Produk anti aging dengan stem sel tanaman, inovasi atau branding?

advertisement
8
Produk anti aging dengan stem sel tanaman, inovasi atau branding?
Setelah pemanfaatan stem sel dari hewan dan manusia dalam dunia kedokteran hingga
kecantikan yang memunculkan pro dan kontra, kini mulai digunakan stem sel dari tanaman
seperti apel Uttwiller Spatlauber yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dalam
produk anti aging. Teknologi stem sel ini mampu mengatasi masalah ketersediaan bahan baku
tanaman sebagai bahan pembuatan kosmetika. Pengembangan produk serupa dengan
menggunakan stem sel pada tanaman lain sangat terbuka dan promising di era biologi
sintesis saat ini.
Ilustrasi stem sel apel untuk anti aging
(Diadaptasi dari www.iphytoscience.com & indiatoday.intoday.in)
Apakah label yang paling menarik dalam suatu produk kosmetika? Anti acne, whitening, anti
wrinkle, dan tentunya anti aging. Ratusan produk anti aging, untuk bersaing di pasaran perlu
mengandalkan kualitas produk dan strategi promosi yang menarik. Para produsen kosmetika
terus mengembangkan teknologi untuk menghasilkan produk yang diklaim semakin ampuh
melawan penuaan. Terobosan teknologi yang diperoleh seringkali ditampilkan sebagai
labelling produk, juga sebagai salah satu strategi dalam menarik minat konsumen. Sebagian
besar konsumen mungkin tidak benar-benar mengerti dengan apa yang tercantum dalam label
produk. Kini muncul beberapa produk anti aging yang memasang label "Dengan Teknologi
Plant Stem Cells", yang harganya dibandrol cukup tinggi. Apakah label yang memuat
terobosan teknologi ini memiliki khasiat yang lebih dalam produknya ataukah sekedar
branding untuk menarik konsumen?
Pemanfaatan stem sel pada hewan dan tanaman telah dilakukan dalam dunia kedokteran
hingga kecantikan, yang tentunya menimbulkan pro dan kontra. Akan tetapi masalah
kontroversi tersebut dapat berkurang manakala yang digunakan adalah stem sel tanaman. Lalu
apakah stem sel tanaman itu dan bagaimanakah penggunaannya dalam produk anti aging?
Apakah dengan menggunakan produk tersebut seperti mengoleskan sel hidup pada kulit?
Stem sel pada tanaman merupakan suatu kumpulan sel meristematik yang belum
terdiferensiasi membentuk jaringan tertentu, dan memiliki sifat cepat beregenerasi [1]. Dalam
tanaman fungsi stem sel ini adalah sebagai sumber sel-sel baru untuk tumbuh maupun
menggantikan sel-sel yang mati, sehingga memiliki kemampuan membelah sangat cepat [2].
Stem sel tanaman biasa terdapat pada titik tumbuh tanaman seperti primordia akar maupun
primordia tunas, atau yang disebut meristem apikal. Teknologi yang digunakan dalam produk
www.iribb.org | Februari 2016 | 4(1), 8-11
Rizka Tamania Saptari - Peneliti PPBBI
9
anti aging yang berlabel stem cell technology yaitu dengan
mengisolasi sel-sel meristem ini dan kemudian ditumbuhkan
pada suatu medium dengan zat pengatur tumbuh tertentu agar
tidak beregenerasi membentuk jaringan atau organ,
melainkan terus memperbanyak menjadi massa sel atau yang
disebut kalus. Zat pengatur tumbuh yang digunakan antara
lain golongan auksin seperti 2,4-D, picloram, atau golongan
sitokinin seperti Thidiazuron [3]. Bahkan dengan zat
pengatur tumbuh tersebut, jaringan yang telah terdiferensiasi
seperti jaringan mesofil atau jaringan pembuluh di daun pun
dapat di program ulang menjadi stem sel atau kalus, yaitu sel
yang hanya membelah tanpa berdiferensiasi. Kalus inilah
yang terus diperbanyak dan kemudian diekstraksi
antioksidannya sebagai bahan kosmetika. Antioksidan
diketahui mampu melindungi sel kulit dari kerusakan akibat
radikal bebas, sehingga penuaan akibat kerusakan dan
kematian sel-sel kulit dapat tertunda. Dalam kultur jaringan,
produksi senyawa metabolit dari sel ini disebut teknik kultur
suspensi sel.
Baik teknologi existing dalam industri kosmetik maupun
teknologi stem sel adalah sama menggunakan antioksidan
atau metabolit tertentu dari tanaman sebagai bahan aktif
produk. Perbedaannya adalah, pada teknologi sebelumnya, ekstraksi antioksidan atau senyawa
metabolit dilakukan langsung dari organ tanaman, seperti daun, batang, akar, atau buah. Hal
ini menimbulkan masalah keterbatasan sumber material, terutama apabila tanaman yang
digunakan termasuk tanaman langka. Dengan teknologi stem sel atau kultur sel ini,
keterbatasan bahan tidak terlalu menjadi kendala. Karena hanya perlu mengisolasi dari
sejumlah sel saja, lalu dapat diperbanyak dengan skala besar dan cepat pada medium cair yang
mengandung zat pengatur tumbuh dalam bioreaktor. Kapasitas bioreaktor pun beragam, mulai
dari 1-15 liter untuk skala pilot, hingga 300.000 liter pada skala industri, sehingga sangat
efektif dalam proses produksi. Teknik kultur sel untuk produksi senyawa metabolit dari
tanaman tidak hanya dilakukan di industri kosmetika, di industri farmasi pun telah dilakukan
untuk produksi antibodi [4], kuinolin sebagai obat malaria dari tanaman kina [5], senyawa
fenolik rosmarinic acid dan salvianolic acid B untuk pengobatan leukimia dari Salvia
miltiorrhiza [6], dan sebangainya.
Jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan dalam produk anti aging berbasis stem sel
yaitu jenis apel langka dari Swiss yang disebut Uttwiller Spatlauber. Apel Uttwiller Spatlauber
memiliki keunggulan buahnya yang tahan lama tetap segar dalam penyimpanan dibandingkan
jenis apel lainnya. Diketahui bahwa sifat ini disebabkan karena tingginya kandungan
antioksidan pada apel Uttwiller Spatlauber. Ilmuwan yang menemukan tanaman ini masih
tumbuh di sebuah daratan Swiss, lalu menggunakan stem sel dari daunnya untuk memproduksi
antioksidan dari tanaman ini melalui kultur suspensi sel. Ekstrak antioksidan dari apel
Uttwiller Spatlauber sebagai bahan aktif dalam produk anti aging diklaim mampu mengurangi
kerutan pada daerah kantung mata empat minggu setelah pemakaian [1].
www.iribb.org | Februari 2016 | 4(1), 8-11
Rizka Tamania Saptari - Peneliti PPBBI
10
Selain apel Utwiller Spatlauber yang ketersediannya terbatas lokasi, produk anti aging
berbasis stem sel lainnya ada yang menggunakan tanaman lain seperti edelweiss, mawar,
anggur, blueberry, dan raspberry. Tidak menutup kemungkinan pula potensi tanaman lainnya
yang diketahui memiliki aktivitas dan kandungan antioksidan tinggi seperti jeruk [7], manggis
[8], kopi [9], kakao [10], teh [11], stevia [12], dan masih banyak jenis tanaman lainnya yang
dapat digunakan dalam produk anti aging dengan teknologi stem sel.
Bagan sederhana tahap kultur suspensi sel untuk produksi kosmetika berbasis stem sel
Referensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Schmid, D., C. Schurch, P. Blum, E. Belser, F. Zulli. (2008). Plant Stem Cell Extract for
Longevity of Skin and Hair. SOFW Journal 134 (5): 30-35.
Sblowski, R. 2010. Stem Cells in Plants and Animals. Nature Education 3(9): 4.
Ikeuchi, M., K. Sugimoto, A. Iwase. 2013. Plant Callus: Mechanisms of Induction and
Repression. The Plant Cell 25(9): 3159-3173.
Ratner, M. 2010. Pfizer stakes a claim in plant cell–made biopharmaceuticals. Nature
Biotechnology 28: 107-108.
Ratnadewi, D, Sumaryono. 2010. Quinoline alkaloid in suspension cultures of Cinchona
ledgeriana treated with various substances. Hayati Journal of Biosciences 17(4): 179-182.
Wu, C., A. Karioti, D. Rohr, A.R. Bilia, T. Efferth. 2016. Production of rosmarinic acid
and salvianolic acid B from callus culture of Salvia miltiorrhiza with cytotoxicity towards
acute lymphoblastic leukimia cells. Food Chemistry 201: 292-297.
Zou, Z., W. Xi, Y. Hu, C. Nie, Z. Zhou. 2016. Antioxidant activity of Citrus fruits. Food
Chemistry 196: 885-896.
Hasyim, A., K. Iswari. 2008. Manggis Kaya Antioksidan. Iptek Holtikultura 4: 44-47.
Chiang, H., T. Lin, C. Shiu, C. Chang, K. Hsu, P. Fan, K. Wen. 2011. Coffea arabica
extract and its constituents prevent potoaging by suppressing MMPs expression and MAP
kinase pathway. Food and Chemical Toxicology 49(1): 309-318.
www.iribb.org | Februari 2016 | 4(1), 8-11
Rizka Tamania Saptari - Peneliti PPBBI
11
10. Cadiz-Gurrea, M.L., J. Lozano-Sanchez, M. Contreras-Gamez, L. Legai-Mallet, S.
Fernandez-Arroyo, A. Segura-Carretero. 2014. Isolation, comprehensive characterization
and antioxidant activities of Theobroma cacao extract. Journal of Functional Food 10:
485-498.
11. Kusmita, L., I. Puspitaningrum, L. Limantara. 2015. Indentification, isolation and
antioxidant activity of Pheophytin from green tea (Camelia sinensis (L.)Kuntze). Procedia
Chemistry 14: 232-238.
12. Tadhani, M.B., V.H. Patel, R. Subhash. 2007. In vitro antioxidant activities of Stevia
rebaudiana leaves and callus. Journal of Food Composition and Analysis 20(3): 323-329.
www.iribb.org | Februari 2016 | 4(1), 8-11
Rizka Tamania Saptari - Peneliti PPBBI
Download