1 perbedaan hasil pengukuran tekanan darah antara posisi duduk

advertisement
1
PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH ANTARA POSISI
DUDUK DAN BERBARING PADA LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL
PUCANG GADING SEMARANG.
Skripsi, 27 September 2013
Joko Sucipto1,Tri Nurhidayati2, Agustin Syamsianah3
1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes UNIMUS
Dosen Keperawatan Komunitas Gerontik Fikkes UNIMUS
3
Dosen Jurusan Fakultas Gizi UNIMUS
2
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi (arteri). Perubahan yang
terjadi pada lansia adalah elastisitas pembuluh darah, dinding aorta menutup, katup jantung
menebal dan menjadi kaku yang mengakibatkan kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan
memberikan angka yang agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring, meskipun
selisihnya relatif kecil. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran
tekanan darah antara posisi duduk dan berbaring pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading Semarang. Desain penelitian ini adalah study analitik dengan rancangan cross sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang berusia > 60 tahun yang berada di Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Berdasarkan teknik purposive sampling didapatkan
90 orang responden. Hasil uji statistik menggunakan uji non parametric test ( Wilcoxon)
didapatkan tekanan darah sistolik dengan nilai p- volue 0,000 (<0,05) dan tekanan darah
diastolik dengan nilai p-volue 0,100 (<0,05) antara posisi duduk dan berbaring, maka
disimpulkan ada perbedaan hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan tidak ada perbedaan
hasil pengukuran tekanan darah diastolik antara posisi duduk dan berbaring pada lansia.
Peneliti menyarankan pengukuran tekanan darah boleh dilaksanakan pada posisi duduk ataupun
berbaring, namun yang penting lengan tangan harus dapat diletakan dengan santai.
Kata Kunci: Tekanan darah, duduk dan berbaring, lansia
Blood pressure is a pressure from blood current in artery. The changes that happened to old
people are elasticity of blood vessel, closed aorta wall, thick and rigid heart valve which cause
decreasing 1% of heart ability in pumping blood every year after 20 years old. The measuring
blood pressure in sitting down position will give higher number than lying down position,
although distance is quite low. This research aims to know the differences of measuring blood
pressure result between sitting down and lying down position for old people at Unit Rehabilitasi
Sosial Pucang Gading Semarang. This research design is analytic study with cross sectional
program. The populations of this research are old people > 60 years old who live at Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Based on purposive sampling technique it has
gotten 90 respondents. The results of statistical test using non parametric test (Wilcoxon) is
systolic blood pressure with value p- volue 0,000 (<0,05) and diastolyc blood pressure with value
p-volue 0,100 (<0,05) between sitting down and lying down position, so it can be summarized that
there are differences of measuring systolic blood pressure result and there is not any difference of
measuring diastolic blood pressure result between sitting down and lying down position in old
people. The researcher suggests that may sitting and lying down in measuring blood pressure, but
the most important thing that arm must be relax laid .
Keywords: blood pressure, sitting and lying down, old people
2
PENDAHULUAN
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi
(arteri). Jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada kondisi
istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa menuju darah melalui arteri.
Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung berdetak memompa darah ini
disebut tekatan sistolik. Tekanan darah menurun saat relaks diantara dua denyut
nadi ini disebut tekanan diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik
pertekanan diastolik sebagai contoh, 120/80 mmHg (Kowalski, 2010)
Perubahan yang terjadi pada lansia adalah elastisitas pembuluh darah,
dinding aorta menutup, katup jantung menebal dan menjadi kaku yang
mengakibatkan kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) biasanya menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg (mengakibatkan pusing mendadak). Tekanan darah meninggi oleh
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistolik normal
±170
mmHg diastolis normal ± 90 mmHg (Nugroho, 2006).
Pengukuran tekanan darah merupakan keterampilan klinis yang penting
untuk perawat. Potensi untuk kesalahan yang buruk dapat mempengaruhi
manajemen pengukuran, apabila semua prosedur ini tidak diikuti dengan hati-hati.
Perawat melakukan pengukuran tekanan darah kepada pasien harus terlatih dan
diperbarui pada prosedur untuk mengukur tekanan darah dengan menggunakan
merkuri konvensional atau sphygmomanometer aneroid dan monitor tekanan
darah elektronik. Hal ini juga mengidentifikasi sebagai sumber potensial
kesalahan dalam pengukuran tekanan darah. (Wallymahmed, 2008).
Pengukuran tekanan darah boleh dilaksanakan pada posisi duduk ataupun
berbaring, namun yang penting lengan tangan harus dapat diletakan dengan santai.
Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan angka yang
agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring, meskipun selisihnya
relatif kecil (Gunawan, 2001). Hasil dari pengukuran tekanan darah dipengaruhi
3
oleh beberapa faktor, yaitu aktivitas yang akan dilakukan sebelum pengukuran,
tekanan atau stress yang akan dialami, posisi saat pengukuran berdiri atau duduk,
serta waktu pengukuran (Yasmine, 2007). Banyak informasi mengenai posisi
lengan terhadap tekanan darah namun sedikit sekali informasi yang diberikan dari
literatur mengenai pengaruh posisi tubuh terhadap hasil pengukuran tekanan darah
(Eser, 2007).
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Arwani (2005) yaitu, analisis perbedaan hasil pengukuran tekanan
darah antara lengan kanan dengan kiri pada penderita hipertensi. Bahwa dari 31
responden yang diteliti rata-rata selisih hasil pengukuran tekanan darah pada
kedua lengan ˃10 mmHg. Penelitian oleh Fardli (2011) yaitu, perbedaan tekanan
darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada pasien
stroke. Bahwa dari 19 responden, didapatkan kesimpulan tidak ada perbedaan
tekanan darah sisi tangan yang lumpuh dengan sisi tangan yang normal pada
pasien stroke, sistolik dengan nilai p = 0,8566 (> 0,05), dan tekanan diastolik p =
0.791(> 0,05).
Variasi tekanan darah rawat jalan dengan posisi pada pasien diabetes tipe 1,
penelitian yang dilakukan oleh Piere et all (2001), dengan sampel berjumlah 37
didapatkan kesimpulan bahwa tekanan darah arteri pada posisi supine/duduk tidak
ada perubahan yang signifikan antara kelompok 1 dan 2. Meski demikian tekanan
darah sistolik (ASBP) dan tekanan darah diastolik (ADBP) rawat jalan secara
signifikan lebih tinggi posisi supine/ duduk tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik di dalam grup 1(∆SBP 4 ± 5, ∆DBP 4 ± 6 mmHg, P ˂ 0,01) tetapi
tidak untuk grup 2 (∆SBP 2 ± 8 , ∆DBP 2 ± 4 mmHg, P = NS).
Berdasarkan observasi dan pengambilan data awal terhadap tenaga
kesehatan yang melakukan pengukuran tekanan darah pada lansia berjumlah 13
orang tenaga kesehatan, 10 tenaga kesehatan menggunakan posisi berbaring dan 3
tenaga kesehatan menggunakan posisi duduk ketika melakukan pengukuran
tekanan darah di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang .
4
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran
tekanan darah antara posisi duduk dan berbaring pada lansia di Unit Rehabilitasi
Sosial Pucang Gading Semarang.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah study analitik. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah cross sectional (belah lintang). Sampel dalam penelitian
ini yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 90 responden.
Pengambilan data penelitian dilakukan pada 11-12 september 2013 di Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini Mercurial Sphygnomanometer Gea type : MI-2001 teruji DEPKES
RI AKL 20501901184 untuk mengukur tekanan darah. Selanjutnya Selanjutnya
data dianalisis secara univariat dan bivariat non parametric test ( Wilcoxon).
Tabel 1
Distribusi lansia berdasarkan usia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang bulan
September 2013 (n=90)
Variabel
Mean
(tahun)
Median
(tahun)
Minimum
(tahun)
Maximum
(tahun)
Usia
70,49
70,00
60
94
Standar
Deviasi
(tahun)
6,924
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata- rata usia responden adalah 70,79
tahun. Usia terendah 60 tahun dan umur tertinggi 94 tahun.
Tabel 2
Perbedaan Hasil Tekanan Darah Antara Posisi Duduk dan Berbaring Di Unit Rehabilitasi Sosial
Pucang Gading Semarang Bulan September (n=90)
Tekanan Darah
Mean
Nilai p
Tekanan darah sistolik duduk
Tekanan darah sistolik berbaring
131,00
125,00
0,000
0,000
Tekanan darah diastolik duduk
Tekanan darah diastolik berbaring
81,50
80,28
0,100
0,100
Keterangan : Menggunakan uji Wilcoxon
Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik pada posisi
duduk adalah 131,00 mmHg dan tekanan darah sistolik pada posisi berbarig rata-
5
rata adalah 125,00 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan p=0,000. Nilai p<0,05
dengan demikian disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil tekanan darah sistole
pada posisi duduk dan berbaring.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tekanan darah sistolik pada posisi
duduk lebih tinggi dibanding dengan posisi berbaring.
Penelitian ini menegaskan bahwa pada saat duduk system vasokontraktor
simpatis terangsang melalui saraf rangka menuju otot-otot abdomen. Keadaan ini
meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena cadangan
abdomen. membantu mengelurkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke
jantung, sehingga membuat darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa
menjadi meningkat. Peningkatan tekanan yang disebabkan oleh efek gravitasi bila
kita berdiri dari posisi duduk dan tidur, terjadi peningkatan tonus arteri
penimbunan darah di vena-vena yang melebar, sehingga aliran balik vena
berkurang (Guyton & Hall, 2002).
