PUPUK DAN PEMUPUKAN RAMAH LINGKUNGAN (smno.jursmtnh.fpub.2013) (Bahan Kajian MK Manajemen Kesuburan Tanah) Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme. Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam aplikasi pupuk harus diperhatikan kebutuhan hara tanaman, agar tanaman tidak mendapatkan suplai hara secara berlebihan. Suplai hara yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat membahayakan pertumbuhan tanaman. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke permukaan daun. Pupuk merupakan salah satu faktor produksi utama selain lahan, tenaga kerja dan modal. Pemupukan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan hasil pertanian. Anjuran pemupukan yang tepat terus digalakkan melalui program pemupukan berimbang (dosis dan jenis pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi/spesifik lokasi), namun sejak sekitar tahun 1996 telah terjadi penurunan produktivitas (leveling off) sedangkan penggunaan pupuk terus meningkat. Hal ini berarti terjadi penurunan efisiensi pemupukan. Berbagai faktor tanah dan lingkungan tanaman harus dikaji leih mendalam. Takaran pupuk yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Oleh karena itu anjuran (rekomendasi) pemupukan harus dibuat lebih rasional dan berimbang berdasarkan kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman itu sendiri sehingga efisiensi penggunaan pupuk dan produksi meningkat tanpa merusak lingkungan akibat pemupukan yang berlebihan. Dari uraian di atas terlihat bahwa pemakaian pupuk secara berimbang sampai saat ini masih merupakan pilihan yang paling baik bagi Petani dalam kegiatan usahanya untuk meningkatkan pendapatan. Percepatan peningkatan produksi pangan harus dilaksanakan secara konsepsional melalui program sosialisasi yang terpadu. Pemupukan yang dilakukan pada satu pertanaman berarti menambahkan / menyediakan hara bagi tanaman. Dengan demikian program pemupukan berimbang dapat saja menggunakan pupuk tunggal (Urea/ZA, TSP/SP-36 dan KCl) dan atau pupuk majemuk. Mengapa pemupukan harus berimbang? Peningkatan hasil dan kualitas padi memerlukan unsure hara dalam jumlah banyak di antaranya nitrogen (N), fosfat (P), kalium (K) dan belerang (S). Kecuali itu diperlukan hara sekunder Kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), dan hara mikro yang jumlahnya sangat sedikit seperti seng (Zn), tembaga (Cu), besi (Fe). Tanaman yang kekurangan N tumbuhnya kerdil, jumlah anakan sedikit dan daunnya berwarna kuning pucat, terutama daun tua. Tanaman yang dipupuk Urea berlebihan, tumbuhnya subur, daunnya hijau, junkah anakan banyak, tetapi jumlah malai sedikit, mudah roboh dan pemasakan bulirnya lambat. Tanaman yang kekurangan P tumbuhnya kerdil, daun berwarna hijau tua, anakan sedikit, malai dan gabah sedikit, pemasakan lambat dan sering tidak menghasilkan gabah. Sedangkan tanaman yang kekurangan Kalium (K), batangnya tidak kuat, daun terkulai dan cepat menua, mudah terserang hama dan penyakit, mudah rebah, gabahnya banyak yang hampa, butir hijau banyak dan mutu beras menurun. Kebutuhan belerang tidak sebanyak N, tetapi apabila kekurangan S maka tanaman juga kerdil, daun berwarna kuning pucat, terutama daun muda, hasil gabah dan mutu beras menurun. Agar tanaman tumbuh sehat dengan hasil dan mutu beras tinggi, maka zat-zat hara tersebut jumlahnya dalam tanah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Apabila salah satu zat hara tersebut jumlahnya dalam tanah tidak cukup, maka hasil dan mutu beras akan menurun. Oleh karena itu pemupukan harus berimbang, dimana jenis dan dosis pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tanaman dan jumlah zat hara yang tersedia dalam tanah (tingkat kesuburan tanah). Apa itu pemupukan berimbang? Selama ini di masyarakat berkembang pengertian bahwa pemupukan berimbang adalah pemupukan yang menggunakan pupuk majemuk NPK. Pengertian ini kurang tepat karena pemupukan berimbang adalah menyediakan semua zat hara yangcukup sehingga tanaman padi mencapai hasil tinggi dan bermutu serta meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu jenis dan dosis pupuk yang ditambahkan harus sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman. dengan demikian jenis dan dosis pupuk yang diberikan tidak dapat disamaratakan tetapi harus memiliki spesifik lokasi. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk tunggal seperti urea, SP-36. TSP dan KCl, pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal atau campuran pupuk tunggal. Apakah keuntungan pemupukan berimbang? Keuntungan utama dari penerapan pemupukan berimbang adalah petani dapat memupuk lebih efisien karena jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Apabila tanahnya subur, dimana kadar fosfat dan kaliumnya cukup tinggi, maka sebenarnya cukup diberi Nitrogen N. Pemberian pupuk P dan K sedikit saja, untuk menggangi hara P dan K yang terangkut saat panen, yaitu sebesar 50 kg SP-36 dan 50 kg KCl per ha. Apabila pemberian pupuk P dan K pada tanah tersebut berlebihan, maka sisanya tidak terpakai, sebagian besar hilang bersama air hujan atau air irigasi dan ini merupakan pemborosan. Jika tanah kekurangan fosfat dan kalium makan harus dipupuk lengkap NPK sesuai dosis anjuran. Inilah sebenarnya pengertian pemupukan berimbang. Pada gambar 5 disajikan respon tanaman padi terhadap pemupukan NPK pada tanah Vertisols di Ngawi Jawa Timur yang kadar fosfat (P) dan kaliumnya (K) sangat rendah. pemupukan P sebanyak 1ku TSP/ha dapat meningkatkan hasil gabah 2,1 ton/ha dibandingkan dengan urea saja dan bila ditambah pupuk K sebanyak 1ku KCl/ha, maka hasilnya mencapai 6,5 ton/ha yaitu sekitar 3,2 ton/ha lebih tinggi bila dibandingkan hanya dipupuk urea saja. Respon tanaman padi terhadap pemupukan berimbang NPK dan jerami pada tanah sawah yang kekurangan P (fosfat) dan K (kalium) di Ngawi, Jawa Timur MT 1989/1990 Dimana dan bagaimana menerapkan pemupukan berimbang? Kandunganzat hara N, P, K dalam tanah berbeda-beda, tergantung sifat-sifat tanahnya. Sebagai contoh kandunagn zat hara pada tanah yang berat/liat akan berbeda dengan tanah berpasir. Oleh karena itu jenis dan dosis pupuk pada kedua jenis tanah tersebut harus berbeda. Untuk mengetahui kandungan zat hara dalam tanah diperlukan pemeriksaan kandungan zat hara dalam tanah yang disebut uji tanah. Siapa yang melakukan pemeriksaan tanah/Uji tanah dan anjuran pemupukan berimbang? Pemeriksaan tanah dilakukan oleh Balai Penelitian Tanah atau Balai pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) atau Perguruan Tinggi yang ada di daerah. Pemeriksaan tanah diawali dengan pengambilan contoh tanah oleh Penyuluh Pertanian setempat dibantu oleh Petani. Untuk itu perlu adanya pelatihan pengambilan contoh tanah kepada penyuluh dan petani. Setiap contoh tanah mewakili ± 15-25 ha lahan dan pengambilannya cukup dilakukan sekali tiap 1-2 tahun. Harga pemeriksaan hara P dan K per contoh tanah yang mewakili luasan 25 ha hanya sekitar Rp 40.000,-. Anjuran jenis dan dosis pupuk kepada petani akan diberikan BPTP setempat melalui Dinas Pertanian dan penyuluh di daerah. Petani bebas memilih pupuk, apakah menggunakan pupuk majemuk atau pupuk tunggal. Namun perlu hati-hati dalam memilih jenis pupuk agar petani tidak dirugikan. Apa itu peta P dan K tanah dan apa kegunaannya? Saat ini telah dilakukan pemeriksaan kandungan zat hara fosfat (P) dan kalium (K) dalam tanah di sebagian besar lahan sawah di Indonesia. hasilnya berupa peta hara fosfat (P) dan kalium (K). Peta tersebut diberi tiga warna, yaitu merah berarti kandungan haranya rendah, warna kuning berarti sedang dan warna hijau berarti tinggi. Peta tersebut digunakan untuk anjuran pemupukan. Tanah yang kadar hara fosfatnya (P) rendah harus dipupuk 100 kg SP36 per ha, yang kadar hara P-nya sedang dipupuk 75 kg SP36 per ha dan yang P-nya tinggi dipupuk dengan 50 kg SP36 per ha. jadi dosis SP36 untuk lahan sawah berbeda-beda, tergantung kandungan hara P dalam tanah. Tanah yang kadar hara kaliumnya (K) rendah, dipupuk 100 kg KCl per ha, sedang kadar k-nya sedang sampai tinggi, cukup dipupuk 50 kg KCl per ha. Di bawah ini disajikan dosis anjuran pupuk SP36 dan KCl (Tabel 1) serta majemuk NPK (Tabel 2) untuk padi sawah berdasarkan status hara fosfat (P) dan kalium (K) pada lahan sawah. Untuk hara N tidak dilakukan pembuatan peta status hara N karena umumnya kadar N tanah di Indonesian rendah, sehingga secara umum harus dipupuk 250-300 kg Urea per ha. Tabel 1. Anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan menggunakan pupuk tunggal Kelas Status Hara Tanah P Rendah Sedang Tinggi K Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Sumber: www.pusri.co.id › ... › Anjuran pemupukan Berimbang Spesifik Lokasi (Kg/ha) Urea SP36 KCl 250 100 100 250 100 50 250 100 50 250 75 100 250 75 50 250 75 50 250 50 100 250 50 50 250 50 50 Pengertian, tujuan, dan manfaat pupuk & pemupukan PUPUK adalah bahan / unsur-unsur dalam bentuk senyawa Kimia Organik maupun anorganik yang berguna untuk tanah & nutrisi tanaman. PEMUPUKAN adalah pengaplikasian bahan/unsur-unsur kimia organik maupun anorganik yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia tanah dan mengganti kehilangan unsur hara dalam tanah serta bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanaman. ILMU MEMUPUK adalah Ilmu yang bertujuan menyelidiki zat-zat yang perlu ditambahkan kedalam tanah guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar dapat berproduksi secara optimal. Lima Tepat Pemupukan adalah: 1) Tepat Jenis : Jenis pupuk disesuaikan dengan unsur hara yg dibutuhkan tanaman. 