KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR. Yth. Dari Hal Tanggal MEMORANDUM 8 8 /BKIPM.2/ RC.- * /X /2016 Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kepala Pusat Karantina dan Keamanan Hayati Ikan Laporan Tindak Lanjut Hasil Rapat Koordinasi Pembahasan Kuota Ekspor Napoleon 28 Oktober 2016 Sehubungan dengan undangan rapat Nomor Un.131/KSDAE/KKH/KSA.2/10/2016 tentang Rapat Koordinasi Pembahasan Kuota Ekspor Ikan Napoleon di wilayah Natuna dan Anambas, yang dilaksanakan di ruang rapat Dirjen KSDAE, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Blok I. Lt. 8 Gedung Manggala Wanabakti Jakarta Pusat, dengan ini kami sampaikan hasil rapat sebagai berikut: 1. Latar belakang dilakukannya rapat koordinasi kuota ekspor ikan napoleon adalah sebagai berikut: a. Adanya kehawatiran masyarakat penangkar ikan Napoleon di wilayah Natuna terkait ekspor dan aturan internasional tentang CITES, yang menerangkan bahwa di dalam hal pengangkutan komoditi terkait CITES hanya dapat dilakukan melalui transportasi udara, sedangkan transportasi yang dapat dilakukan di wilayah Natuna hanyalah melalui transportasi laut. b. Jumlah kuota ekspor ikan napoleon yang sangat terbatas, tidak sebanding dengan hasil tangkar masyarakat dengan jumlah yang sangat banyak. Data jumlah kuota ekspor nasional ikan napoleon adalah sebanyak 2000 ekor, sedangkan jumlah kuota ekspor ikan napoleon di wilayah Riau adalah sebanyak 800 ekor. Hal tersebut tidak sebanding dengan hasil tangkaran ikan napoleon oleh masyarakat Natuna sebanyak 30.000 ekor pertahun. c. Belum tersedianya kantor perwakilan instansi terkait yang menangani ekspor di wilayah Natuna. 2. Berdasarkan hasil pembahasan dalam rapat koordinasi tersebut, diperoleh beberapa rumusan kesepakatan, sebagai berikut: a. Disepakati akan diterbitkan kuota tangkap (benih) dan ekspor di wilayah Natuna dan Anambas dengan mengikuti rekomendasi Scientific Authority (SA) yaitu LIPI dan selanjutnya manajemen authority / KemenLHK akan menerbitkan kuota tangkap dan kuota ekspor sesuai potensi yang ada dan memperhatikan kelestarian potensi ikan napoleon. Untuk penentuan kuota tangkap dan ekspor sepenuhnya diserahkan kepada LIPI. b. aari nasn penangkaran aaiam bentuk rancning/ pembesaran. c. Kuota tangkap dan ekspor disepakati setelah hasil kajian LIPI dan akan dimasukkan dalam kuota tahun 2017. d. Pemerintah kabupaten agar membuat surat resmi kepada Menteri LHK, Menteri Keuangan up. Dirjen Bea Cukai, Menteri Perdagangan maupun Menteri Kelautan dan Perikanan, untuk mensepakati dalam hal pelaksanaan ekspor di Natuna dan Anambas dengan tembusan Kemenko Maritim. e. Disepakati ekspor melalui Pelabuhan Laut Sedanau serta Pelabuhan Laut Tarempa dan selanjutnya manajemen authority / KemenLHK akan menyampaikan notifikasi kepada sekretariat CITES dengan lampiran dokumen Bupati Natuna dan Bupati Kepulauan Anambas. f. Untuk usulan kuota 2017 agar kepala BBKSDA Riau bersama-sama dengan KKP dan Pemda agar segera mengusulkan kuota atas usulan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna dan Kabupaten Kep. Anambas kepada Ditjen KSDAE cq. Dit. KKH sebagai manajemen authority dan selanjutnya Ditjen KSDAE segera menyampaikan kepada LIPI untuk permintaan kuota 2017. g. Terkait perijinan kapal pengangkut ikan hidup, agar perusahaan pemilik SIKPI mengajukan kepada Ditjen Perikanan Budidaya terkait penyesuaian ruang lingkup perijinan sehingga dapat digunakan untuk mengangkut ikan napoleon melalui laut. h . Kelompok nelayan agar membangun penangkaran sebagai tempat ranching dan pembinaannya diserahkan kepada pemerintah daerah. Demikian terima kasih. disampaikan, atas perhatian dan perkenan Ibu diucapkan Riza Priyatna