Dasar Terapi Tumor dan Kanker di Rumah Riset Jamu

advertisement
ANALISIS
Dasar Terapi Tumor dan Kanker
di Rumah Riset Jamu “Hortus Medicus”
Tawangmangu
Zuraida Zulkarnain
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia
ABSTRAK
Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan sampai saat ini. Jumlah penderita kanker terus bertambah dari
tahun ke tahun terutama di negara berkembang. Penelitian tentang khasiat dan cara kerja agen kemopreventif telah banyak dilakukan.
Sejak tahun 2000, Rumah Riset Jamu (RRJ) ”Hortus Medicus” menggunakan dan sedang mengembangkan beberapa tanaman obat, seperti
temu mangga (Curcuma mangga), daun teh hijau (Camelia sinensis), benalu (Scurulla sp), kunir putih (Kaemferia rotunda), bidara
upas (Merremia mammosa), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan kunyit (Curcuma longa) dalam terapi tumor dan kanker baik sebagai
agen kemopreventif maupun terapi komplementer dan alternatif. Tinjauan artikel dan publikasi jurnal ini bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai kajian ilmiah dari tanaman obat yang bermanfaat sebagai agen kemopreventif yang selama ini digunakan di RRJ
“Hortus Medicus”.
Kata kunci: Kemoprevensi, kanker, RRJ
ABSTRACT
Cancer is a non-communicable disease that becomes a health problem nowadays. The number of cancer patients increases each year
especially in developing countries. Researches on the efficacy and the mechanism of action of chemopreventive agents have been
carried out. Since 2000, Rumah Riset Jamu (RRJ) “Hortus Medicus” uses and is developing several medicinal plants, such as temu mangga
(Curcuma mangga), daun teh hijau (Camelia sinensis), benalu (Scurulla sp), kunir putih (Kaemferia rotunda), bidara upas (Merremia mammosa),
temulawak (Curcuma xanthorrhiza), and kunyit (Curcuma longa) for tumor and cancer therapy either as chemoprevention, complementary
or alternative therapies. Review of the article and this journal is to provide scientific information on medicinal plants used in RRJ “Hortus
Medicus” as chemopreventive agents. Zuraida Zulkarnain. Basis of Tumor and Cancer Therapy at Rumah Riset Jamu “Hortus Medicus”,
Tawangmangu, Indonesia.
Keywords: Chemoprevention, cancer, RRJ
LATAR BELAKANG
Kanker merupakan penyakit tidak menular
yang menjadi masalah kesehatan sampai saat
ini, juga di negara berkembang. Menurut data
P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan), prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk,
dan setiap tahun diperkirakan terdapat 237
ribu penderita baru kanker.1 WHO (World
Health Organization) mencatat sekitar 7,6
juta penderita kanker meninggal pada
tahun 2008 di seluruh dunia.2
Penyebab pasti kanker belum diketahui,
beberapa faktor risiko kanker di Indonesia
Alamat korespondensi
858
antara lain: merokok, obesitas, jenis kelamin
perempuan, kurangnya aktivitas fisik, bertambahnya umur, diet (kurang konsumsi
buah dan sayur, konsumsi makanan dengan
pengawet, konsumsi makanan berlemak dan
berpenyedap), serta stres dan depresi.3
Penanganan kanker di Indonesia memiliki
tantangan tersendiri karena biasanya
pasien didiagnosis telah dalam stadium
lanjut, sehingga pengobatan menjadi
lebih sulit dan biaya yang mahal.3 Upaya
pencegahan terhadap kanker menjadi
sangat penting.4 Dibandingkan pengobatan,
pencegahan penyakit kanker juga memiliki
keuntungan karena biayanya relatif lebih
murah dan mudah, salah satunya dengan
kemopreventif.4,5 Istilah kemopreventif diperkenalkan oleh Sporn yang meneliti
efek retinoid (analog vitamin A). Agen
kemopreventif
didefinisikan
sebagai
senyawa yang pada level nontoksik
mampu mencegah serta menghambat
pertumbuhan
sel kanker. Penelitian
kemopreventif menggunakan tanaman
obat makin berkembang sejak tahun 2000an.5 Beberapa jalur cara kerja kemopreventif,
yaitu
melalui
hambatan
terhadap
aktivitas karsinogen, aktivitas antioksidan/
antiinflamasi, dan aktivitas anti-proliferasi/
email: [email protected]
CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015
ANALISIS
anti-progresi.4 Penghambatan karsinogenesis
oleh agen kemopreventif melalui dua langkah
utama, yaitu penghambatan pada fase
inisiasi saat sel-sel normal bermutasi karena