2) Tepat Dosis : Pemberian pupuk harus tepat takarannya, disesuaikan dgn jumlah unsur hara yg dibutuhkan tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman. 3) Tepat Waktu : Harus sesuai dgn masa kebutuhan hara pd setiap fase/umur tanaman, dan kondisi iklim/cuaca (misal : (a) pemupukan yg baik jika ilakukan di awal musim penghujan atau akhir musim kemarau, (b) pengaplikasian PPC sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 11 siang) 4) Tepat Cara : Cara pengaplikasian pupuk disesuaikan dengan bentuk fisik pupuk, pola tanam, kondisi lahan dan sifat2 fisik , kimia tanah & biologi tanah. 5) Tepat Sasaran : Pemupukan harus tepat pada sasaran yg ingin dipupuk, misalnya: (1) Jika yg ingin dipupuk adalah tanaman, maka pemberian pupuk harus berada didalam radius daerah perakaran tanaman, dan sebelum dilakukan pemupukan maka areal pertanaman harus bersih dari gulma-gulma pengganggu. (2) Jika pemupukan ditujukan untuk tanah, maka aplikasinya dilakukan pada saat pengolahan tanah, dan berdasarkan pada hasil analisa kondisi fisik & kimia tanah. Mengapa Perlu Melakukan Pemupukan..?? Produktivitas tanah semakin lama akan semakin menurun, sbg akibat dari faktor-faktor : 1. Usaha budidaya pertanian. 2. Pengikisan top soil 3. Pencemaran lingkungan 4. Bencana alam 5. Pengaruh Iklim. Faktor produksi dlm usaha tani 1. Faktor genetis tanaman (varietas, daya hasil, dll). 2. Faktor lingkungan (cuaca, sistim pengairan, perkembangan HPT, dll). 3. Faktor Tanah (Sifat fisik, kimia dan biologi tanah). Penggolongan Kelas Tanah Berdasarkan Sifat Fisik & Kimia tanah: 1. Tanah yg kimia kaya dan fisik baik. Biasanya pd tanah pegunungan, contohnya; tanah andosol, & chernocen. 2. Tanah yg kimia kaya tetapi sifat fisik jelek. Tanah ini umumnya berwarna abu-abu sampai merah, hal ini menunjukkan kandungan bahan organik dan liat yg cukup tinggi. Misal pada tanah Gromosol (di Jawa Tengah & Jawa Timur) 3. Tanah yg kimia miskin tetapi sifat fisik baik. Pd umumnya, tanah berwarna merah sampai coklat, terbentuk pada daerah2 dgn pencucian tinggi sbg akibat curah hujan yg tinggi. Cth; tanah Lanosol (Jawa Barat). 4. Tanah yg kimia miskin & fisiknya jelek. Sebagian besar tanah2 di Indonesia (60%). Cth : tanah PMK (Podsolik Merah Kuning), dan cocok untuk komoditas perkebunan seperti karet, kelapa sawit, & HTI Hasil penelitian Anwar Ispandi dan Abdul Munip (2004) menunjukkan bahwa: 1. Pemupukan ZA tanaman kacang tanah di lahan kering Alfisol lebih baik dibandingkan dengan Urea. Penggunaan pupuk ZA lebih dapat meningkatkan serapan hara P, K dan S, serta hasil polong kering dibandingkan dengan Urea. 2. Pemupukan P kurang efektif dalam meningkatkan hasil kacang tanah. Pemupukan P dosis 50 kg SP36/ha hanya mampu meningkatkan serapan hara P sekitar 15 % dan meningkatkan hasil kacang tanah polong kering sekitar 10 %. Bila dosisnya ditingkatkan sampai dengan 100 kg SP36/ha hanya meningkatkan serapan hara P sekitar 7 % tetapi tidak meningkatkan hasil kacang tanah. Pemupukan 50 kg dan 100 kg SP36/ha tidak jelas pengaruhnya terhadap peningkatan jumlah polong per tanaman, hasil biji dan berat 100 biji dibandingkan dengan yang tanpa pupuk P. Pemupukan P sampai dengan dosis 100 kg SP36/ha tidak jelas pengaruhnya terhadap serapan hara N, K, Ca, Mg dan S. 4. Dosis pupuk K sampai dengan dosis 100 kg KCl/ha dapat meningkatkan serapan hara K sekitar 23 % tetapi tidak meningkatkan serapan hara P dan dapat meningkatkan hasil kacang tanah 14 % bila dibandingkan dengan yang dipupuk 50 kg KCl/ha. Peningkatan dosis menjadi 150 kg KCl/ha justru menurunkan serapan hara K dan hasil kacang tanah, sehingga dosis pemupukan 100 kg KCl/ha merupakan dosis optimal untuk memperoleh hasil kacang tanah yang optimal di lahan kering Alfisol. 5. Pemupukan 100 kg KCl/ha yang diberikan satu kali pada saat tanam adalah yang paling efektif dan efisien daripada yang diberikan dua kali dan tiga kali. Pemupukan dosis 100 kg KCl/ha yang diberikan dua kali, saat tanam dan umur satu bulan tidak jelas pengaruhnya terhadap peningkatan hasil polong kering, hasil biji, berat 100 biji, jumlah polong pertanaman daripada yang diberikan satu kali pada saat tanam. Bila pupuk K tersebut diberikan tiga kali justru menurunkan hasil kacang tanah. Pemupukan 100 kg KCl/ha dapat meningkatkan kadar K dan P dalam tanaman, masing-masing sekitar 21 dan 15 % bila diberikan bersama 50 kg SP 36/ha, atau masing-masing meningkat 28 % dan 23 % bila diberikan bersama 100 kg SP36/ha, semua itu bila dibandingkan dengan yang tidak disertai pupuk P. Klasifikasi pupuk berdasarkan tingkat kimia, sifat & cirri pupuk alam & buatan. Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya. Berdasarkan asalnya dibedakan: 1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan alam tanpa proses yang berarti. Misalnya: pupuk kompos, pupuk kandang, guano, pupuk hijau dan pupuk batuan P. 2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya: TSP, urea, rustika dan nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui proses fisika dan/atau kimia. Berdasarkan senyawanya dibedakan: 1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk organik: pupuk kandang, kompos, guano. Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2]. 2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik. Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik. Berdasarkan fasa-nya dibedakan: 1. Padat. Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam mulai yang mudah larut air sampai yang sukar larut. 2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu dengan air, Umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun. Karena mengandung banyak hara, baik makro maupun mikro, harganya relatif mahal.. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat lewat tanah (injeksikan). Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan: 1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan disemprotkan pada permukaan daun. 2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam tanah disekitar akar agar diserap oleh akar tanaman. Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan: 1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam artinya bila pupuk tersebut diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih masam (pH menjadi lebih rendah). Misalnya: Za dan Urea. 2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis ialah pupuk yang bila diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik misalnya: pupuk chili salpeter, calnitro, kalsium sianida. Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan: 1. Pupuk yang hanya mengandung satu hara tanaman saja. Misalnya: urea hanya mengandung hara N, TSP hanya dipentingkan P saja (sebetulnya juga mengandung Ca). 2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara tanaman. Contoh: NPK, amophoska, nitrophoska dan rustika. Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan: 1. Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja: NPK, nitrophoska, gandasil. 2. Pupuk mikro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja misalnya: mikrovet, mikroplek, metalik. 3. Campuran makro dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Sering juga ke dalam pupuk campur makro dan mikro ditambahkan juga zat pengatur tumbuh (hormon tumbuh). Pupuk berdasarkan sumber bahan Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan . Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau organ hewan dan tumbuhan, sedangkan pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. “Pupuk kimia buatan” biasanya lebih "murni" daripada pupuk organik, dengan kandungan haranya dapat dihitung. Pupuk organik sukar ditentukan kandungan haranya, tergantung dari sumbernya; keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah dan biologi tanah. Pupuk berdasarkan bentuk fisik Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau kristal. Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk padatan biasanya diaplikan ke tanah/media tanam, sementara pupuk cair diberikan secara disemprot ke tubuh tanaman. Pupuk berdasarkan kandungannya Dua kelompok pupuk berdasarkan kandunganharanya adalah : pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan. Terdapat pula pengelompokan yang disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa merk pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektivitas penyerapan hara yang diberikan. Pupuk Nitrogen Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4)2SO4. Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat larut secara kuat, sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya. Sifat ini perlu diperhatikan dalam penyimpanan dan pemberiannya. Pupuk ZA mengandung belerang 24 % dan nitrogen 21 %. Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada tanahtanah yang miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini menjadi pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea. Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA, mengandung 21% nitrogen dan 26% sulfus, erbentuk kristal dan bersifat kurang higroskopis. Reaksi kerjanya agak lambat sehinga cocok digunakan untuk pupuk dasar. Sifat reaksinya asam, sehingga tidak disarankan untuk tanah ber pH rendah Ammonium Chlorida ( NH4CL) Pupuk ammonium chlorida adalah pupuk berbentuk . Larut didalamkristal berwarna putih. Pupuk ini mempunyai kadar N sebanyak 26 air. Didalam tanah akan terionisasi menjadi ion NH4 dan Cl-. Seperti halnya dengan pupuk ZA, ion ammonium dapat langsung diserap tanaman dan sebagian akan dijerap oleh koloid tanah pada permukaan Ammonium Nitrat (NH4NO3) Pupuk ammonium nitrat adalah pupuk yang dapat menyumbangkan dua jenis hara N dalam bentuk ammonium dan nitrat. Pupuk ini , termasuk pupuk yang larut didalam air. Berntukmempunyai kadar N sebanyak 33 pupuk ialah padat dan kristalin dan berwarna putih, tidak higrokopis dan berkerja cepat. Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok digunakan di daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini akan membakar tanaman apabila diberikan terlalu dekat dengan akar tanaman atau kontak langsung engan daun. Ketersediaan bagi tanaman sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya harus lebih sering. Amonium Nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan lebih lama. Ammonium Sulfat Nitrat ( ASN) Ammonium Sulfat Nitrat adalah pupuk yang diproduksi oleh Ruhr-sticstoff A.G.Jerman, merupakan garam rangkap dari ammonium sulfat dan ammonium nitrat. Pupuk ini diperdagangkan dalam bentuk kristal berwarna seperti kuning kemerahmerahan. Urea CO(NH2)2 Pupuk urea adalah pupuk buatan senyawa kimia organic dari CO(NH2)2, pupuk padat berbentuk butiran bulat kecil . Urea larut sempurna di dalam air. Pupuk ini mempunyai kadar N 45 tidak mengasamkan tanah. Sifat urea lain yang tidak menguntungkan adalah sangat higrokopis dan mulai menarik air dari udara pada kelembaban nisbi sekitar 70-75 persen. Pupuk Cyanamide Pupuk cyanamide dan pupuk urea dikenal sebagai pupuk organic buatan. Contoh pupuk cyanamide ialah CaCN2 dibuat dengan memanasi kapur (lime) dengan kokas ( coke). Pupuk Kalsium Ammonium Nitrat Pupuk ini meruoakan campuran dari ammonium nitrat dengan bubuk tanah liat (kapur mergel). Campuran ini dimaksudkan untuk meniadakan keburukan-keburukan ammonium nitrat. Kalsium ammonium nitrat CaCO3. diperdagangkan dalam bentuk butiran-butiran N dan 30-35mengandung 20,5 kuning muda dan hijau. Pupuk kalsium nitrat ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat larut di dalam air. Kalsium nitrat merupakan sumber kalsium yang baik karena mengandung 19% Ca. Sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis. Pupuk Natrium Nitrat (NaNO3) Natrium nitrat juga dikenal dengan nama Chilisalpeter. Disebut dengan chilisalpeter karena pada awalnya pupuk ini merupakan produk alam, yang didapatkan dari endapan didalam tanah didaerah pantai utara chili, peru dan Bolivia dan dipantai barat Amerika Serikat. Sekarang pupuk NaNO3 telah dibuat secara sintetis melalui proses ammonia soda sejalan dengan cara pembuatan ammonium chlorida, yaitu dengan caraproses Solvay (Proses ammonia soda) dengan larutan garam. Pupuk Fosfat SP-36 Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5. ppuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran an berwarna au-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis, dan tidak bersifat membakar. Amonium Phosfat Pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal. Bentuknya berupa butiran berwarna coklat kekuningan. Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya rendah. Pupuk Kalium Kalium Klorida Mengandung 45% K2O dan klor, bereaksi agak asam dan bersiat higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman yang tidak membutuhkanya. Kalium Sulfat Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya sekitar 48-52%, berbentuk tepung putih yang larut di dalam air, bersifat asam. Dapat digunakan sebagai pupuk dasar sesudah tanam. Kalium Nitrat Mengandung 13% N dan 44% K2O, berbentuk butiran berwarna putih yang tidak bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral. Pupuk Makro sekunder Kapur dolomitik Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan, dikenal sebagai bahan untuk menaikan pH tanah. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butirannya. Semakin halus butirannya semakin baik kualitasnya. Kapur Kalsitik Dikenal sebagai kapur pertanian berbentuk bubuk berfungsi untuk meningkatkan pH tanah. Warnanya putih dan butirannya halus, mengandung 90199% Ca. Bersifat lebih cepat larut di dalam air. Kalium Magnesium Sulfat (Paten Kali) Pupuk ini mengandung 30% K2O, 12% S, dan 12% MgO, erbentuk butiran dan berwarna kuning. Bersifat sukar larut dalam air. Gypsum (CaSO4) Bahan ini berbentuk bubuk berwarna putih. Mengandung 39% Ca, 53% S, dan sedikit Mg. Gypsum digunakan untuk meneralisir tanah yang erganggu karena kadar garam yang tingi. Bubuk Belerang Bubuk belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai 99%. Namun bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi defisiensi sulfur, tetapi lebih banyak digunakan untuk menurunkan pH tanah. Pupuk Mikro Pupuk sebagai sumber unsur hara mikro ersedia dalam dua entuk, yakni bentuk garam anorganik dan bentuk organik sinteis. Kedua bentuk ini bersifat mudah larut di dalam air. Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam anorganik adalah Cu, Fe,Z dan Mn yan seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagai pupuk aun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau amonium molibdat. Bentuk organik sintetis ditandai dengan adanya agen pengikat unsur logam yang disebut chelat. Chelat adalah bahan kimia organik yang dapat mengikat ion logam seperti yang dilakkan koloid tanah. Unsur hara mikro yang tersedia dalam bentuk chelat adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn. Selain itu, unsur mikro juga dapat disediakan oleh berbagai pupuk majemuk yang banyak beredar di pasaran. Karakteristik Pupuk Analisis pupuk Kadar unsur hara yang dikandung pupuk disebut dengan analisis pupuk. Untuk unsur makro kadar tersebut dinyatakan dalam satuan persen, sedangkan unsur mikro dinyatakan dalam satuan ppm. Jenis unsur hara yang dikandung ppuk tidak dinyatakan dalam unsur tunggal tetapi dinyatakan dalam persentase total N, P2O5 dan K2O. Sebagai contoh ppuk urea mengandung 45% N, berarti dalam 100 kg pupuk Urea terdapat 45 kg N total. Pupuk NPK dengan analisis 15:15:15 menunjukkan pupuk tersebut mengandung 15% N, 15% P2O5 dan 15% K2O. Analisis ppuk selalu tertera pada kemasan pupuk. Jenis pupuk yang sama belum tentu mengandung analisis yang sama, biasanya berbea sekitar 1-2%. Hal ini sangat