Variasi tekanan darah dapat terjadi bila pasien mengambil posisi yang
berbeda-beda. (Cameron, 2006). Karena tekanan darah adalah akibat dari curah
jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaankeadaan yang mempengaruhi setiap atau dan isi sekuncup.
Isi semenit jantung ( cardiac output) dan daya cadangan jantung menurun pada
usia lanjut. Fungsi sistolik tidak berkurang dengan peninggian usia (Darmojo &
Martono, 2004). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pierre et all (2001), yang
menyatakan bahwa tekanan darah sistolik (ASBP) rawat jalan dan tekanan darah
diastolik (ADBP) rawat jalan secara signifikan lebih tinggi ,posisi supine/ duduk.
Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata tekanan darah diastolik pada
posisi duduk adalah 81.50 mmHg dan tekanan darah pada posisi berbarig rata-rata
adalah 80,28 mmHg . Hasil uji statistik didapatkan p=0,100. Nilai p<0,05 dengan
demikian disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasil tekanan darah diastolik
pada posisi duduk dan berbaring.
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil (Guyton &
Hall, 2002). Kelainan fungsi diastolik berupa gangguan relaksasi disebabkan
pengurangan compliance jantung pada permulaan diastole (Darmojo & Martono,
6
2004). Darah dapat kembali ke jantung secara mudah pada posisi berbaring
(Guyton & Hall, 2002). Tekanan darah akan menurun dengan 10 mmhg setiap 12
cm di atas jantung karena pengaruh gravitasi (Green, 2008). Posisi berbaring
gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah, karena arah peredaran tersebut
horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa
(Istiqomah, 2009). Isi sekuncup dalam posisi berbaring mencapai nilai maksimal
sedangkan pada posisi kerja hanya terdapat sedikit peningkatan. Besarnya isi
sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke
jantung karena tekanan darah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer,
maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi
setiap atau dan isi sekuncup (Guyton & Hall, 2002).
Penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
terhadap hasil pengukuran
tekanan darah diastolik antara posisi duduk dan
berbaring. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fardli (2011) menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah sisi tangan yang normal dengan sisi
tangan yang lumpuh dengan tekanan diastolik p = 0.791(> 0,05).
PENUTUP
Tekanan darah sistole responden pada posisi duduk 131,00 mmHg. Nilai terendah
100 mmHg dan nilai tertinggi 175 mmHg. Sedangkan rata- rata tekanan darah
diastolik responden pada posisi duduk 81,50 mmHg. Nilai terendah 60 mmHg dan
nilai tertinggi 100 mmHg.
Tekanan darah sistolik responden pada posisi berbaring 125,00 mmHg. Nilai
terendah 90 mmHg dan nilai tertinggi 170 mmHg. Sedangkan rata- rata tekanan
darah diastolik responden pada posisi berbaring 80,28 mmHg. Nilai terendah 50
mmHg dan nilai tertinggi 100 mmHg.
Ada perbedaan hasil pengukuran tekanan darah sistolik pada posisi duduk dan
berbaring dengan nilai p=0,000. Tidak ada perbedaan hasil pengukuran tekanan
darah diastolik pada posisi duduk dan berbaring,dengan nilai p=0,100.
7
KEPUSTAKAAN
Cameron, J. R. (2006). Fisika Tubuh Manusia. Jakarta: EGC.
Darmojo, R. B., & Martono, H. H. (2004). Geriatri:Ilmu Kesehatan Usia Lanjut
Edisi Ke-3. Jakarta: FKUI.
Eser, I. K. (2007). The effect of different body positions on blood pressure.
Journal of Clinical Nursing , Vol 16, No 1: pp. 137-140(4).
Green, H. J. (2008). Fisiologi Kedokteran. Bina Aksara Rupa.
Gunawan, L. (2001). Hipertensi. Yogyakarta: Konisius.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9.
Jakarta: EGC.
Istiqomah, T. (2009). Pengukuran Tekanan Darah. Retrieved from
http://www.scribd.com/doc/58582610/Pengukuran Tekanan Darah: Diunduh
21 Maret 2013
Kowalski, R. E. (2010). Terapi Hipertensi: Program 8 Minggu Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi dan Mengurangi Resiko Serangan Jantung & Stroke
Secara Alami. Bandung: Qanita.
Nugroho, W. (2006). Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Wallymahmed, M. (2008). Blood Pressure Measurement. Nursing Strandard , 45.
Yasmine, E. (2007). Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. In A. Palmer, A Simple
Guide Blood Pressure. Indonesia: Erlangga.
Download