pengaruh mutagen lingkungan, virus, dsb,
dan fase promosi/perkembangan saat
cloning mutan membentuk neoplasma
(Gambar 1).4 Aktivitas anti-inflamasi/
antioksidan adalah melalui kemampuan
agen kemopreventif memangsa gugus
radikal bebas dan inhibisi metabolisme
asam arakhidonat. Aktivitas anti-proliferasi/
anti-progresi terdiri dari modulasi sinyal
transduksi, modulasi aktivitas faktor hormonal
dan pertumbuhan, penghambatan aktivitas
onkogen menyimpang, penghambatan
metabolisme poliamina, induksi diferensiasi terminal, pemulihan respons imun,
peningkatan
komunikasi
antar
sel,
pemulihan fungsi penekan tumor, induksi
apoptosis,
penghambatan
telomerase,
koreksi ketidakseimbangan metilasi DNA,
penghambatan angiogenesis, penghambatan degradasi membran basal, dan aktivasi
gen anti-metastasis.4
RRJ "Hortus Medicus" merupakan pengembangan dari klinik Saintifikasi Jamu, yang
diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI
pada bulan Januari tahun 2013. Saintifikasi
jamu adalah upaya memberikan bukti
ilmiah khasiat dan keamanan jamu melalui
penelitian berbasis pelayanan. Dasar
hukum saintifikasi jamu telah tertuang
dalam Permenkes No. 3 Tahun 2010. RRJ
sebagai perwujudan dari saintifikasi jamu
mengemban tugas utama melakukan
penelitian sekaligus pelayanan terhadap
pasien yang menginginkan pengobatan
jamu. Rumah Riset Jamu (RRJ) menggunakan
beberapa tanaman obat untuk terapi kanker
dan tumor, baik sebagai kemopreventif, terapi
komplementer maupun terapi alternatif.
Tujuan tulisan ini adalah memberikan kajian
ilmiah mengenai aktivitas kemopreventif
beberapa tanaman obat di Rumah Riset Jamu
‘Hortus Medicus’.
METODE
Kajian ini merupakan kajian referensi
artikel ilmiah dari berbagai jurnal ilmiah
nasional dan internasional. Pokok bahasan
utama meliputi kandungan kimia, aktivitas
kemopreventif dan keamanan tanaman obat
temu mangga (Curcumamangga), daun teh
hijau (Camelia sinensis), benalu (Scurulla sp),
kunir putih (Kaemferiarotunda), bidara upas
(Merremia mammosa), temulawak (Curcuma
xanthorrhiza), dan kunyit (Curcuma longa)
yang digunakan di RRJ.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tumor/kanker merupakan kasus ke-14
terbanyak di RRJ selama tahun 2013. Jumlah
kunjungan penderita tumor/kanker pada
tahun 2013 mencapai 1.552, sementara
pada tahun 2014 sampai dengan bulan Juli
tercatat 942 kunjungan. Lima besar jenis
tumor/kanker terbanyak yang ditangani
di RRJ tidak mengalami perubahan dari
tahun 2013 dan 2014, yaitu tumor/kanker
payudara, kanker serviks, kanker usus
besar, kanker/tumor paru, dan kanker
nasofaring.
Gambar 1. Jalur hambatan agen kemopreventif pada tahapan karsinogenesis
CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015
Tanaman obat (TO) yang diberikan pada
pasien tumor/kanker antara lain:
1. Temu Mangga (Curcuma mangga)
Curcuma mangga atau temu mangga
berasal dari famili Zingiberaceae. Secara
turun-temurun temu mangga digunakan
oleh masyarakat Jawa untuk mengobati
sakit perut, demam, tumor, dan kanker.6
Ekstrak temu mangga mengandung
β-sitosterol.6 Percobaan menggunakan
kultur organ kelenjar payudara tikus betina
yang diberi β-sitosterol dibandingkan kontrol
menunjukkan efek penghambatan terjadinya lesi alveoler payudara (MAL) akibat
paparan karsinogen 7,12-dimetilbenzo(α)
antrasen (DMBA). Besarnya hambatan
adalah 72% pada konsentrasi 10-6 M.5 Ekstrak
air temu mangga mengandung senyawa
fenolik dan flavonoid yang dapat menangkap radikal bebas.7 Fraksi heksan dan
etil asetat temu mangga menghasilkan
senyawa (E)-λ-8(17),12-dien-15,16-dial, dan
zerumin A (3) yang secara in vitro bersifat
sitotoksik terhadap 6 jenis sel kanker, yaitu
hormone-dependent breast cell line (MCF-7),
nasopharyngeal epidermoid cell line (KB),
lung cell line (A549), cervical cell line (Ca Ski),
colon cell lines (HCT 116 and HT-29). 6 (E)15,16-bisnor-λ-8(17),11-dien-13-on yang
juga merupakan fraksi heksan dan etil
asetat temu mangga memiliki aktivitas
anti-proliferasi pada keenam jenis sel kanker
tersebut di atas.6 Berdasarkan uji klinik di RRJ,
dosis 15 gram simplisia temu mangga yang
diminum setiap hari selama 4 bulan tidak
menganggu fungsi hati dan ginjal.