tergantung pada pabrik pemuatnya. Karena itu saangat penting membaca dan memaami label yang terdapat pada kemasan pupuk. Higroskopisitas Higroskopisitas adalah sifat pupuk yang berkaitan dengan potensinya dalam mengikat air dari udara. Pupuk dianggap bersifat higroskopis jika di tempat terbuka mudah sekali mencair. Sifat ini sangat menentukan daya simapan pupuk. Pupuk yang bersifat higroskopis hendaknya tidak disimpan terlalu lama dan harus disimpan di tempat yang tertutup (kedap udara), kalau tiak ppuk akan cepat mencair atau menggumpal. Daya larut Daya larut merupakan kemampuan suatu jenis ppuk untuk terlarut dalam air. Daya larut juga menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada di dalam pupuk untuk diserap tanaman atau hilang karena tecuci. Pupuk engan daya larut tingi lebih cepat diserap oleh tanaman, tetapi mudah tercuci oleh hujan. Pupuk yang mengandung nitrogen biasanya mempunyai daya larut yang tinggi. Reaksi pupuk Setelah pupuk ditebarkan ke tanah, pH tanah dapat berubah menjadi lebih tingi atau lebih rendah. Jenis pupuk yang menyebabkan pH tanah meningkat disebut pupuk bereaksi basa dan pupuk yang menyebabkan pH tanah menurun disebut pupuk bereaksi asam. Indeks garam Penebaran pupuk di tanah kan meningkatkan konsentrasi garam di dalam tanah. Peningkatan konsentrasi garam ini akan menaikan tekanan osmosis larutan tanah, sehingga berpenaruh terhadap proses penyerapan unsur hara. Larutan tanah dengan tekanan osmosis yang tinggi dapat menyebabkan larutan hara tidak dapat terserap tetapi cairan sel justru akan keluar dari akar (plasmolisis jaringan akar). Pupuk dengan indeks garam yang tinggi harus ditempatkan lebih jauh dari perakaran tanaman dibanding dengan pupuk dengan indeks garam rendah. Perhitungan Pupuk Agar dosis pupuk yang ditebarkan sesuai dengan yang diinginkan, sebelum melakukan pemupukan diperlukan beberapa penghitungan. Berikut beberapa contoh penghitungan pupuk sebeluk melaksanakan pemupukan. Contoh 1 Hasil analisis jaringan tanaman merekomendasikan untuk melakkan pemupukan pada tanaman perkebunan dengan 150 gram N, 75 gram P2O5, dan 150 gram K2O pertanaman. Pupuk yang tersedia di pasaran adalah Urea (45% N), SP-36 (36% P2O5), dan KCl (60% P2O). Berdasarkan rekomendasi pemupukan, bobot setiap pupuk yang diperlukan untuk memenuhi rekomendasi di atas adalah : Urea yang diperlukan adalah : 100/45 x 150 g = 333,3 gram SP-36 yang diperlukan adalah : 100/36 x 75 g = 208,3 gram KCl yang diperlukan adalah : 100/60 x 150 g = 249,9 gram Contoh 2 Seorang petani ingin memupuk tanaman peliharaannya dengan NPK 15:15:15 dengan dosis yang dianjurkan 500 kg NPK/ha. Jenis pupuk yang tersedia adalah Urea (45% N), SP-36 (36% P2O5), dan KCl (60% P2O). Langkah yang harus dilakkan adalah mencampur ketiga jenis pupuk tersebut sampai kadarnya setara dengan dosis pupuk NPK yang dianjurkan. Pertama hitung kadar N, P dan K dalam dosis yang dianjurkan, dan akan diperoleh : Kadar N = 15% x 500 kg = 75 kg Kadar P2O5 = 15% x 500 kg = 75 kg Kadar K2O = 15% x 500 kg = 75 kg Selanjutnya hitung jumlah kebutuhan pupuk Urea, SP-36, dan KCl sebagai berikut : Kebutuhan Urea = 100/45 x 75 = 166,67 kg Kebutuhan SP-36 = 100/36 x 75 = 208,33 kg Kebutuhan KCl = 100/60 x 75 = 124,99 kg Pupuk Kandang Pupuk kandang ialah zat organik yang digunakan sebagai pupuk organik dalam pertanian. Pupuk kandang berperan dalam kesuburan tanah dengan menambahkan zat dan nutrien, seperti nitrogen yang ditangkap bakteri dalam tanah. Organisme yang lebih tinggi kemudian hidup dari jamur dan bakteri dalam rantai kehidupan yang membantu jaring makanan tanah. Dalam pengelolaan tanah, pupuk kandang dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yakni pupuk hewan, kompos, dan pupuk hijau. Kompos Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. Jenis-jenis kompos Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut. Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di pabrik gula. Kompos bokashi. Manfaat Kompos Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi : 1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan : 1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman: 1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah diantaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengaruhi serapan hara oleh tanaman. Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Kompos dapat memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK. Pupuk cacing (vermicompost) dapat memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil. Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan mempengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan masam. Kompos bagase (kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu. Reaksi pupuk dalam tanah Pemberian pupuk kedalam tanah akan meningkatkan kandungan unsur hara didalam tanah yang dapat segera diserap akar tanaman, namun demikian pemberian pupuk itu mempengaruhi kondisi tanah. Hal itu terjadi karena pengaruh dari sifat-sifat, macam atau jenis pupuk yang diberikan. Setiap pupuk yang ditambahkan kedalam tanah akan mengalami berbagai macam reaksi. Reaksi-reaksi tersebut akan berpengaruh terhadap sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Apabila pupuk ditambahkan kedalam tanah maka pupuk akan mengalami reaksi atau perubahan baik dalam bentuk fisik dan sifat kimianya. Perubahanperubahan ini mulai terjadi apabila pupuk itu bereaksi dengan air tanah. Setelah bereaksi dengan air pupuk akan melarut, sebagian pupuk akan diserap akar tanaman, sebagian ada terfiksasi menjadi bentuk tidak tersedia untuk tanaman, hilang melalui proses denitrifikasi (pupuk N), tercuci (leaching) tereosi dan serta terjadinya penguapan (volatilisasi). Manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah menjadi tersedia untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pupuk yang diproduksi dan beredar di pasaran sangatlah beragam, baik dalam hal jenis, bentuk, ukuran, kandungan unsur hara maupun kemasannya. Dengan beragamnya jenis pupuk dengan berbagai karakter masing-masing, sering membuat pemakainya kebingungan untuk menggunakannya. Tidak mengherankan jika sering dijumpai kegagalan produksi tanaman sebagai akibat kesalahan pemupukan. Untuk mengatasi hal tersebut sebelum dilakkan pemupukan ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu melakukan analisis tanah dan daun, mengidentifikasi gejala kekurangan unsur hara, dan menentukan metode pemupukan. Analisis tanah dan daun adalah untuk mengetahui ketersediaan unsur hara dalam tanah dan unsur hara apa yang dibutuhkan tanaman. Di samping itu dengan mengidentifikasi gejala kerusakan/kelainan pada tanaman kita sudah dapat memprediksi unsur hara yang kurang dan dibutuhkan tanaman. Untuk mengaplikasikan pupuk sesuai dengan rekomendasi hasil analisis, perlu metode pemupukan yang tepat, karena kesalahan cara aplikasinya, mengakibatkan pemupukan tidak/kurang efisien.. Faktor – faktor yang mempengaruhi Efisiensi pemupukan Istilah efisiensi mencakup dua hal, yaitu efisiensi ekonomis dan efisiensi teknis. Efisiensi ekonomis tercapai pada saat keuntungan maksimum dapat dicapai sedangkan efisiensi teknis dicapai pada saat produksi rata-rata mencapai tingkat optimum. Dalam kaitannya dengan pemupukan, konsep efisiensi tidak identik dengan pengurangan atau peniadaan pupuk, tetapi lebih mengarah pada pemberian pupuk yang tepat atau tidak berlebihan. Ketepatan program pemupukan membutuhkan berbagai informasi yang akurat mengenai : kebutuhan potensial hara pada berbagai umur tanaman, varietas dan jumlah tanaman per ha dan kondisi spesifik yang menunjang atau menghambat pertumbuhan dan produksi. Sejak lama telah dikembangkan sistem rekomendasi pemupukan dengan didasarkan pada analisis daun, performance tanaman dan lingkungan tumbuh tanaman serta analisis tanah. Sistem ini mengarah kepada efektivitas dan efisiensi pemupukan dan di pihak praktisi diharapkan dalam pelaksanaan berpegang kepada “7 Prinsip Tepat”, yaitu tepat Jenis, Dosis, Bentuk, Waktu, Cara, Letak, dan Frekuensi. Seringkali pupuk yang diberikan pada tanaman sebagian besar tidak dapat diserap dan dimanfaatkan tanaman, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor alam seperti ; hanyut oleh aliran permukaan (run off), tercuci oleh air perkolasi ke lapisan tanah yang lebih dalam (leaching), menguap, terjerap (fiksasi) oleh senyawa Al dan Fe bebas di dalam