2. Teh Hijau (Camelia sinensis)
Camelia sinensis atau teh sejak lama telah
dipercaya dapat mencegah dan mengobati
berbagai penyakit.8 Penelitian membuktikan
minum teh secara teratur dapat menurunkan
risiko terkena penyakit tumor, kanker,
penyakit kardiovaskuler.9 Daun teh hijau
kering mengandung 30% polifenol, terdiri
dari flavonol, flavandiol, flavonoid, dan
asam fenolat. Polifenol terbanyak dalam teh
hijau adalah katekin.10 Terdapat 4 katekin
utama, yaitu (−)-epikatekin-3-galat (ECG),
(−)-epikatekin (EC), (−)-epigalokatekin (EGC),
dan (−)-epigalokatekin-3-galat (EGCG).8,10
Percobaan menggunakan kultur organ
kelenjar payudara tikus betina menunjukkan
efek penghambatan terjadinya lesi alveoler
payudara (MAL) yang timbul akibat paparan
859
ANALISIS
karsinogen
7,12-dimetilbenzo(α)antrasen
(DMBA) lebih baik dibandingkan kontrol.
Besarnya hambatan adalah 100% pada
konsentrasi 10-6 M.5 EGCG dan ECG memiliki
aktivitas memangsa radikal bebas yang besar
dan dapat melindungi sel dari kerusakan
DNA yang disebabkan oleh spesies oksigen
reaktif.11 Polifenol teh juga telah terbukti
dapat menghambat proliferasi sel tumor
dan menginduksi apoptosis di laboratorium
dan studi hewan. Katekin teh telah terbukti
menghambat angiogenesis dan invasi sel
tumor.11 Polifenol teh dapat melindungi
terhadap kerusakan yang disebabkan
oleh radiasi ultraviolet (UV) B dan dapat
memodulasi fungsi sistem kekebalan
tubuh. Selain itu, teh hijau telah terbukti
mengaktifkan enzim detoksifikasi, seperti
glutation S-transferase dan kuinonreduktase,
yang dapat membantu melindungi terhadap perkembangan tumor.11
3. Rimpang Kunir Putih (Kaemferia
rotunda)
Kaemferia rotunda atau kunir putih merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Sejak lama,
tanaman ini telah digunakan di Indonesia
sebagai obat tradisional dan dikenal luas
sebagai tanaman obat yang dapat mencegah
dan mengobati kanker ataupun tumor.
Dari hasil penelitian Puspa, dkk. tahun 2008
diketahui bahwa kunir putih mengandung
senyawa
2’-hydroxy-4,4’,6’-trimethoxychalcone yang merupakan anti-oksidan
kuat dan memiliki aktivitas memangsa atau
membersihkan gugus radikal bebas 1,1
difenil-2-pikril-hidrasil (DPPH).12 Kunir putih
juga mengandung crotepoxide yang sudah
diteliti mampu menghambat pertumbuhan
sel kanker paru pada tikus secara signifikan.12
4. Bidara Upas (Merremia mammosa)
Bidara upas sejak dulu dikenal oleh
masyarakat Indonesia sebagai tanaman
obat. Secara empiris, umbi bidara upas digunakan untuk mengobati tumor, radang
tenggorokan, demam tifoid, dan batuk rejan.13
Penelitian Jian Y, dkk. tahun 2010 berhasil
mengisolasi 8 senyawa-senyawa fenolik
yang memiliki aktivitas kemopreventif
dan senyawa baru turunan asam salisilat
SA 2-O-β-D-(3’,6’-dikafeoil)-glukopiranosid
yang memiliki aktivitas melawan bakteri
patogen.14 Uji toksisitas akut dan subkronik
pada hewan coba menunjukkan bahwa
ekstrak air bidara upas bersifat tidak toksik.15
5. Benalu (Scurulla sp)
Benalu sejak dulu dikenal bangsa Indonesia
memiliki efek anti-tumor.16 Penelitian
menunjukkan bahwa benalu merupakan
anti-oksidan poten dan memiliki efek antibakteri.17,18 Benalu mampu memangsa
gugus radikal bebas, sehingga menghambat
terbentuknya arterosklerosis dan tumor.17
Senyawa dalam benalu yang dianggap
berperan dalam terapi kanker adalah
kuersitrin yang merupakan salah satu
bentuk glikosida dari kuersetin.19 Senyawa ini
berfungsi sebagai anti-kanker pada regulasi
siklus sel, berinteraksi dengan reseptor
estrogen (ER) tipe II dan menghambat enzim
tirosin kinase.20,21 Dengan dihambatnya
ekspresi tirosin kinase maka kemampuan
sel untuk onkogenesis melalui kemampuan
mengatur pertumbuhan di luar normal dapat
dihambat.21 Kuersitrin juga memiliki aktivitas
anti-oksidan, mungkin oleh komponen fenoliknya yang sangat reaktif. Kuersitrin akan
mengikat spesies radikal bebas, sehingga
dapat mengurangi reaktivitas radikal bebas
tersebut.20 Kuersitrin sebagai anti-oksidan
dapat mencegah terjadinya oksidasi pada
fase inisiasi ataupun promosi.20 Kuersitrin
juga berperan menekan ekspresi mutan
protein p53. Pada kondisi wild type, protein
ini merupakan protein yang penting dalam
kontrol siklus sel, yaitu dengan memacu sel
untuk berhenti membelah (arrested) atau
apoptosis. Namun, apabila terjadi mutasi
maka protein ini menjadi sebuah penanda
abnormalitas, yaitu memacu siklus sel ke
fase G2-M (penggandaan sel) dan apabila
sel terus menerus pada fase ini akan terjadi
proliferasi (pembelahan tak terkendali).
Kuersitrin dalam konsentrasi serum 248 μM
dapat menekan ekspresi dari mutan protein
p53 yang dibentuk oleh sel kanker payudara
sampai tidak terdeteksi.22
6. Temulawak (Curcuma xanthorriza)
dan Kunyit (Curcuma longa)
Temulawak dan kunyit sejak dulu sudah
dikenal sebagai tanaman obat dan memiliki
kandungan utama kurkumin.23,24 Berbagai
studi telah membuktikan bahwa kurkumin
memiliki aktivitas anti-inflamasi, antioksidan,
antikarsinogenik, dan antiartritis.24 Beberapa
penelitian melaporkan bahwa kurkumin
menekan tahap inisiasi dan promosi pada
proses karsinogenesis dan menghambat
proliferasi sel tumor dan kanker.23 Penghambatan nuclear factor kappa B (NFkB) dan down regulation berikutnya dari
berbagai jalur proinflamasi NF-kB terkait
merupakan cara kerja utamanya.24 NFkB adalah faktor utama yang memegang
peranan penting dalam proses inflamasi.24
Proses inflamasi yang persisten diyakini
berkaitan dengan perkembangan kanker.24
Selain itu, kurkumin menekan sejumlah
elemen kunci dalam jalur transduksi sinyal
seluler, termasuk aktivasi c-Jun/AP-1 dan
reaksi fosforilasi yang dikatalisis oleh protein
kinase.23,24 c-Jun adalah gen penstimuli
proliferasi pada sistem imun.24 Selanjutnya,
kurkumin menekan angiogenesis in vivo,
menghambat respons angiogenik FGF-2 yang
terinduksi, ekspresi matriks metaloprotease
dan cyclooxygenase-2.24
SIMPULAN
Berdasarkan review artikel, temu mangga,
daun teh hijau, benalu, bidara upas, kunir
putih, temulawak, dan kunyit terbukti
memiliki kandungan kimia yang bersifat
kemopreventif.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Yayasan Kanker Indonesia. YKI-Jakarta race: Latar belakang [Internet]. 2012 Sept 28. Available from: www.yayasankankerindonesia.org/2012/yki-jakarta-race/
2.
Jernal A, Bray F, Center MM, Ferlay J, Ward E, Forman D. Global cancer statistics. Ca Cancer J. Clin 2011; 61: 69-90.
3.
Oemiati R, Rahajeng E, Kristanto AY. Prevalensi tumor dan beberapa faktor yang mempengaruhinya di Indonesia. Bul Penelit Kes. 2011; 39(4): 190-204.
4.
Patel R, Garg R, Erande S, Maru GB. Chemopreventive herbal anti-oxydative: Current status and future perspective. J Clin Biochem Nutr. 2007; 40: 82-91.