tanah. Efektivitas Penggunaan Pupuk di Lapangan Efektivitas dan efisiensi penggunaan pupuk di lapangan ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya : pelaksanaan aplikasi pemupukan di lapangan yang tidak akurat, yaitu ketidaktepatan pemilihan jenis, dosis, cara dan waktu aplikasi pupuk dan ketepatan waktu pengadaan pupuk, misalnya saja Jenis Pupuk. Seringkali penggunaan jenis pupuk tidak sesuai dengan yang direkomendasikan antara lain karena tidak tersedianya pupuk di pasaran dan keterlambatan penyediaan pupuk di kebun. Ada beberapa jenis pupuk yang mempunyai kandungan unsur hara yang sama. Maka penyusunan rekomendasi pemupukan, biasanya rekomendator dalam penentuan jenis pupuk berpedoman kepada : Sifat kemasaman tanah dan kimia pupuk, penggunaan pupuk yang lain, tingkat defisiensi unsur hara tanaman, faktor harga pupuk Ukuran Efisiensi pemupukan 1. Efisiensi penggunaan hara: hasil kg per ha/ hara dlm tnm kg per ha = kg kg-1 2. Efisiensi fisiologis: (kg hasil P1 - kg hasil P0)/(kg Serapan P1 – kg Serapan P0)=kg kg-1 3. Rasio efisiensi hara: Unit hasil kg / unit hara dalam tanaman kg = kg kg-1 4. Efisiensi agronomis: {(kg per ha hasil P1 – kg per ha hasil P0)/ kg per ha hara yang diberikan} = kg kg-1 Ukuran Efisiensi pemupukan 1. Efisiensi serapan hara dari tanah: {(kg Serapan P1 – kg Serapan P0)/ kg hara yang digunakan}x 100% 2. Efisiensi Agrofisiologis: {(kg gabah hasil P1 - kg gabah hasil P0)/(kg Serapan jerami dan gabah P – kg Serapan jerami dan gabah P0)} = kg kg-1 3. Efisiensi hara pupuk: % hara jaringan tanaman x Efisiensi penggunaan hara = (kg serapan hara / kg hara yg diberikan) x (kg hasil gabah per kg serapan hara tanaman) Aplikasi Pupuk - Pemupukan Faktor penentu memilih cara aplikasi Dalam menentukan aplikasi atau penempatan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut. a. pupuk di tanah harus Tanaman yang akan dipupuk 1. Nilai ekonomi tanaman dan luas areal tanam. Tanaman dengan nilai ekonomi yang tinggi atau mempunyai skala penanaman yang sangat luas dapat mempertimangkan cara penempatan pupuk dengan alat mekanis. 2. Umur tanaman. Tanaman di pesemaian dapat dipupuk dengan cara menyemprotkan pupuk lewat daun. Pupuk unuk tanaman di lapangan yang masih kecil diberikan dengan cara menugal. Pada tanaman yang sudah besar pupuk dapat diberikan dengan cara larikan 3. Jarak tanam dan karakter tajuk. Tanaman dengan jarak tanam yang rapat dapat dipupuk dengan cara larikan pada satu sisi barisan tanaman. Tanaman yang ditanam berjauhan dapat dipupuk dengan cara membuat larikan yang melingkar mengelilngi pohon b. Jenis pupuk yang digunakan 1. Dalam pemupukan kita harus memperhatikan Mobilitasnya di dalam tanah. Fosfor hampir tidak bersifat mobil, akibatnya pupuk ini tetap berada di tempat semula dalam jangka waktu yang lama sehingga diberikan sekaligus dan harus diberikan dekat dengan perakaran dengan cara menugal atau larikan. Pupuk Kalium dan Nitrogen cenderung mudah bergerak dari tempat penbarannya. Pola pergerakannya vertikal ke bawah bersama-sama air. Karena sifatnya yang mobil pupuk kalium dan nitrogen dapat diberikan dengan ara ditebar dipermkaan tanah atau atau dengan larikan. 2. Indeks garam. Pupuk dengan indeks garam yang tingi tidak boleh ditempatkan terlalu dekat dengan akar karena akan merusak tanaman. 3. Ukuran pupuk. Pupuk dengan ukuran butiran yang sangat halus seperti kapur umumnya ditebar di atas permukaan tanah. c. Dosis Pupuk Tidak disarankan menempatkan pupuk dengan dosis sangat tinggi di dalam larikan karena akan merusak tanaman. Pupuk tersebut sebaiknya ditebar agar idak erjadi penumpukan disatu tempat. Cara aplikasi pupuk 1. Larikan Caranya buat parit kecil di samping baris tanaman sedalam 6-10 cm, tempatkan pupuk di dalam larikan tersebut, kemudian tutup kembali. Cara ini dapat dilakukan pada satu atau kedua sisi tanaman. Pada tanaman dengan jarak tanam yang lebar larikan dibuat melingkar di sekeliling pohon dengan jari-jari 0,51 kali jari-jari tajuk pohon. 2. Penebaran secara merata di atas permukaan tanah Cara ini biasanya dilakukan sebelum penanaman atau bersamaan dengan pengolahan tanah, seperti pada aplikasi kapur. Pada pemupukan susulan hal ini dapat dilakukan untuk pupuk yang tidak mudah menguap. 3. Pop Up Caranya ppuk dimasukkan pada lubang tanam pada saat penanaman bibit. Pupuk yang digunakan harus yang indeks garamnya rendah agar tidak merusak bibit. 4. Fertigasi Pupuk dilarutkan kedalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air irigasi. Cara ini banyak dilakukan pada pembibitan Waktu pemupukan Dilihat dari sifat bereaksinya pupuk ada yang cepat ada yang lambat, sehingga hal ini akan mempengaruhi kepada kapan pupuk itu harus diberikan. Pupuk yang bereaksi cepat biasanya diberikan diawal tanam sebagai pupuk dasar dan akan tersedia dalam jangka waktu yang lama sehingga frekuensi aplikasinya sedikit. Sedangkan pupuk yang bereaksi cepat biasanya diberikan secara bertahap karena pupuk ini cepat tercuci sehinga cepat berkurang ketersediaanya dalam tanah. Dilihat dari peranannya ada yang berperan dalam pertumuhan vegetatif dan generatif, sehinga pemberiannyapun disesuaiakan dengan masa pertumbuhan tanaman. Peningkatan efisiensi pemupukan pada tanaman jagung Pemupukan urea pada tingkat petani di beberapa tempat sudah berlebih dan tidak efisien lagi, mislanya , mencapai sekitar 500 - 750 kg/ha. Hasil penelitian Balitsereal, bahwa kebutuhan pupuk urea untuk tanaman jagung hanya 225 - 425 kg urea/ha (tergantung tingkat kesuburan tanah) dengan tingkat hasil yang diperoleh 8 - 12 t/ha. Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) telah mengembangkan metode pemupukan N (urea) yang dapat menghemat 30 - 50% pupuk urea dan mudah diterapkan petani, yaitu penggunaan Bagan Warna Daun (BWD). BWD yang digunakan pada tanaman jagung adalah BWD yang juga dipakai pada tanaman padi. Prinsip penggunaan BWD adalah memberi nilai skala 2-5 dari penampilan warna kuning-hijaunya daun tanaman. Makin kekuningan warna daun tanaman, nilainya juga makin rendah, sebaliknya jika daun makin hijau maka nilai skalanya juga makin tinggi. Nilai skala warna daun pada saat tanaman masih fase vegetatif (sebelum berbunga) sampai fase pembentukan tongkol ) berhubungan erat dengan produktivitas tanaman. Artinya tanaman yang daunnya hijau pasti memberikan hasil yang lebih tinggi disbanding tanaman yang daunnya kekuningan. Tanaman jagung yang daunnya berwarna kekuningan menunjukan bahwa masih kekurangan hara N, karena itu diperlukan tambahan pupuk urea. Nah, untuk mengetahui apakah tanaman masih membutuhkan hara N (urea) atau tidak dapat diukur secara mudah dengan mengunakan BWD. Prosedur pemupukan urea pada tanaman jagung berdasarkan BWD adalah sebagai berikut: 1) takaran pemberian awal tanam (umur ±10 hst) sejumlah 110 kg urea/ha, kemudian pemberian kedua pada umur 30 hst, sebanyak 170 kg urea/ha, 2) Pada umur 50 HST (sebelum berbunga) diamati warna daunnya menggunakan BWD. Hasil pengamatan nilai BWD tertentu dipupuk kembali sesuai dengan Tabel 2. Untuk mendapatkan akurasi pengukuran BWD langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut: 1) bagian tanaman yang diamati adalah daun ketiga dari atas yang telah terbuka sempurna, 2) jumlah sampel disarankan minimal 20 tanaman secara acak yang mewakili kelompok wilayah/area lahan yang dianggap seragam kondisinya, 3) pengukuran dilakukan pada pagi hari dan dihindari adanya pantulan cahaya matahari pada alat BWD, 4) tanpa ada tenggang waktu antara sampel yang diamati, 5) tanaman tidak dalam keadaan stres kekeringan,6) disamping itu, tanaman tidak kekurangan hara,oleh karena itu harus dilakukan pemupukan yang optimal. Perkiraan tambahan N berdasarkan nilai BWD tanaman jagung pada umur 4050 hst Nilai BWD* Dosis pupuk urea (kg/ha) Sasaran hasil jagung Sasaran hasil jagung biasa hibrida >7 t/ha < 7 t/ha <4.0 156 122 4.0 – 4.25 122 89 4.25 – 4.50 100 67 < 4.5 67 0 (*) Nilai BWD dari rata-rata pengamatan 20 sampel secara acak dalam satu petakan lahan.