5.
Hawthorne M, Steele V, Mehta RG. Evaluation of selected chemopreventive agent present in common foods in mouse mammary gland organ culture. Pharmaceutical Biology 2002; 40:
6.
Malek SN, Lee GS, Hong SL, Yaacob H, Wahab NA, Faizal Weber JF, et al. Phytochemical and cytotoxic investigations of Curcuma mangga rhizomes. Molecules 2011; 16(6): 4539-48.
70-4.
doi:10.3390/molecules16064539
860
CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015
ANALISIS
7.
8.
Ariviani S, Andriani MAM, Yani F. Potensi temu mangga (Curcuma mangga Val.) sebagai minuman fungsional. Jurnal Tekno Sains Pangan 2013; 2(3): 27-33.
Arab H, Maroofian A, Golestani S, Shafaee H, Sohrabi K, Forouzanfar A. Review of the therapeutic effects of Camellia sinensis (green tea) on oral and periodontal health. J Medicinal Plants
Res. 2011; 5(23): 5465-9.
9.
Mukhtar H, Ahmad N. Tea polyphenols: Prevention of cancer and optimizing health. Am Clin Nutr. 2000; 71: 1698-702.
10.
Shrubsole MJ, Lu Wei, Chen Z, Su XO, Zheng Y, Dai Q, et al. Drinking green tea modestly reduces breast cancer risk. J Nutr. 2009; 139: 310-6.
11. National Cancer Institute. Tea and cancer prevention: Strenghts and limits of the evidence [Internet]. 2010 Nov 17. Available from: http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/
prevention/tea.
12. Lotulung PD, Minarti, Kardono LB, Kawanishi K. Antioxidant compound from the rhizomes of Kaemferia rotunda. L Park J Biol Sci. 2008; 11(20): 2447-50.
13. Widyaningrum H, Tim Resolusi Alternatif. Kitab tanaman obat nusantara. Jogjakarta: Media Pressindo; 2011.
14. Jian Y, Bi HH, Liu YZ, Zhang M, Zhou ZY, Tan JW. Phenolic compounds from Merremia umbellata subsp. orientalis and their allelopathic effects on Arabidopsis seed germination. Molecules
2010; 15: 8241-50. doi:10.3390/molecules15118241.
15. Agil M, Purwitasari N, Sugianto NE, Widyawati R. Uji daya hambat Mycobacterium tuberculosis dari umbi bidara upas (Merremia mammosa Hall) [Internet]. 2010. Available from: http://
penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_Uji%20Daya%20Hambat%20Mycobacterium%20tuberculosis%20dari%20Umbi%20%20Bidara%20Upas%20%28Merremia%20mammosa%20
Hall%29_757_327
16. Arbain D, Putra DP, Bachtiar A. Recent study on the chemistry of Sumatran medicinal plant. Science and Culture 2008; 74: 65-70.
17. Ali MA, Chanu KHV, Devi LI. Scurrula parasitica L: A medicinal plant with high antioxidant activity. Int J Pharm Pharm Sci. 2013; 5(I): 34-7.
18. Nasution P, Roza RM, Fitmawati. Aktivitas anti-bakteri ekstrak daun benalu (Scurulla sp) yang tumbuh pada beberapa inang terhadap pertumbuhan Salmonella typhi [Internet]. 2013.
Available from: http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2404/Karya%20Ilmiah%20Pebriana%20Nasution%2011%2001%202013.pdf?sequence=1
19. Ikawati M, Wibowo AE, Octa NS, Adelina R. Pemanfaatan benalu sebagai agen anti-cancer. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Univ Gajah Mada; 2008.
20. Gordon MH. The mechanism of antioxidants action in vitro. In: Hudson BJF, editor. Food antioxidants. London: Elsivier Applied Science; 1990.
21. Klohs WD, Fry DW, Kraker AJ. Inhibitors of tyrosine kinase. Curr Opin Oncol. 1997; 9: 562-8.
22. Lamson DW, Brignall MS. Antioxidants and cancer III: Quercetin. Altern Med Rev. 2000; 5(3): 196-208.
23. Plengsuriyakarn T, Thitapacorn V, Chang KNB, Karbwag J. Internat J Pharmacy and Pharmacol. 2013; 2(5): 68-82.
24. Lin CL, Kun LJ. Curcumin: A potential cancer chemopreventive agent through suppresing NF-kB signaling. J Cancer Mol. 2008; 4(1): 11-6.
CDK-234/ vol. 42 no. 11, th. 2015
861
Download