(Sumber: Hasil penelitian Balitsereal) Mikroorganisme Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Fosfat Pemupukan fosfat sering tidak efisien karena fosfat terikat menjadi bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman. Pemberian pupuk mikroba, yang kini beredar dengan berbagai merek, ternyata cukup efektif mengatasi masalah tersebut. Masalah utama dalam pemupukan P (fosfat) pada lahan pertanian adalah efisiensinya yang rendah, karena hanya 10-30% saja dari pupuk yang kita berikan ke tanah dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Hal ini terjadi karena adanya proses pengikatan atau fiksasi P yang cukup tinggi oleh tanah terhadap pupuk yang diberikan. Pada tanah yang bersifat basa (pH tinggi), fiksasi P dilakukan oleh kalsium (Ca) dan terbentuk ikatan Ca-P yang bersifat sukar larut, sehingga bentuk P ini sukar atau bahkan tidak tersedia bagi tanaman. Pada tanah yang bersifat masam (pH rendah), fiksasi P dilakukan oleh besi (Fe) atau aluminium (Al) dan terbentuk ikatan Fe-P atau Al-P yang juga sukar larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Mikroorganisme tanah seperti bakteri Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. dapat mengeluarkan asamasam organik seperti asam formiat, asetat, dan laktat yang bersifat dapat melarutkan bentuk-bentuk fosfat yang sukar larut tersebut sehingga menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. Dasar pertimbangan dalam pemupukan Pupuk senantiasa menghantui pikiran petani pada saat musim tanam telah tiba. Begitu pentingnya pupuk sehingga kadang-kadang dijadikan seperti gadis cantik jelita yang sedang dipingit, sulit dijumpai di pasaran, harganya pun melambung tinggi. Lalu bagaimana cara menggunakan pupuk yang bijaksana – menguntungkan ?. Paradigma pertanian tanaman pangan ke depan adalah menghasilkan bahan pangan yang lebih banyak per satuan areal dan tetap ramah lingkungan. Dengan demikian keberlanjutan sistem pertanian tersebut dapat dipertahankan. Hal ini mengharuskan kegiatan pertanian khusunya tanaman pangan mempertimbangkan aliran bahan-bahan, terutama aliran unsur hara dan sisa pestisida. Pemupukan merupakan salah satu aspek penting dalam sistem budidaya tanaman. Pupuk dapat meringkan hasil tanaman dan juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lahan pertanian. Karena itu, diperlukan suatu metode pemupukan yang tepa agar hasil yang tinggi tetap dapat tercapai dan dampak negative dari pemupukan tersebut dapat ditekan sekecil mungkin. Pengelolaan hara ataua pemupukan memiliki arti yang luas, tidak saja menyangkut pengertian tentang kebutuhan (dosis pupuk) yang harus diberikan kepada suatu tanaman pada jenis tanah dan lingkungan yang tertentu pula. Tetapi yang menyangkut pengertian-pengertian (1) sifat-sifat kimia dan fisik pupuk, (2) cara-cara memberi pupuk, (3) waktu memberi pupuk, (4) residu pupuk, (5) dan lain-lain yang berhubungan dengan pupuk. Hasil-hasil uji kalibrasi pada lingkungan yang spesifik harus mampu merekomendasi berbagai aspek penggunaan pupuk agar efsiensi dan produktivitas tanaman berada pada keadaan yang optimum. Karena itu memahami berbagai aspek pemupukan secara mendalam sangat penting sebagai upaya meningkatkan penggunaan energi dalam bidang pertanian (Rachim, 1996). Berikut diuraikan secara singkat aspek-aspek yang menyangkut pemupukan. Ada tiga hal yang saling berinteraksi dan perlu diperhatian agar pupuk yang diberikan lebih efektif dana menguntungkan. Untuk memperoleh manfaat yang cukup banyak perlu menerapkan strategi pengelolaan hara yang baik. Salah satu pendekatan yang dapat dipakai adalaha pemupukan spesifikasi lokasi (site specific Nutrient Management). Dengan pendekatan ini dapat dihindari pemupukan yang berlebihan. Tanah yang Dipupuk Secara biologis tanah merupakan suatu sistem yang dinamis dan hidup. Aneka mikroflora maupun mikrifauna hidup didalam tanah yang mencakup aktinomicetes, bakteri,alga, fungi, nematoda, protozoa, cacing tanah dan serangga. Biodegradasi mikroba ini dan sisa-sisa tanaman secara kimia mensuplai secara besar bahan organik dan hara ke dalam tanah setiap tahun. Melalui siklus karbon, bahan organik dihancurkan dan teroksidasi secara sempurna menjadi CO2 oleh aktivitas mikroba. Mikroba tersebut memanfaatkan karbon sebagai sumber energi. Secara alami hara yang dibutuhkan oleh tanaman dapat berasal dari tanah, bahan organik (seperti sisa tanaman yang dikembalikan ke dalam tanah), air hujan atau air irigasi. Suplai hara dari tanah biasanya tidak cukup untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Oleh karena itu, penggunaan pupuk diperlukan untuk menambah unsur hara yang kurang dalam tanah agar dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Setiap jenis tanah memiliki dinamika hara yang khas. Misalnya kandungan haranya berbeda-beda sehingga jumlah pupuk yang diperlukan juga berbeda. Status hara didalam tanah dapat diketahui melalui uji tanah di laboratorium. Uji tanah ini telah lama digunakan secara luas di negara-negara maju untuk menentukana kebutuhan pupuk suatu tanaman. Kemasaman tanah juga mempengaruhi pupuk yang akan diberikan. Dalam hal ini reaksi pupuk di dalam tanah perlu diperhatikan, agar tidak menyebabkan tanah menjadi lebih masam. Pada tanah-tanah tertentu juga dapat terjadi fiksasi (pengikatan) hara oleh unsur tertentu, yang menyebabkan hara tidak tersedia bagi tanaman. Misalnya pada tanahtanah dengan kandungan Al yang tinggi, Al dapat memfiksasi P. Agar pupuk yang diberikan lebih efektif dan efisien, maka daya fiksasinya harus diminimumkan, misalnya dengan pemberian kapur atau bahan organik. Fiksasi P-tanah : Rosin Coated Superphosphate Fiksasi P dalam tanah berkapur dapat dikendalikan dengan cara aplikadsi pupuk pelet fosfat diamonium berbungkus rosin, dengan laju pelepasan fosfor yang beragam. Empat tanah dari daerah kering di Spanyol selatan-timur dipilih dan diperlakukan secara terpisah dengan salah satu pupuk berikut ini : superfosfat (SP) atau diamonium fosfat (DAP) dilapisi dengan 0, 10 atau 22% rosin, dengan dosis 1000 Kg P / ha. Setelah aplikasi, contoh tanah diinkubasi selama 8 bulan, selama periode inkubasi diambil contoh tanah untuk mengevaluasi ketersediaan P dengan cara electro-ultrafiltration (EUF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan DAP dengan lapisan 22% memungkinkan fiksasi P tanah berkapur dikendalikan. Pembungkusan pupuk ini cukup stabil dan bertahan selama periode pertumbuhan tanaman. (Sumber: Diez, J.A., MaC Cartagena dan A. Vallejo. 1992. Controlling phosphorus fixation in calcareous soils by using coated diammonium phosphate. Fertilizer research. June 1992, Volume 31, Issue 3, pp 269-274). Kandungan bahan organik tanah juga merupakan suatu hal penting yang perlu diperhatikan agar pupuk yang diberikan lebih efektif. Hasil pengamatan BPTP Sulawesi Selatan menujukkan bahwa sebagian besar C-organik tanah sawah di daerah BOSOWASIPILU dibawah 2 % (rendah). Hasil-hasil pengkajian menujukkan bahwa pemberian 220 kg Urea + 50 kg Za + 50 kg SP-36 + 50 kg KCl + Jerami 1-2 t/ha memberikan hasil 7,4 t gabah per ha. Sedangkan pemberian 240 kg Urea + 70 kg ZA + 35 kg SP-36 +30 kg KCl tanpa jerami hasilnya hanya 5,77 t gabah per hektar. Menurut Adiningsih (1984) jerami padi sebanyak 5 t/ha/musim dapat meningkatkan kandungan Corganik dari 2,4 % menjadi 4 %; setelah 4 musim pemberian. Selain itu kadar unsur hara pada tanah juga meningkatkan terutama K, Mg , Si, dan N. setiap panen padi apabila jerami keseluruhannya diangkut keluar dari sawah diperkirakan jumlah rata-rata 5 t/ha/musim, maka tanaman akan kehilangan 0,4 % C-organik, 0,03 % N tanah, 8,15 % kg P/ha, 42,9 kg K/ha, 15 kg Mg/ha, dan 25 kg Si/ha. Dikabupaten pangkep pemberian 5 ton jerami/ha pada padi dengan cara dibenamkan hasilnya setara dengan padi yang dipupuk dengan 50 kg KCl/ha tanpa jerami. Tanaman yang Dipupuk Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan tanaman dalam pemupukan adalah (a) penggunaan unsur hara oleh tanaman, (b) sifat-sifat akar. (a). Penggunaan Unsur Hara Oleh Tanaman Unsur hara yang diserap oleh tanaman dipergunakan antara lain untuk menyusun bagian-bagian tubuh tanaman. Jumlah unsur hara yang diperlukan untuk manyusun bagianbagian tubuh tanaman tersebut berbeda untuk setiap jenis tanaman maupun setiap jenis tanaman yang sama tetapi dengan tingkat produksi yang berbeda. Bagian-bagian tubuh tanaman tersebut bila merupakan bagian yang dipanen dan tidak kembali ke tanah maka unsur hara yang ada di dalamnya merupakan unsur hara yang hilang dari tanah. Secara umum kebutuhan tanaman ditentukan oleh macam bagian tanaman yang dipanen: • • • Tanaman yang dipanen daunnya memerlukan hara N lebih banyak. Misalnya sayur-sayuran daun. Tanaman yang menghasilkan pati atau gula memerlukan unsur N, unsur K cukup tinggi, misalnya ubi jalar, ubikayu, kentang dan tebu. Tanaman yang diambil bunga, buah dan bijinya memerlukan banyak unsur N, dan unsur P untuk pertumbuhan generatifnya. (b). Sifat-Sifat Akar Akar tanaman dapat berupa akar tungang atau akar serabut. Sifat-sifat akar akan menentukan cara penempatan pupuk dan jumlah pupuk yang harus diberikan. Tanaman berakar tunggang, seperti kopi, jeruk, kakao, pupuk sebaiknya diletakkan di dalam larikan lingkaran mengelilingi batang. Jarak dari batang disesuaikan dengan tajuk tanaman. Penyerapan unsur hara oleh tanaman adalah melalui pertukaran ion antara akar dengan larutan tanah atau kompleks jerapan koloid tanah. Kemapuan menukar kation atau anion dari akar berbeda untuk setiap jenis tanaman. Tanaman seperti dikotil mempunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) akar lebih tinggi dari pada tanaman monokotil. Tanaman dikotil menyerap kation bervalnsi dua (misalnya Mg++, Ca++) lebih banyak dari pada kation bervalesi satu (K+). Sedangkan pada tanaman monokotil adalah sebaliknya. Pupuk yang diaplikasikan a. Jenis-jenis Pupuk Berdasarkan pembuatannya, pupuk dibedakan atas dua macam, yaitu pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam misalnya kompos, guano, fosfat alam, dan sebagainya. Perbedaan di antara keduanya adalah kadar unsure haranya. Pupuk alam memiliki kadar hara relatif lebih rendah dengan kemurnian yang juga relatif rendah. Sedangkan pupuk buatan memiliki kadar dan kemurnian yang lebih tinggi. Menurut komposisi unsur, pupuk dibedakan atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Komposisi unsur pada pupuk tunggal untuk memenuhi kebutuhan tanaman dapata diatur, sedangkan majemuk lebih sukar. Pupuk majemuk umumnya digunakan pada perkebunan-perkebuanan yang sudah diketahui kahat akan beberapa hara. Dengana menggunakan pupuk majemuk ini, pengeluaran biaya untuk tenaga kerja memupuk dapat dikurangi. Bagi tanaman setahun, penggunaan lebih banyak dari pada pupuk tunggal, karena aspek-aspek pembiayaan belum dikaji secara mendalam, tidak seperti halnya pada perkebunan yang berorientasi pada keuntungan. b. Sifat-Sifat Pupuk Pupuk dapat dipakai secara baik apabila memiliki jaminan kualitas yang baik. Jaminan ini tercermin dari sifat-sifat kimia pupuk, diantaranya : • Kadar Unsur Hara. Bagi pupuk buatan, kadar hara utama umumnya tergolong tinggi. Bagi hara N, P dan K dinyatakan seabagai persen N, P2O5 dan K2O, seperti : Urea : 45 % N (45 kg n/ 100 kg urea), SP36: 36 % P2O5 (36 KG P2O5/100KG TSP), KCL : 60 % K2O (60 kg K2O/100 kg KCl). • Higroskopis. Pupuk sering rusak dalam penyimpanan karena mengisap air sehingga mudah cair. Sering pula karena kekeringan, pupuk menjadi mengeras. Oleh sebab itu usaha menjaga kelembaban sesuai dengan sifat pupuk sangat penting. Untuk menghindari kelebihan penyerapan air atapun kekeringan, sering kali pupuk diberi lapisan senyawa yang menghamba penyerapan air, ataupun menguapnya iar. Urea merupakan salah satu pupuk yang mduah menyerap air. • Kelarutan. Pupuk N dan K umumnya mudah larut dalam air, sedangkan pupuk P sebaliknya. Untuk P umumnya dibedakan atas pupuk larut dalam air (superfostat, • amofos), larut dalam asam sitrat atau ammonium sitral netral (FMP) dan larut dalam asam keras (HCl 25 %). Kemasaman Seringkali setelah dimasukkan ke dalam tanah pupuk bereaksi masam atau alkalis. Sifat-sifa demikian dapat dinyatakan sebagai Ekuivalen Kemasan yang berarti jumlah CaCO3 yang diperlukan untuk menetralkan sehingga reaksi-reaksi kembali ke arah semula. Pada pupuk yang beraksi basa dinyatakan sebagai ekuivalen kebasaan yaitu jumlah dari asam yang diberikan agar terjadi reaksi penetralan akibat penambahan pupuk. Misalnya: : - ZA dengan kemasaman 110, berarti untuk menetralkan akibat 100 kg ZA dibutuhkan 110 kg CaCO3. - Indeks Garam (IG) Indeks ini menunjukkan kepekatan elektrolit setelah terjadi pelarutan pupuk, diukur dengan kenaikan tekanan osmotik. Tabel 1. Contoh-Contoh Indeks Garam (IG) Pupuk No Pupuk 1 Nitrogen NH3 anhidrous NH4 NO3 NaNO3 NH4NO3 Co (NH4)2 (NH4)SO4 2 3 Kadar hara (%) IG-Pupuk N 82,2 35.0 16.5 35.0 46.6 21.2 47.02 104.65 100.00 104.65 75.40 68.96 Fosfor TSP DAP P2O5 48.0 53.8 10.08 34.21 Kalium KCl KNO3 K2SO3 K2O 60.0 46.6 54.0 116.16 73.63 46.06 Semakin tinggi IG, pupuk akan cenderung merusak biji tanaman. Oleh sebab itu untuk menghindari hal ini perlu pengolahan yang spesifik , lebih-lebih pada musim kering dimana proses-proses pengenceran sangat kecil sekali. Efek Indeks Garam Respon dua macam pupuk nitrogen pada efisiensi air dan efisiensi nitrogen, dan toleransi garam tanaman Chili (Capsicum annuum L.) cv. Sandia diteliti dalam percobaan rumah kaca. Tingkat salinitas Rendah, sedang dan tinggi (1,5, 4,5, dan 6,5 dS m-1), dan dua tingkat pupuk organik-N (120 dan 200 kg ha-1) dan 120 kg ha-1 pupuk anorganik sebagai amonium nitrat, dirancang dalam rancangan acak kelompok dan diulang empat kali. Sumber pupuk organik-N diekstraksi dengan air dari potongan rumput. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan air menurun sekitar 19 dan 30% pada tanaman yang mengalami stress garam medium dan tinggi. Efisiensi penggunaan air menurun hanya pada tanaman yang mengalami stress garam “tinggi”. Efisiensi penggunaan nitrogen menurun dengan meningkatnya salinitas atau meningkatnya dosis N. Peningkatan toleransi garam tercatat ketika tanaman dipupuk dengan sumber organik-N dibandingkan dengan sumber anorganik-N. (Sumber: Lopez, M.A.H., A.L.Ulery dan Z.Samani. 2011. Response of chile pepper (Capsicum annuum L.) To salt stress and organic and inorganic nitrogen sources: iii. Ion uptake and translocation. Tropical and Subtropical Agroecosystems. Vol. 14 No.3. c. Waktu dan Cara Pemupukan Pemupukan yang tepat didasarkan pada pertumbuhan tanaman dan sifat-sifat pupuk. Bagi pupuk yang mudah larut bersifat mobil, maka cara pemberiannya diberikan secara bertahap (split application) seperti yang terjadi pada Urea dan KCl, lebih-lebih apabila tekstur tanah kasar. Sedangkan pupuk yang melarutnya lambat, dapat diberikan sekaligus pupuk SP36, DSP, dan ESP. Hasil peneltiian tentang: Pemupukan NPK secara bertahap Penurunan ketersediaan hara dalam tanah , hasil biji jagung yang relative rendah, pasokan pupuk terlambat dan tingginya biaya pupuk, mendorong perlunya waktu aplikasi pupuk yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya pupuk yang langka dalam produksi jagung di Nigeria. Percobaan lapangan dilakukan tahun 2007 dan 2008 selama musim tanamnya di Universitas Pertanian , Abeokuta, untuk mengetahui pengaruh aplikasi bertahap pupuk NPK 20:10:10 terhadap pertumbuhan dan hasil jagung . Enam perlakuan dalam Rancangan Acak lengkap ( acak kelompok ) terdiri dari 600 kg / ha NPK 20:10:10 tahun 2007 dan 300 kg / ha pada tahun 2008 , diterapkan pada 2 dan 6 MST (Minggu setelah tanam ) , 2 dan 8 MST , 4 dan 6 MST , 4 dan 8 MST , 6 dan 8 MST dan tanpa pupuk ( kontrol) . Tinggi tanaman , hasil gabah , panjang tongkol , tongkol lingkar , seratus bobot biji, semua nya dipengaruhi ( p < 0,05 ) oleh aplikasi bertahap pupuk NPK. Pemupukan meningkatkan hasil gabah sebesar 135 % - 260% pada tahun 2007 dan 67%- 191 % pada 2008. Aplikasi pupuk pada 2 dan 8 MST menghasilkan biji tertinggi secara signifikan. Pada tahun 2008 , menunda dosis pertama pupuk sampai 6 MST dapat meningkatkan hasil biji , tetapi tidak ekonomis. Aplikasi bertahap 300 kg / ha pupuk , pada 2 dan 8 MST memberikan keuntungan ekonomi lebih tinggi dari aplikasi 600 kg / ha pada 4 dan 6 MST atau 4 dan 8 MST . Hasil biji jagung dapat dimaksimalkan jika pupuk diaplikasikan pada 2 dan 8 MST , penundaan aplikasi pupuk 300 kg / ha sampai 6 MST menyebabkan kerugian ekonomi . (Sumber: Fabunmi, T.O. 2009. Effect of different split applications of npk fertilizer on growthand yield of maize, and economic returns. Nigeria Agriculture Journal. Vol 40, No 1-2, 2009 ). Metode pemberian pupuk, tujuan ekonomi dan dampak pemupukan. Cara-cara pemberian harus diselenggarakan pada efektivitas dan efisiensi pemupukan. Dengan demikian penggunaan pupuk secara besar disarankan, kecuali pada pertanaman dengan jarak kurang dari 30 cm. Cara-cara pemupukan terdiri dari : Side band (samping tanaman), yaitu ditugal di satu atau dua sisi tanaman In the row (dalam larikan), yaitu diberikan pada jarak 5.5 cm dengan kedalaman 5 cm Top Top dressed atau side dressed, yang diberikan setalah tanaman tumbuh Pop up, diberikan bersamaan dengan biji yang tanam, khusus untuk pupuk IG rendah Foliar application, diberikan lewat daun, khususnya untuk pupuk cair atau pupuk yang tergolong kedalam mikro elemen. Fertigation, diberikan melalui air irigasi, khsususnya untuk pupuk nitrogen. Teknik Aplikasi Pupuk: Fertigasi Fertigasi memungkinkan aplikasi jumlah hara yang tepat secara seragam ke seluruh zona akar yang dibasahi, dimana sebagian besar akar aktif terkonsentrasi dalam zone ini, dan hal ini dapat membantu meningkatkan efisiensi penggunaan hara oleh tanaman. Fertigasi dianggap ramah lingkungan karena meminimumkan pencucian hara, terutama nitrogen (N-NO3). Dalam fertigasi, hara larut air bergerak bersama dengan zone pembasahan dan sehingga manajemen yang tepat kuantitas irigasi sesuai dnegan dengan dosis dan waktu pemberian hara, sangat penting untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, utamanya produktivitas dan efisiensi penggunaan hara. Di India teknologi pemupukan Fertigasi ini banyak diterapkan dalam pproduksi sayuran. (Sumber: Jat, R A., Wani, S.P., Sahrawat, K.L., Singh, P dan P.L.Dhaka. 2011. Fertigation in Vegetable Crops for Higher Productivity and Resource Use Efficiency. Indian Journal of Fertilizers, 7 (3). pp. 22-37.) Produksi kacang tanah di lahan kering pada tanah Alfisol rata-rata kurang dari 1 ton polong kering/ha, sedangkan potensi produksi kacangtanah dapat mencapai lebih dari 4 t/ha ( Adisarwanto et al., 1993; Sudaryono dan Indrawati, 2001). Rendahnya hasil ini disebabkan oleh karena tanah miskin humus, miskin hara NPKS dan hara mikro, serta terlalu tingginya kandungan Ca. Unsur hara K merupakan hara yang paling banyak diserap tanaman kacang tanah setelah hara N. Hara N yang diserap tanaman kacang tanah dapat mencapai 230 kg N/ha, sedang hara K sekitar 116 kg K2O/ha, bandingkan dengan serapan hara makro yang lain seperti hara P yang hanya 39 kg P2O5/ha dan Ca hanya 66 kg Ca/ha (Sumarno. 1986). Hara K memang bukan pembentuk senyawa organik dalam tanaman tetapi usur K sangat penting dalam proses pembentukan biji kacang tanah bersama hara P disamping juga penting sebagai pengatur berbagai mekanisme dalam proses metabolik seperti fotosintesis, transportasi hara dari akar ke daun, translokasi asimlat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Sumarno, 1986 ; Sutarto et al., 1988). Untuk mendapatkan hasil kacang tanah yang optimal salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah adanya keseimbangan antara K : Ca : Mg dalam tanah (Bell et al.,1992). Di lahan kering Alfisol, kandungan hara Ca dan Mg umumnya berharkat “tinggi” atau “sedang”, tetapi kandungan hara K umumnya berharkat “rendah” sampai “sangat rendah” sehingga harus ada tambahan hara K dari luar yang berupa pemupukan K. Unsur K sangat penting dalam pembentukan polong dan pengisian biji kacang tanah disamping sangat penting dalam proses metabolisme dalam tanaman. Kadar ion Ca dalam tanah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tidak efektifnya pemupukan PK sehingga produksi kacang tanah tidak dapat mencapai optimal. Untuk meningkatkan efisiensi pemupukan P dan K di lahan kering Alfisol pada tanaman kacang tanah telah dilakukan penelitian di lahan kering Alfisol, Malang Jawa Timur. Rancangan acak kelompok faktorial, tiga ulangan digunakan dalam penelitian ini. Perlakuan percobaan (MT 2002) adalah kombinasi dua jenis pupuk N (Urea dan ZA), tiga dosis pupuk P (0, 50 dan 100 kg SP36/ha) dan tiga frekuensi pemberian pupuk K (diberikan 1x; 2x dan 3x). Perlakuan percobaan (MT 2003) adalah kombinasi dua jenis pupuk N (Urea dan ZA), tiga dosis pupuk K (50, 100 dan 150 kg KCl/ha) dan 3 frekuensi pemberian pupuk K seperti pada percobaan MT 2002. Percobaan menggunakan kacang tanah varietas Kelinci yang ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm dua biji per lubang pada petak perlakuan 4 m x 6 m. (Ispandi dan Abdul Munip, 2004) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk ZA dapat meningkatkan serapan hara P, K dan S serta meningkatkan hasil polong kering sekitar 51 % dibandingkan dengan yang dipupuk Urea. Pemupukan P kurang efektif dalam meningkatkan hasil kacang tanah. Pemupukan 50 kg SP36/ha hanya dapat meningkatkan hasil polong kering sekitar 10 % daripada yang tanpa pupuk P, dan bila dosisnya ditingkatkan menjadi 100 kg SP36/ha justru menurunkan hasil. Pemupukan 50 kg SP36/ha hanya mampu meningkatkan kadar P dalam tanaman sekitar 15 % dan tidak meningkatkan serapan hara yang lain. Bila dosisnya ditingkatkan menjadi 100 kg SP36/ha, kadar P dalam tanaman meningkat sekitar 7 % daripada yang dipupuk 50 kg SP36/ha. Pemupukan 100 kg KCl/ha meningkatkan hasil kacang tanah secara nyata daripada yang dipupuk 50 kgKCl/ha. Pemberian pupuk KCl satu kali pada saat tanam lebih efektif dan lebih efisien daripada diberikan dua kali, pada saat tanam dan umur satu bulan dalam meningkatkan hasil kacang tanah, dan bila diberikan tiga kali, justru menurunkan hasil. Pemupukan 100 kg KCl/ha dapat meningkatkan kadar K dan P dalam tanaman, masing-masing sekitar 21 dan 15 % bila diberikan bersama 50 kg SP 36/ha, atau masing-masing meningkat 28 % dan 23 % bila diberikan bersama 100 kg SP36/ha, semua itu bila dibandingkan dengan yang tidak disertai pupuk P. (Ispandi dan Abdul Munip, 2004). DAFTAR PUSTAKA Abdurohim, O. 2008. Pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan Produksi Tanaman Caisin Pada Tanah Latosol Dari Gunung Sindur, sebuah skripsi. Dalam IPB Information Resource Center, diunduh 13 Juni 2010. Adisarwanto T., A.A.Rahmiana dan Suhartina. 1993. Budidaya Kacang Tanah. Kacang Tanah. Monograf Balittan Malang No.12. Malang. H.91-106. Diez, J.A., MaC Cartagena dan A. Vallejo. 1992. Controlling phosphorus fixation in calcareous soils by using coated diammonium phosphate. Fertilizer research. June 1992, Volume 31, Issue 3, pp 269-274. Fabunmi, T.O. 2009. Effect of different split applications of npk fertilizer on growthand yield of maize, and economic returns. Nigeria Agriculture Journal. Vol 40, No 1-2 (2009) Gaur, D. C. 1980. Present Status of Composting and Agricultural Aspect, in: Hesse, P. R. (ed). Improvig Soil Fertility Through Organic Recycling, Compost Technology. FAO of United Nation. New Delhi. Guntoro D., Purwono, dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Handayani, M. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Information Resource Center diunduh 13 Juni 2010. Ispandi A. 2000. Pengaruh Pemupukan NPK dan S terhadap dinamika hara di lahan kering Alfisol dan tanaman kacang tanah. Ilmu Pertanian Vol.8. No.2. Des. 2001. p. 83-93. Fakultas Pertanian Universitas gajah mada Yogyakarta. Ispandi,A. dan Abdul Munip. 2004. Efektivitas pupuk pk dan frekuensi pemberian pupuk k dalam meningkatkan serapan hara dan produksi kacangtanah di lahan kering alfisol. Ilmu Pertanian Vol. 11 No. 2, 2004 : 11-24 Jat, R.A., S.P.Wani, K.L.Sahrawat, P.Singh dan P.L.Dhaka. 2011. Fertigation in Vegetable Crops for Higher Productivity and Resource Use Efficiency. Indian Journal of Fertilizers, 7 (3). pp. 22-37. Lopez, M.A.H., A.L.Ulery dan Z.Samani. 2011. Response of chile pepper (Capsicum annuum L.) To salt stress and organic and inorganic nitrogen sources: iii. Ion uptake and translocation. Tropical and Subtropical Agroecosystems. Vol. 14 No.3. Miller M.H., C.P.Mamaril dan G.J.Blair. 1970. Ammonium effect and phosphorus absorbtion through pH change and phosphorus precipitation at the soil root interface. Agron.Journ.62.524-527. Novizan. 2001. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Sri setyadi Harjadi. 1979. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta. Sudaryono dan Indrawati. 2001. Dinamika hara dan pemupukan kacang tanah dan kacang hijau pada pola tanam padi – kacang tanah/kacang hijau. Laporan Hasil Penelitian Balitkabi 2001. Balitkabi Malang. Sumarno. 1986. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru. Bandung. 79h. Sutarto I.V., Harnoto dan Sri Astuti Rais. 1988. Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. 47 h. Sutedjo,M.M. 1989. Analisis Tanah, Air, dan Jaringan Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. Sutedjo,M.M.. 1985. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Cipta. Jakarta. Toharisman, A. 1991. Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Industri Gula Sebagai Sumber Bahan Organik Tanah.